Anda di halaman 1dari 12

HASIL RESUME BUKU “ THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE”

MATA KULIAH
ETHICS AND PERSONAL DEVELOPMENTS
Dosen : Sarmin, ST.,MM

Nama : Tasya Nur Mahdi


NIM : 12190017
Jurusan : Manajemen
Kelas : Regular A
Resume Buku The 7 Habits Of Highly Effective People

Stephen R Covey adalah penulis buku “Seven Habits of Highly Effective People”.
Ia lahir 24 Oktober 1923 di Salt Lake City, Utah, AS. Setelah terbit buku
suksesnya, kemudian mendirikan Covey Leadership Center di tempat
kelahirannya. Ia adalah guru manajemen pribadi yang paling berpengaruh abad

Millenium ini. Buku ini mampu menjadi cetak biru bagi siapapun yang berminat
untuk mengembangkan dirinya. Tujuh kebiasaan efektif kelihatan mudah
dimengerti, tetapi tidak mudah dilaksanakan, namun inspirasi dan aspirasi dalam
bukunya mampu menuntun orang dalam mencari kehidupan yang lebih baik dan
bermanfaat. Stephen R Covey adalah penulis buku “Seven Habits of Highly
Effective People”. Ia lahir 24 Oktober 1923 di Salt Lake City, Utah, AS. Setelah
terbit buku suksesnya, kemudian mendirikan Covey Leadership Center di tempat
kelahirannya. Ia adalah guru manajemen pribadi yang paling berpengaruh abad
Millenium ini. Buku ini mampu menjadi cetak biru bagi siapapun yang berminat
untuk mengembangkan dirinya. Tujuh kebiasaan efektif kelihatan mudah
dimengerti, tetapi tidak mudah dilaksanakan, namun inspirasi dan aspirasi dalam
bukunya mampu menuntun orang dalam mencari kehidupan yang lebih baik dan
bermanfaat.

Menurut Stephen Covey kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang, oleh
karena itu keberhasilan bukanlah merupakan suatu perbuatan, tetapi merupakan
suatu KEBIASAAN.

“Highly effective people share 7 Habits. Habit 1 says “You’re the programmer”
and Habit 2 says “Write the program,” “Live the program”; then Habit 3 says “Run
the program,” “Live the program.” Habit 7 is the paradigm of continuous
improvement of the whole person; it stands for education, learning, and
recommitment.”

“Orang yang sangat efektif berbagi 7 Kebiasaan. Kebiasaan 1 mengatakan “Anda


pemrogramer” dan Kebiasaan 2 mengatakan “Tulislah programnya,” “Hidupi
programnya”; Maka Kebiasaan 3 mengatakan “Jalankan programnya,” “Hidupkan
programnya.” Kebiasaan 7 adalah paradigma perbaikan terus menerus dari
keseluruhan pribadi; Itu singkatan dari pendidikan, pembelajaran dan komitmen
kembali.”

Stephen Covey

Dalam 7 buku Habits ini, ia mempromosikan inspirasinya yang disebut “etika


karakter” yang berdasarkan prinsip dan tata cara memimpin serta mengabaikan
prinsip “etika kepribadian” yang memberikan sinyal kepalsuan dan ambiguitas.
Karakter adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan sulit berubah,
tetapi bisa dirubah dengan komitmen yang sungguh-sungguh. Kebiasaan (habits)
yang baik adalah persinggungan antara pengetahuan (knowlegde), keahlian (skill)
dan keinginan(desire).

Hal yang paling asaya sukai dari karya Stephen Covey adalah paduan antara nilai-
nilai universal, prinsip yang jelas, kecerdasan dalam penyajian, dan kepraktisannya
untuk diterapkan dalam beragam konteks.

I love his books. Saya tertarik dan cinta dengan buku Stephen Covey ini, banyak
penulis pendamping yang menginspirasi saya. Banyak juga yang memuji Stephen
Covey, setelah perjuangan dan pengalaman ia selama 25 tahun, akhirnya munculah
karya luar biasa ini. Yang akan saya resume dalam lampiran berikut ini.

1. Habits 1 ( Jadilah Proaktif )

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif
artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa
sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan
prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-
orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi
korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain.

Orang yang proaktif biasanya sangat mengenali yang namanya rasa tanggung
jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk
perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka,
berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka.

Dan Stephen Covey juga menjelaskan dalam buku ini bahwa Proaktif
( Proaktivitas) adalah sifat manusia, dimana kita memberikan tanggapan pada
hidup kita. Perilaku kita adalah suatu fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi
kita. Kita bisa meletakkan perasaan kita lebih kepada nilai nilai.

Habits 1 ini juga, menjelaskan bahwa ada 3 nilai penting dalam kehidupan.
Pertama Pengalaman, Kreativitas dan Sikap. Itu semua merupakan indicator
bagaimana kita menanggapi kepada apa yang terjadi dalam hidup kita. Krena
habits ini akan selalu berdiri pada realistis, namun juga mengetahui kita memilikki
kekuatan untuk memilih suatu tanggapan positif kepada sekeliling kita.

Contohnya: Kita sebagai manusia harus selalu bertanggung jawab terhadap apa
yang kita lakukan jangan menjadi orang yang tidak mau mengakui kesalahannya
karena itu akan membuat kamu menyesal dikemuadian hari. Misalnya, Tasya
membuat kue, dan kuenya gagal. Itu artinya Tasya membuat kesalahan sehingga
kuenya gagal, untuk lain kali Tasya harus memperhatikan serta memperbaiki
stepnya, bahannya dalam membuat kue. Dan Tasya tidak bisa menyalahkan
siapapun, apalagi menyalahkan Terigu 

2. Habits 2 ( Merujuk pada Tujuan Akhir )

Orang sukses biasanya adalah orang-orang yang memegang teguh cita-citanya,


namun banyak orang yang memiliki cita-cita, tetapi sedikit yang mampu
merealisasikannya. Agar bisa mencapai apa yang kita cita-citakan kita harus bisa
memvisualisasikannya dari hal yang kecil sampai besar, bisa juga dengan memulai
untuk menuangkan visi hidupnya itu dalam suatu pernyataan. Dengan membuat
"Pernyataan Misi Pribadi", kita dibantu untuk berkonsentrasi dan
mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan dihadapi sebelum
kita bertindak.
Mengingat Tujuan Akhir kita, adalah cara bagaimana mendapatkan gambaran yang
jelas mau ke mana dalam hidup ini. Artinya memutuskan apa saja nilai-nilaimu dan
menetapkan sasaran akhir. Ketika kita memulai dengan akhir di pikiran, kita
memilikki arahan pribadi yang menuntun aktivitas sehari-hari , tanpa ada
pergerakan pada sasaran kita. Memulai dengan akhir dipikiran. Mnentukan tujuan
akhir / memulai dengan akhir di pikiran adalh bagian dari kepemimpinan pribadi
( self leadership ) , atau pengendalian dari kehidupan yang kita milikki.

Contohnya: Kita harus mempunyai tujuan akhir kita atau memulai dengan akhir di
pikiran, kita hidup di dunia ini pasti mempunyai tujuan. Suatu hari kita pasti
berfikir kita hidup di dunia ini untuk apa sih ? Kita harus memiliki cita cita atau
mimpi mau apa seperti apa kita nanti untuk menentukan masa depan kita sendiri
misalnnya, Saya Tasya Nur Mahdi punya tujuan akhir, punya big dream dan strong
why yang insyaallah kuat dan insyaallah Allah ijabah. Saya punya cita – cita
membuka usaha yang menyerap banyak tenaga kerja, wisuda dengan IPK 4.00 di
2023, berangkat haji bersama keluarga dan menikah dengan laki-laki bertanggung
jawab . Amiin.

3. Habits 3 ( Dahulukan yang Utama )

Dahulukan yang utama adalah soal belajar menentukan prioritas dan mengatur
waktumu sehingga yang penting didahulukan, bukan ditunda. Tapi kebiasaan ini
lebih dari sekedar mengatur waktu, melainkan juga soal belajar mengatasi
ketakutan dan bertahan di saat yang sulit.

Kita punya sederet sasaran serta niat baik, tetapi untuk melaksanakan dan
mendahulukannya sangat sulit. Karena itu kebiasaan 3 memerlukan daya
kemauan(kekuatan untuk mengatakan ya kepada hal-hal yang paling penting
bagimu) dan daya menolak (kekuatan untuk mengatakan tidak kepada hal-hal yang
kurang penting dan terhadap tekanan sesama).

Ada beberapa hal yang mampu kita lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan ini,
seperti dengan menjadwalkan pekerjaan-pekerjaan yang penting atas pekerjaan
yang kurang penting. Stephen Covey mengatakan bahwa ada 4 kuadran waktu,
yaitu kuadran :

1. Hal yang penting dan mendesak.


Contoh : Krisis, masalah yang mendesak, Bongkar besar dan kerja ulang ,
proyek terbatasi waktu.
2. Hal yang penting dan tidak mendesak.
Contoh : Pencegahan , Perencanaan, Penciptaan kembali, Perencanaan.
3. Hal yang mendesak tetapi tidak penting.
Contoh : Interupsi, Beberapa surat, Aktivitas popular.
4. Hal yang tidak mendesak dan tidak penting.
Contoh : Aktivitas menyenangkan, main tiktok, beberapa telpon tidak jelas,
bermain games.

“Most of us spend too much time on what is urgent and not enough time on what is
important.”

“Sebagian besar dari kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk apa yang
mendesak dan tidak cukup waktu untuk apa yang penting.”

Stephen Covey

Contohnya: Saat kita punya suatu tugas (pekerjaan rumah) yang diberikan oleh
dosen / guru segeralah dikerjakan jangan selalu mengatakan ”nanti saja lah..” itu
adalah kebiasaan jelek semua orang. Dahulukan lah hal yang paling penting, disaat
kita mempunyai tugas (pekerjaan rumah) segeralah dikerjakan setelah hal utama
kita sudah dikerjakan barulah kamu mengerjakan hal yang lainnya.

Contoh lain : Bayangkan sebuah ember, dimana ember adalah tempat kita
menempatkan kegiatan, sedangkan batu diasumsikan sebuah kegiatan. Ada batu-
batu besar dan ada batu-batu kecil atau kita menyebutnya kerikil. Untuk memenuhi
ember dengan batu-batu tersebut kita akan mengutamakan batu-batu besar untuk
dimasukkan ke dalam ember terlebih dahulu, kemudian mengisi ruang-ruang
kosong dengan kerikil. Apabila kita memasukkan kerikil terlebih dahulu, maka
batu-batu besar tersebut kemungkinan tidak bisa masuk ke dalam ember, mungkin
saja bisa, tapi tidak bisa semua. dari perumpamaan tersebut diatas, Stephen R.
Covey menggambarkan bahwa kita harus mementingkan yang menjadi prioritas
terlebih dahulu. Prioritas adalah yang memiliki dampak besar terhadap tujuan kita,
yang menjadi target terdekat dan bisa jadi berpengaruh bagi orang banyak.
4. Habits 4 ( Berpikir Menang/Menang )

Berpikir Menang-Menang adalah sikap terhadap kehidupan suatu cara berpikir


yang mengatakan bahwa saya bisa menang, kamu pun bisa menang. Bukan saya
atau kami, tapi sama-sama. Dasar pemikirannya adalah keyakinan bahwa kita
semua sama, tidak ada yang lebih rendah dan unggul dari yang lain.

Proses menang-menang memilikki 4 tahap / proses. Diantaranya :

1. Lihatlah msalah dari sudut pandang lain, dalam hal kebutuhan dan titik
perhatian dari yang lain.
2. Kenali isu dan perhatian kunci ( bukan posisi) yang terlibat.
3. Tentukan hasil apa yang akan membuat solusi diterima penuh.
4. Kenali pilihan baru untuk meraih hasil tersebut.

Kamu hanya bisa meraih solusi menang-menang, dengan prosedur menang


menang yang bukan merupakan teknik kepribadian melainkan paradigm total dari
interaksi manusia.

Contohnya : Misalnya ketika temen kamu diterima di universitas yang kamu


inginkan tetapi kamu sendiri tidak diterima di universitas tersebut. Walaupun kamu
sedih tidak diterima di universitas tersebut tetapi kamu tetap ikut mersakan
kebahagian temen kamu yang berhasil masuk universitas tersebut.

5. Habits 5 ( Berusahalah Untuk Memahami Terlebih Dahulu, Baru


Dipahami )

Setiap manusia memiliki suatu keinginan terpendam di lubuk hatinya yang


terdalam agar bisa dimengerti oleh setiap orang. Kebiasaan buruk kita adalah
menginginkan untuk dimengerti oleh orang lain, membacakan autobiografi kita
kepada lawan bicara. Rasa ingin dimengerti ini menyangkut seluruh tindakan dan
pemikiran yang dimilikinya. Setiap orang memiliki persepsi masing-masing
terhadap dunia, sehingga setiap orang akan memiliki perbedaan pemikiran yang
kadang tidak bisa dimengerti oleh orang lain.

Berusaha mengerti terlebih dahulu kemauan orang lain, baru kemudian berusaha
dimengerti orang lain. Berusaha melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain,
dari kacamata orang lain. Prinsipnya adalah kemampuan untuk sungguh-sungguh
mendengarkan perasaan orang lain.

Sikap berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti ini harus banyak
membutuhkan pelatihan karakter, agak kita tidsk egois sehingga mementingkan
kepentingan pribadi saja. Hal ini bisa di ciptkan melalui Mendengar dengan
Empati.

Mendengar dengan Empati adalah mendengar dengan seksama untuk mengetahui


kerangka referensi dan perasaan oramg lain. Kamu mesti mendengar dengan
telinga, mata dan hatimu.

Mendengar dengan Empati adalah deposito yang sangat bagus untuk catatan bank
emosi. Juga memilikki efek pengobatan, dan penyegaran karena memberikan orang
“ hawa psikologis “.

Sebelum menjadi daya tahan fisik, manusia sangat membutuhkan daya tahan
psikologis, untuk dimengerti, di teguhkan , disahkan dan dihargai.

Empathy is not sympathy. Sympathy is a form of agreement. Empathy is not


agreeing with someone; it is fully, deeply understanding that person, emotionally
as well as intellectually.”

“Empati bukanlah simpati. Simpati adalah bentuk kesepakatan. Empati tidak setuju
dengan seseorang; Empati sangat memahami kondisi seseorang, baik secara
emosional maupun intelektual.”

“If I were to summarize in one sentence the single most important principle I have
learned in the field of interpersonal relations, it would be this: Seek First to
Understand, Then to Be Understood.”

“Jika saya merangkum satu kalimat, satu-satunya prinsip terpenting yang saya
pelajari di bidang hubungan interpersonal, adalah: Memahami terlebih dahulu,
Kemudian Dipahami.”

Stephen Covey
Yuks,,,,kita mulai dari sekarang untuk selalu berpikir mennang menang atau win
win solution, belajar menghargai orang lain dengan mementingkah
kebahagiannya…

Contoh : Ketika temen kamu sedang mengutarakan pendapatnya berusalah kamu


untuk mendengarkan pendapatnya terlebih dahulu jika kamu sudah terlatih dengan
kebiasaan tersebut maka kamu akan merasa semua orang akan dengan senang hati
mendengarkan pendapat kamu dan menerimanya.

6.Habits 6 Sinergi ( Prinsip Kerjasama Kreatif )

Sinergi adalah 1 + 1 = 7
Sinergi adalah 3 + 4 = 9

Apakah sinergi? didefinisikan secara sederhana, sinergi berarti keseluruhannya


lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ia berarti hubungan antar bagian
dimana bagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu
sendiri. Sinergi bukan merupakan suatu bagian belaka, melainkan bagian yang
paling bersifat katalisator, paling memberdaya, paling menyatukan dan paling
menyenangkan.

Latihan dari kebiasaan-kebiasaan yang lain telah mempersiapkan kita untuk


bersinergi. Sinergi bermakna keseluruhan adalah lebih besar dari pada jumlah
setiap bagiannya. Suatu hubungan yang mana bagian-bagian yang memiliki setiap
bagian lainnya adalah suatu bagian yang ada di dalamnya dan merupakan dirinya
sendiri - bagian yang besar wewenangnya, menyatu dan menggairahkan.

Intisari dari sinergi adalah menghargai perbedaan nilai-nilai, mental, emosional


dan psikologis diantara orang orang - dengan menghormatinya, membangun
kekuatan, dan mengkompensasikan kelemahan. Jalan untuk menacapai sinergi
melalui proses kreatif, yang bisa menakutkan, karena kamu tidak pernah tahu
kemana proses kreatif akan membawamu. Dan kunci untuk menghargai perbedaan
tersebut adalah menyadarkan bahwa semua orang memandang dunia, tidak
sebagaimana adanya, namun sebagaimana mereka ( perbedaan dalam
memandang ) atau perbedaan paradigma.
Saran Stephen R. Covey untuk memiliki kebiasaan membangun sinergi didasarkan
pada pemahaman bahwa sangat penting untuk bekerja bersama tim dari berbagai
latar belakang secara harmonis. Latar belakang berbeda akan memberikan ide-ide
yang lebih beragam yang akan membuka jalan bagi solusi yang lebih kreatif dan
menguntungkan.

Untuk habits ini, saya ingin menambahkan sedikit. Mengenai hal-hal yang mampu
menghambat Sinergi dalam suatu hubungan atau interaksi. Diantaranya :

1. Merasa 3B ( merasa bangga, merasa besar dan merasa benar)


2. Ambisius yang berlebihan, artinya semua yang ia inginkan harus selalu ia
dapatkan.
3. Hanya mementingkan dan mengutamakan apa yang membuat ia bahagia,
tanpa mementingkan kebahagiaan orang lain.
4. Tidak senang saat di kritik dan diberi saran.

Sikap yang harus dikembangkan untuk meningkatkan nilai Sinergi dalam suatu
interaksi. Diantaranya :

1. Mau menerima saran dari orang lain.


2. Menumbuhkan sifat team work atau membiasakan kerja tim, karena dalam
kerja tim kita di latih banyak hal, kesabaran, kekompakan serta kesabaran
yang mampu menciptakan Sinergi.
3. Mampu menciptakan komunikasi yang efektif atau sinergis. Komunikasi
sinergis adalah membuka pikiran dan hatimu menuju kemungkinan baru.
4. Satukan persepsi, agar tidak ada kesalahpahaman yang menusuk ke hati.

Contoh Sinergi dalam ruang kelas apakah guru dan murid benar benar terbuka
terhadap prinsip keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
Sudahkah mereka satu persepsi dalam pembelajaran.

7. Habits 7 ( Mengasah Gergaji )

Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat


bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan
inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan
efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi,
pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau
kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang
baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-
kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi
yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.

Hikmah yang bisa di ambil dari sebuah kisah, Seorang penebang kayu sibuk
menebang sebatang pohon besar dengan gergajinya yang tumpul. Dari menit ke
menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari dia terus menerus berusaha menebang
pohon itu, namun sia-sia saja. Saat dia dinasehati orang untuk mengasah gergajinya
terlebih dahulu, si penebang kayu dengan marah menjawab :

“Saya telah menggunakan gergaji ini selama bertahun-tahun dan selalu berhasil
menebang pohon-pohon besar. Buat apa saya buang-buang waktu menuruti
nasehatmu. Saya tak punya waktu untuk mengasah gergaji”

Dari dai kita belajar, bahwa sebagai manusia biasa kita punya batasan , punya
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kita harus banyak
belajar, terus menggali ilmu, mengasah kemampuan dan mencari pengalaman
sebanyak banyaknya. Karena ilmu itu banyak, lebih dari satu. Jangan pernah kita
merasa puas teruslah kembangkan kemampuan kita dengan apa yang kita punya,
yang harus tetap di syukuri.

Contohnya : Kita harus mengembangkan kemampuan diri kita jangan berhenti


sampai disitu saja, kita harus mengasah kemampuan kita seperti kita harus lebih
sering membaca buku jangan malas untuk membaca, mempelajari suatu hal yang
baru, mereview kembali apa yang sudah kamu pelajari dan meng update hal hal
yang baru.

Seimbangkan dan perbaharui sumber daya, energi, dan kesehatan Anda untuk
menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan, jangka panjang, dan efektif.
Dari sekian banyak halaman, dari 7 kebiasaan dan banyak penjelasan. Namun
sekiranya itu saja yang dapat Tasya rangkum dan Tasya simpulkan. Dalam buku
ini saya banyak belajar mengenai hal hal penting dan kebiasaan kebiasaan apa saja
yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan sehari hari kita. Terkadang kita
perlu mengerti terlebih dahulu untuk di mengerti, dan apapun keputusan yang kita
ambil maka segala resiko harus dapat kita terima, jadilah proaktif, teguhkan dan
mantapkan strategi ( strong why )untuk meraih mimpi. Terimakasih buku 7 Habits
of Highly Effective Peole sudah mengajarkan saya untuk selalu bertanggung jawab
atas pilihan saya, dan berusaha empati terhadap orang lain.

Taburkan pemikiran, maka Anda akan menuai perbuatan,

Taburkan perbuatan, maka Anda akan menuai kebiasaan,

Taburkan kebiasaan, maka Anda akan menuai karakter,

Taburkan karakter, maka Anda akan menuai takdir.

Judul : 7 Habits of Highly Effective People

Penerbit : Bina Rupa Aksara

Penulis : Stephen Covey

Resume By Tasya Nur Mahdi 

Anda mungkin juga menyukai