Anda di halaman 1dari 8

TEORI HUKUM PROGRESIF

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

FILSAFAT HUKUM

Dosen pengampu : H. Robitul Firdaus, S.H.I., M.S.I., Ph.D.

Oleh Kelompok 10

Muhammad Diva Satria (224102020004)


Irfan Aoladi (223102020003)
Reza Fahriza (222102020054)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak H. Robitul Firdaus,
S.H.I., M.S.I., Ph.D. nama dosen sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Hukum yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jember, 01 Juni 2023

Kelompok 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I

PENDAHULUAN...........................................................................................1

Latar belakang.......................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN.............................................................................................2

Pengertian Hukum Progresif..................................................................2

Landasan Teori Hukum Progresif...........................................................3

BAB III

PENUTUP.......................................................................................................

Kesimpulan...........................................................................................

Daftar pustaka.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum progresif dimulai dari suatu asumsi dasar, hukum adalah institusi yang
bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil,sejahtera dan
membuat manusia bahagia. Hukum tersebut tidak mencerminkan hukum sebagai
institusi yang mutlak serta final, melainkan ditentukan oleh kemampuannya untuk
mengabdi kepada manusia. Hukum dan proses peradilan seringkali merasa
terkendala ketika harus dihadapkan pada kasus-kasus yang semakin rumit dan
kompleks seiring dengan perkembangan masyarakat yang sangat dipacu oleh
sistem global.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Hukum Progresif

Hukum progresif merupakan pemikiran perkembangan hukum yang digagas


oleh Prof. Satjipto Rahardjo, berpandangan bahwa hukum dibentuk untuk manusia
bukan manusia untuk hukum. Dasar pemikiran beliau bahwa kajian hukum saat ini
telah mencapai ekologi dalam yang mendasar pada pemikiran
antroposentrisme.Penegakan hukum progresif adalah menjalankan hukum tidak
sekedar menurut kata-kata hitam-putih dari peraturan melainkan menurut semangat
dan makna lebih dalam dari undang-undang atau hukum. Pembahasan penegakan
hukum progresif di atas menjadi titik awal kenapa penegakan hukum progresif
dijadikan sebagai tipe penegakan hukum alternatif. pemaknaan yang dapat diambil
bahwa “kebenaran hukum tidak dapat ditafsirkan semata-mata sebagai kebenaran
undang-undang, tetapi harus dipahami sebagai kebenaran prinsip keadilan yang
mendasari undang-undang“.
Ciri Hukum Progresif
Untuk mendapatkan tujuan hukum yang maksimal menurut SatjiptoRahardjo
dibangun dengan istilah Hukum Progresif yaitu yang digantungkan kepada
kemampuan manusia dalam menalar serta memahami dan nurani manusia untuk
membuat interprestasi hukum yang mengutamakan nilai moral keadilan pada
masyarakat. Di samping itu ide lainnya adalah hukum harus pro rakyat, pro
keadilan, bertujuan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan, berdasarkan
kepadakehidupan yang baik, bersifat responsif, mendukung pembentukan negara
hukum yang berhati nurani, dijalankan dengan kecerdasan spritual serta
bersifatmembebaskan.
Ada beberapa kata kunci yang layak untuk di perhatikan tatkala kita ingin
mengangkat pengertian progresivisme, yaitu:
a. Hukum mengikuti perkembangan aspirasi masyarakat (hukum digantungkan
kepada situasi dan kondisi kebutuhan pengaturan masyarakat);
b. Hukum harus memihak kepada kepentingan Rakyat dan demi kepentingan
Keadilan;
c. Hukum bertujuan mengantarkan manusia kepada kesejahteraan dan kebahagian;
d. Hukum selalu bergerak dalam proses perubahan (law as a process, law in the
making);
e. Hukum menekankan kehidupan yang lebih baik sebagai dasar hukum yang baik;
f. Hukumnya memiliki tipe responsif;
g. Hukum mendorong peran publik;
h. Hukum membangun negara hukum yang berhati nurani.
Pandangan Hukum Progresif Mengenai Keadilan:
Sejarah konfigurasi politik di Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dan naik pasang secara bergantian antara demokratis dan otoriter. Dengan
logika pembangunan ekonomi yang menjadi prioritas utamanya, periode Orde
Baru menampilkan watak otoriter-birokratis. Orde baru tampil sebagai Negara kuat
yang mengatasi berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat dan berwatak
intervensionis. Dalam konfigurasi demikian hak-hak politik rakyat mendapat
tekanan atau pembatasan-pemabatasan.Pada dasarnya kehidupan manusia tidak
dapatdipisahkan dari hukum. Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran sentral
hukum dalam upaya menciptakan suasana yang memungkinkan manusia merasa
terlindungi, hidup berdampingan secara damai dan menjaga eksistensinya di dunia
telah diakui. Keadilan adalah inti atau hakikat hukum. Keadilan tidak hanya dapat
dirumuskan secara matematis bahwa yang dinamakan adil bila seseorang
mendapatkan bagian yang sama dengan orang lain.

Landasan Teori Hukum Progresif


1.Landasan ontologis hukum progresif lebih terkait dengan persoalan realitas
hukum yang terjadi di Indonesia. Masyarakat mengalami krisis kepercayaan
terhadap peraturan hukum yang berlaku. Hukum yang ada dianggap sudah tidak
mampu mengatasi kejahatan kerah putih (white colar crime) seperti korupsi,
sehingga masyarakat mengimpikan teori hukum yang lebih akurat.
2. Landasan epistemologis hukum progresif lebih terkait dengan dimensi
metodologis yang harus dikembangkan untuk menguak kebenaran ilmiah. Selama
ini metode kasuistik dalam istilah logika lebih dekat dengan pengertian induktif
lebih mendominasi bidang hukum.
3. Landasan aksiologis hukum progresif terkait dengan problem nilai yang
terkandung di dalamnya. Aksiologi atau Teori Nilai menurut Runes adalah hasrat,
keinginan, kebaikan, penyelidikan atas kodratnya, kriterianya, dan status
metafisiknya. Hasrat, keinginan, dan kebaikan dari hukum progresif perlu
ditentukan kriteria dan status metafisiknya agar diperoleh gambaran yang lebih
komprehensif tentang nilai yang terkandung di dalamnya. Kriteria nilai terkait
dengan standar pengujian nilai yang dipengaruhi aspek psikologis dan logis.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum progresif: Untuk mendapatkan tujuan hukum yang maksimal
menurut Satjipto Rahardjo dibangun dengan istilah Hukum Progresif, yaitu yang
digantungkan kepada kemampuan manusia dalam menalar serta memahami dan
nurani manusia untuk membuat interprestasi hukum yang mengutamakan nilai
moral keadilan pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, (Jakarta: Kompas, 2010)
Rizal Mustansyir, Hukum Progresif Tinjauan Filsafat Ilmu.
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, (Yogyakarta:
Genta Publishing,2009)

Anda mungkin juga menyukai