Anda di halaman 1dari 3

“Zakat, Infaq dan Shodaqoh Solusi Pemberantasan Kemiskinan”

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

‫ أَ ْش َه ُد‬،ُ‫ض ِللْ فَالَ هَا ِدىَلَه‬


ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ت أَ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْهدِىاهللُ فَالَ ُم‬ َ ‫اِنَّ الْ َح ْم َد ِهللِ نَ ْح َمدُهُ َونَ ْستَ ِعيْنُهُ َونَ ْستَغْف ُِرهُ َونَعُ ْوذُ بِاهللِ م ِْن ش ُُر ْو ِر أَنْفُ ِسنَا َوم ِْن‬
ِ ‫سيِِّئَا‬
ُ‫ص ْحبِ ِه َو َم ْن َوالَه‬ َ ‫علَى ا ِل ِه َو‬َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ْ‫ارك‬ ِّ
ِ َ‫س ِل ْم َوب‬ ِّ
َ ‫ اَلل ُه َّم‬،ُ‫ى بَعْ َده‬
َ ‫ص ِِّل َو‬ َّ ِ‫عبْدُهُ َو َرس ُْولُهُ الَنَب‬
َ ‫اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَش َِريْكَ لَهُ َوأَ ْش َهدُ اَنَّ ُم َح َّمدًا‬.
ُ ْ‫هللا َولْتَن‬
ٌ ْ‫ظرْ نَف‬
‫س َّماقَ َّد‬ َ ‫ يَااَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمن ُْوا اتَّقُ ْوا‬: ‫الر ِجي ِْم‬
َّ ‫ان‬ َ ْ‫ أَع ُْوذُ بِاهللِ مِنَ الشَّي‬. َ‫َّاي بِتَقْ َوى هللاِ فَقَ ْد فَازَ الْ ُمتَّقُ ْون‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫أَ َّما بَعْدُ فَيَا ِعبَا َد هللاِ أُ ْو‬
َ ‫صيْكُ ْم َواِي‬
18 :‫هللا َخ ِبي ٌْر ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ (الحسر‬ َ َّ‫هللا اِن‬ َ ‫) َمتْ ِلغَ ٍد َواتَّقُ ْوا‬

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi bahwa karena qudrat dan iradat-Nya pada
kesempatan ini kita dapat bertemu dalam keadaan sehat wal afiat tak kurang suatu apapun dalam rangka
menuntut ilmu sebagaimana telah diwajibkan kepada kita untuk menuntutnya. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahcurahkan kepada Nabiana Rasulullah Muhammad saw. kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia dari awal hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal
Alaamiin.

Hadirin rohimakumulloh

Pada umumnya ada tiga konsep yang berkaitan dengan pemanfaatan harta benda. Pertama, komunis
dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individu, tiap-tiap individu
tidak memiliki kemerdekaan dan hak kepemilikan sehingga menguntungkan si miskin namun kerugikan bagi
si kaya. Kedua, kapitalisme dengan prinsip menitik beratkan kepentingan individu di atas kepentingan
masyarakat, akibatnya lahir “the rich richer and the poor poorer”. Yang kaya semakin, kaya dan yang miskin
semakin miskin:

‫القوي يأكل الضعيف والعالم يأكل الجاهل‬

Yang kuat memakan yang lemah, yang pintar memakan yang bodoh. Homo homoni lupus to be polity in
society, penghisapan manusia terhadap manusia menjadi peradaban. Hadirin hanya membawa derita dan
untaian air mata bagi kaum dhu’afa. Dalam polemic tersebut muncul konsep Islam dengan unsur
keseimbangan dalam pemberdayaan:

‫كي ال يكون دولة بين األغنياء منكم‬

Agar harta kekayaan tidak hanya bergulir di antara orang-orag kaya di antara kamu sekalian.

Tapi dirasakan pula oleh kaum dhu’afa. Prinsip tersebut diantaranya diaplikasikan melalui pelaksanaan
zakat, wakaf dan infaq. Karena ituntasan itulah Zakat, Infaq, dan shodaqoh solusi pemberantasan
kemiskinan “ adalah tema yang akan kita uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan landasan surah At-
Taubah ayat 103:

﴾١٠٣﴿ ‫علِي ٌم‬


َ ‫سمِي ٌع‬ ُ ِّ ‫س َك ٌن لَّ ُه ْم َو‬
َ ‫ّللا‬ َ َّ‫علَيْ ِه ْم ِإن‬
َ َ‫صالَتَك‬ َ ‫ص ِِّل‬ َ ُ‫ص َدقَةً ت‬
َ ‫ط ِِّه ُرهُ ْم َوتُزَ كِِّي ِهم بِ َها َو‬ َ ‫ُخ ْذ م ِْن أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hadirin rohimakumulloh

Hadirin Imam Ibnu Jarir mengatakan ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan permintaan Abu Lubabah
beserta kedua temannya kepada Rasulullah Muhammad SAW seraya berkata: “Ya Rasulullah, ini harta
benda kami sedekahkanlah atas nama kami dan mintakanlah ampunan bagi kami!”. Rasul menjawab: “Aku
tidak diperintah Allah untuk menerima harta sedikitpun”. Berkenaan dengan hal tersebut, turunlah
perintah Allah untuk menerimanya sebagaimana terangkai dalam surah At-Taubah ayat 103 tadi terutama
pada kalimat ‫ ُخ ْذ م ِْن أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬Kalau kita kaji lebih dalam kalimat ‫ ُخ ْذ‬disamping menunjukkan sighat Amr juga
mengisyaratkan agar dibentuk lembaga pengelola zakat, wakaf dan infaq yang professional dan
proporsional. Kenapa demikian? Pertama, karena sadar membayar zakat itu hanya sedikit. Kedua,
mengisyaratkan agar amilin memiliki manajemen yang bagus. Masa orde baru terbukti karena amilin tidak
professional akhirnya zakat bukan mensejahterakan rakyat tapi zakat menjadi jaket.

Hadiri, apa hikmah zakat bagi seorang muzakki? Ayat tadi menjelaskan : Pertama, Tathir ‫ تطهرهم‬untuk
membersihkan harta dari hak-hak fakir miskin, orang yang tak berharta, orang yang terbaring di pinggir-
pinggir jalan yang tiap hari merasakan pekik getirnya kehidupan, hanya isak tangis yang ia rasakan.
Kedua, ‫ وتزكيهم‬membersihkan dari penyakit rakus, tamak, dan serakah. Penyakit ini hadirin yang harus kita
bersihkan, sebab jika kehidupan manusia dilanda penyakit ini maka akan lahir hartawan berjiwa Qarun,
pengusaha bermental Sa’labah, penguasa berotak Fir’aun, fungsinya bukan pelindung rakyat tapi pemeras,
penindas, bahkan perampas hak-hak rakyat. Fungsi yang ketiga, Taskin ‫ سكن لهم‬maksudnya dengan zakat,
wakaf, dan infaq jiwa akan tenang, hati senang walaupun banyak uang. Amin ya rabbal ‘alamin.

Tapi sebaliknya, jika para aghniya’, para konglemerat enggan membayar zakat, enggan untuk wakaf, dan
enggan berinfak maka suatu negara bisa kiamat, walau gedung bertingkat, walau mobil makin mengkilat,
dijamin rakyat sulit berdaulat apalagi jikalau pejabat sudah jadi penjahat, menyikat uang rakyat, jelas
bangsa bisa kiamat. Na’udzubillah mindzalik. Padahal Rasulullah saw telah mengancam :

‫ليس المؤمن الذى يشبع وجاره جائع إلى جنبه‬

“Bukan termasuk orang mukmin, orang yang hidupnya kenyang sendirian sementara tetangganya hidup
dalam kelaparan”

Dengan demikian, orang kaya yang tidak peduli dengan nasib kaum dhu’afa, konglomerat yang acuh
terhadap kaum melarat, pejabat yang apriori terhadap nasib rakyat, bukan saja mencerminkan orang yang
jahat, tetapi mencerminkan orang yang tidak beriman dan orang seperti ini harus minggir dari Negara kita
tercinta ini. Sebab Negara kita Indonesi akan jaya apabila dipimpin oleh orang-orang yang peduli dengan
nasib kaum dhu’afa.

Oleh karena itu hadirin, semangat zakat, wakaf dan infak wajib kita aplikasikan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Timbul pertanyaan, kepada siapa zakat itu diberikan? Sebagai jabannya kita renungkan
firman Allah swt dalam al-Qur’an Surat al-Taubah ayat : 60

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Hadirin rohimakumulloh

Ayat tersebut diawali dengan ‫ إنما‬dalam ilmu balaghah merupakan ‫ اداة القصر‬yang berfungsi untuk
mensfesifikasikan. Ayat tersebut merupakan deskripsi Allah swt tentang skala prioritas penerima harta
zakat, yaitu ‫ الفقراء والمساكين‬orang-orang fakir dan miskin. Lalu bagaimanakah kaitannya dengan kondisi
Bangsa kita saat ini? Prof. Sukirman melaporkan 23 juta lebih penduduk indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan, apalagi setelah terjadinya krisis moneter, marak korban PHK, sulit mencari lapangan kerja,
kemiskinan semakin membengkak. Akibatnya kemiskinan ini ‫كاد الفقر أن يكون الكفرا‬ dampak
langsungnya adalah dapat menyebabkan kekufuran, akibatnya adalah kemiskinan. Dr. Ismail Raj’i al-Faruqi,
derektur lembaga pengkajian Islam internasional mengatakan bahwa “ kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar yang saat ini, namun diantara ketiganya kemiskinan
merupakan yang paling berbahaya. Sebab kebodohan dan keterbelakangan itu muncul akibat kemiskinan.
Akibatnya, tidak sedikit saudara kita yang menjual akidah hanya untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan
akibat kemiskinan tidak sedikit gadis-gadis kita yang menjual kehormatannya untuk medapatkan sesuap
nasi. Na’udzubillah. Hadirin, menurut Dr. Didin Hafifudin, MSc, agar kemiskinan tidak bertambah dan
bertambah, ada tiga hal yang harus kita lakukan berkaitan dengan kewajiban zakat. Pertama. Kita harus
mengeluarkan zakat dan memasyarakatkan gerakan sadar zakat. Kedua, kita harus membentuk lembaga
zakat yang professional. Ketiga, kita harus memberdayakan zakat untuk membangun kesejahteraan
masyarakat.

Oleh karena itu, kita harus menyambut baik usaha pemerintah yang berhasil membuat Badan Amil Zakat
(BAZIS), kita patut mengacungkan jempol dengan usaha pemerintah yang berhasil membuat peraturan
pemerintah No. 34 tahun 99 tentang pengelolaan zakat. Semoga usaha yang telah dilakukan dapat
menyadarkan masyarakat kita untuk taat mengeluarkan zakat, berwakaf, dan berinfaq sehingga
dapat mengurangi kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat kita. Amin ya robbal alamin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai