Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP RESUSITASI BBL (HAIKAP) DAN KONSEP VTP DAN


PIJAT JANTUNG LUAR

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 KELAS B
1. Andi Nuran (P07124122052)
2. Ayu Amelia (P07124122054)
3. Baiq Vinasti Saputri (P07124122056)
4. Deni Husna Pirawati (P07124122058)
5. Dina Andita Dewi (P07124122061)
6. Elena Rahmawati (P07124122063)
7. Fakhirah Mufidah ( P07124122065)
8. Firlin Enymshalimah (P07124122067)
9. Hista Adhi Kirani (P07124122070)
10. Kuratulaeni ( P07124122073)
11. Meiza Selvia (P07124122075)
12. Nasirul Laeli (P07124122077)
13. Nindi Junia Ardianti (P07124122080)
14. Nur Azkia Kusnatik (P07124122082)
15. Nuranisah (P07124122084)
16. Paratima Lizzati Haksa (P07124122086)
17. Rahayu Dian Febrianti (P07124122088)
18. Risti Patiha (P07124122090)
19. Selvianti (P07124122092)
20. Tila Octaviana (P07124122095)
21. Widea Melinda Sari (P07124122098)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok
kami dengan baik. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, dengan bahan kajian Konsep
resusitasi BBL (HAIKAP), Konsep VTP dan pijat jantung luar.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Erien


Luthfia, M.Keb yang telah memberikan tugas ini, yang dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait dengan mata kuliah tersebut. Tidak lupa kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah berkontribusi untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sangat menerima kritik dan saran dari pembaca.

Mataram, 30 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1. Apa Yang Dimaksud Dengan Resusitasi BBL..........................................3
2.2. Persiapan resusitasi BBL...........................................................................3
2.3. Tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi........................................4
2.4. Pengertian Resusitasi langkah awal (HAIKAP)........................................6
2.5. Langkah -langkah resusitasi langkah awal (HAIKAP).............................6
2.6. Pengertian ventilasi tekanan positif (VTP) pada BBL..............................7
2.7. Langkah -langkah Ventilasi tekanan positif (VTP) pada BBL.................7
2.8. Pengertian Resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL..............................10
2.9. Langkah -langkah Resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL..................11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resusitasi neonatus adalah prosedur yang dilakukan jika bayi baru lahir
tidak mulai bernapas secara spontan segera setelah lahir. Resusitasi
neonatus memberikan oksigen, merangsang pernapasan, dan membuat
jantung mulai memompa secara normal. Sebagian besar bayi mulai
bernapas sendiri dan hanya membutuhkan perawatan neonatal rutin. Sekitar
10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk transisi dari janin ke bayi
baru lahir, dan sekitar 1% memerlukan tindakan resusitasi ekstensif.
Sebagian besar bayi prematur dan bayi dengan kondisi kongenital tertentu
memerlukan resusitasi ekstensi ( Andini, Dwi Margareta, dkk, 2022).
Setiap bayi baru lahir senantiasa mengalami proses transisi dari
kehidupan intrauterin menuju ekstrauterin yang melibatkan hampir semua
sistem organ tubuh. Di antara berbagai sistem organ tersebut, perubahan
sistem pernapasan dan sirkulasi segera setelah lahir memainkan peranan
penting agar bayi dapat beradaptasi pada lingkungan ekstrauterin. Setiap
tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama dengan
85% kematian terjadi dalam 7 hari pertama kehidupan. WHO melaporkan
komplikasi intrapartum, termasuk asfiksia, sebagai penyebab tertinggi
kedua kematian neonatus (23,9%) setelah prematuritas dan berkontribusi
sebagai 11% penyebab kematian balita di seluruh dunia. Definisi asfiksia
neonatorum menurut WHO adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada neonatus terjadi akibat gangguan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang tidak segera diatasi, sehingga
menimbulkan penurunan PaO2 darah (hipoksemia), peningkatan PaCO2
darah (hiperkarbia), asidosis, dan berlanjut pada disfungsi multiorgan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan resusitasi bayi baru lahir?


2. Apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir?
3. Bagaimana tanda dan kondisi bayi yang memerlukan resusitasi?
4. Apa yang dimaksud dengan resusitasi langkah awal (HAIKAP) ?
5. Bagaimana langkah - langkah resusitasi langkah awal (HAIKAP) ?
6. Apa yang dimaksud dengan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada bayi
baru lahir?
7. Bagaimana langkah -langkah Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada bayi
baru lahir?
8. Apa yang dimaksud dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada bayi baru
lahir?
9. Bagaimana langkah -langkah Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada bayi
baru lahir?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari resusitasi bayi baru lahir


2. Untuk mengetahui persiapan resusitasi bayi baru lahir
3. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan kondisi bayi baru lahir yang
memerlukan resusitasi?
4. Untuk mengetahui definisi resusitasi langkah awal (HAIKAP)
5. Untuk mengetahui bagaimana resusitasi langkah awal (HAIKAP)
6. Untuk mengetahui definisi resusitasi ventilasi positif (VTP) pada bayi baru
lahir
7. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah resusitasi ventilasi positif
8. Untuk mengetahui definisi dari resusitasi jantung paru (RJP)
9. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah resusitasi jantung paru
(RJP).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Apa Yang Dimaksud Dengan Resusitasi BBL

Resusitasi neonatus adalah prosedur yang diaplikasikan pada


bayi baru lahir (BBL) yang tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Istilah BBL
digunakan untuk bayi yang baru lahir pada menit-menit pertama sampai
beberapa jam selanjutnya. Tujuan resusitasi adalah memperbaiki fungsi
pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas. Airway (jalan nafas):
memastikan saluran nafas terbuka, meletakkan bayi dalam posisi benar,
menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakhea. Breathing
(pernafasan): lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan, bila
perlu memakai VTP menggunakan sungkup dan balon. Circulation
(sirkulasi): rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada atau bila perlu menguunakan obat-obatan. ( Widiastini,
Luh Putu, 2018).

2.2. Persiapan resusitasi BBL

1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya
serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu
kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat
resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja,
dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan
untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di
dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak

3
tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan
lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak
bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan
juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat pengisap lendir Delee atau bola karet.Tabung dan sungkup
atau balon dan sungkup neonatal.
d. Kotak alat resusitasi.
e. Jam atau pencatat waktu
f. Sarung tangan
4. Persiapan Penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran
(Damayanti ,Ika Putri, dkk, 2014)
2.3. Tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi

1. Tanda resusitasi diperlukan


a. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak
bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan
dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1
menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan
perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif
yaitu pada bayi normal biasanya 30-50 x/menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
b. Denyut jantung-frekuensi

4
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut
jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus> 100
per menit. Cara yang termudah dan cepat adaah dengan
menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Memba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama
6 detik (hasilnya dikalikan 10 frekuensi denyut jantung selama 1
menit) Hasil penilaian:
1) Apabila frekuensi 100x/menit dan bayi bernafas spontan,
dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
2) Apabila frekuensi < 100x/menit walaupun bayi bernafas
spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi
Tekanan Positif)
c. Warna kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa wama kulit
bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan
frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada simosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara
lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
2. Kondisi resusitasi diperlukan
a. Sumbatan jalan nafas: akibat lendir/darah/ mekonium atau akibat
lidah yang jatuh ke posterior.
b. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan
kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik,
diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
c. Kerusakan neurologis.
d. Bayi kurang bulan.
e. Kelainan kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan
saraf pusat, dan/atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.

5
f. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit
pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi
kualitas hidup individu selanjutnya ( Deswita,dkk, 2023).
2.4. Pengertian Resusitasi langkah awal (HAIKAP)

Hangatkan bayi, membersihkan bayi dari darah dan cairan,


menggantikan kain basah dengan kain kering, atur posisi bayi,isap lendir
bayi menggunakan delay dari mulut kemudian hidung,Melakukan
rangsangan taktil dengan mengusap punggung dan telapak kaki bayi, bayi
menangis kuat, atur kembali posisi bayi,penilaian kembali pada bayi
2.5. Langkah -langkah resusitasi langkah awal (HAIKAP)

1. Menjaga suhu tubuh Pencegahan terhadap kehilangan panas penting


pada bayi baru lahir karena cold stress dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen sehingga mengganggu resusitasi yang efektif. Oleh karena itu
resusitasi neonatus sedapat mungkin dilakukan di tempat yang hangat.
Tempatkan bayi dibawah radiant warmer dan sesegera mungkin
dikeringkan dan mengganti dengan selimut yang hangat untuk
mengurangi kehilangan panas.
2. Membebaskan jalan nafas Jalan nafas bayi dibebaskan dengan cara
menjaga posisi bayi dan penghisapan lendir bila perlu:
a. Posisi Posisikan bayi baru lahir terlentang atau miring pada satu
sisi, posisikan kepala pada posisi netral atau posisi ekstensi ringan.
Selimut atau handuk yang diletakkan di belakang pundak dapat

6
membantu menjaga posisi kepala tetap stabil. Bila didapat usaha
nafas tapi tidak menghasilkan ventilasi tidal yang efektif, patut
dicurigai adanya sumbatan. Maka sesegera mungkin mengoreksi
posisi yang terlalu ekstensi atau fleksi dan penghisapan lendir.
b. Penghisapan lendir Pada bayi baru lahir yang sehat pada umumnya
tidak memerlukan penghisapan lendir. Penghisapan lendir yang
agresif pada daerah faring akan menyebabkan spasme laring
bradikardi gagal dan memperlambat pernafasan spontan. Bila tidak
terdapat mekonium atau darah, pemakaian penghisap lendir
mekanik dibatasi baik untuk kedalaman ataupun waktu. Pemakaian
tekanan negatif tidak lebih dari 100 mmHg.
3. Pembebasan jalan nafas dari mekonium Bila cairan amnion bercampur
mekonium, harus dilakukan dengan segera penghisapan lendir dari
mulut, faring dan hidung. Bila cairan amnion bercampur dengan
mekonium dan bayi tidak ada nafas spontan, tonus otot berkurang dan
denyut jantung kurang dari 100 kali permenit, sesegera mungkin
dilakukan laringoskopi untuk penghisapan sisa mekonium dari
hipofaring, kemudian dilakukan intubasi dan pengisapan trakea.
4. Rangsang taktil Pengeringan dan penghisapan lendir pada bayi baru
lahir merupakan stimulus yang cukup untuk memulai pernafasan yang
efektif. Bila tidak terdapat pernafasan spontan atau pernafasan efektif
sesudah dilakukan pengeringan dan penghisapan lendir perlu dilakukan
rangsang taktil pada bayi.Rangsang taktil dapat dilakukan dengan
pengusapan punggung, jentikan pada telapak kaki bayi yang tidak
dilakukan dengan cara yang kuat. Rangsang taktil efektif dilakukan
pada apneu primer.
5. Bila hal tersebut tidak menimbulkan pernafasan efektif sesegera
mungkin melakukan tindakan ventilasi tekanan positif karena
mengalami apneu sekunder.
(Wulandari, Siswi, dkk, 2023).

2.6. Pengertian ventilasi tekanan positif (VTP) pada BBL

7
Ventilasi merupakan tahapan dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif
yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan
dan teratur. Tindakan resusitasi ventilasi tekanan positif sangat penting
untuk menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia. Asfiksia pada bayi
baru lahir (BBL) merupakan kegagalan napas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir ( Yulianti, Nila Trisna dan Karnilan, 2019).

2.7. Langkah -langkah Ventilasi tekanan positif (VTP) pada BBL

Teknik ventilasi tekanan positif (VTP) pada neonatus terdiri dari


ventilasi dengan sungkup wajah dan inflation bag, disertai pemberian
oksigen 100%. VTP merupakan bagian dari resusitasi neonatus lanjutan,
sehingga penting untuk memahami tahap-tahap resusitasi neonatus dan
evaluasi yang dilakukan pada VTP.
Dokter perlu mengetahui waktu yang tepat untuk melanjutkan resusitasi
neonatus dengan tindakan VTP, menghentikan VTP, atau menggabungkan
VTP dengan prosedur lain, seperti kompresi dada dan pemasangan intubasi.
1. Persiapan Pasien
Persiapan resusitasi awal adalah penilaian kondisi neonatus, seperti usia
kehamilan bayi, warna ketuban saat lahir, tonus otot bayi, dan skor
APGAR. Kemudian, lakukan stabilisasi dengan meletakan pasien di

8
tempat kering, datar, dan hangat (radiant warmer), melakukan suction
apabila terdapat banyak sekret pada jalan napas, serta mengeringkan
tubuh bayi sekaligus melakukan stimulasi. Selama persiapan, denyut
jantung dan pernapasan bayi harus selalu dievaluasi.
2. Peralatan
Untuk melakukan VTP pada neonatus, dibutuhkan peralatan dengan
ukuran yang sesuai dengan ukuran badan bayi. Alat yang dibutuhkan
antara lain:
a. Sungkup wajah
b. Nasal kanul dan selang penyambung dengan oksigen
c. Oksigen dan flow-inflating atau self-inflating resuscitation bag
d. Peralatan yang tersambung dengan positive end-expiratory pressure
(PEEP)
e. Peralatan intubasi, seperti laringoskop dan endotracheal tube
f. Obat-obatan emergensi, seperti epinefrin
3. Posisi Pasien
Posisikan bayi baru lahir dengan leher sedikit terekstensi, di tempat
kering, datar, dan hangat (radiant warmer).
4. Prosedural
VTP pada neonatus dapat dilakukan oleh 2 atau 1 orang tenaga medis
terlatih. Namun, tindakan dengan 2 orang akan lebih efektif, karena 1
orang dapat mempertahankan posisi rahang dan menahan sungkup
untuk menutupi mulut dan hidung sedangkan 1 orang lainnya
melakukan ventilasi, terutama apabila terjadi kebocoran sungkup.
Teknik prosedur VTP pada neonatus adalah:
a. Ventilasi dilakukan 40–60 kali/menit, dengan waktu inspirasi 0,3‒0,5
detik. Apabila disertai kompresi dada maka ventilasi dilakukan selama
30 kali/menit.
b. Untuk ventilasi tekanan positif, diberikan oksigen 10 L/menit dengan
tekanan ventilasi inisial 20‒25 cmH2O. Apabila VTP dibutuhkan
untuk resusitasi bayi prematur, disarankan untuk menggunakan alat
yang sekaligus dengan PEEP (positive end-expiratory pressure).

9
Penggunaan PEEP (5 cmH2O) dapat membantu paru-paru bayi tetap
terinflasi diantara pernapasan tekanan positif.
c. Saat VTP dimulai, bayi harus menggunakan monitor kardiak elektrik
untuk penilaian denyut jantung yang akurat. Namun, jika tekanan
ventilasi tidak terpantau oleh monitor maka tekanan minimal
digunakan untuk mencapai pergerakan dinding dada fisiologis (tidak
berlebihan) dan peningkatan denyut jantung. Tekanan yang lebih tinggi
mungkin dibutuhkan untuk membantu aerasi paru pada awal
pernafasan.
d. Indikator paling penting dari VTP yang berhasil adalah kenaikan
denyut jantung. Bila denyut jantung tidak meningkat, VTP yang
menginflasi paru dapat dinilai dari pergerakan dinding dada saat
ventilasi. Apabila dipasang intubasi atau sungkup laring (laryngeal
mask airway), inflasi paru dinilai dengan pergerakan dinding dada dan
bunyi napas bilateral saat ventilasi.
e. Saat VTP dimulai, asisten harus mendengarkan peningkatan denyut
jantung pada 15 detik pertama setelah VTP.
f. Apabila VTP sudah dilakukan tetapi kondisi bayi tidak membaik, di
mana pergerakan dada bayi tidak membaik bahkan setelah posisi
sungkup diperbaiki atau setelah intubasi terpasang, maka trakea
mungkin mengalami obstruksi oleh sekret yang tebal, sehingga harus
dilakukan suction melalui kateter yang dimasukan melalui
endotracheal tube atau secara langsung melalui trakea.
g. Setelah 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dengan oksigen 100%,
pernapasan spontan dan denyut jantung harus dinilai. Apabila terdapat
pernafasan spontan dan denyut jantung 100 kali/menit, maka VTP
perlahan dapat dikurangi dan diberhentikan.
h. Apabila pernafasan spontan tidak adekuat atau denyut jantung masih
dibawah 100 kali/menit, maka ventilasi harus dilanjutkan baik dengan
sungkup atau pemasangan endotracheal tube. Apabila denyut jantung
60 kali/menit, maka ventilasi dilanjutkan dan mulai dilakukan
kompresi dada dan pemasangan intubasi.

10
i. Tekanan dan kecepatan VTP dapat diturunkan apabila bayi
memberikan respon membaik.
j. Dekompresi gastrik melalui nasogastric tube (NGT) diindikasikan
apabila ventilasi sungkup dilanjutkan selama beberapa menit.
5. Follow Up
Bayi yang mengalami gangguan perinatal atau distress pernafasan yang
berlanjut dapat mengalami keterlambatan adaptasi atau disfungsi pada fase
perinatal, termasuk gangguan otak, jantung, saluran gastrointestinal, ginjal,
dan organ lainnya. Follow up yang dilakukan pada prosedur VTP meliputi
penilaian saat tindakan dan monitoring berkelanjutan.
a. Follow Up Saat Tindakan
1) Penilaian respon bayi terhadap tindakan ventilasi tekanan positif
pada saat tindakan yaitu:
2) Peningkatan denyut jantung >100x/m
3) Pergerakan dinding dada dan perut terlihat setiap inflasi
4) Perbaikan saturasi oksigen.
b. Follow Up Berkelanjutan
Monitoring berkelanjutan yang harus dilakukan termasuk observasi
gula darah, temperatur, saturasi oksigen, denyut jantung dan tekanan
darah, respiratory rate dan pola nafas, analisis gas darah,
keseimbangan cairan dan nutrisi, serta tanda-tanda neurologis.
(A'yun, Sofa Qurata, 2022).

2.8. Pengertian Resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL

Resusitasi jantung paru merupakan pertolongan medis untuk


mengembalikan kemampuan napas dan sirkulasi darah yang terhenti karena
kondisi atau situasi tertentu. Tindakan ini perlu dilakukan secara cepat dan
tepat sebagai langkah awal menyelamatkan nyawa seseorang.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau disebut juga CPR merupakan upaya
pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas dan henti
jantung karena berbagai alasan, seperti serangan jantung, kecelakaan, atau
tenggelam.

11
Resusitasi jantung paru merupakan sebuah tindakan pertolongan yang
dilakukan kepada korban kejadian atau kondisi emergency yang mengalami
henti napas dan henti jantung. Kondisi tersebut dapat diakibatkan karena
korban mengalami serangan jantung (heart attack), kecelakaan, tersengat
alur listrik, tenggelam, keracunan dan lain-lain.
2.9. Langkah -langkah resusitasi jantung paru (RJP) pada BBL

1. Posisikan bayi dengan leher sedikit ekstensi


2. Tehnik ibu jari:
a. Letakkan kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral,
tempatkan kedua ibu jari di tulang dada di lokasi kompresi,
sedangkan jari-jari lainya diletakkan dipunggung bayi.
b. Letakkan kedua ibu jari berdampingan (untuk bayi kecil ibu jari
yang satu diletakkan diatas ibu jari yg lain).
3. Teknik 2 jari
a. Gunakan ujung jari tengah dan telunjuk salah satu tangan untuk
kompresi dada.
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada di lokasi
kompresi (kompresi hanya dilakukan dengan ujung-ujung jari
tersebut).
c. Tangan yang lain menopang punggung bayi
4. Posisikan bayi dengan leher sedikit ekstensi

12
5. Tehnik ibu jari:
a. Letakkan kedua tangan melingkar dada bayi bagian lateral,
tempatkan kedua ibu jari di tulang dada di lokasi kompresi,
sedangkan jari-jari lainya diletakkan dipunggung bayi.
b. Letakkan kedua ibu jari berdampingan (untuk bayi kecil ibu jari yg
satu diletakkan diatas ibu jari yg lain).
6. Teknik 2 jari:
a. Gunakan ujung jari tengah dan telunjuk salah satu tangan untuk
kompresi dada.
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada di lokasi
kompresi (kompresi hanya dilakukan dengan ujung-ujung jari
tersebut).
c. Tangan yang lain menopang punggung bayi.
7. Frekuensi penekanan : 3 kali penekanan / kompresi I kali ventilasi
dalam 2 detik.
8. Periksa frekuensi jantung/ nadi selama 6 detik, bila frekuensi jantung:
a. <60 kali/menit: lanjutkan tindakan penekanan dan ventilasi.
b. ≥260 kali menit: hentikan penekanan dada dan lanjutkan ventilasi
dengan oksigen 100%
(Andini, Dwi Margareta, dkk, 2022).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Resusitasi adalah memulihkan fungsi pernapasan bayi baru


lahir yangmengalami asfiksia, untuk oksigenasi darurat,
mempertahankan jalan nafas yang bersih, membantu pernapasan,
membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasispontan, untuk
melindungi otak secara manual dari kekurangan O2. Penangananpasca
resusitasi lahir yang adekuat sangat penting untuk dilakukan karena
deteksidan intervensi dini terhadap gangguan fungsi organ yang
diakibatkan oleh prosesasfiksia akan sangat mempengaruhi keluaran dan
harus dilakukan di ruangperawatan intensif agar dapat dilakukan
monitoring yang ketat dan evaluasi diagnostik lebih lanjut.
Langkah resusitasi bayi baru lahir meliputi, resusitasi langkah
awal HAIKAP, resusitasi Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dan
Resusitasi Jantung Paru (RJP).

3.2 Saran

Saran dari kami adalah agar makalah ini bisa bermanfaat bagi
kami, dan bagi pembaca, untuk dapat memahami dan mengerti lebih
dalam teori mengenai Konsep resusitasi BBL (HAIKAP), Konsep VTP
dan pijat jantung luar yang di dapatkan di kampus dan disarankan
kepada mahasiswa kebidan untuk mengetahui lebih dalam karena
Resusitasi neonatus adalah prosedur yang dilakukan jika bayi baru lahir
tidak mulai bernapas secara spontan segera setelah lahir seperti yang
tertulis dalam makalah ini dan penulis berharap mahasiswa kebidanan
lebih aware terhadap hal tersebut. Semoga makalah kami ini dapat di

14
pahami dan dapat dipergunakan sebaik- baiknya sebagai pegangan
pembelajaran bagi kita semua. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Dwi Margareta, dkk. 2022. Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan.


Padang: PT GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI
A'yun, Sofa Qurata. 2022. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Anak &
Anak Pra Sekolah. Malang: Rena Cipta Mandiri
Yulianti, Nila Trisna dan Karnilan. 2019. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Makasar: Cendekia Publisher
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komperhensif
pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish
Deswita, dkk. 2023. Sistem Pernapasan Akut Pada Bayi Dengan Asfiksia
Neonatorum. Jawa Barat: CV. Adanu Abimata
Widiastini, Luh putu. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan Bayi
Baru Lahir. Bogor: IN MEDIA
Wulandari, Siswi, dkk. 2023. Asuhan Kebidanan Komperhensif Pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Jawa Barat: Get Press Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai