Oleh:
Kelompok 3
1. Asmaul Khusna (2004294)
2. Miftachul Janah (2004316)
3. Nely Muyasaroh (2004318)
4. Nuzulianti (2004323)
5. Retno Fremi Y (2004325)
6. Siti Mulyati (2004333)
7. Siti Prihatin (2004334)
8. Susilowati (2004340)
9. Tanti Lutfiani (2004341)
10. Veryanah Sunarsih (2004343)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Untuk kedepannya, dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi Neonatus Kematian, Neonatus di Indonesia masih tinggi. Walaupun sudah banyak upaya untuk
menurunkan kematian neonatus, tetapi masih dirasakan perlunya dilakukan upaya penurunan kematian neonatus.
Kasus kegawatan bayi banyak terjadi di ruang neonatus, kamar bersalin/kamar operasi, dan unit gawat darurat.
Oleh karena itu staf di tempat tersebut harus dapat menatalaksana kasus kegawatan yang memerlukan resusitasi
neonatus Analisis Tugas Kompetensi: Melakukan resusitasi neonatus secara efektif dan dalam waktu yang tepat
Definisi Resusitasi Neonatus Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus
yang gagal bernapas spontan dan adekuat PERSIAPAN RESUSITASI Satu tenaga terampil terlatih untuk
resusitasi, yang dapat melakukan resusitasi lengkap Tenaga tambahan Peralatan resusitasi yang memadai
Tindakan pencegahan infeksi Peralatan/Bahan yang disiapkan Perlengkapan Pengisapan Bulb Syringe/ penghisap
balon Kateter pengisap, ukuran 5 (atau 6), 8, 10 Fr Aspirator mekonium Pengisapan mekanik Selang pemberian
makan ukuran 8 Fr dan spuit 20 cc Perlengkapan Balon dan Sungkup/Masker Oral airway, neonatus cukup bulan
dan prematur Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan Reservoar oksigen untuk memberikan O %
Oksigen dengan pengukur aliran (flowmeter) dan pipa oksigen Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran
untuk neonatus cukup bulan dan prematur Kanul hidung atau kateter hidung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pembuatan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian resusitasi?
2. Apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir?
3. Bagaimana tanda-tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi?
4. Apa saja asuhan resusitasi BBL?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian resusitasi.
2. Untuk mengetahui apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi.
4. Untuk mengetahui asuhan resusitasi BBL
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Resusitasi adalah satu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas
atau henti jantung ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis (Gofar, 2012)
1. Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus
Kedokteran, Edisi 2000).
2. Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).
3. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang
yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak
(Tjokronegoro, 1998).
4. Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah “menghidupkan kembali”,
yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut
menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup
dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya
pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak
yang berat atau meninggal.
1. Persiapan Keluarga
4
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu
kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan
terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai
beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya
di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang
terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi
(petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan
siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk.
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu
g. Sarung tangan
4. Persiapan Penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran.
5
efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
b. Denyut jantung-frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi
denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 frekuensi
denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
1) Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
2) Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan
VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
c. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika
masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu
diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang
bersalin yang dingin.
6
1) Letakkan bayi di atas kainn ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
3) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah digelar di tempat
resusitasi.
4) Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah pemancar panas.
b. Atur posisi bayi
1) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c. Isap lendir
1) Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut.
2) Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung.
3) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukkan.
4) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung
jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Tekan bola di luar mulut dan hidung.
2) Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir akan terisap).
3) Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan lepaskan.
d. Keringkan dan rangsang bayi
1) Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai menangis.
2) Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai bernapas: Menepuk/
menyentil telapak kaki; atau Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan.
3) Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya.
4) Seimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernapasan bayi.
e. Atur kembali posisi kepala bayi
Atur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidup.
f. Langkah penilaian bayi
1) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
2) Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
3) Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
2. Resusitasi BBL Ventilasi
7
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
b. Ventilasi 2 kali.
c. Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji apakah
jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.
d. Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Jika tidak
mengembang:
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan.
4) Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap
berikutnya.
e. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1) Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis.
2) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian
ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.
1. Lihat dada apakah ada retraksi.
2. Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
1. Jangan ventilasi lagi.
2. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL.
3. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan. Jangan tinggalkan bayi sendiri. Lakukan
asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
f. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah bernapas,
tidak bernapas atau megap-megap
8
3) Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
4) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
g. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa.
2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
h. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai jantung.
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan resusitasi jika
denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta
lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.
9
tersedak saat lahir. Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia dan
mungkin kematian.
c. Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur
mekonium?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-langkah
tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi
yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
1. Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/ bernapas/ bernapas normal/
megap-megap/ tidak bernapas?
2. Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal. Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka
mulut lebar, dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Keterangan: Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air ketuban dan
mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak (aspirasi).
10
e. Lindungi bayi dari sinar matahari.
f. Jelaskan pada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayi nya kecuali pada keadaan gangguan
nafas.
11
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
A. PENGKAJIAN DATA
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas pasien
12
Alamat : Ds. Maribaya
3. Riwayat kehamilan
c. Komplikasi
13
4. Riwayat persalinan
a. Ketuban
Jumlah : cukup
b. Persalinan sebelumnya
Panjang badan : 48 cm
14
6. Keadaan bayi baru lahir (08 April 2021).
7. Resusitasi
Penghisapan : dilakukan.
Ambubag : dilakukan.
Massage jantung : dilakukan
Rangsangan : dilakukan
Lamanya : 10 menit.
DATA OBJEKTIF
b. Kesadaran : CM.
c. Tanda- tanda vital : (HR: 122 x/menit, RR: 34 x/menit, Suhu: 36,4 °C).
15
kedua mata ditutup dengan kasa untuk
HB (Head Box).
jugularis.
ada.
turgor baik.
n. Anus : berlubang.
3. Pemeriksaan penunjang
16
B. INTERPRETASI
DATA Diagnosa
kebidanan
Data Dasar:
DO:
1. BB : 2600 gram.
2. LK : 33 cm.
3. LD : 34 cm.
4. PB : 48 cm.
PERENCANAAN
4. Lakukan resusitasi.
6. Rujuk
17
b. PELAKSANAAN
e. Memonitor aliran O2
c. EVALUASI
18
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, bahwa penulis dapat menyimpulkan:
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Persiapan resusitasi BBL meliputi, persiapan keluarga, persiapan tempat resusitasi, persiapan alat
resusitasi, persiapan penolong.
Langkah resusitasi BBL meliputi, resusitasi BBL langkah awal, resusitasi BBL ventilasi, resusitasi BBL
bila ketuban bercampur mekonium.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan kaadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi.
Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan, resusitasi berhasil, bayi perlu rujukan dan resusitasi tidak
berhasil.
b. Saran
Berdasarkan pembahasan materi diatas, maka penulis dapat menyarankan bahwa:
1. Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan
segera.
2. Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera
akan memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang .
3. Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada
masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk. 2008. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
https://www.alodokter.com/memahami-resusitasi-bayi-dan-cara-melakukannya
https://noviastuti203.wordpress.com/2013/05/03/resusitasi-neonatus-a-pengertian-resusitasiresusitasi-respirasi-
artifisialis/
https://bidanshare.wordpress.com/2016/12/20/resusitasi-bayi-baru-lahir/
http://madiena29.blogspot.co.id/2011/11/makalah-lengkap-resusitasi-bayi-baru.html
20