TELEKOMUNIKASI
Disusun oleh :
NPM : 054120046
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Jaringan Telekomunikasi.
Makalah ini merupakan salah satu penilaian tugas Jaringan Telekomunikasi yang di
dalamnya terdapat pembahasan tentang dasar telekomunikasi
Terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan ,tema – teman dan pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Saran dan kritik yang sifatnya membangun amat kami harapkan guna menjadi
lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penulis
-Adam Muhamad Ali
I
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………………………….. 1
Kata pengantar …………………………………………………………………………….. 1
Daftar isi ………………………………………..……………………………………….…2
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………………….. 3
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..…………….. 3
1.2 Identifikasi masalah ………………..……………………………………………3
1.3 Batasan masalah ……………….………………………………………….…… 3
1.4 Tujuan ………….……………………………………………………………… 3
1.5 Sistematika Pembahasan ……………………………………………………….. 4
1.6 Tinjauan pustaka ……………………………………………………………….. 4
II
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Setelah membaca makalah ini, saya mengharapkan pembaca mampu untuk :
1. Mengerti apa itu Telekomunikasi
2. Mengerti dasar Sistem Telekomunikasi
3. Mengerti dan Mencermati PERMEN mengenai Pentaripan dalam Telekomunikasi
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah,batasan
masalah,tujuan,sistematika pembahasan ,tinjauan pustaka.
BAB II Pembahasan
Bab ini tentang teori – teori pembahasan tentang telekomunikasi dan dasar sistem
telekomunikasi .
BAB III Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari penulis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A . Pengertian
Pengertian dari kata Telekomunikasi dapat dilihat sebagai berikut berasal dari
bahasa yunani :
Tele : Jauh
Komunikasi : Penyampaian informasi atau hubungan antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya.
Telekomunikasi : Penyampaian informasi atau hubungan antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya yang berjarak jauh.
Berdasarkan pengertian tersebut bagaimanakah jika ada hubungan komunikasi namun
berjarak dekat, apakah dapat disebut dengan telekomunikasi. Juga apakah jika ada
komunikasi jarak jauh seperti orang yang berteriak disebut telekomunikasi?
Sehingga definisi sesungguhnya dari telekomunikasi adalah :
Telekomunikasi : Penyampaian informasi atau hubungan antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya dengan mempergunakan bantuan peralatan
khusus dengan kata lain peralatan elektronik.
Contoh: Telepon, TV dsb
Disini terlihat bahwa hubungan itu tidak harus jauh (meskipun ada perkataan TELE)
dekatpun bisa. Tidak harus berupa peralatan khusus (listrik) lainnya pun bisa. Contoh: asap,
bendera, genderang, dsb.
Selain itu, harus pula dapat dibedakan antara telekomunikasi dengan komunikasi walaupun
keduanya saling berhubungan.
Komunikasi : Proses pertukaran informasi. Informasi dapat berupa suara, gambar, data, dll.
Kendala komunikasi:
- Bahasa , Proses komunikasi tidak akan berjalan dengan baik jika pemberi dan
penerima informasi tidak menggunakan bahasa yang sama. Kendala ini dapat
diatasi dengan mempelajari bahasa yang dipahami kedua belah pihak, atau
menggunakan penerjemah.
- Jarak
Dekat : bicara langsung
3
Agak Jauh : mengirimkan sinyal yang dapat terlihat/terdengar secara langsung,
misalnya: asap, terompet, cahaya, dll.
Jauh : dengan berkirim surat, atau melalui media elektronik
Perbedaannya juga dapat dilihat dari ilmu pengetahuan yang mempelajarinya.
- Ilmu Pengetahuan tentang Telekomunikasi
ilmu yang mempelajari tentang penyampaian informasi dengan bantuan peralatan
listrik.
- Ilmu Pengetahuan tentang Komunikasi
ilmu yang mempelajari seluruh aspek penyampaian informasi.
4
B. Perkembangan telekomunikasi
Perkembangan telekomunikasi sudah ada pada zaman sebelum masehi mulai dari
yang sederhana berikut perkembangan telekomunikasi dari mula tercipta samapai dengan
sekarang ini .
1. Permulaan telekomunikasi
Pada abad ke-2 sesudah Masehi bangsa Romawi menggunakan asap sebagai
media telekomunikasi. Mereka membangun jaringan telekomunikasi yang terdiri dari
ratusan menara hingga mencapai 4500 kilometer. Setiap menara bisa mengeluarkan
asap yang dapat dilihat oleh menara lain yang berada di dekatnya. Sistem
5
telekomunikasi ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan militer dalam
menjalankan pemerintahan atas daerah jajahan yang semakin luas.
Pada abad ke-4 sesudah Masehi, Aeneas the Tactician mengusulkan sistem
telekomunikasi menggunakan air yang disebut hydro-optical telegraph. Sistem
telekomunikasi ini memanfaatkan ketinggian air sebagai kode-kode dalam
berkomunikasi. Sistem ini bisa mengirimkan pesan dengan amat cepat dari satu tempat ke
tempat lain.
6
Gambar 6. Telekomunikasi pada revolusi prancis
7
terintegrasi dengan handphone sudah umum digunakan. Terjadi konvergensi antara
telekomunikasi berbasis suara dengan data-data lainnya: teks, gambar, dan video.
Teknologi Bluetooth memungkinkan sebuah handphone bisa berkomunikasi tanpa
kabel dalam jarak dekat dengan beberapa perangkat lainnya seperti komputer, printer,
scanner, dan sebagainya. Handphone berbasis jaringan 3G (generasi ke-3) sudah bisa
digunakan untuk pengiriman data multimedia.
Ray Kurzweil adalah salah satu ahli yang mencoba memberikan gambaran
telekomunikasi masa depan. Dalam bukunya yang berjudul “The age of Spiritual
Machines: When Computers Exceed Human Intelligence”, Kurzweil memprediksi bahwa
pada tahun 2009 sebuah PC seharga US$ 1000 akan dapat melakukan sekitar satu triliun
kalkulasi per detik.
Sebagian besar interaksi dengan komputer sudah melalui isyarat tubuh (gesture)
dan komunikasi ucapan bahasa alami dua arah. Lingkungan realistis yang mencakup
segala hal (audio, visual, dan fisik) membuat manusia mampu melakukan sesuatu
secara virtual dengan manusia lain, meskipun ada batasan secara fisik. Manusia mulai
memiliki hubungan dengan personalitas otomatis, seperti teman dan guru. Gambar di
bawah ini sebagai ilustrasi
8
2.2 Dasar Sistem Telekomunikasi
9
Gambar 8. Komponen pembangun Sistem Telekomunikasi
- Penerima : menerima sinyal listrik dan merubah kedalam informasi yang bisa
dipahami oleh manusia sesuai yang dikirimkan.
- Aturan/standar : merupakan yang harus disepakati dalam pengiriman,
pentransmisian, dan penerimaan informasi.
10
C. Prinsip Kerja Sistem Telekomunikasi
11
- music → radio
- picture & video → videophone
2. Pesan/informasi tersebut selanjutnya dikonfersi kedalam bentuk biner atau bit
yang selanjutnya bit tersebut di encode menjadi sinyal. Proses ini terjadi pada
perangkat encoder.
- Encoder (pembuat kode), atau transduser, untuk mengubah informasi menjadi
bentuk-bentuk sinyal yang sesuai untuk ditransmisikan
- Contoh : telepon, komputer, modem
3. Sinyal tersebut kemudian oleh transmitter dikirimkan/dipancarkan melalui
media yang telah dipilih atau Sistem transmisi (channel),
Transmitter (Tx):
Rangkaian yang mengubah informasi yang akan dikirimkan ke dalam bentuk sinyal
yang sesuai dengan media yang akan dilaluinya.
Contoh :
- Microphone : getaran suara, sinyal listrik.
- Pemancar radio : sinyal listrik, gelombang elektromagnetik.
4. Dibutuhkan media transmisi (radio, optik, coaxial, tembaga) yang baik agar
gangguan selama disaluran dapat dikurangi.
- Channel (Kanal):
Media pengiriman sinyal dari satu tempat ke tempat lain
- Contoh:
Kabel : kawat, serat optik
Udara : gelombang elektromagnetik
5. Selanjutnya sinyal tersebut diterima oleh stasiun penerima.
6. Sinyal tersebut didecode ,Decoder (kebalikan dari coder), untuk menghasilkan
kembali sinyal dalam bentuk yang sesuai agar dapat diterima, kedalam format
biner atau bit yang selanjutnya diubah kedalam pesan/informasi asli agar
dapat dibaca/didengar oleh perangkat penerima. (receiver, listener)
7. Noise (derau,distortion,gangguan sinyal):
- Energi random yang tidak diinginkan, tetapi selalu muncul dalam setiap proses
transmisi
- Terjadi di semua titik
- Diterima bersama-sama sinyal informasi
12
- Mengganggu sinyal yang dikirimkan, sehingga menimbulkan kesalahan pada
penerimaan
- Tidak dapat dihilangkan, hanya dapat dikendalikan
Contoh:
- Gangguan pada atmosfir, misal Petir
- Kebocoran saluran tegangan tinggi
D. Pola Komunikasi
13
- Sinyal analog: Perubahan nilai (amplituda) sinyal berlangsung secara kontinyu.
- Sinyal digital: Perubahan nilai sinyal (amplituda) berlangsung secara diskrit.
3. Keaslian sinyal : Sinyal baseband – sinyal yang dimodulasi
- Sinyal Baseband: Sinyal informasi yang masih menampakkan spektrum frekuensi
asalnya.
Contoh:
- Sinyal suara pada pembicaraan telepon kabel
- Sinyal digital pada transmisi data antar komputer
- Sinyal Hasil Modulasi: Sinyal asal (baseband) ditumpangkan kepada suatu sinyal
pembawa yang mempunyai frekuensi yang jauh lebih tinggi. Prosesnya disebut
modulasi, digunakan untuk mengatasi ketidaksesuaian karakter sinyal dengan
media( kanal) yang digunakan.
Contoh:
- Sinyal AM (Amplitude Modulation)
E. Permasalahan Telekomunikasi
14
karena itu perlu disediakan media transmisi yang memiliki redaman sekecil-
kecilnya.
4. Keterbatasan jalur yang disediakan
- Agar dapat berkomunikasi dengan baik, jalur yang disediakan bukan hanya
media fisik saja, tetapi juga jalur logic (kanal frekuensi), mengingat kanal
frekuensi ini mahal dan terbatas.
15
2.3 Tata Cara Penetapan Tarif Jasa Telekomunikasi Yang Disalurkan
Melalui Jaringan Bergerak Selular
A . PERMEN KOMINFO
Beberapa waktu terakhir ini masalah tarif seluler cukup banyak menjadi sorotan
publik, khususnya yang menyangkut persaingan tarif dan perang tarif dan promosi yang
cukup demonstratif. Perlu kiranya diketahui, bahwa sejauh ini Ditjen Postel dan BRTI
cukup intensif dalam melakukan pemantauan terhadap perkembangan persaingan tarif
antar penyelenggara seluler maupun FWA (Fixed Wireless Access), dengan tujuan agar
besaran tarif yang ditawarkan kepada para penggunanya tetap pada koridor ketentuan yang
berlaku, yang secara kebetulan ketentuan yang ada dan masih berlaku adalah Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 12/Per/M.KOMINF/02/2006 tentang Tata
Cara Penetapan Tarif Perubahan Jasa Teleponi Dasar Jaringan Bergerak Selular. Namun
demikian, dalam perkembangannya dipandang perlu untuk disusun suatu ketentuan baru
yang mengatur tata cara penetapan tarif seluler searah dengan semakin tingginya tingkat
kompleksitas masalah tarif seluler, dinamika perkembangan tehnologi seluler, persaingan
antar penyelenggara seluler dan makin intensifnya persaingan promosi tarif seluler.
Mengantisipasi hal-hal tersebut di atas, Ditjen Postel dan BRTI beberapa waktu
yang lalu telah melakukan konsultasi publik terhadap Rancangan Peraturan Menteri
Kominfo tentang Tata Cara Penetapan Tarif Jasa Telekomunikasi Yang Disalurkan
Melalui Jaringan Bergerak Seluler (Siaran Pers No. 57/DJPT.1/KOMINFO/4/2007
tertanggal 25 April 2007). Berdasarkan berbagai masukan dan pembahasan secara intensif
dengan berbagai pihak, termasuk di antaranya melibatkan para penyelenggara
telekomunikasi, KPPU dan konsultarif tarif, maka tersusunlah suatu rancangan yang
tersebut di bawah ini:
1. Rancangan Permenkominfo tentang Tata Cara Penetapan Tarif Jasa
Telekomunikasi Yang Disalurkan Melalui Jaringan Bergerak Seluler.
2. Rancangan Lampiran I
3. Rancangan Lampiran II
4. Rancangan Lampiran III
5. Rancangan Lampiran IV.
Dalam pertemuannya yang terakhir belum lama ini, terdapat sejumlah isu penting
yang menjadi pokok bahasan, yaitu: pemisahan cost bagi penyelenggara telekomunikasi
16
yang memiliki beragam layanan, dengan tujuan untuk menghindari adanya cross subsidy,
pengaturan floor price dan ceiling price, tarif jasa multimedia, dan pengaturan tarif
promosi. Terhadap sejumlah isu tersebut, Ditjen Postel dan BRTI berpandangan, bahwa
accounting separation dilakukan karena terdapat beberapa kegiatan yang memerlukan
pelaporan tersendiri meskipun secara fisik accounting separation bukan merupakan laporan
yang terpisah namun terdapat pada suatu database yang dapat menghasilkan beberapa
laporan. Sedangkan tentang floor dan ceiling price, maka mneski hal itu tidak berlaku
untuk industri secara keseluruhan, tapi berlaku spesifik untuk operator itu sendiri.
Pengawasan dilakukan kepada angka dari operator. Hal tersebut dikarenakan operator
membangun jaringan untuk tujuan yang berbeda-beda. Layanan seluler menggunakan
formula LRIC Bottom Up dan Top Down. Data berdasarkan Peraturan Menkominfo
08/2006, sedangkan retail activity dihitung sendiri. Regulator tidak mengikat diri terhadap
evaluasi dan verifikasi besaran tarif retail dari para penyelenggara yang disampaikan kpd.
BRTI.
Akan halnya hasa multimedia yang dimaksud adalah jasa multimedia yang
disediakan oleh penyelenggara jaringan bergerak selular yang memiliki izin
penyelenggaraan jasa multimedia. Pengaturan tarif jasa telekomunikasi melalui jaringan
bergerak seluler yang meliputi tarif jasa teleponi dasar dan tarif jasa multimedia
dimaksudkan untuk mendorong transparansi dalam menetapkan kedua jenis tarif,
khususnya untuk menghindari double accounting, dan transfer pricing, cross subsidy
dalam penyelenggaraan jaringan bergerak seluler. Dan yang juga tidak kalah pentingnya
adalah tentang tarif promosi yang diizinkan dengan suatu ketentuan tertentu dengan
catatan sasaran yang ingin dicapai jelas, serta timing yang digunakan juga tepat dan
berbatas waktu. Pengaturan tarif promosi akan diatur dalam salah satu bagian pada
rancangan ini, yang intinya adalah sebagai berikut:
1. Tarif promosi dapat dilakukan dengan cara:
1. Penetapan tarif dari suatu jenis layanan telekomunikasi melalui jaringan
bergerak selular yang ditetapkan oleh penyelenggara dalam jangka waktu terbatas
dalam rangka kegiatan promosi.
2. Kegiatan lain yang berdampak terhadap penurunan atau penghapusan suatu
jenis beban biaya kepada pengguna.
2. Besaran tarif promosi tersebut dapat lebih rendah dari tarif minimum rata-rata yang
ditetapkan oleh penyelenggara.
17
1. Implementasi tarif promosi tersebut dapat dilakukan oleh penyelenggara
dalam rangka :
1) Pengembangan produk baru.
2) Perluasan area layanan.
3) Pengembangan kapasitas pada suatu area layanan tertentu.
4) Program lain yang ditujukan untuk memberikan penurunan tarif kepada
pengguna.
2. Implementasi tarif promosi tersebut dapat dilakukan oleh penyelenggara
dengan ketentuan:
1) Penerapan tarif promosi oleh penyelenggara dominan untuk jangka waktu
lebih dari 7 hari kalender secara berturut-turut wajib mendapatkan
persetujuan BRTI.
2) Penerapan Tarif Promosi oleh Penyelenggara non Dominan untuk jangka
waktu lebih dari 30 hari kalender secara berturut-turut wajib mendapatkan
persetujuan BRTI.
3. Usulan implementasi tarif promosi yang harus mendapat persetujuan BRTI
wajib disampaikan oleh Penyelenggara kepada kepada BRTI selambat-lambatnya 30
hari kalender sebelum diimplementasikan.
4. BRTI melakukan evaluasi terhadap permohonan persetujuan implementasi
tarif promosi yang diajukan penyelenggara dengan mengacu kepada ketentuan
peraturan ini.
Diskresi oleh Menkominfo atas tarif batas atas dan batas bawah penyelenggaraan
telekomunikasi dinilai berpotensi mengganggu iklim persaingan usaha.
Suksesi pengesahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(UU Cipta Kerja) menjadi catatan penting dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Salah satu yang menjadi sorotan adalah perubahan atas Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (UU Telekomunikasi). Perubahan
UU Telekomunikasi dalam UU Cipta Kerja Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran (PP Poltesiar) ini mengatur kemudian
18
mengenai penetapan tarif batas atas dan batas bawah penyelenggaraan jasa telekomunikasi
oleh pemerintah. Pada Pasal 30 ayat (1) PP Poltesiar dinyatakan bahwa,
“Besaran tarif penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi dan/atau jasa
Telekomunikasi ditetapkan oleh penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dan/atau jasa
Telekomunikasi berdasarkan formula yang ditetapkan oleh Menteri.”
Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan bahwa,
“Menteri dapat menetapkan tarif batas atas dan atau tarif batas bawah
Penyelenggaraan Telekomunikasi dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan
persaingan usaha yang sehat.”.
Kedua norma ini merupakan landasan operasional dari pada Pasal 71 UU Cipta
Kerja angka 2 yang mengubah ketentuan Pasal 28 UU Telekomunikasi menjadi,
2. Pemerintah Pusat dapat menetapkan tarif batas atas dan/atau tarif batas bawah
penyelenggaraan telekomunikasi dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
dan persaingan usaha yang sehat.
Artinya, semua bergantung pada pertimbangan dan atas diskresi dari Menkominfo.
19
Sejalan dengan itu, penuturan dari Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi
(BRTI), I Ketut Prihadi Kresna yang mengatakan, “Pada dasarnya pengaturan besaran tarif
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan/atau jasa telekomunikasi ditetapkan oleh
operator penyelenggara jaringan telekomunikasi. Akan tetapi pada kondisi tertentu
pemerintah pusat dapat menentukan tarif batas dan/atau tarif batas bawah”, sebagaimana
dikutip dalam Kontan.
Hadirnya kata ‘dapat’ dalam redaksi yang disampaikan oleh Kresna menunjukkan
bahwa ketentuan penetapan tarif batas atas dan tarif batas bawah ini tidak mutlak sehingga
penetapannya akan dilakukan apabila memang diperlukan.
Kresna melanjutkan bahwa, tujuan dari adanya penetapan (keseragaman) ini karena
pada sekitar tahun 2016 atau 2017 terdapat satu operator telekomunikasi menetapkan tarif
paket data internet yang terbilang sangat mahal dibandingkan dengan penetapan tarif di
Indonesia bagian tengah dan Indonesia bagian barat. Dengan demikian pada saat itu,
pemerintah meminta agar operator telekomunikasi tersebut untuk menurunkan tarif. Hal ini
agar perbedaan tarif antara Indonesia bagian barat, tengah dan timur tidak terlalu
signifikan.
20
yang sehat sudah ada di dalam UU. Masa kita mau mundur seperti zaman orde baru yang
semua dikontrol oleh negara. Indonesia bukan negara sosialis” dikutip dari Detik.com.
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah sektor telekomunikasi sekarang ini
tidak lagi menjadi penguasaan penuh dari pemerintahan yang memungkinkan adanya
monopoli (secara tunggal), sehingga tidak memiliki urgensi bahwa ketentuan ini
diberlakukan.
Akan tetapi apabila Menkominfo hendak melakukan penetapan tarif ini maka harus
mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata
Cara Penetapan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PP Penetapan Tarif).
Hal ini dikarenakan penyelenggaraan telekomunikasi termasuk bagian dari Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
21
Tindakan ini disesuaikan dengan jenis tarif yang terdiri dari tarif spesifik dan tarif
ad valorem. Tarif spesifik merupakan tarif yang ditetapkan dengan nilai nominal uang.
Sedangkan tarif ad valorem adalah tarif yang ditetapkan dengan persentase atau formula.
Akan tetapi hingga makalahl ini dibuat tarif batas ini belum memiliki regulasi yang
jelas dalam tataran praktisnya. Secara teknis ini sangat dibutuhkan untuk menjamin
kepastian hukum bagi pihak penyelenggara telekomunikasi dan pemerintah.
Hal-hal yang penting diatur sebagai legal substance dalam pengaturan praktikal ini
berupa parameter pemberlakuan tarif batas. Sebab, dalam PP Poltesiar tidak dinyatakan
secara eksplisit dalam keadaan yang bagaimana tarif batas ini bisa diberlakukan.
Selanjutnya penting mengatur tentang koordinasi Menkominfo dan Menteri Keuangan
dalam proses penentuan tarif PNBP yang dibebankan kepada penyelenggara
telekomunikasi.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR GAMBAR
24