DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan setitik cahaya penerang
sehingga berbagai permasalahan yang ada dapat diatasi dan rahmatnya kami diberi
kesehatan dan keselamatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul ADAPTASI
FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR & ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
dapat terselesaikan. Makalah ini tidak terlepas dari keikhlasan dan kesabaran hati dari
berbagai pihak yang telah banyak membantu.
Kami menyadi begitu banyak terdapat kesalahan pada penyusunan makalah ini diluar
dari kempuan kami, kami memohon kritik dan saran guna penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhirnya dengan kerendahan hati kepada semua pihak untuk memaafkan semua
kesalahan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
BAB I
PEMBAHASAN................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
A. KONSEP DASAR NEONATUS................................................................................2
1. Pengertian Neonatus...............................................................................................2
2. Kriteria Neonatus Normal...................................................................................... 2
B. ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR......................................................3
1. Adaptasi Sistem Kardiovaskular............................................................................ 3
2. Adaptasi Pernapasan...............................................................................................4
3. Perubahan Termoregulasi....................................................................................... 5
4. Adaptasi Gastrointestinal........................................................................................5
5. Adaptasi Ginjal.......................................................................................................6
6. Adaptasi Imun........................................................................................................ 6
7. Adaptasi Neurologis............................................................................................... 7
C. MANAJEMEN ASUHAN BAYI BARU LAHIR......................................................8
1. Penilaian................................................................................................................. 8
2. Perlindungan Termal (Termoregulasi)................................................................... 8
3. Merawat tali pusat.................................................................................................. 9
4. Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat.......................................................................10
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)............................................................................... 11
6. Pencegahan perdarahan........................................................................................ 12
7. Pencegahan infeksi mata...................................................................................... 13
8. Pemberian imunisasi hepatitis B.......................................................................... 13
9. Pemberian ASI selanjutnya.................................................................................. 13
10. Pemeriksaan fisik................................................................................................14
11. Metode kangguru................................................................................................15
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................16
B. Saran......................................................................................................................... 16
1. Bagi Mahasiswa....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17
ii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Saat-saat dan jam pertama kehidupan diluar rahim merupakan salah satu siklus
kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju
kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode
transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi ini
berlangsung sangat cepat. Adatasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi
untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus
dapat melaksanakan sendiri segala legiatan untuk mempertahankan kehidupannya.
Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga
agar bayi tetap terjaga kesrhatannya.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007). Sedangkan menurut Mitayani,
bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa
gestasi yang dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu ( Mitayani, 2010:1).
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Perubahan lingkungan dari
dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhioleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik
dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernafasan dan sirkulasi pada
bayi baru lahir normal ( Mitayani, 2010:1-2).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Neonatus?
2. Apa kriteria Neonatus normal?
3. Bagaimana adaptasi fisiologis bayi baru lahir ?
4. Bagaiman asuhan segera bayi baru lahir ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Neonatus
2. Untuk mengetahui kriteria Neonatus normal?
3. Untuk mengertahui adaptasi fisiologis bayi baru lahir ?
4. Untuk mengetahui asuhan segera bayi baru lahir ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit
disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal,
serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
i. Kuku telah agak panjang dan lemas
j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
m. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
Menurut Rochmah dkk (2012), setelah lahir, darah bayi baru lahir harus
melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh
guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung
berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya
sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah:
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju
atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume dan
tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah yang
3
miskin oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama
ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan
dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan
menutup. Menurut Marmi (2015), penutupan foramen ovale secara
anatomis berlangsung lama sekitar 2-3 bulan. Dengan berkembangnya
paru- paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari
arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup.
Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan
foramen ovale tertutup.
2. Adaptasi Pernapasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan
yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba
setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam
paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian
diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis
akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertama kali (Marmi,
2015).
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivitas napas yang
pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru- paru. Setelah
beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada
trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi
udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat
surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas (Sulistyawati, 2014).
4
3. Perubahan Termoregulasi
Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara,
yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang bukan melalui
mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak efisien dan bayi
cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan cara ini. Aktivitas otot
dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas. Termogenesis
non-menggigil mengacu pada penggunaan lemak cokelat untuk produksi
panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan di sekitar tulang belakang,
klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak
cokelat bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir
yang mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui penggunaan
cadangan lemak cokelat dimulai saat rangsangan dingin memicu aktivitas
hipotalamus (Rochmah dkk, 2012).
4. Adaptasi Gastrointestinal
Menurut Marmi (2015) pada masa neonatus, traktus digestivus
mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang biasanya
keluar dalam dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran. Dengan adanya
pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari
ke tiga sampai empat yang berwarna coklat kehijauan. Pada saat lahir
aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu menghisap dan menelan. Saat lahir
volume lambung 25-50 ml. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang
sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masih belum sempurna mengakibatkan "gumoh" pada
bayi baru lahir dan neonatus. Adapun adaptasi pada saluran pencernaan
menurut Marmi (2015), antara lain:
a) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.
b) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana
yaitu monosacarida dan disacarida.
c) Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absopsi lemak
sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum matang, maka
susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.
d) Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan
ludah sampai usia bayi ± 2-3 bulan.
5
5. Adaptasi Ginjal
Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2014), yaitu laju
filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak
adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus, meskipun keterbatasan ini
tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas
bayi untuk berespons terhadap stresor. Penurunan kemampuan untuk
mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan
mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan. Sebagian besar bayi
baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari
pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat; noda kemerahan (debu
batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
6. Adaptasi Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami menurut Marmi (2015):
a) Perlindungan dari membran mukosa.
b) Fungsi saringan saluran napas.
c) Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.13
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma,
herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G, dan M (Nanny, 2014).
a) Imunoglobulin C (IgC)
IgC didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari ibunya.
Bayi kurang bulan mendapatkan IgC lebih sedikit dibandingkan bayi
cukup bulan sehingga bayi kurang bulan lebih rentan terhadap infeksi.
Bayi mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif) dalam jumlah
yang bervariasi dan akan hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan
6
kuantitas IgC yang diterimanya. Setelah lahir, bayi akan membentuk
sendiri immunoglobulin C. antibodi IgC melawan virus (rubella,
campak, mumps, varicella, poliomielitis) dan bakteri (difteria, tetanus,
dan antibodi stafilokokus).
b) Imunoglobulin M (IgM)
IgM tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat molekul
yang lebih besar dibandingkan IgC . bayi akan membentuk sendiri IgM
segera setelah lahir (imunitas aktif). IgM dapat ditemukan pada tali
pusat jika ibu mengalami infeksi selama 14 kehamilannya. IgM
kemudian dibentuk oleh sistem imun janin sehingga jika pada tali pusat
terdapat IgM menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi selama
berada dalam uterus, seperti Toxoplasmosis, Other infection (sifilis),
Rubella, Cytomegalovirus infection, dan Herpes simplex (TORCH).
c) Imunoglobulin A (IgA)
Dalam beberapa minggu setelah lahir, bayi akan memproduksi IgA
(imunitas aktif). IgA tidak dapat ditransfer dari ibu ke janin. IgA
terbentuk pada rangsangan terhadap selaput lendir dan berperan dalam
kekebalan terhadap infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran
pernapasan dan pencernaan akibat melawan beberapa virus yang
menyerang daerah tersebut seperti poliomielitis dan E. coli (Tando,
2016).
7. Adaptasi Neurologis
Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen
dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap
hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi, dan perdarahan (Rochmah,
2012). Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat.
Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih 15 kompleks (misalnya: kontrol kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.
7
C. MANAJEMEN ASUHAN BAYI BARU LAHIR
Menurut Indrayani dalam buku update asuhan persalinan dan bayi baru
lahir (2016), manajemen asuhan bayi baru lahir diantaranya:
1. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan byi diatas kain yang bersih dan kering
yangsudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka
letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut
dalam keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian awal pada bayi
baru lahir :
a. Apakah bayi bernafas dan/atau menangis kuat tana kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas maka lakukan tindakan
resusitasi pada bayi baru lahir.
8
c. Evaporasi
Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui penguapan air pada
kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir dalam keadaan basah dapat
dengan cepat kehilangan panas dengan cara ini. Bayi harus dikeringkan
sesegera mungkin setelah dilahirkan.
d. Radiasi
Radiasi yaitu proses kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi
yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi. Bayi pada saat
lahir memiliki suhu 0,5 - 1 ° C lebih tinggi dari suhu ibunya, namun
bisa mengalami penurunan suhu menjadi 35 - 35,5° C dalam 15 – 30
menit karena kecerobohan petugas kesehatan yang tidak
memperhatikan ruang bersalin tidak cukup hangat.
konve k evapo ra
si si
radi as
i
kon duks
i
9
c. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
DTT atau steril.
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
f. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu
Dini.
10
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyus dini adalah bayi muali
menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya dibiarkan setidaknya setalah satu jam segera setelah lahir,
kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi
melakukan IMD ini dinamakan the berst crawl atau merangkak mencari
payudara.
a. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi,
letakkan bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas
dada) dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan amnion pada tangan bayi
akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai bau yang
sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh
dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai
menghilangkan verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan
panas pada bayi.
b. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut
ibu dengan kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya.
c. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti
ibu dan bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
d. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan
bahwa bayi-bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola
perilaku prefeeding yang dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan
tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan diam saja
tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
e. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang,
menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu
uterus untuk berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas,
bayi dapat melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan
bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya
ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai pijatan pada
payudara ibu.
f. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera
penciuman dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan
11
mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal
tersebut dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
g. Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung
sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam
berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu
bayi akan mengkoordinasi gerakkan menghisap, menelan, dan
bernapas.
h. Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan
keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya,
penyuntikkan vitamin K1, dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat
dilakukan.
i. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada
hari berikut.
j. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai
keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).
6. Pencegahan perdarahan
12
7. Pencegahan infeksi mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu. Salep atau tetes mata tersebut
mengandung Tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan
infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah kelahiran. Cara
pemberian salep atau tetes mata antibotik :
13
prolaktin dan ASI. Perlekatan saat menyusui pun turut andil dalam
produksi ASI.
14
Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda 0 1 2
Appearance Biru , pucat Kemerahan Semua
(warna kulit) ekstremitas biru <100 kemerahan >100
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan. Pada fase ini, dibutuhkanlah asuhan bayi baru lahir yang dapat
mencegah suatu hal yang tidak diinginkan. Asuhan bayi baru lahir merupakan
suatu asuhan yang diberikan kepada bayi pada jam pertama kelahiran dan
diteruskan sampai dengan 24 jam setelah kelahiran yang bertujuan untuk
deteksi dini adanya kelainan dan komplikasi. Asuhan bayi baru lahir dapat
berupa penilaian bayi baru lahir segera setelah lahir, perlindungan termal,
merawat tali pusat, inisiasi meyusu dini, pencegahan perdarahan, pencegahan
infeksi mata, pemberian imunisasi Hepatitis B, pemberian ASI selanjutnya,
pemeriksaan BBL, metode kangguru.
Masa neonatal merupakan langkah awal bayi dalam menyesuaikan diri
dengan kondisi sekitarnya yang baru. Asuhan masa neonatal yang diberikan
haruslah dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya atau sesuai dengan kondisi bayi pada saat itu, sehingga
menjadi suatu asuhan yang berkesinambungan. Banyak informasi yang harus
disampaikan serta ajarkan kepada orang tua bayi agar saat kembali ke rumah,
mereka dapat melaksanakannya sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan setelah mengetahui Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
dan Asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir normal dapat
memberikan asuhan bayi baru lahir normal sesuai dengan teori yang ada
sebagai upaya deteksi dini dan penanganan komplikasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR
Indrayani. 2016. Update Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Trans
Info Media.
KemKes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta:Kemenkes.
17