Arsitektur Lingkungan
Arsitektur Lingkungan
DISUSUN OLEH:
MUH. ASDAR (03420220059)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah
ini. Kepada dosen pembimbing kami, Dr. Ir.naidah Naing S.T. M.Si dan juga
kepada teman-teman seperjuanagn yang membantu kami. Harapan kami, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kota Makassar menjadi salah satu kota yang menyimpan sejarah peradaban
Kejayaan Kerajaan Gowa pada abad ke 16 atau sekitar tahun 1500-an. Kerajaan
Gowa memiliki 14 benteng pertahanan kerajaan yang didirikan mengelilingi
benteng utama yaitu Benteng Somba Opu yang menjadi kompleks kediaman raja
Gowa pada masa itu. Namun, saat ini tersisa satu benteng pertahanan yang
masih berdiri kokoh yaitu Benteng Ujung Pandang atau Benteng Fort Rotterdam
yang terletak di tepi pantai sebelah barat Kota Makassar.
Keberadaan Benteng Fort Rotterdam menjadi satu satunya benda peninggalan
sejarah dan saksi bisu runtuhnya Kerajaan Gowa oleh Belanda. Sehingga
diperlukan perhatian dan upaya pelestarian agar benteng mampu bertahan hingga
ratusan tahun dan menjadi media pembelajaran sejarah secara nyata kepada
generasi mendatang. Benteng Fort Rotterdam memiliki kekayaan nilai sejarah
yang terkandung didalamnya yang menjadikan benteng ini sebagai artefak
perkotaan di Kota Makassar. Artefak adalah benda peninggalan sejarah yang
menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah yang harus dilestarikan agar memberikan
gambaran kondisi kota di masa lampau. Sehingga bangunan yang menjadi artefak
kota perlu dilestarikan dan dikonservasi sebagai warisan budaya dan bukti
peradaban pada masanya. Urban artefact atau artefak perkotaan merupakan
representasi rancangan yang muncul dan ditemukan dalam bentuk yang bervariasi
dan memiliki peradaban sebagai respon terhadap kehidupan ekonomi, sosial,
politik dan religius (Rossi, 1982). Menurut Rossi (1982), artefak perkotaan
merupakan sesuatu yang memiliki sejarah dan karakteristik. Sejarah memberikan
nilai dan ciri khas/ karakteristik pada artefak perkotaan, sedangkan karakteristik
lebih ditekankan pada unsur bentuk dibanding unsur materialnya. Sehingga dalam
penelitian ini diperlukan kajian mengenai sejarah dan karakteristik Benteng Fort
Rotterdam. Adapun prinsip artefak perkotaan adalah selalu berkaitan dengan
tempat, peristiwa, dan wujud.
Benteng Fort Rotterdam saat ini berfungsi sebagai museum yang menyimpan
semua rekam kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan. Kondisi bangunan pada
Benteng Fort Rotterdam sudah banyak mengalami perbaikan akibat kerusakan
yang dialaminya. Penggunaan material pada bagian bangunan yang rusak
digantikan dengan material bata dan semen. Hal ini merupakan upaya
pemerintah dalam menjaga bangunan peninggalan tersebut agar tetap berdiri
kokoh dan terpelihara sebagai bukti perjuangan bersejarah. Pada
perkembangannya bangunan peninggalan tersebut menjadi aset pariwisata yang
potensial. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji dan mengemukakan
karakteristik Benteng Fort Rotterdam sebagai artefak perkotaan di Kota Makassar
dengan menggunakan pendekatan teori urban artefact yang dikemukakan oleh
Rossi (1982) melalui metode analisis kualitatif yang bersifat deskriptif, agar
kekhasan dan keistimewaan Benteng Fort Rotterdam dapat dikemukakan secara
detail. Pada dasarnya penelitian komponen tangible dari kawasan Benteng Fort
Rotterdam.
Benteng Ujung Pandang atau yang saat ini dikenal sebagai Benteng Fort
Rotterdam dibangun oleh Raja Gowa IX yang kemudia diselesaikan oleh Raja
Gowa X pada tahun 1545. Benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng FortRotterdam merupakan lambang
kemegahan dan kejayaan Raja Gowa pada abad ke 16 dan 17. Benteng ini telah
mengalami
beberapa pergantian nama diantaranya Benteng Panyyua yang diberikan oleh
rakyat Gowa karena bentuk benteng menyerupai penyu yang sedang merayap
turun ke laut. Bentuk penyu memiliki filosofi sebagai makhluk yang mampu
hidup di darat dan di laut. Filosofi penyu dianggap mencerminkan kondisi
Kerajaan Gowa pada masa itu yang berjaya di daratan maupun di lautan karena
mampu menguasai hampir seluruh daratan Pulau Sulawesi.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami ajukan ada beberapa hal, antara lain:
1. Apa fungsi utama pembangunan fort rotterdam pada awal di dirikannya?
2. Apa fungsi utamanya sekarang?
3. Mengapa fort rotterdam di alih fungsikan?
4. Apa dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi :
a. Fort Rotterdam itu sendiri
b. Bagi Pengelola
c. Bagi masyarakat sekitar.
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk pemenuhan satu
kompetensi dasar dalam salah satu mata pelajaran kami. Adapun kegunaan dari
penelitian terhadap objek yang dimaksud adalah bahwa ada kemungkinan yang
besar jika fungsi Fort Rotterdam yang semula sebagai benteng pertahanan
dialihkan atau dengan kata lain diubah fungsinya menjadi objek wisata membawa
dampak tertentu bagi pihak-pihak yang terkait di dalamnya baik itu dampak
positif maupun negatif. Dampak inilah yang kemudian kami rasa penting dan
merupakan hal pokok yang perlu diketahui, dikaji lalu dipahami bersama.
Kalaupun nanti dampak yang diperoleh dari hasil penelitian lebih mengarah pada
hal-hal negatif tentunya akan dipikirkan tindak lanjutnya. Namun, sekali lagi
bahwa tindak lanjut itu tentunya perlu suatu bukti dan argumen yang pasti agar
nantinya kita tidak salah langkah. Langkah yang dianggap pentiing dilakukan
sebelum tindak lnjut tersebut adalah dengan jalan melakukan penelitian ini.
. Manfaat Wisata
· Menambah pengetahuan atau wawasan akan ilmu peristiwa sejarah yang terjadi
disekitar kota Makassar.
· Dijadikan sebagai sarana untuk Berziarah ke tempat dimana pahlawan-
pahlawan yang telah gugur.
· Sebagai tempat yang bermanfaat sebagai objek wisata.
BAB III
HASIL PENELITIAN ATAU BEMBAHASAN
Gambar 1. Bentuk site plan Benteng Fort tampak atas yang menyerupai
penyu yang sedang Rotterdam merayap turun ke laut
BAB IV
KESIMPULAN