Anda di halaman 1dari 7

Case 4: Supply Chain

Modelling of a Beer
Distribution System
Berpikir Sistem - Kelas B
Getha Ghaida 6081901009
Wilson Jayaputra 6081901015
Hans Sebastian A 6081901066
M. Mario Renaldi 6081901099
Keshia Judith Janitra 6081901138
Andrean Stefano 6081901249
INTRODUCTION
Pada case 4 menunjukkan penerapan system thinking and modelling process
berdasarkan system dynamics, untuk mengetahui permasalahan yang ada pada supply chain
management. Bullwhip effect diperiksa dan berbagai kebijakan disajikan untuk membantu
mengurangi bullwhip effect. Penguatan demand orders dari gerai ritel yang mendukung
supply chain ke manufaktur dan supplier dikenal sebagai “bullwhip” effect. Dalam two-level
supply chain yang terdiri dari retailer dan dan manufaktur, bullwhip behaviour akan
mengimplikasikan bahwa variance of orders yang diterima oleh manufaktur lebih tinggi
daripada variance of demand yang dialami oleh retailer. Case 4 menggunakan pendekatan
yang sedikit berbeda untuk supply chain modeling dengan memeriksa bullwhip effect dan
kebijakan kontrol terkait dari beer distribution system thinking and modelling approach.
CASE
Pada sistem distribusi beer berisikan sebuah toko ritel (distributor) dan tempat
pembuatan bir yang manajemennya dilakukan secara independen. Pada
manajemen ritel selalu tersedia 1000 kasus. Setiap pemesanan membutuhkan
waktu 5 hari kerja untuk sampai ke tempat pembuatan bir. Setelah itu itu bir
dikirimkan secara langsung dari persediaan tempat pembuatan bir dan butuh
waktu waktu 10 hari kerja untuk sampai ke toko ritel. Manajer pembuatan bir selalu
menyediakan 1000 buah bir di persediaannya. Pembuatan bir memerlukan 15 hari
untuk memproduksi bir ketika ada pemesanan. Kedua persediaan (ritel dan tempat
produksi) dimulai dengan 950 bir dan ritel memiliki penjualan rata -rata 50 setiap
harinya. Terdapat 750 kasus dalam produksi dan 500 kasus transit di toko ritel.
Pemesanan sebanyak 250 ada di rute pengiriman ritel ke pembuat bir,, dan
pemesanan 50 bir diterima tetapi belum dibuat.
PENJELASAN

Pada diagram (a) ditampilkan beberapa stock utama yaitu retail inventory,
brewery inventory dan brewery order backlog. Pada diagram (b) berisi
main flow yaitu retail sales, retail order sent and beer production ordered.
Hal ini adalah main decision system (oleh retail inventory manager dan
brewery inventory manager). Amplifikasi dalam order yaitu bullwhip effect
terlihat dengan jelas karena beer production order lebih besar
dibandingkan retail order sent.
Analisis
● Peningkatan dari supplier mainland beer, akan meningkatkan penjualan. Sehingga Demand
mempengaruhi sales yang bernilai positif (s)
● Sales mempengaruhi retail inventory yang bernilai negatif (o). Hal ini dikarenakan peningkatan
penjualan, akan mengurangi inventory toko
● Ketika inventory tersedia, toko dapat melakukan penjualan produk kepada konsumen. Maka retail
inventory mempengaruhi terhadap sales yang bernilai positif (S).
● Cases akan mempengaruhi retail yang bernilai positif (S), maka case to ritel akan mempengaruhi
terhadap persediaan eceran seperti peningkatan persediaan barang ritel yang ada.
● Backlog order filled memengaruhi seluruh perusahaan yang bernilai positif (s), dikarenakan perusahaan harus
menyimpan barang di gudang ritel agar memiliki jaminan barang cadangan untuk perusahaan mereka.
● Backlog orders filled memiliki nilai negatif (o), hal ini dikarenakan hasil simpanan tidak terpenuhi sehingga stok
pada perusahaan tidak cukup
● Order yang jumlahnya banyak harus memiliki arus/alur penjualan, sehingga retail order policy memiliki peran
langsung terhadap jual beli (bernilai positif).

Anda mungkin juga menyukai