Anda di halaman 1dari 21

RESUSITASI BBL

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Midefery 4
Dosen Pembimbing Siti Umariyah Febriyanti, S.SI.T,MH

Oleh:
Kelompok 3
1. Asmaul Khusna (2004294)
2. Miftachul Janah (2004316)
3. Nely Muyasaroh (2004318)
4. Nuzulianti (2004323)
5. Retno Fremi Y (2004325)
6. Siti Mulyati (2004333)
7. Siti Prihatin (2004334)
8. Susilowati (2004340)
9. Tanti Lutfiani (2004341)
10. Veryanah Sunarsih (2004343)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA


SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Untuk kedepannya, dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena itu, keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 08 April 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Pengertian Resusitasi ........................................................................... 3
B. Persiapan Resusitasi BBL .................................................................... 4
C. Tanda-tanda dan Kondisi yang Memerlukan Resusitasi ..................... 4
D. Langkah-langkah resusitasi BBL ........................................................ 5
E. Asuhan resusitasi pada BBL ................................................................ 5
BAB III ASKEB…………………………………………………………….. 15
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 15
A. Simpulan ........................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi Neonatus Kematian, Neonatus di Indonesia masih tinggi. Walaupun sudah banyak upaya untuk
menurunkan kematian neonatus, tetapi masih dirasakan perlunya dilakukan upaya penurunan kematian neonatus.
Kasus kegawatan bayi banyak terjadi di ruang neonatus, kamar bersalin/kamar operasi, dan unit gawat darurat.
Oleh karena itu staf di tempat tersebut harus dapat menatalaksana kasus kegawatan yang memerlukan resusitasi
neonatus Analisis Tugas Kompetensi: Melakukan resusitasi neonatus secara efektif dan dalam waktu yang tepat
Definisi Resusitasi Neonatus Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus
yang gagal bernapas spontan dan adekuat PERSIAPAN RESUSITASI Satu tenaga terampil terlatih untuk
resusitasi, yang dapat melakukan resusitasi lengkap Tenaga tambahan Peralatan resusitasi yang memadai
Tindakan pencegahan infeksi Peralatan/Bahan yang disiapkan Perlengkapan Pengisapan Bulb Syringe/ penghisap
balon Kateter pengisap, ukuran 5 (atau 6), 8, 10 Fr Aspirator mekonium Pengisapan mekanik Selang pemberian
makan ukuran 8 Fr dan spuit 20 cc Perlengkapan Balon dan Sungkup/Masker Oral airway, neonatus cukup bulan
dan prematur Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan Reservoar oksigen untuk memberikan O %
Oksigen dengan pengukur aliran (flowmeter) dan pipa oksigen Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran
untuk neonatus cukup bulan dan prematur Kanul hidung atau kateter hidung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pembuatan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian resusitasi?
2. Apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir?
3. Bagaimana tanda-tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi?
4. Apa saja asuhan resusitasi BBL?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian resusitasi.
2. Untuk mengetahui apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi.
4. Untuk mengetahui asuhan resusitasi BBL

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

Resusitasi adalah satu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas
atau henti jantung ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis (Gofar, 2012)

Adapun pengertian resusitasi menurut para ahli:

1. Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus
Kedokteran, Edisi 2000).
2. Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).
3. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang
yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak
(Tjokronegoro, 1998).
4. Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah “menghidupkan kembali”,
yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut
menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup
dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.

B. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya
pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak
yang berat atau meninggal.

1. Persiapan Keluarga

4
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu
kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan
terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai
beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya
di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang
terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi
(petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan
siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk.
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu
g. Sarung tangan
4. Persiapan Penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran.

C. Tanda-tanda dan Kondisi yang memerlukan Resusitasi

1. Tanda-tanda resusitasi perlu dilakukan


a. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak
adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah

5
efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
b. Denyut jantung-frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi
denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 frekuensi
denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
1) Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
2) Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan
VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
c. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika
masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu
diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang
bersalin yang dingin.

2. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi


a. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
b. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik,
analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
c. Kerusakan neurologis.
d. Bayi kurang bulan.
e. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-
kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
f. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa
berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

D. Langkah-langkah Resusitasi BBL

1. Resusitasi BBL Langkah Awal


a. Jaga bayi tetap hangat

6
1) Letakkan bayi di atas kainn ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
3) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah digelar di tempat
resusitasi.
4) Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah pemancar panas.
b. Atur posisi bayi
1) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c. Isap lendir
1) Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut.
2) Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung.
3) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukkan.
4) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung
jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Tekan bola di luar mulut dan hidung.
2) Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir akan terisap).
3) Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan lepaskan.
d. Keringkan dan rangsang bayi
1) Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai menangis.
2) Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai bernapas: Menepuk/
menyentil telapak kaki; atau Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan.
3) Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya.
4) Seimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernapasan bayi.
e. Atur kembali posisi kepala bayi
Atur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidup.
f. Langkah penilaian bayi
1) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
2) Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
3) Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
2. Resusitasi BBL Ventilasi
7
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
b. Ventilasi 2 kali.
c. Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji apakah
jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.
d. Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Jika tidak
mengembang:
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan.
4) Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap
berikutnya.
e. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1) Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis.
2) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian
ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.
1. Lihat dada apakah ada retraksi.
2. Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
1. Jangan ventilasi lagi.
2. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL.
3. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan. Jangan tinggalkan bayi sendiri. Lakukan
asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
f. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah bernapas,
tidak bernapas atau megap-megap

8
3) Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
4) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
g. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa.
2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
h. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai jantung.
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan resusitasi jika
denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta
lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.

3. Resusitasi BBL bila Ketuban Bercampur Mekonium


Mekonium merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau tua atau
kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali pada 12-24 jam pertama. Kira-kira pada
15% kasus, mekonium dikeluarkan bersamaan dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum persalinan.
Hal ini menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34
minggu kehamilan. Bila mekonium terlihat sebelum persalinan bayi dengan presentasi kepala, lakukan
pemantauan ketat karena hal ini merupakan tanda bahaya.
a. Penyebab janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang hal ini terkait
dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia kan meningkatkan peristaltik usus dan
relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi dengan risiko tinggi
gawat janin (misal; Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil Lewat Waktu) ternyata air
ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air
ketuban pada kehamilan normal.
b. Risiko air ketuban bercampur mekonium terhadap bayi
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di dalam rahim sehingga mekonium yang tercampur
dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru bayi. Mekonium dapat juga masuk ke paru jika bayi

9
tersedak saat lahir. Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia dan
mungkin kematian.
c. Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur
mekonium?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-langkah
tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi
yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
1. Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/ bernapas/ bernapas normal/
megap-megap/ tidak bernapas?
2. Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal. Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka
mulut lebar, dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Keterangan: Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air ketuban dan
mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak (aspirasi).

E. Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan kaadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi.
Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
1. Resusitasi Berhasil
Resusitasi berhasil bila pernafasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti
dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a. Jelaskan pada ibu tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
b. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayi nya.
c. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi.
d. Jelaskan pada ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan minta pertolongan segera bila
terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
e. Lakukan asuhan BBL normal.
2. Bayi Perlu Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk kepasilitas rujukan.
a. Jelaskan pada ibu bahwa bayi nya perlu dirujuk, bayi dirujuk bersama ibunya.
b. Mintak keluarga untuk menyiapkan sarana trasportasi secepatnya.
c. Bawa peralatan resusitasi selama perjalanan ketempat rujukan.
d. Periksa keadaan bayi selama perjalanan.

10
e. Lindungi bayi dari sinar matahari.
f. Jelaskan pada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayi nya kecuali pada keadaan gangguan
nafas.

3. Resusitasi Tidak Berhasil


Bila bayi gagal bernafas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut.
Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal.
Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga
untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya
setempat.

11
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny. R DENGAN ASFIKSIA

DI PUSKESMAS BANGUN GALIH

Tanggal pengkajian : 08 April 2021

Jam : 10.45 wib.

Tempat pengkajian : Mampu Persalinan Puskesmas Bangun Galih

A. PENGKAJIAN DATA

DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama bayi : By. Ny. R

Tanggal lahir : 8 April 2021

Jenis kelamin : Laki- laki.

b. Identitas penanggung jawab/ suami

Nama ibu : Ny. R Nama ayah : Tn. T

Umur ibu : 27 tahun Umur : 33 tahun.

Agama : Islam Agama : Islam.

Suku/ bangsa : Jawa/ Indo Suku/ bangsa : Jawa/ Indo

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

12
Alamat : Ds. Maribaya

2. Keluhan utama pada bayi : Bayi lahir dengan kesulitan bernafas

3. Riwayat kehamilan

Riwayat obstetrik (ibu) : GIIPIA0

Keluhan yang dialami ibu : TM I : mual, muntah.

TM II : tidak ada keluhan.

TM III : tidak ada keluhan.

Kejadian selama hamil :

a. Riwayat penyakit/ kehamilan

Perdarahan : tidak ada.

Preeklamsi : tidak ada.

Eklamsi : tidak ada.

Penyakit/ kelainan: tidak ada.

b. Kebiasaan waktu hamil

Makanan : Ikan, udang, lele, sayuran

Obat- obat/ jamu : tidak ada.

Merokok : tidak ada.

Lain- lain : tidak ada.

c. Komplikasi

Ibu : tidak ada.

Bayi : tidak ada.

13
4. Riwayat persalinan

a. Ketuban

Pecah jam : 10.30 WIB

Warna : Hijau keruh

Jumlah : cukup

b. Persalinan sebelumnya

Tabel 3.1 Persalinan sebelumnya

No. Tanggal UK Persalinan Penolong Tempat Bayi Nifas Ket.


Partus
1. 2016 38 Normal Bidan Rumah Perempuan 40 BB (lahir) : 3500 gram.
mgg spontan hari Laktasi ± 1 tahun.
Tidak ada komplikasi pada ibu
dan bayi
Sekarang umur 5 tahun
2. 2021 Hamil
ini

5. Riwayat persalinan sekarang

Jenis persalianan : spontan.

Ditolong oleh : bidan.

Jam/ tanggal lahir : 10.45 wib/ 8 April 2021

Jenis kelamin : laki- laki.

Berat badan : 2600 gram.

Panjang badan : 48 cm

14
6. Keadaan bayi baru lahir (08 April 2021).

Tabel 3.2 APGAR

No Aspek yang dinilai 1 Menit 5 Menit 10 Menit


1 Denyut jantung 2 2 2
2 Usaha nafas 1 1 1
3 Tonus otot 1 2 2
4 Reflek 1 1 1
5 Warna kulit 1 1 2
Jumlah 6 7 8

7. Resusitasi

Penghisapan : dilakukan.
Ambubag : dilakukan.
Massage jantung : dilakukan
Rangsangan : dilakukan
Lamanya : 10 menit.

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum (08 April 2021).

a. Keadaan umum : baik.

b. Kesadaran : CM.

c. Tanda- tanda vital : (HR: 122 x/menit, RR: 34 x/menit, Suhu: 36,4 °C).

d. BB (sekarang) : 2600 gram.

2. Pemeriksaan Fisik/ Status Present

a. Kepala : rambut sedikit, kepala mesocephal.

b. Muka : tidak pucat, tidak oedem, tidak ikterik.

c. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

15
kedua mata ditutup dengan kasa untuk

menghindari radiasi dari terapi sinar.

d. Hidung : simetris, bersih, tidak ada secret, terpasang O2

HB (Head Box).

e. Telinga : simetris, tidak ada penumpukan serumen.

f. Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada labiopalatoschizis.

g. Leher : tidak ada pembesaran limfe, tiroid/ pun vena

jugularis.

h. Dada : simetris, tidak kuning, tidak ada retraksi dada.

i. Ketiak : tidak ada massa, pembesaran getah bening tidak

ada.

j. Abdomen : simetris, terpasang selang infus di umbilicus,

turgor baik.

k. Genetalia : testis belum turun, lubang penis ada ditengah.

l. Ekstermitas Atas : tidak oedem, tidak ada varises, tungkai simetris,

akral tidak dingin.

m. Ekstermitas Bawah : tidak oedem, tidak ada varises, tungkai simetris,

akral tidak dingin.

n. Anus : berlubang.

3. Pemeriksaan penunjang

Advis dokter : dilakukan penanganan resusitasi apabila gagal lakukan rujukan

16
B. INTERPRETASI

DATA Diagnosa

kebidanan

By.Ny. R dengan asfiksi berat.

Data Dasar:

DS : Ibu mengatakan usia kehamilannya 39minggu.

DO:

1. BB : 2600 gram.

2. LK : 33 cm.

3. LD : 34 cm.

4. PB : 48 cm.

5. Suhu : 36,4 °C.

Masalah : dengan asfiksia berat.

Kebutuhan: kehangatan bayi dan resusitasi

PERENCANAAN

Tanggal : 08 April 2021


Jam : 11.00 wib

1. Beritahu ibu tentang keadaan bayi.

2. Observasi keadaan umum dan vital sign

3. Jaga kehangatan bayi.

4. Lakukan resusitasi.

5. Monitor aliran O2.

6. Rujuk

17
b. PELAKSANAAN

Tanggal : 8 April 2021

Jam : 11.10 wib.

a. Memberitahu ibu tentang keadaan bayi.

b. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign bayi.

c. Menjaga kehangatan bayi.

d. Melakukan tindakan resusitasi

e. Memonitor aliran O2

f. Melakukan tindakan rujukan

c. EVALUASI

Tanggal : 8 April 2021

Jam : 11.20 wib.

a. Ibu sudah tahu bahwa hasil pemeriksaan bayi

Hasil : ibu tahu kondisi bayi masih belum stabil

b. Ibu sudah setuju dilakukan rujukan

Hasil : ibu setuju dilakukan rujukan

18
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, bahwa penulis dapat menyimpulkan:
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

Persiapan resusitasi BBL meliputi, persiapan keluarga, persiapan tempat resusitasi, persiapan alat
resusitasi, persiapan penolong.

Langkah resusitasi BBL meliputi, resusitasi BBL langkah awal, resusitasi BBL ventilasi, resusitasi BBL
bila ketuban bercampur mekonium.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan kaadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi.
Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan, resusitasi berhasil, bayi perlu rujukan dan resusitasi tidak
berhasil.

b. Saran
Berdasarkan pembahasan materi diatas, maka penulis dapat menyarankan bahwa:
1. Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan
segera.
2. Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera
akan memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang .
3. Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada
masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin Abdul Bari, Dkk. 2008. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

https://www.alodokter.com/memahami-resusitasi-bayi-dan-cara-melakukannya

https://noviastuti203.wordpress.com/2013/05/03/resusitasi-neonatus-a-pengertian-resusitasiresusitasi-respirasi-
artifisialis/

https://bidanshare.wordpress.com/2016/12/20/resusitasi-bayi-baru-lahir/

http://madiena29.blogspot.co.id/2011/11/makalah-lengkap-resusitasi-bayi-baru.html

20

Anda mungkin juga menyukai