Anda di halaman 1dari 19

4.

4 Analisis Persediaan Bahan Baku Metode EOQ

Mengenai pembelian bahan baku yang dilakukan perusahaan maka pihak manajemen yang
bersangkutan perlu menentukan kuantitas pembelian yang paling ekonomis. EOQ merupakan jumlah
pembelian bahan baku yang akan dapat menghasilkan biaya persediaan yang paling minimal, dengan
demikian diharapkan adanya kuantitas pembelian yang optimal maka biaya-biaya persediaan dapat
ditekan seminimal mungkin. Sehingga efisiensi persediaan bahan baku diperusahaan dapat terlaksana
dengan baik.

Sebelum melakukan perhitungan lebih jauh dengan EOQ maka terlebih dahulu harus menentukan
jumlah permbelian bahan baku yang harus dibeli dalam

satu tahun.

Kebutuhan bahan baku 2020

Persediaan akhir

: 1.900.600

:120.500+

: 2.021.100

Persediaan yang harus tersedia

Persediaan awal
Pembelian

:181.500-

: 1.839.600 kg

a. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan adalah biaya-biaya langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap kali melakukan
pemesanan hingga bahan baku tersebut diterima oleh perusahaan. Total biaya pemesanan biasanya
bervariasi sesuai dengan frekuensi pembelian. Berikut adalah biaya-biaya pemesanan yang dikeluarkan
perusahaan.

Tabel 4.8

Biaya pemesanan per sekali pesan

54

b. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan terkait adanya penyimpanan bahan baku
selama periode tertentu. Biaya ini akan semakin tinggi nilainya jika jumlah bahan baku yang disimpan
dan waktu penyimpanan semakin banyak. Biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik dan biaya
perawatan gudang. Berikut rincian biaya penyimpanan bahan baku yang dikeluarkan perusahaan:

Tabel 4.9

Biaya Penyimpanan Setiap Balan


Keterangan

Rata-rata Biaya Listrik

Nominal Biaya Rp1.951.925

Rata-Rata Biaya Perawatan

Rp7.550.083

Total Biaya Pemesanan

Rp.9.502.008

Sumber: Data Primer yang diolah 2020

Dari tabel diatas merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memfasilitasi perawatan gudang
penyimpanan bahan baku. Diketahui bahwa tota rata-rata biaya penyimpanan sebesar Rp9.502.008.
Untuk mengetahui besaran biaya simpan per kg setiap bulannya

adalah dengan rumus :

Biaya Penyimpanan
Persediaan

-9.502.008

1.839.600

= 5.165257846

= 6 (pembulatan)

Setelah dilakukan perhitungan besaran biaya penyimpanan perkilogram dengan perhitungan diatas
maka dapat diketahui besaran biaya penyimpanan per kgnya adalah sebesar Rp6.

1. Penentuan Pembelian Bahan Baku yang Ekonomis (EOO) Dari data penjualan yang telah diperoleh dan
biaya-biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Berikut ini cara menentukan besarnya
persediaan bahan baku ekonomis adalah sebagai berikut:

Biaya pemesanan (S)

-Rp1.186.108
Biaya penyimpanan (H) Jumlah Kebutuhan Bahan Baku

- Rp6

Maka:

EOQ

EOQ=

1.839.600

2.D.S

2x 1.839.600 x 1.186,108

EOQ=√727.321.425.600

EOQ 852.831,4168697117

EOQ852.832 kg (dibulatkan)
Berdasarkan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) diatas 'diketahui jumlah bahan baku yang
harus dibeli dalam sekali pesan adalah 852.832. model perhitungan ini menghasilkan jumlah pemesanan
yang paling ekonomis, EOQ merupakan mekanisme ketika mencapai pemesanan kembali maka harus
dilakukan pembelian sebesar 852.832. untuk menghitung optimalisasi biaya maka selanjutnya
menghitung frekuensi pembelian yang paling efektif. Perusahaan melakukan pemesanan setiap bulan
dalam setahun artinya selama satu tahun ada 12 kali pembelian. Dimana hal ini terkadang terjadi
hambatan dalam pengiriman yang membuat kurang efektif. Sehingga perlu menghitung frekuensi
pembelian yang paling optimal yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi biaya pembelian. a.
Frekuensi pembelian bahan baku EOQ

Frekuensi pembelian adalah jumlah pembelian yang dilakukan selama satu periode produksi, dengan
adanya metode EOQ ini biaya-biaya

56

persediaan dapat ditekan, sehingga efisiensi biaya persediaan dalam perusahaan akan berjalan dengan
baik. Berikut ini frekuensi pembelian dengan metode EOQ:

Frekuensi pembelian (F)

Kebutuhan bahan baku (D) Jumlah pembelian dengan EOQ

-1.839.600

Diketahui :

-852.832
RF

F-1.839.600 852.832

F-2.157048516

F=3 (dibulatkan)

Dapat dilihat berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui frekuensi pembelian bahan baku
dalam satu tahun adalah sebanyak 3 kali pembelian. Hal ini berarti 3 kali pesanan diproyeksikan
memenuhi kebutuhan satu tahun. Dalam hal pembelian bahan baku yang dilakukan perusahaan
sebanyak 12 kali dalam satu tahun, disamping itu melihat beberapa kendala yang terjadi saat proses
pengiriman menjadi hambatan dalam proses penerimaan bahan baku pada perusahaan. Yang artinya
dengan dilakukannya pembelian 3 kali dalam setahun dapat memangkas biaya-biaya yang mungkin
terjadi dan mampu meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada PT Tomypak Makmur.
Berikut ini adalah data persediaan bahan baku dengan EOQ:

2. Total Biaya Persediaan

Dapat dilihat data pada tabel 4.10 diatas diperoleh:

1. Total Biaya penyimpanan

: Rp47.705.508

2. Total biaya pemesanan : Rp3.558.324

Berdasarkan
data yang diperoleh diperusahaan dan analisis

kebutuhan bahan baku dengan model EOQ yang dapat dilihat pada tabel

4.10 diatas maka dapat diketahu perolehan total biaya persediaan bahan baku dalam satu tahun yaitu
sebesar Rp.312.496.200

4.4.1 Menentukan Persediaan Pengamanan (Safety Stock) Dalam melakukan aktivitas produksi
kebutuhan bahan baku pada setiap

bulannya tidak selalu sama, selain itu bahan baku yang dipesan tidak selalu sama. Selain itu bahan baku
yang dipesan oleh perusahaan belum tentu selalu datang tepat waktu keterhambatan seperti ini adalah
hal yang lumrah terjadi pada setiap perusahaan terutama perusahaan manufaktur yang berperan dalam
menghasilkan produk jadi. Oleh sebab itu hal seperti ini harus diantisipasi oleh manajemen

perusahaan yaitu dengan menyediakan persediaan pengamanan atau safety stock Hal ini bemaksud
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Penentuan jumlah yang harus disediakan
untuk persediaan pengamanan atau safety stock dapat dilakukan dengan bantuan metode statistik yaitu
dengan membandingkan pemakaian bahan baku dengan rata-rata pemakaian bahan baku, selanjutnya
dicari berapa besar atau standar deviasi. Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan program
SPSS dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11

Standar Deviasi

Descriptive Statistics

N
Minimum Maximum

Mean

Std Deviation

persediaan

12

12

95000

250000

158383.33

53949.886

Valid N (listwise)

Sumber: Hasil pengelolaan data primer menggunakan SPSS, 2020


Dari hasil pengelolaan data tersebut dapat diketahui besarnya standar deviasi sebesar 53949,886
dengan asumsi nilai Z yang diperoleh dari pemakaian maksimal dikurang mean dibagi standar deviasi
sebagai berikut:

Perkiraan pemakaian maksimal (x) = 250000

(µ)

= 158383.33

=53949.886

Standar deviasi (0)

Maka:

X-u

Z= 250000-158383.33 53949.886

Z= 91616.67 53949.886

Z=1.70 (dibulatkan)

59
Setelah diketahui nilai Z, maka menghitung besarnya biaya persediaan pengamanan atau safety stock
adalah nilai dari dua standar penyimpanan dikalikan dengan besarnya penyimpanan yang ada, yaitu
sebagai berikut:

Safety stock

-Zx standar deviasi 1.70 x 53949.886

91.715 (dibulatkan)

Dari perhitungan diatas maka PT Tomypak Makmur untuk menyediakan persediaan pengamanan
sebesar 91.715 kg guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan yang dapat
mengganggu kelancaran proses produksi.

4.4.2 Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Titik pemesanan kembali adalah keadaan dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku
kembali. Reorder point ini mengacu pada jumlah stok yang ada digudang, jika stok bahan baku sudah
mencapai jumlah tersebut maka perusahaan harus melakukan pembelian bahan baku. Dapat diketahui
bahwa waktu tunggu pada PT Tomypak Makmur adalah 3 hari, maka dengan EOQ Reorder Point dapat
dihitung dengan lead time 3 hari sebagai berikut:

1. Lead time

= 3 hari

2. Rata-rata penggunaan:

=300 hari
a. Jumlah hari kerja dalam 1 tahun b. Jumlah pemakaian dalam satu tahun - 1.839.600

3. Perhitungan

Penggunaan rata-rata perhari

-Pemakaian satu tahun

Jumlah Hari Kerja

1.839.600

300

Penggunaan rata-rata

-6.132

-91.715

Diketahui safety stock Untuk mengetahui nilai ROP maka diperlukan jumlah persediaan pengamanan
terlebih dahulu sehingga dapat dihitung sebagai berikut:

60
ROP

= (Lead time x Penggunaan rata-rata)+ safety stock

=(3 x 6.132)+91.715

110.111 kg

Setelah dilakukan perhitungan penentuan titik pemesanan kembali atau ROP maka dihasilkan nilai
sebesar 110.111. hal ini berarti perusahaan harus memesan kembali disaat persediaan bahan baku
tersisa 110.111 kg. fungsi reorder point ini adalah untuk mengetahui tingkat persediaan, dimana
pemesanan kembali harus dilakukan sehingga mampu mendatangkan bahan baku pada perusahaan
dengan waktu yang tepat, hal ini dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku karena
keterlambatan pengiriman dan kelebihan bahan baku karena bahan baku yang dipesan datang lebih
awal. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, maka dapat diketahui hubungan EOQ, safety
stock, dan reorder point saling berkaitan untuk menciptakan efisiensi. Untuk lebih jelas maka dapat
dilihat gambar berikut:

Grafik 4.2

Hubungan antara EOQ, Safety stock, dan Reorder point

Unit (kg)

EOQ

Reorder point
1.839.600

110.111

91.715

safety stock

3 hari

waktu

Sumber: Data Primer yang diolah 2020

Dari grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perencanaan pengendalian dengan menggunakan metode EOQ
lebih efisien dari kebijakan yang selama ini digunakan perusahaan. Persediaan pegamanan sebesar
91.715 yang harus disediakan agar 61

proses produksi tidak terganggu seandainya terjadi hal hal diluar predikal, kemudian peruashaan harus
melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan mencapai titik 110.111 agar bahan baku yang
dipesan tepat pada waktunya dengan lead time 3 hari. Metode EOQ leibh efisien karena dalam
pembelian dapat dikontrol dengan baik. Dengan metode EOQ perusahaan hanya melakukan pemesanan
3 kali dalam setahun. Perusahaan hanya perlu melakukan pembelian sebanyak 852.832 dengan fekuensi
pembelian 3 kali setahun.

4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data


4.5.1 Perbandingan Metode MRP dan EOQ

Setelah melakukan analisis perbandingan persediaan menggunakan metode MRP serta analisis
perhitungan menggunakan metode EOQ, selanjutnya membandingkan hasil perhitungan, tujuan tabel
perbandingan ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang muncul dari setiap metode yang digunakan.
Berikut adalah perbandingan perhitungan dari model MRP dan EOQ:

Tabel 4.12

Perbandingan Metode MRP dan Metode EOQ

Metode EOQ

Keterangan

Pembelian bahan baku sekali pesan

Frekuensi pembelian

Biaya pemesanan

852.832

Rp14.233.300
Rp3.558.124

Biaya penyimpanan

Rp114.024.835 Rp47.705.508 Rp825.882 201 Rp312.496.200

Total biaya persediaan Total Efisiensi jika perusahaan menggunakan EOQ Sumber: Data Primer yang
diolah 2020

Metode MRP 158.383

12

Rp513.386.001

Dari hasil analisis kebutuhan material melalui penerapan MRP dan EOQ seperti tabel 4.12 diatas dapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Penerapan MRP

Melalui penerapan MRP perusahaan melakukan pembalian bahan baku sekali pesan 158.383 kg dalam
sekali pesan yang dilakukan setiap bulan atau 12 kali frekuensi pemesanan pertahun. Sehingga
berdampak pada biaya pemesanan sebesar Rp14.233.300 sehingga menghasilkan total biaya persediaan
sebesar Rp825.882.201

2. Penerapan EOQ Melalui penerapan EOQ perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku dalam
sekali pesan sebesar 852.832 kg dengan melakukan pemesanan setiap 4 bulan sekali atau frekuensi
pembelian 3 kali dalam setahun, sehingga berdampak pada biaya pemesanan yang relatif lebih kecil
yaitu sebesar Rp3.558.324 dan menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp312.496.200. dengan
menerapkan metode EOQ perusahaan dapat menentukan pembelian yang optimal untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku dalam perencanaan produksinya.

4.5.2 Pembahasan

PT Tomypak Makmur merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang produksi plastik
kemasan, penerapan perencanaan kebutuhan material secara tepat sangat penting dalam rencana
persediaan dan pengontrolan bahan baku agar mampu memenuhi kebutuhan produksi perusahaan.

Berdasarkan penerapan MRP yang dilakukan PT Tomypak Makmur dalam menjalankan aktivitasnya
pengendalian persediaan bahan baku perusahaan maka dapat diketahui data-data yang diperoleh
setelah dilakukan perhitungan. Diketahu dengan menerapkan pembelian bahan baku dilakukan satu kali
dalam sebulan maka dalam satu tahun pembelian dilakukan 12 kali. Dalam proses pemesanan tersebut
diperlukan biaya sebesar Rp14.233.300 dalam satu tahun, untuk sekali pemesanan diperlukan rata-rata
sebesar Rp1.186.108 untuk setiap sekali pemesanan. Biaya ini dikeluarkkan dari pemesanan sampai
dengan bahan baku diterima oleh perusahaan. Selanjutnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
adalah penyimpanan bahan baku, biaya penyimpanan ini dibutuhkan selama penyimpanan dengan rata-
rata sebesar Rp9.502.383 dalam satu bulan, dan dalam satu tahun biaya penyimpanan yang dikeluarkan
perusahaan sebesar Rp114.024.100. dengan model MRP perusahaan mengeluarkan biaya sebesar
Rp825.882.201. Setelah melakukan analisis dan melakukan perbandingan hasil perhitungan metode
MRP dan metode EOQ menunjukan bahwa dengan menggunakan metode EOQ diketahui jauh lebih
efisien dibandingkan dengan menggunakan metode MRP yang dijalankan Hasil penggunaan suatu
metode dan pengontrolan metrial dipengaruhi oleh besarnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan per
kilogram barang dan variasi kebutuhan bahan baku setiap periode.

Berdasarkan uraian data menunjukan bahwa penerapan MRP pada PT Tomypak Makmuur dalam
pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan belum optimal jika dilihat dari segi biaya yang
dikeluarkan dan tidak adanya safety stock yang disediakan peruasahaan. Pengendalian persediaan
bahan baku lebih optimal dengan metode EOQ. Hal ini dibuktikan bahwa metode EOQ dapat
menyiapkan persediaan pengamanan atau safety stock untuk antisipasi jika suatu saat terjadi hal-hal
diluar control perusahaan. Perusahaan juga dapat menentukan titik pemesanan kembali atau reorder
point yang harus dilakukan perusahaan ketika persediaan bahan baku telah tersisa dalam jumlah
tertentu yang menjadi titik akhir melakukan pemesanan kembali.
Pada dasarnya perusahaan melakukan suatu perencanaan dan pengendalian bahan baku dengan tujuan
untuk mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan perusahaan sehingga dapat berpegaruh untuk
memaksimumkan laba perusahaan dalam waktu tertentu. Dalam perencanaan dan pengendalian bahan
baku ini yang paling tepat adalah agar kegiatan produksi tidak terganggu dan dana yang dikeluarkan
untuk persediaan bahan baku tidak berlebihan dan menjadi sebuah pemborosan. Masalah tesebut
berpengaruh terhadap penentuan jumlah kuantitas yang kaan dibeli dalam periode tertentu, berapa
jumlah pembelian yang harus dibeli dalam setiap kali dilakukan pembelian bahan baku, kapan
pemesanan harus dilakukan kembali dan berapa jumlah minimum kuantitas bahan baku yang ada dalam
persediaan pengamanan agar perusahaan terhindar dari keterlambatan pengiriman bahan baku. Dapat
kita ketahui, pada perusahaan manufaktur persediaan bahan baku merupakan investasi yang
menggerakan aktivitas produksi untuk menjamin proses produksi barang yang berkelanjutan. Oleh
karena itu

perencanaan dan pengendalian bahan baku perlu dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persediaan yang dilakukan perusahaan.

Efisiensi terjadi pada total biaya persediaan jika perusahaan menggunakan metode EOQ. Pada metode
EOQ diketahui bahwa frekuensi pembelian dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun artinya
dilakukan sebanyak 4 bulan sekali sehingga metode ini mempengaruhi total biaya persediaan yang tidak
terlalu tinggi yang menjadikan metode EOQ ini lebih efisien. Metode EOQ menunjukan peningkatan
efisiensi lebih dari 37% dari pada MRP, dengan mengetahui jumlah frekuensi pembelian yang optimal
maka perusahaan lebih menghemat dalam total biaya persediaan biaya pemesanan bahan baku. Dari
uraian diatas dapat dikatakan bahwa metode penelolaan bahan baku dengan metode EOQ lebih efisien
dan mampu menghasilkan total biaya persddiaan yang optimal dan efisien dibandingkan dengan metode
pembelian dengan metode MRP yang dijalankan perusahaan.

Namun perusahaan juga harus memperhitungkan kelebihan dan kelemahan dari metode EOQ tersebut.
Jika metode EOQ diterapkan diperusahaan, maka merusahaan harus menyiapkan modal yang lumayan
besar di awal, karena pembelian bahan baku harus dilakukan dalam jumlah yang lumayan besar. Dan
perusahaan harus menambah modal lebih besar agar perusahaan dapat menyediakan safety stock.
Dengan metode EOQ, frekuensi pembelian bahan baku sebanyak tiga kali dalam satu tahun.

Ketika perusahaan akan menggunakan metode EOQ, maka harus memperhatikan asumsi-asumsi
penggunaan EOQ yaitu:
a. Jumlah unit yang diperlukan selama periode tersebut diketahui dengan pasti. b. Total biaya
pemesanan tetap konstan selama periode tersebut.

c. Biaya persediaan tetap konstan.

d. Tidak ada diskon. e. Seluruh jumlah pesanan dikirim dalam satu barch

f. Waktu tunggu tidak berfluktuasi.

Anda mungkin juga menyukai