Yang disebut keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Berdasarkan PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dijelaskan secara
rinci bahwa Sistem Akuntansi Permintahan (SAP) merupakan berbagai prosedur manual maupun
yang sudah terkomputerisasi mulai dari kegiatan pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan posisi keuangan serta operasional pemerintah.
Berdasarkan Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan Daerah tahun 2004
yang diterbitkan oleh Salemba Empat menjelaskan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD) merupakan suatu sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat proses pencatatan,
penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan dan laporan keuangan
dalam wujud melaksanakan APBD, yang dilakukan dalam berbagai prinsip akuntansi yang sudah
diterima secara umum.
Berdasarkan dua sudut pandang tentang pengertian Sistem Akutansi Daerah di atas, maka bisa
disimpulkan bahwa sistem akuntansi daerah merupakan suatu serangkaian prosedur yang dimulai
dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, hingga laporan keuangan dalam hal
pertanggungjawaban pelaksana APBD yang bisa dilakukan secara manual atau memanfaatkan
aplikasi komputer.
Definisi belanja menurut PP No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut : “Belanja adalah semua
pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.” Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut : “Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.” Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan
bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. Kedua peraturan yang
mengatur penatusahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan belanja dengan klasifikasi yang berbeda.
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang berjalan maupun
pada tahun anggaran berikutnya.
SILPA (dengan huruf I besar/capital) adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan,
yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan netto.