Anda di halaman 1dari 144

KURIKULUM SEPAK BOLA INDONESIA

Untuk Usia Dini (U5-U12), Usia Muda (U13-U20) & Senior


Copyright @2012 by Timo Scheunemann

Penyusun : Timo Scheunemann

Penulis : Timo Scheunemann

Claudio Reyna

DR. Javier Perez

DR. Paul Gunadi

Tim Revisi : Bert Pentury, Emral Abus, Indra Syafri

Penerjemah : Gheeto TW dan Timo Scheunemann

Lay out : Gheeto TW, Timo Scheunemann, Kasmawati

Penyunting : Kasmawati

Tata Letak : Kasmawati

Desain Sampul : Gheeto TW

Foto : Koleksi Pribadi Matias Ibo


UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama dan terutama Puji Syukur kepada Tuhan; sumber kekuatan dan kemampuanku.
Beribu ucapan terima kasih saya tujukan kepada banyak pihak yang ikut andil secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Kurikulum Sepak bola Indonesia ini.
Bp. Djohar Arifin selaku Ketua PSSI, Bp. Bob Hippy selaku Exco Pembinaan Usia Muda PSSI
dan Bp. Arifin Panigoro atas dukungannya.
Tom Byer dan Claudio Reyna yang sudah menjembatani perijinan penggunaan sebagian dari
US Soccer Curriculum.
Bert Pentury, Emral Abus, Indra Syafri dan Wim Rijsbergen untuk masukan-masukannya.
DR. Perez, DR. Paul Gunadi, Matias Ibo dan Heru Sugiri untuk sumbangan materinya.
Gheeto TW dan Kasmawati Wicaksono yang peran dan bantuannya sangat saya hargai.

Isteri saya tercinta Devi dan orang tua serta kakak saya Sven, Rainer, Ralph dan Silke atas
dukungan morilnya selama ini.
Asisten pelatih saya yang setia Heri serta sahabat James, Rino, Nehemia Wagiyono, dan Paul
Richardson.
Mentor saya Martin Hagele serta Markus Weidner, Bernd Stroeber, Horst Hrubesch, Inggo
Weniger, Stefen Freund dan Ralf Peter dari DFB.

Semua pelatih yang pernah melatih dan semua pemain yang turut andil dalam
perkembangan saya sebagai pemain dan pelatih sepak bola.
Terima kasih.

In Loving Memory : Puji Purnawan (Mantan Punggawa Pra-Olimpiade 1992).

Untuk Bangsaku demi berkumandangnya “Indonesia Raya”


di pentas Piala Dunia.
Sambutan Exco Usia Muda

Pembinaan sepakbola usia muda Indonesia tengah menjadi perhatian yang serius dan terus menerus
ditekuni PSSI untuk mempersiapkan sebuah desain timnas masa depan Indonesia .
Fondasi untuk membentuk timnas senior yang tangguh sudah jelas harus dimulai dengan
mempersiapkan pemain sejak usia muda. Maka pola pembinaan pemain usia muda yang seharusnya
menjadi tanggung jawab klub telah beralih menjadi “peluang “ dengan hadirnya Akademi Sepakbola
Nusantara di Indonesia .

Kehadiran Akademi Nusantara yang dibangun oleh PSSI dengan kepemimpinan pembaharuan telah
mendapatkan porsi yang layak . Ini dibuktikan dengan adanya kompetisi usia muda dan lahirnya
kurikulum untuk pelatihan bagi pemain usia muda .

Visi dari kurikulum pembinaan usia muda ini juga sekaligus menjadi fondasi dasar untuk pembinaan
pelatih dalam melatih pemain usia muda .

Target kurikulum sepakbola ini adalah, untuk memberikan panduan bagi para pelatih. Maka
diharapkan, akan hadir pemain berbakat dan tangguh di Indonesia di masa depan.

Terima kasih .
Jakarta , 1 April 2012

Bob Hippy
Ketua Komite Pengembangan Sepak Bola Usia Muda
Pendahuluan

Xavi, gelandang FC Barcelona, saat ditanya soal kehebatan FC Barcelona menjawab demikian,
“Di La Masia (akademi FC Barcelona) kami tidak ditempa untuk menang namun untuk berkembang.”
Salah satu kelemahan yang paling mendasar dalam pembinaan “grass root” (U5-U12) dan usia muda
(U13-U20) di Indonesia adalah fokus SSB yang salah; fokus SSB lebih ke arah menggapai kemenangan
daripada membina pemain hingga bisa mencapai potensi maksimalnya.

SSB sibuk menggapai prestasi sebagai klub hingga lupa bahwa prestasi sebenarnya adalah
pembentukan pemain secara menyeluruh; teknik (bagaimana melakukan sesuatu), taktik (pengertian
permainan atau pengertian akan mengapa melakukan sesuatu), fisik dan mental (menempa karakter
yang positif dan kuat yang begitu penting artinya baik untuk kehidupan sang pemain secara
keseluruhan maupun untuk perkembangannya sebagai pemain bola).

Sudah saatnya kita bersama menyatukan tekad memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Bukan
untuk kita pribadi atau SSB kita masing-masing namun untuk Indonesia. Mari kita berlomba
menelurkan pemain-pemain yang berbakat dan berkarakter demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Kurikulum ini adalah bagian dari langkah-langkah konkret yang dilakukan oleh Badan Usia Muda
PSSI. Dengan adanya kurikulum ini harapan kami program latihan di semua SSB di seluruh Indonesia
menjadi; (1) lebih berkualitas , (2) lebih “age specific” atau tepat usia, (3) lebih terarah secara baku
atau dengan kata lain memiliki standar yang sama.

Segala kekurangan yang ada mohon dimaaafkan. Semoga pada edisi kedua berikutnya dapat lebih
mendekati sempurna.

Untuk memahami dan melaksanakan pedoman ini diperlukan kesungguhan dan usaha yang
maksimal dari anda. Dibutuhkan kemauan untuk belajar serta totalitas dalam melaksanakan profesi
anda sebagai seorang pelatih. Entah dibayar atau bekerja secara suka rela, seorang pelatih harus
mengerti bahwa perannya begitu penting di dalam menempa generasi penerus bangsa. Berangkat
dari pemahaman ini diharapkan anda sebagai seorang pelatih menganggap serius peran anda dan
karenanya berusaha untuk terus belajar, mempersiapkan latihan secara maksimal dan berinteraksi
dengan pemain dengan penuh rasa tanggung jawab.

Tetap semangat, jangan putus asa! Bersama kita bisa meraih keajaiban yang kita idam-idamkan
bersama; mendengar “Indonesia Raya” berkumandang di pentas Piala Dunia!
Semoga Tuhan memberkati usaha kita bersama.

Salam,

Timo Scheunemann
Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI
Daftar Isi

Ucapan Terima kasih ………………......................................................................................... ii


Sambutan Ketua Umum PSSI ............................................................................................... iii
Sambutan Ketua Komite Pengembangan Sepak Bola Usia Muda…………………………………….. iv
Pendahuluan Direktur Pembinan Usia Muda ………………………………………………………………….. v
Daftar Isi .................................................................................................................. ........... vi
Keterangan Tanda Gambar: ................................................................................................ ix

Bab I Prinsip Bermain ................................................................................................. 1


A. Gaya Permainan : Garis Besar ....................................................................... 1
B. Gaya Permainan: Spesifikasi ......................................................................... 2
C. Prinsip Bermain bagi Pelatih, Pemain, dan Tim .............................................. 4

Bab II Konsep Melatih .................................................................................................. 6


A. Fondasi Program Pembinaan yang Berkualitas .............................................. 6
1. Fasilitas/Faktor Pendukung .................................................................... 7
2. Faktor Pembina (Pelatih) ........................................................................ 8
3. Program Pembinaan Rutin ..................................................................... 9
B. Falsafah Program Pembinaan ....................................................................... 10
1. Hubungan Latihan dengan Pertandingan ………………………………………. ……… 10
2. Empat Komponen yang saling melengkapi …………………………………….… …… 10
C. Intisari Materi Kepelatihan ............................................................................ 11
D. Materi Kepelatihan : Istilah Umum ................................................................ 13
E. Materi Kepelatihan : Fisik .............................................................................. 14
1. Hal-hal yang meningkatkan Kemampuan Tubuh ..................................... 14
2. Pemahaman Istilah-istilah Fisik ............................................................... 15
F. Materi Kepelatihan Teknik ............................................................................ 19
1. Pemahaman Istilah-istilah Teknik Menyerang ........................................ 20
2. Pemahaman Istilah-istilah Teknik Bertahan ............................................ 21
G. Materi Kepelatihan Taktik ............................................................................. 22
1. Pemahaman Istilah-istilah Taktik Menyerang ......................................... 23
2. Pemahaman Istilah-istilah Taktik Bertahan ............................................. 33
H. Materi kepelatihan Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental ...................... 38
I. Materi Kepelatihan Situasi Standar (Set Piece) dan Formasi .......................... 39
1. Penjabaran Situasi Standar ..................................................................... 40
J. Materi Kepelatihan Penjaga Gawang ............................................................ 46
1. Kualifikasi Penjaga Gawang .................................................................... 47
K. Gaya kepelatihan .......................................................................................... 53
1. Garis Besar Mengenai Kepelatihan & Persiapan Latihan ......................... 53
2. Menciptakan suasana dan sarana berlatih yang kondusif bagi
perkembangan Pemain ........................................................................... 55
3. Meracik Menu Latihan & Organisasi Latihan ........................................... 56

Bab III Kurikulum Sesuai Kelompok Umur ...................................................................... 59


A. Mengatur Perkembangan Pemain Berdasarkan Umur dan Tingkatan ........... 59
B. Frekuensi Materi Latihan Sesuai Kelompok Umur .......................................... ... 63
1. Frekuensi Latihan Fisik Sesuai Kelompok Umur .. .......................................... 63
2. Frekuensi Latihan Teknik Sesuai Kelompok Umur ......................................... 64
3. Frekuensi Latihan Taktik Sesuai Kelompok Umur........................................... 65
4. Frekuensi Latihan Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental Sesuai
Kelompok Umur.............................................................................................. 66
C. Kurikulum setahun untuk masing-masing kelompok umur................................. 67
D. Struktur Program Latihan Untuk Masing-masing Tingkatan Kelompok Umur..... 81
1. Tingkat Pemula/Fun Phase (U5-U8 Tahun).................................................... 81
1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 81
2) Contoh Program Latihan ...................................................................... 82
2. Tingkat Dasar/Foundation Phase (U9-U12 Tahun) ....................................... 84
1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 84
2) Contoh Program Latihan ....................................................................... 85
3. Tingkat Menengah/Formative Phase (U13-U14 Tahun) ............................... 88
1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 88
2) Contoh Program Latihan ..................................................................... 89
4. Tingkat Mahir/Final Youth (U15-U20 Tahun) ............................................... 91
1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 91
2) Contoh Program Latihan ..................................................................... 92
E. Format Latihan Fisik Untuk Dewasa (15 Tahun keatas) ………………………………... 94
F. Format latihan Teknik Untuk Dewasa (15 Tahun keatas) ................................. 96
1. Contoh Latihan Teknik Untuk Dewasa 1 (15 Tahun keatas) ........................ 97
2. Contoh Latihan Teknik Untuk Dewasa 2 (15 Tahun keatas) ........................ 98
G. Format latihan Taktik Untuk Dewasa (15 Tahun keatas) ................................. 101
1. Contoh Latihan Taktik Bertahan ................................................................. 101
2. Contoh Latihan Taktik Menyerang .............................................................. 103

Bab IV Kesalahan-kesalahan yang umum terjadi di Indonesia dalam hal organisasi


latihan, pembuatan program latihan serta eksekusi latihan ................................ 106

Bab V Teori Sepak Bola Modern .......................................................... ........................... 109


A. Prinsip-prinsip Sepak Bola Modern ……………………………………………………………… 109
B. Prinsip-prinsip Dasar Bermain 4-4-2 Dengan Benar ……………………………………. 111
C. Langkah-Langkah Menuju 4-4-2 (sekaligus 4-3-3) ……………………………………... 118
D. Pengertian Taktik 4-3-3 ……………………………………………………………………….…….. 135
1. Pengertian Taktik Lapangan Kecil Sebagai Tahapan Menuju 4-3-3 ……….. 137
1) Formasi 2-2 ………………………….…………………………………………………………… 138
2) Formasi 3-1 ……………………………………………..……………………………………… 140
3) Formasi 3-2 ………………………………………………………………….……………..…… 143
4) Formasi 3-1-2-1 ……………………………………………………………………….……..… 144

Bab VI Teori Melatih Secara Modern .............................................................................. 146


A. Teori Melatih Fisik……………………………………………………………………………………… 146
1. Komponen Latihan Fisik ……...……………………………………………………………… 146
2. Kiat Praktis Meningkatkan Fisik Pemain ……………………………………………. 148
3. Pemahaman Dasar Gizi ……………………………………………………………………… 150
4. Berbagai Cara Mengevaluasi Fisik Secara Obyektif & Praktis …………….. 152
5. Panduan Khusus Penggunaan Gym (Fitness Studio) ………………………….… 157
B. Teori Melatih Teknik …………………………………………………………… ………….… .…… 159
C. Teori Melatih Taktik ………………………………………………………………………….… …… 161
D. Teori Melatih Mental …………………………………………………………………………………… 163
1. Pemahaman Dasar ……………………………………………………………………………….. 163
2. Pembinaan Mental Pemain …………………………………………………………………… 164
3. Kiat Praktis Meningkatkan Mental Pemain …………………………………………… 170

Bab VII Berbagai Variasi Latihan Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil……… 173
A. Variasi Latihan Fisik Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil ...….. 173
B. Variasi Latihan Teknik Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil …… 179
C. Variasi Latihan Taktik Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil …… 198

Bab VIII Mencegah dan Merawat Cedera ........................................................................... 199


A. Petunjuk Umum ………………………………………………………………………………..………… 199
B. Penangganan Pada Cedera ……………………………………………………………..…………. 201
C. Sepuluh Hal Praktis Menangkal Flu ……………………………………………………..……… 220

Bab IX Pemahaman Dasar Peraturan Pertandingan (Laws of the Game)........................... 222

Bab X Lampiran ……………………………………………………………………………………………………………. 262


A. Scouting Pemain ………………………………………………………………………………………….. 262
B. Formulir Data Diri Pemain & Panduan Scouting …………………………………………… 266
C. Scouting Tim Lawan …………………………………………………………………………………….. 270

Daftar Pustaka .............................................................................................................. ......... 278


KETERANGAN GAMBAR
BAB I
PRINSIP BERMAIN
A. GAYA PERMAINAN - GARIS BESAR
Elemen kunci untuk pelatih dan pemain
yang membentuk gaya permainan

1. Pertandingan

Gaya penyerangan
Semua tim disarankan untuk menunjukkan gaya bermain yang menyerang yang ditunjukkan
saat menguasai bola dan dengan melakukan pergerakan tanpa bola dengan cepat.

Transisi cepat dan penyelesaian akhir


Mendorong semua kelompok umur untuk mengusahakan kecepatan bermain, menghindari
menggiring bola berlebihan (over dribbling), mengusahakan pergerakan yang terorganisasi
dan pergerakan cepat tanpa bola serta cepat mencari penyelesaian akhir.

Posisi spesifik
Sebuah tim harus memiliki pertahanan yang terorganisasi, menjaga posisi spesifik masing-
masing dalam formasi. Dilain pihak, pemain akan mencari ruang dan melakukan pergerakan
untuk mendukung penyerangan walau harus bergerak jauh dari posisi mereka semula.

2. Formasi

Formasi 4-3-3 dan 4-2-2


Tim di kelompok umur 12 tahun ke atas akan menggunakan formasi 4-3-3, (dengan variasi
4-2-3-1 atau 4-1-2-3 ). Tim di usia lanjutan (U15 ke atas) dapat juga menggunakan formasi
4-4-2. Untuk usia dini/grassroot (U5 - U12) disarankan bermain 4 v 4 dan 7 v 7 sebagai
tahapan menuju pemahaman 4-3-3 yang benar.
1
4 Bek
Semua formasi yang digunakan oleh tim pada pertandingan 11 v 11 harus terus membuat
4 baris bek. 4 bek menyediakan konsistensi dalam pertahanan dan memberikan ruang bagi
bek luar untuk bergerak maju saat menyerang.

B. GAYA PERMAINAN : SPESIFIKASI


Elemen kunci bagi pelatih dan pemain yang
menegaskan gaya permaian

1. Fisik

Speed and Agility (Kecepatan dan ketangkasan)


Kualitas-kualitas ini akan terkandung dalam pertandingan (game) dan permainan yang
menggunakan bola sejak kelompok usia dini/grassroot (U5 - U12).

Endurance (Daya Tahan)


Pemain secara individu dan seluruh tim dilatih untuk mampu melakukan pergerakan dengan
intensitas tinggi. Usia dini/grassroot (U5 - U12) mendapatkan daya tahan hanya melalui
game/permainan dan latihan teknik. Latihan khusus endurance diharamkan.

Ketahanan dan Kekuatan


Pemain yang kuat mengembangkan kecepatan mereka dengan lebih cepat, mampu
menangkal cedera dan lebih kompetitif dalam pertandingan. Usia dini/grassroot (U5 - U12)
tidak perlu berlatih ketahanan dan kekuatan karena belum adanya hormon testosterone.

2. Teknik

Passing dan receiving (mengumpan dan menerima bola)


Passing bola bawah yang dilakukan dengan keras/tegas selagi berhadap-hadapan pada jarak
yang bervariasi serta menerima bola yang bergerak dilakukan di semua kelompok umur.

Shooting (melesatkan tembakan)


Pemain harus menumbuhkan kemampuan untuk shooting dari jarak yang bervariasi. Semua
pemain harus didorong untuk banyak melakukan shooting dari jarak-jarak yang berbeda
selama permainan.

Ball Control and turning (kontrol bola dan berbalik dengan bola)
Pemain harus didorong untuk tetap mengontrol bola dan menggunakan teknik gerakan
memutar yang berbeda guna bergerak menjauh dari pemain bertahan.

2
3. Taktik

Bermain dari belakang


Semua tim harus merasa nyaman bermain bola semenjak dari belakang melewati lapangan
tengah dan dari sana menuju bagian akhir lapangan. Umpan-umpan pendek dari kaki ke
kaki yang sudah menjadi ciri khas sepak bola Indonesia hendaknya dipertahankan dan
diperbaiki kualitasnya.

Possession and Transition (penguasaan bola dan transisi)


Semua tim harus terus menjaga penguasaan bola dengan hanya menggunakan satu/dua
sentuhan saja. Pemain harus didorong untuk mendukung dan bergerak sambil berkreasi
dalam menentukan arah passing. Setelah permainan penguasaan bola berjalan dengan baik
tim harus belajar bagaimana mengumpan bola dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya dengan
mulus dan efektif.

Transisi Penyerangan/Pertahanan dan Serangan Balik yang cepat


Ketika penguasaan bola hilang, pemain harus bereaksi cepat dan melakukan tekanan untuk
mendapatkan bola kembali. Ketika bola kembali dikuasai, pemain harus segera mungkin
melakukan serangan balik.

4. Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental

Respect and Discipline (respek dan disiplin)


Pemain harus beradaptasi pada aturan di dalam tim dan menghargai rekan satu tim, pelatih,
wasit dan lawan.

Cooperation (Kerjasama)
Setiap pemain menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari tim dalam satu unit, dan harus
bekerjasama dengan rekan satu tim untuk meraih sasaran bersama dalam tiap sesi dan
permainan, sebagaimana untuk seluruh musim kompetisi.

Competitiveness (Menumbuhkan Jiwa Kompetisi)


Pemain yang memiliki jiwa kompetisi (spirit pantang menyerah) harus dihargai karena usaha
dan fokus mereka.

3
C. PRINSIP BERMAIN (PRINSIPLES OF PLAY)
Untuk pelatih, pemain dan tim

1. Pelatih
Permainan penguasaan bola (possession) dan permainan lapangan lebih kecil (small sided
games) dengan lebih sedikit pemain sangat baik untuk menumbuhkan pengertian taktis
sekaligus mengasah kemampuan teknis pemain.
Berlatih dengan lawan dan kompetisi dengan sistim reward and punishment (pemberian
penghargaan dan hukuman) dalam sesi latihan harus dilakukan untuk menumbuhkan jiwa
kompetisi dalam diri pemain.
Permainan yang memiliki intensitas tinggi didasari oleh kecepatan dan ketangkasan. Singkat
tetapi intensif dalam setiap bagian latihan. Beri waktu untuk istirahat lalu pacu kinerja
mereka saat latihan sehingga memaksimalkan hasil latihan.

2. Pemain

Maksimal satu, dua atau tiga sentuhan : Meminimalkan jumlah sentuhan menambah
kecepatan permainan. Bermainlah dengan sederhana : jangan paksakan situasi, terlalu
banyak menggiring bola, sembarangan dengan bola, atau memilih opsi yang sulit.

Tetap menjaga bola di tanah : Bola yang dimainkan mendatar di atas tanah akan lebih
mudah dikontrol dan dapat didistribusikan dengan lebih efektif dan cepat oleh tim.

Akurasi dan kualitas passing : Passing harus keras dan akurat, dengan bobot yang tepat.

Sentuhan pertama : Pastikan sentuhan pertama dilakukan secara terkontrol tanpa


menghentikan bola. Sentuhlah bola menjauh dari tekanan dan arahkan ke daerah yang
bebas.

Pemahaman dan kewaspadaan : Semua pemain, dengan atau tanpa bola harus terus
menerus mengamati lapangan, kawan dan lawan.

Situasi 1 v 1 : Bentuk determinasi pemain untuk secepatnya menguasai bola kembali saat
bertahan dan bermain sederhana saat menyerang dangan cara menyentuh bola ke samping
dengan cepat guna melewati lawan.

Transisi individu : Pemain harus bereaksi dengan cepat ketika penguasaan bola berganti dari
penyerangan ke pertahanan dan sebaliknya.

Shooting : Selalu perhatikan gawang lawan. Semua pemain didorong untuk melesatkan
tembakan.

Mengambil resiko : Sepak bola adalah olah raga yang memungkinkan terjadinya banyak
kesalahan. Kesalahan-kesalahan adalah bagian dari permainan dan proses belajar. Pemain
didorong untuk mengambil resiko dalam sesi latihan guna mengembangkan kecepatan
bermain.
4
3. Tim

Semua pemain bertahan dan semua pemain menyerang : Semua pemain harus terlibat
dalam permainan sebagai satu unit.

Ciptakan situasi menang jumlah : Sepak bola adalah permainan yang mengandalkan jumlah
pemain. Saat menyerang diupayakan untuk menang jumlah sedangkan bertahan untuk
minimal tidak kalah jumlah.

Aliran bola : Bola harus mengalir dari dalam ke luar, dari luar ke dalam sisi permainan. Bola
lebih mudah dikuasai di sisi luar lapangan karena sisi dalam lapangan tekanan lawan lebih
besar (tentu saja hal ini bisa berubah tergantung situasi).

Prinsip segitiga dan pilihan arah passing : Pemain yang menguasai bola harus terus menerus
menerima dukungan dan setidaknya memiliki 2 pilihan untuk melakukan passing. Saat usia
dini/grassroot (U5-U12) ajarkan pemain membentuk ketupat saat menyerang guna
menciptakan 3 opsi mengumpan; ke kiri, ke kanan dan kedepan/belakang.

Kecepatan permainan : Pergerakan cepat bola (saat menyerang), sedangkan saat bertahan
(tanpa bola) menciptakan situasi 2 v 1 (menang jumlah).

Pergerakan tanpa bola : Cari ruang terbaik yang tersedia untuk memberikan pilihan arah
untuk mengumpan bagi pemain yang sedang menguasai bola.

Melakukan tekanan sebagai satu unit : Melakukan gerakan menekan yang terorganisasi
dengan rapi (menekan secara bersama-sama) sehingga memaksa lawan melakukan
kesalahan.

Perpindahan (Transisi) : Upayakan perpindahan dengan mengurangi jumlah operan yang


dibutuhkan untuk mendekati area target atau gawang lawan.

Arah permainan : Permainan mengalir dalam 2 arah (bertahan dan menyerang). Selalu
tekankan prinsip sederhana namun penting ini dalam semua latihan yang dilakukan.

Miliki inisiatif selama permainan : Situasi sulit bisa terjadi kapan saja. Tim harus mampu
beradaptasi saat terjadi situasi yang berbeda/tidak terencana. Beberapa pemain harus
dipersiapkan sebagai pemimpin rekan-rekannya dilapangan.

5
BAB II
KONSEP MELATIH

A. FONDASI PROGRAM PEMBINAAN YANG BERKUALITAS

6
1. Fasilitas & Faktor Pendukung
Lapangan Yang Memadai
Lapangan paling tidak harus rata (berdebu tidak masalah asal rata). Jika di desa Anda hanya
ada lapangan kecil, bentuklah tim U12, U10 atau U8, dan bermainlah 5 v 5 atau 7 v 7.
Pemain berusia 12 tahun keatas harus bermain di lapangan besar sesuai standar FIFA.

Pengetahuan Gizi
Orang tua dan pemain memiliki pengetahuan akan gizi dan disiplin dalam mengkonsumsi
makanan dan minuman yang membantu perkembangan fisik pemain.

Dukungan Penuh Orang Tua


Kegiatan anak harus diketahui dan direstui oleh orang tua masing-masing. Dukungan penuh
tidak berarti tekanan. Biarkan pemain berkembang dengan nyaman; didukung tapi tidak
ditekan.

Liga Dan Turnamen Yang Tertata Rapi


Liga dan turnamen SSB dalam lingkup PENGCAB (Pengurus Cabang) perlu dilaksanakan
sesering mungkin. Agar tidak tergantung pada PENCAB, bentuklah sebuah asosiasi SSB di
daerah anda atau bergabunglah secara gratis dengan asosiasi SSB Pusat (ASSBI). Lihat di
www.ssbindonesia.com. Prinsip kunci adalah bertindaklah secara pro aktif.

Jumlah Pemain Atau Grup Yang Dibatasi


Peserta latihan yang terlalu banyak tidak efektif dan sulit untuk diawasi secara individu.

Banyak Bola!
Penting tersedia satu bola untuk setiap pemain.

Cones
Sediakan cones beragam warna guna efisiensi latihan.

Kostum dan Rompi


Kostum dan rompi latihan beragam warna harus tersedia guna efisiensi latihan.

Peralatan Bantu Lainnya


Tersedia pula tangga koordinasi, 2-4 gawang kecil, beberapa barbel (2-5 kg), gawang-gawang
pendek untuk rintangan serta tiang-tiang plastik.

7
2. Faktor Pembina (Pelatih)

Kualitas
 Standar sertifikasi D dan C.
 Sering/banyak ikut pelatihan atau seminar lebih baik, mau belajar (melalui buku,
internet, dll).
 Memiliki semangat, jeli dalam melakukan pembenaran pada pemain.

Kuantitas
Pembina yang berkualitas harus banyak, PSSI Pusat dan pengurus propinsi, mutlak perlu
mengadakan kursus-kursus dan seminar kepelatihan. Coach Bert Pentury saat ini tengah
melakukan tour ke semua provinsi guna melatih pelatih khusus usia dini/grassroot
(U5 - U12).

Teladan
Seorang pelatih mutlak harus menjadi teladan baik dalam perkataan dan tingkah laku :
tidak suka omong kotor, tepat waktu, bisa menjaga emosi, tidak melakukan pencurian umur,
dll.

Motivator
Bukan pencela atau pemaki. Sering dan terus menerus memberikan semangat dengan
perkataan dan bahasa tubuh yang positif.

Mengutamakan Pendidikan Formal


Perlu memahami konsep “Student athlete”; seorang pemain adalah seorang murid sekolah,
baru kemudian menjadi atlit. Dengan kata lain, sekolah harus diutamakan oleh pemain,
pelatih dan orang tua. CI PELATIH YANG BERKUALITAS

Dapat Mengelompokkan Kualitas Masing-Masing Pemain


Pelatih sangat bergantung kepada pemain. Pelatih harus bisa melihat potensi pemain
misalnya dengan latihan atau pergantian posisi. Yang diperhatikan adalah : Teknik, Speed
dengan bola, Speed tanpa bola, Visi, Penempatan posisi, Karakter atau Mental. Karakter
perlu diperhatikan karena karakter adalah faktor penentu kesuksesan pemain itu sendiri
sekaligus berpengaruh pada kebersamaan tim.

Berjiwa Pemimpin
Kualitas pelatih sebagai pemimpin sangat berpengaruh pada respek pemain pada pelatih.
Sebagai sorang pemimpin pelatih harus :
 Menjadi Contoh Hidup : Teladan dalam perkataan dan tingkah laku.
 Mampu menjadi Pengatur / Penengah Hubungan antar manusia : Terutama dibutuhkan
saat terjadi perselisihan atau ketegangan antar pemain. Baik di dalam tim sendiri
maupun dengan tim lawan .
 Peduli pada pemain : Tunjukkan kepedulian kepada para pemain, seperti masalah
pendidikan atau kesehatan pemain. Jangan sekadar menuntut pemain berprestasi.
Kenali dan selalu tunjukkan kepedulian anda pada pemain.
 Kompeten : Memiliki kemampuan yang memadai untuk duduk di dalam posisi pelatih.

8
Maka perlu untuk terus menerus belajar menambah pengetahuan, baik secara umum
maupun dalam bidang kepelatihan.
 Fair (sifat adil) : Pelatih tidak pilih kasih kepada anak-anak didiknya, melihat potensi
terbaik berdasarkan kemampuan, bukan pilih-pilih.
 Konsisten : Tegakkan peraturan dan hukum. Pujilah pemain tanpa pandang bulu. Setali
tiga uang dengan prinsip ini adalah kemampuan pelatih untuk selalu menegakkan
peraturan tanpa berubah sejalan dengan waktu.

Pelatih harus mampu/ahli dalam menyusun program latihan


Buatlah program latihan yang :
 Realistis : Sesuai kebutuhan saat pertandingan.
 Variatif : Memiliki kreativitas latihan yang beragam dan tidak membosankan.
 Metodis : Memiliki metode latihan yang tertata rapi dan berjenjang; , bukan
sembarangan membuat program latihan.
 Mencakup semua aspek : Fisik, Teknik, Taktik, Mental dan Karakter.
 Tematis : Memiliki tema atau tujuan yang dipersiapkan. Dari awal hingga akhir latihan,
tema latihan terlihat jelas lewat variasi-variasi latihan yang dipilih. Membuat program
yang tematis dikhususkan bagi usia 15 tahun ke atas dan dewasa.
 Sesuai prinsip “Benang Merah “ : Masing-masing sesi latihan saling berkaitan, saling
berhubungan antara latihan yang satu dan yang lainnya sehingga menghasilkan
keutuhan latihan yang baik.
 Terencana (Tertulis) : Untuk dokumentasi dan supaya dapat dikoreksi dari waktu ke
waktu. Merencanakan latihan anda bisa mengetahui perlengkapan apa saja yang
dibutuhkan sehingga latihan bisa berjalan dengan efektif.

Pengetahuan Taktik
Selain masalah teknik, sepak bola juga sangat ditentukan oleh taktik. Pemahaman mendasar
mengenai taktik yang wajib dimiliki oleh seorang pelatih adalah :
 Taktik bertahan ; Pengertian permainan saat bertahan sebagai individu/grup/tim.
 Taktik menyerang ; Pengertian permainan saat menyerang sebagai individu / grup/tim.
 Situasi standar; Lemparan ke dalam, free kick, tendangan penjuru dan goal kick.
 Taktik hari pertandingan; Penentuan tipe pemain dan formasi yang dipilih, pergantian
pemain dan arahan spesifik sesuai kelebihan/kelemahan lawan pada saat bertanding.

3. Program Pembinaan Sehari-Hari/Rutin


Program pembinaan yang rutin dilakukan harus mencakup dan sesuai dengan falsafah
program pembinaan sepak bola modern yang di jabarkan dalam halaman berikut.

”Practice doesn’t makes perfect, perfect practice makes perfect”


(latihan saja tidak menghasilkan kematangan,
tetapi latihan yang matang membuat kematangan)

9
B. FALSAFAH PROGRAM PEMBINAAN
Pengertian inti metode melatih

1. Hubungan Latihan Dengan Pertandingan


Tujuan dari sesi latihan adalah untuk mempersiapkan pemain untuk kompetisi.
Pertandingan memperlihatkan perkembangan taktik, teknik, fisik dan jiwa kebersamaan
(Psychososial)/Mental dalam diri pemain.

2. Empat Komponen Yang Saling Melengkapi

Fisik
Pemain yang kuat dan ulet akan memberikan keuntungan yang besar untuk tim. Sebaliknya
seorang pemain yang kelelahan harus berjuang sangat berat untuk menjaga konsentrasinya
dan cenderung melakukan banyak kesalahan.

Teknik
Semua pemain di dalam tim diharuskan memiliki kemampuan individu yang sesuai dengan
posisi masing-masing. Sebagai contoh, seorang pemain tengah tentu memiliki teknik dan
keahlian yang berbeda dengan seorang pemain di posisi bek luar.

Taktik
Bagian ini menolong pemain agar menyatu dengan tim. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan pemain yang cerdas, mampu beradaptasi dalam situasi yang berganti-ganti
dalam pertandingan-pertandingan yang dihadapi.

10
Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental
Manusia sering dipengaruhi oleh emosinya. Pelatih harus bisa melatih pemain untuk
menggunakan emosi-emosi ini untuk keuntungan mereka dan mengarahkan emosi mereka
menjadi sebuah kekuatan dan bukan kelemahan bagi mereka.

Titik lemah terbesar pemain kita selain kualitas umpan dan


kecepatan dalam bermain adalah
mental dan pengertian taktik.
Titik lemah pemain = Titik lemah pelatih!

C. Intisari Materi Kepelatihan


Area Pengembangan saat berlatih sepak bola

Materi Kepelatihan

1. Fisik

2. Teknik

3. Taktik

4. Jiwa kebersamaan (Psychososial)/Mental

5. Set piece (gerakan dan alur bola yang direncanakan - Situasi

Standar)

6. Formasi

7. Penjaga Gawang

11
12
D. MATERI KEPELATIHAN : ISTILAH UMUM
Definisi untuk Istilah-istilah khusus dalam Sepak Bola

1. Taktik
Aksi individu atau bersama-sama yang ditunjukkan oleh pemain atau sekelompok pemain
untuk mengambil kesempatan dari seorang pemain lawan atau sekelompok pemain lawan
atau tim lawan secara keseluruhan.
Penjelasan : Sebuah taktik adalah alat untuk membangun strategi.
Contoh : Perpindahan bola dengan cepat dari satu sisi lapangan ke sisi lain.

2. Strategi
Sebuah pemahaman atau ide yang disepakati bersama oleh seluruh anggota tim sejak awal
pertandingan dengan tujuan mengalahkan lawan.
Penjelasan : Strategi berhubungan dengan formasi tim dan juga sistim yang digunakan oleh
tim.
Contoh : Strategi pertahanan - tiga striker maju guna melakukan tekanan dan pemain
gelandang tengah mendekati lawan di area tengah untuk menghalangi mereka berbalik.
Diharapkan dengan cara demikian bola bisa direbut kembali di area pertahanan lawan.

3. Formasi
Pengaturan posisi pemain dan pembagian tugas pada masing-masing pemain di lapangan
yang diatur sejak awal pertandingan.
Penjelasan : Ini biasanya ditulis dalam tiga angka yang mengidentifikasi pemain di posisi
pertahanan, tengah dan penyerangan.
Contoh : 4-3-3, berarti ada 4 pemain bertahan (defenders), 3 pemain tengah (midfielders)
dan 3 penyerang (strikers).

4. Sistem
Sebuah formasi yang secara khusus menyorot pada bentuk dan atau peran untuk satu atau
beberapa pemain.
Penjelasan : Sebuah Sistim adalah kombinasi formasi dan strategi.
Contoh : 4-4-2 dengan bentuk seperti berlian di tengah sehingga memungkinkan pemain bek
sayap bergerak naik ke area yang lebih luas didepannya.

13
E. MATERI KEPELATIHAN : FISIK

1. Hal-hal yang Meningkatkan Kemampuan Tubuh

1) Kekuatan
 Daya Tahan Kekuatan/Power
 Daya Eksplosifitas
 Kekuatan Maksimal

2) Daya Tahan
 Kemampuan Gerak Tubuh (Aerobic Capacity)
 Kekuatan Gerak Tubuh (Aerobic Power)
 Tenaga yang Dihasilkan Otot dengan laktat (Anaerobic Lactic)
 Tenaga yang dihasilkan Otot tanpa Laktat (Anaerobic Alactic)

3) Kecepatan
 Reaksi
 Kemampuan Akselerasi (Acceleration)
 Kecepatan Maksimal
 Daya tahan tubuh mempertahankan kecepatan
 Kemampuan merubah arah lari dengan cepat (Acyclic Speed)

4) Kelenturan & Mobilitas Otot


5) Koordinasi & Kelincahan
6) Kemampuan Motorik Dasar
7) Daya Tanggap & Kewaspadaan (Awareness)

14
2. Pemaham Istilah-Istilah Fisik
Hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan tubuh

1) Kekuatan
Kemampuan otot melakukan gerakan tiba-tiba dengan intensitas yang tinggi dan dengan
beban yang bervariasi.

Daya Tahan Kekuatan/Power


Kemampuan untuk memelihara gerakan sentak otot di dalam intensitas dan beban tinggi
dalam kurun waktu yang lama.

Dengan Cepat Menghasilkan Kekuatan Tubuh Yang Besar ( Daya Eksplosifitas )


Kemampuan untuk mengendalikan gerakan sentak otot di dalam intensitas dan beban
tinggi dalam kurun waktu sependek mungkin (secepat mungkin).

Kekuatan Maksimal
Kemampuan otot melakukan gerak yang maksimal dengan beban dalam kurun waktu
pendek.

2) Daya Tahan ( Endurance )


Kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas fisik dengan intensitas tertentu dan dalam
kurun waktu tertentu.

Kemampuan Gerak Tubuh (Aerobic Capacity)


Kemampuan untuk melakukan aktivitas gerak tubuh secara aerobic. Pengertian aerobic
itu sendiri adalah: Tenaga yang dihasilkan otot dengan bantuan oksigen. Semakin lama
jangka waktu latihan, semakin dominan fungsi oksigen.
Penjelasan : Ini adalah sebuah aktivitas latihan dengan oksigen yang cukup sehingga
tidak menyebabkan gangguan tertentu pada tubuh. Artinya karena adanya
keseimbangan antara produksi energi tubuh dan energi yang digunakan oleh tubuh
pemain bisa melakukan latihan tanpa halangan.
Contoh : Tergantung pada usia dan tingkat kemampuan pemain, latihan yang bersifat
aerobic terjadi secara terus menerus dan dinamis dalam kurun waktu 4 hingga 6 menit
dan menggunakan sekitar 85% fungsi kerja maksimal jantung.

Kekuatan Gerak Tubuh (Aerobic Power)


Kemampuan untuk menggabungkan antara kemampuan aerobic dan sistim energi
anaerobic di dalam jangka waktu lama dengan tujuan untuk memperoleh performa
terbaik dalam aktivitas fisik yang dinamis.
Penjelasan : Ini adalah sebuah latihan dengan persediaan oksigen yang cukup namun
juga membutuhkan sumber energi lain. Jika sumber energi lain tidak tersedia, akan
mengakibatkan gangguan dan pengurangan kekuatan pada tubuh.
Contoh : Tergantung dari usia dan tingkat kemampuan pemain, kondisi ini terjadi pada
kurun waktu 2 sampai 3 menit dan menggunakan lebih dari 85 % fungsi kerja maksimal
jantung.

15
Tenaga Yang Dihasilkan Otot Dengan Laktat (Anaerobic Lactic)
Merupakan aktivitas fisik yang terus menerus menghasilkan asam laktat konsentrasi
tinggi di dalam kurun waktu yang pendek. Berbeda dengan aktifitas aerobic yang
menggunakan oksigen, anaerobic adalah tenaga yang dihasilkan otot tanpa oksigen dan
laktat terbentuk. Kondisi ini dapat terjadi misalnya saat berlari cepat dalam kurun waktu
lama.
Penjelasan : Ketika intensitas latihan terlalu tinggi dan dalam waktu yang lama, sistem
energi tubuh yang menggunakan oksigen (aerobic) tidak mampu menyediakan semua
energi yang dibutuhkan dengan cepat. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh membutuhkan
sistem energi yang lainnya dan hal ini justru menjadi penyebab berkurangnya kekuatan
tubuh. Oleh sebab itu sistem energi (anaerobic lactic) kemudian menghasilkan sebuah zat
kimia yang disebut sebagai asam laktat (lactic acid). Jika dalam jumlah banyak akan
memengaruhi kemampuan tubuh selama aktivitas fisik. Oleh karena itu, tingkat aktivitas
fisik sewaktu-waktu perlu dikurangi dengan tujuan untuk mendaur ulang asam laktat dan
mendorong terjadinya performa tingkat tinggi. Untuk alasan inilah, ketahanan pemain
dalam mentolerir asam laktat yang terbentuk di dalam tubuh menjadi sangat penting.
Contoh : Tergantung dari kemampuan dan tingkat usia pemain, kondisi seperti ini tercipta
saat melakukan aktivitas yang dinamis dan berkelanjutan dengan kekuatan maksimal
selama kurun waktu 45 detik. Sebagai contoh, melakukan sprint selama 45 detik adalah
contoh aktifitas pengerakan otot tanpa oksigen yang menyebabkan terbentuknya asam
laktat.

Tenaga Yang Dihasilkan Otot Tanpa Laktat (Anaerobic Alactic)


Aktivitas fisik yang dinamis, intensitas tingkat tinggi namun singkat dengan menggunakan
sumber energi yang tersimpan di dalam otot. Ini adalah tenaga yang dihasilkan otot tanpa
oksigen dan tanpa terbentuknya laktat. Misalnya seperti yang terjadi pada lari cepat jarak
pendek. Sebagai contoh, berlari sprint sejauh 20 meter dengan di selingi istirahat adalah
contoh aktifitas pergerakan otot tanpa oksigen namun tidak sampai menyebabkan
terbentuknya asam laktat.

Keterangan Tambahan
Sistem yang dilakukan tubuh kita saat berolah raga ada 3 tahapan, yaitu:
a. Anaerobic alactic selama 15 detik pertama
b. Anaerobic lactic pada 2 menit berikutnya, lalu
c. Aerobic untuk latihan dengan jangka waktu 4 menit ke atas.

Jalan kaki, bersepeda atau renang santai termasuk olah raga ringan. Di sini kebutuhan
otot akan oksigen terpenuhi dengan baik ketika bernafas. Proses pembuatan energinya
didapat dari karbohidrat dan tidak menghasilkan asam laktat, sehingga energinya bisa
bertahan lama. Ini berguna untuk diet.
Sedangkan lari cepat, angkat berat, push up atau olah raga yang lain yang membutuhkan
tenaga besar dan membutuhkan waktu lama seperti sepak bola, termasuk dalam olah
raga berat. Ketika tiba-tiba diperlukan energi yang besar di saat oksigen tidak ada maka
glikolen (zat yang menyimpan cadangan energi pada sel yang dibentuk oleh glukosa)
dipisahkan untuk membuat energi kembali. Tapi dalam prosesnya akan terjadi
penumpukan asam laktat sehingga otot pada tubuh menjadi kelelahan dan jika
berlangsung lama akan terasa capek sekali.

Ketika berolah raga, oksigen yang masuk melalui pernafasan akan diurai dan menyatu
16
dengan lemak tubuh supaya otot tetap normal. Lemak bisa diurai dengan energi yang
digunakan pada saat melakukan olah raga ringan selama 20 menit terus menerus.
Mengapa kita dapat kelelahan? Kelelahan pada otot di saat tubuh membuat energi,
disebabkan oleh asam laktat yang dihasilkan oleh glikogen di saat proses
penguraiannya. Jika melakukan olah raga dengan menumpukkan asam laktat, akan
mengakibatkan kelelahan pada otot.

Dalam istilah kesehatan ada istilah yang disebut mitochondria mass, kemampuan sel
otot untuk menyerap laktat yang terbentuk saat sel otot kekurangan oksigen. Dasar
endurance yang baik ditambah berlatih keras dalam waktu singkat (interval)
meningkatkan masa mitochondria. Sedangkan mitochondria itu sendiri adalah semacam
“pabrik energi” dalam sel otot kita.

3) Kecepatan
Kemampuan pemain melakukan gerakan atau menempuh jarak tertentu dalam kurun
waktu sesingkat mungkin.

Reaksi
Proses yang tercepat yang dapat dilakukan seseorang baik secara fisik maupun
menggunakan otaknya dalam menanggapi peristiwa yang terjadi dilapangan dengan
tujuan melakukan gerakan yang diperlukan sesuai situasi.

Kemampuan Akselerasi (Acceleration)


Peningkatan kecepatan secara tiba-tiba dari posisi berdiri atau langkah lambat ke
berlari.

Kecepatan Maksimal
Gerakan tercepat yang mungkin dilakukan oleh tubuh atau salah satu bagian tubuh.

Daya Tahan tubuh Mempertahankan Kecepatan (Speed Endurance)


Menjaga kecepatan semaksimal mungkin sesuai kemampuan selama mungkin.

Kemampuan Merubah arah lari dengan cepat (Acyclic Speed)


Berbeda dengan seorang pelari 100 meter, seorang pemain bola harus mampu berlari
sekaligus merubah arah lari dengan cepat.

4) Kelenturan Dan Mobilitas Otot


Kemampuan tubuh atau salah satu bagian dari tubuh untuk menggabungkan kelenturan
otot dan pergerakan sendi guna mencapai jarak terjauh yang dapat dilakukan.

5) Koordinasi Dan Kelincahan


Koordinasi adalah kemampuan pemain mengatur bagian-bagian tubuhnya guna
menghasilkan gerakan tepat guna dengan mulus.
Kelincahan (Agility) adalah kemampuan pemain merubah arah dan kecepatan baik saat
mengolah bola maupun saat melakukan pergerakan tanpa bola.
Kemampuan koordinasi dan kelincahan berhubungan erat dengan kemampuan-

17
kemampuan di bawah ini :
 Balance/Keseimbangan : Kemampuan untuk menilai faktor-faktor di dalam dan
luar diri pemain sehingga membuat pemain mampu mengendalikan gerakan
tubuh atau posisi tubuhnya tanpa kehilangan keseimbangan.
 Persepsi jarak (Depth Perseption) : Kemampuan mengira-ngira jarak dan
kecepatan bola/lawan.
 Pergerakan Kompleks (Complex Movement ) : Kemampuan melakukan beberapa
gerakan tubuh secara bersamaan atau berturut-turut.
Contoh : Melakukan gerakan berputar dengan bola lalu melakukan trik individu
untuk kemudian melesatkan tembakan atau umpan adalah gerakan kompleks.
 Kemampuan bereaksi dengan cepat (badan) dan mengantisipasi situasi (otak).
 Kemampuan Orientasi : kemampuan untuk cepat kembali mengetahui arah
setelah terjatuh, tabrakan atau berputar dengan cepat.
 Kemampuan berganti arah lari (badan) dan berganti fokus (mental) dari
menyerang ke bertahan dan sebaliknya.
 Ritme (Rhythm) : Kemampuan merubah ritme lari dari pelan ke cepat, cepat ke
pelan, langkah kecil ke langkah panjang, langkah panjang ke langkah kecil, serta
berlari sambil melompat.
 Keseimbangan : Kemampuan untuk menilai faktor di dalam dan di luar diri
pemain sehingga membuat pemain mampu mengendalikan gerakan tubuh atau
posisi tubuhnya tanpa kehilangan keseimbangan.

6) Kemampuan Motorik Dasar


Pergerakan tubuh dalam menyesuaikan diri dengan keadaan di luar tubuh (misalnya
saat berjalan, berlari, melompat, menjatuhkan diri atau mengubah arah tubuh).
Kemampuan motorik dasar lainnya mencakup menendang, melempar, menangkap dan
lain-lain.

7) Daya Tanggap Dan Kewaspadaan (Awareness)


Ketangkasan di dalam melihat dan menilai situasi tertentu serta mampu menggabungkan
penilaian dengan aksi yang cepat.

Umur emas melatih aneka koordinasi dan kelincahan adalah antara 10 – 12 tahun! Utamakan
juga latihan koordinasi dan kelincahan untuk pemain umur 13 – 15 tahun karena pemain di
kelompok umur ini umumnya mengalami penurunan kemampuan koordinasi dan kelincahan.

INGAT : Gabungkan latihan kecepatan, daya tahan, bahkan koordinasi sebanyak mungkin dengan
bola. Artinya, latihan daya tahan (endurance) didapatkan melalui latihan yang direncanakan
dengan rapi, dengan intensitas tinggi dan menggunakan bola, dalam bentuk permainan (game)
atau latihan teknik yang sekaligus melatih daya tahan (endurance). Setali tiga uang kecepatan
hendaknya selalu dilakukan tanpa bola dan dengan bola, jangan hanya tanpa bola saja.

18
F. MATERI KEPELATIHAN : TEKNIK MENYERANG
& BERTAHAN

TEKNIK MENYERANG
1. Mengumpan dan menerima umpan (passing and receiving)
2. Berlari dengan bola (Speed Driblling)
3. Mengolah bola (Dribbling)
4. Berbalik dengan bola (Turning)
5. Melesatkan tembakan (Shooting)
6. Kontrol Bola (Ball Controll)
7. Menyundul (Heading)
8. Menyerang 1 lawan 1 (1 v 1 Attacking)
9. Melindungi Bola (Shielding the Ball)
10. Menerima sekaligus berputar (Receiving to Turn)
11. Umpan Silang dan Penyelesaian akhir (Crossing and Finishing)

TEKNIK BERTAHAN
1. Pertahanan 1 v 1 (1 v 1 Defending)
2. Penempatan Posisi dan sikap tubuh (Body shape)
3. Melakukan antisipasi

19
4. Reaksi
5. Mencegat (Intercept)
6. Mencegah lawan berbalik
7. Melakukan tackling

1. Pemahaman Istilah-Istilah Teknis Menyerang (Ofense)

Teknik : Kemampan pemain untuk melakukan tugasnya dan mengeksekusi gerakan-gerakan


sepak bola dengan mulus dan efisien.

1) Mengumpan dan menerima umpan (passing and receiving) :


memindahkan bola mendatar atau di udara dari satu pemain ke pemain lainnya
dengan jarak yang bervariasi.

2) Berlari dengan bola (Speed Driblling) : Gerakan kontrol pada bola dengan
kecepatan tinggi tanpa mengubah lintasan bola.

3) Mengolah bola (Dribbling) : Gerakan kontrol bola dengan rapat, menggunakan


kedua kaki serta terus meneruskan mengubah lintasan/arah bola.

4) Berbalik dengan bola (Turning) : Menggunakan satu atau lebih dari satu
sentuhan pada bola dengan tujuan berputar bersama dengan bola.

5) Melesatkan Tembakan (Shooting) : Menendang bola ke arah gawang dengan


tujuan untuk menciptakan gol.

6) Kontrol Bola (Ball Controll) : Menerima dan mengarahkan bola secara tepat di
udara atau di lapangan.

7) Menyudul (Heading) : Mengarahkan bola dengan kepala dengan tujuan untuk


menjaukan bola dari gawang, passing, atau mencetak gol.

8) Menyerang 1 lawan 1 (1 v 1 Attacking) : Gerakan penyerangan dengan bola


di kaki untuk mengalahkan pemain bertahan lawan. Disini yang ditempa adalah Skill
(kemampuan teknis dengan lawan).

9) Melindungi Bola (Shielding the Ball) : Menjaga bola dari seorang pemain
bertahan dengan cara melindungi bola dengan badan.

20
10) Menerima sekaligus berputar (Receiving to Turn) : Perubahan arah bola
dengan kaki saat menerima umpan dari rekan tim dengan tujuan untuk
membuat gerakan berikutnya seperti dribbling, passing, atau shooting.

11) Umpan Silang dan Penyelesaian akhir (Crossing and Finishing) :


Umpan bola dari sisi lebar lapangan ke sisi tengah ke arah gawang dengan
tujuan untuk memberi kesempatan pada rekan satu tim untuk menciptakan gol.

2. Pemahaman Istilah-Istilah Teknik Bertahan (Defense)

1) Pertahanan 1 v 1 (1 v 1 Defending) : Berbagai upaya dengan tujuan untuk


memperoleh kembali penguasaan bola yang dikuasai lawan.

2) Penempatan posisi dan sikap tubuh ( Body Shape ) : Sikap atau


penempatan posisi tubuh sehingga pemain dapat melakukan gerakan pertahanan
berikutnya dengan tepat.

3) Melakukan Antisipasi
Antisipasi pemain untuk mempersulit lawan melakukan serangan. Pemain
bertahan membaca/menebak alur bola atau pergerakan lawan sebelum terjadi.

4) Reaksi
Reaksi pemain terhadap gerakan - gerakan lawan sesaat setelah dilakukan.

5) Mencegat (Intercept)
Gerakan mencegat alur bola untuk memeroleh kembali penguasaan bola ketika
bola tersebut sedang dioper oleh pemain-pemain lawan.

6) Mencegah Lawan Berbalik


Tekanan pada lawan yang membelakangi gawang dengan tujuan menggagalkan
niat lawan untuk berbalik menghadap gawang.

7) Melakukan Tackling
Kontak yang dibuat dengan kaki ketika bola sedang ada di kaki lawan dengan
tujuan untuk mencegah gerakan penyerangan berikutnya atau memeroleh
penguasaan bola kembali .

21
G. MATERI KEPELATIHAN : TAKTIK
MENYERANG & BERTAHAN
Berbagai aspek untuk mengembangkan pemahaman pada sebuah pertandingan/game

1. Prinsip Penyerangan 1. Prinsip Pertahanan


 Mengkreasi ruang (membuka ruang)  Menjaga pemain lawan (marking)
 Mendukung rekan tim (support)  Menekan lawan (Press)
 Melebar : menggunakan lebar lapangan  Melindungi, (cover)
 Memanjang: menggunakan panjang  Keseimbangan melalui pergeseran
lapangan  Mengamati pergerakan lawan dan
 Berlari diagonal bola (reaksi) serta mampu
 Bermain ke arah depan memprediksi (membaca) arah
 Kecepatan permainan (bola bawah, 1-3 pergerakan/alur bola (antisipasi)
sentuhan umpan tegas, banyak  Berganti tempat (saling mengisi)
melakukan pergerakan tanpa bola)
 Pergantian posisi: saling mengisi posisi 2. Zona Defense
sesuai situasi  Membentuk “segitiga” dan “pisang”
 Kreativitas (gerakan pemain untuk  Bergeser bersama secara diagonal
memasuki daerah pertahanan lawan  Bergantian menjaga lawan (Tidak
dengan cara bervariasi seperti terus menjaga lawan yang sama)
“overlap”, umpan 1-2 yang dikenal
dengan “one-two”, pantulan, 3. Memberi Tekanan (Pressing)
terobosan, umpan silang, trik individu,  Dilakukan secara kolektif sehingga
kecepatan membawa bola atau “speed tercipta 2 V 1 (double) atau 3 V 1
dribbling”) (triple)

2. Penguasaan Bola 4. Gerakan Mundur dan Kembali ke


3. Transisi Posisi Awal
4. Kombinasi Permainan  Lari ke dalam/masuk
5. Pergantian sisi Permainan  Mengisi posisi paling belakang lebih
dulu.
 Pergantian langsung dari sisi ke sisi
 1-3 pemain melakukan tekanan,
 Pergantian sisi dengan memakai
memberi waktu pemain lain untuk
pemain jangkar sebagai jembatan
turun kembali ke posisi bertahan
6. Serangan balik (Counter Attacking)
5. Kepadatan Pertahanan (Compact)
7. Membangun serangan dari belakang
8. Melakukan penyelesaian di daerah
pertahanan lawan

Untuk keterangan masing-masing istilah di atas baca halaman-halaman berikut serta bagian
pengertian sistim 4-4-2 dan 4-3-4 halaman 109 - 145.

22
1. Pemahaman Istilah-Istilah Taktik Menyerang ( Ofense)

1) Prinsip penyerangan : Pergerakan dasar individu atau bersama-sama untuk satu atau
beberapa pemain yang bertujuan untuk mengkreasi peluang bagi penyerang.

1a. Mengkreasikan ruang (membuka ruang) : Pergerakan pemain ke ruang kosong untuk
menghasilkan kesempatan melakukan operan yang efektif.

Sebagai contoh: 4 v 1
permainan penguasaan
bola di mana para pemain
bergerak ke area lebar
untuk membuat pilihan
arah passing.
Penting: Jangan biasakan
pemain menempati pojok
kotak permainan guna
memudahkan penguasaan
bola (tidak terkepung di
pojok).

1b. Mendukung rekan tim (Support) : Menawarkan bantuan oleh rekan setim yang berada di
sekitar bola dengan tujuan untuk menerima umpan.

Satu pemain bergerak


pada sisi yang dekat
dengan rekan setim yang
menguasai bola guna
menciptakan opsi yang
jelas.

23
1c. Aksi Lanjutan (Anschlussaktion)
Setelah memberikan umpan sang pengumpan melakukan aksi lanjutan bergerak ke
daerah kosong guna mendukung rekan tim (support). Apabila umpan tidak berhasil aksi
lanjutan sang pengumpan berupa gerakan bertahan.

Sebagai contoh : Setelah


memberikan umpan
pada pemain depan (1),
winger bergerak ke sisi kiri
guna memberi support
pada pemain depan (2).

1d. Melebar : menggunakan lebar lapangan. Pergerakan dan distribusi penyerang ke arah
lebar lapangan untuk menciptakan ruang dan membangun serangan dalam sebuah
pertandingan/game.

Seorang pemain bergerak


ke area lebar untuk
membuka ruang.
Tujuannya adalah untuk
menyulitkan pertahanan
lawan.

24
1e. Memanjang : Menggunakan panjang lapangan. Pergerakan seorang pemain atau
sekelompok pemain ke posisi depan untuk menciptakan opsi saat menyerang dalam
pertandingan/game.

Seorang pemain bergerak


maju dengan tujuan untuk
memeroleh bola sehingga
makin dekat dengan
gawang.

1f. Overlap run : Pergerakan rekan setim dari belakang pemain yang sedang menguasai bola
ke arah depan untuk menciptakan kesempatan passing atau keuntungan lainnya untuk
tim.

Gelandang tengah
atau bek sayap berlari
ke depan dari
belakang pemain
sayap untuk
menciptakan
kesempatan passing.

25
1g. Overlap Pass : Umpan kepada rekan se tim yang melakukan overlap run. Umpan
diberikan secara langsung atau melewati orang ketiga (tidak langsung).

Sebagai contoh:
Pemain gelandang
tengah memberikan
umpan langsung ke
pemain sayap yang
muncul dari belakang
(1) atau memberikan
umpan pada striker
(2a) yang kemudian
meneruskan pada
pemain sayap yang
telah bergerak maju
(2b).

1h. Pantulan (Pin ball) dan umpan terobosan (through pass) : Usaha menembus pertahanan
lawan dengan memantulkan bola serta melakukan umpan terobosan ke daerah di
belakang garis pertahanan lawan.

Gelandang
mengumpankan bola ke
striker (1) yang
memantulkan bola
dengan satu sentuhan
bisa kembali pada
gelandang yang sama
atau ke gelandang
lainnya (2). Selanjutnya
gelandang melesatkan
umpan terobosan
(diantara pemain
belakang lawan) ke arah
sayap kanan yang
bergerak maju (3).

26
1i. Umpan One - Two : Melesatkan umpan (biasanya jarak pendek). Untuk kemudian
melakukan pergerakan (biasanya ke depan) guna langsung menerima umpan kembali.

Guna membebaskan diri dari


tekanan lawan seorang
pemain memberikan umpan
jarak dekat kepada rekan se
tim nya (1), melakukan
pergerakan maju dan langsung
menerima umpan kembali (2)

1j. Lari Diagonal : Sebuah gerakan serang diagonal ke arah depan, membuat ruang yang
biasanya di depan bola untuk menciptakan kesempatan passing.

Pemain sisi luar


membuat pergerakan
diagonal ke arah depan
dengan tujuan untuk
membuat kesemapatan
melakukan passing.

27
1k. Bermain ke arah depan (Forward play) : Alur bola yang efektif dan tepat ke daerah
pertahanan lawan atau gawang lawan.

Gelandang tengah
mengoper kepada
pemain lapangan tengah
atau mengarahkan pada
striker yang tak dijaga
lawan guna
memindahkan bola ke
daerah pertahanan
lawan.

1l. Kecepatan Permainan : Alur bola yang cepat menciptakan kesempatan pada tim
penyerang untuk menembus pertahanan lawan.

Pemain dari tim yang


sama mengoper bola
dengan cepat dengan
satu, dua atau tiga
sentuhan, menghindari
lawan merebut bola.
Agar permainan bisa
berjalan dengan cepat
sesuai asas sepak bola
modern bola harus
dimainkan menyusur
tanah dengan tegas dan
tepat. Hindari umpan
yang memantul (tidak
mulus) karena akan
memperlambat
permainan.

28
1m. Pergantian Posisi (saling mengisi posisi sesuai situasi) : Sebuah pergantian posisi oleh
dua orang pemain dalam satu tim, biasanya di depan bola untuk menciptakan kesempatan
pada pemain bertahan dan menghasilkan pilihan untuk passing.

Penyerang kiri dan kanan


saling berganti posisi untuk
membingungkan perhatian
pemain bertahan lawan
dan menciptakan
kesempatan utnuk passing.

2) Penguasaan Bola (Possession) : Umpan bola berulang-ulang di antara pemain


dalam tim yang sama.

Contoh : 5 v 3. Lima
pemain di dalam satu tim
mempertahankan
penguasaan bola dari
tekanan tiga pemain
lawan.

29
3) Transisi : Upaya untuk mengumpan bola secara kolektif, bersama-sama sebagai sebuah
tim dimulai dari daerah pertahanan hingga daerah penyerangan tanpa melakukan long
ball langsung ke depan.

Usaha bersama untuk


mengumpan bola mulai
dari daerah pertahanan
hingga daerah
penyerangan.

4) Kombinasi Permainan : Pengaturan alur bola dengan cepat dan efektif dengan bola
oleh dua pemain atau lebih dari tim yang sama.

Aksi yang melibatkan


tiga pemain dengan
pergerakan cepat, baik
kecepatan bola
maupun kecepatan
pemain.

30
5) Pergantian sisi Permainan : Mengirimkan bola dari satu sisi lapangan ke sisi yang
berseberangan. Misalnya dari sisi kanan luar ke sisi kiri luar, dengan tujuan untuk
mengacaukan organisasi pertahanan lawan dan mengambil keuntungan dari kelengahan
lawan.

Umpan jauh (long


pass) dari sisi luar
kanan ke sisi luar kiri,
dengan tujuan
mengacaukan
pertahanan lawan dan
memudahkan
pergerakan maju dari
bola.

6) Serangan Balik (Counter attack) : Gerakan vertikal yang cepat dan efektif untuk
mengirim bola ke depan secepatnya setelah tim berhasil merebut bola kembali dengan
tujuan untuk mengejutkan lawan dan memeroleh keuntungan dari pertahanan lawan
yang masih belum sempat terorganisir dengan baik.

Umpan jauh dari


penjaga gawang
kepada pemain di
sisi luar kiri ketika
bola kembali
dikuasai, memberi
peluang kepada
pertahanan lawan
yang belum
terorganisir dengan
baik.

31
7) Membangun serangan dari belakang : adalah sebuah usaha bersama untuk
mengirimkan bola dari daerah pertahanan menuju ke daerah penyerangan melalui
serangkaian umpan pendek dan sedang (tidak langsung mengumpan jauh ke depan).

Sebagai contoh :
Penjaga gawang
membangun
serangan melalui bek
kiri. Bek kiri
kemudian
mengumpan pada
gelandang bertahan
yang selanjutnya
mengumpankan bola
pada sayap kiri.

8) Penyelesaian di daerah pertahanan lawan : Usaha bersama di sisi ke-3 lapangan,


(attacking third atau daerah pertahanan lawan) dengan tujuan untuk menciptakan
kesempatan mencetak gol.

Sebagai contoh :
Pemain sayap kiri
menggiring bola
memasuki sisi kiri
pertahanan lawan
dan memberikan
umpan silang,
mencari rekan yang
dapat melakukan
penyelesaian akhir.

32
2. Pemahaman Istilah-istilah Taktik Bertahan (Defense)
1) Prinsip Pertahanan : Gerakan yang dilakukan baik secara individual atau bersama-
sama oleh satu atau lebih pemain yang tujuannya mengatasi serangan lawan.

1a. Menjaga pemain lawan (marking) : Seorang atau sekelompok pemain bertahan
memerhatikan pemain-pemain penyerang, dengan tujuan mengurangi kesempatan
mereka berpartisipasi di dalam penyerangan.

Pertahanan menjaga jalur


lari lawan, yang berupaya
mendukung rekan se timnya
yang sedang menguasai
bola.

1b. Menekan lawan (Press) : Aksi individu pemain bertahan yang menjaga dengan tujuan
untuk melakukan penguasaan bola.

Seorang pemain bertahan


mencegah pemain lawan
agar tidak menguasai bola
terlalu lama atau berhasil
memberikan bola kepada
timnya sekaligus mencoba
untuk mengambil kembali
penguasaan bola.

33
1c. Melindungi (Cover) : Seorang pemain menciptakan garis pertahanan kedua yang
tujuannya untuk menambah kekuatan pertahanan.

Seorang pemain
pertahanan tengah yang
berada di belakang
seorang gelandang
tengah siap membantu
jika mungkin saja
penyerang lawan
mengecoh gelandang
tengah.

1d. Keseimbangan melalui Pergeseran : Pergeseran posisi yang terkordinasi dari para pemain
bertahan, dari satu sisi ke sisi lainnya sesuai dengan pergerakan bola di lapangan
dengan tujuan untuk mengatur kembali posisi pertahanan (Lihat bagian pengertian
sistem 4-4-2 dan 4-3-3 serta pengertian taktik lapangan kecil).

Pergerakan yang
dilakukan secara kolektif
(bersama-sama) dengan
tujuan untuk mengatur
kembali daerah
pertahanan di depan
bola seiring dengan
pergerakan bola dari
gelandang tengah ke
sayap kanan.

34
1e. Mengikuti (Tracking) : Seorang pemain bertahan mengejar penyerang lawan yang
membuat gerakan maju untuk menciptakan kesempatan passing.

Seorang bek kiri


mengikuti atau menempel
sayap kanan tim lawan
guna mencegah adanya
kesempatan
mengumpan.

1f. Berganti tempat (saling mengisi) : Pergantian posisi dari 2 pemain bertahan dengan
tujuan menggalang pertahanan dengan lebih efisien.

Seorang bek tengah


bergerak dari area tengah
untuk menjaga
penyerang kanan lawan,
di saat yang sama bek kiri
belari ke area tengah
untuk menempati posisi
bek tengah.

35
2) Daerah Pertahanan (Zona Defense) : Pengaturan pemain bertahan di area
pertahanan berdasarkan ruang (bukan lawan) untuk menciptakan pertahanan yang
efektif. (lihat bagian pengertian sistem 4-4-2).

Penyebaran posisi yang


seimbang dengan jarak
yang sama dalam area
pertahanan untuk
mencegah penyerang
lawan mencetak gol.

3) Menekan secara kolektif (Pressing) : gerakan pertahanan yang mantap, terus


menerus dan terorganisasi dari para pemain bertahan untuk menutup pergerakan para
penyerang.

Sebagai contoh :
Dalam permainan
6 V 6 ini terjadi tekanan
dari para pemain
gelandang tengah dan
bek kanan untuk
memeroleh kembali
penguasaan bola.

36
4) Gerakan Mundur dan Kembali ke Posisi Awal : Pergerakan seorang atau
sekelompok pemain belakang, ke arah posisi pertahanan dengan tujuan untuk mengatur
kembali pola pertahanan tim.

Pemain bertahan di
kiri, tengah dan kanan
berlari ke belakang
untuk memperkuat
garis pertahanan dekat
dengan gawang.

5) Kepadatan Pertahanan (Compact) : Sebuah aksi penumpukan pemain bertahan di


area tengah, menjaga gawang mereka dan mencegah tim lawang membangun serangan.

Para pemain bertahan


dekat dengan gawang
mereka sendiri,
menempatkan diri
mereka sendiri saling
berdekatan dalam
jarak yang sama
dengan tujuan untuk
menjaga gawang dan
mempersulit
penyerang lawan.

37
H. MATERI KEPELATIHAN :
Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental

1. DASAR
 Motivasi
 Kepercayaan Diri
 Kerjasama
 Membuat Keputusan/Kebulatan Tekad

2. TINGKAT LANJUT
 Jiwa Kompetisi
 Konsentrasi
 Komitmen
 Pengendalian Diri

3. SOSIAL
 Komunikasi
 Rasa Hormat (Respek) dan Disiplin

38
I. MATERI KEPELATIHAN :
Situasi Standar (Set Piece) & Formasi

SITUASI STANDAR/BOLA MATI (SET PIECE)


1. Awal Pertandingan (Kick Off)
2. Tendangan Gawang (Goal Kick)
3. Lemparan ke Dalam (Throw-in)
4. Tendangan Sudut (Corner Kick)
5. Tendangan Bebas Langsung (Direct Free Kick)
6. Tendangan Bebas Tidak Langsung (Indirect Free Kick)
7. Penalti
[Baca halaman-halaman berikut tentang penjabaran situasi standar/Bola mati]

FORMASI*
 5 v 5 = 3 - 1 - 0 Saat bertahan, 1-2-1 (ketupat) saat menyerang
 6 v 6 = 3 - 2 - 0 Saat bertahan, 1-3-1 saat menyerang
 7 v 7 = 3 - 2 - 1 Saat bertahan, 2-3-1 saat menyerang
 8 v 8 = 3 - 1- 2 - 1 Saat bertahan, double diamond/ketupat saat
menyerang (1 - 2 - 1 - 2 - 1)
 9 v 9 = 4 - 3 - 1 atau 3 - 3 - 2
 11 v 11 = 4 - 3 - 3 atau 4 - 4 - 2
* Termasuk penjaga gawang

39
1. Penjabaran Situasi Standar (Bola Mati)
Saya sempat terheran-heran dengan perhatian yang diberikan klub-klub Eropa
terhadap situasi-situasi standar atau bola mati. Porsi latihan yang tergolong besar diberikan
untuk melatih tendangan penalti, tendangan bebas, tendangan penjuru, bahkan lemparan
ke dalam. Hampir setiap latihan diakhiri dengan latihan bola-bola mati. Hal ini dilakukan
karena rata-rata setiap dua atau tiga gol terjadi lewat situasi bola mati. Tidak percaya? Coba
Anda perhatikan saat menonton bola di TV. Menurut statistik di majalah Sport Bild edisi
pertengahan Desember 2006, bisa disimpulkan bahwa pada prinsipnya semakin tinggi kelas
permainan atau dengan kata lain, semakin tinggi liganya, semakin penting pula situasi
standar.

Begitu seringnya kita melihat seorang Ronaldihno, Beckham, Lampard, Ballack,


Gerrard, dan masih banyak lagi pemain lain yang memecah kebuntuan lewat situsai bola
mati. Karena statistik membuktikan bahwa situasi standar begitu penting peranannya dalam
sepak bola masa kini, seorang pelatih yang bijaksana dengan sendirinya akan
mempersiapkan pasukannya baik dalam menghalau maupun melesatkan bola mati.
Situasi standar menjadi semakin penting peranannya di era sepak bola modern yang
begitu kompetetif seperti sekarang ini karena kualitas antar tim secara keseluruhan hampir
sama. Oleh karena itu, setiap kesempatan bola mati betul-betul dipergunakan dengan sebaik
mungkin guna memenangkan pertandingan yang sebenarnya berlangsung cukup seimbang.

1) TENDANGAN BEBAS
a) Di bawah ini beberapa contoh variasi tendangan bebas:

Variasi 1

Keterangan:
Pemain B berlari ke bola
seolah- olah akan menendang bola
untuk kemudian melompati bola
lalu terus berlari sesuai arah panah.
Sesaat setelah pemain B mulai
berlari, pemain A berlari ke arah
bola, berpura-pura melakukan
tembakan untuk kemudian
mengumpankan bola secara
mendatar ke depan pemain B.
Pemain B mengumpankan bola
dengan keras ke mulut gawang guna
disambar oleh pemain G, F atau E.
Pemain E, F dan G hendaknya
mempertajam efek tipuan dengan cara berpura-pura menginginkan bola diumpankan
kepada mereka secara langsung.
Penting: Tidak boleh ada pemain di sisi kanan lapangan dengan harapan lawan tidak
menjaga daerah tersebut. Selain itu umpan dari pemain A ke B harus dilakukan di
saat yang tepat untuk menghindari off side.

40
Variasi 2

Keterangan:
Pemain A mengumpan
bola pada pemain B yang berlari
di depan pagar betis lawan dari
sebelah kanan ke sebelah kiri
untuk kemudian menerima bola
dan melepaskan tembakan ke
arah gawang lawan. Pemain C
berlari di belakang pagar betis
lawan dari kiri ke kanan guna
mengalihkan perhatian lawan.
Penting: Pemain C memang off
side tapi hanya secara pasif
karena bola tidak mengarah ke
C melainkan ke B.

b) Prinsip dasar bertahan saat lawan melakukan tendangan bebas:

 Semakin dekat letak tendangan bebas ke gawang semakin panjang pagar betis itu
sendiri. Sebaliknya, semakin jauh letak tendangan bebas semakin sedikit pula
pemain yang dibutuhkan di dalam barisan pagar betis.
 Pengaturan pagar betis dilakukan oleh kiper atau seorang pemain depan yang
berdiri di belakang posisi bola.
 Pengaturan pagar betis dilakukan sesuai tinggi badan. Pemain tertinggi berdiri di
sebelah paling luar pagar betis. Semakin ke dalam semakin pendek pula tinggi
badan pemain. Logikanya di bagian gawang yang terjaga oleh kiper, pagar boleh
rendah. Bagian gawang yang jauh dari jangkuan kiper idealnya terjaga oleh
pemain-pemain yang yang setinggi mungkin.
 Selain pagar betis, penjagaan lawan biasanya dilakukan secara man to man
marking. Posisi badan pemain bertahan semestinya berada di antara lawan dan
titik tengah gawang (di atas “invisible line”).

[Usahakan semua pemain bertahan naik hingga selevel dengan pagar betis. Saat tendangan
bebas dilakukan satu-dua orang pemain mundur kearah gawang, selebihnya mengikuti
pergerakan lawan. Sama seperti situasi standar yang lain, pembagian tugas harus jelas.
Masing-masing pemain mutlak harus mengetahui secara persis tugasnya saat tendangan
bebas diberikan. Pelatih harus memberi instruksi sebelum pertandingan. Jangan sampai
situasi standar terjadi baru pemain saling memberi instruksi satu sama yang lain. Secara
otomatis masing-masing pemain harus mengetahui ke mana dia harus menempatkan
dirinya]

41
Catatan :
“Invisible Line” adalah garis imjinasi yang tentunya tidak bisa dilihat dengan mata. Secara mental
tarik garis lurus antara bola dan titik tengah gawang. Di atas garis inilah - di antara bola dan titik
tengah gawang—seorang pemain seharusnya menempatkan dirinya sehingga penjagaan lawan
secara optimal bisa terlaksana. Bagi seorang penjaga gawang prinsip invisible line juga sangat
membatu dalam menempatkan posisi. Prinsipnya sama; penjaga gawang menempatkan dirinya di
atas garis imajinasi yang membentang lurus antara bola yang hendak ditendang ke arah gawang dan
titik tengah gawang. Semakin jauh posisi bola semakin dekat posisi penjaga gawang dengan garis
gawang. Sebaliknya, semakin dekat bola ke gawang posisi kiper semakin mendekati bola yang
hendak ditendang guna menyempitkan sudut tendang. Jangan lupa; tempatkan posisi di atas
invisible line, jangan disamping kiri atau kanannya (lihat bagian penjaga gawang halaman 46).

2) TENDANGAN PENJURU

Variasi tendangan penjuru yang paling populer di Eropa saat ini, khususnya di Jerman adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
 Pemain A melakukan
tendangan penjuru.
 Pemain I dan J mengawal
pertahanan untuk mengatisipasi
kemungkinan serangan balik.
 Pemain G dan H menjaga second
line. Dengan kata lain, kedua
pemain ini bertugas mencari bola
muntah untuk kemudian secepat
mungkin melesatkan tembakan ke
arah gawang lawan. Perlu
ditekankan bahwa pemain G dan H
haram mengontrol bola dengan
lama apalagi mendribel bola.
Mengumpan pun sebaiknya jangan
dilakukan karena risiko kehilangan
bola teralu besar. Apabila pemain second line kehilangan bola ujung-ujungnya adalah
serangan balik yang bisa fatal akibatnya. Disiplin tinggi untuk bermain aman mutlak
dimiliki kedua pemain ini.
 Pemain B berlari ke depan tiang jauh. Tugas pemain B adalah; (1) memberi aba-aba
kepada pemain A untuk melakukan tendangan penjuru saat semua pemain telah siap, (2)
mengganggu konsentrasi kiper lawan, serta (3) menyambar bola liar yang sekiranya
terjadi di daerah tiang jauh.
 Pemain C, D, E, F berlari sesuai arah lari yang digambarkan di atas. Jarak lari pemain C
paling pendek, sementara jarak lari pemain F paling jauh. Kecepatan berlari termasuk
tinggi, mendekati sprint, sehingga bola yang disambar akan melaju dengan deras ke arah
gawang lawan.

42
 Posisi awal C, D, E dan F adalah berkelompok sedekat mungkin di atas garis boks penalti
sejajar dengan tiang jauh gawang lawan.
 Keempat pemain di atas mulai berlari saat pemain A berancang-ancang melakukan
tendangan penjuru. Tujuannya salah satu dari keempat pemain tadi bisa melakukan
heading langsung setelah melakukan sprint pendek tanpa harus berhenti. Dalam posisi
berdiri secara statis sangat sulit melakukan heading dengan power yang maksimal.
Dengan kata lain, arah crossing bola harus diarahkan ke depan pemain tujuan.
Organisasi, Timing yang tepat dan teknik crossing yang sempurna tentu saja hanya bisa
terealisasi melalui latihan yang tekun.

Variasi tendangan penjuru dengan bantuan umpan kombinasi yang sering ditemui di Eropa
dewasa ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:
 Pemain G melakukan tendangan
penjuru.
 Pemain I melakukan gerakan
tipuan; berlari ke arah gawang
lawan untuk kemudian secara
eksplosif berlari ke arah G. Umpan
yang diberikan oleh G dikembalikan
kepada G atau I hanya melakukan
umpan tipuan kepada G untuk
kemudian menggiring bola ke garis
gawang diakhiri dengan umpan
datar yang keras atau umpan
lambung ke mulut gawang lawan.
Apabila bola diumpankan kembali
ke pemain G, ia bisa memilih antara
melepaskan umpan lambung, menggiring bola untuk kemudian melesatkan tembakan
atau menyodorkan bola pada pemain lain dengan tujuan melesatkan tembakan.
 Perhatikan posisi pemain-pemain lainnya. Semua pemain mempunyai tugas yang jelas.
Selain itu perhatikan bahwa hanya satu pemain saja (B) yang bisa dikatakan tidak
mempunyai fungsi ofensife atau menyerang. Hal ini disebabkan karena situasi tendangan
penjuru sudah seharusnya dipergunakan semaksimal mungkin. Ingat: semakin sering gol
lahir di era sepak bola modern ini melalui situasi standar, termasuk lewat tendangan
penjuru! Oleh karena itu, berikan arahan sebelum bertanding mengenai tugas masing-
masing pemain secara jelas baik saat lawan melakukan tendangan penjuru maupun saat
tim Anda melakukan tendangan penjuru!

43
3) LEMPARAN KE DALAM ATAU THROW IN

Lemparan ke dalam sering sekali terabaikan dalam latihan. Sama seperti situasi
standar lainnya yang lebih ‘terkenal´ pemain seharusnya mengerti di mana mereka harus
menempatkan posisi. Pembagian tugas harus ada kalau tidak ingin kehilangan kesempatan
membangun serangan lewat situasi throw in. Teramat sayang apabila bola harus hilang
hanya karena pemain berlari tanpa arah, tanpa menyesuaikan pergerakannya dengan kawan
sehingga situasi yang tercipta adalah situasi untung-untungan. Kepemilikan bola yang
tadinya 100% menjadi hanya 50% karena bola bisa hilang bisa juga tidak. Untuk menghindari
hal ini lemparan ke dalam harus dilatih dan prinsip dasar pelaksanaannya diketahui oleh
semua pemain.

a) Variasi Throw In Terpopuler Di Eropa


Keterangan:
 Pemain A melakukan lemparan ke
dalam. Apabila terjadi throw in di sisi
kanan bagian tengah lapangan maka
pemain A adalah sayap kanan tentunya.
 Pemain B, apabila mengikuti
skenario seperti di atas, seharusnya
adalah pemain bek kanan (wing back)
kalau sistem yang dipakai adalah 4-4-2.
Tugas pemain B tidak lain adalah
menjadi seorang pemain jangkar yang
siap meneruskan bola ke sisi kiri
lapangan entah secara langsung dengan
long pass atau melewati pemain bek
tengah F atau G yang berfungsi sebagai
´jembatan´. Pemain lain yang bisa
berfungsi sebagai ´jembatan´ adalah kiper. Seorang kiper yang modern harus senantiasa
ikut bermain. Artinya, di saat situasi throw in seperti di atas kiper hendaknya bergeser
sedikit ke sisi kanan lapangan sekaligus maju dan berfungsi sebagai libero.
 Pemain C adalah pemain defensive mid (Gelandang Bertahan). Biasanya pemain ini
bergerak ke sebelah kanan pemain A untuk kemudian bergerak ke sebelah kirinya. Itu
semua tergantung situasi tentunya.
 Pemain D adalah offensive mid. Awalnya pemain D bergerak ke arah pemain A untuk
kemudian berlari dengan kecepatan tinggi menyusur garis tepi lapangan. Umumnya
pemain D adalah target utama saat terjadi throw in. D dan E tentu saja bisa menukar
posisi sesuai situasi.
 Pemain H adalah penyerang kiri, pemain I adalah pemain sayap kiri, sedang pemain J
adalah wing back kiri. Pemain H, I, J dan E siap mendukung serangan apabila variasi
throw in ini berhasil sesuai rencana.
 Perhatikan bahwa semua pemain kecuali kiper berada dalam daerah sepanjang kira-kira
30-40 meter dan lebar sekitar 35 meter. Begitu throw in berhasil dengan baik formasi tim
langsung mengembang. Pemain diinstruksikan untuk ´membuka´ lapangan dan
mengoptimalkan lebar lapangan.

44
Variasi lemparan ke dalam lainnya yang juga cukup populer di Eropa adalah sebagai berikut:

Keterangan:
 Pemain A melakukan throw
in kepada pemain C.
 Pemain C melakukan
heading yang diarahkan
kepada pemain D atau E.
Sebaiknya umpan heading
diarahkan ke daerah bebas di
depan E atau di daerah bebas
di depan pemain D.

Di dalam sepak bola hampir selalu ada hukum dasar dalam melakukan sebuah teknik,
kombinasi atau taktik tertentu. Begitu juga dalam melakukan throw in.

b) Prinsip dasar pelaksanaan lemparan ke dalam:

 Semakin cepat throw in dilakukan semakin baik. Apabila throw in tidak dilakukan dengan
cepat, lawan akan punya waktu lebih untuk mengorganisasi pertahanan. Semakin banyak
waktu yang diberikan kepada lawan semakin rapi pula organisasi pertahanan lawan
sehingga semakin sulit pula menemukan celah.
 Agar eksekusi throw in bisa dilangsungkan dengan cepat, semua pemain harus bereaksi
dengan cepat dan mengisi posisi masing-masing. Sekali lagi, posisi dan tugas masing-
masing pemain harus jelas agar pemain bisa cepat bereaksi terhadap situasi throw in dan
tidak ada waktu yang terbuang dikarenakan kebingungan pemain.
 Timing (kesempatan) lemparan ke dalam harus tepat dan sinkron dengan pemain lainnya.
Tidak ada gunanya pemain yang melakukan lemparan ke dalam siap apabila rekan-
rekannya masih belum siap. Pelempar bola juga harus memperhatikan pergerakan
mengecoh yang dilakukan rekan-rekannya untuk kemudian melemparkan bola tepat saat
gerakan tipuan selesai. Terlalu cepat tidak baik karena pemain yang dituju akan kaget
karena belum siap. Sebaliknya, terlalu lambat juga percuma karena lawan yang tadinya
terkecoh sudah bisa melakukan penanggulangan masalah sehingga kembali mampu
menjaga lawan dengan baik dan ketat.
 Variasi throw in apa pun yang dilakukan, prinsip mengecoh lawan dengan pergerakan
silang semestinya tetap terkandung di dalamnya. Pergerakan-pergerakan yang rajin, cepat
serta menipu harus ada supaya pemain yang melemparkan bola memiliki sebanyak
mungkin opsi atau kemungkinan tujuan dan pemain yang dituju memiliki ruang gerak
sekaligus sedikit waktu saat menerima bola.

45
J. MATERI KEPELATIHAN : PENJAGA GAWANG
Hal-hal khusus Mengenai Fisik, Teknik, Taktik, dan Jiwa Kebersamaan(Psychososial)/
Mental Penjaga Gawang

FISIK
 Kelincahan dan Reaksi
 Koordinasi dan Keseimbangan
 Kelenturan
 Daya Tanggap dan Kewaspadaan
 Kebugaran dan Kekuatan

TEKNIK
 Penguasaan Bola
 Penguasaan Bola Menyilang (Crossing)
 Menjatuhkan diri dan Mengamankan Gawang
 Kelincahan Kaki
 Penempatan posisi
 Menangkap dan Menepis Bola

TAKTIK
 Melempar dan membagi bola
 Mendukung Permainan
 Mengatur Tempo Permainan

46
JIWA KEBERSAMAAN (Psychososial)/Mental
 Kemampuan untuk fokus / Memperhatikan
 Membuat Keputusan / Kemantapan Hati
 Keberanian
 Komunikasi

A. KUALIFIKASI PENJAGA GAWANG

1) PENEMPATAN POSISI

Kemampuan menempatkan posisi adalah modal utama seorang penjaga gawang/


kiper yang andal. Apabila seorang penjaga gawang mampu menempatkan posisi dengan
baik, yang paling sering terjadi adalah penjaga gawang seakan-akan menjadi magnet
sehingga bola seakan terus melaju ke arah penjaga gawang. Dengan penempatan posisi yang
benar seorang penjaga gawang tidak perlu melompat jauh ke kiri dan ke kanan. Hal ini
dikarenakan segitiga yang terbentuk oleh bola dan ke dua tiang gawang menjadi lebih kecil.
Istilah umumnya adalah memperkecil sudut. Sebenarnya istilah ini dari sudut pandang
matematika salah. Sudut tidak mungkin menjadi lebih kecil. Untuk lebih jelasnya perhatikan
diagram-diagram di bawah ini:

Diagram # 1

Pada diagram # 1 terlihat


bagaimana rentang
gawang yang harus
dijangkau kiper adalah 3,16
m ke kiri dan 3,16 m ke
sebelah kanan kiper. Angka
3,16 m didapat dari
perhitungan sebagai
berikut:
(rentang gawang : 2) –
(rentang badan kiper :2) =
(7,32 m : 2) – (1 m : 2) =
(3,66 – 0,5) = 3,16 m.

47
Pada diagram ini juga terlihat bahwa segitiga yang tercipta antara letak bola dan
kedua tiang gawang cukup luas. Selanjutnya, pada diagram # 2 terlihat kiper bergerak naik
mendekati lawan. Akibatnya, rentang jarak ke sebelah kiri maupun kanan kiper yang harus
dijangkau oleh kiper guna menggagalkan tendangan lawan adalah jauh di bawah angka
3,16 m Semakin naik posisi kiper, semakin kecil luas segitiga.

Diagram # 2

Saya pribadi pada umumnya


menganjurkan kiper untuk naik
sejauh-jauhnya (paling sedikit 2/3
jarak antara bola dan garis gawang)
apabila lawan berada di dekat
gawang. Apabila posisi bola jauh
saat shooting dilakukan, kiper cukup
maju selangkah-dua langkah saja.
Maksudnya sama: memperkecil
segitiga (bukan sudut!) yang
akibatnya adalah rentang jarak yang
harus dijangkau kiper ke kiri
maupun ke kanan semakin dekat.
Efeknya jelas, bola yang dilesatkan
lawan akan sulit melewati kiper.

Selain penempatan posisi yang benar secara vertikal (naik-turun), posisi kiper juga
harus benar secara horisontal (kiri-kanan). Nah, untuk penempatan posisi yang benar secara
horisontal kiper harus memiliki pengetahuan akan The Invisible Line atau garis lurus yang tak
tampak. Seorang kiper yang baik akan selalu membuat garis imaginatif antara titik tengah
gawang dan letak bola. Untuk kemudian memosisikan dirinya di atas garis imajinatif
tersebut. Perhatikan diagram di bawah ini:

Diagram # 3

Saat bola berpindah posisi


kiper pun diharuskan bergerak agar
ia bisa terus berada di atas garis
invisible line. Untuk bisa melakukan
itu seorang kiper dituntut untuk (1)
sesekali menoleh ke belakang guna
mencari titik tengah gawang, dan
(2) memiliki kecepatan kaki agar
bisa dengan cepat memosisikan
dirinya dengan tepat. Oleh karena
itu, saat melatih posisi kiper seorang
pelatih yang bijaksana akan
sekaligus melatih kecepatan kaki.

48
Perhatikan dua contoh latihan di bawah ini, masing-masing satu contoh latihan untuk
penempatan posisi yang benar dan satu latihan untuk mengasah kecepatan kaki kiper
(footwork).

Contoh latihan posisi:


Diagram # 4
Keterangan:
1) Letakkan sebuah cone di titik
tengah gawang sebagai alat bantu
orientasi.
2) Letakkan beberapa bola di
berbagai posisi (dekat dan jauh, kiri
maupun kanan).
3) Pelatih menunjuk ke sebuah
bola. Kiper bergerak dari titik
tengah gawang ke arah bola tanpa
meninggalkan sedikit pun garis
invisible line. Asisten pelatih atau
kiper cadangan memosisikan
dirinya di belakang gawang guna
memeriksa ketepatan posisi
(apakah kiper menyimpang dari
garis invisible line atau tidak).

Contoh latihan kecepatan kaki:


Diagram # 5
Keterangan:
1) Buatlah tanda plus dari cones
masing-masing dengan jarak 3 m
dari cones pusat.
2) Instruksikan kepada kiper untuk
bergerak secepat mungkin dari
A→B→A→C→A→D→A→E→A
3) Pergerakan kaki kiper hendaknya
ke samping, ke belakang, ke depan,
dst.
4) Kiper hendaknya bergeser
dengan langkah-langkah yang kecil,
sedikit menjinjit dan dengan lutut
yang sedikit ditekuk.
5) Sebagai variasi, di akhir 1 set
pergerakan pelatih bisa melepaskan
tembakan keras untuk ditangkap
kiper dengan lengket.

49
2) BERANI !

Keberanian seorang kiper/penjaga gawang begitu penting artinya. Dalam sebuah


pertandingan, seorang kiper begitu sering harus berhadapan 1 vs 1 dengan pemain lawan.
Begitu sering terjadi situasi di mana lawan melepaskan tembakan dengan keras dari jarak
dekat. Betul-betul dibutuhkan sebuah keberanian yang luar biasa. Tanpa mentalitas “berani
mati” tingkat kehebatan seorang kiper akan drop secara signifikan.

Bagaimana caranya menanamkan sifat berani dalam diri kiper Anda? Jawabannya:
sulit! Pada umumnya sifat berani adalah pembawaan sejak kecil. Anak saya Brandon saat
berusia dua tahun sudah berani meloncat dari ketinggian dua meter lebih ke dalam kolam
renang, naik seluncur yang begitu tinggi, dan lain-lain. Betul-betul tidak mengenal rasa takut.
Putri saya Shania Cinta lain lagi. Shania sangat hati-hati dalam bertindak dan cenderung
tidak berani. Begitu juga dengan orang-orang di seluruh dunia; ada yang berani dan ada yang
tidak mau ambil risiko. Jadi, bisa dikatakan keberanian adalah bakat alam yang tidak dimiliki
oleh semua kiper.

Di sisi lain pemain dan juga pelatih tidak boleh putus asa dan pasrah mengenai
ketidakberanian seorang kiper. Kiper harus berani. Tidak bisa tidak. Apabila seorang kiper
tidak ada niat untuk memperbaiki kelemahannya dalam segala hal termasuk dalam hal
keberanian, maka sebaiknya ia berhenti menjadi seorang kiper. Jadilah pemain catur saja.
Kita kembali ke pertanyaan semula; bagaimana caranya melatih keberanian seorang kiper?
Dengan cara sering berdialog untuk menanamkan positive thinking dan kepercayaan diri
dalam diri kiper Anda. Kalau Anda sendiri adalah seorang kiper, maka cara melatih diri Anda
sendiri adalah lewat positive self talk atau berbicara dalam hati secara positif; “Aku Bisa! Aku
berani! Aku adalah singa! Kalaupun luka nanti juga sembuh! Si A bisa kenapa aku tidak?!”
Dll. Bisa juga lewat mendengarkan musik-musik yang insipratif dan penuh semangat. Selain
itu tontonlah film-film yang menonjolkan keberanian seperti Gladiator, Any Given Sunday,
Rudy, dll.

Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah: challenge yourself atau tantang diri Anda
sendiri melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian. Teman saya Garret Hurtle pernah
masuk ke dalam kandang buaya. Setelah memegang bahkan duduk di atas beberapa buaya,
salah satu buaya marah dan hampir saja mencaplok mukanya. Dramatis sekali. Bagaimana
tidak, antara moncong buaya dan mukanya hanya berjarak sekitar 5 cm! Yang kemudian
dilakukannya membuat saya lebih tercengang lagi, Garret yang masih schock hebat, saat
berjalan keluar kandang buaya menyempatkan dirinya memegang punggung seekor buaya.
Saya bertanya kepadanya,”Apa kamu gila? Kamu hampir mati tadi, kok sempat-sempatnya
memegang buaya saat keluar?” Garret menjawab dengan pasti, “Kalau saya langsung keluar
tanpa memegang buaya terlebih dahulu saya akan selamanya takut akan buaya.” Betul-betul
luar biasa teman saya yang satu ini. Komodo pun di alam bebas dijadikan mainan seakan-
akan komodo adalah kelinci!

Tentu saja saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk melakukan hal-hal yang “gila”
seperti Garret. Namun, prinsipnya patut untuk dicontoh: perasaan takut harus dihadapi
bukan dihindari. Tantanglah perasaan takut itu dan “ciutkan nyalinya!” Selain itu yang bisa
dilakukan seorang pelatih adalah dengan sengaja membuat program latihan yang
memberikan kesempatan kepada kiper untuk menantang rasa takutnya. Shooting jarak
pendek, misalnya, atau simulasikan situasi 1 v 1 (kiper vs penyerang).
50
Kesimpulannya jelas:
1. Keberanian mutlak harus dimiliki seorang kiper !
2. Kelemahan dalam hal keberanian bisa diperbaiki walaupun sulit. Untuk itu diperlukan
dedikasi tinggi dan sifat pantang menyerah. Di sinilah letak rahasia orang sukses: manusia
sukses pantang menyerah. Manusia sukses selalu ingin maju, lebih baik lagi dan lebih baik
lagi. Manusia sukses melawan rasa malas. Manusia sukses melawan rasa minder dan
putus asa. Manusia sukses berkata “Tidak bisa tidak, aku harus bisa!”

3) PEMAIN BOLA YANG ANDAL

Kemampuan mengolah bola dengan baik mutlak harus dimiliki seorang kiper karena
seorang kiper sering mendapat umpan dari rekannya selama pertandingan berlangsung.
Seorang kiper harus mampu mengontrol bola dengan baik, memberikan umpan dengan
pasti dan tepat, serta paham mengenai ke mana bola harus diarahkan. Maka, biarkan kiper
ikut berlatih bersama pemain-pemain lain sesering mungkin. Dengan demikian, kemampuan
mengolah bola dengan kedua kakinya semakin terasah.
Contoh latihan:
Lakukan possession game (tim A vs tim B) di seluruh lapangan. Masing-masing tim diperkuat
seorang kiper yang diperbolehkan menggunakan baik kaki dan tangannya guna mengolah
bola.

4) MEMILIKI REAKSI YANG BAIK

Mampu untuk bereaksi secara cepat adalah sebuah nilai plus yang mahal harganya
bagi seorang kiper. Betapa tidak, banyak sekali tendangan ke arah gawang dilesatkan dari
jarak pendek sehingga dibutuhkan kemampuan refleks yang tinggi.
Guna melatih kemampuan bereaksi seorang kiper, lakukan latihan-latihan di bawah ini:

Contoh latihan mengasah reaksi #1:


Diagram # 6

Keterangan:
Pelatih (P) melesatkan tembakan
demi tembakan ke arah gawang.
Daerah depan gawang telah dipenuhi
cones-cones tinggi yang berpotensi
mengubah arah bola. Dengan
demikian, kiper dituntut bereaksi
secara cepat dan sigap.

51
Contoh latihan mengasah reaksi #2:
Dua kiper berhadap-hadapan dengan jarak 5 m. Masing-masing kiper melemparkan bolanya
ke arah rekannya secara bersamaan. Bola yang “muntah” harus secepatnya ditangkap.
Begitu seterusnya.

5) TEKNIK MENANGKAP BOLA

Bila bola yang ditangkap kiper ternyata lepas dari genggaman tentu runyam
akibatnya. Oleh karena itu, seorang kipper hendaknya memiliki teknik menangkap bola
sesempurna mungkin. Ajarilah kiper Anda untuk membentuk huruf “W” saat menangkap
bola lambung. Untuk bola yang mengarah ke badan bentuklah huruf “A” (atau sebuah
segitiga) dengan kedua jari telunjuk dan jempol tangan. Sedangkan untuk bola-bola yang
menyusur tanah bentuklah huruf “V” dengan kedua telapak tangan Anda.

6) KUALITAS LOMPATAN

Rentang gawang yang lebar dan melebihi daya jangkau memaksa seorang penjaga
gawang untuk memiliki kemampuan lompatan yang mumpuni. Untuk itu teknik melompat
dengan benar perlu dikuasai. Setali tiga uang kemampuan daya eksplosifitas otot seorang
penjaga gawang perlu dilatih agar mampu memberikan daya yang dibutuhkan untuk terbang
ke kiri, ke kanan maupun ke atas.
Untuk latihan mengasah daya eksplosifitas lihat bagian plyometrics dihalaman 158.

7) TUBUH YANG LENTUR DAN KOORDINASI YANG MULUS

Latihan seorang penjaga gawang seharusnya didominasi oleh latihan koordinasi dan
fleksibilitas. Otot seorang penjaga gawang harus lentur agar mampu melakukan lompatan-
lompatan serta gerak-gerik dengan seefisien dan semulus mungkin.
Seorang penjaga gawang yang baik sering diibaratkan seekor kucing yang piawai melompat
dengan mengandalkan tubuhnya yang lentur.
Karena itu latihan penjaga gawang hendaknya menghindari segala bentuk latihan yang
mengakibatkan tubuh menjadi kaku. Setiap latihan yang dilakukan guna memperbaiki daya
eksplosifitas otot hendaknya diimbangi dengan latihan kelenturan tubuh.

Demikian Penjabaran sebagian materi kepelatihan untuk penjaga gawang.


Selengkapnya carilah bahan-bahan panduan khusus penjaga gawang.
Variasi latihan boleh berbeda namun materi kepelatihan penjaga gawang
hendaknya mengikuti arahan sesuai kurikulum.

52
K. GAYA KEPELATIHAN

1. Garis Besar Mengenai Kepelatihan dan Persiapan latihan


untuk Para Pelatih

PRINSIP UMUM

JIWA KOMPETISI : Semua permainan memiliki unsur kompetisi, menghadiahi tim yang
menang dan membentuk jiwa kompetisi yang sehat dan senantiasa berlatih dalam suasana
kompetisi.

BOLA : Semua latihan harus selalu dilakukan dengan bola.

KEGEMBIRAAN : Pelatih harus menggunakan kreativitasnya untuk merancang latihan


yang menyenangkan sekaligus berhubungan dengan sepak bola terutama untuk para
pemain muda.

ORGANISASI

PERSIAPAN : Setiap pelatih harus mempersiapkan dan membuat perencanaan dalam latihan
sebelum waktu latihan dilaksanakan. Catatan dari semua rencana latihan disimpan sebagai
arsip.

SAAT LATIHAN : Jangan hentikan terlalu sering. Pemain harus belajar untuk menemukan
cara memecahkan masalah tanpa harus diberi tahu terus menerus. Berikan kalimat yang
jelas, cermat, dan cepat-cepat lanjutkan kembali latihan.

53
EVALUASI : Ambil beberapa menit setelah jam latihan untuk meninjau kembali dan berikan
catatan pada apa yang sudah dilakukan dengan baik dan apa yang masih membutuhkan
perbaikan.

MELATIH PEMAIN

PENGUASAAN BOLA DAN PASSING : Teknik dari seorang pemain didasari oleh penguasan
bola yang sama baiknya dengan akurasi passing yang dilakukannya. Kualitas dan ketepatan
arah bola pada sentuhan pertama merupakan hal yang amat sangat penting.

DAYA TANGKAP DAN KEWASPADAAN : Tegaskan kepada mereka untuk terus menegakkan
kepala dan pandangan mata selalu melihat ke segala penjuru lapangan. Daya tangkap dan
kewaspadaan adalah bagian penting dari sebuah pertandingan.

KECEPATAN DAN REAKSI : Setiap latihan menggabungkan kecepatan daya tangkap,


pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk menindaklanjutinya dengan cermat.
Meningkatkan kecepatan individu akan meningkatkan kecepatan keseluruhan tim.

MELATIH TIM

JARAK DAN PERGERAKAN : Menciptakan ruang dengan tujuan untuk mendapatkan bola dan
memberikan pilihan untuk passing kepada pemain yang sedang menguasai bola sangat
penting. Artinya tunjukkan kepada para pemain bagaimana bergerak di saat yang tepat.

MENYERANG – BERTAHAN : Semua pemain menyerang dan bertahan. Berikan aturan yang
terperinci dan jelaskan gerakan-gerakan yang diperlukan oleh para pemain, baik secara
perorangan maupun sebagai satu tim.

KECEPATAN PERMAINAN : Tujuan utama dari tim adalah untuk bermain di dalam kecepatan
yang maksimal. Mengurangi ruang dan jumlah sentuhan pada bola akan meningkatkan
kecepatan bermain.

54
2. Menciptakan Suasana Dan Sarana Berlatih Yang
Kondusif Bagi Perkembangan Pemain

Ada empat faktor yang mutlak harus ada di setiap latihan apabila pelatih dan klub
menginginkan terjadinya perkembangan kualitas pemain:

Intensitas Latihan
Asal latihan tidak cukup. Sering saya miris melihat banyaknya SSB yang melatih terlalu
banyak siswa sekaligus. Alhasil, latihan tidak efektif. Pemain sedikit mendapatkan
kesempatan/giliran sehingga intensitas latihan rendah.
Program latihan yang tidak tersusun rapi juga bisa mengakibatkan latihan intensitas tinggi
tidak tercipta.

Tanpa latihan berintensitas tinggi seorang pemain tidak mungkin bisa mengembangkan
kualitas teknik dan fisiknya dengan baik.

Kualitas Latihan
Tanpa peralatan fasilitas serta lapangan yang memadai kualitas latihan akan rendah. Kualitas
Pelatih juga sangat menentukan kualitas latihan. Selain itu faktor-faktor lain seperti daya
konsentrasi dan semangat pelatih dan pemain juga kebugaran pemain sangat berpengaruh
pada tinggi rendahnya kualitas latihan.
Sedang kualitas latihan itu sendiri tentu saja sangat berpengaruh bagi perkembangan
pemain. Karena masih rendahnya kualitas latihan di Indonesia maka pemain yang tercipta
juga tidak maksimal.
Kesimpulannya jelas : apabila Indonesia ingin bersaing dengan dunia Internasional kualitas
latihan harus diperbaiki sehingga pemain bisa berkembang dengan baik.

55
Kompetisi dalam Latihan dan dalam Pertandingan
Kesalahan lain yang umum dilakukan oleh SSB dan Klub-Klub di Indonesia adalah tidak
adanya falsafah kompetisi di dalam program latihan. Latihan apapun bentuknya , akan lebih
bergairah, lebih berkualitas dan lebih efektif apabila dilakukan dalam bentuk kompetisi.
Penjadwalan pertandingan persahabatan yang rutin dan turut serta dalam festival/
turnamen/kompetisi juga sangat diperlukan bagi perkembangan kualitas pemain.

Pemahaman Permainan
Lewat program latihan dan Coaching Point (CP ) yang terkandung didalamnya peran pelatih
dan latihan itu sendiri sangat besar bagi perkembangan pemain dalam hal pengertian
permainan. Saya pribadi sangat sering menjumpai pemain di seluruh Indonesia yang
mempunyai skill individu dan kecepatan yang mumpuni namun sayang pemahaman
permainan sangat minim. Awareness tentang dimana bola, kawan dan lawan sering tidak di
miliki pemain. Selain itu, pemahaman tentang kapan mendribel bola dan kapan harus
mengumpan bola serta kemana bola harus di umpan juga sangat minim. Pemahaman taktis
seperti contoh-contoh tadi mutlak harus diajarkan kepada pemain agar perkembangan
pemain bisa optimal.

3. Meracik Menu Latihan dan Organisasi Latihan

LANGKAH 1

TENTUKAN FOKUS LATIHAN


Teknik : Sekali latihan fokus 1-2 macam teknik saja. Selalu tandemkan teknik passing
dengan 1-2 macam teknik lainnya (contoh : passing + shooting atau passing + trik individu)

Taktik: bertahan/menyerang? (pilih salah satu!). Taktik individu/grup/tim (pilih 1-2 saja
untuk sekali latihan).

Fisik: Endurance (ketahanan) dengan dan tanpa bola/power (kekuatan)/koordinasi dan


kelenturan/speed (kecepatan) dengan dan tanpa bola bisa digabung semua dalam sekali
latihan atau fokus ke satu-dua bagian saja. Untuk pemain usia muda gabungkan koordinasi
dengan yang lain (sebisa mungkin hindari endurance tanpa bola) untuk usia 12 tahun
kebawah fokus ke koordinasi dan kecepatan dengan bola saja.

56
LANGKAH 2

MEMBUAT PROGRAM LATIHAN


 Tertulis supaya terencana dan bisa diarsipkan.
 Prinsip benang merah : dari awal sampai akhir latihan bagian-bagian latihan terlihat
selaras, serasi dan saling berhubungan sesuai dengan tema latihan. Tema latihan
harus terlihat jelas dari awal sampai akhir.
 Pakai bola! Pakai bola! Pakai bola.
 Hindari antrean! Modifikasi latihan sehingga antrean tidak terjadi. Contoh: sebagian
shooting ke dua gawang, sebagian body fitness lalu gantian.
 Intensitas latihan harus dari santai ke berat.
 Tingkat kesulitan latihan harus dari gampang ke sulit, dari yang sudah dikenal ke
latihan yang belum dikenal.
 Pastikan adanya tekanan (untuk melatih mental) dalam bentuk perlombaan/hadiah/
hukuman/tekanan waktu.
 Pastikan program Anda sesuai metode pembuatan program latihan (tidak asal bikin
program) mulai dari warm up (10’-15’) sampai cooling down (5’-10’).
 Coaching point (CP) sebaiknya 3-5 saja agar mudah diserap dan diingat pemain.
Tuliskan CP di bagian-bagian latihan untuk mengingatkan Anda saat latihan.
 Tentukan dan tulis berapa menit untuk setiap bagian latihan.
 Perhatikan program latihan yang sudah Anda buat. Tanyakan pada diri sendiri; sudah
cukup variatifkah (tidak monoton) latihan ini?? Bagaimana dengan fun aspect atau
faktor kesenangan? Apakah pemain akan senang dan bergairah mengikuti program
latihan yang Anda buat?
 Pastikan variasi-variasi yang Anda pilih efektif, gampang dimengerti dan tidak
mengakibatkan antrean. HINDARI ANTREAN!

LANGKAH 3

PERSIAPAN DI LAPANGAN
 Amati program Anda; perlengkapan apa saja dan berapa biji yang anda butuhkan.
 Siapkan rompi/cones/bola/dll untuk sebanyak mungkin macam latihan sebelum
latihan dimulai!!! Pelatih yang seharusnya pertama sampai di lapangan!!!
 Ambil waktu beberapa menit untuk sekali lagi memperhatikan coaching points untuk
setiap bagian latihan yang telah anda tulis.

LANGKAH 4

SAAT MELATIH
 Bila diperlukan adjust atau sesuaikan jumlah pemain, misalnya, atau besar lapangan,
atau jarak drill dll agar latihan menjadi lebih efektif.
 Pelatih sebaiknya berdiri di posisi yang central agar bisa leluasa melihat semua
pemain dan bisa melihat kejadian-kejadian di lapangan dengan jelas.
 Lakukan pembenaran sesuai coaching points. Lakukan pembenaran dengan jeli tanpa

57
memakan banyak waktu (berbicara terlalu lama/ terlalu sering). Ingat: tetaplah fokus
pada 3-5 coaching points yang telah anda persiapkan. Jangan melantur kesana
kemari.
 Jangan biarkan pemain kehilangan fokus saat berlatih. Di saat yang sama tetaplah
berperilaku dan bertutur kata positif. Angkat motivasi pemain. Jaga semangat dan
fokus Anda.

LANGKAH 5

EVALUASI
Setelah latihan selesai lakukan evaluasi tentang apa saja yang Anda telah lakukan dengan
benar dan apa saja kesalahan yang Anda lakukan selama latihan.
Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda; sudahkah organisasi latihan berjalan dengan
optimal? Apakah semua bagian latihan dapat diterima dengan baik oleh pemain? Apakah
coaching points yang anda persiapkan telah anda sampaikan sekaligus bisa dimengerti oleh
pemain? .

58
BAB III
KURIKULUM SESUAI KELOMPOK
UMUR
A. Mengatur Perkembangan pemain berdasarkan umur dan
tingkatan
Anak-anak TIDAK belajar dengan cara yang sama seperti orang dewasa, khususnya
ketika proses belajar mencakup intelektual sekaligus aktivitas fisik.

Umur seseorang menentukan cara ia berhubungan dengan dunia di sekitarnya dan


dengan sesamanya. Dalam semua proses belajar, umur adalah kunci dalam memilih
materi dan metode apa yang cocok untuk mengajarkan suatu materi. Sepak bola juga
demikian. Untuk alasan inilah kita tidak dapat menyamakan latihan antara usia 5 dan
13 tahun. Frekuensi latihan harus disesuaikan dengan usia pemain. Berdasarkan
karakteristik dari pertumbuhan manusia dan seorang pemain, kami menyusun
kurikulum dalam empat kelompok umur .

Pada tingkat usia ini, anak-


TINGKAT PEMULA (FUN PHASE) – 5 SAMPAI 8 TAHUN
anak ti d a k memil iki
kemampuan yang sama seperti orang dewasa untuk mengerti situasi. Mereka
memahami dunia dengan pemahaman yang berpusat pada diri sendiri. Bagi anak-
anak mengalami kebersamaan dan berhubungan dengan teman-temannya masih
sangat berpengaruh. Juga, pengertian pada perasaan atau pikiran orang lain masih
sangat rendah. Dalam rangka menolong anak-anak membangun pengalaman mereka
sendiri, banyak latihan bersifat individu (misalnya setiap pemain memiliki bolanya
masing-masing). Hal yang bersifat taktik dalam pertandingan disederhanakan dalam
permainan lapangan kecil (40 m x 20 m) dengan sedikit pemain (4 v 4 atau dengan
kiper 5 v 5). Waktu latihan akan juga menyoroti pelatihan olah raga secara umum
dan tidak melulu pelatihan sepak bola.

Untuk Kepentingan latihan bagi tingkat pemula dalam dua kelompok:


1). 5 dan 6 tahun; 2). 7 dan 8 tahun.

59
TINGKAT DASAR (FOUNDATION) – 9 SAMPAI 12 TAHUN Pada tingkat ini, susunan
pelatihan (bukan materi latih)
sudah mirip dengan pemain yang lebih tua. Bagian terpenting latihan adalah yang
bersifat teknis. Sangat baik dalam usia ini mengembangkan teknik dan pengertian
akan taktik dasar. Kemampuan anak-anak untuk mengatasi masalah akan
berkembang dengan pesat. Maka pemain harus mulai diajarkan taktik dasar yang
dinamis. Pada tingkat ini, pemain ada pada masa pra puber dan memiliki masalah
keterbatasan fisik terutama pada kekuatan dan ketahanannya. Latihan fisik yang
diberikan hanya sebatas kecepatan dengan bola, kelincahan (agility) dan koordinasi.
Untuk kepentingan latihan bagi tingkat dasar dalam dua kelompok:
1). 9 dan 10 tahun; 2). 11 dan 12 tahun.

Para pemain pada


TINGKAT MENENGAH (FORMATIVE PHASE)– 13 SAMPAI 14 TAHUN
usia ini telah
memiliki peningkatan yang baik tentang pengertian permainan. Di lain pihak pada
umur ini pemain dibatasi oleh keterbatasan fisik dan perubahan-perubahan fisik yang
muncul seiring dengan masa pubertas. Pelatih harus sangat memerhatikan
kenyamanannya. Pelatih harus menghindari latihan yang berlebihan dan berfokus
pada taktik lebih daripada teknik dan mengurangi aspek fisik. Aspek fisik yang paling
diutamakan untuk usia ini adalah latihan koordinasi dan flexibility. Latihan taktik
bermain sangat penting pada usia ini.
Untuk kepentingan latihan kelompok ini tidak perlu dipecah .

Pemain pada usia ini


TINGKAT MAHIR (FINAL YOUTH) – 15 SAMPAI 20 TAHUN
memiliki pertumbuhan fisik
dan mental yang lebih lengkap. Semua bagian dari latihan dapat dikombinasikan dan
diorganisasikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi tertinggi dari pemain.
Kekuatan otot membantu mereka untuk mengembangkan teknik dengan kecepatan
tinggi dan kecepatan ini membantu pemain untuk bereaksi lebih cepat pada situasi
taktis. Tingkat ini sangat penting untuk menggabungkan semua bagian dari pelatihan
sepak bola dengan tujuan untuk menyempurnakan pemahaman pemain.
Untuk kepentingan latihan bagi tingkat Final Youth menjadi tiga kelompok:
1). 15 dan 16 tahun; 2). 17 dan 18 tahun; 3). 19 dan 20 tahun.

Hal-hal di atas adalah beberapa fakta pada perkembangan manusia yang disesuaikan dengan sepak bola.
Kurikulum ini menggunakan fakta-fakta tersebut dalam menentukan metode kepelatihan yang tepat
untuk setiap tingkat umur.

Menyamakan Istilah:
U 5 - U12 : Usia dini/grassroot
U13 - U20 : Usia muda
U 21 ke atas : Senior

60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
2. Contoh Program Latihan Tingkat Pemula/Fun Phase (U5 - U8)

Contoh Penekanan/Tujuan : Pemain banyak mendapatkan kesempatan melakukan dribling


dan shooting .
Coaching Points :
 Dribel bola dekat dengan kaki .
 Shooting menggunakan kaki kura-kura.
 Posisi kaki tumpuan disebelah bola.

a) Pemanasan (5 menit)

Keterangan:
 Masing-masing pemain mengolah 1 bola.
 Tanpa keluar dari kotak dan tanpa saling
berbenturan, pemain mengolah bola dengan
bebas lalu menghentikan bola secepatnya saat
ada aba-aba “satu” => stop bola memakai sole
kaki kiri. Aba-aba “dua” => stop bola memakai
sole kaki kanan. Aba-aba ‘tiga” => stop bola
memakai sole kaki kiri dan kanan.

b) Latihan Fisik ( 10 menit)


Organisasi sama seperti diatas. Pemain mengolah bola secara bebas diselingi kode peluit
dari pelatih dengan berbagai variasi:
 Variasi 1 => Tinggalkan bola, cari bola pemain lain lalu duduk diatas bola.
 Variasi 2 => Tinggalkan bola, cari bola pemain lain lalu lempar bola keatas dan tangkap
bola sambil melompat.
 Variasi 3 => Tinggalkan bola, cari bola pemain lain lalu dribel bola secepatnya keluar
kotak.
 Variasi 4 => Tinggalkan bola, lalu berkelompok sesuai aba-aba pelatih,
( contoh : “berempat”, “berdua”, dll.).

c) Latihan Teknik mudah (10 menit )

Keterangan:
 Pemain mendribel bola secepatnya sejauh
kira-kira 5 m tanpa kehilangan kontrol lalu
melakukan shooting kearah gawang. Pemain
yang mencetak gol berhak jadi penjaga gawang.

82
d) Latihan Teknik Kompleks (10 menit)

Keterangan:
 Pemain melewati 3 cones lalu
melesatkan tembakan. (Awas: hindari
antrian).

e) Game (20 menit)


 Main 4 v 4 dengan luas lapangan 30 meter x 20 meter. Ingatkan pemain untuk berani
melakukan shooting.

f) Cooling Down (5 menit)


 Setiap pemain dengan bola masing-masing memantulkan bola lalu menendang keatas
kemudian menangkap . Gunakan kaki kiri dan kanan secara bergantian.

83
84
2. Contoh Program Latihan Tingkat Dasar/Foundation (U9 - U12)

Contoh penekanan/ Tujuan : Pemain maupun melakukan kontrol bola dan passing secara
akurat.
Coaching Point :
 Umpankan bola secara mendatar.
 Bergerak guna memberi support setelah mengumpankan bola (anschlussaktion).
 Kontrol bola dekat dengan kaki dan menjauh dari lawan.

a) Pemanasan ( 10 menit )
Variasi 1 ( 5 menit )

Keterangan :
 Pemain mengolah bolanya masing-
masing secara bebas dan kreatif. Setiap kali
pelatih meniupkan peluit pemain melakukan
berbagai gerakan Samba (masing-masing
empat hitungan saja) lalu mengolah bola
kembali.

Variasi 2 ( 5 menit )

Keterangan:
 Dua bola dikuasai 2 pemain yang
mengolah bola secara bebas tanpa bola
berhenti (mati). Bola diumpankan pada
pemain lain (1) dilanjutkan dengan sprint
pendek maju (2). Pemain yang menerima
bola lalu mengumpankan bola (3) dan
melakukan sprint mundur ( 4). Begitu
seterusnya; Pemain yang menerima bola
melakukan gerakan yang berbeda dengan
gerakan sang pengumpan.

85
b) Latihan Fisik (10 menit )

Keterangan :
 Variasi 1: Pemain berpasangan. Pemain A
menerima bola dari pemain B dan dengan
satu sentuhan saja mengumpan balik
(menggunakan kaki kiri dalam) dilanjutkan
dengan bergerak menyamping (2 sentuhan
diantara cones) lalu mengumpan balik
dengan kaki kanan dalam. Begitu seterusnya .
 Ganti setelah 1 menit.
 Variasi 2: Pemain A berlari meliuk-liuk
melewati cones lalu melakukan tendangan
volley.
 Variasi 3: Pemian A bergerak maju mundur melewati cones lalu mengontrol bola yang
dilemparkan pemain B lalu mengembalikan bola secara menyusur tanah.

c) Latihan Teknik (20 menit)

Variasi 1 ( 10 menit )

Keterangan:
 Bagi pemain menjadi 3 pemain
perkelompok .
 2 pemain bagian luar melemparkan
bola ke pemain ditengah yang secepatnya
mengontrol bola untuk kemudian
mengumpan balik secara mendatar.
 Ganti posisi setiap 1 menit sehingga
masin-masing pemain mendapatkan
kesempatan berada ditengah. Sedikit
perlebar jarak lempar untuk menambah
tingkat kesulitan.

86
Variasi 2 (10 menit )

Keterangan:
 Pemain A melempar bola ke
pemain B (1) lalu bergerak ke sisi kiri
atau kanan (2). Pemain B mengontrol
bola lalu mendribel bola. Saat lawan
datang menghadang pemain B bisa
melakukan umpan one-two dengan
pemain A (3) atau mendribel bola
melewati lawan (4).
 Latih pengertian taktis pemain
untuk mengetahui kapan harus
melewati lawan dan kapan
mengumpan bola. Para pemain terus
berganti posisi.

d) Latihan Taktik (15 menit)

Keterangan:
 Bagi dalam 2 kelompok ; masing -
masing kelompok bermain possesion
3 v 3 + 1 pemain netral. Instruksikan
pemain netral sebanyak mungkin
melakukan umpan bola atas yang
harus dikontrol dan diumpan secara
mendatar.
 Ganti pemain netral setiap 4 menit.
 Setiap 4 menit berikan 1 menit
istirahat.
 Koreksi pemain bila melakukan
kontrol yang salah atau pilihan yang salah antara mengumpan/mendribel bola.

e) Game (25 menit)


 Mainkan game 8 v 8 (termasuk kiper). Terus tekan ketiga coaching points yang tertera
dibagian awal contoh latihan ini.

f) Cooling Down (5 menit)


 Jogling bola dua kali diselingi satu kali bola menyetuh tanah.

87
88
2. Contoh Program Latihan Tingkat Menengah/Formative Phase
(U13 - U14).
Contoh Penekanan/Tujuan: Pemain mempraktekan beberapa kombinasi permainan dan
mendapatkan banyak kesempatan melakukan penyelesaian akhir.
Coaching Points :
 Bergerak setelah mengumpan bola dengan tujuan yang jelas ( melakukan overlap/one-
two/memosisikan diri sebagai pemain jangkar /meminta umpan terobosan ).
 Cepat tetapi tenang dimuka gawang saat melakukan penyelesaian akhir.

a) Pemanasan (10 menit )


Keterangan :
 Pemain berpasangan. Masing-masing
pasangan menguasai satu bola. Arahkan
pemain untuk melakukan overlap run
bekerjasama dengan pasangannya masing
-masing secara bergantian ( 2 menit ).
Selanjutnya arahkan pemain untuk
mencari kesempatan umpan one-two
diantara pemain lain secara bergantian ( 2
menit ). Selanjutnya arahkan pemain
melakukan umpan pantul disusul dengan
umpan terobosan ( 2 menit ).
 Untuk 2 menit terakhir bebaskan
setiap pasangan melakukan ketiga kombinasi diatas secara bebas dan tidak beraturan.
 Diantara kombinasi yang berbeda bebaskan pemain melakukan gerakan-gerakan samba,
masing-masing 30 detik.

b) Latihan Teknik (20 menit)

Variasi 1 ( 10 menit )

Keterangan:
 Bagi pemain dalam 2 kelompok. Masing-
masing kelompok bermain 4 v 4 atau 5 v 5.
Kiper A dan B menguasai bola. Kiper A
memberikan bola pada tim merah (1)
sedangkan kiper B mengumpan bola pada
salah satu pemain putih (2) pemain kedua tim
menyeberang ke kiper yang lain dengan
melakukan berbagai kombinasi pantulan,
overlap, one-two, dan umpan terobosan
(through pass).

89
Variasi 2 ( 10 menit )

Majukan salah satu gawang kedepan kotak 16 m. Arahkan pemain (8 -10 pemain per
tim) untuk melakukan latihan yang sama seperti variasi 1. Bedanya pemain setelah
melakukan berbagai kombinasi berusaha mencetak gol. Pastikan pemain bertindak dengan
cepat namun tenang (tidak tergesa-gesa atau gugup).

c) Latihan Fisik (15 menit)

Biarkan pemain melakukan berbagai gerakan koordinasi menggunakan 1-2 tangga


koordinasi disusul dengan sprint pendek 5 meter guna mengasah kelincahan dan
eksplosifitas.

d) Latihan Taktik (20 menit)


Variasi 1 ( 10 menit )
Tim penyerang menempati posisi masing-masing menggunakan formasi 4-3-3 saat
bertahan (compact). Bola ditendang kiper lawan sejauh mungkin. Tim penyerang secepatnya
mengisi posisinya disaat menyerang (membuka) lalu berusaha menciptakan gol melawan 5
pemain lawan yang memakai formasi 4-1-0. Rotasi pemain setelah 5 menit.

Variasi 2 ( 10 menit )
Sama seperti variasi 1 namun jumlah lawan diperbanyak menjadi 7 yang memakai
formasi 4-2-1.

e) Game (25 menit)


10 menit pertama lakukan pembenaran seperlunya apabila pemain tidak melakukan
sesuai coaching points yang tertera diawal program latihan ini.

f) Cooling Down (5 menit)


Setiap pemain bebas melakukan Jogling menggunakan bolanya masing-masing
(1 menit) disusul dengan stretching pasif sesuai arahan pelatih. Lakukan stretching dengan
benar ( tidak asal-asalan atau dengan setengah hati ).

90
91
2. Contoh Program Latihan Tingkat Mahir /Final Youth (U15 - U20)

Contoh Penekanan/Tujuan : Menerapkan prinsip-prinsip bertahan khususnya saat


melakukan pergeseran 1 v 1 dan saat mendobel lawan.
Coaching Points :
 Press lawan lalu ikut mundur sesuai kecepatan lawan.
 Delay lawan sampai ada pemain yang datang membantu. Saat terjadi 2 v 1 berubah
agresif tanpa bertindak kasar.
 Bergeser secara diagonal dan cepat.

a) Pemanasan (10 menit)

Keterangan:
 Arahkan pemain bermain 4 v 2 dengan santai
(3 menit). Selanjutnya pemain melakukan
berbagai gerakan samba ditempat sesuai arahan
pelatih (3 menit). Lanjutkan dengan kembali
bermain 4 v 2 dengan intensitas yang lebih
tinggi ( 4 menit ). Berikan arahan bagi pemain A
untuk menekan lawan dari sisi kanan dan pemain
B mencover ditengah (sedikit condong ke kiri).

b) Latihan Teknik (20 menit)

Variasi 1 ( 10 menit )

Keterangan:
 Bagi pemain dengan 3 pemain dalam 1
kelompok . Pemain A mendribel bola kearah
pemain B. Pemain B bergerak maju lalu disaat
yang tepat ikut bergerak mundur agar tidak
dilewati pemain B. Selanjutnya gantian pemain
B yang mendribel bola kearah pemain C. Begitu
seterusnya.

92
Variasi 2 (10 menit)

Keterangan:
 Pemain A mendribel bola kearah pemain B
yang datang mengganggu. Sesaat kemudian
datang pemain C membantu mendobel lawan
sehingga tercipta situasi 2 v 1. Rotasi posisi
pemain.

c) Latihan Fisik (10 menit)


Lihat contoh latihan fisik ( latihan fisik #4 halaman 175 ). Biarkan pemain melakukan
sprint tanpa bola disusul dengan sprint dengan bola (speed drible).

d) Latihan Taktik (20 menit)


Lakukan latihan 6 v 6 dengan menggunakan formasi 4-2-0. Lihat langkah kelima :
Taktik tim I (halaman 129). Pemain menyerang selalu memulai serangan dari garis tengah
lapangan. Siapkan 3 gawang kecil dari cones ukuran 3 m disepanjang garis tengah lapangan.
Saat pemain bertahan berhasil merebut bola secepatnya umpankan bola kesalah satu dari
ke tiga gawang kecil tadi.

e) Game (25 menit)


Mainkan game 11 v 11. Selama 10 menit pertama lakukan pembenaran-
pembenaran singkat seperlunya guna mengingatkan pemain pada coaching points yang
telah dijabarkan di awal program latihan ini. Setelah itu biarkan pemain bermain tanpa
interupsi.

93
E. FORMAT PROGRAM LATIHAN FISIK UNTUK KELOMPOK UMUR
15 TAHUN KEATAS

Tidak ada format khusus untuk latihan fisik. Yang ada adalah panduan yang sebaiknya
diaplikasikan saat melatih fisik.

Prinsip-prinsip Latihan Fisik:

1. Semua bagian fisik seperti endurance (ketahanan), speed (kecepatan), speed-


endurance (daya tahan saat banyak melakukan sprint), power (kekuatan otot),
flexibility (kelenturan otot), agility (kelincahan) serta koordinasi (kemampuan tubuh
untuk singkron atau sejalan dengan perintah otak) harus dilatih secara adil sehingga
tidak terjadi ketimpangan.

2. Latihan sprint seharusnya diawal latihan SETELAH pemanasan yang cukup (15 menit).
Lakukan latihan sprint dengan atau tanpa bola ke beragam arah (maju-mundur-
menyamping-berputar) sehingga sesuai dengan kebutuhan saat bertanding. Selain itu
berikan waktu yang cukup diantara tiap-tiap sprint (1 menit per 10 meter sprint) agar
eksplosifitas tetap terjaga.

3. Latihan fisik khususnya endurance bisa dilatih dengan menggunakan bola. Gunakan
permainan lapangan kecil dan drill-drill latihan teknik guna menempa endurance.
Inilah yang disebut dengan football conditioning (menempa kondisi pemain lewat
sepakbola itu sendiri).

Contoh latihan endurance menggunakan permainan:


 Possession game 5 v 5 dengan limitasi maksimal 2 sentuhan per pemain.

Contoh latihan endurance menggunakan drill-drill teknik:

 Pemain berpasangan. Masing-masing pasangan dilengkapi 1 bola.


 Pemain A melempar bola dari jarak 5 m kepada pemain B yang mengontrol bola di
udara lalu memberikan umpan balik ke A secara menyusur tanah.
 Setelah mengumpan bola pemain B berlari mundur 5 - 10 meter sebelum kembali
menyambut umpan pemain A.
 Lakukan 5 - 10x sebelum berganti posisi.
 Macam-macam variasi bisa diterapkan seperti melakukan heading, berputar dengan
bola, melakukan trik individu dll sebelum berlari mundur 5 - 10 meter.
 Untuk latihan power baca halaman 157 tentang panduan penggunaan alat-alat fitness
bagi pemain bola. Selain itu lakukan berbagai gerakan seperti push up, sit-up, dll yang
dikenal dengan istilah body fitness. Lakukan latihan plyometrics (baca halaman 158)
kira-kira seminggu sekali.
 Latihan fisik endurance, power, speed, koordinasi, kelincahan dan flexibility bisa
diselipkan didalam latihan bertema apapun. Dengan kata lain tidak harus diberikan
latihan pertema fisik secara khusus.
INGAT : Latihan dengan intensitas tinggi adalah cara terbaik melatih fisik .

94
INTENSITAS LATIHAN ITU SENDIRI TERCIPTA APABILA:

 Latihan terencana dengan baik.


 Cones, bola dan rompi telah disiapkan dan diatur dilapangan sebelum latihan
dimulai.
 Tidak terjadi antrean panjang saat berlatih.
 Perkecil besar lapangan (lebih capai bermain lapangan kecil daripada lapangan
besar).
 Kurangi jumlah sentuhan (lebih capai menggunakan peraturan maksimal 2 sentuhan
daripada bebas sentuhan).
 Pemain dan pelatih semangat saat berlatih.
 Selipkan waktu untuk istirahat sejenak saat berlatih berat (1 menit istirahat tiap
4 - 7 menit latihan berat).

Untuk kategori dewasa semua bagian fisik boleh dilatih secara ballance dan teratur. Untuk
kategori kelompok umur usia dini (5 - 12 tahun) dan usia muda (13 - 20 tahun) ikuti
panduan spesifik seperti yang tertera di bagian “Kurikulum sesuai kelompok umur” di
bagian lain buku ini.

95
F. FORMAT PROGRAM LATIHAN TEKNIK UNTUK KELOMPOK
UMUR 15 TAHUN KEATAS
Drill teknik tanpa tekanan Drill teknik dengan tekanan waktu/
disambung dengan lawan/kompetisi/hukuman guna
stretching aktif sebagai menambah tingkat kesulitan dan
warm up. intensitas latihan.

Waktu : 15 menit Waktu : 15 menit

Game dengan
penekanan pada teknik 1 – 3 macam permainan
tertentu dengan cara lapangan kecil (small sided
memberikan tambahan game) yang
peraturan agar teknik menonjolkan teknik
yang diajarkan/dilatih tertentu sesuai tema dan
sering tampak saat coaching point (CP)
bermain game. latihan.

Waktu : 15 menit Waktu : 30 menit

Cooling down
Game tanpa bernuansa teknik
peraturan tambahan (Contoh : Jogling)
(bebas). disambung dengan
stretching pasif.
Waktu : 15 menit
Waktu : 10 menit

Untuk contoh latihan teknik secara tematis perhatikan halaman berikut :

96
1. Contoh latihan Teknik Passing + Shooting untuk Dewasa (Usia
15 tahun keatas)
a) Pemanasan (20 menit).
Keterangan:
 Satu grup dengan bola
berhadapan dengan satu grup
tanpa bola (samba + teknik) lalu
Stretching terpimpin.
 Berpasangan (mendekat) —>
passing kiri-kanan satu sentuhan.
 Berpasangan (menjauh) —> 3
sentuhan passing pakai kura-kura.
 Passing + putar + dribling +
putar + passing.
 Stretching bebas.

b) Drill Shooting - tanpa lawan (15 menit).

Keterangan:
 Umpan dari kiri/kanan.
 Striker boleh pilih pantul ke kiri atau
kanan.

Coaching Points:
 Teknik-teknik shooting : Kaki
dibekukan, mengayun, letak kaki
tumpuan di samping bola, tengah bola
kena tengah kaki.
 Ikuti shootingan (siap saat bola
terpantul).

c) Drill Shooting - dengan lawan (15 menit).

Keterangan:
Coaching Points:
 Lewati lawan dengan kecepatan.
 Shooting disaat yang tepat.

97
d) Game shooting (20 menit)

Keterangan:
 6 v 6 bikin gol di kedua gawang.
 Tim Merah : Shooting (bebas sentuhan)
ke kedua gawang.
 Tim Putih : Possession (2 sentuhan).
 Tim Abu-abu : Istirahat/Body Fitness.

e) Game 11 v 11 (20 menit)


Peraturan tambahan:
 Gol hasil shooting diluar kotak penalti => 2 poin.

f) Cooling Down (5 menit)


 Jogging.
 Stretching.

2. Contoh latihan Teknik Passing + Trik Individu untuk Dewasa


(Usia 15 tahun keatas)
a) Pemanasan (10 menit)
Keterangan:
 Setiap pemain menguasai bola.
Selanjutnya ikuti arahan pelatih
sesuai kode seperti,”Arsenal!”, dll
yang telah dijelaskan sebelumnya.
 “Arsenal” ==> Speed dribling
pendek ke arah kosong.
 “Arema” ==> Jogling bola.
 “Persema” ==> bikin macam-
macam trik individu,
 Stretching.
 “Real Madrid” ==> kanan saja.
 “Barcelona” ==> kiri saja, lalu
 Stretching.

98
b) Drill Trik Individu dan passing - tanpa lawan (5 menit)

Keterangan:
 3 trik yang berbeda di cones A, B, C
kemudian passing ke pemain berikutnya.

c) Drill Trik Individu - dengan lawan (20 menit)


Simple Training (1 v 1) Complex Trainning (Dribling + Shooting ke gawang)
Gambar 3 Gambar 4

d) Permainan menyerupai pertandingan (20 menit)

Keterangan:
 Possession Game point bila
melewati lawan 1 v 1
ATAU
 3 v 3 gawang kecil.

99
e) Game 11 v 11 dengan peraturan tambahan (15 menit)

Keterangan:
 Gol => 1 point.
 Melewati lawan 1 v 1 => 1 point.

f) Game 11 v 11 tanpa peraturan tambahan (15 menit)

g) Cooling Down (5 menit)


 Jogging.
 Stretching.

Catatan Tambahan:
Perhatikan Bahwa:
 Intensitas makin lama makin meningkat.
 Dari gampang ke susah.
 Simple ke complex (menggabungkan beberapa macam teknik menjadi satu latihan).
 Bervariasi (tidak membosankan).
 Latihan yang hampir sama persis (Latihan C ke atas) bisa dipakai untuk latihan bertema
taktik dan teknik individu dalam bertahan!

Contoh coaching points untuk latihan diatas:


 Pakai semua bagian kaki dan kedua kaki untuk menggiring/mengolah bola.
 Giring bola dengan cepat namun terkontrol (bola tidak sampai hilang/lepas).
 Selalu cari pilihan terbaik antara passing atau melewati lawan dengan trik individu.
 Lakukan trik dengan mengandalkan perubahan kecepatan dan/atau perubahan arah
giring.

INGAT: Pastikan anda melatih sesuai coaching points yang telah anda tetapkan sebelumnya.
Jangan melantur kesana kemari mengajarkan point-point lain karena akan sulit
dicerna dan diingat pemain. SEMUA variasi latihan yang anda pilih HARUS bisa
dipakai untuk mengajarkan coaching points yang telah anda tentukan karena latihan
harus memiliki TUJUAN!

100
G. FORMAT PROGRAM LATIHAN TAKTIK UNTUK KELOMPOK
UMUR 15 TAHUN KEATAS

Pilih salah satu :


Warm up dalam  Latihan taktik individu + grup
bentuk teknik dan taktik individu  Latihan taktik grup saja
yang sesuai dengan tema latihan  Latihan taktik grup + tim
diakhiri dengan {Ingat : Pilih menyerang atau
stretching aktif singkat. bertahan; jangan dicampur
aduk}
Waktu : 15 – 30 menit
Waktu : 30 – 40 menit

Cooling Down : Stretching pasif agak


lama didahului latihan teknik singkat Game - tidak harus 11 v 11;
(Contoh : Sepakbola tenis 2 v 2 ). bisa 6 v 8 misalnya, dll.

Waktu : 10 menit Waktu : 25 – 40 menit

Untuk contoh latihan taktik bertahan dan taktik menyerang secara tematis perhatikan
halaman berikut :

1. Contoh Latihan Taktik Bertahan (grup)


a) Pemanasan (15 menit)

Keterangan:
 Setiap pemain menguasai bola.
Selanjutnya ikuti arahan pelatih
sesuai kode seperti,”Arsenal!”, dll
yang telah dijelaskan sebelumnya.
 “Arsenal” => Jogling.
 “MU” => Trick Individu (3’)
 Stretching ( 2’)
 Arsenal + MU ditambah “Arema”
=> putar balik lalu sprint dan
“Persema” => Tekan bola maju-
mundur (3’).
 Stretching ( 2’)
 Passing 2 bola [2 sentuhan /
kelompok] (3’).

101
b) Game 4 v 4 tanpa Kiper di atas lahan 40 m x 20 m (15 menit)
Coaching Points :
 Formasi bertahan 3-1.
 Bentuk pisang + segitiga.
 Isi belakang terlebih dulu.
 Mendobel lawan (2 v 1).
 Setelah rebut bola => buka!

c) Game 5 v 5 tanpa Kiper di atas lahan 40 m x 20 m (15 menit)

Coaching points :
 Formasi bertahan 3-2.
 2 pemain di depan mendobel, satu
pemain ke kiri dan yang lainnya kekanan.
 Saat rebut bola —> satu datang, satu
pergi.

d) Game 6 v 6 (15 menit)

Keterangan:
 Untuk selanjutnya jika sudah
mengerti bisa diubah menjadi 6 v 8;
yang menyerang ditambah bek sayap.
 Permainan selalu di mulai tim putih.

Coaching points:
 Segitiga dan pisang.
 Jarak saat bergeser.
 Mendobel lawan (2 v 1 dan 3 v 1).

e) Game 6 v 6 (25 menit)


 Memakai Formasi bertahan 4-2.

102
f) Cooling Down (5 menit)
 Jogging.
 Stretching pasif.

Catatan Tambahan :
 Untuk tema menyerang latihan ini bisa di balik; fokus kini kepada penyerangan.
 Warm up diganti latihan overlap, one-two, teknik individu, pantulan. Setelah itu latihan
bisa sama persis dengan Coaching points:
 Cepat buka setelah merebut bola.
 Kreatif —> one-two, overlap, pantulan, trik individu.
 Cari penyelesaian; jangan bertele-tele.

2. Contoh Latihan Taktik Menyerang (Variasi serangan)

a) Pemanasan dibagi menjadi 4 grup (12 menit)


Keterangan:
 Grup A ( 3 menit )
 Lakukan umpan one-
two dalam boks.
 Setiap pemain
melakukan 3x lalu
bergantian dengan
pemain lain.
 Grup B ( 3 menit )
 Lakukan overlap
dalam boks.
 Setiap pemain
melakukan 3x overlaping
lalu bergantian dengan
pemain lain.

 Grup C ( 3 menit )
 Lakukan umpan
pantul dari pemain A
menyeberang ke pemain
B dan sebaliknya.

 Grup D ( 3 menit )
 Gunakan 2 bola. 2 pemain berpasangan bergantian melakukan umpan pantul dilanjutkan
dengan umpan terobosan.
 Stretching.

103
b) Variasi serangan tanpa lawan (10 menit)

Keterangan:
Masing-masing tim mengumpankan bola
dari satu sisi lapangan lalu menyeberang
ke sisi lain dan seterusnya. Pastikan kedua
tim mengumpan bola secara cepat dan
kreatif (menggunakan overlap, one-two,
pantulan dan umpan terobosan).

c) Variasi serangan dengan lawan (20 menit)

Keterangan:
 Tim putih silih berganti melakukan
berbagai variasi serangan dari kiri lalu ke
kanan.
 5 pemain putih melawan 4 pemain
(kurangi jumlah lawan menjadi 3 apabila
tim putih mengalami kesulitan
membangun serangan.
 Tekankan kreatifitas dan kecepatan.

d) Game 8 v 6 (20 menit)

Keterangan:
 8 pemain menyerang melawan 6
pemain bertahan.
 Permainan selalu dimulai oleh tim
putih.
 Saat tim merah merebut bola gol
boleh dicetak di 3 gawang kecil.
 Tekankan kreatifitas dan
kecepatan dalam bermain.

104
e) Game 11 v 11 (30 menit)

f) Cooling down (10 menit)


 Jogling berempat.
 Stretching.

Catatan tambahan:
 Total latihan 100 menit.
 Intensitas terjaga dari awal hingga akhir.
 Dari awal hingga akhir latihan kreatifitas dan kecepatan dalam membangun serangan
terus ditekankan.
 Pemain sisa yang tidak terlibat saat latihan berlatih koordinasi dibelakang gawang.

105
BAB IV
KESALAHAN-KESALAHAN YANG UMUM TERJADI
DI INDONESIA DALAM HAL ORGANISASI LATIHAN,
PEMBUATAN PROGRAM LATIHAN SERTA EKSEKUSI LATIHAN

Berikut ini adalah contoh-contoh kesalahan yang lazim terjadi dan


solusinya:

KESALAHAN-KESALAHAN YANG LAZIM SOLUSI


TERJADI
Dalam sebuah sesi latihan ada 30 pemain Bagi sesi latihan menjadi 2 grup. Sesi
yang di latih oleh seorang pelatih saja. pertama di isi 15 pemain dan sesi kedua di
isi 15 pemain lainnya.
Terjadi antrean panjang. Sebagai contoh Bagi dalam 4 grup. 2 grup melakukan
ada 20 pemain yang berlatih shooting. shooting ke gawang besar sementara 2
Terdapat 2 antrean dengan masing- grup melakukan shooting ke gawang-
masing antrean berisikan 10 pemain. gawang kecil. Agar adil instruksikan pemain
Alhasil, masing-masing pemain sangat untuk melakukan rotasi.
jarang mendapatkan kesempatan
shooting.
Karena persediaan cones kurang saat Beli cones secukupnya dan/atau bagi tim
berlatih dribling terjadi antrean panjang. dalam 3 grup. satu grup berlatih dribling,
grup lainnya berlatih 1 v 1 sementara grup
ketiga berlatih joggling misalnya.
Sebagai pemanasan pemain diinstruksikan Gabungkan pemanasan dengan latihan
berlari keliling lapangan. teknik ringan. Pakai bola!
Tidak tersedia cukup perlengkapan seperti Agar latihan bisa berjalan dengan lancar
bola, cones, rompi, dll. dan efektif penuhi semua kebutuhan
latihan terutama bola. Mutlak dibutuhkan 1
bola untuk 1 pemain.

106
Pelatih melatih tanpa program di tangan Latihan yang tidak disiapkan dengan rapi
dengan alasan sudah hafal di kepala. akan terlihat asal-asalan dan merusak
reputasi pelatih dan klub.
Rencanakan latihan secara rapi dan tertulis!
Pelatih enggan belajar dengan alasan sudah Rubah sikap Anda! Tekuni dan seriusi
berpengalaman dan cukup melatih bidang Anda. Ikuti perkembangan ilmu
berdasarkan pengalamannya sebagai sepak bola modern melalui internet, baca
pemain. buku, berinteraksi dengan pelatih lain serta
mengikuti seminar dan lisensi kepelatihan
dengan serius.
Latihan fisik tanpa bola diberikan pada Ikuti panduan di kurikulum ini tentang
pemain usia dini. materi latihan yang seharusnya diberikan
pada tiap-tiap kelompok umur.

Pelatih membiarkan kesalahan yang terjadi Terus menerus lakukan pembenaran.


tanpa melakukan pembenaran. Karena ini jumlah pemain hendaknya
terbatas.
Pelatih membiarkan pemain berlatih Pacu semangat pemain secara terus
setengah hati sehingga intensitas latihan menerus. Jangan biarkan pemain
menurun. kehilangan konsentrasi. Jadilah contoh
dalam hal semangat dengan cara melatih
dengan semangat.
Pengelompokan pemain secara tidak Kelompokkan pemain berdasarkan
seimbang dalam hal kemampuan bermain kemampuan pemain sehingga saat berlatih
sehingga pemain frustasi. berpasangan pemain tidak frustasi.
Program latihan kurang bervariasi sehingga Lakukan studi banding ke pelatih-pelatih
pemain jenuh. lain dan tim yang bagus serta kembangkan
sendiri latihan tersebut.
Bersikaplah proaktif dalam hal mencari
variasi latihan sehingga dalam sebuah sesi
latihan anda bisa menyuguhkan berbagai
variasi latihan.
Intensitas latihan rendah karena organisasi Bagi dalam 2 grup. Biarkan pemain bermain
latihan kurang baik. Sebagai contoh 5 v 5 diselingi dengan 10 v 10 sehingga
permainan possession dilakukan 10 v 10. semua pemain lebih sering terlibat.

Pelatih dan pengurus SSB/Klub tidak Pelatih dan pengurus hendaknya sangat
mengajarkan prinsip-prinsip penting selain aktif memberi anjuran dan contoh kepada
sepak bola. anak didik untuk menomorsatukan sekolah,
menjaga kebersihan, gaya hidup sehat, dll.
Pelatih dan Klub tidak melek teknologi. Sudah saatnya pelatih dan Klub memiliki
email, website dan terkoneksi dengan
PENGCAB, PENGPROV, Asosiasi SSB lokal
serta ASSBI ( Asosiasi SSB Indonesia) demi
kelancaran komunikasi dan informasi.
Pelatih juga perlu mengerti internet dan
“You Tube” guna menambah ilmu.

107
Tidak semua pemain mendapatkan Saat bertanding biasakan memakai aturan
kesempatan bermain sehingga bebas keluar-masuk. Artinya pemain yang
mengakibatkan pemain dan orang tuanya sudah keluar boleh masuk kembali dan
frustasi. jumlah pergantian bebas. Dengan demikian
pemain bagus mendapatkan porsi lebih
namun disaat yang sama semua pemain
mendapatkan kesempatan bermain.
Latihan hanya bersifat latihan teknis saja. Ikuti anjuran kurikulum sehingga program
latihan mencakup semua aspek. Selain itu
kembangkan pengetahuan taktis anda
sehingga anda percaya diri memberikan
materi latihan yang bersifat taktis.
Permainan lapangan kecil (small sided Bagi menjadi 3 sesi yang masing-masing
game) berdurasi terlalu lama tanpa berdurasi 4 menit. Berikan kesempatan
istirahat. Contoh : permainan possession istirahat 1 menit diantara sesi. Dengan cara
dilakukan selama 15 menit tanpa henti. seperti ini intensitas latihan akan terjaga
(pemain tidak “gembos”).
Pelatih tidak mengenal nama pemain. Kenali pemain anda!

Pelatih menyuruh pemain mencuri umur Rubah sikap dan cara berpikir anda! Anda
atau bermain kasar. adalah seorang panutan bagi anak didik
Anda.

Pelatih marah-marah (terlalu emosional). Jangan bawa-bawa masalah pribadi Anda


ke lapangan. Tegur pemain dan perbaiki
kesalahan tanpa emosi. Daripada marah-
marah berikan saja hukuman push up dll.

Pertandingan sangat jarang dilakukan. Bentuk asosiasi SSB di daerah anda


sehingga SSB anda tidak lagi bergantung
pada PENGCAB setempat. Sebagai SSB anda
mempunyai kepentingan yang sama
dengan SSB lain. Oleh karena itu bersatulah
dan bersikaplah pro aktif dengan
membentuk asosiasi SSB yang bekerjasama
dengan PENGCAB namun tidak bergantung
pada PENGCAB (Independen).

Turnamen berhadiah uang dan piala FIFA menganjurkan aturan “No Trophy, No
sehingga rawan terjadi pencurian umur dan Money, No Medals!”
permainan kasar. Cukup sediakan hadiah berupa berbagai
perlatan latihan dan piagam bagi semua
peserta.

108
BAB V
TEORI SEPAKBOLA MODERN
A. Prinsip Sepak bola Modern

1. Prinsip Bertahan*

1. Turun (membentuk formasi bertahan di belakang bola) —> menutup.


2. Bergerak secara bersama-sama sebagai satu kesatuan yg utuh.
3. Mendobel/mentripel lawan (2 v 1 atau 3 v 1 atau 4 v 1 ) —> agresif!
4. Menjaga jarak antara lini (± 15 m ) antar pemain satu lini (± 10 m).
5. Membentuk “segitiga” dan “pisang” (meninggalkan lawan disisi-sisi tanpa
bola!).
6. Mendobel ke belakang.
7. Isi ke belakang (mengisi posisi di barisan belakang terlebih dahulu).
8. Semua terlibat.
9. Pakem. Tidak mengacu pada kreatifitas/improvisasi!
10. Komunikasi! (saling melatih!).
11. Kiper—berfungsi ganda sebagai libero (keluar dari sarang untuk
mengantisipasi umpan terobosan!).

109
2. Prinsip Menyerang*

1. Cepat membuka.
2. 1 - 2 sentuhan sehingga permainan menjadi cepat.
3. Semua terlibat.
4. Bola datar & tegas.
5. Kreatif sesuai situasi. Menggunakan senjata :
· 1 - 2/one - two.
· Overlap.
· Terobosan.
· Pantulan.
· Trik individu.
· Shooting jarak jauh.
· Jangkar.
· Pindah sisi serangan.
· Crossing.
6. Kualitas passing menentukan!
7. Tidak bertele-tele - cari penyelesaian!
8. Semua posisi terisi— striker, second striker, jangkar, 3 pemain di belakang.

* Apapun formasi yang dipakai (entah 4-3-3, 4-4-2, atau formasi lainnya),
prinsip - prinsip baik saat bertahan maupun menyerang tetap sama. Formasi
boleh beda tapi prinsip-prinsip sepakbola modern pada dasarnya sama.

110
B. Prinsip-prinsip dasar bermain 4-4-2 dengan Benar

1. Prinsip buka-tutup
Prinsip ini begitu dasar sehingga perlu dikemukakan paling awal. Mudah saja: saat
lawan menguasai bola posisi tim secara keseluruhan harus mengecil/mengkerut, sedang saat
menguasai bola tim secara keseluruhan harus membuka lebar dan panjang lapangan selebar
dan sepanjang mungkin. Saat menerangkan prinsip ini kepada pemain saya sering
menggunakan alat musik akordeon sebagai ilustrasi; tarik selebar mungkin keluar saat
menguasai bola dan kempeskan ke dalam saat lawan menguasai bola. Saat berguru di
Jerman selama setahun penuh saya mendengar ilustrasi lain yang lebih baik lagi; telapak
tangan yang menggenggam menggambarkan posisi pemain saat bertahan sementara
telapak tangan yang terbuka lebar menggambarkan posisi pemain saat menyerang. Saya
pernah melihat cuplikan di televisi saat Joachim Löw, asisten pelatih timnas Jerman di Piala
Dunia 2006, berbicara kepada pemain soal prinsip ini. Yang menarik, ilustrasi telapak tangan
yang mengepal lalu membuka lebar juga dipakai Löw guna menjelaskan prinsip ini kepada
pemain. Ternyata di level tertinggi pun pemain masih harus terus diingatkan tentang prinsip
dasar yang begitu penting ini. Untuk jelasnya perhatikan diagram-diagram di bawah ini:

4-4-2 saat lawan menguasai bola 4-4-2 saat menyerang

2. Prinsip Ordnung (Indonesia: keteraturan) atau penempatan posisi


yang benar dan rapi

 Mundur hingga di antara bola dan gawang sendiri


Perhatikan sekali lagi diagram di atas tentang posisi pemain di saat lawan menguasai
bola. Keteraturan yang sedemikian rupa hanya bisa terealisasi apabila semua pemain
memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk secepat mungkin mundur saat bola direbut oleh
lawan. Saat bola berpindah “tangan” semua pemain harus mundur hingga semua
pemain berada di antara letak bola dan gawang sendiri. Hanya dengan cara demikian

111
pertahanan bisa digalang bersama-sama sebagai unit: sebelas pemain sebagai kesatuan
yang utuh bergerak bersama guna merebut bola secepat mungkin. Hanya apabila prinsip
ini dilakukan pemain maka prinsip nomor tiga (bergerak secara bersama-sama ke arah
bola) bisa terwujud.

 Compact
Dalam bermain bola, khususnya saat menerapkan pola 4-4-2, pemain harus bertindak
dengan kompak dan compact. Kompak artinya bertindak secara bersama-sama dan
saling bahu membahu. Kebalikan kompak adalah bertindak secara sendiri-sendiri dan
"semau gue”. Sikap seperti ini tentu saja sangat merugikan tim secara keseluruhan
karena sepak bola itu sendiri adalah olahraga tim dan bukan olahraga perorangan.
Sedang s berarti rapat atau padat. Di saat bertahan, pemain harus menempati posisi
yang tidak lebih jauh dari sepuluh meter (!) di antara pemain dalam satu lini serta tidak
lebih jauh dari limabelas meter (!) antar lini. Prinsip ini begitu penting!
Untuk jelasnya, perhatikan sekali lagi diagram di atas saat lawan menguasai
bola.Menggalang kekompakan sehingga tim secara keseluruhan tetap bisa menjaga
posisi yang compact saat bergeser maju-mundur atau ke kiri-kanan adalah tantangan
yang harus dihadapi bersama oleh pemain dan pelatih. Caranya tidak lain adalah berlatih
dan berlatih. Gunakan cones, papan tulis, atau kalau perlu video dalam melatih
kekompakan (kesatuan) dan penempatan posisi yang compact (padat/ rapat).

 Forechecking (pressing di daerah pertahanan lawan)


Bertolak dari penempatan posisi pemain yang teratur (jarak antarlini padat serta jarak
antarpemain dalam satu lini ketat) tim secara keseluruhan bahu-membahu melakukan
pressing (menekan lawan) dengan tujuan mencuri bola dari kaki lawan. Pressing itu
sendiri dilakukan di tiga daerah lapangan. Tekanan yang dilakukan di daerah pertahanan
lawan disebut forechecking atau pressing 1. Umumnya pelatih memberikan instruksi
sebelum pertandingan tentang di mana pressing akan dilakukan. Posisi pemain saat
melakukan pressing 1 adalah sebagai berikut:
Forechecking umumnya dilakukan
saat ingin memforsir kemenangan, saat
bertanding melawan lawan yang relatif
lemah atau saat ketinggalan score.
Adapun kelemahan utama forechecking
adalah penggantungan nasib pada
peraturan off side. Risikonya adalah
apabila wasit yang memi mpin
pertandingan lemah kinerjanya lawan
yang lolos dari tekanan akan berhadapan
langsung dengan dan jaga gawang.
Dengan kata lain, umpan terobosan
adalah momok bagi sistem pressing ini.

 Midfield pressing (pressing yang dilakukan di lapangan tengah)


Miedfield pressing atau pressing 2 adalah tekanan terhadap lawan yang dimulai di
lapangan tengah. Artinya, lawan dibiarkan leluasa membangun serangan di daerah
pertahanannya sendiri tanpa diganggu terlebih dahulu. Baru setelah bola berada di
daerah lapangan tengah tekanan secara bersama, teratur, dan agresif dilancarkan.

112
Posisi pemain saat melakukan taktik bermain pressing 2 adalah sebagai berikut:

Midfield pressing adalah


variasi pressing yang paling sering dan
umum dilakukan. Tentu saja saat
serangan kandas jauh di daerah
pertahanan lawan pressing 1
dilakukan. Paling tidak untuk
sementara waktu. Begitu ada
kesempatan (seperti terjadi lemparan
ke dalam dan lain-lain) pemain
berbondong-bondong kembali pada
posisinya semula sesuai taktik midfield
pressing / pressing 2.

 Fall back (pressing yang dilakukan di daerah pertahanan sendiri)


Yang dimaksud dengan fall back* adalah penempatan posisi pemain di daerah
pertahanan sendiri. Lawan dibiarkan bergerak bebas hingga melebihi garis tengah
lapangan. Bisa dikatakan baru di saat-saat terakhir tekanan terhadap lawan dilakukan.
Posisi pemain saat melakukan fall back atau pressing 3 adalah sebagai berikut:
Taktik pressing 3 ini biasanya
dilakukan oleh tim-tim lemah yang
hanya berusaha menyerang lewat
serangan balik. Bisa juga pressing 3
dilakukan oleh tim yang sebenarnya
kuat dan hanya sementara mundur
dikarenakan gempuran lawan yang
tiba-tiba bertambah hebat sehingga
membuat kewalahan. Situasi seperti
ini paling sering terjadi saat lawan
keti ng g al an dan b er nafsu
memenangkan pertandi ngan.
Menurut pengamatan saya hal ini
umumnya terjadi di awal babak
kedua (lawan baru saja dimotivasi
pelatihnya untuk mempersering
gempuran) dan menjelang akhir pertandingan (waktu yang tersedia semakin menipis).
Keterangan: Dalam bahasa Indonesia “jatuh ke belakang” atau lebih tepatnya mengundurkan/menarik diri”.

113
3. Prinsip bergerak secara bersama-sama ke arah letak bola

Sistem bermain 4-4-2 maupun sistem-sistem modern lainnya seperti 3-4-3 atau 4-3-3
tidak bisa berfungsi dengan baik apabila pemain tidak bergerak secara bersama -sama ke
arah bola. Sebagai contoh, lawan mengumpan bola kepada pemain 8 (sayap kirinya).
Pergerakan lawan dengan demikian adalah ke kanan. Semua pemain bergerak serentak ke
sebelah kanan lapangan. Perhatikan diagram di berikut ini.

Contoh di atas memakai taktik full back.


Perhatikan bagaimana baik barisan
pertahanan maupun barisan lapangan
tengah membentuk dua pisang!
Perhatikan juga bagaimana ketat dan
padatnya posisi pemain satu dengan
yang lainnya. Perhatikan penempatan
posisi pemain 3 (bek kiri) dan 8 (sayap
kiri) yang ikut masuk ke tengah. Hanya
dengan demikian ti m secara
keseluruhan bisa berdiri dengan
compact (padat dan ketat) sehingga
lawan sulit melakukan kombinasi permainan. Permainan lawan menjadi tidak berkembang
dan bola bisa dengan lebih mudah direbut kembali.

Bergerak ke arah bola mempunyai tujuan menciptakan situasi 2 v 1 bahkan 3 v 1.


Pemain yang menggiring bola ditekan secara agresif oleh dua pemain bertahan sekaligus.
Salah satu pemain bertahan bisa melakukan tekanan dengan total atau agresif karena ada
pemain bertahan lain yang siap membantu apabila lawan mampu lolos. Sering pemain
bertahan tidak total dalam menekan lawan karena khawatir dilewati lawan. Saat
menerapkan sistem bermain 4-4-2 masalah ini bisa teratasi karena adanya pemain bertahan
lain yang melapis. Prinsip melapis sesama pemain begitu sentral dalam falsafah sistem 4-4-2!

Pemain harus dibiasakan untuk selalu bersedia melakukan prinsip melapis baik di
tengah lapangan, di sayap lapangan ataupun melapis ke belakang. Kuncinya pemain rajin
bergerak dan rajin bergeser secara serentak. Saat bola "melewati” pemain, pemain
tersebut harus memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk ikut turun ke belakang (bergeser
sesuai posisinya) dan bila mungkin melakukan "melapis ke belakang”. Perhatikan diagram
melapis ke belakang di samping ini:

Perhatikan bagaimana pemain 7


(sayap kanan) dan pemain 9 (penyerang
kanan) tidak berhenti bermain saat
bola "melewati” keduanya. Baik pemain
7 maupun 9 sama-sama memiliki
kedisiplinan yang tinggi untuk membantu
pemain 6 (gelandang bertahan) sehingga
praktis terjadi situasi empat(!) v 1;
pemain 6 menekan secara agresif (tentu
saja tanpa melakukan pelanggaran)*,
pemain 10 (gelandang serang) melapis
114
pemain 6 dari belakang, sedang pemain 7 dan 9 “melapis ke belakang”. Perhatikan bahwa
barisan pertahanan juga terlibat secara tidak langsung dengan cara naik ke atas sehingga
jarak antar lini menjadi padat! Demikian juga pemain 11 (penyerang kiri) ikut bergeser
sedikit ke belakang dan pemain 8 (sayap kiri) merapatkan posisinya ke arah pemain 6 dan
10. Ruang yang dimiliki lawan untuk melakukan kombinasi guna membangun serangan
menjadi sangat minim dikarenakan tim yang bertahan menempatkan diri secara ketat dan
padat. Sekali lagi: hal ini hanya bisa dicapai apabila semua pemain selalu bergeser ke arah
bola secara bersama-sama.

* Keterangan: Melakukan pelanggaran menjadi tidak perlu dilakukan karena situasi toh
menguntungkan tim sendiri. Melakukan pelanggaran di saat situasi begitu menguntungkan seperti
ini (4 v 1) adalah bodoh karena dengan demikian situasi akan kembali netral. Lawan mendapatkan
tendangan bebas sehingga bola yang tadinya sudah hampir terebut kembali bisa leluasa dikuasai
lawan.

Pada prinsipnya saat melakukan pergeseran pemain harus selalu berorientasi secara
berturut-turut pada:
1. BOLA
2. TEMAN
3. LAWAN

Bandingkan dengan sistem 3-5-2 yang lazim dilakukan di Indonesia. Sistem yang
memakai sistem man to man marking ini selalu mengarahkan pemain untuk berorientasi
pada lawan. Dalam sistem 4-4-2, 4-3-3 atau sistem modern lainnya lawan hanya menempati
nomor 3! Benar-benar sebuah perbedaan yang drastis.

Secara praktis penerapan falsafah berorientasi kepada (1) bola, (2) kawan dan (3)
lawan saat melakukan pergeseran bisa kita pelajari sesuai diagram di atas. Kita ambil pemain
8 (sayap kiri) sebagai contoh. Pemain 8 bergeser ke arah kanan karena letak BOLA adalah di
sebelah kanannya. Selanjutnya 8 melihat TEMANNYA pemain 10 (gelandang serang)
meninggalkan posisinya demi melapis pemain 6 dari belakang. Dengan demikian, pemain 8
harus bergeser lebih jauh ke dalam dari biasanya sehingga jarak kira-kira 10 meter antara
pemain 10 dan 8 tetap terjaga. Baru kemudian pemain 8 berorientasi pada LAWAN dan
menempatkan dirinya di antara lawan terdekat dan letak bola sehingga passing line atau
garis umpan kepada lawan jagaannya bisa tertutup.

4. Prinsip penggunaan aturan off side

Prinsip menekan lawan secara serentak di mana semua pemain terlibat (termasuk
barisan bek yang ikut naik sehingga jarak antara baris tengah dan belakang menjadi dekat
dan padat) hanya bisa dilakukan karena adanya peraturan off side. Apabila peraturan off side
itu sendiri tidak ada maka tidak mungkin barisan pertahanan ikut naik baik untuk membantu
serangan maupun guna membantu lapangan tengah mencuri bola dari lawan. Perlu
ditekankan di sini bahwa dalam sepak bola modern pemain bertahan tidak ikut maju dengan
tujuan lawan terperangkap off side! Ini yang sering salah dipahami. Dalam sepak bola
modern barisan pertahanan ikut naik guna menciptakan barisan pertahanan secara

115
keseluruhan yang compact. Lawan yang membawa bola tidak diberikan waktu, ketenangan
dalam bertindak serta tempat. Hal ini hanya bisa terwujud apabila barisan pertahanan ikut
menopang barisan gelandang dengan cara memperketat dan memperkecil ruang gerak
lawan. Terperangkapnya penyerang lawan dalam off side hanyalah by product atau produk
sampingan hasil pergerakan barisan pertahanan yang ikut naik guna menghasilkan
pertahanan yang compact! Oleh karena itu, istilah "jebakan off side” tidaklah tepat dalam
sepak bola modern; pemain tidak naik semata-mata agar pemain lawan off side.

Menurut saya di sinilah letak kelemahan utama sistem 4-4-2 saat dipraktikkan di
Indonesia. Sistem pressing yang terkandung secara kental dalam falsafah bermain 4-4-2
sangat bergantung pada penilaian wasit yang jeli saat terjadi off side. Padahal kepercayaan
publik Indonesia terhadap wasit baik dalam hal moral wasit maupun kemampuan wasit saat
memimpin pertandingan tergolong minim. Sebuah dilema yang menurut saya bisa
dipecahkan dengan cara hanya memakai taktik miedfiel dpressing dan taktik fall back.
Sedang taktik forechecking hendaknya hanya dipraktikkan apabila wasit yang memimpin
pertandingan diketahui dengan pasti memiliki moral dan kemampuan yang baik.

5. Prinsip penjaga gawang yang ikut bermain

Dalam sepak bola modern penjaga gawang tidak hanya semata-mata bertindak
sebagai penjaga gawang. Seorang penjaga gawang yang modern adalah penjaga gawang dan
libero sekaligus. Seorang kiper dewasa ini harus mahir memainkan bola dengan kaki, harus
mahir memberikan umpan pendek dan panjang, harus mahir membaca perkembangan
serangan lawan serta harus bisa memberikan instruksi yang jelas dan benar kepada barisan
pertahanan.

Saat lawan membangun serangan seorang penjaga gawang yang modern harus
menempatkan diri relatif jauh di depan gawangnya sendiri. Kira-kira di mana seorang libero
semestinya berada di situlah dia “berdiri”. Berdiri tertulis dalam tanda kutip karena
kenyataannya kiper modern harus selalu bergerak sesuai letak bola: umumnya antara letak
bola dan titik tengah gawang!

Pada piala dunia 2006 Jürgen Klinsmann, pelatih timnas Jerman saat itu,
mengejutkan dunia dengan keputusannya memilih Jens Lehmann (Arsenal) di atas Oliver
Kahn (Bayern München). Dalam sebuah konfrensi pers Klinsmann menjelaskan bahwa ada
10 kriteria yang dibahas secara mendetail sebelum keputusan dilakukan. Dari 10 kriteria
tersebut ada 9 kriteria di mana kekuatan Lehmann dan Kahn hampir sama. Hanya dalam
satu kriteria Lehmann jauh unggul di atas Kahn; dalam hal ikut bermain! Lehmann adalah
seorang pemain bola yang lebih baik dari Kahn. Teknik mengolah bola dan kualitas umpan
Lehmann sangat baik sehingga dialah yang akhirnya terpilih menjadi kiper No. 1 Jerman.

Dalam sistem sepak bola modern tidak ada tempat untuk seorang libero. Tapi karena
barisan pertahanan harus ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact penjaga
gawang otomatis harus keluar dari sarangnya guna mengantisipasi umpan terobosan lawan.
Untuk jelasnya, perhatikan diagram di bawah ini:

116
Perhatikan bahwa; (1)
posisi kiper adalah di antara
bola dan titik tengah gawang
(invisible line), (2) posisi kiper
relatif jauh dari mulut gawang ,
dan (3) ki per si ap
m e n g a n t i s i p as i umpan
terobosan lawan. Ketiga tujuan
di atas hanya bisa terealisasi
apabila penjaga gawang
senantiasa bergerak sesuai
letak bola dan situasi
permainan.

Jarak antara kiper dan barisan pertahanan yang menjadi relatif pendek juga
menguntungkan disaat bola harus terlebih dahulu diumpankan kepada kiper di saat tekanan
teralu hebat untuk memaksakan diri memainkan bola ke depan. Menguntungkan karena
jarak umpan menjadi jauh lebih pendek dibandingkan apabila kiper tetap di sarangnya. Hal
ini penting dari segi keamanan. Perlu diingat bahwa di bagian sepertiga pertama lapangan
berlaku hukum safety first atau penekanan terhadap keamanan. Karena semakin pendek
umpan semakin bagus kualitas umpan itu sendiri maka otomatis semakin amanlah umpan
yang berjarak pendek.

Penjaga gawang modern dituntut untuk begitu aktif dalam hal ikut bermain baik di
saat lawan menguasai bola maupun di saat membangun serangan sehingga istilah "pemain
gawang” menjadi semakin populer, khususnya di bagian selatan Jerman akhir-akhir ini.
Banyak pelatih di selatan Jerman bahkan membiasakan diri menyebut sistem 4 -4-2 dengan
1-4-4-2. Kiper ikut dihitung dan disebut karena peran penjaga gawang memang menjadi
semakin penting di era sepak bola modern ini. Memang sistem 4-4-2 atau 4-4-3 serta
formasi modern lainnya tidak bisa berfungsi dengan baik apabila tidak ada "pemain gawang”
yang bertindak sebagai libero*. Oleh karena itu, saya pribadi setuju sistem 4-4-2 disebut
dengan 1-4-4-2. Paling tidak sebagai wujud hormat saya terhadap kiper sebagai salah satu
bagian yang penting dalam tim. Apa pun nama sistem yang dipakai, apa pun istilah yang
diberikan kepada kiper, yang paling penting adalah pemain mengerti bahwa kiper harus ikut
bermain dengan aktif!

Keterangan :
* Tanpa seorang kiper yang sekaligus bertindak sebagai libero, risiko bertahan secara
modern akan terlalu tinggi. Barisan pertahanan yang naik guna menciptakan pertahanan
yang compact harus dilapis oleh kiper yang juga ikut naik (keluar dari sarangnya)
sehingga risiko umpan terobosan dapat diminimalisasi.

117
C. Langkah Demi Langkah Menuju 4-4-2
(sekaligus 4-3-3)

Mengajarkan cara bermain 4-4-2 kepada pemain tidak boleh asal-asalan. Harus ada
strategi pengajaran yang metodis sehingga pada akhirnya pemain betul-betul mengerti dan
bisa menerapkan sistem 4-4-2 dengan baik. Sistem 4-4-2 sering dianggap teralu sulit untuk
dimengerti pemain Indonesia. Benar-benar sebuah opini yang meremehkan intelegensia
pemain Indonesia! Permasalahan yang sebenarnya adalah banyaknya pelatih yang kurang
mengerti atau kurang mampu menjelaskan/melatih sistem 4-4-2. Bila ada kemauan untuk
bekerja keras dan apabila metode melatih 4-4-2 diterapkan, saya yakin semua pemain dan
semua pelatih Indonesia akan mampu menerapkan sistem 4-4-2 dan juga 4-3-3 dengan
benar.

1. Langkah pertama : Taktik Individu 1 v 1 dan 1v 2

Taktik individu adalah langkah pertama menuju penerapan sistem bermain secara
modern. Yang dimaksudkan dengan taktik individu adalah kemampuan seorang pemain
untuk memilih keputusan yang tepat di antara beberapa pilihan. Pada dasarnya taktik adalah
kenapa seorang pemain melakukan sesuatu sedang teknik adalah bagaimana seorang
pemain melakukan sesuatu. Dengan demikian, taktik individu adalah tindakan dengan tujuan
tertentu yang dilakukan oleh satu orang pemain saja. Sebagai contoh speed dribbling*
adalah taktik individu. Melakukan trik guna mengecoh lawan adalah taktik individu.
Bagaimana caranya melakukan trik itu sendiri adalah teknik sedang mengapa seorang
pemain memilih untuk melakukan trik adalah taktik individu.

Secara teoritis pemain yang menguasai bola memiliki 11 kemungkinan; mengumpan


kepada 10 pemain lainnya* dan menggiring sendiri bola yang dikuasainya. Pemain yang
berkelas akan memilih kemungkinan yang terbaik dari kemungkinan-kemungkinan yang ada

118
tersebut. Apabila pemain memilih untuk bertindak sendiri (melakukan trik, mendribel bola
dengan cepat, menendang bola keluar atau jauh ke depan dengan pertimbangan keamanan
dan lain-lain) maka itulah yang disebut dengan taktik individu. Apabila pemain yang
menguasai bola memilih untuk melakukan wall pass, misalnya, atau overlap pass, maka
tindakan tersebut disebut taktik grup. Jadi, taktik grup adalah tindakan yang dilakukan
beberapa pemain secara bersama-sama dengan tujuan tertentu . Dalam hal bertahan ada
beberapa pengetahuan penting yang perlu diketahui seorang pemain agar memiliki taktik
individu yang baik. Pada akhirnya pengetahuan taktik individu masingmasing pemain
terutama dalam hal bertahan adalah modal dasar bermain 4-4-2 dan 4-3-3 secara tim.

Keterangan:
* Speed Dribling: Menggiring bola dengan kecepatan tinggi.
* Tentu saja pada kenyataannya banyak pemain yang tidak mungkin menerima bola
tanpa kehilangan bola. Pada kenyataannya mungkin hanya ada 4 pemain yang benar-
benar siap menerima bola.

Penjabaran taktik individu


a. 1 v 1 - jarak jauh di sayap dan di tengah

1. Saat menghadapi lawan yang posisinya relatif jauh, pemain bertahan hendaknya
melakukan sprint ke arah pemain yang menggiring bola. Hal ini penting untuk
dilakukan agar jarak antar pemain lawan dan gawang sendiri menjadi sejauh mungkin.
2. Sesaat sebelum mendekati lawan, pemain bertahan hendaknya berhenti berlari ke
depan untuk kemudian berbalik lari mundur. Hal ini dilakukan supaya pemain lawan
tidak bisa dengan mudahnya berlari melewati pemain bertahan.
3. Apabila lawan berada di daerah sayap, pemain bertahan harus menempatkan dirinya
sedemikian rupa sehingga kemungkinan bagi lawan menggiring bola ke bagian tengah
lapangan menjadi tertutup. Logikanya gampang saja: lapangan tengah adalah daerah
yang jauh lebih berbahaya dikarenakan letak gawang adalah di tengah! Oleh karena
itu, “giring” pemain lawan ke arah garis tepi lapangan. Gunakan garis tepi lapangan
sebagai “partner” dalam menekan lawan.
4. Apabila lawan berada di bagian tengah lapangan poin pertama dan kedua di atas
tetap berlaku. Perbedaannya, apabila lawan menggiring bola di lapangan bagian
tengah, pemain bertahan tidak harus “menggiring” lawan ke garis tepi lapangan.
Kemungkinan itu bisa saja dilakukan tapi tidak mutlak harus dilakukan. Kemungkinan
lain yang bias dilakukan adalah "menggiring” lawan ke arah teman sehingga terjadi
situasi 2 v 1.
5. Apabila tidak ada rekan satu tim yang bisa diajak kerja sama dalam hal merebut bola
dari lawan maka pemain bertahan harus menggunakan kaki lemah lawan sebagai
“partner”. Maksudnya demikian “giring” lawan ke sisi kaki lemahnya agar ia kesulitan
melepaskan tembakan ke arah gawang. Hal ini dilakukan dengan cara menutup sisi
kuatnya agar lawan terpancing untuk menggiring bola ke sisi lemahnya. Tapi
bagaimana caranya mengetahui kaki mana merupakan kaki lemah lawan? Mudah
saja; umumnya kaki yang dipakai untuk menggiring bola adalah kaki kuat lawan.
Dengan demikian, kaki lemahnya adalah kaki yang tidak dipakai untuk menggiring
bola!*

119
6. Sebisa mungkin hindari melakukan pelanggaran. Terutama apabila lawan berada di
dekat gawang kita. Ingat, situasi standar sering menjadi pemecah kebuntuan dalam
suatu pertandingan yang sebenarnya berjalan sangat seimbang.
Keterangan:
 Tim profesional Eropa umumnya memiliki tim mata-mata yang salah satu tugasnya adalah
mengamati hal-hal seperti ini. Informasi tersebut diberikan kepada pelatih yang kemudian
memberikan instruksi kepada pemain-pemainnya sesuai kelebihan dan kelemahan lawan.

b. 1 v 1 - jarak dekat di sayap dan di tengah

1. Pada saat jarak lawan dekat dengan posisi pemain bertahan, pemain harus dibiasakan
untuk sebisa mungkin merebut bola sebelum bola dikuasai oleh lawan.
2. Apabila memotong bola tidak memungkinkan, paling tidak pemain bertahan harus
terbiasa untuk secara agresif menekan lawan di saat-saat penyerang menerima bola.
Masa paling kritis bagi penyerang adalah saat mengontrol bola. Di sinilah kesempatan
bagi pemain bertahan untuk membuat penyerang tidak tenang/gugup sehingga ia
membuat kesalahan.
3. Apabila lawan telah berhasil mengontrol bola sebisa mungkin jangan biarkan lawan
berbalik hingga menghadap gawang.
4. Apabila semua hal di atas tidak berhasil dilakukan dan lawan telah berhasil menerima
bola dengan baik, bahkan berhasil berbalik menghadap gawang, pemain bertahan
harus menahan diri untuk tidak melakukan step in*. Hal ini berbahaya karena
penyerang yang berkualitas akan dengan mudah melewati lawan yang sudah terlanjur
mati langkah. Oleh karena itu, di dalam situasi seperti ini pemain harus belajar untuk
sabar dan baru masuk mencuri bola apabila lawan melakukan kesalahan dalam hal
mengontrol bola (bola tidak digiring dengan dekat ke kaki). Apabila ada kawan yang
siap mendobel, pemain bertahan boleh lebih agresif dalam usahanya mencuri bola.
Sekali lagi, karena inilah strategi saling mendobel satu dengan yang lainnya mutlak
harus dikuasai pemain zaman sekarang.
5. Apabila lawan tetap saja bisa lolos (hal ini kerap terjadi karena dalam sepak bola terka
dang lawan lebih hebat walaupun kita telah melakukan yang terbaik), hindari
mengejar lawan dari belakang seperti layaknya sebuah gerbong kereta api. Lakukan
sprint secepatnya guna memotong pemain lawan sehingga pemain bertahan berada
di antara titik tengah gawang dan letak bola. Bila ini berhasil dilakukan maka proses di
atas kembali dimulai dari awal; contain (arahkan lawan ke bagian paling tidak
berbahaya), dan jangan lakukan step in sampai ada kesempatan yang benar-benar
bagus.
6. Tackling hanyalah kemungkinan terakhir apabila semua kemungkinan yang ada telah
terkuras habis tanpa hasil yang memuaskan. Demikian juga dengan melakukan
pelanggaran sebaiknya hanya dilakukan apabila tidak ada kemungkinan lain lagi. Itu
pun hanya sebatas pelanggaran sejenis tactical foul (pelanggaran yang dilakukan demi
kepentingan taktis) dan bukan pelanggaran brutal. Bedanya jelas, saat melakukan
tactical foul pemain tidak dalam keadaan emosi, sedang saat melakukan pelanggaran
biasa pemain kerap kehilangan kendali atas emosi pribadi.
Keterangan:
*Step in : Beranjak masuk untuk mencuri bola dari kaki lawan.

120
c. 1 v 1 - bek berada di belakang punggung penyerang (penyerang
membelakangi bek)

1. Situasi ini sering sekali terjadi terutama bagi seorang bek tengah. Pertama -tama yang
perlu diperhatikan seorang bek saat terjadi situasi seperti ini adalah penempatan
posisi. Memang pandai menempatkan posisi begitu penting artinya dalam bermain
sepak bola. Tidak percuma pemain yang relatif tua biasanya semakin mahir bermain
bola karena memang semakin berpengalaman seorang pemain semakin mahir pemain
tersebut dalam menempatkan posisi.
2. Letak posisi bek saat penyerang membelakanginya idealnya adalah:
(1) Menempel ketat badan penyerang tanpa melakukan kontak badan. Artinya, bek
tidak menyentuh lawan apalagi melakukan pelanggaran.
(2) Posisi badan bek setengah muncul ke samping badan penyerang. Artinya, bek
tidak berdiri 100% di belakang penyerang melainkan hanya 50% saja. Tujuannya
adalah supaya bek bisa melihat bola bahkan bila mungkin menyerobot bola
sebelum bola berhasil dikuasai penyerang.
(3) Munculnya badan bek seharusnya ke arah letak gawang. Sebagai contoh, apabila
letak gawang berada di sebelah kiri belakang bek, maka badan bek harus muncul
di sebelah kiri badan penyerang!
3. Tujuan bek saat bertahan di situasi seperti ini adalah bila mungkin merebut bola
sebelum bola dikuasai lawan. Apabila menyerobot bola tidak mungkin dilakukan maka
tujuan bek berikutnya adalah tidak membiarkan lawan berputar dan menghadap
gawang. Sekali lagi, hindari melakukan pelanggaran karena tendangan bebas sering
kali berbuah gol!

d. 1 v 2 - satu pemain bertahan melawan dua penyerang

1. Walaupun situasi 1 v 2 tidak diinginkan terjadi karena tentu saja tidak menguntungkan
dan sangat berbahaya, tetap saja sering kali seorang pemain bertahan harus meredam
dua pemain menyerang sekaligus. Paling tidak untuk sementara waktu sampai pemain
bertahan lain datang membantu. Oleh karena itu, prinsip utama saat terjadi situasi 1 v
2 (demikian juga saat terjadi situasi-situasi lain di mana pemain lawan jumlahnya lebih
banyak daripada pemain bertahan seperti misalnya 2 v 3 atau 3 v 5) adalah mengulur
waktu. Dengan demikian, pemain bertahan lain diberi waktu untuk datang
membantu. Merebut bola di saat-saat kurang menguntungkan seperti ini tidak
menjadi prioritas. Ulur waktu sampai teman datang membantu, baru setelah itu
merebut bola menjadi prioritas kembali. Lain halnya saat jumlah pemain bertahan
melebihi jumlah pemain menyerang; di situasi seperti itu tentu saja merebut bola
menjadi tujuan utama sehingga sikap pemain bertahan seharusnya agresif dan ngotot
untuk merebut bola.
2. Situasi 1 v 2 harus rajin dipelajari serta dilatih karena situasi 1 v 2 adalah landasan
ilmu yang penting dan bisa dipakai untuk situasi kalah jumlah secara umum. Dengan
kata lain, pengetahuan tentang bagaimana seorang pemain harus bertindak saat
terjadi situasi 1 v 2 adalah pengetahuan dasar yang juga dibutuhkan saat terjadi
situasi kalah jumlah yang lain seperti 1 v 3 , 2 v 3 ,3 v 5, dan lain-lain.
3. Untuk penempatan posisi yang ideal saat terjadi situasi 1 v 2 perhatikan diagram
berikut ini:

121
Keterangan:
Posisi bek harus sedemikian rupa sehingga
umpan 1 adalah kemungkinan yang dipilih oleh
lawan yang menguasai bola. Umpan 1 tidak
berbahaya bahkan menguntungkan bek karena
memberi waktu pada bek lain untuk turun
membantu. Umpan 2 harus ditutup bek sehingga
lawan tidak bisa melepaskan umpan yang sangat
berbahaya ini! Umpan 3 adalah tanggung jawab
kiper. Apabila umpan ini dipilih lawan, kiper
harus sigap untuk memotong bola. Untuk itu
posisi kiper harus tepat serta keluar dari
sarangnya. Kiper harus ikut bermain!
Apabila lawan memutuskan untuk melakukan speed dribbling maka bek harus ikut berlari
mundur sambil berusaha ‘menggiring‘ lawan ke samping (tepi lapangan). Dari situasi 1 v 2
kini terjadi 1 v 1! Kini bek tinggal berusaha merebut bola saat bola digiring jauh dari kaki
lawan dengan cara menyelipkan badannya di antara pemain lawan dan bola.

Contoh Latihan
Untuk contoh-contoh latihan sederhana guna melatih prinsip-prinsip taktik dan teknik
individu saat bertahan, perhatikan diagram-diagram di bawah ini berikut keterangan
singkatnya:
Latihan 1

Keterangan:
 Latihan A adalah untuk jarak dekat, B
untuk bertahan jarak jauh dan C untuk
bertahan di belakang punggung
penyerang. Biarkan pemain bergiliran
menempati posisi A, B, lalu C. Hanya saja,
berikan porsi yang lebih sesuai posisi
masing-masing pemain. Artinya, biarkan
bek sayap lebih banyak berlatih di posisi A
dan B sedang bek tengah lebih banyak
berlatih di posisi C. Demikian juga untuk
penyerang, biarkan pemain sayap lebih
banyak menempati posisi A dan B sedang
penyerang tengah lebih banyak menempati posisi C. Logikanya simple; biarkan
pemain berlatih sebanyak mungkin sesuai situasi yang sering terjadi saat bertanding!
 Untuk latihan A dan C diperlukan orang ketiga yang bertugas mengumpan bola
kepada penyerang. Di posisi A, bek dilatih untuk menekan lawan sejak saat bola
dalam perjalanan menuju penyerang. Di posisi C, bek dilatih untuk berdiri dengan
tepat serta melakukan prinsip-prinsip yang sudah dijabarkan di atas.
 Di belakang pemain menyerang baik di posisi A, B , maupun C, ditempatkan gawang
kecil dari cones. Bila bek berhasil merebut bola, mereka diinstruksikan untuk
mendribel bola melalui gawang kecil tersebut. Sebagai variasi, setelah beberapa
menit, instruksikan bek untuk mengumpan bola secara mendatar ke dalam gawang
kecil apabila mereka berhasil merebut bola dari kaki penyerang.

122
Latihan 2
Keterangan:
 Untuk latihan 1 v 2, pada
awalnya lakukan latihan A. Latihan
ini dimaksudkan guna melatih
penempatan posisi yang ideal.
Lakuka n k oreksi a pa bila
penempatan posisi pemain salah.
Jangan bosan mengoreksi karena
ini adalah dasar ilmu pertahanan.
 Beberapa menit kemudian
lakukan latihan B. Pada latihan B,
bek mendapat bantuan setelah
beberapa detik (tiga detik misalnya).
Artinya setelah tiga detik, dua
pemain bertahan datang membantu
sehingga terjadi situasi yang
menguntungkan; 3 v 2. Latihan ini
dimaksudkan untuk melatih pemain
mengulur waktu. Sebaliknya, bagi
penyerang, latihan ini melatih
pemain untuk cepat melakukan
penyelesaian ke arah gawang. Perlu
diingat, apabila tujuan Anda adalah
melatih pertahanan, maka
berkonsentrasilah pada pemain
bertahan. Pemain menyerang cukup
diberikan instruksi singkat di awal latihan. Selebihnya, berikan instruksi khusus
kepada pemain-pemain bertahan saja!

2. Langkah kedua : taktik grup I – Mendobel lawan (2 v 1)

Langkah kedua saat mengajarkan sistem 4-4-2 yang benar adalah mengajarkan taktik
grup. Yang dimaksud dengan taktik grup adalah pencapaian sebuah tujuan secara bersama-
sama. Dengan kata lain, beberapa pemain melakukan sesuatu dengan maksud dan tujuan
tertentu secara bersama-sama. Taktik grup yang akan dibahas di sini adalah taktik grup saat
bertahan. Bertahan secara grup umumnya dibagi menjadi tiga bagian; mendobel lawan
(menang jumlah), 2 v 3 atau kalah jumlah serta bertahan berempat 4 v 4 (sama jumlah).
Pemain perlu diberikan pengertian bahwa mendobel lawan atau menciptakan situasi
menang jumlah adalah tujuan pergeseran! Seperti sudah di bahas sebelumnya, dalam sepak
bola modern pemain dituntut untuk bergeser secara bersama-sama (sebagai sebuah unit)
ke arah bola. Dengan bergesernya pemain, terjadi situasi menang jumlah di daerah letak
bola. Untuk situasi seperti inilah pemain perlu dilatih cara-cara mendobel lawan.

123
Prinsip dasar saat mendobel lawan:
 Satu pemain bertugas merebut bola sedang pemain lainnya berfungsi sebagai
pelapis. Dengan kata lain, kedua pemain bertahan tidak merebut bola secara
bersama-sama. Ada pembagian tugas yang jelas; satu menekan bola dengan
agresif sedangkan pemain lainnya berjaga-jaga di dekatnya kalau-kalau pemain
lawan berhasil lepas dari kawalan pemain bertahan pertama.
 Saat tidak ada permain pelapis (1 v 1) tugas bek adalah menggiring penyerang ke
garis samping lapangan atau ke arah posisi teman. Begitu pemain pelapis
memberikan instruksi “rebut” tanda dia telah siap untuk melapis, bek pertama
bisa mulai mencurahkan tenaganya untuk merebut bola. Karena ada pemain
pelapis, bek pertama bisa benarbenar agresif atau ngotot dalam usahanya
merebut bola. Apabila usahanya gagal dia tahu bahwa masih ada pemain pelapis
yang bisa meredam pemain lawan tadi. Kuncinya, pemain pelapis harus
memberikan instruksi!
 Jangan lakukan pelanggaran! Situasi 2 v 1 atau bahkan lebih (3 v 1) begitu
menguntungkan bek. Pelanggaran akan memberikan waktu dan tempat kepada
penyerang yang sebelumnya tidak dimilikinya!
 Pemain pelapis selalu menempatkan posisinya di antara bola dan titik tengah
gawang (invisible line ) dengan pertimbangan keamanan.

Contoh latihan mendobel lawan:


Keterangan:
Bola dikuasai pemain .
Dua pemain dilatih mendobel
lawan, merebut bola dari
lawan lalu dengan cepat
melakukan penyelesaian.
Setelah beberapa waktu
gantilah peran kedua tim. kini
menyerang. Biasakan selalu
menciptakan situasi kompetisi
atau bersaing saat latihan.
Tim yang kalah harus
membereskan peralatan
latihan, misalnya, atau
dihukum push up. Sekali lagi,
berikan instruksi hanya pada tim bertahan. Sebagai variasi, biarkan pemain pelapis datang
sedikit terlambat. Dengan demikian bek sekaligus dilatih 1 v 1 sedangkan pemain pelapis
dilatih untuk memberikan instruksi “rebut” saat ia telah siap melapis!

3. Langkah ketiga : taktik grup II- 2 v 3

Saat melatih 2 v 3 perhatikan beberapa coaching points di bawah ini:

 Pemain bertahan harus selalu saling melapis (saling mengamankan). Dengan kata lain,
hindari bertahan secara sendiri-sendiri. Bertahanlah secara bersama-sama sebagai grup.
Untuk jelasnya perhatikan diagram di bawah ini:

124
Keterangan:
Terlihat jelas bahwa pemain A bergeser sesuai
letak bola sedang pemain B melapis/
mengamankan pemain A. Prinsip mengamankan
rekannya ini juga berlaku bagi kiper. Kiper
hendaknya keluar dari sarangnya guna
memotong umpan-umpan terobosan.

 Pemain bertahan yang melapis/mengamankan (pemain B) bertugas menutup umpan-


umpan ke jantung pertahanan. Dengan demikian pemain lawan ´diundang‘ untuk
melakukan umpan menyamping. Umpan semacam ini menguntungkan karena memberi
waktu pada pemain bertahan lain untuk datang membantu.
 Untuk memberi waktu kepada pemain bertahan lain untuk datang membantu, pemain A
dan B harus sedikit demi sedikit mundur ke belakang. Kecepatan mundurnya pemain bek
bergantung pada kecepatan majunya penyerang lawan. Sering terjadi kesalahan dalam
hal ini; bek tidak bergerak mundur atau kurang cepat dalam bergerak mundur sehingga
lawan bisa menyelip/melewati bek dengan mudah. Sebaliknya, terlalu cepat mundur
juga berbahaya karena akan memberikan ruang tembak bagi penyerang.
 Saat bola berada di bagian tengah lapangan letak posisi kedua bek adalah seperti terlihat
pada diagram berikut:
Keterangan:
Pemain A menutup sisi kuat pemain
yang menguasai bola. Artinya, sesuai
contoh diagram, pemain A menempatkan
dirinya di sebelah kanan penyerang karena
kaki kanan adalah sisi kuat penyerang
tersebut. Umumnya kaki yang digunakan
untuk menggiring bola adalah kaki atau sisi
kuat pemain tersebut. Perlu diingat, pemain
A tidak berusaha merebut bola, melainkan
hanya mencoba mengulur waktu dengan
cara turun ke belakang secara bertahap
( s e s ua i k e c e pa ta n l aw a n) dan
´mengundang´ lawan untuk melakukan umpan ke arah samping.
 Apabila penyerang melakukan overlap run, perhatikan diagram di bawah ini:
Keterangan:
Penyerang B yang melakukan
overlap run diikuti pergerakannya oleh bek
yang berposisi menjorok ke depan (dalam
hal ini pemain D). Pemain D bergerak
diagonal ke belakang agar mampu
mengamankan umpan terobosan yang
berbahaya. Pemain E ikut bergerak ke
belakang-samping guna mengamankan
daerah tengah pertahanan. Dengan
demikian penyerang A tidak bisa
menerobos ke arah gawang melainkan
125
´diundang´ untuk memberikan umpan kepada C. Umpan kepada C (menyamping) tidak
berbahaya dan mengulur waktu sehingga pemain bertahan lain ada waktu untuk datang
membantu. Umpan ke C (ke daerah) harus diantisipasi kiper dengan cara menempatkan diri
dengan benar.

Contoh latihan 2 v 3
Latihan 1
Keterangan:
Tim putih di bagian bawah diagram
dituntut mencetak gol dalam waktu
kurang dari sepuluh detik. Tim merah
berusaha merebut bola untuk kemudian
diumpankan pada tiga rekannya di garis
tengah lapangan. Kini tim merah
bermain 3 v 2 melawan tim putih di
bagian atas diagram. Begitu seterusnya.
Setelah beberapa menit biarkan pemain
beristirahat secara aktif (jogging santai
atau menjogling bola bertiga). Peraturan
off side tentu saja berlaku seperti biasa.

Latihan 2

Keterangan:
Tim putih menguasai bola dan
dituntut untuk secepat mungkin
melakukan penyelesaian akhir. Tim
merah awalnya bermain 2 v 3, akan
tetapi beberapa detik kemudian
ada tambahan dua pemain
bertahan sehingga terjadi situasi 4
v 3. Pemain bertahan C dan D yang
ditempatkan 5-10 meter di
belakang penyerang diperbolehkan
turun membantu begitu bola
bergulir.

4. Langkah ke empat : taktik grup III- bertahan berempat (4 v 4)

Langkah berikutnya adalah membiasakan pemain bekerja sama sebagai sebuah


rantai yang terdiri dari empat mata rantai. Beberapa coaching point penting saat melatih
bertahan secara rantai dengan empat pemain adalah sebagai berikut:
1. Arah lari bek tidak boleh saling menyilang. Penjagaan pemain lawan harus diserahkan

126
kepada bek yang berdiri lebih dekat dengan posisi baru penyerang. Ini adalah perbedaan
utama antara sistem 4-4-2 atau 4-3-3 modern bila dibandingkan dengan cara bermain
man to man marking.
2. Ke empat bek harus bergerak secara bersama-sama ke arah letak bola tanpa
merenggangkan jarak antar pemain (kira-kira sepuluh meter) sehingga terjadi situasi
menang jumlah di sisi lapangan tempat bola berada (lihat diagram).
3. Saling memberikan instruksi mutlak harus dilakukan semua pemain!
4. Sebagai pedoman, rangkaian posisi pemain seharusnya menyerupai sebuah pisang!
(Lihat diagram).
5. Apabila bola berada di bagian tengah lapangan salah satu pemain (sesuai diagram
pemain B) maju ke depan guna merebut bola. Ketiga bek yang lain bergerak lebih jauh ke
dalam sehingga pertahanan tetap compact (lihat diagram).
Penting: ketiga pemain bertahan harus menjaga lini sehingga peraturan off side bisa
dipergunakan (sesuai contoh diagram, pemain A, C dan D harus membentuk garis lurus).

Untuk jelasnya perhatikan kedua diagram di bawah ini:


Diagram 1 Diagram 2
Keterangan:

 Pada diagram 1, pemain A menggiring penyerang lawan ke arah luar. Pemain B bertindak
sebagai pemain pelapis, sedang pemain C dan D ikut bergeser ke arah bola tanpa
kehilangan keketatan antar mata rantai. Pemain A, B, C dan D membentuk sebuah
pisang.
 Pada diagram 2, pemain B maju ke arah pemain yang menguasai bola karena letak
pemain tersebut paling dekat dengan pemain B. Terbentuk sebuah segi tiga antara
pemain A, B dan C. Pemain A dan D bergeser ke tengah sehingga keketatan antar mata
rantai menjadi lebih ketat lagi.

127
Contoh latihan untuk 4 vs 4:
Latihan 1.
Keterangan:
Pemain putih menyerang
dii ns tr uk si ka n untuk
mengumpankan bola dari kaki
ke kaki. Keempat bek dilatih
untuk bergeser ke kiri dan ke
kanan membentuk pisang dan
sesekali membentuk segi tiga
di bagian tengah lapangan.
Setelah beberapa waktu,
instruksikan penyerang untuk
be nar -b e nar b er usa ha
mencetak gol. “Bekukan”
latihan di saat yang tepat
guna mengoreksi arah lari dan
penempatan posisi pemain
bertahan.

Latihan 2.
Keterangan:
Sama seperti latihan 1, hanya
saja kini tempatkan seorang
pemai n lawan sebagai
penyerang tengah (9). Barisan
bek harus membiasakan
menyerahkan tanggung jawab
atas penyerang tengah (9)
dengan saling memberikan
instruksi. Di saat yang sama
barisan pertahanan tetap harus
bergeser ke arah letak bola.
Apabila sesuai diagram
penyerang 9 dijaga oleh 4,
pemain 5 bertugas menjaga
gelandang serang 10 apabila 10
mendribel bola ke arah gawang.
Selang beberapa waktu biarkan penyerang betul-betul berusaha mencetak gol. Barisan
pertahanan berusaha merebut bola lalu mendribel atau mengumpan bola ke salah satu dari
kedua gawang kecil dari cones yang tersedia.
Penting: Latihan ini menuntut dipraktikkannya semua prinsip yang telah dibicarakan sejauh
ini! Oleh karena itu, pelatih harus jeli dalam melihat kesalahan-kesalahan yang terjadi.

128
5. Langkah ke lima: Taktik tim I- Empat pemain bertahan ditambah dua
gelandang bertahan (6 v 5 atau 6 v 6)

Setelah latihan taktik individu dan latihan taktik grup dilakukan secara saksama,
langkah metodis berikutnya adalah berlatih taktik bertahan secara tim. Cara pengajaran
taktik tim itu sendiri bisa dilakukan dalam beberapa jenjang. Dua jenjang utama akan
dibahas di sini. Jenjang berlatih taktik bertahan secara tim pertama adalah membiasakan
barisan pertahanan bekerja sama dengan kedua gelandang tengah (pemain 6 dan 10).

Dengan bergabungnya dua gelandang tengah, fokus latihan kini diarahkan pada
keketatan posisi antar pemain di dalam lini dan keketatan posisi pemain antarlini. Ke empat
pemain bek harus selalu berdiri dengan compact! Dengan kata lain, jarak antar barisan bek
dan barisan gelandang bertahan harus selalu ketat. Tujuannya tentu saja adalah menyulitkan
lawan menemui celah-celah yang bisa digunakan untuk melakukan kombinasi permainan.
Selain itu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, dengan adanya penempatan posisi yang
compact pemain bertahan akan bisa menciptakan situasi menang jumlah di daerah letak
bola (flooding the ball).

Saat melatih taktik secara tim, selalu tekankan pentingnya komunikasi antar pemain.
Bila pemain tidak saling memberikan instruksi, pemain lawan tidak bisa terjaga dengan baik
dikarenakan perpindahan tanggung jawab pengawalan tidak berlangsung dengan baik.
Biasakan pemain menyerukan instruksi-instruksi seperti "jaga dia” , "jaga nomor 11",
"punyaku”, "ikuti dia” atau "biarkan dia”. Saling memberikan instruksi (bahkan bisa
dikatakan saling melatih) begitu penting artinya dalam sepak bola modern karena
pengawalan lawan tidak lagi melulu berlangsung secara man to man.

Perhatikan posisi ideal pemain-pemain bertahan saat bola berada di sayap sesuai
diagram di bawah ini:
Keterangan:
Pemain 2 dan 6 mendobel ( 2 v 1)
pemain sayap kiri lawan (8). Bek
tengah (4) meninggalkan striker
lawan 11 untuk bersiap membantu
mengawal sisi kanan pertahanan
(daerah bergaris). Tugas pemain 4
dilimpahkan kepada bek tengah 5.
Striker 9 yang tadinya dijaga bek
tengah 5 kini dikawal oleh bek
sayap kiri 3. Pemain 3 sekaligus
bertugas mengawasi pergerakan
gelandang sayap kanan lawan (7).
Bila bola sampai pada 7, pemain
bek sayap 3 bergeser menjaga 7. Pemain 4 kembali bergeser menjaga 11 dan pemain
5 kembali menjaga 9. Gelandang bertahan 6 dan 10 tentu saja ikut bergeser; kini
gelandang bertahan 10 yang ganti membantu bek sayap 3. Perhatikan juga bahwa
penempatan posisi pemain 5 sesuai gambar adalah di belakang pemain 11 (sisi
gawang!). Bandingkan dengan diagram selanjutnya di mana pemain 5 harus lebih
muncul.

129
Perhatikan posisi ideal pemain bertahan saat bola berada di tengah sesuai diagram-
diagram berikut ini:

Diagram 1
Keterangan:
Pemain gelandang 6 dan 10 mendobel
lawan di tengah. Posisi pemain 4 dan 5
harus sedikit muncul dari belakang
striker lawan 9 dan 11. Ini penting guna:
(1) bisa melihat bola, (2) bila ada
kesempatan bisa merebut bola sebelum
bola dikuasai striker lawan, dan (3)
menjaga daerah yang paling berbahaya
yakni jantung pertahanan (daerah
bergaris).

Diagram 2

Keterangan:
Apabila salah satu striker lawan
(misalnya pemain 11) datang
membantu pemain yang menguasai
bola, maka bek tengah 4 harus
mengikuti pergerakan striker lawan
11! Di saat yang sama pemain 2 dan 5
bergerak masuk sehingga terbentuk
segitiga (2, 4 dan 5). Pemain 3 juga
ikut masuk mengawal striker lawan 9
sekaligus mengawasi pergerakan
sayap kanan lawan (7).

Diagram 3
Keterangan:
Apabila gelandang lawan (10) tidak
bisa didobel dengan baik oleh
pemain 6 dan 10 (karena kurangnya
agresivitas atau tidak cukup waktu
untuk datang mengahampiri pemain
lawan 10), maka situasi yang kerap
terjadi adalah sesuai diagram di atas.
Bola diumpankan kepada striker 9.
Bila ini terjadi bek tengah 5 harus
ikut maju mengikuti pergerakan
striker lawan 9 sehingga pengawalan
tetap ketat. Pemain 3 dan 4 seperti
biasa bergeser masuk sehingga
terjadi segitiga (4, 5 dan 3). Pemain 6
130
dan 10 harus terus ikut bermain dengan cara mendobel ke belakang. Dengan demikian,
striker lawan 9 ditekan oleh 3 pemain (6, 10 dan 5)!
Penting: Situasi boleh berbeda, tapi prinsip-prinsip seperti bergerak secara bersama-sama
ke arah bola, penempatan posisi yang compact, saling memberikan instruksi saat
menyerahkan tanggung jawab pengawalan pemain lawan, pembentukan segitiga seperti
yang diilustrasikan di atas, serta mendobel pemain yang menguasai bola, selalu sama.

6. Langkah ke enam : Taktik tim II-bermain 11 v 11 sebagai satu kesatuan tim


yang utuh

Menentukan formasi bermain


Menentukan taktik tim dimulai dengan ditetapkannya sebuah formasi bermain.
Masing-masing formasi dan cara bermain sepak bola mempunyai kelemahan dan
kelebihannya masing-masing. Formasi 4-4-2 dan 4-4-3 tidak luput dari kelemahan.
Sebaliknya, formasi 3-5-2 tidak melulu jelek; banyak kelebihan formasi 3-5-2. Yang
menentukan adalah adanya organisasi yang baik, bukan formasi! Untuk kepentingan
standarisasi telah ditentukan penggunaan formasi 4-4-3 hingga umur 15 tahun.

Landasan organisasi yang baik adalah bergeraknya pemain secara bersama-sama.


Artinya, semua pemain berusaha untuk melakukan hal yang sama! Oleh karena itu, instruksi
seorang pelatih sangat menentukan. Tanpa adanya seorang pelatih yang memegang kendali,
permainan akan kacau-balau karena masing-masing pemain melakukan apa yang ia anggap
baik dan benar. Ada begitu banyak pandangan tentang sepak bola, karena itu harus ada
instruksi-instruksi yang jelas kepada pemain tentang bagaimana tim akan bermain.

Pemain yang membangkang (melakukan apa yang ia sendiri anggap benar) atau tidak
mampu melakukan instruksi (karena skill yang kurang mumpuni , kurang pengertian akan
taktik atau buruknya kondisi) tentu saja harus dibangkucadangkan. Instruksi pelatih yang
pertama adalah menetapkan formasi bermain. Selanjutnya pelatih menginstruksikan di
mana lawan akan mulai ditekan dan bagaimana.

Di mana menekan lawan?


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, menekan lawan bisa dilakukan di depan
(forechecking), di lapangan tengah (midfield pressing) atau di daerah pertahanan sendiri (fall
back). Ada baiknya sisi positif dan negatif masing-masing letak menekan dibahas di sini.

a. Forechecking:
Kelebihan:
 Dekat gawang lawan, sehingga apabila bola berhasil dicuri, jarak antara bola dan
gawang lawan relatif dekat!
 Lawan langsung ditekan sehingga tidak memiliki waktu, tempat dan ketenangan
yang dibutuhkan dalam mengatur serangan.
 Karena merasa tertekan, lawan sering terpaksa melepaskan umpan-umpan jauh
yang sangat mudah untuk dimentahkan.
 Tim yang lemah akan semakin lemah (tidak berkembang permainannya) sedang

131
tim yang hebat penguasaan bolanya akan diredam kemampuannya.
 Bila ada pemain belakang lawan yang lemah, kelemahan tersebut bisa digunakan
untuk merebut bola. Caranya pemain tim lawan dipancing untuk memberikan
umpan kepada pemain lemah tersebut untuk kemudian ditekan secara agresif.
Kekurangan:
 Umpan jauh ke belakang barisan pertahanan sendiri sangat berbahaya.
 Sangat menguras tenaga dan konsentrasi.
 Bila sedikit saja pemain kehilangan keawasannya akan tercipta celah-celah yang
berbahaya.

Untuk usia 12 - 15 tahun diajarkan 4-3-3. Di atas 15 tahun pemain boleh diajarkan
4-4-2 atau formasi lain asal prinsip-prinsip sepakbola modern diterapkan.

b. Fall back:
Kelebihan:
 Sebuah strategi yang menjanjikan apabila lawan jelas menang kelas.
 Posisi pemain sangat compact sehingga sulit ditembus lawan.
 Tidak begitu menguras tenaga karena pemain sebatas berreaksi terhadap lawan
tanpa harus mengejar bola atau menekan lawan. Oleh karena itu, sistem ini tepat
untuk digunakan di saat-saat kondisi pemain telah terkuras.
 Strategi yang baik guna mempertahankan kemenangan di akhir pertandingan.
 Terkadang organisasi pemain kurang baik. Dengan menerapkan strategi fall back
pemain memeroleh waktu untuk kembali berkonsentrasi atas tugas dan posisinya
masing-masing.
Kelemahan:
 Cara bermain seperti ini membosankan penonton apabila diterapkan sepanjang
pertandingan.
 Secara taktis, sistem menekan ini termasuk sistem yang negatif karena cenderung
menunggu lawan tanpa memberikan tekanan kepada lawan.
 Strategi yang sangat menyulitkan bagi striker tim itu sendiri, karena serangan
yang dilakukan hanya sebatas serangan balik.
 Jarak antara bola (saat berhasil merebut bola) dan gawang lawan sangat jauh.
 Kalau ada yang berjalan tidak sebagaimana mestinya, situasi yang tercipta sangat
berbahaya karena jarak antara bola dan gawang sendiri sangat dekat.

Kesimpulan:
Karena menguras tenaga, taktik forechecking hendaknya hanya diterapkan untuk sementara
waktu (tidak 90 menit) dan di saat-saat tertentu (saat tendangan penjuru, di awal babak ke
satu dan dua, saat teringgal atau saat lawan terkena kartu merah) saja.

Sedang taktik fall back juga hanya bisa diterapkan di saat-saat tertentu (di akhir
pertandingan saat mengamankan keunggulan, atau saat bermain dengan 10 atau 9 pemain
saja) karena mengandung risiko yang termasuk tinggi. Dengan demikian, taktik midfield
pressing paling cocok untuk digunakan di saat-saat normal dan untuk jangka waktu lama.
Bisa dikatakan midfield pressing adalah jalan tengah atau hasil kompromi kedua sistem
menekan yang lain.

132
Sebagai contoh, midfield pressing cukup menguras tenaga, tapi tidak sebanyak
forechecking. Oleh karena itu, kebanyakan tim dunia saat ini mengutamakan sistem midfield
pressing. Sistem ini diutamakan, tapi bukan berarti sistem-sistem lainnya dikesampingkan.
Idealnya sebuah tim mampu menerapkan semua sistem menekan. FC Barcelona, contohnya,
menerapkan semua sistem menekan dalam satu pertandingan; terkadang 10 menit mereka
melakukan forechecking, kemudian 30 menit midfield pressing yang diselingi dengan dua kali
lima menit fall back guna menghemat tenaga, lalu forechecking lagi di akhir babak. Jumlah
menit dipakainya masing-masing sistem menekan tentu saja berbeda di setiap pertandingan
sesuai dengan situasi pertandingan tersebut, tapi biasanya ketiga sistem terpakai dalam
sebuah pertandingan!

Bagaimana menekan lawan?


Umumnya pelatih tim-tim dunia menginstruksikan pemainnya untuk menggiring
pemain lawan yang menguasai bola ke arah pinggir lapangan. Logikanya gampang saja:
daerah samping lapangan relatif tidak berbahaya (letak gawang adalah di tengah!). Selain itu
garis tepi lapangan bisa digunakan sebagai “teman” atau partner guna mendobel lawan.
Tapi akan banyak juga pelatih yang menginstruksikan pemainnya untuk menggiring
lawan ke bagian tengah lapangan. Pertimbangannya di bagian tengah lapangan lebih mudah
tercipta situasi 2 v 1, bahkan 3 v 1. Menurut pengamatan saya, banyak juga pelatih di Eropa
menginstruksikan pemainnya untuk menggiring ke bagian tengah lapangan kecuali di bagian
sepertiga lapangan bagian pertahanan. Di sini faktor keamanan diutamakan sehingga
pemain diinstruksikan untuk menggiring pemain ke arah garis tepi lapangan.
Setelah pelatih menentukan serta menerangkan taktik-taktik pilihannya kepada
pemain, maka langkah berikutya adalah membiasakan pemain berlari secara bersama-sama
ke arah bola tanpa kehilangan posisi yang compact.

Untuk latihan bergeser ke arah bola lakukan latihan-latihan di bawah ini:


Latihan 1
Keterangan:
Pelatih menginstruksikan arah
pergeseran. Awalnya cukup
instruksikan pemain untuk
bergeser ke samping, ke depan,
dan diagonal secara garis lurus.
Setelah beberapa waktu,
instruksikan pemain untuk
menempati posisi mendetail
masing-masing secara tepat
termasuk memperhitungkan ke
mana lawan hendak digiring.
Terbentuknya dua baris
menyerupai pisang bisa
digunakan sebagai pedoman
saat mengoreksi posisi pemain.
(Latihan ini bisa juga digunakan untuk berlatih kondisi. Dengan demikian latihan kondisi dan
taktik digabung menjadi satu!).

133
Latihan 2

Keterangan:
Tim putih hanya mengumpankan bola
dari kaki ke kaki tanpa langsung
berusaha mencetak gol. Tim merah
bergeser sesuai letak bola dan
melakukan semua prinsip yang telah
dijabarkan sebelumnya. Baru setelah
bebarapa waktu biarkan putih dan
merah bermain lepas dengan instruksi
kepada tim putih untuk bertahan sesuai
diagram saat kehilangan bola.

Untuk latihan mengganggu lawan saat membangun serangan serta berlatih


menggiring lawan, lakukan latihan 9 v 8 ini:

Latihan 3

Keterangan:
Kiper merah memulai
per mai nan dengan
mengumpankan bola ke
bek tengah (sesuai
diagram). Tim putih
bertugas mengganggu
tim saat membangun
serangan. Perhatikan
arah pergeseran dan
penempatan posisi
pemain-pemain tim
putih dan lakukan
p e n y e s u a i a n /
pembenaran bila perlu.
Sebagai variasi awal,
biarkan tim merah mengumpankan bola dari kaki ke kaki terlebih dahulu tanpa berusaha
mencetak gol ke salah satu gawang dari cones. Baru kemudian permainan sesungguhnya
dimulai.

134

Anda mungkin juga menyukai