Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Administrasi Bisnis Terapan

Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020


P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
Kelemahan Penggunaan E-Filling Pada Pengisian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Dengan Periode Penghasilan Kurang Dari 12 Bulan
Titin F. Nur 1, Febry Valentinus2
1,2
Tax Administration Laboratory, Vocational Education Program, Universitas Indonesia
Email: 1titinfachriahnur@gmail.com
*)
Korespondensi: titinfachriahnur@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salah satu kelemahan penggunaan aplikasi e-filing pada pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi dengan kasus masa perolehan penghasilan kurang dari 12 bulan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, wawancara dan
studi lapangan. Pemilihan responden dilakukan dengan kriteria, merupakan wajib pajak orang pribadi , mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja di Jakarta dan periode penghasilan kurang dari 12 bulan. Analisa dilakukan
dengan memilah data penghasilan, menghitung, menyajikan data dan menarik kesimpulan Hasil penelitian adalah
pada pengisian SPT normal, pemakaian e-Filing sangat mudah untuk dilakukan, hingga terjadi peningkatan pengguna
e-filing sebesar 1.221% dari tahun 2014 ke tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan e-Filing tidak dapat mendeteksi
kasus di luar pengisian SPT secara normal, sehingga dapat mengubah status SPT dari nihil menjadi kurang bayar atau
lebih bayar. Pada kasus masa perolehan penghasilan kurang dari 12 bulan, alternatif pelaporan melalui aplikasi e-SPT
menjadi opsi yang dapat diandalkan.

Kata kunci : ease of administration, e-filing, e-SPT, Pajak Penghasilan Orang Pribadi

ABSTRACT
This study aims to determine one of the weaknesses of the e-filing applications in reporting Annual Personal Tax
Return with a case of earning less than 12 months. This study uses qualitative methods and data collection techniques
used are literature studies, interviews and field studies. The selection of respondents with the following criteria : an
individual taxpayer, has income from one employer in Jakarta with income period less than 12 months. Data analysis
is carried out by reducing data, calculating, presenting data and drawing conclusions. The results of the study are
using e-Filing application for reporting normal tax return is very easy, this related with increasing of e-filing
application users by 1,221% from 2014 to 2018. Research results shows e-Filing cannot detect special cases such us
income period less than 12 months. The application can change the status of the Tax Return from zero to underpaid
or overpaid. In the case of an income period of less than 12 months, alternative reporting using the e-SPT application
becomes a reliable option.

Keywords : ease of administration, e-filing, e-SPT, Personal Income Tax

PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Tabel 1. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar tahun
Sensus (SUPAS) tahun 2015, diproyeksikan jumlah 2014-2019
JENIS 2014 2015 2016 2017 2018
penduduk Indonesia kelompok umur usia produktif WPOP 27,378,088 30,139,164 32,957,424 35,491,280 38,651,308
BENDAHARA 412,155 452,800 478,038 497,778 508,157
(kelompok umur 15-64 tahun), diperkirakan mencapai BADAN 2,456,905 2,666,594 2,904,378 3,101,839 3,320,020
179.12 juta jiwa atau sebesar 67,59% dari total JUMLAH 30,247,148 33,258,558 36,339,840 39,090,897 42,479,485

populasi. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan Sumber : Laporan tahunan DJP tahun 2018,
jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang diolah penulis
terdaftar pada Direktorat Jendral Pajak. Data jumlah
WPOP yang terdaftar pada Direktorat Jendral Pajak
(DJP) tahun 2014-2018 yang dilaporkan pada Laporan Pada tahun 2018, jumlah wajib pajak orang
Tahunan DJP tahun 2018, dapat dilihat pada Tabel 1. pribadi yang terdaftar sebanyak 38,65 juta. Meskipun

92
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
demikian jumlah wajib pajak orang pribadi yang Tabel 3. Jumlah Penyampaian SPT
Tahun 2014 2015 2016 2017 2018
terdaftar menunjukan trend peningkatan yang cukup e Filing 1,408,505 3,250,718 8,817,614 10,875,117 17,095,207
signifikan. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, e Form
e SPT
-
6,780,651
-
7,921,058
-
8,389,730
103,650
8,738,750
344,346
4,309,794
pada tahun 2018 jumlah WPOP terdaftar meningkat SPT Manual 23,092,865 22,917,430 17,919,891 15,179,738 3,953,281

40,7% menjadi 38,65 juta jiwa. Sumber : Laporan tahunan DJP tahun
Sejak tahun 1983, Direktorat Jenderal Pajak 2018, diolah penulis
(DJP) telah melakukan beberapa kali reformasi
perpajakan yang bertujuan untuk melakukan Pada tabel 3, dapat dilihat terjadi penurunan
perbaikan pada aspek organisasi, sumber daya metode penyampaian SPT Manual dari sebanyak 23
manusia, informasi teknologi dan basis data, proses juta WP pada tahun 2014, menjadi hanya sebanyak 3,9
bisnis serta peraturan perpajakan. Salah satu hasil juta WP (82,9%) pada tahun 2018. Sebaliknya, terjadi
reformasi perpajakan tersebut adalah kemudahan bagi peningkatan pengguna e-Filing dari sebanyak 1,4 juta
wajib pajak melakukan kewajiban perpajakan, berupa WP pada tahun 2014 menjadi 17 juta WP pada tahun
pembayaran dan pelaporan SPT yang sebelumnya 2018 (1.221%). Fakta yang menarik pada tabel 2 dan
dilakukan secara manual kini dapat dilakukan secara 3 adalah antara tahun 2014 sampai dengan 2018, tren
daring. Pada tahun 2014, pemerintah meluncurkan penurunan penggunaan metode pelaporan SPT
website resmi DJP Online berbarengan dengan Manual, serta tren kenaikan penggunaan metode
layanan e-Filing. Saat ini dalam aplikasi DJP Online pelaporan e-Filing sangat signifikan. Namun
terdapat beberapa layanan berupa e-Billing, e-Filing, dampaknya terhadap kepatuhan pajak berbeda bagi
e-Form, e-SKD, e-PHTB, Rumah Konfirmasi Wajib pajak Karyawan dan Non Karyawan.
Dokumen dan KSWP. Kepatuhan WPOP Karyawan berfluktuasi antara 63%
sampai dengan 71,8%, sementara kepatuhan WPOP
Tabel 2. Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT non karyawan menunjukan tren kenaikan kepatuhan
Tahunan PPh tahun 2014-2019 dari sebesar 23,48% pada tahun 2014 menjadi 74,28%
2014 2015 2016 2017 2018
WP Terdaftar wajib SPT 18,357,733 18,159,840 20,165,718 16,598,887 17,653,046 pada tahun 2018 (meningkat 50,8%). Sentanu dan
WP Badan 1,166,036 1,184,816 1,215,417 1,188,488 1,451,512
WPOP Karyawan 14,455,480 14,920,292 16,817,086 13,446,068 13,748,881
Budiarta (2019) melakukan studi tentang hubungan
WPOP Non Karyawan
Realisasi SPT Tahunan PPh
2,736,217
10,854,819
2,054,732
10,972,950
2,133,215
12,249,793
1,964,331
12,047,967
2,452,653
12,551,444
antara penggunaan e-filing dengan kepatuhan pajak,
WP Badan 552,959 681,488 706,798 774,188 854,354 dimana e-filing berdampak positif pada kepatuhan
WPOP Karyawan 9,659,375 9,445,376 10,607,940 10,065,056 9,875,321
WPOP Non Karyawan 642,485 846,086 935,055 1,208,723 1,821,769 pajak. Dari berbagai studi terdapat beberapa faktor
Rasio Kepatuhan 59.13% 60.42% 60.75% 72.58% 71.10%
WP Badan 47.24% 57.52% 58.15% 65.14% 58.86% yang mempengaruhi pilihan penggunaan e filing oleh
WPOP Karyawan 66.82% 63.31% 63.08% 74.86% 71,83%
WPOP Non Karyawan 23.48% 41.18% 43.83% 61.53% 74.28% wajib pajak.
Pada pengisian SPT normal, pemakaian e-
Sumber : Laporan tahunan DJP tahun 2018, Filing sangat mudah untuk dilakukan, WP hanya
diolah penulis mengisi atau memilih fitur-fitur yang telah disusun
berurutan sesuai dengan format SPT yang diinginkan.
Sementara dari jumlah WP terdaftar, WP Namun terdapat beberapa kekurangan dari aplikasi e-
yang wajib menyampaikan SPT dapat dilihat pada Filing. Salah satu permasalahan yang sering muncul
tabel 2. Wajib Pajak Orang Pribadi terdiri dari WPOP adalah pengulangan pengisian data ke dalam e-Filing
Karyawan dan WPOP Non Karyawan. Dari wajib karena terputusnya koneksi internet pada saat
pajak yang wajib pajak orang pribadi yang wajib pengisian data. Pada tenggat waktu penyampaian SPT
menyampaikan SPT, tingkat kepatuhannya dapat Tahunan, seringkali terjadi permasalahan server
dilihat pada tabel 2. Fluktuasi kepatuhan dari WPOP down karena banyaknya Wajib Pajak yang mengakses
Karyawan berkisar antara 63% sampai dengan 71,8%. aplikasi tersebut secara bersamaan. Penelitian ini
Sementara WPOP non karyawan menunjukan tren bertujuan untuk menjelaskan kekurangan e-Filing
kenaikan kepatuhan dari sebesar 23,48% pada tahun yang tidak dapat mendeteksi kasus di luar pengisian
2014 menjadi 74,28% pada tahun 2018. SPT secara normal, yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi
Layanan aplikasi perpajakan diharapkan yang menerima penghasilan kurang dari 12 bulan.
dapat meningkatkan kepatuhan formal Wajib Pajak, Status SPT wajib pajak yang menerima penghasilan
yaitu kewajiban penyampaian SPT tahunan. kurang dari 12 bulan pada satu tahun pajak yang
Perkembangan jumlah SPT yang disampaikan melalui seharusnya nihil, karena telah dipotong PPh 21 oleh
berbagai metode sejak tahun 2014 sampai dengan pemberi kerja, namun pada saat pengisian melalui e-
2018 dapat dilihat pada tabel 3 : Filing, status SPT Wajib Pajak berubah menjadi
kurang bayar atau lebih bayar. Hal ini dikarenakan

93
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
terdapat perbedaan sumber perhitungan penghasilan pemungutan pajak harus dijamin adanya kepastian
neto yang digunakan pada SPT PPh OP dan Formulir hukum sehingga dapat menjamin hak wajib pajak.
1721 A1 yang digunakan oleh pemberi kerja sebagai Menurut Fritz Neumark (Rosdiana, 2005), dari sisi
bukti pemotongan pajak karyawan. Pada aplikasi wajib pajak dan fiskus, ketentuan dalam sistem
tersebut tidak tercantum opsi pilihan masa perolehan perpajakan harus dapat dipahami (comprehensible),
penghasilan wajib pajak. Dampaknya wajib pajak bebas dari ambigu dan harus menimbulkan kejelasan
orang pribadi tidak dapat melakukan pelaporan SPT (must be unambiguous and certain); 3. Asas
melalui aplikasi e-Filing dan menggunakan alternatif Convenience; berhubungan dengan pelayanan yang
lainnya. Penelitian ini dapat bermanfaat agar pada diberikan oleh fiskus kepada wajib pajak, baik berupa
kasus seperti ini, aplikasi yang telah ada dapat lebih kenyamanan dan kemudahan prosedur hingga waktu
disempurnakan agar tidak merugikan wajib pajak yang pemungutan yang sesuai dengan kondisi wajib pajak.
akan berdampak kepada kepatuhan pajak. Menurut E.R.A Seligman (Rosdiana (2005) prinsip ini
berhubungan dengan pernyataan tentang bagaimana
TINJAUAN PUSTAKA pajak itu dibayar, kapan harus dibayarkan, kemana
Sistem Pemungutan Pajak harus dibayarkan, dan dalam kondisi bagaimana pajak
Sistem perpajakan suatu negara terdiri dari itu dibayarkan; 4. Asas Eficiency; berhubungan
tiga unsur pokok pemungutan pajak yang harus saling dengan pelaksanaan pungutan pajak, jangan sampai
berkaitan antara satu sama lainnya, yaitu kebijakan biaya memungut pajak lebih tinggi dibandingkan hasil
perpajakan (tax policy), undang-undang perpajakan pungutan pajaknya. Pemungutan pajak efisien jika
(tax law) dan administrasi perpajakan (tax cost of taxation rendah, baik dari sisi fiskus maupun
administration). Sistem pemungutan pajak termasuk wajib pajak. Indikator cost of taxation adalah
ke dalam ruang lingkup administrasi perpajakan. compliance cost, administrative cost, deadweight
Indonesia menganut prinsip Full Self Assesment efficiency loss from taxation, excess burden of tax
System yang dilaksanakan secara efektif pada tahun evasion dan avoidance cost (Rosdiana, 2005)
1984 atas dasar perombakan perundang-undangan
perpajakan pada tahun 1983. Pada sistem ini Tax Knowledge
wewenang sepenuhnya untuk menentukan besarnya Pengetahuan (tax knowledge) tentang pajak
jumlah pajak terutang ada pada Wajib Pajak tanpa diperlukan oleh wajib pajak untuk melakukan
campur tangan fiskus, selama Wajib Pajak tidak kewajiban perpajakannya, yaitu menghitung jumlah
menyalahi peraturan yang berlaku. Sejak tahun 1984, pajak terutang, membayar pajak terutang dan
Indonesia juga secara efektif melaksanakan With melaporkan kepada otoritas pajak sesuai dengan
Holding System, yaitu sistem pemugutan pajak dimana ketentuan pajak suatu negara, Telah banyak studi yang
wewenang pemungutan pajak ada pada pihak ketiga membuktikan hubungan antara pengetahuan pajak
selain fiskus dan Wajib Pajak (Rahayu (2017:110). dan kepatuhan pajak. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa pengetahuan pajak secara umum
Ease of Administration memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan
Pengelolaan administrasi perpajakan yang wajib pajak untuk memahami undang-undang dan
efektif dan efisien, merupakan kunci bagi pemerintah peraturan perpajakan, dan kemampuan mereka untuk
dalam melakukan pemungutan pajak. Salah satu asas mematuhinya (Singh, 2003.). Pengetahuan pajak
pemungutan pajak yang berkaitan erat dengan menjadi faktor yang paling berpengaruh untuk
kepatuhan pajak adalah asas ease of administration menentukan perilaku kepatuhan wajib pajak dalam
yang dikemukakan Adam Smith (Rosdiana, 2005). self assessment system (Loo, 2006; Loo et al., 2008;
Sistem pengelolaan administrasi perpajakan yang 2009). Dalam self assessment system wajib pajak
buruk akan berdampak bagi kepatuhan wajib pajak, menghitung sendiri pajak terutangnya, sehingga
karena pungutan pajak dirasakan sebagai suatu apabila wajib tidak mempunyai pengetahuan pajak
tambahan beban. Beberapa indikator asas ease of yang cukup, maka dapat mengakibatkan kesalahan
administration (Rosdiana, 2005), adalah sebagai perhitungan yang mengarah kepada ketidakpatuhan
berikut : 1. Azas Equity; berhubungan dengan prinsip pajak. Hasil studi beberapa peneliti menunjukkan
keadilan pendistribusian pajak dari berbagai kalangan. memiliki pengetahuan pajak akan berdampak pada
Setiap orang yang berada keadaan yang sama harus tingkat kepatuhan yang lebih tinggi, kurangnya
dikenakan pajak yang sama; 2. Asas Certainty; pengetahuan pajak dapat menyebabkan
berhubungan dengan aspek hukum atau ketentuan ketidakpatuhan, baik secara sengaja atau tidak sengaja
perundang-undangan dalam sistem perpajakan. Dalam (Kasipillai & Jabbar, 2003; Kirchler et al., 2006).

94
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
Ketidakpatuhan ini bisa jadi tidak disadari oleh wajib Simplifikasi harus membawa sistem perpajakan pada
pajak karena kurangnya pengetahuan. Studi tentang kondisi yang mendekati optimal, namun tidak
ketidakpatuhan yang tidak disengaja, dilakukan oleh mendistorsi tujuan yang ditetapkan berdasarkan skala
Loo (2008) terhadap wajib pajak orang pribadi di prioritas. Pencapaian simplifikasi pajak harus
Malaysia yang tidak sengaja melakukan kesalahan bertujuan untuk pemenuhan prinsip-prinsip sistem
dalam mengisi laporan pajak. Penelitian ini pajak. Simplifikasi dapat diterapkan melalui
menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pendekatan proses dengan tahapan sbb: simplifikasi
oleh McKerchar (1995) yang mempelajari UMKM di kebijakan pajak, peraturan pajak, administrasi pajak
Australia dan menemukan ketidakpatuhan tersebut dan mekanisme kepatuhan atau interaksi antara wajib
terjadi diluar pengetahuan mereka, yang menyebabkan pajak, pemungut pajak dan otoritas pajak. Simplifikasi
ketidakpatuhan yang tidak disengaja. administrasi pajak berhubungan erat dengan
penghematan biaya pemungutan pajak dan penurunan
Tax Complexity biaya kepatuhan. Banyak negara yang gagal
Bagi wajib pajak sistem perpajakan melakukan simplifikasi perpajakan, namun salah satu
merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas negara yang dianggap berhasil melakukan simplifikasi
perpajakan dapat mendorong keengganan wajib pajak administrasi perpajakan adalah Selandia Baru, dengan
memenuhi kewajiban pajak, sehingga berdampak pada menyederhanakan dokumen pajak. Dalam Saad
ketidakpatuhan. Slemrod dalam buku Tax (2014), dikemukakan studi terhadap simplifikasi
Simplification (DDTC 2018) mengemukakan dokumen pajak dengan mengukur tingkat keterbacaan
kesederhanaan (simplicity) adalah salah satu prinsip peraturan perundangan, Tax Information Bulletins
yang diinginkan dalam mengenakan pajak. Namun (TIBs) dan Tax Return Guides. Tan &Tower (1992)
dalam merancang suatu sistem pajak, konsep keadilan menggunakan Flesch Reading Ease Index dan
(equity) dan efisien (efficiency) lebih diutamakan, merekomendasikan penggunaan kalimat yang lebih
dibandingkan prinsip kesederhanaan. Hal ini pendek dan gaya penulisan aktif. Pau et al. (2007) dan
mengakibatkan timbulnya kompleksitas pajak (tax Saw & Sawyer (2010) menggunakan Flesch Reading
complexity). Dalam merancang suatu peraturan pajak, Ease Index, Flesch-Kincaid Grade Level Index, rata-
harus mencakup semua aspek yang dapat memberikan rata panjang kalimat dan jumlah kalimat pasif. Hasil
rasa keadilan bagi semua pihak, sehingga peraturan studi tersebut menunjukan keberhasilan pemerintah
dibuat semakin rinci yang menjadi alasan timbulnya dalam simplifikasi pajak dengan ukuran tingkat
kompleksitas pajak. Saad (2014) mengemukakan keterbacaan, yang diindikasikan dengan
kompleksitas pajak dalam berbagai bentuk, yaitu meningkatnya pemahaman atas dokumen Income Tax
kerumitan perhitungan dan formulir (American Act 2007 pada tingkat pendidikan 11-13 tahun.
Institute of Certified Public Accountants, 1992),
kompleksitas kepatuhan dan peraturan (Carnes & Kepatuhan Pajak
Cuccia, 1996), prosedur (Cox & Eger, 2006) serta Definisi kepatuhan pajak (tax compliance)
angka keterbacaan yang rendah (Pau et al., 2007; menurut IBFD International Tax Glossary adalah
Richardson & Sawyer, 1998; Saw & Sawyer, 2010). adalah tindakan prosedural dan administratif yang
Menurut Mustafa (1996) dalam studi di Malaysia, diperlukan untuk memenuhi kewajiban wajib pajak
bentuk kompleksitas pajak adalah sistem pembukuan, berdasarkan aturan pajak yang berlaku.
detil dan ambigu pada undang-undang perpajakan. Youde, S & Lim, S (2019) mengemukakan
Temuan ini selaras dengan studi sebelumnya definisi kepatuhan pajak sebagai keputusan wajib
mengenai penyebab kompleksitas pajak, yaitu pajak untuk patuh pada undang-undang dan peraturan
ambigu, perhitungan, perubahan, detil, formulir- pajak dengan membayar pajak secara akurat dan tepat
formulir dan pembukuan (Long and Swingen, 1987). waktu. Kepatuhan pajak dapat dicapai dengan
Pada studi di Australia, McKerchar (2003) kepatuhan sukarela (voluntary compliance) atau
mengidentifikasi masalah umum wajib pajak yaitu kepatuhan yang dipaksakan (enforced compliance).
bagaimana memahami instruksi pada Taxpack 2000, Kepatuhan pajak yang maksimal dapat dicapai dengan
peraturan, formulir laporan pajak dan informasi pendekatan kombinasi antara kepatuhan sukarela dan
tertulis lainnya yang disediakan oleh otoritas pajak. kepatuhan yang dipaksakan. Wajib Pajak
Darussalam (2018) mengemukakan diperlakukan berdasarkan niat mereka untuk menjadi
kompleksitas pada derajat tertentu diperlukan untuk patuh.
mencapai tujuan pajak yang lebih besar seperti Asmarani (2020), mengemukakan umumnya
efisiensi, pencapaian target penerimaan dan keadilan. kepatuhan pajak dibagi menjadi kepatuhan secara

95
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
administratif (formal) dan kepatuhan secara teknis data dalam bentuk csv dapat dikirim melalui
(materil). Kepatuhan formal diukur melalui kepatuhan pilihan unggah pada aplikasi e filing atau
pada persyaratan prosedural dan administrasi pajak, melalui media cd atau media penyimpan data
termasuk mengenai syarat pelaporan serta waktu elektronik lainnya. Terdapat beberapa jenis
untuk menyampaikan dan membayar pajak. aplikasi e-SPT yang telah dikembangkan
Sementara kepatuhan materil, mengukur kepatuhan oleh Direktorat Jenderal Pajak, yaitu :
terhadap perhitungan pajak secara benar (OECD, - E-SPT Masa PPh Pasal 21/26
2001) dan kepatuhan terhadap undang-undang - E-SPT Masa PPh Pasal 22
perpajakan. - E-SPT Masa PPh Pasal 23/26
Kepatuhan dapat diidentifikasi berdasarkan
pemenuhan kewajiban perpajakan, yaitu - E-SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2
mendaftarkan diri, membayar pajak dan - E-SPT Masa PPh Pasal 15
melaporkan surat pemberitahuan (SPT) secara benar, - E-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
lengkap dan jelas. Bagi wajib pajak orang pribadi, data - E-SPT Tahunan PPh Badan
yang dicantumkan dalam SPT akan dibandingkan
(Rupiah dan Dollar)
dengan profil wajib pajak seperti skala usaha, jumlah
harta, gaya hidup dan besarnya pinjaman. Berdasarkan - E-SPT PPN (telah diganti
hal tersebut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) penggunaannya menjadi E-faktur)
melakukan analisis risiko kepatuhan wajib pajak dan 3. Aplikasi e-filing
menyusun peta kepatuhan guna membuat model dan Aplikasi e-filing adalah aplikasi daring yang
skema pilihan perlakuan sebagai mitigasi risiko digunakan Wajib Pajak dalam
kepatuhan wajib pajak. menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik
ke DJP melalui website resmi DJP. Wajib
e-Filing dan e-SPT Pajak harus melakukan registrasi terlebih
Sejalan dengan tujuan reformasi perpajakan dahulu untuk mendapatkan e-FIN, yaitu
untuk memperkuat Teknologi Informasi dan basis data nomor identitas yang diterbitkan oleh DJP
Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah kepada pembayar pajak yang melakukan
mengembangkan berbagai aplikasi Sistem Informasi. transaksi elektronik dengan DJP (Rahayu,
Dari beberapa aplikasi tersebut, terdapat 3 aplikasi 2017:160). Kelemahan dari aplikasi ini
yang berpengaruh penggunaannya secara langsung adalah saat melakukan input data, komputer
terhadap Wajib Pajak, yaitu: harus terkoneksi dengan internet. Apabila
1. Aplikasi e-registration dalam proses input terjadi gangguan jaringan
Aplikasi e-registration adalah aplikasi sistem maka proses input harus diulang kembali dari
informasi pendaftaran, perubahan data Wajib permulaan. Kelebihannya pada kasus SPT
Pajak dan atau pengukuhan maupun normal, pengisian aplikasi ini sangat mudah
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena dan cepat.
Pajak melalui sistem yang terhubung
langsung secara daring dengan DJP (Rahayu, Perubahan metode pelaporan SPT dari
2017:156). manual kemudian menggunakan teknologi informasi,
2. Aplikasi e-SPT tentunya sangat berpengaruh pada tingkat kepatuhan
Aplikasi e-SPT adalah aplikasi sistem formal wajib pajak. Wajib pajak dihadapkan pada
informasi yang dikembangkan DJP dalam pilihan untuk menggunakan aplikasi pelaporan SPT.
memberikan pelayanan prima kepada Wajib Technology Acceptance Model (TAM) adalah model
Pajak untuk melaporkan pajaknya secara yang dikembangkan oleh Davis (1989) dalam menilai
elektronik dengan memanfaatkan penerimaan pengguna terhadap teknologi informasi.
perkembangan teknologi informasi. Aplikasi Terdapat dua faktor yang secara dominan
e-SPT dapat diperoleh dengan mengunduh mempengaruhi tingkat penerimaan pengguna pada
aplikasi tersebut pada website resmi teknologi baru, yaitu persepsi kegunaan (Perceived
Direktorat Jenderal Pajak dan kemudian
usefulness ) dan persepsi kemudahan (perceived of
menginstall aplikasi tersebut pada komputer
atau laptop. Data dapat diinput tanpa ease of use) (Davis, 1989). Hasil studi menunjukan
terkoneksi internet , sehingga data aman kuatnya hubungan kegunaan-penggunaan,
tersimpan pada computer. Saat pelaporan file dibandingkan dengan hubungan kemudahan-

96
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
penggunaan. Kegunaan lebih berpengaruh variabel yang sama mendukung penelitian
dibandingkan kemudahan penggunaan dalam sebelumnya. Terdapat variabel bebas, yaitu Persepsi
menentukan perilaku pengguna. Penerimaan WP orang pribadi yang secara simultan berpengaruh
pengguna teknologi informasi sangat erat kaitannya secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu
dengan variasi permasalahan pengguna dan potensi tingkat kepatuhan WP Orang Pribadi dalam
imbalan yang diterima jika teknologi informasi melaporkan pajak.
diaplikasikan dalam aktivitas pengguna (Pratama, Mokolinug, D.D.S. & Budiarso, N.S. (2015)
2008). Dalam pembahasan ini, teknologi yang dinilai melakukan studi atas Pengaruh Penerapan e-SPT
adalah aplikasi e-filing dan e-SPT dan pengguna Terhadap Efisiensi Pemrosesan Data Perpajakan
adalah wajib pajak. Persepsi kegunaan adalah aplikasi (Survey Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada Kantor
perpajakan bermanfaat untuk melaporkan pajak lebih Pelayanan Pajak Pratama Kota Tomohon). Hasil
cepat dan akurat. analisis menunjukan bahwa kepraktisan, kemudahan
Berbagai studi telah dilakukan untuk perhitungan, kemudahan pelaporan dan keandalan e-
menentukan variabel yang mempengaruhi perilaku SPT secara bersama-sama berpengaruh terhadap
wajib pajak terhadap aplikasi perpajakan e-filing dan efisiensi pemrosesan data perpajakan pada pengusaha
e-SPT. Selain dua variabel dominan persepsi kena pajak di Kota Tomohon. Secara individu
kegunaan dan penggunaan, beberapa peneliti Kepraktisan dan Kemudahan perhitungan
menambahkan variabel lain. Wiyono (2008) meneliti berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemrosesan data perpajakan dan Kemudahan
penerimaan Wajib Pajak terhadap e-flling di Indonesia pelaporan dan Kepraktisan e-SPT tidak berpengaruh
dengan menggunakan model TAM. Hasilnya secara signifikan terhadap efisiensi pemrosesan data
menunjukan bahwa persepsi kegunaan dan persepsi perpajakan pada pengusaha kena pajak di Kota
kemudahan berpengaruh signifikan terhadap Tomohon.
penggunaan senyatanya, sedangkan terhadap minat Perbandingan prediksi keberterimaan e-filing
perilaku tidak berpengaruh signifikan. Hasil lainnya dengan e-form dalam penyampaian surat
menunjukkan bahwa sikap dan penggunaan e-filling pemberitahuan tahunan 1770/1770s diteliti oleh
berpengaruh signifikan terhadap minat perilaku Nurhayati & Hidayat (2019). Hasilnya terdapat
penggunaan e-filling, kerumitan berpengaruh beberapa aspek dalam menganalisis perbandingan
signifikan terhadap penggunaan senyatanya, prediksi keberterimaane-filingdengan e-form dalam
pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap penyampaian SPT yaitu ekpektasi kinerja (performace
persepsi kegunaan dan minat perilaku, jenis kelamin expectancy) ,ekspektasi usaha (effort expectancy),
berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan, pengaruh sosial (social influence) dan kondisi
sedangkan pada persepsi kegunaan maupun pendukung (facilitating condition). Keempat aspek
penggunaan senyatanya tidak berpengaruh signifikan, tersebut memiliki peran terhadap minat dan
persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap keberterimaan wajib pajak dalam menggunakan e-
sikap dan persepsi kegunaan. filing dan e-form. Perkembangan teknologi sangat
Desmayanti (2012) meneliti penggunaan pesat dituntut untuk memilki ketertarikan dan
fasilitas e-filing di kota Semarang, menambahkan kebergantungan terhadap teknologi karena alasan
variabel Keamanan & kerahasiaan serta Kesiapan memberikan kemudahan dan efisiensi. Dibandingkan
teknologi informasi. Hasil studi yaitu variabel yang dengan e-form, e-filing masih memiliki respon
berpengaruh signifikan positif terhadap intensitas keberterimaan yang baik dari wajib pajak. Wajib pajak
perilaku dalam penggunaan e-Filing adalah Persepsi masih memilih e-filing untuk penyampaian SPT
kegunaan, Keamanan & kerahasiaan dan Kesiapan dimasa yang akan datang, sementara belum banyak
teknologi informasi. Sementara Variabel Kerumitan yang memilih e-form untuk penyampaian SPT. Hasil
berpengaruh signifikan negatif terhadap intensitas lainnya kendala yang masih terjadi dalam penerapan
perilaku dalam penggunaan eFiling. Gunawan (2017) e-filing adalah teknis server yang bermasalah, namun
melakukan studi mengenai persepsi wajib pajak secara keseluruhan wajib pajak sudah mulai terbiasa
terhadap eFiling dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dan mengerti dengan pemakaian e-filing yang lebih
WP Orang pribadi. Hasilnya penelitian menunjukan simpel.

97
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
mempunyai sumber penghasilan lainnya yang
merupakan objek pajak non final. Terdapat 3
METODOLOGI PENELITIAN responden, yaitu A, B dan C. Berdasarkan hasil
wawancara, matriks data wajib pajak untuk pengisian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif SPT PPh OP tahun 2019 terdapat pada tabel 4, sebagai
(Sugiyono. 2017) , yaitu metode penelitian yang berikut :
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (lawan dari eksperimen) dimana peneliti Tabel 4. DataWPOP untuk SPT PPh OP tahun
merupakan instrumen kunci. Teknik pengumpulam 2019
data merupakan gabungan dari observasi, wawancara,
Nama WP A B C
dokumentasi (trianggulasi), analisis data bersifat Status K/1 TK/0 TK/0
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih Masa Perolehan Penghasilan Jan - Nov Mar- Des Jan - Apr
Jumlah bulan 11 bulan 10 bulan 4 bulan
menekankan makna dari pada generalisasi.
Terdapat 3 (tiga) orang reponden, yang Sumber : Hasil wawancara, diolah penulis
dipilih dengan kriteria: merupakan wajib pajak orang
pribadi , mempunyai penghasilan dari satu pemberi Besarnya penghasilan dalam satu tahun pajak
kerja di Jakarta dan periode penghasilan kurang dari dan perhitungan jumlah pajak yang dipotong oleh
12 bulan. Analisa dilakukan dengan memilah data pemberi kerja berdasarkan formulir 1770-A1/A2 bagi
penghasilan, menghitung, menyajikan data dan Wajib Pajak A, B dan C, masing-masing pada tabel 5
menarik kesimpulan menggunakan studi kasus dari :
beberapa orang Wajib Pajak Orang pribadi(WPOP)
dengan kondisi masa perolehan penghasilan kurang Tabel 5. Perhitungan Pajak Terhutang SPT PPh
dari satu tahun. OP tahun 2019 Form 1770 A.1
A B C
Teknik pengumpulan data yang digunakan Total Peghasilan Bruto pada Form A1/A2 4,218,170,136 3,019,074,926 25,913,910
Pengurangan (5,500,000) (5,000,000) (1,875,056)
melalui studi literatur, wawancara dan studi lapangan. Total Penghasilan Neto pada Form A1 4,212,670,136 3,014,074,926 24,038,855
Jumlah Penghasilan Neto utk
Wawancara dilakukan pada responden yang saat Penghitungan PPh 21 disetahunkan (angka
menerima penghasilan berdomisili di Jakarta. Sumber 14) 4,595,640,148 3,616,889,911 72,116,564
Penghasilan Tidak Kena Pajak (63,000,000) (54,000,000) (54,000,000)
data juga melalui Undang-Undang Perpajakan yang Penghasilan Kena Pajak
Setahun/Disetahunkan
disusun oleh Kementrian Keuangan Republik PPh Pasal 21 atas Penghasilan Kena Pajak
4,532,640,148 3,562,889,911 18,116,564

Indonesia Direktorat Jenderal Pajak sebagai acuan Setahun/Disetahunkan 1,304,792,045 1,013,866,973 905,800
PPh Pasal 21 Terutang 1,196,059,374 844,889,144 301,933
dalam penghitungan dan penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) elektronik serta Website resmi Sumber : Hasil wawancara, diolah penulis
Direktorat Jenderal Pajak sebagai acuan tata cara
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) melalui e- Pada responden A dan C kewajiban pajak subyektif
Filing dan e-Form. Sumber lainnya adalah melalui berakhir pada bagian tahun pajak, sementara pada
jurnal-jurnal (hasil-hasil penelitian terdahulu yang responden C kewajiban pajak subjektif diperoleh pada
telah dipublikasikan), buku dan sumber-sumber bagian tahun pajak (lihat tabel 4). Berdasarkan
lainnya (artikel di internet dan lain-lain). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ/2016,
pada kondisi tersebut atas penghasilan kena pajak
disetahunkan sebanding dengan jumlah bulan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN bagian tahun pajak yang bersangkutan. Setelah
penghasilan kena pajak disetahunkan, PPh Pasal 21
Jumlah pajak terhutang pada suatu tahun dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 UU PPh.
pajak dihitung berdasarkan jumlah penghasilan yang PPh Pasal 21 setahun tersebut kemudian
diperoleh pada suatu tahun pajak dikurangi dengan diproposionalkan berdasarkan jumlah bulan bekerja
penghasilan tidak kena pajak, kemudian dikenakan dalam bagian tahun yang bersangkutan. Formulir 1721
tarif PPh pasal 17 UU Pajak Penghasilan. Indonesia A1 wajib dilampirkan pada SPT PPh OP sebagai bukti
menganut sistem self assessment, dimana wajib pajak pemotongan pajak oleh pemberi kerja. Perhitungan
menghitung sendiri pajak terutang, membayar pajak jumlah pajak terutang dan yang dipotong oleh pemberi
yang kurang dibayar serta melaporkan SPT Tahunan kerja telah sesuai dengan masa perolehan penghasilan.
WPOP ke Direktorat Jendral Pajak. Karena seluruh responden hanya menerima
Pada kasus yang dibahas pada penelitian ini, penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak ada
responden merupakan WPOP berstatus sebagai penghasilan lain yang merupakan objek pajak non
karyawan tetap dari satu pemberi kerja dan tidak final, maka pajak penghasilan terutang sama dengan

98
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi kerja. karena kebermanfaatannya menyampaikan laporan
Dalam hal ini tidak ada pajak penghasilan yang kurang pajak lebih cepat dan akurat. Namun pada kasus ini e-
atau lebih dibayar, sehingga status SPT PPh OP untuk filing tidak dapat digunakan walaupun aplikasi ini
ketiga responden adalah NIHIL. lebih mudah digunakan dibanding dengan aplikasi
lain. Aplikasi e-Filing tidak dapat digunakan untuk
Tabel 6berisi ringkasan SPT Tahunan WPOP mendapatkan hasil status Wajib Pajak yang sesuai,
tahun 2019 dari masing-masing responden yang telah karena pada aplikasi tersebut belum terdapat opsi atas
diisi sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak kondisi seperti diatas. Solusi atas permasalahan diatas
Nomor 24/PJ/2008 Tentang Surat Pemberitahuan berbeda bagi wajib pajak dilihat dari pertimbangan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan pemahaman atas peraturan pajak (tax knowledge).
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak yang pemahaman akan pengetahuan
Wajib Pajak Orang Pribadi Beserta Petunjuk perpajakan kurang, tetap akan melaporkan SPT
Pengisiannya sebagaimana yang telah diubah menjadi menggunakan aplikasi e-filing sesuai dengan langkah-
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2014. langkah yang dberikan oleh aplikasi e-filing, sehingga
pada kasus responden A dan B, SPT akan berstatus
Tabel 6 Ringkasan Formulir Induk SPT PPh OP kurang bayar. Bagi wajib pajak hal ini jelas
tahun 2019 bertentangan dengan prinsip keadilan (equality),
A B C
Jumlah Penghasilan Neto 4,595,640,145 3,616,889,911 51,827,820
karena wajib pajak karena ketidaktahuannya akan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (63,000,000) (54,000,000) (54,000,000) membayar pajak terlalu besar. Pada kasus yang sama
Penghasilan Kena Pajak 4,532,640,000 3,562,889,000 -
PPh Pasal 21 Terutang 1,304,792,000 1,013,866,700 - dengan responden C, status pelaporan SPT PPh OP
PPh dipotong 1,196,059,374 844,889,144 301,933
PPh Pasal 21 Kurang/lebih bayar 108,732,626 168,977,556 (301,933)
akan menunjukan status Lebih Bayar, yang pada
Sumber : Hasil wawancara, diolah penulis realitasnya seharusnya status SPT adalah nihil karena
pajak yang dipotong oleh pemberi kerja telah sesuai
Responden A dan B menggunakan formulir SPT 1770 dengan jumlah penghasilan yang diterimanya. Hal ini
S sesuai dengan besarnya penghasilan, sementara dapat berpotensi menimbulkan masalah terkait beban
Responden C menggunakan formulir 1770, karena yang dikeluarkan oleh fiskus. Status Wajib Pajak
merupakan tenaga ahli yang memperoleh penghasilan Lebih Bayar mendapatkan prioritas untuk dilakukan
dari pekerjaan bebas. Pada tahun 2019, penghasilan pemeriksaan pajak, agar fiskus dapat segera
dari pekerjaan bebas nihil, namun respondenC menentukan berapa besarnya jumlah pajak yang
mempunyai penghasilan yang dikenakan pajak yang seharusnya terutang, dan besarnya jumlah kelebihan
bersifat final. pajak yang dikembalikan kepada wajib pajak sesuai
ketentuan perundangan. Kegiatan pemeriksaan
SPT PPh OP Induk mensyaratkan tentunya akan menambah beban baik bagi fiskus
dimasukkannya Jumlah Penghasilan Neto yang telah maupun bagi wajib pajak, baik itu dari segi waktu,
disetahunkan sebagai dasar untuk menghitung tenaga dan biaya, sehingga tidak sebanding antara cost
Penghasilan Kena Pajak. Sehingga terdapat selisih yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima. Hasil
pengakuan penghasilan dalam menghitung PPh 21 studi Eichfelder, S., & Vaillancourt, F. (2014)
WPOP pada formulir 1721 A1 yang digunakan oleh mengemukakan bahwa terdapat beberapa aspek
pemberi kerja, dengan formulir SPT PPh WPOP yang pemicu beban kepatuhan pajak, diantaranya adalah
digunakan sebagai dasar pelaporan wajib pajak ke kompleksitas hukum pajak (termasuk jumlah pajak,
Direktorat Jendral Pajak (DJP) Hal ini berarti pada tingkat pemahaman peraturan) dan komplikasi
pengisian SPT PPh OP wajib pajak dianggap perhitungan pajak serta administrasi pajak (termasuk
menerima penghasilan sebesar 12 bulan, yang pada orientasi pelanggan dari otoritas, masalah e-
realisasinya responden A dan B hanya memperoleh government dan efisiensi bagi wajib pajak) dalam
penghasilan pada bagian tahun pajak. Sementara pada mengelola proses kepatuhan.
kasus responden C, jumlah penghasilan tahun 2019, Wajib pajak yang tidak mempunyai pengetahuan
berada di bawah PTKP setahun sehingga terdapat pajak juga akan menganggap permasalahan ini
kelebihan pembayaran pajak, yang pada realisasimya kompleks sehingga memilih untuk tidak melaporkan
jumlah pajak yang dipotong atas penghasilan SPT. Karena Wajib Pajak enggan berurusan dengan
responden C telah sesuai dengan jumlah periode fiskus, karena takut diperiksa kerumitan ini menjadi
penghasilan diterima, yaitu sebesar 4 bulan. alasan tidak menyampaikan SPT. Wajib pajak
berpikir tidak ada lagi pajak yang terutang karena telah
Berdasarkan studi literatur, e-filing dipilih dipotong oleh pemberi kerja. Saad (2005)

99
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
menghubungkan korelasi antara pengetahuan teknik rumit. Agarwal & Prasad, (2000) dalam Mustapha &
perpajakan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak. Obid (2015) mengemukakan bahwa jika persepsi
Menurut Saad wajib pajak yang tingkat pengetahuan kemudahan (Ease of Use) wajib pajak pada sistem
teknis perpajakannya kurang akan menganggap pajak pajak mudah dan tidak rumit, terdapat kemungkinan
rumit dan menjadi alasan bagi wajib pajak untuk tidak sistem tersebut diterima dan digunakan oleh pengguna
patuh. Dalam hal ini wajib pajak sengaja untuk tidak potensial yang berdampak pada peningkatan
patuh. kepatuhan pajak dan perolehan penghasilan pajak.
Sistem perpajakan harus efektif dan efisien serta
Bagi Wajib Pajak yang mempunyai memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan
pemahaman yang baik akan peraturan perpajakan, pelaporan pajak (Ease of Administration). Solusi
akan mencari jalan untuk melakukan kewajiban seperti diatas berpotensi menimbulkan permasalahan,
perpajakannya.. Agar wajib pajak dapat melakukan karena besarnya jumlah pajak yang dihitung
pelaporan perpajakan sesuai status SPT yang berdasarkan tarif PPh pasal 17 tidak sesuai dengan
sebenarnya, maka pilihan yang dapat dilakukan adalah jumlah pajak terutang yang dicantumkan pada SPT.
dengan melakukan pelaporan manual atau melaporkan Dalam kasus responden C, untuk menghindari
melalui aplikasi e-SPT yang memungkinkan untuk terjadinya pemeriksaan, karena adanya keengganan
mencantumkan jumlah pajak terutang dicantumkan Wajib Pajak untuk berurusan dengan fiskus, maka
secara manual. Wajib Pajak tetap mencantumkan responden C tidak mencantumkan jumlah pajak yang
jumlah penghasilan neto disetahunkan dalam SPT PPh telah dipotong oleh pemberi kerja, sehingga dengan
OP (berdasarkan angka 14 sebagaimana telah jumlah penghasilan yang berada dibawah Penghasilan
ditentukan awalnya dalam peraturan pengisian SPT Tidak Kena Pajak (PTKP) maka tidak terutang Pajak
PPh OP). Namun, untuk besarnya Pajak Penghasilan Penghasilan dan tidak ada kredit pajak pada tahun
yang terutang diisi berdasarkan jumlah pajak yang berjalan. Wajib Pajak tidak mempunyai kepastian
telah dipotong berdasarkan formulir 1721 A1, hukum apakah tindakan yang dilakukannya itu dapat
sehingga jumlah pajak yang kurang dibayar pada dikategorikan manipulatif yang melanggar aturan atau
responden A dan B menjadi nihil. Responden A, B bukan. Praktek ini juga mengakibatkan fiskus tidak
dan C memilih solusi ini. Chandra & Rahmawati dapat menghitung dengan benar statistik jumlah
(2016) melakukan penelitian tentang Pengaruh penghasilan wajib pajak dan pajak terutang. Ningrum
kemudahan penggunaan, kepercayaan, dan computer dan Andi (2016) melakukan studi pada kualitas sistem,
self efficacy terhadap minat penggunaan e- spt dalam kualitas informasi, ketepatan waktu, kerahasiaan dan
pelaporan pajak. Compeau & Higgins, (1995) kepuasan wajib pajak pengguna e-filing. Pengertian
mendefinisikan computer self-efficacy sebagai kualitas informasi dalam studi tersebut adalah
kemampuan suatu individu untuk mengaplikasikan informasi yang terdapat dalam sistem e-filing akurat,
keterampilan komputernya ke berbagai tugas terkait penyajian informasi di dalam e-filing jelas, dan
komputer. Oleh karena itu self-efficacy komputer informasi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan
mewakili persepsi seseorang tentang kemampuannya pengguna. Hasil studi terkait Kualitas informasi
untuk menggunakan komputer untuk melakukan berpengaruh positif terhadap kepuasan wajib pajak
sebuah tugas. Dalam kasus ini self-efficacy dikaitkan orang pribadi pengguna penghasilan tidak tercakup
dengan kemampuan untuk menggunakan aplikasi e- dalam laporan e filing.
SPT. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel Dalam komplek simplifikasi administrasi
kemudahan penggunaan, kepercayaan dan self pajak, simplifikasi formulir dalam kasus ini tidak
efficacy. Hasil penelitian adalah kemudahan mengesampingkan prinsip keadilan dan efisiensi,
penggunaan, kepercayaan dan self efficacy baik secara karena wajib pajak harus membayar pajak sesuai
individu dan bersama-sama, mempengaruhi tingkat dengan penghasilan yang diterimanya. Pelaporan
Minat Penggunaan e-SPT. Semakin Tinggi jumlah pajak yang benar juga akan mengurangi biaya
kemudahan Penggunaan, kepercayaan dan Computer
kepatuhan, wajib pajak tidak mempunyai potensi
Self Efficacy, maka semakin tinggi pula Minat
Penggunaan E SPT. Dalam kasus diatas, karena wajib diperiksa, dengan alasan jumlah pajak yang dilaporkan
pajak mempunyai skill untuk mengoperasikan e-SPT telah sesuai dengan jumlah pajak yang terutang.
maka mempunyai minat untuk menggunakannya. Dimasa yang akan datang, diharapkan fiskus dapat
melakukan perbaikan dan membuat format
Kerumitan pengisian formulir pajak dapat perhitungan dan pelaporan yang saling terintegrasi,
menimbulkan persepsi penggunaan aplikasi yang sehingga dapat meningkatkan persepsi kegunaan dan

100
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
kemudahan dalam mengakomodir kasus-kasus seperti Kompleks.
diatas. https://news.ddtc.co.id/simplifikasi-sistem-
pajak-yang-kompleks-7950?page_y=0 diakses
8 Juli 2020
KESIMPULAN Davis, F.D. (1989) Perceived Usefulness, Perceived
Aplikasi e-filing lebih banyak dipilih oleh wajib Ease of Use, and User Acceptance of
pajak orang pribadi dalam penyampaian laporan SPT Information Technology. MIS Quarterly, Vol.
dalam kasus normal. Namun dalam kasus masa 13, No. 3 (Sep., 1989), pp. 319-340.
perolehan penghasilan kurang dari satu tahun, wajib http://www.jstor.org/stable/249008 .
pajak tidak dapat menggunakan aplikasi tersebut Direktorat Jendral Pajak. (2019) Laporan Tahunan
karena akan mengakibatkan perubahan status SPT dari Direktorat Jendral Pajak tahun 2018. diunduh
nihil menjadi kurang bayar atau lebih bayar. Wajib dari https://pajak.go.id/id/tahunan-page
pajak yang mempunyai pengetahuan perpajakan akan diakses pada tanggal 8 Juli 2020
melakukan kewajiban perpajakan melalui aplikasi e- Desmayanti, E. (2012) Faktor-Faktor Yang
SPT, dengan modifikasi pada jumlah pajak terutang. Mempengaruhi Penggunaan Fasilitas E-Filling
Wajib pajak yang tidak mempunyai pengetahuan Oleh Wajib Pajak Sebagai Sarana Penyampaian
perpajakan akan memilih untuk melaporkan SPT SPT Masa Secara Online Dan Realtime Di Kota
menggunakan aplikasi e-filing dengan konsekuensi Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro
status SPT menjadi berubah sehingga berdampak Semarang.
adanya pajak yang kurang dibayar atau pajak yang Eichfelder, S., & Vaillancourt, F. (2014). Tax
lebih dibayar yang berpotensi mengakibatkan compliance costs: A review of cost burdens and
pemeriksaan wajib pajak. Hal ini juga bertentangan cost structures. Hacienda Publica Espanola.
dengan prinsip keadilan dan efisiensi. Wajib pajak https://doi.org/10.7866/HPE-RPE.14.3.5
yang tidak mempunyai pengetahuan perpajakan juga Gunawan, T., Suprapti, E., & Kurniawati, E. T.
dapat terdorong untuk tidak melaporkan SPT karena (2017). Persepsi Wajib Pajak Mengenai E-
menganggap aplikasi SPT ini rumit. Hal ini dapat Filing dan Pengaruhnya terhadap Tingkat
mengakibatkan wajib pajak dianggap tidak patuh. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Melaporkan Pajak. Jurnal Reviu Akuntansi Dan
SARAN Keuangan.
Peneliti menyarankan agar Kementrian Keuangan https://doi.org/10.22219/jrak.v4i2.4947
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Katadata. (2019, Januari 4). Jumlah Penduduk
melakukan penyempurnaan aplikasi SPT yang ada Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa.
agar lebih mudah digunakan oleh wajib pajak, namun Diunduh dari databoks.katadata.co.id:
tetap dapat mencakup kasus-kasus tertentu. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/201
9/01/04/jumlah-pendudukindonesia-2019-
mencapai-267-juta-jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Kasipillai, J. & Jabbar, A. H. (2003). Tax compliance
Asmarani, N.G.C (2020). Apa itu kepatuhan pajak. attitude and behavior: Gender & ethnicity
DDTC News. https://news.ddtc.co.id/apa-itu- differences of Malaysian taxpayers. The
kepatuhan-pajak-19757?page_y=800 diakses 8 Malaysian Accountant, 1 – 7.
Juli 2020 Kirchler, E., Niemirowski, A., & Wearing, A. (2006).
Chandra, I.R. & Rahmawati, D. (2016). Pengaruh Shared subjective views, intent to cooperate
kemudahan penggunaan, kepercayaan, dan and tax compliance: Similarities between
computer self efficacy terhadap minat Australian taxpayers and tax officers. Journal
penggunaan E- SPT dalam pelaporan pajak. of Economic Psychology, 27(4), 502 – 517.
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR Loo, E. C. (2006). Tax knowledge, tax structure and
1 / TAHUN 2016 compliance: A report on a quasi-experiment.
Darussalam, Septriadi, D., Kristiaji, B.B, & Vissaro. New Zealand Journal of Taxation Law and
D. (2019) Era Baru Hubungan Otoritas Pajak Policy, 12(2), 117 – 140.
dengan Wajib Pajak. Penerbit DDTC (PT Loo, E. C., McKerchar, M., & Hansford, A. (2008).
Dimensi Internasional Tax) Jakarta. Tax compliance behavior: Findings derived
http:/www.ddtc.co.id from a mixed method design. Paper presented at
DDTC news. (2018). Simplifikasi Sistem Pajak yang the 8th International Tax Administration

101
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2020
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
Conference, Sydney. Tax Compliance: Taxpayers’ View. Procedia -
Loo, E. C., McKerchar, M., & Hansford, A. (2009). Social and Behavioral Sciences.
Understanding the compliance behavior of https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.590
Malaysian individual taxpayers using a mixed
method approach. Journal of the Australasian Sentanu, I. N. W., & Budiartha, K. (2019). Effect of
Tax Teachers Association, 4(1), 181 – 202. taxation modernization on tax compliance.
Ortax (2018), Indikator Ketidakpatuhan Wajib Pajak International Research Journal of Management,
Orang Pribadi di KPP Pratama. IT and Social Sciences.
https://ortax.org/ortax/?mod=info&page=show https://doi.org/10.21744/irjmis.v6n4.683
&id=307 diakses tanggal 8 Juli 2020
McKerchar, M. (1995). Understanding small business Slemrod, J., & Sorum, N. (1985). The compliance cost
taxpayers: Their sources of information and of the US individual income tax system.
level of knowledge of taxation. Australian Tax National Bureau of Economic Research.
Forum, 12(1), 25 – 41.
https://doi.org/10.3386/w1401
Palil, M.R. (2011). Factors affecting tax compliance
behaviour in self assessment system. AFRICAN
JOURNAL OF BUSINESS MANAGEMENT. Sugiyono.(2017). Metode Penelitian Kualitatif.
https://doi.org/10.5897/ajbm11.1742 Bandung: Alfabeta
Mokolinug, D.D.S. & Budiarso, N.S. (2015) Pengaruh
Penerapan e-SPT Terhadap Efisiensi Wiyono, A.S. (2008). Evaluasi Penerimaan Wajib
Pemrosesan Data Perpajakan (Survey Terhadap Pajak Terhadap Penggunaan e-Filling Sebagai
Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Sarana Pelaporan Pajak Secara Online Dan
Pajak Pratama Kota Tomohon). Realtime. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/gc/articl Vol. 11, No. 2, Hal. 117-
e/view/8365
Mustapha, B., & Obid, S. N. B. S. (2015). Tax Service Singh V (2003). Malaysian Tax Administration. 6th
Quality: The Mediating Effect of Perceived ed. Kuala Lumpur:
Ease of Use of the Online Tax System.
Procedia - Social and Behavioral Sciences. Youde, S & Lim, S (2019). Tax Compliance. Global
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.328 Encyclopedia of Public Administration, Public
Ningrum, D.D. & Andi (2016). Kualitas sistem, Policy, and Governance,
kualitas informasi, ketepatan waktu, https://doi.org/10.1007/978-3-319-31816-
kerahasiaan dan kepuasan wajib pajak 5_3828-1
pengguna e-filing. Tirtayasa EKONOMIKA
Vol. 11, No 2, Oktober 2016 169
Nurhayati, E. & Hidayat, N. (2019) Analisis
perbandingan prediksi keberterimaan e-filing
dengan e-form dalam penyampaian surat
pemberitahuan tahunan 1770/1770S. JURNAL
AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI
Kediri Vol. 4 No. 2, Maret 2019 ISSN: 2541-
0180
Pratama, Agustyan. 2008. Analisis Technology
Acceptance Model (TAM) dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Pemakai
Sistem Informasi Berbasis Komputer. Skripsi.
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Rahayu, S. K. 2017. Perpajakan (Konsep dan Aspek
Formal). Bandung: Rekayasa Sains.
Rosdiana, H. (2005) Pengantar Perpajakan. Depok
:Raja Grafindo Persada

Saad, N. (2014). Tax Knowledge, Tax Complexity and

102

Anda mungkin juga menyukai