Anda di halaman 1dari 4

[Document title]

Biodata Penulis
Bambang Kapdono, dilahirkan tahun
1973 di Purwakarta, Jawa Barat.
Dewan Pembina Paguyuban Taji
Larang Sumedang ini mulai menggeluti
dunia perkerisan sejak kecil via
almarhum bapaknya yang mempunyai
beberapa keris warisan turun-temurun.
Ia kerap menyelenggarakan pelbagai
event di sejumlah kota dan daerah.
Misal, 2011 ia mengadakan lelang amal
keris dan tombak serta berpartisipasi
dalam lomba estetika keris di
Yogyakarta. Empat tahun berkiprah di
jagat perkerisan, akhirnya pada 2014 ia
menyelenggarakan open house tosan
aji di Purwakarta sebagai wujud
edukasi kepada kahalayak umum.
Pada 2015, paguyuban Pertapa Bandung menunjuknya sebagai
Pembina. Seakan berjodoh dengan hobi ini, pada tahun-tahun
berikutnya ia pun disibukkan dengan serangkaian acara seperti Keris
Summit Yogyakarta (koordinator wilayah Jawa Barat), koordinator dan
kurator wilayah Jawa Barat pada pameran Pusaka Leluhur Nusantara,
Medan, Sumatera Utara, tahun 2016. Di tahun yang sama pula, ia
tercatat sebagai salah satu deklarator pendirian organisasi nasional
Senapati Nusantara.
Masih di tahun yang sama, ia turut berpartisipasi dalam Festival
Mpu Tantular di Surabaya. Tahun 2017, ia turut berpartisipasi dalam
pameran tosan aji di museum Solo. Pada tahun berkutnya, yakni pada
2018, ia dipercaya menggawangi pameran tosan aji untuk memeriahkan
Festival Keraton Nusantara (FKN) di Cirebon sebagai ketua panitia.
Terakhir, pada 2019 ia juga berpartisipasi dalam perhelatan pameran
pusaka tosan aji di taman Fatahillah Jakarta, bersama 60 museum se-
Indonesia. Koleksi kerisnya kerap dibukukan dalam sejumlah katalog
seperti katalog paguyuban Ajisaka, katalog Keris Summit, katalog
pameran Pusaka Leluhur Nusantara (Medan, 2016), dan katalog pada
pameran keris Bali.
Kini, ia tengah menjalankan bisnis wirausaha susu murni yang
berkonsep cafe-rumah di kediamannya sendiri, Baranangsiang,
Purwakarta.

1
[Document title]

Biodata Penulis
Gema Fajar S.S., M.Ud., M.A.,
dilahirkan pada 1 Oktober 1988.
Bapaknya adalah seorang pensiunan
PTPN IX divisi gula, yang berasal dari
Malang, Jawa Timur. Sedangkan
ibunya yang berdarah Sunda-Mandar-
Arab, menekuni seni tari Jaipong
tradisional saat muda. Sarjana sastra
ini merampungkan S-2 dalam Ilmu
Filsafat sebagai konsentrasi studi
pascasarjananya, yakni pada Program
Master double degree Universitas
Paramadina-Islamic College for
Advanced Studies Jakarta (Branch of
UK London) dengan tesis mengenai
syair Ibn ‘Arabi, Tarjumān al-Ashwāq, ditinjau dalam perspektif Linguistik
Fenomenologis.
Kiprahnya sebagai “sastrawan swasta”, sudah dipahat sejak
duduk di bangku sekolah menengah umum (SMU). Ia bertemu dengan
sejumlah sastrawan, antara lain almarhum W.S. Rendra, Wahyu
Wibowo, Sitok Srengenge, Sapardi Djoko Damono, Hendry CH. Bangun,
dan Agus R. Sarjono. Sejak saat itu, ia telah membacakan puisinya di
sejumlah tempat dan acara, antara lain: Museum Sejarah Jakarta,
Universitas Nasional, FIB-UI, Museum Satria Mandala, dll.
“Merasa dianggap” sebagai penyair ketika puisinya yang berjudul
Senja di Kota Tua dianugerahi sebagai puisi terbaik oleh Agus R.
Sarjono pada lokakarya puisi Jakarta International Literary Festival
(JILFEST ke-1), di akhir 2008 silam. Kemudian, pada awal 2017 lalu dua
buah puisinya yang berjudul Bandung Caput Mundi dan Sajak Neng
Ning Nung Nang menyabet anugerah puisi terbaik dan dibukukan ke
dalam antologi puisi berjudul Lelaki Bercelana Kulot di Sebuah Pesta
Pernikahan bersama para penyair lainnya (diterbitkan Oase Pustaka).
Kariernya dalam bidang jurnalistik pernah menjabat sebagai
redaktur umum pada media massa daring siarnusa.com pada 2012—
2014 lalu. Sedangkan dalam ranah akademis, ia pernah menjadi
mahasiswa pemakalah dalam seminar bertajuk Industrialisasi Bahasa
dan Sastra, di Universitas Gajah Mada dan Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, pada 2009. Ia juga kerap ditunjuk sebagai pemandu dalam
sejumlah acara. Misal, peluncuran buku Antologi Puisi Tiga Penyair:

2
[Document title]

Wahyu Wibowo, Frieda Amran, dan Hendry CH. Bangun—yang berjudul


Pangeran Katak dan Sang Putri (di Univ. Nasional pada 2011). Selain
itu, ia juga menjadi pemantik dalam diskusi peluncuran film Anakluh The
Movie Goes to Campus bersama para artis pemeran film tersebut: Rizky
Hanggono, Suci Winata, Shara Aryo, dan Masayu Clara (di Univ.
Nasional pada 2011).
Ia aktif dalam dunia perkerisan sejak 2017. Pada jagat ini, ia turut
berkontribusi dalam pameran tosan aji dalam rangka memeriahkan
Festival Keraton Nusantara (FKN) di Cirebon, pada 2018. Sedangkan
dalam event-event pameran dan bursa, ia telah menyambangi kota
Kediri dan Solo pada medio 2019 lalu. Sejak 2021 lalu ia dan
paguyuban penghobi hasil teupa di Garut berkomitmen untuk menggali
napak tilas sejarah para guru teupa (panday/empu) yang pernah eksis di
wilayah Garut di masa silam. Kini, bersama paguyuban Panji Kanda,
yakni perkumpulan penghobi hasil teupa yang dinakhodainya, ia
mengelola situs binaan Eyang Sembah Panday di bilangan Cimuncang,
Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Komunikasi dan silaturahmi dengannya bisa diakses via e-mail:
gemasastro88@gmail.com

3
[Document title]

Biodata Penulis
Hadian Wasita Saleh, dilahirkan
tahun 1974, merupakan salah satu
Dewan Pembina Paguyuban Taji
Larang Sumedang dan Paguyuban
Pertapa Bandung. Dalam dunia
perkerisan, ia telah banyak
berkontribusi dalam sejumlah
pameran. Di tengah-tengah
kesibukannya sebagai dosen
pengampu di universitas Pasundan
(Unpas), ia masih menyimpan kepedulian terhadap kemajuan perkerisan
Tatar Sunda melalui kajian ilmiah dan manuskrip-manuskrip kuno. Kini,
aktivitas sehari-harinya diisi dengan kegiatan produksi di galerinya yang
dinamakan dengan Wasita Work.

Anda mungkin juga menyukai