Anda di halaman 1dari 9

Geo Image 9 (1) (2020)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

Kapasitas Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan


Candisari Kota Semarang

Mukaromah , Erni Suharini, Heri Tjahjono

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan dalam penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis tingkat kapasitas masyarakat di
Diterima Desember 2019 Kecamatan Candisari dalam menghadapi bencana tanah longsor dan (2) Menganalisis
Disetujui Februari 2020
upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas
Dipublikasikan April
masyarakat dalam menghadapi bencana tanah longsor di Kecamatan Candisari. Metode
2020
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis deskriptif.
________________
Keywords:
Penelitian dilakukan pada wilayah rawan longsor di Kecamatan Candisari Kota
Community Capacity, Semarang yakni Kelurahan Candi, Jomblang, Karang Anyar Gunung dan Tegalsari.
Disaster Threat, Landslide Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh KK yang ada pada lokasi penelitian. Teknik
____________________ pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik dalam pengumpulan data
yaitu dokumentasi, kuisioner, dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh hasil yaitu
kapasitas masyarakat Kecamatan Candisari secara umum memiliki tingkat kapasitas
tinggi secara teori. Dapat diartikan bahwa masyarakat Candisari sudah memiliki
kemampuan dasar yang memadai untuk menghadapi ancaman bencana tanah longsor.
Untuk upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah pada tingkat kelurahan dan BPBD
Kota Semarang secara umum sudah baik dengan adanya beberapa upaya yang telah
dilakukan guna meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana tanah
longsor.
Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this study are: (1) Analyzing the level of capacity of the community in Candisari
Subdistrict in the face of landslides and (2) Analyzing efforts that have been made by the government
to increase community capacity in the face of landslides. The method in this study uses a quantitative
approach and descriptive analysis. The study was conducted in landslide-prone areas in Candisari
District, Semarang City, namely Candi, Jomblang, Karang Anyar Gunung and Tegalsari Sub-
Districts. The population in this study is all households in the study area. The sampling technique
uses purposive sampling. Techniques in collecting data are documentation, questionnaires, and
interviews. The results obtained are the capacity of the people of Candisari District in general to have
a high level of capacity in theory. It can be interpreted that the Candisari community already has
sufficient basic skills to deal with the threat of landslides. For the efforts that have been made by the
government at the village level and the Semarang City BPBD in general, it is already good with
some efforts that have been made to improve the capacity of the community in dealing with
landslides.

© 2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6285
Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

34
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

PENDAHULUAN curam dan pemotongan tebing untuk jalan akan


semakin mendukung proses longsoran.
Kecamatan Candisari memiliki luas
Mitigasi bencana di Kecamatan Candisari
wilayah 6,54 Km2 dengan jumlah penduduk
perlu dilakukan. Menilai risiko bencana suatu
78.863 jiwa dan kepadatan penduduk 12.119
wilayah merupakan bagian dari mitigasi pra-
jiwa/Km2 (BPS, 2018). Dengan luas lahan yang
bencana, dimana risiko bencana itu sendiri terdiri
terbatas untuk permukiman menyebabkan
dari pengkajian terkait ancaman, kerentanan dan
banyak bangunan tempat tinggal dan fasilitas
kapasitas.
umum yang didirikan pada lokasi yang tidak
Kapasitas masyarakat dalam bencana
menguntungkan atau bahkan dapat
sangat penting untuk diketahui karena
membahayakan keselamatan dari para
memberikan gambaran kondisi nyata dalam
penghuninya.
menghadapi bencana. Ancaman bencana dapat
Wilayah Kecamatan Candisari terletak di
terjadi sewaktu-waktu tetapi apabila masyarakat
bagian selatan Kota Semarang sehingga
memiliki kemampuan untuk menanggulangi
morfologinya berbukit dan berlereng curam.
ancaman tersebut maka risiko bencana dapat
Kejadian bencana tanah longsor sering terjadi
dikurangi (Jaswadi, dkk., 2012: 125).
pada wilayah-wilayah di Kecamatan Candisari
Melihat latarbelakang bahwa Kecamatan
yang disebabkan oleh hujan deras.
Candisari termasuk wilayah yang menjadi
Menurut Direktorat Geologi dan Tata
perhatian, untuk itu diperlukan penelitian yang
Lingkungan (1981) dalam Tjahjono (2006: 8),
bertujuan (1) Menganalisis tingkat kapasitas
yang dimaksud dengan gerakan tanah (longsor)
masyarakat di Kecamatan Candisari dalam
adalah suatu produk dari proses gangguan
menghadapi bencana tanah longsor; (2)
keseimbangan lereng yang menyebabkan
Menganalisis upaya-upaya yang telah dilakukan
bergeraknya massa tanah dan batuan ke tempat
pemerintah untuk meningkatkan kapasitas
yang lebih rendah. Gerakan ini dapat terjadi pada
masyarakat dalam menghadapi bencana tanah
lereng-lereng dengan hambatan geser
longsor di Kecamatan Candisari.
tanah/batuannya lebih kecil dari berat massa
Diharapkan dengan dilakukannya
tanah/batuan itu sendiri.
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
rekomendasi kepada masyarakat dan pemerintah
Zaruba dan Mencl (1982) dalam Suharini
serta pihak yang terkait dan berkompeten sebagai
(2008: 185) menyebutkan bahwa faktor penyebab
informasi yang dapat memberikan peringatan
longsoran antara lain: (1) Perubahan gradien
yang dapat mengurangi kerugian yang akan
lereng/sudut lereng dan tinggi lereng secara
ditimbulkan.
alami (erosi vertikal) maupun secara buatan
(penggalian tebing); (2) Kelebihan beban baik
METODE PENELITIAN
material batuan, tanah atau beban lain; (3)
Adanya getaran atau goncangan oleh gempa; (4) Populasi dalam penelitian ini ialah jumlah
Curah hujan dan kandungan air tanah, seluruh rumah tangga yang bertempat tinggal di
peningkatan laju pelapukan batuan yang Kecamatan Candisari Kota Semarang. Teknik
menurunkan daya kohesi; (5) Pengaruh vegetasi, pengambilan sampel yang digunakan yaitu
yaitu berupa penyerapan kandungan air pada purposive sampling. Penentuan sampel didasari
tanah. dengan pertimbangan, antara lain: (1)
Dengan memperhatikan kondisi fisik berdasarkan pada ruang lingkup wilayah yang
wilayah di Kecamatan Candisari yang berpotensi rawan bencana tanah longsor; (2) berdasarkan
longsor saat musim penghujan terjadi dan faktor- pada intensitas kejadian longsor; (3) berdasarkan
faktor aktivitas manusia yang kurang pada kondisi fisik wilayah yang berlereng curam
memperhatikan adanya keseimbangan dan yang bertempat tinggal dekat tebing atau
lingkungan seperti pembuatan komplek dekat dengan sungai; (4) berdasarkan pada ruang
permukiman pada perbukitan yang berlereng

35
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

lingkup RW yang pernah terjadi kejadian


bencana tanah longsor.
Oleh karena itu, besarnya jumlah sampel
yang didapat dalam penelitian ini ialah 54
responden. Pengambilan sampel dilakukan pada
4 kelurahan, yakni Candi 18 responden,
Jomblang 13 responden, Karang Anyar Gunung
13 responden dan Tegalsari 10 responden.
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini
yang menggunakan acuan dari Perka BNPB No.
1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Kelurahan Tangguh Bencana. Variabel pertama
adalah kapasitas masyarakat dalam menghadapi
bencana tanah longsor.
Untuk parameter penilaian diadobsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha, dkk
(2016: 20) dengan modifikasi, meliputi: (1)
pengetahuan bencana tanah longsor secara
umum; (2) pengetahuan menyelamatkan diri dari
bencana tanah longsor; (3) pengetahuan tentang
tempat tinggal yang merupakan daerah rawan Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
bencana; (4) rencana aksi; (5) lingkungan; (6)
fisik; (7) kepemimpinan dan program; (8) Luas wilayah Kecamatan Candisari
informasi dan (9) fasilitas. Sedangkan untuk adalah 6,54 Km² yang terbagi menjadi 65 RW,
variabel kedua adalah upaya yang telah 463 RT dan 7 kelurahan yaitu Jatingaleh, Karang
dilakukan oleh pemerintah. Parameter penilaian Anyar Gunung, Jomblang, Candi, Kaliwiru,
yang digunakan aspek pengembangan kapasitas Wonotingal dan Tegalsari. Jumlah seluruh
dan aspek penyelenggaraan penanggulangan. penduduk di Kecamatan Candisari adalah 78.863
Teknik pengumpulan data yang digunakan jiwa dengan kepadatan penduduk 12.119
yaitu dokumentasi, kuisioner dan wawancara. jiwa/Km² dan 14.747 Rumah Tangga.
Teknik analisis data dalam penelitian ini Secara topografi kondisi kemiringan lereng
menggunakan pendekatan kuantitatif yakni di Kecamatan Candisari terbagi menjadi 5
statistik inferensial dan analisis dekriptif. kategori yaitu: Lereng I 0-2% (0,02 Km²); Lereng
II 2-15% (4,56 Km²); Lereng III 15-25% (1,05
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Km²); Lereng IV (0,86 Km²) dan Lereng V (0,12
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Km²).
Secara administrasi Kecamatan Candisari Berdasarkan informasi dari BPBD Kota
berada di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Semarang terdapat 6 kelurahan yang rawan
Secara astronomis Kecamatan Candisari terletak longsor di Kecamatan Candisari yaitu Jatingaleh,
diantara 07°01’37,5” Lintang Selatan (LS) - Karang anyar Gunung, Jomblang, Candi,
110°25’40,6” Bujur Timur (BT). Wonotingal dan Tegalsari. Selama kurun waktu

36
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

5 tahun (2014 - 2018) telah terjadi 68 kali bencana Sebagian besar masyarakat juga sudah
tanah longsor. Rekaman jumlah bencana tanah mengetahui tentang tanda-tanda tanah longsor.
longsor tertinggi pada tahun 2017 sebanyak 23 89% masyarakat telah mengetahui bahwa adanya
kali dan terendah pada tahun 2015 sebanyak 4 retakan pada tebing dapat menjadi pertanda
kali. Adapun untuk kelurahan yang memiliki bencana tanah longsor, 72% mengetahui adanya
jumlah kejadian bencana tanah longsor retakan pada tembok dan pondasi dapat menjadi
terbanyak ada 4 kelurahan, yaitu Kelurahan pertanda tanah longsor dan 93% mengetahui jika
Jomblang sebanyak 31 kali, Kelurahan Candi ada suara gemuruh akibat terjadinya pergerakan
sebanyak 18 kali, Kelurahan Karang Anyar tanah maka dapat dijadikan sebagai pertanda
Gunung sebanyak 7 kali dan Kelurahan Tegalsari bahwa terjadi bencana tanah longsor.
sebanyak 7 kali. Sebesar 100% masyarakat sudah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengetahui cara menyelamatkan diri ketika
(BPBD) adalah lembaga pemerintah non- berada di dalam rumah dan ketika berada di luar
departemen yang melaksanakan tugas rumah sebanyak 98%. Masyarakat memahami
penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi tindakan yang harus dilakukan ketika belum
maupun Kabupaten/ Kota. BPBD Kota mendapat pertolongan sebanyak 100% dan
Semarang mempunyai tugas membantu tindakan prioritas ketika harus menyelamatkan
Walikota dalam melaksanakan otonomi daerah orang lain saat bencana tanah longsor terjadi
di bidang penanggulangan bencana. Dalam sebanyak 100%.
penelitian ini, objek penelitian yaitu Bidang I Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui
yaitu Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. sebesar 61% masyarakat sudah memahami dan
menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal
HASIL mereka termasuk pada daerah yang rawan
terhadap ancaman bencana tanah longsor.
Kapasitas Masyarakat
Sebesar 91% keluarga sudah mengerti tentang
Secara umum tingkat kapasitas
bencana tanah longsor secara umum, tetapi
masyarakat Candisari berdasarkan pada hasil
hanya sebesar 44% anggota keluarga yang
penelitian yang telah dilakukan memiliki tingkat
mengetahui cara-cara untuk menyelamatkan diri
kapasitas Tinggi, dengan nilai rata-rata yaitu
ketika bencana tanah longsor terjadi. Dan 98%
22,01. Kriteria tersebut sesuai dengan klasifikasi
masyarakat mengetahui bahwa adanya bencana
tingkat kapasitas masyarakat yang telah
tanah longsor yang terjadi disekitar lingkungan
ditentukan sebelumnya yaitu kriteria kapasitas
tempat tinggal mereka. Serta hanya sebagian
rendah (1-10), sedang (11-20) dan tinggi (21-30)
kecil dari masyarakat yang pernah mengalami
yang diperoleh dari hasil pengolahan data
kejadian bencana tanah longsor tersebut.
instrumen kapasitas masyarakat yang dilakukan
Sebesar 100% masyarakat akan waspada
pada 4 kelurahan, yakni Candi, Jomblang,
ketika hujan deras sedang terjadi. Masyarakat
Karang Anyar Gunung dan Tegalsari, dengan
juga akan waspada jika terdapat retakan tanah di
jumlah responden sebanyak 54 orang. Adapun
dekat tempat tinggal sebesar 100%. Sebesar 100%
untuk hasil perhitungan pada setiap kelurahan
akan segera melakukan evakuasi diri ketempat
antara lain: Candi memiliki nilai 21,61 (Tinggi),
yang aman jika telah mendapat perintah dari
Jomblang 22,46 (Tinggi), Karang Anyar Gunung
pihak yang berwenang untuk melakukan
21,85 (Tinggi), dan Tegalsari 22,1 (Tinggi).
evakuasi. Dan sebesar 100% masyarakat sudah
Berdasarkan hasil perhitungan sebagian
mengetahui jalur yang akan digunakan untuk
besar masyarakat mengetahui faktor penyebab
menyelamatkan diri ketika terjadi bencana tanah
terjadinya longsor. 94% masyarakat mengetahui
longsor. Serta 67% masyarakat sudah
bahwa longsor dapat terjadi pada wilayah yang
mempunyai tempat tujuan lain jika terjadi
berlereng curam atau perbukitan dan 94%
bencana tanah longsor. Namun hanya 44%
masyarakat mengetahui longsor dapat
masyarakat yang sudah melakukan persiapan
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.

37
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

menyimpan barang-barang berharga pada tempat analisis risiko bencana tanah longsor dan upaya
yang mudah dijangkau dan aman. Sebesar 80% membuat peta dan jalur evakuasi serta
masyarakat memiliki tempat tinggal yang jauh menyediakan tempat untuk evakuasi. Sudah
dari lokasi bekas terjadinya bencana tanah sering dilakukan praktik simulasi evakuasi dan
longsor. Sebesar 61% masyarakat memiliki penyelamatan diri. Ada juga upaya untuk
tempat tinggal yang dekat dengan tebing atau membangun sistem peringatan dini yang berbasis
lereng curam sehingga mereka perlu waspada dan masyarakat dan sudah sering dilakukan praktik
berhati-hati terhadap ancaman bencana tanah simulasi pelaksanaan sistem peringatan dini.
longsor. Serta hanya sebesar 48% masyarakat Pemerintah Kelurahan Jomblang
yang memiliki pepohonan/ tumbuh-tumbuhan melakukan penyuluhan, pelatihan dan praktik
berakar kuat yang dapat mengurangi/ mencegah simulasi terkait bencana tanah longsor. Selain itu,
terjadinya bencana tanah longsor. sudah ada 30 warga dan 15 perempuan yang
Sebanyak 83% rumah masyarakat sudah menjadi anggota tim siaga bencana tanah
memiliki konstruksi yang kokoh/aman, baik longsor. Ada kelompok masyarakat yang
pondasi ataupun konstruksi bangunannya. Dan menyatakan diri sebagai relawan siaga bencana
76% lingkungan tempat tinggal masyarakat dan melibatkan diri.
sudah dibangun talud untuk mencegah atau Ada dokumen hasil analisis risiko bencana
mengurangi ancaman bencana tanah longsor. tanah longsor dan kegiatan kegiatan di
Sebesar 72% masyarakat tidak mengikuti Kelurahan dilaksanakan berdasarkan hasil
kegiatan sosialisasi tentang kesiapsiagaan analisis risiko tersebut. Ada upaya membuat peta
bencana tanah longsor dan 93% masyarakat tidak dan jalur evakuasi serta menyediakan tempat
mengikuti kegiatan praktik simulasi evakuasi untuk evakuasi. Sudah sering dilakukan praktik
bencana tanah longsor. evakuasi dan penyelamatan diri. Ada juga upaya
Ada himbauan terkait bencana tanah untuk membangun sistem peringatan dini yang
longsor yang dilakukan oleh pemerintah berbasis masyarakat dan sudah sering dilakukan
setempat baik dari ketua RT, ketua RW melalui praktik simulasi pelaksanaan sistem peringatan
pertemuan rutin warga ataupun pada pertemuan dini.
kegiatan PKK. Namun untuk keaktifan dalam Pemerintah Kelurahan Karang Anyar
penyampaian informasi yang dilakukan oleh telah melakukan penyuluhan, pelatihan dan
pemerintah setempat, dinilai sedikit kurang aktif. praktik simulasi terkait bencana tanah longsor.
Sebagian besar wilayah tidak memiliki alat Selain itu, ada upaya untuk melibatkan warga
peringatan dini terhadap ancama bencana tanah dalam tim relawan siaga bencana.
longsor yang disediakan oleh pemerintah Ada kelompok masyarakat yang
setempat. Hanya dibeberapa wilayah saja yang menyatakan diri sebagai relawan siaga bencana
memiliki alat peringatan dini berupa kentongan dan melibatkan diri. Sudah ada upaya untuk
ataupun sirine sebagai pertanda jika terjadi tanah melakukan analisis risiko bencana tanah longsor
longsor. dan upaya membuat peta dan jalur evakuasi serta
menyediakan tempat untuk evakuasi. Sudah
Upaya Pemerintah dilakukan praktik simulasi evakuasi dan
Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui penyelamatan diri. Ada juga upaya untuk
pemerintah Kelurahan Candi melakukan membangun sistem peringatan dini yang berbasis
penyuluhan, pelatihan dan praktik simulasi masyarakat dan sudah sering dilakukan praktik
terkait bencana tanah longsor. Selain itu, sudah simulasi pelaksanaan sistem peringatan dini.
ada 30 warga dan 15 perempuan yang menjadi Pemerintah Kelurahan Tegalsari
anggota tim siaga bencana tanah longsor. Ada melakukan penyuluhan, pelatihan dan praktik
kelompok masyarakat yang menyatakan diri simulasi terkait bencana tanah longsor. Ada
sebagai relawan siaga bencana dan melibatkan upaya untuk melibatkan warga dalam tim
diri dalam kegiatan. Ada upaya melakukan relawan siaga bencana. Ada kelompok

38
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

masyarakat yang menyatakan diri sebagai dan Tegalsari. Akan tetapi pelaksanaan kegiatan
relawan siaga bencana dan melibatkan diri. Ada tidak sebanyak kelurahan yang memiliki anggota
dokumen hasil analisis risiko bencana tanah pelaksana KSB, karena adanya keterbatasan
longsor dan kegiatan kegiatan di Kelurahan anggaran. BPBD Kota Semarang melakukan
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis risiko koordinasi melalui kecamatan untuk
tersebut. Ada juga upaya untuk membangun melaksanakan kegiatan penyuluhan dan
sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat. pelatihan di kelurahan. Dari pihak kecamatan
Sedangkan untuk upaya yang telah memberikan perintah kepada kelurahan untuk
dilakukan oleh BPBD Kota Semarang ialah membentuk perwakilan sebagai peserta. Wakil
membentuk program Kelurahan Siaga Bencana tersebut diambil dari ketua-ketua RT ataupun
(KSB) pada Kelurahan Tangguh Bencana ketua-ketua RW yang bersedia.
(Katana). KSB merupakan bentuk kegiatan yang BPBD Kota Semarang membuat peta
ada di tingkat kecamatan yang dilaksanakan pada rawan longsor, dengan batas area per RW. Peta
tingkat kelurahan. dibuat berdasarkan dari data riwayat kejadian
Kelurahan Candi dan Jomblang berstatus bencana tanah longsor yang terjadi pada lokasi di
Katana dan memiliki tim anggota pelaksana RW tersebut dan juga berdasarkan pada potensi
KSB. Pembentukan tim anggota pelaksana KSB yang ada. Sedangkan untuk peta jalur evakuasi
di Kelurahan Jomblang sejak tahun 2011, dalam dan jalur evakuasi tidak dibuat tetapi
pelaksanaannya bekerjasama dengan dilimpahkan kepada masing-masing kelurahan.
BAPPEDA, UNDIP dan yayasan Bintari untuk Selain itu, untuk Kecamatan Candisari
pendanaan anggaran pelaksanaan kegiatan. tidak ada alat yang berfungsi sebagai sistem
Sedangkan pada Kelurahan Candi, pembentukan peringatan dini untuk deteksi awal kejadian
tim anggota pelaksana KSB dibentuk pada tahun bencana tanah longsor. Tetapi sudah ada sistem
2017 yang sumber anggarannya berasal dari peringatan dini yang berbasis masyarakat, yang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah digunakan untuk pertukaran informasi terkait
(APBD) Kota Semarang. bencana tanah longsor. Alat yang digunakan
BPBD Kota Semarang melakukan berupa Handy Talky (HT) dan Handphone (HP)
penyuluhan dan pelatihan kepada anggota tim melalui aplikasi WhatsApp dengan membuat grup
pelaksana KSB yang dilakukan 5-10 kali per yang dikhususkan untuk berbagi dan penyebaran
tahun untuk kegiatan reguler. Materi yang informasi dan terkait bencana tanah longsor.
diberikan tentang pengenalan bencana tanah Sedangkan untuk simulasi praktik pelaksanaan
longsor seperti tanda-tanda akan terjadinya tanah sistem peringatan dini tidak ada.
longsor, cara-cara penyelamatan diri, cara-cara
melakukan evakuasi, dll. Untuk pelatihan yang PEMBAHASAN
diberikan berupa praktik simulasi tentang
Kapasitas Masyarakat
peringatan dini, evakuasi, dan operasi tanggap
Kecamatan Candisari termasuk
darurat. Dalam pelaksanaannya BPBD Kota
kecamatan yang luas wilayahnya sempit tetapi
Semarang bekerja sama dengan PMI, SAR, TNI
memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak,
dan Porlri. BPBD Kota Semarang tidak
dengan kepadatan penduduk 12.119 jiwa/Km².
melakukan penyuluhan dan pelatihan secara
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebagian
massal pada seluruh masyarakat di Kecamatan
besar wilayah di Kecamatan Candisari berupa
Candisari, tetapi melalui perwakilan yakni
kawasan permukiman yang padat penduduk.
anggota tim pelaksana KSB. Dari pemberian
Perkembangan permukiman di Kecamatan
penyuluhan dan pelatihan tersebut diharapkan
Candisari sebagian besar menempati kawasan
dapat disalurkan kepada masyarakat lainnya.
berlereng curam dibeberapa wilayah yang rawan
Selain melalui pembentukan KSB BPBD
akan bahaya longsor.
Kota Semarang juga melakukan penyuluhan dan
Kecamatan Candisari memiliki beberapa
pelatihan di Kelurahan Karang Anyar Gunung
wilayah yang rawan terhadap ancaman bencana

39
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

tanah longsor dan sering terjadi kejadian bencana setempat terkait bencana tanah longsor yang ada
tanah longsor. Penilaian terkait kapasitas di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
masyarakat sangat diperlukan untuk menilai Gambaran rencana aksi yang dilakukan
tingkat kemampuan dari masyarakat dalam oleh masyarakat dalam menghadapi ancaman
menghadapi bencana tanah longsor tersebut. bencana tanah longsor memiliki kemampuan
Kapasitas masyarakat di Kecamatan yang memadai. Sebagian besar masyarakat sudah
Candisari secara umum memiliki kriteria Tinggi. memahami tindakan yang harus dilakukan
Dapat diartikan bahwa masyarakat di sebagai bentuk kewaspadaan terhadap ancaman
Kecamatan Candisari sudah memiliki bencana tanah longsor. Akan tetapi sebagian
kemampuan dasar yang memadai untuk besar masyarakat tidak menyimpan barang
menghadapi ancaman bencana tanah longsor. berharga pada tempat yang aman dan mudah
Penilaian kemampuan tersebut berdasarkan pada dijangkau. Masyarakat berasumsi mereka tidak
9 parameter yang digunakan untuk menilai memiliki barang berharga yang harus disimpan,
tingkat kapasitas masyarakat dalam menghadapi oleh karena itu mereka tidak melakukannya.
bencana tanah longsor. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
Berdasarkan pada hasil penelitian besar masyarakat memiliki tempat tinggal yang
diketahui sebagian besar masyarakat sudah dekat dengan tebing atau lereng yang curam
memiliki pengetahuan tentang bencana tanah ataupun dekat dengan lokasi yang pernah terjadi
longsor secara umum. Masyarakat mengetahui longsor. Seperti yang sudah diuraikan
faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya sebelumnya, kawasan permukiman di
longsor dan tanda-tanda longsor sebagai wujud Kecamatan Candisari sebagian besar menempati
deteksi awal terjadinya bencana tanah longsor. wilayah yang berlereng curam. Oleh karena itu
Pengetahuan tersebut mereka dapatkan dari masyarakat perlu lebih waspada dan berhati-hati
pengalaman, informasi dari media televisi terhadap ancaman bencana tanah longsor yang
ataupun informasi dari BPBD. Selain itu, dapat terjadi kapan saja. Masyarakat harus lebih
pengetahuan menyelamat diri dari bencana tanah peka pada lingkungan sekitar tempat tinggal
longsor secara umum, sebagian besar masyarakat mereka, seperti harus lebih berhati-hati ketika
sudah mengetahui tindakan yang harus mereka terdapat tanda-tanda akan bencana tanah longsor
lakukan ketika bencana tanah longsor terjadi. dan segera melakukan tindakan pencegahan agar
Sebagian kecil masyarakat menganggap dapat mengurangi risiko yang ada.
bahwa lingkungan tempat tinggal mereka tidak Bentuk upaya untuk mencegah dan/atau
rawan bencana tanah longsor. Masyarakat mengurangi dampak dari bencana tanah longsor,
beranggapan demikian, karena mereka sebagian besar rumah masyarakat sudah
mengetahui dan meyakini bahwa lingkungan memiliki konstruksi yang kokoh dan aman serta
tempat tinggal mereka tidak ada gerakan tanah. dilengkapi talud pada sekitar rumah mereka.
Walaupun demikian sebagian besar masyarakat Masyarakat berasumsi bahwa kejadian longsor
mengetahui adanya kejadian tanah longsor di yang sering terjadi diakibatkan karena pondasi
dekat lingkungan tempat tinggal mereka. Tetapi yang tidak kokoh dan belum dibangun talud.
karena tidak berdekatan dengan tempat tinggal, Dengan adanya rekayasa teknik yang dilakukan
maka mereka tetap beranggapan bahwa oleh masyarakat tersebut maka, dapat dikatakan
lingkungan tempat tinggal mereka aman dan masyarakat memiliki kesadaran untuk
tidak rawan bencana tanah longsor. Namun melakukan tindakan yang bertujuan untuk
sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa mencegah dan mengurangi dampak yang akan
tempat tinggal mereka rawan terhadap ancaman ditimbulkan oleh bencana tanah longsor.
bencana tanah longsor. Masyarakat yang Sebagian besar masyarakat tidak
beranggapan seperti itu, biasanya telah mengikuti sosialisasi dan kegiatan pelatihan
mendapatkan sosialisasi dari pemerintah terkait bencana tanah longsor. Hal tersebut wajar
adanya karena yang mengikuti kegiatan

40
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

sosialisasi dan pelatihan hanya orang-orang yang Kecamatan kemudian untuk dilaksanakan di
dipilih untuk menjadi relawan siaga bencana Kelurahan.
tanah longsor. Sedangkan, peran pemerintah Sedangkan partisipasi pemerintah pada
setempat untuk memberikan informasi terkait tingkat kelurahan sudah melakukan banyak
bencana tanah longsor sudah sangat baik. upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
Penyebaran informasi tersebut dilakukan melalui seperti memberikan penyuluhan dan pelatihan
pertemuan warga ataupun melalui media grup terkait bencana tanah longsor yang dilaksanakan
WhatsApp (WA) yang dibuat khusus untuk bersama BPBD Kota Semarang. Masyarakat
pertukaran informasi tentang bencana longsor. yang mendapat penyuluhan dan pelatihan
Upaya penanggulangan bencana tanah tersebut ialah anggota tim pelaksana KSB pada
longsor yang dilakukan oleh masyarakat masih masing-masing kelurahan yang telah dibentuk
kurang dalam penggunaan sarana peringatan dini KSB. Anggota pelaksana KSB inilah yang
pada beberapa wilayah. Seperti penggunaan nantinya bertugas untuk membagikan informasi
kentongan ataupun sirine sebagai penanda dan pemahaman terkait bencana tanah longsor
adanya bahaya bencana tanah longsor. kepada masyarakat lainnya.
Masyarakat beranggapan karena kejadian tanah Pelaksanaan penyuluhan terkait bencana
longsor memiliki skala yang kecil sehingga tidak tanah longsor yang dilakukan oleh anggota KSB
menjadi prioritas utama. Dengan demikian, menyasar pada kelompok masyarakat seperti
dapat dikatakan masyarakat masih belum kelompok PKK, pertemuan warga dan sekolah-
memiliki kesadaran sepenuhnya jika lingkungan sekolah. Sedangkan untuk kelurahan yang belum
tempat tinggal mereka merupakan daerah rawan dibentuk KSB penyuluhan dan pelatihan
bencana tanah longsor. dilakukan pada ketua RT atau ketua RW, yang
kemudian disalurkan melalui pertemuan warga.
Upaya Pemerintah
Dengan adanya penyuluhan diharapkan dapat
Peran pemerintah dibidang kebencanaan
meningkatkan kesiapsiagaan dan kesadaran dari
sangat diperlukan. Karena setiap kebijakan yang
masyarakat terhadap ancaman bencana tanah
diberikan akan berpengaruh bagi masyarakat
longsor.
yang menjadi naungannya. Upaya yang
BPBD Kota Semarang memberikan HT
dilakukan pemerintah dalam penanggulangan
kepada ketua tim anggota KSB dan membuat
bencana tanah longsor yaitu BPBD Kota
grup di WhatsApp yang dikhususkan untuk
Semarang membuat peta rawan longsor yang
pertukaran informasi terkait bencana tanah
dibuat berdasarkan data kejadian longsor.
longsor. Sehingga ketika terjadi bencana tanah
Dengan adanya peta tersebut dapat diketahui
longsor BPBD Kota Semarang dapat bertindak
wilayah-wilayah yang rawan terhadap ancaman
cepat dan tepat untuk melakukan tindakan
bencana tanah longsor, sehingga BPBD Kota
penanganan bencana tanah longsor.
Semarang dapat melakukan tindakan yang tepat
agar dapat mencegah dan mengurangi dampak
PENUTUP
yang akan terjadi.
Di Kecamatan Candisari terdapat Kapasitas Masyarakat
beberapa wilayah yang rawan terhadap ancaman Kapasitas masyarakat Kecamatan
bencana tanah longsor. Untuk mengurangi risiko Candisari secara teori memiliki tingkat kapasitas
yang ada, maka perlu dilakukan tindakan yang tinggi. Dapat diartikan bahwa masyarakat sudah
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas memiliki kemampuan dasar yang memadai
masyarakat dalam menghadapi bencana tanah untuk menghadapi bencana tanah longsor,
longsor. Partisipasi BPBD Kota Semarang untuk sehingga masih perlu mendapatkan pendidikan
Kecamatan Candsari secara umum sudah baik. lebih lanjut dari BPBD Kota Semarang. Secara
BPBD Kota Semarang telah membentuk KSB di teknis, masyarakat memperoleh kemampuan
Kelurahan yang berstatus Katana. Koordinasi mitigasi dari pengalaman dan informasi yang
pembentukan KSB dilakukan melalui diterimanya, karena adanya penyebaran

41
Mukaromah / Geo Image 9 (1) (2020)

informasi dan himbauan yang dilakukan oleh Sedangkan pada Kelurahan yang belum
pemerintah setempat dalam pertemuan warga. berstatus katana yaitu Karang Anyar Gunung
Tidak semua masyarakat Candisari dan Tegalsari sudah dilaksanakan penyuluhan
mendapatkan pendidikan dari BPBD, hanya dan pelatihan terkait kesiapsiagaan dalam
anggota tim pelaksana KSB yang mendapatkan menghadapi ancaman bencana tanah longsor.
pendidikan dan pelatihan. Anggota KSB menjadi
tim siaga bencana yang memiliki tugas untuk DAFTAR PUSTAKA
melakukan pengawasan terkait tanda-tanda BNPB. 2012. Pedoman Umum Desa/ Kelurahan
longsor dan melakukan penanggulangan saat Tangguh Bencana. Perka BNPB No. 1 Tahun
terjadinya bencana tanah longsor, serta 2012. BNPB.
BPBD. 2018. Data Kebencanaan 2014-2017 Kota
melakukan penyebaran informasi dan
Semarang. Semarang: BPBD Kota Semarang.
pemahaman kepada masyarakat lainnya.
BPS. 2018. Kecamatan Candisari dalam Angka 2018.
Sedangkan untuk kelurahan yang belum dibentuk BPS.
tim KSB, juga sudah sering mendapatkan Jaswadi, dkk. 2012. Tingkat Kerentanan dan Kapasitas
pendidikan dari BPBD, yang diwakili beberapa Masyarakat dalam Menghadapi Risiko Banjir
ketua RT. di Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta.
Majalah Geografi Indonesia Vol. 26 No. 1
Upaya Pemerintah Maret 2012. Yogyakarta: UGM.
Upaya yang telah dilakukan oleh BPBD Nugraha, Jaka, dkk. 2016. Model Kapasitas
Kota Semarang maupun pemerintah kelurahan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam Menggunakan Analisis Regresi Logistik
menghadapi bencana tanah longsor secara umum Ordinal. Yogyakarta: UII.
sudah baik. BPBD Kota Semarang membentuk Suharini, Erni dan Hariyanto. 2008. Kesiapan
anggota tim pelaksana KSB dan melakukan Penduduk Pemukim di Daerah Rawan
Longsor Kota Semarang. Jurnal Volume 35
penyuluhan serta pelatihan kepada masyarakat
Nomor 2 Desember 2008. Semarang: Forum
secara berkala setiap tahunnya. Pemerintah
Ilmu Sosial UNNES.
tingkat Kelurahan yang memiliki status katana Tjahjono, Heri. 2006. Aplikasi Sistem Informasi
yaitu Candi dan Jomblang sudah melakukan Geografis (SIG) untuk Monitoring Kesesuaian
beberapa upaya termasuk sudah memiliki Permukiman Terhadap Bahaya Longsoran di
kelompok masyarakat yang menjadi relawan Daerah Kecamatan Gunung Pati Kota
siaga bencana yaitu anggota tim pelaksana KSB. Semarang. Laporan Penelitian. Semarang:
Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

42

Anda mungkin juga menyukai