Anda di halaman 1dari 3

Supply Management pada Bidang Konstruksi

Studi kasus : Kementerian PUPR

Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) merupakan kementerian yang bertugas
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Saat ini kementerian PUPR
sangat aktif dalam membangun berbagai infrastruktur di Indonesia, seperti ibukota baru, jalan raya,
bandara, pelabuhan maupun waduk untuk irigasi pertanian (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2020). Dalam pelaksanaan tugasnya dalam melakukan pembangunan Kementerian
PUPR perlu mempertimbangkan bagaimana manajemen supplier, menentukan material apa yang di
outsourcing maupun insourcing. Selain itu Kementerian perlu melakukan manajemen aliran informasi,
aktifitas, tugas dan proses yang melibatkan organisasi independen dan kaitannya (hulu dan hilir) yang
menciptakan nilai yang ditawarkan kepada masyarakat dalam bentuk proyek jadi.

Hal pertama yang dilakukan oleh kementerian PUPR sebelum melakukan kerjasama yaitu melakukan
seleksi pihak outsourcing yang disebut dengan tender. Sebelumnya Tender/seleksi ini dilaksanakan
secara adhoc oleh unit organisasi pemilik paket, namun sekarang sudah menjadi permanen dilakukan
oleh BP2JK (Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi). Langkah awal pada tahap ini yaitu kementerian
akan meminta design awal untuk setiap proyek kemudian dan kemudian mengkomunikasikan
kompensasi Arsitek melalui negosiasi. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan design yang tepat
yang memenuhi kepentingan atau kebutuhan proyek dalam hal konstruksi dan fungsi. Arsitek
mengkomunikasikan desain proyek akhir, spesifikasi, dan dokumen tender untuk mengumpulkan
kontraktor yang qualified. Kontraktor utama (main contractors) dapat dipilih melalui proses tender yang
kompetitif dengan negosiasi. Setelah tender dimenangkan, dokumen kontrak ditanda tangani antara
owner dengan kontraktor utama atau construction manager. Untuk mitra outsourcing ini biasanya
kementerian bekerjasama dengan perusahaan swasta dalam negeri maupun luar negeri (Kementerian
PUPR, 2021). Struktur hubungan kontrak menempatkan suatu organisasi sebagai organisasi ke dalam 4
tingkatan yaitu:

 hubungan ke tingkat 1: hubungan ke owner.


 hubungan ke tingkat 2: hubungan ke kontraktor.
 hubungan ke tingkat 3: ke subkontraktor atau spesialis.
 hubungan ke tingkat 4: ke alat, material,pekerja.

Tingkatan hubungan organisasi ke hilir akan menunjukkan kepada siapa suatu pihak memberikan
inputnya berdasarkan hubungan kontrak yang terjadi, sehingga hubungan tersebut dibedakan menjadi
tiga kategori, yaitu:

 A-hubungan ke tingkat 1
 B- hubungan ke tingkat
 C-hubungan ke tingkat 3
Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa, kementerian PUPR berdasarkan Perpres 16 Tahun 2018
memutuskan bahwa tugas tersebut dilaksanakan oleh Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) yang
bertugas tidak hanya sekedar melaksanakan tender/seleksi, tetapi diharapkan menjadi pusat
keunggulan pengadaan barang/jasa. Adapun kerjasama terhadap barang atau sumber material yaitu
sebagai berikut:

 Kerjasama dengan perusahaan penyedia Barang


Seperti:
- Alat Berat Traktor atau excavator, Mesin pengaduk semen, dll.
- Material, seperti besi, baja, semen, dan komponen alam atau fabrikasi lainnya. Dalam
penyediaan baja, kementerian PUPR menjalin kerja sama dengan negara-negara produsen
baja seperti produsen baja RRT, Jepang, Korea, Vietnam, India, dan Rusia.
 Kerjasama dengan perusahaan penyedia Jasa
Seperti : Tenaga ahli dari luar negeri, tenaga kerja atau buruh harian

Pada proyek ini biasanya pihak kementerian akan menerapkan metoda kontrak terpisah, terdapat
hubungan langsung antara pemilik sehubungan dengan pengadaan material-material penting berikut:

 Material utama dalam pekerjaan struktur, yang pekerjaannya oleh kontraktor (besi, baja, dan
beton).
 Material pekerjaan arsitektur dalam lingkup kontraktor (pintu besi, pengairan, batu marmer).
 Material dalam lingkup subkontraktor-nya owner (hardware, material dan tata udara dan
ventilasi mekanis).
 Material dalam lingkup spesialis-nya owner (pondasi pancang, lift).
 Beberapa jasa spesialis lain (penyediaan kereta api cepat, sistem sirkulasi air, dan pekerjaan
elektronika).

Pada proyek ini owner melakukan pemecahan kontrak yang dimulai dari pemecahan kontrak paket-
paket pekerjaan besar seperti penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan
struktur atas, pekerjaan finishing, dll yang dipecah-pecah dalam tender yang berbeda. Tindakan dalam
melakukan pemecahan kontrak dalam tingkatan seperti demikian bertujuan untuk mengurangi biaya,
dengan memanfatkan segala celah yang ada. Mulai dari pemecahan kontrak proyek ini menjadi
beberapa lingkup pekerjaan yang terpisah, melakukan pengadaan material-material dengan volume
yang besar, pengadaan jasa spesialis yang nilainya besar, hingga pemecahan kontrak pengadaan barang
yang dipisah dengan pengadaan jasanya. Hal ini dimungkinkan karena pemilik menggunakan jasa
konsultan MK profesional. Dengan praktek ini, pihak kementerian perlu meneliti lebih lanjut apakah
tujuan pengurangan biaya sudah tercapai atau belum. Sehingga dalam bidang konstruksi bangunan
sangat memerlukan yang namanya supplier management untuk memastikan ketersediaan sumber daya
dalam proses pembangunan.
Referensi

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020. Tujuan dan FUngsi Kementerian PUPR.
[Online]
Available at: https://pu.go.id/page/Tugas-dan-Fungsi
[Accessed 10 Mei 2022].

Kementerian PUPR, 2021. Buletin Konstruksi. Pengadaan Jasa Konstruksi Lelang Dini, pp. 1-37.

Anda mungkin juga menyukai