Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS & BBL

MATERI ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR & ASUHAN


SEGERA BAYI BARU LAHIR

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

MILA MARISNA EVENDI ( 2007135 )


NILA MAYANG SARI ( 2007129 )
RESPA DELIA ( 2007117 )
RISYA ENGRA DYANTI ( 2007118 )
ROSSY HASRI FEBBY ( 2007119 )
SINTA NURAINI ( 2007130 )
SINDY CARLOZA HANDAYANI ( 2007120 )
SINDY WILYA PUTRI ( 2007134 )
WIKA HARYANTI ( 2007123 )

DOSEN PEMBIMBING : SILVIE PERMATA SARI, S.ST. M.KEB

PRODI SI KEBIDANAN NR3


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan setitik cahaya penerang
sehingga berbagai permasalahan yang ada dapat diatasi dan rahmatnya kami diberi
kesehatan dan keselamatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul ADAPTASI
FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR & ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
dapat terselesaikan. Makalah ini tidak terlepas dari keikhlasan dan kesabaran hati dari
berbagai pihak yang telah banyak membantu.
Kami menyadi begitu banyak terdapat kesalahan pada penyusunan makalah ini diluar
dari kempuan kami, kami memohon kritik dan saran guna penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhirnya dengan kerendahan hati kepada semua pihak untuk memaafkan semua
kesalahan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
BAB I
PEMBAHASAN................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
A. KONSEP DASAR NEONATUS................................................................................2
1. Pengertian Neonatus...............................................................................................2
2. Kriteria Neonatus Normal...................................................................................... 2
B. ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR......................................................3
1. Adaptasi Sistem Kardiovaskular............................................................................ 3
2. Adaptasi Pernapasan...............................................................................................4
3. Perubahan Termoregulasi....................................................................................... 5
4. Adaptasi Gastrointestinal........................................................................................5
5. Adaptasi Ginjal.......................................................................................................6
6. Adaptasi Imun........................................................................................................ 6
7. Adaptasi Neurologis............................................................................................... 7
C. MANAJEMEN ASUHAN BAYI BARU LAHIR......................................................8
1. Penilaian................................................................................................................. 8
2. Perlindungan Termal (Termoregulasi)................................................................... 8
3. Merawat tali pusat.................................................................................................. 9
4. Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat.......................................................................10
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)............................................................................... 11
6. Pencegahan perdarahan........................................................................................ 12
7. Pencegahan infeksi mata...................................................................................... 13
8. Pemberian imunisasi hepatitis B.......................................................................... 13
9. Pemberian ASI selanjutnya.................................................................................. 13
10. Pemeriksaan fisik................................................................................................14
11. Metode kangguru................................................................................................15
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................16
B. Saran......................................................................................................................... 16
1. Bagi Mahasiswa....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

ii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Saat-saat dan jam pertama kehidupan diluar rahim merupakan salah satu siklus
kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju
kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode
transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi ini
berlangsung sangat cepat. Adatasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi
untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus
dapat melaksanakan sendiri segala legiatan untuk mempertahankan kehidupannya.
Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga
agar bayi tetap terjaga kesrhatannya.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007). Sedangkan menurut Mitayani,
bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa
gestasi yang dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu ( Mitayani, 2010:1).
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Perubahan lingkungan dari
dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhioleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik
dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernafasan dan sirkulasi pada
bayi baru lahir normal ( Mitayani, 2010:1-2).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Neonatus?
2. Apa kriteria Neonatus normal?
3. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir ?
4. Bagaiman asuhan segera bayi baru lahir ?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Neonatus
2. Untuk mengetahui kriteria Neonatus normal?
3. Untuk mengertahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir ?
4. Untuk mengetahui asuhan segera bayi baru lahir ?
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR NEONATUS


1. Pengertian Neonatus
Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Nanny, 2014).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari.
Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-
28 hari (Marmi, 2015).
Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi sampai bayi
dilahirkan. Menurut Rochmah dkk (2011), bayi baru lahir menurut masa
gestasinya dibagi menjadi:
a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259 hari
(kurang dari 37 minggu)
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42 minggu)
c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari 42
minggu)

Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah bayi usia


0 – 28 hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
ekstra uteri, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram.

2. Kriteria Neonatus Normal


Ciri-ciri bayi normal menurut Sondakh (2013), antara lain :
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
b. Panjang badan bayi 48-50 cm
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai
140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

2
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit
disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal,
serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
i. Kuku telah agak panjang dan lemas
j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
m. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

B. ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR


Adaptasi fisiologis bayi baru lahir di kehidupan ekstrauterin antara lain sebagai
berikut:
1. Adaptasi Sistem Kardiovaskular

Menurut Rochmah dkk (2012), setelah lahir, darah bayi baru lahir harus
melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh
guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung
berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya
sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah:
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju
atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume dan
tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah yang

3
miskin oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama
ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan
dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan
menutup. Menurut Marmi (2015), penutupan foramen ovale secara
anatomis berlangsung lama sekitar 2-3 bulan. Dengan berkembangnya
paru- paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari
arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup.
Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan
foramen ovale tertutup.

2. Adaptasi Pernapasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan
yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba
setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam
paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian
diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis
akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertama kali (Marmi,
2015).
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivitas napas yang
pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru- paru. Setelah
beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada
trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi
udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat
surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas (Sulistyawati, 2014).

4
3. Perubahan Termoregulasi
Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara,
yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang bukan melalui
mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak efisien dan bayi
cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan cara ini. Aktivitas otot
dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas. Termogenesis
non-menggigil mengacu pada penggunaan lemak cokelat untuk produksi
panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan di sekitar tulang belakang,
klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak
cokelat bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir
yang mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui penggunaan
cadangan lemak cokelat dimulai saat rangsangan dingin memicu aktivitas
hipotalamus (Rochmah dkk, 2012).

4. Adaptasi Gastrointestinal
Menurut Marmi (2015) pada masa neonatus, traktus digestivus
mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang biasanya
keluar dalam dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran. Dengan adanya
pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari
ke tiga sampai empat yang berwarna coklat kehijauan. Pada saat lahir
aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu menghisap dan menelan. Saat lahir
volume lambung 25-50 ml. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang
sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masih belum sempurna mengakibatkan "gumoh" pada
bayi baru lahir dan neonatus. Adapun adaptasi pada saluran pencernaan
menurut Marmi (2015), antara lain:
a) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.
b) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana
yaitu monosacarida dan disacarida.
c) Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absopsi lemak
sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum matang, maka
susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.
d) Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan
ludah sampai usia bayi ± 2-3 bulan.
5
5. Adaptasi Ginjal
Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2014), yaitu laju
filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak
adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus, meskipun keterbatasan ini
tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas
bayi untuk berespons terhadap stresor. Penurunan kemampuan untuk
mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan
mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan. Sebagian besar bayi
baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari
pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat; noda kemerahan (debu
batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.

6. Adaptasi Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami menurut Marmi (2015):
a) Perlindungan dari membran mukosa.
b) Fungsi saringan saluran napas.
c) Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.13
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma,
herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G, dan M (Nanny, 2014).
a) Imunoglobulin C (IgC)
IgC didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari ibunya.
Bayi kurang bulan mendapatkan IgC lebih sedikit dibandingkan bayi
cukup bulan sehingga bayi kurang bulan lebih rentan terhadap infeksi.
Bayi mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif) dalam jumlah
yang bervariasi dan akan hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan
6
kuantitas IgC yang diterimanya. Setelah lahir, bayi akan membentuk
sendiri immunoglobulin C. antibodi IgC melawan virus (rubella,
campak, mumps, varicella, poliomielitis) dan bakteri (difteria, tetanus,
dan antibodi stafilokokus).
b) Imunoglobulin M (IgM)
IgM tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat molekul
yang lebih besar dibandingkan IgC . bayi akan membentuk sendiri IgM
segera setelah lahir (imunitas aktif). IgM dapat ditemukan pada tali
pusat jika ibu mengalami infeksi selama 14 kehamilannya. IgM
kemudian dibentuk oleh sistem imun janin sehingga jika pada tali pusat
terdapat IgM menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi selama
berada dalam uterus, seperti Toxoplasmosis, Other infection (sifilis),
Rubella, Cytomegalovirus infection, dan Herpes simplex (TORCH).
c) Imunoglobulin A (IgA)
Dalam beberapa minggu setelah lahir, bayi akan memproduksi IgA
(imunitas aktif). IgA tidak dapat ditransfer dari ibu ke janin. IgA
terbentuk pada rangsangan terhadap selaput lendir dan berperan dalam
kekebalan terhadap infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran
pernapasan dan pencernaan akibat melawan beberapa virus yang
menyerang daerah tersebut seperti poliomielitis dan E. coli (Tando,
2016).

7. Adaptasi Neurologis
Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen
dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap
hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi, dan perdarahan (Rochmah,
2012). Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat.
Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih 15 kompleks (misalnya: kontrol kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.

7
C. MANAJEMEN ASUHAN BAYI BARU LAHIR
Menurut Indrayani dalam buku update asuhan persalinan dan bayi baru
lahir (2016), manajemen asuhan bayi baru lahir diantaranya:
1. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan byi diatas kain yang bersih dan kering
yangsudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka
letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut
dalam keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian awal pada bayi
baru lahir :
a. Apakah bayi bernafas dan/atau menangis kuat tana kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas maka lakukan tindakan
resusitasi pada bayi baru lahir.

2. Perlindungan Termal (Termoregulasi)


Bayi baru lahir yang tidak menunjukan tanda asfiksia/ bayi baru lahir
normal sesegera mungkin dikeringkan setelah dilahirkan dengan
menggunakan handuk atau kain kering dan bersih. Keringkan bayi mulai
dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Jika handuk basah, segera ganti dengan handuk
kering yang baru. Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir
menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui:
a. Konduksi
Konduksi yaitu proses kehilangan panas melalui benda-benda padat
yang berkontak dengan kulit bayi. Kehilangan panas secara konduktif
jarang terjadi kecuali bayi diletakkan pada alas yang dingin.
b. Konveksi
Konveksi yaitu proses kehilangan panas melalui aliran udara di sekitar
bayi. Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20° C dan
sebaiknya tidak berangin. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk
meminimalkan konvesi ke udara sekitar bayi.

8
c. Evaporasi
Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui penguapan air pada
kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir dalam keadaan basah dapat
dengan cepat kehilangan panas dengan cara ini. Bayi harus dikeringkan
sesegera mungkin setelah dilahirkan.
d. Radiasi
Radiasi yaitu proses kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi
yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi. Bayi pada saat
lahir memiliki suhu 0,5 - 1 ° C lebih tinggi dari suhu ibunya, namun
bisa mengalami penurunan suhu menjadi 35 - 35,5° C dalam 15 – 30
menit karena kecerobohan petugas kesehatan yang tidak
memperhatikan ruang bersalin tidak cukup hangat.

konve k evapo ra
si si

radi as
i

kon duks
i

Gambar: Mekanisme kehilangan panas pada bayi.

3. Merawat tali pusat


Memotong dan Mengikat Tali Pusat
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi
lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong.
b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

9
c. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
DTT atau steril.
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
f. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu
Dini.

4. Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat


a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
b. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.
c. Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
d. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
1) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
2) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
4) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

10
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyus dini adalah bayi muali
menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya dibiarkan setidaknya setalah satu jam segera setelah lahir,
kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi
melakukan IMD ini dinamakan the berst crawl atau merangkak mencari
payudara.
a. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi,
letakkan bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas
dada) dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan amnion pada tangan bayi
akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai bau yang
sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh
dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai
menghilangkan verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan
panas pada bayi.
b. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut
ibu dengan kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya.
c. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti
ibu dan bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
d. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan
bahwa bayi-bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola
perilaku prefeeding yang dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan
tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan diam saja
tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
e. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang,
menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu
uterus untuk berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas,
bayi dapat melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan
bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya
ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai pijatan pada
payudara ibu.
f. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera
penciuman dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan
11
mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal
tersebut dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
g. Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung
sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam
berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu
bayi akan mengkoordinasi gerakkan menghisap, menelan, dan
bernapas.
h. Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan
keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya,
penyuntikkan vitamin K1, dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat
dilakukan.
i. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada
hari berikut.
j. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai
keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).

6. Pencegahan perdarahan

Semua BBL diberi vit. K1 (phytomenandione) injeksi 1 mg intramuskuler


setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah erdarahan
BBL akibat defisiensi vt. K yang dapat dialami oleh segabian BBL. Cara
penyuntikkan K1 adalah :

a. Gunakan semprit sekali pakai steril 1 ml (semprit tuberculin).


b. Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL maka masukkan vit. K1 kedalam
semprit sebanyak 0,15 ml. Suntikkan secara intramuskular di paha kiri
bayi bagian anteerolateral sepertiga tengah sebanyak 0,1 ml (1 mg dosis
tunggal).
c. Jika menggunakan sediaan 2 mg/mL maka masukkan vit. K1 kedalam
semprit sebanyak 0,75 ml. Suntikkan secara intramuskular di paha kiri
bayi bagian anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,5 ml (1 mg dosis
tunggal).

12
7. Pencegahan infeksi mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu. Salep atau tetes mata tersebut
mengandung Tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan
infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah kelahiran. Cara
pemberian salep atau tetes mata antibotik :

a. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengair) kemudian


keringkan.
b. Jelaskan kepada keluarga tindakan yang akan diberikan dan tunjukan
pemerian obat tersebut.
c. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata atau tetes
mata.
d. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata
bayi.
e. Anjurkan keluarga agar tidak menghapus salep atau tetes mata dari
mata bayi.

8. Pemberian imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B


terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Imunsasi hepatitis B
pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian vit. K1, pada saat bayi baru
berumur 2 jam. untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan
vaksin BCG (pencegah tubercolosis/TBC) dan vaksin OVP (polio tetes)
pada saat sebelum bayi pulang dari klinik. Lakukan pencatatan dan
anjurkan ibu untk mendapatkan munisasi berikutnya sesuai jadwal
pemberian imunisasi.

9. Pemberian ASI selanjutnya


Rangsangan hisapan bayi pada putting ibu akan diteruskan oleh
serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolactin.
Semakin sering bayi menghisap puting susu, maka akan semakin banyak

13
prolaktin dan ASI. Perlekatan saat menyusui pun turut andil dalam
produksi ASI.

10. Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar
bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang
dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi
dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta
alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
a. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk
menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit.
Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode penilaian
cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon
terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi
keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh
obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia,
hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan
untuk menilai respon resusitasi.

14
Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda 0 1 2
Appearance Biru , pucat Kemerahan Semua
(warna kulit) ekstremitas biru <100 kemerahan >100

Pulse Tidak ada Tidak teratur kurang Lebih dari 100


(Frekuensi nadi) dari 100

Grimace Tidak ada Sedikit gerak mimik Batuk , bersin


(Reaksi
rangsang)

Activity (Tonus Tidak ada Ekstrimitas sedikit Gerakan aktif


otot) fleksi

Respiration Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis


(Pernafasan)

11. Metode kangguru


Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru
(PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran
prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu
tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti
mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan
pemberian ASI.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan. Pada fase ini, dibutuhkanlah asuhan bayi baru lahir yang dapat
mencegah suatu hal yang tidak diinginkan. Asuhan bayi baru lahir merupakan
suatu asuhan yang diberikan kepada bayi pada jam pertama kelahiran dan
diteruskan sampai dengan 24 jam setelah kelahiran yang bertujuan untuk
deteksi dini adanya kelainan dan komplikasi. Asuhan bayi baru lahir dapat
berupa penilaian bayi baru lahir segera setelah lahir, perlindungan termal,
merawat tali pusat, inisiasi meyusu dini, pencegahan perdarahan, pencegahan
infeksi mata, pemberian imunisasi Hepatitis B, pemberian ASI selanjutnya,
pemeriksaan BBL, metode kangguru.
Masa neonatal merupakan langkah awal bayi dalam menyesuaikan diri
dengan kondisi sekitarnya yang baru. Asuhan masa neonatal yang diberikan
haruslah dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya atau sesuai dengan kondisi bayi pada saat itu, sehingga
menjadi suatu asuhan yang berkesinambungan. Banyak informasi yang harus
disampaikan serta ajarkan kepada orang tua bayi agar saat kembali ke rumah,
mereka dapat melaksanakannya sendiri.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan setelah mengetahui Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
dan Asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir normal dapat
memberikan asuhan bayi baru lahir normal sesuai dengan teori yang ada
sebagai upaya deteksi dini dan penanganan komplikasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR

Indrayani. 2016. Update Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Trans
Info Media.

KemKes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta:Kemenkes.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai