Pedoman Mutu RSCM-FKUI 2015-2019 (REVISI FINAL)
Pedoman Mutu RSCM-FKUI 2015-2019 (REVISI FINAL)
KATA PENGANTAR
D
engan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, buku “Pedoman Mutu RSCM-
FKUI” ini dapat diselesaikan. Buku ini berisikan kebijakan-kebijakan terkait program
mutu dan keselamatan di lingkungan RSCM-FKUI yang berfungsi sebagai dasar dari
komitmen rumah sakit untuk terus meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan yang
diberikan.
Saat ini tuntutan peningkatan mutu dan keselamatan di rumah sakit pendidikan makin
mengemuka sehingga perlu dilakukan upaya-upaya standarisasi pelayanan, pendidikan, dan
penelitian. Demi mendapatkan keseragaman dalam upaya perbaikan mutu dan keselamatan
terstandar tersebut di setiap unit kerja, diperlukan suatu pedoman yang dapat digunakan
bersama-sama. Salah satunya dengan penerapan Pedoman Mutu sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan, pendidikan, dan penelitian
di RSCM-FKUI.
Secara garis besar, buku pedoman mutu ini berisi tentang ruang lingkup Sistem Manajemen
Mutu. Dengan menerapkan isi dari pedoman mutu ini, diharapkan setiap pimpinan dan
pegawai dapat bahu membahu untuk mewujudkan rumah sakit bertaraf internasional yang
bermutu dan aman bagi semua melalui pembentukan budaya keselamatan pasien.
Terimakasih tak terhingga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan buku pedoman ini. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu membantu setiap upaya
dan kepedulian kita kepada sesama serta semoga pedoman ini dapat berkontribusi bagi
keamanan pelayanan pasien di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Jakarta, 2015
Direktur Utama
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Sasaran 2
1.4 Ruang Lingkup 2
1.5 Ketentuan Umum 3
Rencana strategis Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk menjadi pemberi
jasa pelayanan kesehatan pemerintah Indonesia yang berkualitas internasional telah diwu-
judkan dengan diraihnya akreditasi dari Joint Commission International (JCI) terhitung sejak
20 April 2013. RSCM sebagai Pusat Rujukan Nasional dengan visi “Creating infinite experi-
ence for all trough Academic Health System” telah melakukan langkah-langkah konkrit untuk
mewujudkannya. Hal tersebut sejalan dengan sasaran ke tujuh Kementerian Kesehatan RI
tentang kebutuhan Indonesia untuk memiliki Rumah Sakit berkualitas dunia. RSCM saat ini
telah menjadi rumah sakit pemerintah pertama yang memeroleh akreditasi JCI di Indonesia.
Sebagai organisasi pembelajar, dengan komitmen Direksi saat ini, kebutuhan perbaikan
berkelanjutan sudah tidak dapat ditawar lagi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk per-
baikan kualitas pelayanan, pendidikan, dan penelitian di RSCM. Perbaikan fisik bangunan,
penyediaan peralatan, peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, perbaikan
sistem dengan mengikuti akreditasi nasional (KARS), melakukan sertifikasi ISO di tingkat unit
kerja, rangkaian pembuatan renstra terintegrasi antara RSCM & FKUI hingga penetapan Key
Performance Indicator bersama dengan FKUI terus diupayakan.
Mengingat masih terdapat banyak hal mendasar yang perlu diatasi segera di RSCM dalam
rangka mencapai excellence, standar pelayanan rumah sakit berkualitas internasional perlu
diadopsi dan diterapkan dalam kerangka Indonesia dan RSCM-FKUI. Standar-standar pe-
layanan rumah sakit yang diterapkan oleh Joint Commission Internasional kemudian menjadi
pilihan. Berdasarkan evaluasi kegiatan focused survey pada tanggal 17-19 April 2013, maka
RSCM sudah dianggap mampu memenuhi standar internasional yang ditetapkan oleh Joint
Commission International.
Sebagai rumah sakit yang telah terakreditasi nasional (KARS) dan internasional (JCI), RSCM
terus berkomitmen untuk melakukan perbaikan mutu dan keselamatan layanan, pendidikan,
dan penelitian secara terus menerus untuk konsumen. Rumah sakit terus berupaya untuk
memastikan bahwa:
- perawatan yang diberikan berdasarkan bukti/evidence based dan praktik klinik yang up
to date.
- perawatan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan setiap konsumen dan tersedia bila
diperlukan.
- risiko terhadap konsumen, penyedia layanan, dan lain-lain diminimalkan, kesalahan da-
lam pemberian layanan dicegah.
- harapan dan kebutuhan konsumen dihargai; konsumen memiliki kesempatan untuk ber-
partisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan dan prosedur yang akan
diberikan dengan rasa kepedulian.
- prosedur, perawatan, dan pelayanan diberikan tepat waktu dan efisien dengan koordina-
si yang tepat dan berkesinambungan di semua tahap perawatan dan pelayanan.
Berangkat dari upaya pemenuhan hal-hal di atas, maka dirasakan penting untuk membuat
pedoman mutu yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang struktur organisasi
dan berbagai program mutu yang dijalankan di RSCM.
1.2 TUJUAN
RSCM dan FKUI mengidentifikasi dan mendefinisikan tujuan dan sasaran spesifik yang akan
dicapai setiap tahun. Kemajuan dalam memenuhi tujuan dan sasaran merupakan bagian ter-
penting dari evaluasi tahunan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu.
Pedoman Mutu ini diterapkan di lingkungan RSCM-FKUI dengan tujuan agar dapat:
a. menunjukkan kemampuannya untuk secara konsisten memberikan pelayanan yang me-
menuhi kebutuhan pelanggan, para pengguna sistem manajemen mutu, keselamatan,
dan kinerja serta memenuhi ketentuan dan peraturan yang ada.
b. memenuhi kebutuhan pelanggan melalui efektivitas tindakan di dalam sistem manaje-
men mutu, keselamatan, dan kinerja, termasuk proses perbaikan yang berkesinambun-
gan serta pencegahan atas ketidaksesuaian dengan sistem manajemen mutu.
c. memenuhi persyaratan akreditasi nasional dan internasional.
1.3 SASARAN
Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan bahwa RSUPN Dr. Cipto Mangun-
kumo harus mengikuti standar mutu dan keselamatan yang ada pada sistem akreditasi na-
sional oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan akreditasi internasional oleh Joint
Commission International (JCI)
2.1 VISI
“Menciptakan pengalaman istimewa untuk semua melalui Academic Health System”
(Creating infinite experience for all trough Academic Health System)
2.2. MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul, berbasis riset dalam
rumah sakit bertaraf internasional.
3. Melaksanakan penelitian kedokteran dan penelitian pendidikan kedokteran bertaraf in-
ternasional, lintas disiplin untuk mengatasi dan mengantisipasi masalah kesehatan di
masa depan.
4. Berperan aktif membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang pe-
layanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.
5. Menyelenggarakan tatakelola organisasi yang terintegrasi, efektif, efisien, dan akuntabel,
sehingga terwujud pertumbuhan finansial serta manajemen yang handal.
Mutu adalah
Proses untuk menyediakan pelayanan kesehatan untuk memenuhi harapan dan kebutu-
han pasien dan pelanggan lainnya. (JCI Update Edisi 5).
Derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan
(ISO 9001:2008)
Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pe-
layanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyeleng-
garaannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. (Departemen
Kesehatan RI).
Dimensi mutu meliputi akses terhadap pelayanan, keefektifan, efisiensi, keamanan dan ke-
selamatan pasien, keberlangsungan pelayanan, kompetensi, kenyamanan serta hubungan
antar manusia.
Sistem Manajemen Mutu adalah sistem manajemen yang memberikan jaminan bahwa
proses-proses di dalamnya memenuhi kriteria mutu yang ditetapkan dan selalu melakukan
tindakan perbaikan yang berkesinambungan untuk lebih fokus kepada kepuasan pelanggan.
Peningkatan mutu dan keselamatan merupakan pendekatan yang dilakukan dalam pro
ses pengembangan dan belajar berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan mutu, pe
ningkatan kinerja unit, dan peningkatan mutu rumah sakit secara keseluruhan. Pengumpulan
data dan informasi juga dilakukan untuk mendukung pelayanan pasien, manajemen rumah
sakit, evaluasi praktik profesi, dan keseluruhan dari program mutu dan keselamatan pasien.
Program peningkatan mutu dan keselamatan ditujukan pada desain dan re-desain sistem
dalam peningkatan mutu dan keselamatan dengan menggunakan pendekatan multidisiplin
pada seluruh departemen dan unit kerja. Informasi terkait program peningkatan mutu dan
keselamatan disosialisasikan pada karyawan melalui buletin internal, papan pengumuman,
rapat koordinasi, dan saluran internal, dll.
Dasar penentuan prioritas peningkatan mutu rumah sakit disusun berdasarkan hal-hal b
erikut:
Untuk kepentingan tersebut, bagian ini akan menyajikan informasi tentang proyeksi tuntut-
an pemangku kepentingan kunci dan benchmark yang kelak menentukan arah dan prioritas
strategis renstra RSCM - FKUI pada kurun waktu tahun 2015-2019.
KOMPONEN
NO HARAPAN KEKHAWATIRAN
STAKEHOLDERS
• RSCM sebagai acute tertiary care
• Sistem remunerasi yang semakin
Sistem rujukan tidak
1 Kemenkes baik
berjalan baik
• Sistem rujukan dan jejaring yang
lebih baik
Peningkatan kinerja dan kemandirian
Laporan keuangan
2 Kemenkeu keuangan BLU serta laporan keuangan
yang tidak akuntabel
yang WTP
Sistem rujukan dan jejaring yang lebih Sistem rujukan tidak
3 Pemda DKI
baik berjalan baik
Layanan yang cepat, aman, ramah, Layanan yang tidak
4 Pasien
worth it, berbasiskan evidence, nyaman memuaskan
Pelaksanaan pendidikan dan penelitian
yang bermutu dengan standar Lulus dengan waktu
5 Peserta Didik
internasional, suasana yang nyaman melebihi batas
dan apresiatif
Kesejahteraan kurang
Budaya kolegial, sarana kerja yang
diperhatikan dan
mendukung, beban kerja yang
banyaknya tugas dan
6 Staf Medik seimbang (pendidikan, penelitian dan
koordinasi manajerial
pelayanan), memberikan kesejahteraan,
yang menghabiskan
kondusif untuk berkarya
waktu
Memerhatikan dinamika tuntutan pemangku kepentingan kunci dan informasi dari bench-
mark serta evaluasi atas pelaksanaan renstra RSCM dan FKUI pada periode tahun 2010-
2014, maka tantangan strategis yang akan dihadapi oleh RSCM dan FKUI untuk periode
tahun 2015-2019 sebagai berikut:
1. Terwujudnya budaya menolong dan berkinerja
2. Terwujudnya staf yang memiliki kompetensi komprehensif yang unggul dengan pendeka-
tan integratif dan interdisipliner
3. Terwujudnya integrasi riset dalam pelayanan dan pendidikan
4. Terwujudnya riset operasional, translational, dan HTA (health technology assessment be-
rupa produk)
5. Terwujudnya sistem jaringan pelayanan dan pendidikan menuju RSCM-FKUI sebagai
acute academic tertiary care
6. Cost-containment dalam pendidikan, layanan, dan riset
7. Terwujudnya pelayanan yang beyond expectation pengguna jasa
8. Terwujudnya sistem manajemen terintegrasi RSCM dan FKUI
9. Advokasi kepada pemerintah untuk mengoptimalkan fleksibilitas agar kemandirian
finansial lembaga meningkat
10. Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi di departemen secara merata
11. Keberlangsungan eksekusi proses bisnis berdasar JCI
12. Terwujudnya kesejahteraan pegawai
Dalam kurun waktu tahun 2015 – 2019, RSCM dan FKUI telah berkomitmen untuk mengelola
secara bersama dan sinergis misi layanan, pendidikan, serta penelitian. Untuk kepentingan
ini, konsep Academic Health System (AHS) telah digunakan sebagai pola dalam mewujudkan
visi dan misinya. Karena pola pengelolaan berbasis AHS bersifat baru bagi RSCM dan FKUI,
maka diselenggarakan studi banding ke institusi AHC sebagai acuan patok duga kinerjanya.
Institusi-institusi tersebut adalah National University Health System, Singapura dan Universi-
ty of Pennsylvania, USA
Berikut ini disajikan analisis faktor eksternal dan internal yang dinilai dari faktor-faktor peluang
(oppotunities) dan ancaman (threats) serta kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses)
dalam mewujudkan visi periode 2015-2019.
Peluang
• Adanya JKN
• Meningkatnya health literacy dan kemampuan ekonomi masyarakat
• Transisi demografi dan emerging diseases
• Perkembangan teknologi IT dan kedokteran
• Jejaring kerjasama dengan PEMDA, universitas dan institusi lain terkemuka di dunia
• Mendapatkan status kemandirian dan fleksibilitas pengelolaan (UI sebagai Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum - PTN BH)
• UU pendidikan kedokteran: pentingnya hubungan antara FK dan RS Pendidikan (AHC
menjadi mungkin untuk diwujudkan)
• Keberadaan rumpun ilmu kesehatan dan RS UI Depok
Ancaman
• Pertumbuhan industri rumah sakit dan munculnya jejaring rumah sakit asing dan fakultas
kedokteran asing
• Ketidakpastian kebijakan dan dukungan suprasistem belum berjalan optimal
• Perkembangan budaya masyarakat yang lebih menuntut terhadap pelayanan dan pendi-
dikan
• Sistem rujukan nasional yang belum tertata
• Penugasan layanan publik yang membebani anggaran
• Ketidakpastian pendanaan dari suprasistem
Kekuatan
• Status UI yang sudah PTN BH dan RSCM yang sudah BLU (Badan Layanan Umum)
• Status dan reputasi RSCM dan FKUI di tingkat nasional dan international
• Engagement staf medik dan non-medik yang tinggi
• Staf medik dengan kualifikasi paling tinggi di bidangnya dan mempunyai integritas yang
tinggi di Indonesia
• Peserta didik PPDS yang berkualitas tinggi
• Sudah memiliki layanan multi unggulan
• Kesamaan visi dan keharmonisan RSCM dan FKUI
Kelemahan
• Belum meratanya tingkat kematangan organisasi dan proses bisnis departemen
• Sarana dan prasarana terbatas, termasuk kemampuan dan biaya operasional pemeli-
haraan
• Proses bisnis pendidikan dan layanan yang masih belum seamless
• Soft skill staf medik dan staf non-medik secara umum yang belum memadai
• Sistem manajemen kinerja yang belum inherent pada semua lini
• Remunerasi yang belum sepenuhnya berlaku
Analisis TOWS dilakukan dengan menekankan arah strategis pada penguatan mutu kelem-
bagaannya. Berikut disajikan hasil analisis TOWS (Tabel 3.6). Setiap sel matriks TOWS diisi
oleh sasaran strategi yang menunjukkan prioritas strategis yang dipilih oleh RSCM & FKUI
pada kurun waktu tahun 2015-2019 dalam menghadapi salah satu dari 4 (empat) keadaan
berikut:
1. memanfaatkan strength tertentu untuk menghadapi suatu threat
2. memanfaatkan strength tertentu untuk menggapai opportunity
3. meminimalisasi atau meniadakan weakness tertentu dengan menghadapi threat tertentu
4. meminimalisasi atau meniadakan weakness tertentu dengan memanfaatkan opportunity
tertentu
Peta strategi menggambarkan jalinan hubungan sebab dan akibat atas berbagai sasaran
strategis pada 4 (empat) perspektif, yakni perspektif stakeholders, perspektif proses bisnis,
perspektif learning & growth, dan perspektif finansial. Peta strategi yang disusun diadaptasi
dari pendekatan Balanced Scorecard.
Peta strategi RSCM dan FKUI periode tahun 2015 – 2019 tersusun atas 16 (enam belas) jenis
sasaran strategis yang dikembangkan berdasarkan pada analisis TOWS sebagai berikut:
Gambar 1. Peta strategi RSCM dan FKUI untuk periode tahun 2015 – 2019
Peta strategi disusun untuk mewujudkan visi RSCM-FKUI 2019, yakni “Creating infinite
experience for all through Academic Health System”. Dalam rangka mewujudkan visi terse-
but, sasaran strategis yang diperlukan pada perspektif stakeholder adalah terwujudnya
kepuasan stakeholder, yang hanya bisa terjadi bila RSCM dan FKUI mewujudkan sasaran
strategis terwujudnya pelayanan, pendidikan, dan riset yang excellent. Dan untuk mewujud-
kan sasaran strategis terwujudnya pelayanan, pendidikan, dan riset pada perspektif stake-
holder, RSCM dan FKUI perlu terlebih dahulu mewujudkan sasaran strategis terwujudnya
kelembagaan AHS dan mewujudkan sasaran strategis terakreditasi internasional pada per-
Pada perspektif proses bisnis internal, selain berkomitmen untuk sasaran strategis ter
wujudnya kelembagaan AHS, RSCM dan FKUI perlu berkomitmen untuk merealisasikan
sasaran strategis terakreditasi internasional, yang dicapai melalui sasaran strategis terwu-
judnya p
roses bisnis yang seamless dan terintegrasi dan terwujudnya sistem tata kelola dan
penjaminan mutu di tingkat unit kerja.
Demi mewujudkan berbagai sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal se-
bagaimana dijelaskan di atas, maka RSCM dan FKUI perlu mewujudkan berbagai sasaran
strategis di perspektif learning and growth sebagai fondasi dasar perwujudan visi organisasi
RSCM dan FKUI di akhir tahun 2019. RSCM dan FKUI perlu berkomitmen untuk mereali
sasikan terwujudnya budaya menolong dan berkinerja. Namun, untuk mampu mewujud-
kannya, RSCM dan FKUI perlu terlebih dahulu merealisasikan tiga jenis sasaran strategis
pada perspektif learning and growth: sasaran strategis terwujudnya percepatan integrasi
IT (information technology), sasaran strategis terwujudnya staf yang memiliki kompetensi
komprehensif yang unggul, dan sasaran strategis terwujudnya RSCM dan FKUI menjadi the
best place to work.
Perspektif finansial pada peta strategi berfungsi sebagai enabler yang memampukan perce-
patan perwujudan ketiga jenis perspektif lainnya (perspektif stakeholder, perspektif proses
bisnis internal, dan perspektif learning and growth). Ada dua jenis sasaran strategis yang
perlu direalisasikan oleh RSCM dan FKUI dalam perspektif finansial, yakni sasaran strategis
terwujudnya strategic public private partnership dan sasaran strategis terwujudnya cost con-
tainment dalam pendidikan, layanan, dan riset.
Berdasarkan peta strategi yang telah ditetapkan sebagai bingkai arah dan prioritas strategis
RSCM dan FKUI demi mewujudkan visi bersama AHS di penghujung tahun 2019, maka
disusun Indikator Kinerja Utama atau KPI (Key Performance Indicator) dan target KPI serta
bobot KPI dan PIC (Person in Charge) atas suatu KPI.
Berbagai jenis KPI telah dirumuskan untuk renstra bersama antara RSCM dan FKUI untuk pe
riode tahun 2015 – 2019. Sebagian jenis KPI bertipe outcome, lainnya bertipe output, proses,
dan input. KPI berfungsi untuk mengukur secara kualitatif dan kuantitatif tingkat keberhasilan
pencapaian suatu sasaran strategis pada peta strategi. KPI berjenis outcome merupakan
indikator kinerja utama yang mengukur keberhasilan RSCM dan FKUI untuk menghasilkan
sasaran strategis tertentu. Jenis KPI outcome hanya bisa diwujudkan bila ditunjang oleh
berbagai KPI berjenis output, yang berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan keluaran
suatu sasaran strategis pada peta strategis. Berbagai KPI bertipe proses merupakan kum-
pulan indikator keberhasilan sasaran strategis yang dibutuhkan untuk mewujudkan KPI ber-
tipe output. Dalam buku ini, KPI bertipe proses hanya bisa diwujudkan bila RSCM dan FKUI
mewujudkan KPI bertipe input, yang mengukur pencapaian keberhasilan RSCM dan FKUI
dalam menyediakan sumber daya organisasi tertentu sebagai masukan untuk melakukan
berbagai sasaran strategis pada proses bisnis internal.
KPI yang ditetapkan baik oleh korporat maupun unit kerja memertimbangkan kriteria:
1. risiko tinggi (high risk)
2. jumlah tinggi (high volume)
3. biaya tinggi (high cost)
4. performa buruk (bad performance)
5. pelayanan baru
6. pelayanan unggulan
Berikut digambarkan berbagai KPI untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu sasaran
strategis pada peta strategi RSCM dan FKUI periode tahun 2015 – 2019.
Program peningkatan dan penjaminan mutu dan keselamatan di rumah sakit merupakan
program besar yang tidak mungkin hanya melibatkan sekelompok orang. Bukan pula menja-
di tanggung jawab utama pimpinan rumah sakit saja melainkan semua unit kerja yang ada di
rumah sakit. Berikut akan diuraikan tugas dan fungsi serta wewenang masing-masing elemen
dalam program peningkatan mutu dan keselamatan di RSCM-FKUI.
Peran direksi dalam program peningkatan mutu dan keselamatan adalah:
1. mendukung dan membimbing pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu di RSCM.
2. meninjau, mengevaluasi, dan menyetujui rencana peningkatan mutu setiap tahunnya.
Para kepala unit kerja mendukung kegiatan peningkatan mutu rumah sakit melalui koordinasi
terencana dan komunikasi dari hasil kegiatan pengukuran peningkatan mutu serta u paya
menyeluruh untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Pertukaran data
dan informasi mengenai peningkatan mutu ini merupakan fungsi kepemimpinan yang p enting.
Pimpinan melalui pendekatan komunikasi yang terencana dan berkala, berbagi informasi,
memastikan jajaran direksi, staf, pasien, dan keluarga memiliki pengetahuan serta memberi
masukan untuk upaya peningkatan mutu yang sedang berlangsung sehingga dapat menjadi
sarana untuk terus meningkatkan kinerja.
KEWENANGAN
Kekuasaan kewenangan terhadap Program Mutu dan Keselamatan Pasien terletak pada
Direksi dan Dewan Pengawas. Wewenang untuk menerapkan dan memelihara kegiatan
tersebut yang dijelaskan dalam program ini diberikan kepada Komite Mutu, Keselamatan,
dan Kinerja.
Di luar jam kerja, Direktur Utama dengan Komite Mutu, Keselamatan, dan Kinerja akan
mendelegasikan wewenang kepada Manajer yang Bertugas (MODC) untuk mengambil
tindakan cepat dan tepat bilamana terdapat situasi darurat yang mengancam hidup, baik
berupa ancaman pribadi yaitu cedera atau ancaman kerusakan properti.
TANGGUNG JAWAB
Kunci keberhasilan proses peningkatan mutu berkelanjutan terletak pada kepemimpinan.
Pimpinan RSCM-FKUI, Direktur, Dekanat, dan para kepala unit kerja, mendukung kegiatan
peningkatan mutu RS. Direksi dan para kepala unit kerja bekerjasama sebagai pemimpin dan
memberikan contoh bagaimana Direksi dan staf medis dapat bersinergi.
Direksi Rumah Sakit memiliki tanggung jawab untuk mengawasi keamanan dan kualitas
pelayanan yang diberikan di RSCM. Dua kategori utama kekuasaan direksi untuk
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien meliputi pengambilan keputusan, yang harus
dilakukan dengan kepercayaan staf medis dan fungsi pengawasan.
Untuk mewujudkan target KPI yang telah ditentukan di atas, ada serangkaian program
kerja strategis yang perlu dilakukan oleh RSCM dan FKUI pada periode tahun 2015 - 2019.
Penentuan program kerja strategis RSCM & FKUI untuk mewujudkan sasaran strategis dan
target KPI nya diarahkan pada tiga tipe berikut ini:
1. Program kerja strategis yang bersifat pemantapan:
Tujuan dari diusulkannya program kerja strategis ini adalah untuk membantu memastikan
bahwa pelaksanaan suatu mekanisme atau sistem manajemen tertentu yang dilakukan
selama ini dinilai sudah berjalan efektif untuk terus dilanjutkan di masa-masa mendatang
dalam membantu mewujudkan suatu sasaran strategis RSCM dan FKUI pada periode
tahun 2015 - 2019.
2. Program kerja strategis yang bersifat perbaikan:
Tujuan dari direkomendasikannya program kerja strategis ini adalah untuk membantu
menyempurnakan atau menata ulang pelaksanaan suatu mekanisme atau sistem ma-
najemen tertentu yang dilakukan selama ini dinilai belum berjalan cukup efektif dalam
membantu mewujudkan suatu sasaran strategis RSCM dan FKUI.
3. Program kerja strategis yang bersifat pengembangan:
Tujuan dari direkomendasikannya program kerja strategis ini adalah untuk mengem-
bangkan inisiatif baru pelaksanaan suatu mekanisme atau sebuah sistem manajemen
tertentu dalam membantu mewujudkan suatu sasaran strategis RSCM dan FKUI.
1 Terwujudnya kepuasan Program improvement Program improvement Program improvement Program improvement
pasien pelayanan sesuai hasil pelayanan sesuai hasil pelayanan sesuai hasil pelayanan sesuai hasil
temuan temuan temuan temuan
2 Terwujudnya kepuasan Program improvement Program improvement Program improvement Program improvement
peserta didik pendidikan sesuai hasil pendidikan sesuai hasil pendidikan sesuai hasil pendidikan sesuai hasil
temuan temuan temuan temuan
3 Jumlah translational Prioritas fokus riset, Pendirian ME-RC Optimalisasi ME-RC Optimalisasi ME-RC
research yang penyempurnaan (Medical education kolaborasi ABG kolaborasi ABG
diterapkan dalam fasilitas riset, DIARC, and research center)
pelayanan alokasi dana sesuai kolaborasi ABG
fokus riset, kolaborasi
akademik, bisnis dan
goverment (ABG)
4 Persentase kasus 1. Pembuatan sistem 1. Pembuatan sistem 1. Pembuatan sistem 1. Pembuatan sistem
sulit yang berhasil penanganan kasus penanganan kasus penanganan kasus penanganan kasus
ditangani (survive atau medik sulit medik sulit medik sulit medik sulit
meninggal dengan 2. Pengukuran hasil 2. Pengukuran hasil 2. Pengukuran hasil 2. Pengukuran hasil
kualitas yang baik) 3. Evaluasi 3. Evaluasi 3. Evaluasi 3. Evaluasi
4. Penyempurnaan 4. Penyempurnaan 4. Penyempurnaan 4. Penyempurnaan
sistem sistem sistem sistem
5 Jumlah jenis kasus Program penetapan Program penetapan Program penetapan Program penetapan
sulit baru yang menjadi model kasus sulit model kasus sulit model kasus sulit model kasus sulit
model (yan, lit, dik) terintegrasi (Yan, Lit, terintegrasi (Yan, Lit, terintegrasi (Yan, Lit, terintegrasi (Yan, Lit,
Dik) Dik) Dik) Dik)
7 Jumlah layanan baru Pembangunan CMU 3 Pembangunan awal Pembangunan awal Penyelesaian
yang pembiayaannya cancer center Pusat
berbasis PPP (>10M) Geriatri Nasional
8 Tingkat efisiensi biaya 1. Program pembuatan Program Quick Win Program Sadar Biaya Program Sadar Biaya
pendidikan, pelayanan dokumen Sadar Biaya Tingkat Menengah Tingkat Menengah
dan riset berbasis cost pengendalian biaya Awal Akhir
contaiment rumah sakit
2. Program quick win
budaya sadar biaya
3. Program pemetaan
titik rawan
pemborosan
9 Tingkat efisiensi biaya 1. Program pembuatan Program Quick Win Program Sadar Biaya Program Sadar Biaya
dokumen Sadar Biaya Tingkat Menengah Tingkat Menengah
pengendalian biaya Awal Akhir
rumah sakit
2. Program quick win
budaya sadar biaya
3. Program pemetaan
titik rawan
pemborosan
10 Terbitnya dasar hukum 1. Pembentukan Tim Pembentukan Pembentukan Juknis Pembentukan Juknis
pembentukan AHC dan Advokasi Kebijakan & SPO Anggaran, Marketing & Anggaran, Marketing &
2. Pembentukan Operasional, Renstra Sumber Biaya Sumber Biaya
kebijakan payung Bersama, Sistem
SKB Menteri Remun, IT Terintegrasi,
3. Pembentukan Hukum & Humas
kebijakan & SPO,
Renstra bersama,
Sistem Remun, iT,
Terintergasi, Hukum
& Humas
11 Persentasi proses Program integrasi Program integrasi Program integrasi Program integrasi
bisnis terintegrasi yang 5 fungsi (Kebijakan 5 fungsi (Kebijakan 3 fungsi (Anggaran, 3 fungsi (Anggaran,
dikelola AHC Pedoman Standar, Pedoman Standar, Marketing dan sumber Marketing dan sumber
Renstra, Remun, IT, Renstra, Remun, IT, biaya) biaya)
Hukum & Humas) Hukum & Humas)
14 Jumlah pusat unggulan pembentukan 1 pusat pembentukan 1 pusat pembentukan 1 pusat pembentukan 1 pusat
riset, pelayanan dan unggulan unggulan unggulan unggulan
pendidikan yang
terintegrasi dengan
kinerja ekselen
15 Persentase rujukan dari Pembuatan sistem Pembuatan sistem Pembuatan sistem Pembuatan sistem
RS Binaan ke RSCM- monev rujukan, umpan monev rujukan, umpan monev rujukan, umpan monev rujukan, umpan
FKUI yang tidak tepat balik dan pembinaan, balik dan pembinaan, balik dan pembinaan, balik dan pembinaan,
perbaikan sistem perbaikan sistem perbaikan sistem perbaikan sistem
rujukan rujukan rujukan rujukan
16 Jumlah RS Binaan 1. Pembuatan sistem 1. Pembuatan sistem 1. Pembuatan sistem 1. Pembuatan sistem
yang mampu menjadi monev rujukan, monev rujukan, monev rujukan, monev rujukan,
RS rujukan balik umpan balik umpan balik umpan balik umpan balik
2. Pembinaan 2. Pembinaan 2. Pembinaan 2. Pembinaan
3. Evaluasi 3. Evaluasi 3. Evaluasi 3. Evaluasi
kemampuan RS kemampuan RS kemampuan RS kemampuan RS
binaan binaan binaan binaan
17 Jumlah program Diklat RS Jejaring Diklat RS Jejaring Diklat RS Jejaring Diklat RS Jejaring
pendidikan pelatihan di RS Persahabatan, di RS Karawang,
RS Jejaring yang RJ Tangean, RS RSUD Koja
dilaksanakan oleh Fatmawati, RS AB
RSCM-FKUI Harapan Kita
18 Jumlah lulusan yang Pembentukan Rekrutmen dokter Rekrutmen dokter Rekrutmen dokter
bekerja di sistem Departemen Layanan umum, Pembentukan umum, Pembentukan umum, Pembentukan
jejaring kesehatan Primer, Pembentukan jejaring layanan primer jejaring layanan primer jejaring layanan primer
primer RSCM-FKUI Prodi, Rekrutmen
dokter umum,
Pembentukan jejaring
layanan primer
19 Jumlah hasil kajian Program penyusunan Program penyusunan Program penyusunan Program penyusunan
strategis yang dipakai kajian strategis kajian strategis kajian strategis kajian strategis
untuk advokasi ke dan advokasi ke dan advokasi ke dan advokasi ke dan advokasi ke
stakeholder stakeholder stakeholder stakeholder stakeholder
21 % unit kerja Penguatan mutu unit Penguatan mutu unit Penguatan mutu unit Penguatan mutu unit
melaksanakan RTL kerja (audit mutu kerja (audit mutu kerja (audit mutu kerja (audit mutu
(Rencana Tindak internal, evaluasi RTL) internal, evaluasi RTL) internal, evaluasi RTL) internal, evaluasi RTL)
Lanjut) audit mutu
internal dan tracer
23 Jumlah BTP (Break 1. Penetapan BTP 1. Penetapan BTP 1. Penetapan BTP 1. Penetapan BTP
Thru Project) 2. Seminar hasil BTP 2. Seminar hasil BTP 2. Seminar hasil BTP 2. Seminar hasil BTP
yang berhasil 3. Sosialisasi Hasil BTP 3. Sosialisasi Hasil BTP 3. Sosialisasi Hasil BTP 3. Sosialisasi Hasil BTP
diimplementasikan 4. Perbaikan sistem 4. Perbaikan sistem 4. Perbaikan sistem 4. Perbaikan sistem
24 Level integrasi IT Peningkatan integrasi IT Peningkatan integrasi IT Peningkatan integrasi IT Peningkatan integrasi IT
25 Indeks kepuasan staf Peningkatan sarpras Peningkatan sarpras Peningkatan sarpras Peningkatan sarpras
terhadap sistem dan kerja kerja kerja kerja
lingkungan kerja
28 Indeks budaya kinerja Identifikasi budaya Identifikasi budaya Identifikasi budaya Identifikasi budaya
AHC RSCM-FKUI AHC, Sosialisasi AHC, Sosialisasi AHC, Sosialisasi AHC, Sosialisasi
Budaya AHC, Budaya AHC, Budaya AHC, Budaya AHC,
Survei Budaya AHC, Survei Budaya AHC, Survei Budaya AHC, Survei Budaya AHC,
Implementasi Perilaku Implementasi Perilaku Implementasi Perilaku Implementasi Perilaku
Budaya AHC, Uji Budaya AHC, Uji Budaya AHC, Uji Budaya AHC, Uji
Kompetensi, Penilaian Kompetensi, Penilaian Kompetensi, Penilaian Kompetensi, Penilaian
gap kompetensi, gap kompetensi, gap kompetensi, gap kompetensi,
pelatihan dan pelatihan dan pelatihan dan pelatihan dan
pendidikan sesuai gap pendidikan sesuai gap pendidikan sesuai gap pendidikan sesuai gap
kompetensi kompetensi kompetensi kompetensi
29 %staf medik yang Program pelatihan Program pelatihan Program pelatihan Program pelatihan
memiliki kompetensi untuk calon staf, untuk calon staf, untuk calon staf, untuk calon staf,
integratif dan staf muda, senior staf muda, senior staf muda, senior staf muda, senior
interdisipliner (Sergos,GCP, AA, (Sergos,GCP, AA, (Sergos,GCP, AA, (Sergos,GCP, AA,
(mengikuti pendidikan Pekerja, clinical Pekerja, clinical Pekerja, clinical Pekerja, clinical
dasar dokter klinik, teacher). Program teacher). Program teacher). Program teacher). Program
mempunyai sertifikat penanganan kasus sulit penanganan kasus sulit penanganan kasus sulit penanganan kasus sulit
Good Clinical Practice, dan case manager dan case manager dan case manager dan case manager
pernah menangani
kasus medik sulit,
membuat care plan
terintegrasi)
30 % sta non-medik yang Diklat staf non medik Diklat staf non medik Diklat staf non medik Diklat staf non medik
memiliki kompetensi
sesuai
31 % pimpinan unit Program Pendidikan Program Pendidikan Program Pendidikan Program Pendidikan
kerja yang memiliki MM/MARS MM/MARS MM/MARS MM/MARS
kompetensi manajerial
Dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan dan keselamatan yang dilakukan pada area prioritas,
sumber daya manusia dan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan perbaikan ditugas-
kan atau dialokasikan oleh pimpinan rumah sakit.
Model peningkatan mutu yang digunakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah Plan-
Do-Study-Act (PDSA). Proses PDSA adalah sebuah siklus yang memungkinkan untuk
melakukan perbaikan sistematis secara terus menerus. Hal ini membantu dalam memenuhi
kebutuhan yang terus berubah dan harapan pasien dan pegawai RSCM.
PDSA (Plan-Do-Study-Action/Rencana-Lakukan-Pembelajaran-Tindakan)
a. Plan/Rencana-perbaikan
• Rencanakan bagaimana perbaikan yang dibuat dapat diidentifikasi dalam tahap “S”
(Study).
• Suatu rencana tindakan yang digunakan untuk menggambarkan upaya perbaikan
yang diusulkan.
• Langkah pertama adalah mengidentifikasi peluang awal untuk perbaikan. Pada titik
ini fokusnya adalah untuk menganalisis data untuk mengidentifikasi masalah dan
menentukan hasil yang diharapkan. Dicari ide untuk memerbaiki proses yang ada.
Langkah ini memerlukan waktu yang paling lama dan usaha yang besar. Di tahap ini
dilakukan identifikasi 5 W 1 H: What: apa/proses apa yang perlu diperbaiki dan apa
data indikator perbaikan yang akan dikumpulkan? Why: Mengapa perlu diperbaiki?
Who: siapa staf yang bertanggung jawab/PIC uji coba? siapa staf atau orang yang
dilayani dan melayani serta siapa yang akan mengumpulkan data? Where: dimana
perbaikan akan dilakukan, dimana data dikumpulkan? When: kapan perbaikan akan
dilakukan, kapan data akan dikumpulkan, kapan evaluasi dilakukan, berapa lama uji
coba berlangsung?, dan How: bagaimana upaya perbaikan yang akan dilakukan/
sistem baru yang akan diujicobakan? .
b. Do/Lakukan-perbaikan
• Melaksanakan rencana
• Menjelaskan apa yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana tersebut
• Mengamati apa yang terjadi selama implementasi rencana tersebut
• Mengumpulkan data
• Langkah ini menerapkan uji coba solusi sebagai percobaan dasar untuk proses yang
baru.
c. Study/Pembelajaran-hasil (apakah perubahan menuju perbaikan?)
• Analisis data untuk mengevaluasi perbaikan.
• Bandingkan data dengan kemampuan proses dan data dasar
• Pada tahap ini, data dikumpulkan lagi untuk membandingkan hasil dari proses baru.
d. Act/Bertindak-untuk terus mendapatkan
• Apa langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya? Apakah sistem baru yang
iujicobakan dapat dijadikan kebijakan permanen atau masih perlu diperbaiki dalam
d
siklus PDSA berikutnya?
• Siklus PDSA dapat diulang terus-menerus, mencoba untuk melakukan perbaikan
dengan mengulang kembali setiap langkah yang ada.
Sebuah proses atau layanan dirancang dengan baik bila proses atau rancangan itu menggu-
nakan berbagai macam sumber informasi. Desain proses yang baik itu:
• Konsisten dengan misi dan rencana rumah sakit
• Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga pasien, staf, dan lain-lain.
• Menggunakan practical guidlines terkini, standar klinis, literatur ilmiah dan informasi lain
yang relevan, terkini, dan sudah terbukti tentang praktik-praktik klinis
• Konsisten dengan praktik bisnis yang sehat
• Memperhitungkan juga informasi relevan tentang manajemen risiko
• Dibuat berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang tersedia di rumah sakit ybs
• Dibuat berdasarkan best/better/good practices di rumah sakit lain
• Memanfaatkan informasi dari kegiatan-kegiatan perbaikan yang terkait
• Mengintegrasikan dan menghubung-hubungkan perbagai proses dan sistem.
9.1 Struktur Organisasi dan Tata Kelola Komite Mutu, Keselamatan, dan Kinerja
Struktur organisasi Komite Mutu, Keselamatan dan Kinerja sejak tahun 2015 berubah dari 3
subkomite menjadi 5 subkomite yaitu:
1. Subkomite sistem manajemen mutu
2. Subkomite sistem keselamatan
3. Subkomite sistem manajemen risiko dan evaluasi rekam medik
4. Subkomite manajemen kinerja korporat dan unit
5. Subkomite sistem manajemen kinerja individu
Secara garis besar menurut standar JCI, peran Komite Mutu seharusnya:
a. Mengkoordinasikan dan menintegrasikan aktivitas pengukuran di seluruh rumah sakit
b. Mendukung pengumpulan data di unit kerja, melakukan validasi, dan analisis yang selan-
jutnya akan dipergunakan sebagai umpan balik ke unit kerja tersebut
c. Mendukung perbaikan berdasarkan pada hasil analisis
d. Terlibat dalam pelatihan dan komunikasi terkait isu-isu mutu dan keselamatan pasien
e. Mengintegrasikan sistem pelaporan kejadian dan pengukuran budaya keselamatan un-
tuk memfasilitasi perbaikan-perbaikan
f. Menelusuri perkembangan dalam pengumpulan data yang harus diukur untuk dijadikan
prioritas organisasi
Ketua
KMKK
Tim Penjaga Mutu Tim Keselamatan Panitia Rekam Pengumpul Data PJ Pengumpul
dan Keselamatan Pasien Medik dan PIC Indikator Data
Unit Kerja
9.4 Wali Kelompok Kerja (Pokja) Tim Penjaga Mutu dan Keselamatan
DIREKTUR UTAMA
APR TKP/GLD
DIREKTUR MEDIK & DIREKTUR PENGEMBANGAN DIREKTUR SDM & DIREKTUR UMUM &
DIREKTUR KEUANGAN
KEPERAWATAN & PEMASARAN PENDIDIKAN OPERASIONAL
AP/AOP MFK/FMS
PMKP/QPS PPK/PFE
PP/COP
MKI/MOI KPS/SQE
PAB/ASC
HRP MPE
MDGs
MDGs TKP/GLD
PAB/ASC PP/COP
MFK/FMS
HPK/PFR PPK/PFE
APR
MPO/MMU
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan indikator yang dipilih meliputi;
• Kaitan ilmiah: hubungan antara indikator dan hasil proses, sistem, atau klinis yang diukur.
• Validitas: apakah indikator menilai apa yang dimaksudkan untuk dinilai dan data dapat
dipertanggungjawabkan kesahihannya.
• Ketersediaan sumber daya: hubungan dari hasil indikator untuk biaya yang terlibat dan
sumber daya staf yang tersedia.
• Pemilihan konsumen: sejauh mana indikator memerhitungkan kondisi spesifik perorangan
atau kelompok, misalnya, ras, etnis, atau budaya.
• Kebermaknaan: apakah hasil capaian indikator mudah dipahami, indikator mengukur
variabel dengan kontrol tertentu, dan kemungkinan variabel tersebut diubah untuk
upaya perbaikan kualitas.
Pemimpin rumah sakit bertanggungjawab untuk melakukan seleksi akhir kegiatan penguku-
ran apa saja yang ditargetkan. Untuk masing-masing bidang, mereka memutuskan:
• Proses, prosedur, hasil yang akan diukur
• Ketersediaan “sains” atau bukti yang bisa mendukung ukuran
• Bagaimana pengukuran dilaksanakan
• Bagaimana ukuran tersebut sesuai dengan rencana keseluruhan dalam program
pengukuran
• Frekuensi pengukuran
Stakeholder Finansial
1 Perspektif : (Pilih Salah Satu
Proses Bisnis Internal Pengembangan Personil &
dengan tanda “V”)
Organisasi
2 Sasaran Strategis :
5 Definisi :
6 Formula :
7 Kriteria:
a. Kriteria Inklusi :
b. Kriteria Eksklusi :
8 Bobot KPI (%) :
9 Tipe Indikator : (Pilih Salah Struktur Proses Output
Satu dengan tanda “V”) Outcome
10 Sumber Data :
11 Target sampel dan Ukuran
Sampel (n) :
12 Rencana Analisis:
13 Wilayah pengamatan :
14 Metode Pengumpulan Data :
(Pilih Salah Satu dengan Retrospektif Concurrent
tanda “V”)
15 Pengumpul Data :
16 Frekuensi Penilaian Data :
17 Periode pelaporan :
18 Rencana penyebaran hasil
capaian kepada staf :
19 Nama alat atau file audit :
Rumah sakit menetapkan indikator kinerja rumah sakit dan unit kerja yang terbagi menjadi
area-area indikator dan tercatat dalam rencana strategis dan kontrak kinerja unit kerja dan
RSCM. Indikator-indikator tersebut berasal dari:
Seluruh indikator kinerja di atas dilaporkan secara berkala oleh unit kerja terkait sesuai dengan
periode pelaporan yang terdapat pada kamus indikator ke Komite Mutu, Keselamatan,
dan Kinerja dengan tembusan ke Bidang Pelayanan Medik untuk kemudian dianalisis dan
dilaporkan ke Direksi untuk pengambilan keputusan ataupun untuk melakukan tindak lanjut.
Selain itu, terdapat indikator medik yang merupakan acuan atau tolak ukur dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan
mutu rumah sakit. Departemen medik, unit pelayanan terpadu, dan instalasi medik dalam
memberikan pelayanan harus menggunakan indikator kinerja medik (clinical outcome)
sebagaimana yang ditetapkan oleh rumah sakit sebagai acuan dalam pelaksanaan/pemantauan
pelayanan dengan penuh tanggung jawab. Dalam rangka monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan, seluruh departemen dan unit pelayanan terpadu harus membuat laporan dan
menganalisis statistik pencapaian indikator kinerja medik (cinical outcome) tersebut secara
teratur/periodik. Peninjauan terhadap indikator kinerja medik dilakukan setiap tahun dengan
merevisi, mengembangkan, dan atau menyempurnakan sesuai dengan perkembangan IPTEK
dan atau manajemen rumah sakit.
Dalam rangka peningkatan kinerja unit rumah sakit maupun unit kerja, rumah sakit menerapkan
Sistem Manajemen Kinerja (SMK) dalam memantau dan mengendalikan pelaksanaan
Rencana Strategis di rumah sakit. SMK merupakan mekanisme yang memampukan berbagai
tingkatan organisasi rumah sakit untuk merencanakan, memantau, dan mengendalikan
pencapaian aktual kinerja berbagai unit kerjanya, sehingga bergerak searah menuju target-
target kinerja yang ditetapkan dalam rencana strategis RSCM. Dengan demikian, manajemen
puncak rumah sakit dapat memutuskan dan bertindak dalam konteks dan ukuran yang sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisinya.
Berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan arah dan isi rencana strategis yang telah dis-
usun, rumah sakit di tiap tahun periode penilaian kinerjanya menjalankan tahap-tahap pent-
ing berikut ini:
Kelima tahap di atas direkomendasikan untuk dijalankan, sedemikian sehingga isi dokumen
rencana strategis yang ada dapat diimplementasikan dan jajaran manajemen dapat mengeta-
hui dan mengendalikan agar arah pengelolaan organisasi sesuai dengan tuntutan pemangku
kepentingan kunci RSCM. Dengan melembagakan secara konsisten kelima tahap tersebut
dan memastikan jalannya siklus pada ke empat tahap tersebut, manajemen sekaligus mem-
bentuk dan membangun secara berkelanjutan budaya kinerja rumah sakit di berbagai lapisan
manajemen dan unit kerjanya.
Rumah sakit menetapkan metode Failure Mode Effect And Analysis (FMEA) atau Analisis
Modus dan Dampak Kegagalan (AMKD) sebagai metode perbaikan/re-design. FMEA
merupakan metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi yang dilaksanakan secara proaktif, dimana kesalahan dapat
diprediksi dan dicegah.
Setiap awal tahun, KMKK memberikan data kompilasi risiko yang ada di rumah sakit ber-
dasarkan Risk Register serta tingkat risikonya kepada Direksi, untuk dipilih/ ditetapkan FMEA
apa yang akan dilakukan oleh korporat pada tahun tersebut.
1. CLINICAL PATHWAY
Clinical pathway adalah pedoman yang mencakup semua aktivitas pasien mulai dari
pasien masuk hingga keluar dari rumah sakit. Pedoman ini berguna untuk meningkatkan
mutu pelayanan dan pengendalian biaya pelayanan kepada masyarakat yang berobat
di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Clinical pathway dapat digunakan sebagai
alat evaluasi untuk pelayanan medik yang bermutu dan untuk menghindari tindakan
atau aktivitas yang tidak diperlukan. Hal ini merupakan pedoman dasar perhitungan
biaya pelayanan, agar pasien mendapatkan kepastian biaya dari upaya penyembuhan
penyakitnya.
Clinical pathway, pedoman praktik klinik, dan protokol klinik yang baik dan sesuai dengan
populasi pasien dan misi rumah sakit adalah yang sesuai dengan point-point berikut:
• Dipilih dari semua yang dapat diberlakukan terhadap jenis layanan dan pasien ru-
mah sakit ybs (jika ada pedoman nasional yang bersifat wajib disertakan dalam
proses ini)
• Dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit
• Disesuaikan, jika perlu, dengan teknologi, obat-obatan, dan sumber daya lainnya
yang ada di rumah sakit atau dengan norma profesional yang diakui secara nasional.
• Dinilai seberapa jauh terbukti secara ilmiah
• Secara formal disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit
• Diterapkan dan diukur bagaimana bila digunakan secara konsisten dan bagaimana
pula efektivitasnya.
• Didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman atau pathway
• Diperbarui secar berkala berdasarkan perubahan-perubahan yang ada di dalam
bukti dan evaluasi terhadap proses dan hasilnya.
Terdapat 5 (lima) clinical pathway yang ditetapkan untuk diimplementasikan dan dievalu-
asi secara berkala pada tahun 2015, yaitu:
a. Total Hip Replacement
b. Acute Myocardial Infarction (AMI)
c. Ventricular Septal Defect (VSD) Closure
d. Community Acquired Pneumonia (CAP)
e. Sectio Caesarea (SC)
Kelima clinical pathway tersebut di atas diimplementasikan di unit kerja terkait, seperti
Unit Rawat Inap Terpadu, RSCM Kencana, Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), dan
ICCU. Indikator yang digunakan sebagai sistem pemantauan dan evaluasi implementasi
clinical pathway di unit – unit kerja adalah sebagai berikut:
a. Indikator Proses: Kesesuaian implementasi clinical pathway
b. Indikator Outcome: Length Of Stay (LOS) untuk pasien rawat inap
a. Patient Care
Indikator ini ditentukan bersama dengan masing-masing departemen/divisi sehing-
ga sesuai dengan spesialisasi dan wewenang klinik setiap staf medis. Terdiri dari 2
(dua) komponen yaitu hasil pengobatan (outcome) dan komplikasi.
b. Pengetahuan Medis/Klinis
Indikator ini terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu jumlah Satuan Kredit Partisipasi
(SKP) kegiatan Continuing Medical Education (CME) dan pelatihan yang sesuai
dengan wewenang klinik setiap staf medis. CME yang dihitung adalah jumlah SKP
hanya dari seminar dan pelatihan. Batas minimal ditentukan oleh setiap departemen
sesuai dengan yang ditetapkan oleh kolegium.
f. Profesionalisme
Indikator ini dinilai dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh teman sejawat
yang sesuai dengan spesialisasi staf yang dinilai.
Sistem penilaian kinerja medis akan dilakukan evaluasi berkala (setiap 6 bulan) dan
dilakukan penyesuaian/revisi sesuai dengan kondisi atau prioritas masalah yang
berkaitan dengan kinerja staf medis.
Risk
Register
Establish the context
Communicate and consults
Identify risks
Mengidentifikasi dan memahami lingkungan kerja dan strategi dalam rangka mengefektifkan
program manajemen risiko di RSCM. RSCM menentukan parameter organisasi dan lingkungan
kerja dimana proses manajemen risiko harus dilakukan, tujuan dari kegiatan dan konsekuensi
potensial yang bisa timbul dari pengaruh internal dan eksternal. Tujuan, sasaran, strategi, ruang
lingkup dan parameter aktivitas, atau bagian dari organisasi dimana proses manajemen risiko
harus diterapkan, harus ditetapkan. Proses ini harus dilakukan dengan penuh pertimbangan
Mengidentifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman bagi sistem
kesehatan, unit kerja, bisnis dan tim dan/atau pasien. Identifikasi risiko yang komprehen-
sif untuk dikelola menggunakan proses terstruktur yang sistematis sangat penting, sebagai
risiko potensial yang mungkin tidak teridentifikasi pada tahap ini akan dikeluarkan dari proses
analisis dan pengobatan lebih lanjut. Semua risiko material harus diidentifikasi, apakah ber
ada di bawah kendali RSCM atau tidak.
Seluruh risiko yang signifikan di RSCM perlu diidentifikasi, dianalisis, diatasi, dan dievaluasi.
Walaupun demikian, untuk memulai proses tersebut, RSCM perlu memilih prioritas risiko
internal dan eksternal yang paling menjadi ancaman untuk diatasi terlebih dahulu. Proses
identifikasi risiko memerlukan pengertian pimpinan terhadap komponen-komponen berikut:
a. sumber risiko atau hazard yang berpotensi menyebabkan bahaya
b. kejadian atau insiden yang terjadi dan efeknya pada organisasi atau pemangku kepen
tingan internal/eksternal
c. identifikasi konsekuensi, keluaran atau efek risiko klinik atau kejadian terhadap organisa-
si atau para pemangku kepentingan
d. faktor-faktor yang memengaruhi (apa dan mengapa) terjadinya risiko klinis atau bahaya
atau insiden, dan
e. kapan serta di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak akan
efektif ditangani sebelum dilakukan identifikasi. Manajer risiko dapat menggunakan berbagai
informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Beberapa sumber informasi yang dapat di-
pakai antara lain keluhan pasien, hasil survei kepuasan, diskusi dengan kepala unit, pegawai,
mitra kerja dan laporan insiden. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif maupun
proaktif.
Analisis sistematik terhadap pelayanan, organisasi, unit kerja, dan lingkungan dilakukan un-
tuk memahami risiko dan mengidentifikasi tugas yang harus dilakukan berikutnya. Suatu
proses sistematis diperlukan untuk memahami asal suatu risiko dan menguranginya dalam
rangka memisahkan risiko minor yang dapat diterima dengan risiko mayor dan menyediakan
data untuk mendukung evaluasi dan tatalaksana.
Analisis risiko adalah langkah berikutnya setelah identifikasi risiko dalam proses manajemen
risiko. Secara umum, risiko yang akan memberikan efek finansial menjadi prioritas utama un-
tuk diintervensi. Semakin besar kerugian, semakin cepat intervensi harus dilakukan. Analisis
dilakukan sesuai dengan penilaian risiko untuk mengevaluasi tingkat keparahan setiap risiko
dengan melakukan peninjauan kemungkinan risiko terjadi serta efek yang dihasilkan.
DAMPAK KLINIS/CONSEQUENCES/SEVERITY
Potencial Concequences
Frekuensi/
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Likelihood
1 2 3 4 5
Sangat Sering
Terjadi
Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Tiap mgg/bln)
5
Sering terjadi
(Bebrp x /thn) Moderate Moderate High Extreme Extreme
4
Mungkin terjadi
(1-2 thn/x) Low Moderate High Extreme Extreme
3
Jarang terjadi
(2-5 thn/x) Low Low Moderate High Extreme
2
Sangat jarang
sekali (>5 thn/x) Low Low Moderate High Extreme
1
TINDAKAN
Can be manage by Clinical Manager/ Lead Detailed review & Immediate review
procedure Clinician should assess urgent treatment & action required at
the consequences should be undertaken Board level. Director
againts cost of treating by senior management must be informed
the risk
PEDOMAN MUTU
JENIS DILAPORKAN (D) (P) RISIKO PITA RANGKING PENANGGUNG BUKTI
NO INSIDEN SEGERA DARI MASALAH LANJUT PENYELE-
INSIDEN TANGGAL RISIKO RISIKO JAWAB CLOSING
UNIT KERJA (Diisi dept) UNIT KERJA SAIAN
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 DXP
Mengevaluasi risiko dan membandingkannya dengan kriteria yang dapat diterima untuk
mengembangkan daftar prioritas risiko untuk tindakan selanjutnya. Evaluasi risiko dan pri-
oritas menyangkut perbandingan antara tingkat risiko yang ditemukan dalam proses analisis
dan kriteria risiko yang sudah ada serta mengembangkan daftar prioritas risiko untuk rencana
selanjutnya.
Pada saat membuat kriteria evaluasi, RSCM mengidentifikasi tingkat risiko yang harus siap
diterima oleh organisasi dari berbagai macam area termasuk lingkungan internal maupun
eksternal. Kriteria risiko akan digunakan untuk mengukur dan memberi peringkat pada risiko,
untuk menentukan mana risiko yang dapat diterima dan mana yang harus dikelola. Kriteria
Evaluasi Risiko dapat dipengaruhi oleh persepsi internal maupun eksternal serta persyaratan
legal. Sangat penting ditetapkan agar kriteria yang tepat ditentukan sejak awal.
Bila memungkinkan, paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memerbaiki alat yang rusak,
memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur
alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko
kerugian. Sesudah manajer risiko mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang dihadapinya,
maka ia harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar
untuk itu:
1. Pengendalian risiko (risk control), risiko sedapat mungkin dihindari karena rumah sakit
tidak berani mengambil risiko. Dijalankan dengan metode berikut:
a) menghindari risiko (risk avoidance), salah satu cara mengendalikan risiko murni
adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan
jalan:
• menolak memiliki/menerima/melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya un-
tuk sementara
• menyerahkan kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko.
b) Mengendalikan kerugian dengan pencegahan dan pengurangan terhadap kemung
kinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian dengan cara:
• merendahkan peluang untuk terjadinya kerugian
• mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi
2. Pembiayaan risiko (risk financing) meliputi :
a) Pemindahan risiko (risk transfer), misalnya melalui pembelian asuransi.
b) Menanggung risiko (risk retention). Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh
rumah sakit. Artinya rumah sakit mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah
terganggunya kegiatan operasionalnya dengan menyediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya
Proses pengawasan dan penilaian risiko sangat penting untuk memastikan bahwa rencana
manajemen risiko klinis suatu organisasi tetap relevan. Mengingat faktor-faktor yang berpe
ngaruh terhadap terjadinya suatu risiko terus berubah, dibutuhkan proses pengawasan dan
penilaian yang berkelanjutan selama proses manajemen risiko.
PRIORITAS RISIKO
Risiko prioritas dan perencanaan tindakan akan memertimbangkan laporan kejadian lokal,
litigasi dan informasi klaim, informasi audit, keluhan dan isu yang diangkat oleh direktorat/
departemen/bidang/bagian/unit/instalasi/individu, serta regulasi nasional.
Laporan insiden adalah laporan tertulis dari setiap kondisi yang tidak konsisten dengan
aktivitas/prosedur rutin yang dilakukan di rumah sakit terutama untuk perawatan pasien. Saat
ini, format laporan insiden untuk setiap rumah sakit disusun berdasarkan Undang-Undang
Rumah Sakit No 44/2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Tujuan umum pelaporan insiden adalah untuk mengingatkan pihak manajemen risiko bahwa
ada suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu setiap
langkah yang diambil rumah sakit terhadap penanganan risiko.
Jenis Kejadian:
1. Administrasi klnis
2. Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Infeksi terkait rumah sakit
5. Proses pengobatan/cairan infus
6. Darah atau produk darah
7. Nutrisi
8. Oksigen/gas medis
9. Peralatan medis
10. Perilaku pasien
11. Pasien jatuh
12. Kecelakaan pasien
13. Infrastruktur fasilitas/gedung
14. Manajemen
15. Laboratorium
INVESTIGASI INSIDEN
Investigasi insiden adalah proses penilaian ulang terhadap laporan kejadian dengan merang-
kum kronologis kejadian dan mengidentifikasi masalah manajemen dalam pelayanan, men-
catat, serta mewawancara staf yang terlibat.
a. Investigasi sederhana
Dilakukan oleh atasan staf yang bersangkutan jika pita risiko warna biru atau hijau. Lang-
kah-langkah investigasi sederhana adalah:
2) Re-education Fair
Guna tercapainya implementasi standar mutu dan keselamatan terbaru secara global,
dilaksanakan acara sosialisasi berupa Re-education Fair. Tujuan kegiatan adalah memer-
baharui pengetahuan staf di lapangan terkait standar mutu dan keselamatan, sehingga
terjadi peningkatan kualitas pelayanan.
Bentuk-bentuk kegiatan dalam re-education fair adalah:
a. Workshop/Seminar
b. Pop-Up Quiz melalui Mailing List JCI-RSCM
c. NOBAR (Nonton Bareng) Standar Mutu dan Keselamatan
d. Roadshow & Tracer
e. Ujian Pit Stop
f. dll
Sasaran kegiatan ini adalah:
1. Tenaga Medis
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan
d. Farmasis
e. Keteknisian Medik
f. Dietisien
2. Tenaga Non-Medis
a. Petugas Keamanan (security)
b. Petugas Pembersihan (Cleaning Service)
c. Penanggung Jawab Gedung
3) Orientasi Modul Quality and Safety Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
dan Mahasiswa
Program ini diberikan kepada mahasiswa kedokteran dan PPDS baru yang akan bertugas
di RSCM. Bagi PPDS, modul ini merupakan modul wajib dengan bobot 2 Sistem Kredit
Semester (SKS). Materi-materi yang diberikan terdiri dari materi terkait standar mutu
dan keselamatan yang terkait dengan pendidikan, pelayanan, dan riset yang nantinya
4) Komunikasi Direktorat
Koordinasi Direktorat adalah forum untuk membahas yang terkait dengan hasil rapat di-
reksi dan temuan pada waktu tinjauan manajemen dan laporan MODC, tujuannya adalah
untuk memantau dan mengevaluasi rencana kegiatan serta membuat rencana tindak
lanjut penyelesaian masalah tersebut. Dilaksanakan 1 kali dalam seminggu selama 2
jam atau sesuai dengan kebutuhan. Rapat dihadiri oleh Direktur terkait, Kepala Bagian/
Bidang, Kepala Departemen, Unit Pelayanan. Hasil rapat adalah notulensi yang disahkan
oleh Direktur terkait dan didistribusikan ke peserta rapat.
Indeks ini ditujukan untuk menentukan jenis dan besar insentif finansial, non-finansial serta
konsekuensi yang berbasis kinerja bagi suatu unit kerja dan pegawai dengan mendasarkan
pada penilaian kontribusi setiap unit kerja atau pegawai.
Dalam rangka memberikan reward bagi tim penjaga mutu dan keselamatan, rumah sakit
berkomitmen untuk mengadakan Team Building Tim Penjaga Mutu dan Keselamatan. Tim
yang disahkan melalui Surat Keputusan Direksi ini dalam uraian tugasnya bekerja serta
menggerakkan pemilik proses terkait dalam pemenuhan standar mutu dan keselamatan.
Pelaksanaan team building ini diharapkan mampu menjadi penyemangat dan pemersatu
seluruh anggota tim untuk tetap berkomitmen meningkatkan dan menjaga mutu dan
keselamatan pasien.
RSCM Award
Penghargaan ini ditujukan untuk meningkatkan partisipasi dan komitmen unit kerja dalam
menyediakan layanan yang bermutu melalui upaya perbaikan berkesinambungan, berorientasi
keselamatan pasien, dan berbasis evidence. Penghargaan ini diberikan bagi semua unit kerja
dengan pencapaian prestasi di atas batas nilai yang ditentukan.
Komunikasi eksternal adalah suatu proses pelayanan informasi di luar RS, secara lisan
atau tertulis, meliputi penjelasan mengenai program dan kegiatan pelayanan, pendidikan,
dan penelitian di lingkungan RSCM kepada masyarakat yang disampaikan oleh seseorang/
kelompok yang mewakili rumah sakit.
Komunikasi internal adalah suatu proses ke dalam yang disampaikan oleh seseorang/
kelompok organisasi, secara lisan atau tertulis yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak
untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bermutu.
a. Komunikasi Lisan
- Serah terima pasien menggunakan metode SBAR (Subjek, Background, Assesment,
Recommendation)
- Laporan pasien dan hasil tes kritis meggunakan metode SBAR (Subjek, Background,
Assesment, Recomendation)
- Instruksi verbal dan melalui telepon menggunakan metode TBaK (Tulis, Bacakan
kembali, Konfirmasi)
- Sarasehan pegawai dan pimpinan (Debrief and Sharing)
b. Komunikasi Tertulis
Dokumentasi Rekam Medik
- Pengisian Identitas Pasien Rawat Inap (IPRI) diisi dengan lengkap pada formulir IPRI
sesuai pedoman pengisian rekam medik oleh petugas admisi.
- Petugas yang memiliki kewajiban mengisi rekam medik adalah doker, dokter gigi,
perawat, bidan, apoteker, dietisien dan nutrisionis, terapis, refraksionis, dan per-
ekam medis.
- Dalam rekam medis terdapat formulir yang harus diisi oleh dokter, perawat, dan
petugas kesehatan lain sesuai dengan kompetensi masing-masing profesi.
- Pengisian data dasar diisi oleh dokter dan perawat. Data dasar harus lengkap,
semua kelainan penting harus tertulis, teliti dan mengandung analitik yang mencer-
minkan adanya deskripsi riwayat penyakit berdasarkan pedoman pengisian rekam
medik.
- Pengisian daftar masalah diisi dengan berbagai masalah yang dikemukakan oleh
pasien, dibuat oleh dokter berdasarkan urutan dari yang paling penting.
- Pengisian pengkajian masalah dan perencanaan diisi oleh dokter dengan hasil pe
nemuan anamnesis, pemeriksaan jasmani serta laboratorium dipertimbangkan ber-
Komunikasi tertutup/dikecualikan adalah komunikasi informasi yang bersifat rahasia dan ti-
dak dapat begitu saja diumumkan atau diberikan kepada pemohon informasi. Informasi yang
dikecualikan di lingkungan RSCM meliputi :
a. informasi hasil rapat direksi yang bersifat tertutup
b. surat-surat di lingkungan RSCM yang bersifat rahasia
c. surat/dokumen RSCM yang substansinya menurut peraturan perundang-undangan
harus dirahasiakan
d. semua kebijakan dan SPO di lingkungan RSCM
e. data dan informasi terkait kegiatan penelitian
f. data dan informasi hasil penelitian yang akan atau masih dalam proses pengajuan hak
kekayaan intelektual
g. surat atau dokumen yang merugikan kepentingan rumah sakit
h. surat atau dokumen yang diterima RSCM yang substansinya dinyatakan rahasia oleh
pemberi surat atau dokumen
i. informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan undang-undang
j. informasi yang berkaitan dengan a pribadi
k. informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat
pribadi atau wasiat seseorang
l. informasi terkait dengan sistem keamanan teknologi informasi.
Selain itu, keamanan dan kerahasiaan data dipertahankan ketika berkontribusi atau menggu-
nakan database eksternal.
Dewan Pengawas
Para Direktur
Unit Kerja
PIC Indikator Unit Kerja
Keterangan :
Pelaporan
Tembusan Laporan
Feedback
Program alokasi pegawai di RSCM mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Sumber Daya Manusia
(SDM) Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, serta Rumah Sakit.
Rumah sakit mengembangkan aplikasi sumber daya manusia (HRD Application System) ber-
isi data kepegawaian RSCM. Aplikasi ini berisi data pegawai yang terdiri dari:
1. Data pribadi pegawai
2. Data kepegawaian
3. Data informasi tempat kerja
4. Data riwayat pegawai, terdiri atas:
a. Riwayat
b. kepangkatan
c. Riwayat pendidikan
Ketua Komite Mutu, Keselamatan, dan Kinerja dibantu oleh Sub Komite Sistem Manajemen
Mutu menyusun dan memelihara Pedoman Mutu, yang akan ditinjau ulang minimum 3 tahun
sekali untuk kemudian direvisi jika diperlukan.
Mengesahkan,
Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM (K) dr. Hervita Diatri, SpKJ (K) Dr. dr. C.H. Soejono, SpPD, K-Ger
NIP. 196102061987032005 NIP. 197606242008122002 NIP. 196006121985121001
Mengetahui,
Ketua Dewan Pengawas