Anda di halaman 1dari 5

Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 54/PJ/2016

09 Desember 2016

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR SE - 54/PJ/2016

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN PROPERTI, PENILAIAN BISNIS,


DAN PENILAIAN ASET TAK BERWUJUD UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

A. Umum

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan penilaian untuk penggalian potensi pajak dan tujuan perpajakan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-61/PJ/2015 tentang
Optimalisasi Penilaian (Appraisal) Untuk Penggalian Potensi Pajak dan Tujuan Perpajakan Lainnya, perlu disusun
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tentang Petunjuk Teknis Penilaian Properti, Penilaian Bisnis, dan Penilaian
Aset Tak berwujud untuk Tujuan Perpajakan.

B.
Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Surat Edaran Direktur Jenderal ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi Kantor Pelayanan Pajak,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, dalam
melakukan penilaian properti, penilaian bisnis, dan penilaian aset tak berwujud untuk tujuan
perpajakan.
2. Tujuan
Surat Edaran Direktur Jenderal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keseragaman bagi
Penilai dalam melakukan penilaian properti, penilaian bisnis, dan penilaian aset tak berwujud untuk
tujuan perpajakan, agar berjalan secara efektif dan efisien.

C.
Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Surat Edaran Direktur Jenderal ini mengatur tentang:

1. Dasar Penilaian;
2. Tujuan Penilaian;
3. Permintaan Bantuan Penilai;
4. Surat Tugas Penilaian;
5. Tim Penilai/Penilai;
6. Pendekatan dan Metode Penilaian;
7. Laporan Penilaian; dan
8. Tindak Lanjut Laporan Penilaian.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2023
Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 54/PJ/2016
D.
Dasar

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009;
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2007;
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 61/PJ/2015 tentang Optimalisasi Penilaian (Apraissal) untuk
Penggalian Potensi Pajak dan Tujuan Perpajakan Lainnya; dan
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 06/PJ/2016 tentang Kebijakan Pemeriksaan.

E.
Pengertian

Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:

1. Penilai adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang menjabat sebagai
Fungsional Penilai, atau yang ditetapkan menjadi Petugas Penilai dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan Penilaian.
2. Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk menentukan besaran suatu jenis nilai tertentu pada suatu saat
tertentu yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar penilaian dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Penilaian Properti adalah serangkaian kegiatan untuk menentukan besaran suatu jenis nilai tertentu pada
suatu saat tertentu yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar penilaian
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, atas suatu konsep hukum
yang mencakup kepentingan, hak dan manfaat yang berkaitan dengan suatu kepemilikan atas properti.
4. Penilaian Bisnis adalah serangkaian kegiatan untuk menentukan besaran suatu jenis nilai tertentu pada suatu
saat tertentu yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar penilaian dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, atas suatu kelangsungan usaha
(going concern) termasuk berbagai kepentingan dan kepemilikan (business ownership interest), serta
transaksi dan kegiatan yang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
5. Penilaian Aset Tak berwujud adalah serangkaian kegiatan untuk menentukan besaran suatu jenis nilai
tertentu pada suatu saat tertentu yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
penilaian dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, atas aset non-
moneter tanpa wujud fisik yang dapat diidentifikasi dan yang tidak dapat diidentifikasi (goodwill).

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2023
Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 54/PJ/2016
F.
Materi

1. Dasar Penilaian yaitu suatu jenis nilai tertentu berupa Nilai Pasar atau jenis nilai lain yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Tujuan Penilaian yaitu untuk menentukan besaran suatu jenis nilai tertentu atas objek penilaian berupa
properti, bisnis, atau aset tak berwujud, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak
terutang atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
penagihan, dan fungsi lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Permintaan Bantuan Penilai
a. Dalam melakukan Penilaian:
1) Kepala KPP menugaskan Penilai KPP yang bersangkutan dan/atau dapat
meminta bantuan Penilai kepada Kepala Kantor Wilayah DJP dengan
menyampaikan surat permintaan bantuan Penilai; dan
2) Kepala Kantor Wilayah DJP, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dan Direktur
Penegakan Hukum, dapat meminta bantuan Penilai kepada Direktur
Ekstensifikasi dan Penilaian dengan menyampaikan surat permintaan bantuan
Penilai.
b. Dalam menindaklanjuti surat permintaan bantuan Penilai sebagaimana dimaksud pada huruf
a angka 1), Kepala Kantor Wilayah DJP dapat:
1) menugaskan Penilai Kantor Wilayah DJP dan/atau Penilai KPP di lingkungan
Kantor Wilayah DJP yang bersangkutan; atau
2) meminta bantuan Penilai kepada Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian.
c. Dalam menindaklanjuti surat permintaan bantuan Penilai sebagaimana dimaksud pada huruf
a angka 2) dan huruf b angka 2), Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian dapat meminta
bantuan Penilai kepada Kepala Kantor Wilayah DJP lainnya.
d. Surat permintaan bantuan Penilai sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dilengkapi
dengan latar belakang perlunya dilakukan Penilaian, tujuan Penilaian, data objek yang
dinilai, dan informasi penting lainnya.
4. Surat Tugas Penilaian
a. Penilaian dilakukan berdasarkan:
1) Surat Tugas Membantu Pelaksanaan Pemeriksaan, dalam hal Penilai
melaksanakan fungsi pemeriksaan sebagai tenaga ahli; atau
2) surat tugas penilaian, dalam hal Penilai melaksanakan fungsi selain
sebagaimana dimaksud pada angka 1).
b. Surat Tugas Membantu Pelaksanaan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
angka 1) dan surat tugas penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) diterbitkan
oleh:
1) Kepala KPP, dalam hal Penilai merupakan pegawai KPP yang bersangkutan;
2) Kepala Kantor Wilayah DJP, dalam hal Penilai merupakan pegawai Kantor
Wilayah DJP atau pegawai KPP lain dalam Kantor Wilayah DJP; atau
3) Sekretaris DJP atau Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian, dalam hal Penilai
merupakan pegawai selain sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2).
c. Dalam hal diperlukan peninjauan lapangan objek Penilaian, surat tugas peninjauan lapangan
diterbitkan oleh kepala unit yang melaksanakan Penilaian dalam rangka melaksanakan
fungsi pemeriksaan dan selain pemeriksaan.
5. Tim Penilai/Penilai
a. Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua tim merangkap
anggota dan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota tim; atau
b. Penilaian dapat dilakukan oleh 1 (satu) orang Penilai, antara lain dalam hal pengujian
kewajaran:
1) nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
2) biaya yang dikeluarkan untuk membangun bangunan atas kegiatan
membangun sendiri.
6. Penilaian dilakukan berdasarkan pendekatan dan metode Penilaian sesuai dengan Petunjuk Teknis
Penilaian Properti, Petunjuk Teknis Penilaian Bisnis, dan Petunjuk Teknis Penilaian Aset Tak berwujud.
7. Kesimpulan nilai yang dihasilkan dari penerapan pendekatan dan metode Penilaian dituangkan dalam
Laporan Penilaian yang ditandatangani oleh Tim Penilai/Penilai.
8. Laporan Penilaian disampaikan kepada pemberi tugas untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2023
Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 54/PJ/2016

G.
Contoh Penerapan Penilaian yaitu :

1. Penilaian Properti, antara lain diterapkan untuk menguji kewajaran:

a. nilai pengalihan hak atau persewaan harta berupa tanah dan/atau bangunan, sebagai implementasi
Pasal 4 ayat (2) huruf d Undang-Undang Pajak Penghasilan;
b. nilai pasar atas harta dalam proses tukar menukar, sebagai implementasi Pasal 10 ayat (2) Undang-
Undang Pajak Penghasilan;
c. biaya yang dikeluarkan untuk membangun bangunan yang memenuhi kriteria terutang Pajak
Pertambangan Nilai Kegiatan Membangun Sendiri, sebagai implementasi Pasal 16C Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai; atau
d. nilai pasar atas penyerahan barang kena pajak, yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, sepanjang pajak masukan atas perolehan BKP tersebut tidak dapat dikreditkan,
sebagai implementasi Pasal 16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

2. Penilaian Bisnis, antara lain diterapkan untuk menguji kewajaran:

a. nilai pengalihan harta ke perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
b. nilai pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota dari perseroan, persekutuan,
atau badan lainnya;
c. nilai penjualan, pembelian, pengalihan, atau pemanfaatan harta berupa perusahaan, antar pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai implementasi Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang
Pajak Penghasilan; atau
d. nilai pengalihan harta berupa perusahaan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha sebagai implementasi Pasal 10 ayat (3)
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3. Penilaian Aset Tak berwujud antara lain diterapkan untuk menguji kewajaran:

a. nilai pengalihan atau pemanfaatan aset tak berwujud berupa merk dagang antar pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, sebagai implementasi Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan; atau
b. nilai pengalihan atau pemanfaatan aset tak berwujud dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha sebagai implementasi Pasal 10
ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2023
Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 54/PJ/2016
H.
Lain-Lain

1. Dalam hal objek Penilaian tidak ditemukan, Laporan Penilaian menyatakan Penilaian tidak dapat
dilakukan.
2. Dalam hal pada saat Penilaian ditemukan data terkait potensi pajak lainnya, agar diteruskan sebagai alat
keterangan berdasarkan mekanisme produksi data sesuai dengan ketentuan.
3. Penilaian dilakukan mengikuti Petunjuk Teknis Penilaian sebagai berikut:

a. Petunjuk Teknis Penilaian Properti sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I;


b. Petunjuk Teknis Penilaian Bisnis sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II; dan
c. Petunjuk Teknis Penilaian Aset Takberwujud sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III,

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.
4. Contoh format:

a. Laporan Penilaian Properti Kriteria I sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-A;


b. Laporan Penilaian Properti Kriteria II sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-B;
c. Laporan Penilaian Bisnis sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-C;
d. Laporan Penilaian Aset Tak berwujud sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-D; dan
e. Laporan pelaksanaan tugas dalam hal Penilaian tidak dapat dilakukan sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran IV-E,

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.
5. Surat Edaran Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2016
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd

KEN DWIJUGIASTEADI
NIP 195711081984081001

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2023

Anda mungkin juga menyukai