I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terutama untuk bahan bangunan semakin meningkat seiring dengan laju pertambahan
mengancam kelestarian pohon Ulin, karena sumber bahan baku kayu Ulin hanya
diambil dari hutan alam tanpa memperhatikan kelestariannya. Potensi kayu Ulin
pada awalnya cukup besar dan mudah ditemui di hutan, namun saat ini sudah
semakin menipis bahkan pada beberapa tempat sudah langka dan sulit ditemukan
Jenis Ulin ini yang juga dikenal dengan nama Belian dan kayu Besi Borneo
(Borneo iron wood), termasuk salah satu jenis pohon asli (Indigenous tree species)
Pulau Kalimantan. Saat ini baik luas, potensi maupun penyebarannya menurun secara
signifikan terutama sejak 30 tahun yang lalu. Tegakan Ulin di hutan alam umumnya
hanya dapat ditemui di Taman Nasional, Hutan Lindung, Kawasan Hutan dengan
Tujuan Khusus (KHDTK), Hutan Penelitian dan Hutan Produksi Terbatas yang
diantaranya karena pohon Ulin jenis pohon yang dilindungi sesuai dengan Surat
dalam kawasan hutan yang dilindungi. (Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa
dipasarkan setelah mencapai ukuran seperti tersebut dalam lajur 3 dari lampiran B.
Dari lampiran B dalam lajur 3 untuk penebangan kayu Ulin dibatasi minimal
berdiameter 60 cm.)
untuk usaha komersial jenis ini kurang diminati oleh masyarakat. Disisi lain
besarnya minat terhadap jenis kayu ini sangat besar karena kayunya yang sangat
awet, sehingga dikhawatirkan jenis kayu ini akan musnah. Sejak tahun 1972 jenis
Ulin ini ditetapkan sebagai salah satu jenis yang dilindungi. Sebaran pohon Ulin di
kalsel masih tersisa di kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang merupakan
bagian dari pekerjaan masyarakat antar lain, Kintap, Tanah Bumbu, Kota Baru, dan
Tabalong.
yang membutuhkan Ulin lebih banyak, karena kondisi daerah ini umumnya berair.
Untuk wilayah Banjarmasin dan sekitarnya, kebutuhan kayu Ulin banyak dipenuhi
dari daerah kintap dan sekitarnya. Pemerintah dalam hal ini, Pemerintah Daerah
setempat telah berupaya melestarikan Ulin dengan membuat peraturan daerah tentang
angkutan kayu Ulin. Kabupaten Tanah Laut dengan Perda No 35 Tahun 2005 telah
Hingga kini angkutan ojek Ulin masih berlangsung dengan melintas jalan
provinsi Kintap – Liang Anggang.. Di satu sisi keberadaan Jeklin dapat memasok
3
(ojek Ulin) dari wilayah Kecamatan Kintap ke wilayah Liang Anggang, yang mana
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
untuk merumuskan suatu kebijakan yang berkaitan dengan keberadaan Jeklin yang
A. Pohon Ulin
Pohon Ulin atau Belian (Eusideroxylon zwageri T. & B.) adalah salah satu pohon
berkayu yang tumbuh secara alami di hutan tropis di Sumatera dan Kalimantan. Ulin
umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan
datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran.
Pohon Ulin memiliki ciri yang khas, yaitu sifat fisik kayunya yang keras dan juga
tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut, sehingga sering
Proses perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama, yaitu sekitar 6
– 12 bulan. Pada saat ini, penggunaan kayu Ulin yang semakin meningkat ditambah
lagi dengan pembudidayaannya yang cukup lama dan persentase keberhasilan relatif
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta\ (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida ( Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Magnolidae
Ordo : Laurales
5
Famili : Lauraceae
Genus : Eusideroxylon
mempunyai banyak keunggulan diantaranya (1) kayunya sangat kuat dan sangat awet,
digolongkan Kelas Kuat 1 dan Kelas Awet 1, (2) memiliki kemampuan bertunas
(coppice) yang sangat baik, di mana meskipun pohon sudah tua bila ditebang atau
roboh akan bertunas kembali sepanjang akarnya tidak rusak, (3) mempunyai umur
yang sangat panjang mencapai ratusan tahun karena pertumbuhannya yang lambat,
(4) bijinya dapat menghasilkan lebih dari satu bibit bila dilakukan pemotongan biji,
(5) pohon Ulin yang telah dewasa tahan terhadap kebakaran karena kerapatan kayu
yang tinggi, mempunyai kulit yang tebal dengan lapisan cork yang berlapis-lapis dan
(6) relatif mudah dalam pengadaan bibit yaitu dari biji, cabutan, putaran dan stek
pucuk.
Kayu Ulin yang dikenal juga dengan nama kayu Besi Borneo, Belian
tropika basah yang tersebar di Sumatera Bagian Selatan, Kepulauan Bangka Belitung
dan hampir seluruh wilayah Kalimantan. Kayu Ulin mempunyai berat jenis berkisar
6
antara BJ minimum 0,88 g/cm3 sampai BJ 1,20 g/cm3. Kayu ini mempunyai serat
lurus dan termasuk kayu kelas I dalam hal kekuatan dan keawetannya. Pohon Ulin
pada umumnya memiliki diameter batang sampai 100 cm bahkan kadang-kadang bisa
mencapai 150 cm, sedangkan tinggi pohon sampai 35 m. Batang pohon Ulin biasanya
tumbuh lurus dan berbanir sampai tinggi 4 m. Kulit luar berwarna coklat kemerahan
sampai coklat tua, memiliki tebal 2-9 cm. Kayu teras berwarna coklat kehitaman
sedangkan kayu gubal berwarna coklat kekuningan dengan tebal 1-5 cm, permukaan
kayu licin dan mengkilap (Martawijaya et al. 1989). Tabel 2 Komposisi kimia kayu
Ulin Jenis Analisa Kadar (%) Selulosa 58,1 Lignin 28,9 Pentosan 12,7 Abu 1,0 Silika
Menurut Tim ELSSPAT (1997), umur pohon memiliki hubungan yang positif
dengan keawetan kayu. Jika pohon ditebang dalam umur yang tua, pada umumnya
lebih awet dibandingkan dengan pohon yang ditebang dalam umur yang muda,
karena semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin banyak zat ekstraktif yang
dibentuk. Penggolongan kelas awet kayu didasarkan pada perbedaan keawetan kayu
terasnya, karena bagaimanapun awetnya suatu jenis kayu, bagian gubalnya selalu
memiliki keawetan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada kayu teras terdapat
7
zat-zat ekstraktif seperti fenol, tanin, alkaloid, saponin, dan damar. Zat-zat tersebut
mempunyai daya racun terhadap organisme perusak kayu (Wistara et al. 2002).
kelas I (yang paling awet) sampai dengan kelas V (yang paling tidak awet).
Penggolongan keawetan kayu didasarkan pada umur pakai kayu dalam kondisi
Potensi Ulin di KHDTK Kintap Pulau Kalimantan saat ini menurun secara
drastis dibandingkan dengan keadaan pada awal 1970-an. Potensi pohon Ulin di
hutan alam per hektar bervariasi antara 9, 71 - 54 pohon, seperti pada tabel 3.
Tanah Laut bagian paling timur dan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu
dengan luas 537 km2. Dalam wilayah Kecamatan ini terdapat sungai utama, yaitu
sungai Satui yang sering mengalami banjir ketika musim penghujan tiba. Kecamatan
ini meliputi 16 desa yang berasal dari desa lokal dan desa Transmigrasi sekitar Tahun
1980 yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali (BPS Tanah Laut, 2016).
o
Secara geografis Kecamatan Kintap terletak pada Bujur Timur antara 115
LS. Adapun batas –batasnya meliputi: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Banjar, sebelah Timur dengan Kabupaten Tanah Bumbu, sebelah Barat dengan
Kecamatan Jorong, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa (BPS Tanah Laut, 2016).
1. Tanah
tanah, yaitu tanah kompleks (PMK/Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol) dan
kadang berbatu, banyak terdapat konkresi /padas yang merupakan sementasi dari
unsur Fe dan Al. Tanah podsolik merupakan tanah yang mempunyai horizon argalik
bersifat masam dan kejenuhan basanya yang rendah. Tekstur tanahnya liat dan secara
umum kurang subur bagi pertanian lahan kering, tetapi baik untuk tanaman keras atau
sedangkan tanah aluvial di sepanjang sungai Satui hingga daerah pesisir. Tanah
aluvial umumnya berwarna kehitaman, dan baik untuk pertanian lahan basah.
2. Topografi
dan wilayah dataran berada di bagian Selatan hingga daerah pesisir. Lereng lahannya
bervariasi dari datar hingga sangat curam. Elevasi wilayah Kecamatan Kintap berada
antara 0 hingga 1.050 meter dari permukaan laut. Pada wilayah dengan ketinggian di
atas 600 meter dari permukaan laut merupakan daerah resapan daerah aliran sungai
(DAS) Satui.
10
3. Iklim
a. Curah Hujan
Data curah hujan yang ada di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut pada
mulai tahun 1994-2003, rata – rata tahunannya 2000-2500 mm/tahun dengan jumlah
129 hari hujan (BPS Tanah Laut, 2016). Musim hujan terjadi pada bulan Oktober
sampai Juni. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli – September dengan dalam
satu bulannan antara 65-133 mm. Pada musim hujan, rata-rata jumlah hari hujan
dalam satu bulan antara 6-19 hari, sedangkan pada musim kemarau rata-rata jumlah
b. Suhu Udara
Suhu udara bulanan periode 1994 - 2003, rata-rata 27,1oC dengan suhu
terendah terjadi pada bulan Januari adalah 22,6oC. Suhu tertinggi terjadi pada bulan
Oktober adalah 32,5oC (BPS Tanah Laut, 2016). Kondisi suhu yang demikian
C. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Kintap pada tahun 2016 sebanyak 44.060 jiwa,
adalah 82 orang per km2. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk
perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh besaran sex ratio yang bernilai > 1. Pada
tahun 2016, nilai sex ratio yang sebesar 1,12 berarti untuk setiap 100 perempuan
D. Jalan Angkutan
Jalan angkutan kayu Ulin yang dilakukan oleh komunitas Jeklin adalah jalan
provinsi Kalimantan Selatan menuju Kabupaten Tanah Bumbu sepanjang sekitar 140
– 150 Km. Kondisi jalan ini sangat baik dengan kontruksi jalan beraspal hotmix,
sehingga dapat dilalui sepanjang musim. Lebar jalan provinsi setelah melintasi kota
kendaraan.
Penggunaan jalan provinsi saat ini semakin padat untuk lintasan truck – truck
sawit untuk mengangkut minyak CPO (Curde Palm Oil) atau tandan buah segar
Kabupaten Tanah Laut dan Wilayah Liang Anggang Kota Banjarbaru sebagai tempat
titik pengamatan.
2017 sampai dengan bulan Desember 2017. Penelitian ini meliputi tahap persiapan,
Alat dan bahan digunakan untuk penelitian ini adalah: kamera, alat tulis
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
didapat sesuai dengan yang diharapkan, yaitu lengkap dan akurat. Adapun persiapan
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembuatan daftar kuisioner, persiapan
responden ditetapkan berjumlah 30 orang untuk perwakilan data pendapatan dari total
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode
informasi seputar ojek Ulin. Selain itu, responden juga dipilih beberapa anggota
Pengamatan jumlah ojek ulin yang melintas dari Kintap ke Liang Anggang
dilakukan dengan cara mencatat pada 3 titik pengamatan yang dilakukan selama satu
minggu. Titik pengamatan yang pertama dilakukan di titik awal keberangkatan ojek
ulin di Kecamatan Kintap dimulai pukul 17.00-20.00 Wita (Lampiran 3 & 6). Titik
pengamatan yang kedua di tempat peristirahatan ojek ulin di Ibu Kota Kabupaten
Tanah Laut atau kota Pelaihari dimulai dari pukul 02.00-04.00 Wita (Lampiran 4 &
7). Titik pengamatan yang ketiga yaitu tempat pemberhentian terakhir ojek ulin yaitu
di Kelurahan Liang Anggang dimulai dari pukul 06.00-08.00 Wita (Lampiran 5 & 8) .
Jam pengamatan di atas dilakukan karena belakangan tahun ini para ojek ulin lebih
sering berangkat di jam-jam tersebut, informasi ini di dapatkan dari ketua ojek ulin
karena salah satu alasannya untuk menghindari kemacetan di jalan dan memperlancar
perjalanan.
topografi, tanah, geologi, dan iklim, dan keadaan masyarakat (BAB III). Secara
14
ringkas jenis data, sumber data dan metode pengumpulannya dapat dilihat pada Tabel
5.
4. Mata Penchaharian
5. Pendapatan/Pengeluaran
B. Data Sekunder
Kubikasi atau ukuran volume kayu ulin yang diangkut dapat dihitung dengan
rumus dasar hitungan yang sederhana dengan mengalikan dimensi panjang, lebar dan
tinggi.
tiga dimensi yg telah dibentuk oleh tiga buah pasang persegi dan persegi panjang
dengan pasang diantaranya saling berbeda satu sama lain. Rumus Matematika Balok
sendiri telah memiliki 6 sisi, 12 buah rusuk dan 8 buah titik sudut yang dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 1. Balok
V= p × l × t
16
Keterangan :
V = Volume (m3)
p = Panjang (m)
l = lebar (m)
t = tinggi (m)
Volume kayu yang diangkut untuk satu sepeda motor adalah penjumlahan
volume terhadap kayu dalam berbagai ukuran. Setiap sepeda motor selalu