Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA STARBUCKS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori dan Aplikasi Manajemen Operasi

Disusun oleh Kelompok 1:

Elvina Noviawanti (120820210508)

Faradillah Agustin (120820210501)

Indah Permata Yanda (120820210504)

Zola Apriando (120820210517)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2022
I. PENDAHULUAN

Saat ini Industri di seluruh dunia sedang mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, sebab di zaman yang mana semua serba modern maka segala sesuatu
hal harus direspon dengan cepat, dilihat dari hadirnya sistem informasi teknologi
yang canggih. Baik dari sisi Industri, sisi smartphone atau industri kopi yang sangat
terlihat peningkatan nya dari waktu ke waktu. Maka dari itu supply chain manajemen
pada suatu perusahaan merupakan hal yang vital dalam keberlangsungan
perusahaannya.

Bagian rantai pasok terdiri dari Supplier, Manufaktur, Distributor, Produsen.


Keputusan perusahaan pada menemukan sumbernya merupakan hal yang sangat
penting bagi keberlangsungan suatu perusahaan, dimana perusahaan dapat
membaca permintaan pasar dan menjaga ketersediaan rantai pasok pada
penyimpanan. Akan menjadi sesuatu hal yang merugikan apabila perusahaan tidak
bisa merespon permintaan pasar dengan cepat. Jika dilihat dari industri kopi itu
sendiri dari waktu ke waktu selalu mengalami peningkatan oleh sebab itu meskipun
harga biji kopi mengalami kenaikan apalagi pada saat pandemi Covid-19 banyak
petani kopi yang mengalami kekeringan yang menyebabkan sulitnya ketersediaan
kopi itu sendiri, namun masyarakat cenderung tidak peduli dengan melonjak nya
harga kopi melainkan ketersediaan kopi itu yang lebih penting. Khusus nya pada
industri kopi yang sudah mendunia yaitu Starbucks Corporation.

Starbucks Corporation adalah sebuah perusahaan kopi dan jaringan kedai


kopi global asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Seattle, Washington.
Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia, dengan lebih dari 32.000
kedai yang tersebar di 79 negara.

Starbucks menjual minuman panas dan dingin berbahan dasar biji kopi dan
non kopi, selain itu juga menjual makanan seperti roti, salad, sandwich, kue kering,
dan camilan. Starbucks juga menjual merchandise berupa gelas dan tumbler yang
dapat digunakan saat pembelian minuman. Dalam penjualan makanan dan
minuman, Starbucks menawarkan menu yang bersifat musiman atau spesifik sesuai
dengan lokasi gerai berdiri.

Sejarah singkat Starbucks:


● Pada tahun 1971, Starbucks didirikan di Seattle sebagai pengecer biji
kopi.
● Pada tahun 1984, kedai kopi Starbucks pertama yang menawarkan tidak
hanya biji kopi tetapi juga minuman dibuka di Seattle.
● Pada tahun 1986, perusahaan tersebut dijual kepada mantan manajer
Howard Schultz, yang memperluas jaringannya menjadi 6 toko di Seattle.
● Pada tahun 1987, desain ulang pertama logo Starbucks terjadi. Logo
awal dirancang dalam warna coklat sedangkan logo baru didesain ulang
menjadi hitam dan hijau, dan warna-warna ini tetap menjadi bagian
integral dari identitas merek Starbucks.
● Pada tahun 1989, 40 kedai kopi Starbucks telah dibuka di AS.
● Pada tahun 1992, harga saham raksasa kopi itu naik lebih dari 100 kali
lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun yang sama,
perusahaan meluncurkan IPO pertamanya dan membuat desain ulang
logo yang kedua.
● Pada tahun 1998, produk Starbucks memasuki toko kelontong. Selain itu,
perusahaan memasuki pasar Inggris.
● Pada tahun 2001, desain ulang logo ketiga terjadi.
● Pada tahun 2002, membuka toko pertamanya di Amerika Latin, tepatnya
di Meksiko. Starbucks juga mendirikan perusahaan perdagangan kopi di
Swiss untuk menangani pembelian kopi hijau.
● Pada tahun 2006, Starbucks memiliki lebih dari 12.000 toko di seluruh
dunia.
● Pada tahun 2008, rantai pasokan Starbucks direorganisasi dan diciptakan
kembali.
● Pada tahun 2009, Starbucks meluncurkan program Starbucks Loyalty
Rewards dan pembayaran mobile.
● Pada tahun 2015, jumlah gerai Starbucks di seluruh dunia mencapai
22.000.
● Pada tahun 2018, kekayaan bersih Starbucks telah melebihi $ 85 juta.

● Sampai saat ini, jumlah gerai mencapai lebih dari 32.000 kedai yang
tersebar di 79 negara
Perkembangan dan pertumbuhan Starbucks dapat dikatakan cukup pesat,
dengan peningkatan pendapatan dari $ 4,1 miliar pada tahun 2003 menjadi $ 10,4
miliar pada tahun 2008. Kemudian selama krisis keuangan tahun 2008, biaya rantai
pasokan di Amerika Serikat meningkat dari US $ 750 juta menjadi lebih dari US $
825 juta, namun penjualan untuk toko AS yang telah dibuka setidaknya satu tahun
turun 10 persen selama periode yang sama. Krisis ini mengisyaratkan perlunya
dilakukan pendekatan strategi yang berbeda.

Peter Gibbon, kepala supply chain management Starbucks melakukan


evaluasi dan menemukan beberapa kelemahan pada rantai pasok Starbucks, antara
lain sebagai berikut:
● Sistem rantai pasokan Starbucks tidak dapat mengikuti pertumbuhan
global perusahaan dan ini mengakibatkan biaya transportasi yang besar.
● Lebih dari setengah pesanan toko tidak terkirim tepat waktu.
● Starbucks sangat bergantung pada pengaturan outsourcing seperti
logistik dan kontrak manufaktur. Sekitar 65 hingga 70 persen dari biaya
rantai pasokan dihasilkan dari pengaturan outsourcing untuk transportasi,
logistik, dan pembuatan kontrak.

Berdasarkan analisis permasalahan tersebut, tim supply chain management


starbucks membuat beberapa rencana perbaikan, yaitu:
● Supply chain reorganization
● Improving processes
● Looking into the future

II. LANDASAN TEORI

A. Management Operation

Menurut Heizer, Render, dan Munson (2018), manajemen operasional


adalah sekumpulan aktivitas dengan tujuan menciptakan nilai produk dengan
cara mengubah input menjadi output. Manajemen Operasi adalah manajemen
proses yang digunakan untuk merancang, memasok, memproduksi, dan
mengirimkan barang dan jasa yang berharga kepada pelanggan (Swink,
Melnyk, Cooper dan Hartley, 2020)
Dalam pendekatan lain, operation management juga diartikan sebagai
pengelolaan, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan
pengendalian semua kegiatan yang terkait dengan barang serta jasa secara
langsung. Pengertian manajemen operasional lainnya, aplikasi ilmu
manajemen untuk mengatur semua kegiatan produksi agar berjalan efektif
dan efisien.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


manajemen operasi adalah proses pengelolaan input secara efektif dan
efisien untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.

Tujuan Manajemen Operasi:

● Efficiency, menjadikan operasional perusahaan lebih efisien.


● Productivity, mengupayakan agar produktivitas perusahaan meningkat.
● Economy, menekan biaya atau pengeluaran yang terkait dengan
berbagai kegiatan perusahaan supaya beban perusahaan lebih
ekonomis.
● Quality, melakukan peningkatan kualitas perusahaan, baik terkait
produk maupun jasa.
● Reduced processing time, menekan waktu proses produksi. Dengan
berkurangnya waktu produksi, produk yang dihasilkan pun makin
banyak.

Dalam bukunya Heizer, Render, dan Munson (2017), terdapat 10


keputusan manajemen operasi yang perlu dilaksanakan yaitu perancangan
produk dan jasa, pengelolaan kualitas, perancangan produk dan kapasitas,
strategi lokasi, strategi tata letak, sumber daya manusia dan perancangan
pekerjaan, manajemen rantai pasokan, persediaan perencanaan bahan baku,
penjadwalan, dan perawatan.

B. Supply Chain Management

Supply Chain Management adalah rangkaian kegiatan yang diperlukan


untuk merencanakan, mengendalikan, dan menjalankan arus produk.
Kegiatan ini meliputi proses perolehan bahan baku, proses produksi, hingga
distribusi produk ke konsumen akhir, dengan cara yang paling efisien dan
hemat biaya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen, serta mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar.

Tujuan utama dari supply chain management adalah mengelola, dan


mengkoordinasi supply & demand secara efektif. Sehingga masalah-masalah
yang timbul pada proses supply chain management bisa diatasi dengan
efektif dan efisien. Masalah-masalah yang biasa muncul di supply chain
management adalah:

● Pengadaan barang dan pengelolaan supplier


● Manajemen hubungan dengan pelanggan atau klien
● Menentukan level outsourcing

Dalam kegiatan Supply Chain Management, suatu organisasi akan


menilai kembali value pada rantai pasok mereka dan kemudian melakukan
outsourcing atas kegiatan-kegiatan yang dianggap menjadi non-inti. Dengan
kata lain organisasi berusaha untuk mengurangi jumlah pemasok sehingga
dapat menguntungkan secara aspek ekonomi dan melakukan inovasi dalam
pengelolaan supply chain yang efektif dan efisien.

Berikut tahapan dalam Supply Chain Management :

1. Plan (Perencanaan) adalah bagian strategis dari proses Supply


Chain Management, untuk menemukan rancangan blueprint terbaik
tentang bagaimana memenuhi kebutuhan akhir. Ada beberapa
aktivitas yang terlibat dalam tahap perencanaan, mulai dari prakiraan
permintaan konsumen, perencanaan pembelian, dan perencanaan
produksi, perancangan model pengiriman hingga persiapan tenaga
kerja dan transportasi.

2. Source (Sumber Daya) Pada tahap manajemen rantai pasokan ini,


fokus utamanya yaitu memastikan perolehan barang dengan harga
terbaik, dalam jumlah yang tepat, dan pada waktu yang tepat,
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Proses
pengadaan ini biasanya melibatkan beberapa tahap, yaitu pengajuan
pembelian, penilaian pengajuan, persetujuan pembelian, dan
pemesanan ke supplier.

3. Execute (Eksekusi) merupakan tahap implementasi dari proses yang


telah dirancang sebelumnya. Tahap ini juga disebut dengan tahap
produksi yang mana mengolah seluruh bahan baku menjadi produk
jadi. Proses ini biasanya tidak hanya melibatkan tenaga kerja
manusia tetapi juga mesin. Kendala dalam proses produksi dapat
menyebabkan penundaan pengiriman pesanan dan tentunya
menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. Oleh karena itu, downtime
harus dihilangkan dengan memastikan produktivitas tenaga kerja,
mesin, dan peralatan.

4. Deliver (Pengiriman) Setelah proses produksi dan pengemasan


barang, maka langkah selanjutnya adalah mengirimnya ke pelanggan.
Kurir dan transportasi harus siapkan sebelumnya agar barang dapat
segera dikirim dan memastikan agar pesanan sampai ke tangan
pelanggan secara tepat waktu.

5. Return (Pengembalian) tahap ini merupakan langkah terakhir dalam


Supply Chain Management. Tahap ini tidak hanya melibatkan
peninjauan produk yang dikembalikan tetapi juga mengelola
inventaris untuk memastikan kualitas produk.

Turban, et al. menyatakan ada empat tipe umum Supply chain yaitu:

1. Integrated Make-to-Stock
Tipe ini merupakan proses pelacakan permintaan konsumen pada
waktu yang sama (real time), sehingga proses produksi dapat
menyediakan persediaan ulang barang secara lebih efisien integrasi
dalam tipe ini biasanya dapat dilakukan dengan sebuah sistem
informasi yang memadai dalam sebuah perusahaan.

2. Continuous Replenishment
Tipe ini merupakan cara perusahaan untuk memenuhi persediaan
ulang secara tetap dengan bekerja sama dengan pemasok atau
perantara. Apabila proses penyediaan melibatkan banyak pengiriman
sehingga biaya menjadi tinggi, maka proses supply chain pun akan
buruk. Untuk itu, diperlukan integrasi ketat antara proses pemenuhan
pesanan dan proses produksi. Informasi yan g didapat secara real time
mengenai perubahan permintaan dibutuhkan agar proses produksi
sesuai jadwal dan penyediaan ulang barang dapat terpenuhi.

3. Build-to-order
Penerapan tipe ini terjadi apabila perusahaan dapat langsung
memproduksi saat konsumen melakukan permintaan atau pemesanan.

4. Channel Assembly
Channel assembly merupakan modifikasi singkat dari model build-to
order. Pada model ini, komponen produk digabungkan dan dirakit
selama pergerakan arus produk melalui saluran distribusi.

C. Delivery Dependability

Delivery dependability digunakan untuk memantau kinerja pemasok


dalam hal memberikan produk yang dibutuhkan oleh pelanggan dengan tepat
waktu, pesanan disampaikan dengan tepat dan dengan kualitas terbaik.
(Harrison dan Van Hoekk, 2008).

Perusahaan harus memperhatikan sistem pengiriman suatu produk


dengan tetap memperhatikan ketersediaan produk. Dengan adanya produk
yang tersedia, maka perusahaan tersebut bisa menciptakan peningkatan
terhadap keunggulan kompetitif. Tersedianya produk dengan tepat waktu
dapat memuaskan pelanggan karena kebutuhannya dapat terpenuhi sesuai
dengan waktunya.
Perusahaan harus memiliki strategi yang baik dalam melaksanakan
proses pengiriman suatu produk atau ketersedian barang yang sesuai.
Produk yang tersedia harus tetap diperhatikan oleh perusahaan dalam segi
umur ekonomisnya agar tidak menimbulkan masalah di waktu yang akan
datang.

D. Persediaan (Inventory)

Menurut Heizer, Render, dan Munson (2017), semua organisasi


tentunya memiliki sistem perencanaan dan sistem pengendalian persediaan.
Menurut manager di seluruh dunia pengelolaan persediaan yang baik sangat
penting. Disatu sisi perusahaan akan berusaha mengurangi biaya dengan
mengurangi jumlah persediaan. Tetapi disisi yang lain tanpa adanya
persediaan sebuah perusahaan tidak dapat berjalan dan dapat terhenti
proses produksinya dan konsumen menjadi kecewa saat barang tidak
tersedia. Oleh karena alasan inilah manajer operasional bertugas untuk
menyeimbangkan kedua sisi tersebut.

Persediaan merupakan bahan atau barang yang disimpan yang akan


digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi
atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan
pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.

Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang menambahkan


fleksibilitas pada operasi perusahaan Heizer, Render, dan Munson (2017).
Berikut fungsi-fungsi persediaan:

1. Menyediakan pilihan barang untuk mengantisipasi permintaan


pelanggan dan memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan
tersebut. Persediaan semacam itu khas di perusahaan ritel.
2. Menguraikan berbagai bagian proses produksi. Misalnya, jika
persediaan perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin
diperlukan untuk memisahkan proses produksi dari pemasok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari diskon kuantitas. Karena pembelian
dalam jumlah yang lebih besar dapat mengurangi biaya barang atau
pengirimannya.
4. Melindungi nilai terhadap inflasi dan perubahan harga ke atas.

Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara


pengelolaan yang berbeda. Menurut Lee J. Krawjewski, Larry P. Ritzman, dan
Manoj K. Malhotra (2013), Jenis-jenis persediaan dapat dibedakan menjadi:

1. Bahan baku (Raw Material) ) adalah persediaan yang dibutuhkan untuk


produksi jasa atau barang. Mereka dianggap sebagai masukan bagi
proses transformasi perusahaan.
2. Work-In-Process (WIP) terdiri dari item, seperti komponen atau rakitan,
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk akhir di bidang
manufaktur. WIP juga hadir dalam beberapa operasi layanan, seperti
bengkel, restoran, pusat pemrosesan cek, dan layanan pengiriman
paket.
3. Barang jadi (Finished Good) di pabrik, gudang, dan gerai ritel adalah
barang yang dijual ke pelanggan perusahaan. Barang jadi dari satu
perusahaan sebenernya bisa menjadi bahan baku untuk barang
lainnya.

Terdapat biaya-biaya yang timbul dalam manajemen persediaan, yaitu:

1. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang terkait dengan


menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu.
2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya proses pemesanan.
3. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan
sebuah mesin atau proses untuk produksi.

III. METODOLOGI
Tindak Lanjut penyelesaian permasalahan yang dihadapi Starbucks pada
tahun 2008 terkait adanya kelemahan dari rantai pasok, tim supply chain
management starbuck menjalankan beberapa perbaikan yaitu:

Supply chain reorganization


Pada strategi ini, Starbucks menyederhanakan rantai pasokannya dengan
mengelompokkan semua pekerjaan ke dalam empat kategori yaitu plan, source,
make, and deliver. Selanjutnya, mulai dikembangkan sistem logistik yang sangat
terpusat yang memungkinkan perusahaan untuk mengelola dan mengkoordinasikan
jaringan globalnya dengan lebih baik.
● Source
Starbucks mendapatkan biji kopinya langsung dari hampir 30.000
perkebunan kopi di seluruh dunia, di negara-negara seperti Brasil, Kolombia,
Guatemala, Kenya, Meksiko, Arab Saudi, dan Tanzania. Pemasok Starbucks
dipilih dengan cermat dengan mengikuti standar Coffee and Farmer Equity
(CAFE) Starbucks sendiri dan Coffee Sourcing Guidelines (CSG). Setiap
pemasok Starbucks harus memenuhi standar dan persyaratan ini.
C.A.F.E. Practices adalah program rantai pasokan (supply chain) kopi
biji hijau yang dikembangkan oleh Starbucks berkolaborasi dengan
Conservation International (CI) dan SCS Global Services, Lembaga Penilai
dan Sertifikasi pihak ketiga. C.A.F.E. Practices Generic and Smallholder
Scorecards meliputi seperangkat standar lebih dari 200 indikator sosial,
ekonomi dan lingkungan. Standar ini mencakup setiap pelaku dalam satu
rantai pasokan dari petani hingga konsumen.
Starbucks Coffee Company memprakarsai program C.A.F.E. Practices
untuk menilai, mengenali dan menghargai produsen atas kopi yang sudah
mereka budidayakan dengan metode yang bertanggungjawab dan
berkelanjutan. C.A.F.E. Practices ingin memberikan jaminan bahwa sumber
kopi yang kopinya dipasok ke Starbucks telah dinilai dengan kriteria-kriteria
yang sudah ditentukan dalam standar C.A.F.E. Practices baik secara
ekonomi, sosial maupun lingkungan. Starbucks mendefinisikan ‘sustainability’
sebagai suatu model yang secara ekonomi layak dan memberikan kontribusi
pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan lingkungan setiap pelaku dalam satu
rantai pasokannya dari tingkat petani sampai konsumen.
● Supplier relationship management
Hubungan jangka panjang dengan pemasok adalah bagian penting
dari setiap rantai pasokan yang sukses, dan rantai pasokan kopi Starbucks
jelas bukan pengecualian. Terus bekerja dengan pemasok mereka, Starbucks
memastikan bahwa setiap biji kopi memenuhi persyaratan. Untuk
menghindari risiko kemungkinan defisit kopi, pada tahun 2013 Starbucks
membeli sebuah perkebunan kopi di Kosta Rika.

● Manufacturing and distribution


Strategi distribusi Starbucks sangat mengesankan. Toko Starbucks
tersebar di enam benua, sehingga perusahaan memiliki enam fasilitas pusat
penyimpanan yang memungkinkan untuk merampingkan logistik di 25.000
toko di 69 negara. Biji mentah akan di roasted setelah tiba di pusat
penyimpanan. Setelah proses pemanggangan dan pengemasan selesai, biji
kopi dibawa ke pusat distribusi Starbucks dan gudang untuk dikirimkan ke
toko ritel. Hal ini dilakukan untuk memastikan pemanggangan dan
pengemasan biji kopi memiliki standar yang sama di setiap negara.

● Delivery and sale


Setiap minggu Starbucks harus memproses 70.000 pengiriman global.
Untuk mencapai hal ini, perusahaan secara aktif mengadopsi teknologi baru.
Misalnya, dengan aplikasi Starbucks yang tersedia untuk iOS dan Android,
pelanggan dapat melakukan pemesanan, membayar dengan menggunakan
smartphone, menemukan toko, dan fitur lainnya. Kopi Starbucks dan produk
terkait lainnya dijual secara eksklusif di toko resmi atau toko berlisensi
lainnya.

Improving processes
Setiap kelompok mendapat tugas untuk menganalisis dan melakukan
perbaikan. Misalnya, kategori source mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Selain itu, kualitas layanan dapat
ditingkatkan dengan memperkenalkan weekly scorecard dengan metrik seperti
productivity, cost, savings, dan safety. Perusahaan juga menggunakan sistem
informasi otomatis yang memungkinkan untuk memantau permintaan, persediaan,
kapasitas, dan penjadwalan secara real time. Oleh karena itu, Starbucks dapat
dengan cepat menyesuaikan rencana dan operasinya sesuai kebutuhan.

Looking into the future


Setelah menata ulang dan meningkatkan rantai pasokannya, perusahaan
berfokus pada investasi ke masa depan. Cara terbaik untuk mencapainya adalah
dengan melakukan rekrutmen secara ketat. Yang menjadi perhatian utama adalah
perekrutan staf ritel dengan berfokus pada kepribadian kandidat. Hal ini penting
untuk menilai apakah kandidat tersebut cocok dengan budaya Starbucks atau tidak.
Saat ini, Starbucks sangat bergantung pada lebih dari 200.000 karyawan yang
bekerja di lokasi di seluruh dunia. Untuk mendorong peningkatan kinerja karyawan,
perusahaan mengadakan pelatihan khusus di seluruh dunia.

IV. PEMBAHASAN DAN HASIL

Implementasi dari rencana perbaikan yang dilakukan oleh starbucks pada


tahun 2008 telah membawa hasil yang menakjubkan. Berdasarkan data yang ada,
implementasi tersebut membuat Starbucks berhasil mengurangi biaya pada rantai
pasokan hingga setengah miliar dolar. Saat ini Starbucks sudah menggunakan
rantai pasokan yang terintegrasi secara vertikal, dimana starbucks berinteraksi
secara langsung dengan para petani kopi. Dengan metode ini, diharapkan produk
yang dihasilkan akan memiliki kualitas dan rasa yang sesuai standar.

Pada tahun 2021, diketahui bahwa Starbucks kembali mengalami


permasalahan rantai pasokan yaitu terjadinya kekurangan beberapa pasokan bahan
baku dasar untuk memproduksi minuman dan makanan, seperti susu gandum, sirup
hazelnut, sirup kacang toffee, kantong teh chai, dan teh hijau. Kekurangan ini
mengakibatkan Starbucks tidak dapat menjual beberapa menu andalan minuman
dan makanan, sehingga konsumen mengalami kekecewaan karena permintaannya
tidak dapat terpenuhi.

Permasalahan kekurangan bahan baku semakin diperburuk karena terjadi


permasalahan aplikasi Starbucks. Sejak terjadinya pandemi Covid-19, konsumen
lebih memilih melakukan pembelian melalui aplikasi dan juga drive thru
dibandingkan dengan pembelian secara langsung pada gerai offline. Jika dilihat dari
sisi penjualan, pada tahun 2021 Starbucks cukup mengalami peningkatan setelah
adanya penurunan akibat pandemi covid-19, namun karena aplikasi Starbucks
mengalami kendala tidak dapat secara akurat menampilkan menu dan bahan baku
yang tersedia di toko, seringkali konsumen tidak dapat membeli minuman favoritnya
atau mengalami gagal pembelian karena bahan baku tidak tersedia sehingga harus
digantikan dengan bahan baku lainnya.

Dengan permasalahan yang dihadapi, beberapa hal masih harus dilakukan


oleh starbucks dalam peningkatan kualitas pelayanan yaitu bagaimana cara
mengelola demand atau permintaan dari pelanggan yang melakukan pemesanan
secara online dan offline. Hal ini dapat dilakukan dengan forecasting demand dan
pengembangan terhadap aplikasi starbucks agar dapat melakukan update data stok
menu secara real-time. Kemudian hal yang perlu diperhatikan oleh starbucks yaitu
bagaimana cara membangun sistem distribusi bahan baku yang sesuai dengan
kebutuhan tiap gerai atau cabang, untuk mengatasi kekurangan persediaan dalam
memenuhi berbagai macam permintaan pelanggan.

Dari sistem pengantaran untuk memperbaiki serta menanggulangi


permasalahan biaya ongkos dan pertumbuhan global, starbucks bekerjasama
dengan Alibaba untuk mengirimkan produk yang mereka punya ke pelanggan yang
ada di luar negeri terutama di negara China. Dengan adanya kerjasama antara
Alibaba dan Starbucks, diharapkan Starbucks dapat memperluas pertumbuhan
global dan mengurangi biaya transportasi besar pada saat pengiriman dan
pelayanan produk. Selain itu Starbucks juga bekerja sama dengan beberapa
perusahaan seperti UberEats untuk mengantarkan pesanan ke konsumen sehingga
Starbucks tidak perlu mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk memberikan
pelayanan delivery ke konsumen dan dapat menggunakan biaya untuk inovasi
produk dan inovasi pelayanan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan Implementasi dari rencana perbaikan yang dilakukan oleh


starbucks sebagai tindak lanjut penyelesaian permasalahan yang dihadapi pada
tahun 2008 terkait adanya kelemahan dari rantai pasok dapat disimpulkan bahwa
langkah yang diambil telah berhasil dan membawa hasil yang menakjubkan. Dengan
melakukan perbaikan terhadap Supply chain reorganization, improving processes,
dan Looking into the future membuat Starbucks berhasil mengurangi biaya
operasional pada rantai pasokan hingga setengah miliar dolar.

Namun ketika starbucks dihadapkan dengan permasalahan rantai pasok pada


tahun 2021, sebaiknya starbucks kembali melakukan beberapa rencana perbaikan
sebagai berikut:
● Menambah kerjasama dengan pemasok-pemasok tidak hanya fokus kepada
petani kopi namun dapat secara luas dan lebih beragam, sehingga
meminimalisir terjadinya kekurangan bahan baku lainnya. Kerjasama yang
dilakukan harus memiliki tujuan dan cara yang telah disepakati bersama untuk
mengurangi terjadinya konflik.
● Melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala untuk program C.A.F.E
Practice agar tetap sesuai dengan tujuan utama.
● Memperbaiki dan menyempurnakan sistem informasi supply chain yang
terintegrasi mulai dari petani hingga ke gerai secara lebih akurat dalam
menampilkan data dan informasi persediaan. Dengan data dan informasi yang
akurat, akan mengurangi kesalahan dalam penentuan jumlah persediaan yang
akan dipesan kepada pemasok.
● Melakukan forecasting demand dengan jangka waktu pendek, menengah, dan
panjang. Hal ini berkaitan dengan keputusan pembelian persediaan dan
perencanaan produksi, dengan begitu starbucks dapat menentukan kapan harus
menyimpan lebih banyak persediaan, khususnya pada waktu tertentu misalnya
hari libur yang memungkinkan permintaan meningkat.
● Melakukan evaluasi gerai-gerai yang dimiliki, karena starbucks merupakan salah
satu kedai kopi modern yang memiliki gerai cukup banyak di setiap kota, bahkan
ada yang berlokasi cukup berdekatan. Dengan memfokuskan pada gerai-gerai
yang memiliki tingkat penjualan baik, maka distribusi bahan baku juga akan
lebih terfokus dan mengurangi adanya kekurangan persediaan.
● Menambah networking untuk pengantaran barang bahan baku dari sisi rantai
pasok dan sistem delivery ke konsumen untuk mengurangi biaya dari
pengantaran di rantai pasok dan mengatasi permasalahan pesanan yang sering
terlambat ke konsumen.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai