DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 KELAS B
1. Andi Nuran (P07124122052)
2. Ayu Amelia (P07124122054)
3. Baiq Vinasti Saputri (P07124122056)
4. Deni Husna Pirawati (P07124122058)
5. Dina Andita Dewi (P07124122061)
6. Elena Rahmawati (P07124122063)
7. Fakhirah Mufidah ( P07124122065)
8. Firlin Enymshalimah (P07124122067)
9. Hista Adhi Kirani (P07124122070)
10. Kuratulaeni ( P07124122073)
11. Meiza Selvia (P07124122075)
12. Nasirul Laeli (P07124122077)
13. Nindi Junia Ardianti (P07124122080)
14. Nur Azkia Kusnatik (P07124122082)
15. Nuranisah (P07124122084)
16. Paratima Lizzati Haksa (P07124122086)
17. Rahayu Dian Febrianti (P07124122088)
18. Risti Patiha (P07124122090)
19. Selvianti (P07124122092)
20. Tila Octaviana (P07124122095)
21. Widea Melinda Sari (P07124122098)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok
kami dengan baik. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, dengan bahan kajian Konsep
resusitasi BBL (HAIKAP), Konsep VTP dan pijat jantung luar.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1. Apa Yang Dimaksud Dengan Resusitasi BBL..........................................3
2.2. Persiapan resusitasi BBL...........................................................................3
2.3. Tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi........................................4
2.4. Pengertian Resusitasi langkah awal (HAIKAP)........................................6
2.5. Langkah -langkah resusitasi langkah awal (HAIKAP).............................6
2.6. Pengertian ventilasi tekanan positif (VTP) pada BBL..............................7
2.7. Langkah -langkah Ventilasi tekanan positif (VTP) pada BBL.................7
2.8. Pengertian Resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL..............................10
2.9. Langkah -langkah Resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL..................11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Resusitasi neonatus adalah prosedur yang dilakukan jika bayi baru lahir
tidak mulai bernapas secara spontan segera setelah lahir. Resusitasi
neonatus memberikan oksigen, merangsang pernapasan, dan membuat
jantung mulai memompa secara normal. Sebagian besar bayi mulai
bernapas sendiri dan hanya membutuhkan perawatan neonatal rutin. Sekitar
10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk transisi dari janin ke bayi
baru lahir, dan sekitar 1% memerlukan tindakan resusitasi ekstensif.
Sebagian besar bayi prematur dan bayi dengan kondisi kongenital tertentu
memerlukan resusitasi ekstensi ( Andini, Dwi Margareta, dkk, 2022).
Setiap bayi baru lahir senantiasa mengalami proses transisi dari
kehidupan intrauterin menuju ekstrauterin yang melibatkan hampir semua
sistem organ tubuh. Di antara berbagai sistem organ tersebut, perubahan
sistem pernapasan dan sirkulasi segera setelah lahir memainkan peranan
penting agar bayi dapat beradaptasi pada lingkungan ekstrauterin. Setiap
tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama dengan
85% kematian terjadi dalam 7 hari pertama kehidupan. WHO melaporkan
komplikasi intrapartum, termasuk asfiksia, sebagai penyebab tertinggi
kedua kematian neonatus (23,9%) setelah prematuritas dan berkontribusi
sebagai 11% penyebab kematian balita di seluruh dunia. Definisi asfiksia
neonatorum menurut WHO adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada neonatus terjadi akibat gangguan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang tidak segera diatasi, sehingga
menimbulkan penurunan PaO2 darah (hipoksemia), peningkatan PaCO2
darah (hiperkarbia), asidosis, dan berlanjut pada disfungsi multiorgan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya
serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu
kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat
resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja,
dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan
untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di
dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak
3
tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan
lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak
bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan
juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat pengisap lendir Delee atau bola karet.Tabung dan sungkup
atau balon dan sungkup neonatal.
d. Kotak alat resusitasi.
e. Jam atau pencatat waktu
f. Sarung tangan
4. Persiapan Penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran
(Damayanti ,Ika Putri, dkk, 2014)
2.3. Tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi
4
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut
jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus> 100
per menit. Cara yang termudah dan cepat adaah dengan
menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Memba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama
6 detik (hasilnya dikalikan 10 frekuensi denyut jantung selama 1
menit) Hasil penilaian:
1) Apabila frekuensi 100x/menit dan bayi bernafas spontan,
dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
2) Apabila frekuensi < 100x/menit walaupun bayi bernafas
spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi
Tekanan Positif)
c. Warna kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa wama kulit
bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan
frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada simosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara
lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
2. Kondisi resusitasi diperlukan
a. Sumbatan jalan nafas: akibat lendir/darah/ mekonium atau akibat
lidah yang jatuh ke posterior.
b. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan
kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik,
diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
c. Kerusakan neurologis.
d. Bayi kurang bulan.
e. Kelainan kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan
saraf pusat, dan/atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5
f. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit
pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi
kualitas hidup individu selanjutnya ( Deswita,dkk, 2023).
2.4. Pengertian Resusitasi langkah awal (HAIKAP)
6
membantu menjaga posisi kepala tetap stabil. Bila didapat usaha
nafas tapi tidak menghasilkan ventilasi tidal yang efektif, patut
dicurigai adanya sumbatan. Maka sesegera mungkin mengoreksi
posisi yang terlalu ekstensi atau fleksi dan penghisapan lendir.
b. Penghisapan lendir Pada bayi baru lahir yang sehat pada umumnya
tidak memerlukan penghisapan lendir. Penghisapan lendir yang
agresif pada daerah faring akan menyebabkan spasme laring
bradikardi gagal dan memperlambat pernafasan spontan. Bila tidak
terdapat mekonium atau darah, pemakaian penghisap lendir
mekanik dibatasi baik untuk kedalaman ataupun waktu. Pemakaian
tekanan negatif tidak lebih dari 100 mmHg.
3. Pembebasan jalan nafas dari mekonium Bila cairan amnion bercampur
mekonium, harus dilakukan dengan segera penghisapan lendir dari
mulut, faring dan hidung. Bila cairan amnion bercampur dengan
mekonium dan bayi tidak ada nafas spontan, tonus otot berkurang dan
denyut jantung kurang dari 100 kali permenit, sesegera mungkin
dilakukan laringoskopi untuk penghisapan sisa mekonium dari
hipofaring, kemudian dilakukan intubasi dan pengisapan trakea.
4. Rangsang taktil Pengeringan dan penghisapan lendir pada bayi baru
lahir merupakan stimulus yang cukup untuk memulai pernafasan yang
efektif. Bila tidak terdapat pernafasan spontan atau pernafasan efektif
sesudah dilakukan pengeringan dan penghisapan lendir perlu dilakukan
rangsang taktil pada bayi.Rangsang taktil dapat dilakukan dengan
pengusapan punggung, jentikan pada telapak kaki bayi yang tidak
dilakukan dengan cara yang kuat. Rangsang taktil efektif dilakukan
pada apneu primer.
5. Bila hal tersebut tidak menimbulkan pernafasan efektif sesegera
mungkin melakukan tindakan ventilasi tekanan positif karena
mengalami apneu sekunder.
(Wulandari, Siswi, dkk, 2023).
7
Ventilasi merupakan tahapan dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif
yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan
dan teratur. Tindakan resusitasi ventilasi tekanan positif sangat penting
untuk menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia. Asfiksia pada bayi
baru lahir (BBL) merupakan kegagalan napas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir ( Yulianti, Nila Trisna dan Karnilan, 2019).
8
tempat kering, datar, dan hangat (radiant warmer), melakukan suction
apabila terdapat banyak sekret pada jalan napas, serta mengeringkan
tubuh bayi sekaligus melakukan stimulasi. Selama persiapan, denyut
jantung dan pernapasan bayi harus selalu dievaluasi.
2. Peralatan
Untuk melakukan VTP pada neonatus, dibutuhkan peralatan dengan
ukuran yang sesuai dengan ukuran badan bayi. Alat yang dibutuhkan
antara lain:
a. Sungkup wajah
b. Nasal kanul dan selang penyambung dengan oksigen
c. Oksigen dan flow-inflating atau self-inflating resuscitation bag
d. Peralatan yang tersambung dengan positive end-expiratory pressure
(PEEP)
e. Peralatan intubasi, seperti laringoskop dan endotracheal tube
f. Obat-obatan emergensi, seperti epinefrin
3. Posisi Pasien
Posisikan bayi baru lahir dengan leher sedikit terekstensi, di tempat
kering, datar, dan hangat (radiant warmer).
4. Prosedural
VTP pada neonatus dapat dilakukan oleh 2 atau 1 orang tenaga medis
terlatih. Namun, tindakan dengan 2 orang akan lebih efektif, karena 1
orang dapat mempertahankan posisi rahang dan menahan sungkup
untuk menutupi mulut dan hidung sedangkan 1 orang lainnya
melakukan ventilasi, terutama apabila terjadi kebocoran sungkup.
Teknik prosedur VTP pada neonatus adalah:
a. Ventilasi dilakukan 40–60 kali/menit, dengan waktu inspirasi 0,3‒0,5
detik. Apabila disertai kompresi dada maka ventilasi dilakukan selama
30 kali/menit.
b. Untuk ventilasi tekanan positif, diberikan oksigen 10 L/menit dengan
tekanan ventilasi inisial 20‒25 cmH2O. Apabila VTP dibutuhkan
untuk resusitasi bayi prematur, disarankan untuk menggunakan alat
yang sekaligus dengan PEEP (positive end-expiratory pressure).
9
Penggunaan PEEP (5 cmH2O) dapat membantu paru-paru bayi tetap
terinflasi diantara pernapasan tekanan positif.
c. Saat VTP dimulai, bayi harus menggunakan monitor kardiak elektrik
untuk penilaian denyut jantung yang akurat. Namun, jika tekanan
ventilasi tidak terpantau oleh monitor maka tekanan minimal
digunakan untuk mencapai pergerakan dinding dada fisiologis (tidak
berlebihan) dan peningkatan denyut jantung. Tekanan yang lebih tinggi
mungkin dibutuhkan untuk membantu aerasi paru pada awal
pernafasan.
d. Indikator paling penting dari VTP yang berhasil adalah kenaikan
denyut jantung. Bila denyut jantung tidak meningkat, VTP yang
menginflasi paru dapat dinilai dari pergerakan dinding dada saat
ventilasi. Apabila dipasang intubasi atau sungkup laring (laryngeal
mask airway), inflasi paru dinilai dengan pergerakan dinding dada dan
bunyi napas bilateral saat ventilasi.
e. Saat VTP dimulai, asisten harus mendengarkan peningkatan denyut
jantung pada 15 detik pertama setelah VTP.
f. Apabila VTP sudah dilakukan tetapi kondisi bayi tidak membaik, di
mana pergerakan dada bayi tidak membaik bahkan setelah posisi
sungkup diperbaiki atau setelah intubasi terpasang, maka trakea
mungkin mengalami obstruksi oleh sekret yang tebal, sehingga harus
dilakukan suction melalui kateter yang dimasukan melalui
endotracheal tube atau secara langsung melalui trakea.
g. Setelah 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dengan oksigen 100%,
pernapasan spontan dan denyut jantung harus dinilai. Apabila terdapat
pernafasan spontan dan denyut jantung 100 kali/menit, maka VTP
perlahan dapat dikurangi dan diberhentikan.
h. Apabila pernafasan spontan tidak adekuat atau denyut jantung masih
dibawah 100 kali/menit, maka ventilasi harus dilanjutkan baik dengan
sungkup atau pemasangan endotracheal tube. Apabila denyut jantung
60 kali/menit, maka ventilasi dilanjutkan dan mulai dilakukan
kompresi dada dan pemasangan intubasi.
10
i. Tekanan dan kecepatan VTP dapat diturunkan apabila bayi
memberikan respon membaik.
j. Dekompresi gastrik melalui nasogastric tube (NGT) diindikasikan
apabila ventilasi sungkup dilanjutkan selama beberapa menit.
5. Follow Up
Bayi yang mengalami gangguan perinatal atau distress pernafasan yang
berlanjut dapat mengalami keterlambatan adaptasi atau disfungsi pada fase
perinatal, termasuk gangguan otak, jantung, saluran gastrointestinal, ginjal,
dan organ lainnya. Follow up yang dilakukan pada prosedur VTP meliputi
penilaian saat tindakan dan monitoring berkelanjutan.
a. Follow Up Saat Tindakan
1) Penilaian respon bayi terhadap tindakan ventilasi tekanan positif
pada saat tindakan yaitu:
2) Peningkatan denyut jantung >100x/m
3) Pergerakan dinding dada dan perut terlihat setiap inflasi
4) Perbaikan saturasi oksigen.
b. Follow Up Berkelanjutan
Monitoring berkelanjutan yang harus dilakukan termasuk observasi
gula darah, temperatur, saturasi oksigen, denyut jantung dan tekanan
darah, respiratory rate dan pola nafas, analisis gas darah,
keseimbangan cairan dan nutrisi, serta tanda-tanda neurologis.
(A'yun, Sofa Qurata, 2022).
11
Resusitasi jantung paru merupakan sebuah tindakan pertolongan yang
dilakukan kepada korban kejadian atau kondisi emergency yang mengalami
henti napas dan henti jantung. Kondisi tersebut dapat diakibatkan karena
korban mengalami serangan jantung (heart attack), kecelakaan, tersengat
alur listrik, tenggelam, keracunan dan lain-lain.
2.9. Langkah -langkah resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL
12
5. Tehnik ibu jari:
a. Letakkan kedua tangan melingkar dada bayi bagian lateral,
tempatkan kedua ibu jari di tulang dada di lokasi kompresi,
sedangkan jari-jari lainya diletakkan dipunggung bayi.
b. Letakkan kedua ibu jari berdampingan (untuk bayi kecil ibu jari yg
satu diletakkan diatas ibu jari yg lain).
6. Teknik 2 jari:
a. Gunakan ujung jari tengah dan telunjuk salah satu tangan untuk
kompresi dada.
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada di lokasi
kompresi (kompresi hanya dilakukan dengan ujung-ujung jari
tersebut).
c. Tangan yang lain menopang punggung bayi.
7. Frekuensi penekanan : 3 kali penekanan / kompresi I kali ventilasi
dalam 2 detik.
8. Periksa frekuensi jantung/ nadi selama 6 detik, bila frekuensi jantung:
a. <60 kali/menit: lanjutkan tindakan penekanan dan ventilasi.
b. ≥260 kali menit: hentikan penekanan dada dan lanjutkan ventilasi
dengan oksigen 100%
(Andini, Dwi Margareta, dkk, 2022).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran dari kami adalah agar makalah ini bisa bermanfaat bagi
kami, dan bagi pembaca, untuk dapat memahami dan mengerti lebih
dalam teori mengenai Konsep resusitasi BBL (HAIKAP), Konsep VTP
dan pijat jantung luar yang di dapatkan di kampus dan disarankan
kepada mahasiswa kebidan untuk mengetahui lebih dalam karena
Resusitasi neonatus adalah prosedur yang dilakukan jika bayi baru lahir
tidak mulai bernapas secara spontan segera setelah lahir seperti yang
tertulis dalam makalah ini dan penulis berharap mahasiswa kebidanan
lebih aware terhadap hal tersebut. Semoga makalah kami ini dapat di
14
pahami dan dapat dipergunakan sebaik- baiknya sebagai pegangan
pembelajaran bagi kita semua. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
15