Anda di halaman 1dari 19

BENTENG FORT ROTTERDAM

DISUSUN OLEH:
MUH. ASDAR (03420220059)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul
“ARSITEKTUR LINGKUNGAN" dapat kami selesaikan dengan baik. Kami
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca tentang arsitektur post modern. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah Swt. karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat
kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun
melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah
ini. Kepada dosen pembimbing kami, Dr. Ir.naidah Naing S.T. M.Si dan juga
kepada teman-teman seperjuanagn yang membantu kami. Harapan kami, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

MAKASSAR,21 MEI 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................

1.1. Latar belakang ................................................................


1.2. Rumusan masalah ............................................................
1.3. Tujuan penelitian .............................................................

BAB II TINJAUAN EKSISTING........................................................

2.1. manfaat fissata ......................................................................

2.2. kondisi bangunan .................................................................

2.3 struktur bangunan ................................................................

BAB III PEMBAHASAN..................................................................

3.1. Analisa tampak .....................................................................

3.2. Analisa bangunan .................................................................

3.3. Analisa iklim .........................................................................

BAB IV PENUTUP .........................................................................

4.1 kesimpulan ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kota Makassar menjadi salah satu kota yang menyimpan sejarah peradaban
Kejayaan Kerajaan Gowa pada abad ke 16 atau sekitar tahun 1500-an. Kerajaan
Gowa memiliki 14 benteng pertahanan kerajaan yang didirikan mengelilingi
benteng utama yaitu Benteng Somba Opu yang menjadi kompleks kediaman raja
Gowa pada masa itu. Namun, saat ini tersisa satu benteng pertahanan yang
masih berdiri kokoh yaitu Benteng Ujung Pandang atau Benteng Fort Rotterdam
yang terletak di tepi pantai sebelah barat Kota Makassar.
Keberadaan Benteng Fort Rotterdam menjadi satu satunya benda peninggalan
sejarah dan saksi bisu runtuhnya Kerajaan Gowa oleh Belanda. Sehingga
diperlukan perhatian dan upaya pelestarian agar benteng mampu bertahan hingga
ratusan tahun dan menjadi media pembelajaran sejarah secara nyata kepada
generasi mendatang. Benteng Fort Rotterdam memiliki kekayaan nilai sejarah
yang terkandung didalamnya yang menjadikan benteng ini sebagai artefak
perkotaan di Kota Makassar. Artefak adalah benda peninggalan sejarah yang
menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah yang harus dilestarikan agar memberikan
gambaran kondisi kota di masa lampau. Sehingga bangunan yang menjadi artefak
kota perlu dilestarikan dan dikonservasi sebagai warisan budaya dan bukti
peradaban pada masanya. Urban artefact atau artefak perkotaan merupakan
representasi rancangan yang muncul dan ditemukan dalam bentuk yang bervariasi
dan memiliki peradaban sebagai respon terhadap kehidupan ekonomi, sosial,
politik dan religius (Rossi, 1982). Menurut Rossi (1982), artefak perkotaan
merupakan sesuatu yang memiliki sejarah dan karakteristik. Sejarah memberikan
nilai dan ciri khas/ karakteristik pada artefak perkotaan, sedangkan karakteristik
lebih ditekankan pada unsur bentuk dibanding unsur materialnya. Sehingga dalam
penelitian ini diperlukan kajian mengenai sejarah dan karakteristik Benteng Fort
Rotterdam. Adapun prinsip artefak perkotaan adalah selalu berkaitan dengan
tempat, peristiwa, dan wujud.

Benteng Fort Rotterdam saat ini berfungsi sebagai museum yang menyimpan
semua rekam kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan. Kondisi bangunan pada
Benteng Fort Rotterdam sudah banyak mengalami perbaikan akibat kerusakan
yang dialaminya. Penggunaan material pada bagian bangunan yang rusak
digantikan dengan material bata dan semen. Hal ini merupakan upaya
pemerintah dalam menjaga bangunan peninggalan tersebut agar tetap berdiri
kokoh dan terpelihara sebagai bukti perjuangan bersejarah. Pada
perkembangannya bangunan peninggalan tersebut menjadi aset pariwisata yang
potensial. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji dan mengemukakan
karakteristik Benteng Fort Rotterdam sebagai artefak perkotaan di Kota Makassar
dengan menggunakan pendekatan teori urban artefact yang dikemukakan oleh
Rossi (1982) melalui metode analisis kualitatif yang bersifat deskriptif, agar
kekhasan dan keistimewaan Benteng Fort Rotterdam dapat dikemukakan secara
detail. Pada dasarnya penelitian komponen tangible dari kawasan Benteng Fort
Rotterdam.
Benteng Ujung Pandang atau yang saat ini dikenal sebagai Benteng Fort
Rotterdam dibangun oleh Raja Gowa IX yang kemudia diselesaikan oleh Raja
Gowa X pada tahun 1545. Benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng FortRotterdam merupakan lambang
kemegahan dan kejayaan Raja Gowa pada abad ke 16 dan 17. Benteng ini telah
mengalami
beberapa pergantian nama diantaranya Benteng Panyyua yang diberikan oleh
rakyat Gowa karena bentuk benteng menyerupai penyu yang sedang merayap
turun ke laut. Bentuk penyu memiliki filosofi sebagai makhluk yang mampu
hidup di darat dan di laut. Filosofi penyu dianggap mencerminkan kondisi
Kerajaan Gowa pada masa itu yang berjaya di daratan maupun di lautan karena
mampu menguasai hampir seluruh daratan Pulau Sulawesi.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami ajukan ada beberapa hal, antara lain:
1. Apa fungsi utama pembangunan fort rotterdam pada awal di dirikannya?
2. Apa fungsi utamanya sekarang?
3. Mengapa fort rotterdam di alih fungsikan?
4. Apa dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi :
a. Fort Rotterdam itu sendiri
b. Bagi Pengelola
c. Bagi masyarakat sekitar.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman kepada siswa(i) tentang:


1. Fungsi utama Fort Rotterdam pada awal didirikannya
2. Fungsi utama fort rotterdam sekarang
3. Faktor-faktor penyebab dialih fungsikannya fort rotterdam
4. Dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi:
a. Fort Rotterdam itu sendiri
b. Bagi pengelola
c. Bagi masyarakat di sekitarnya

4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk pemenuhan satu
kompetensi dasar dalam salah satu mata pelajaran kami. Adapun kegunaan dari
penelitian terhadap objek yang dimaksud adalah bahwa ada kemungkinan yang
besar jika fungsi Fort Rotterdam yang semula sebagai benteng pertahanan
dialihkan atau dengan kata lain diubah fungsinya menjadi objek wisata membawa
dampak tertentu bagi pihak-pihak yang terkait di dalamnya baik itu dampak
positif maupun negatif. Dampak inilah yang kemudian kami rasa penting dan
merupakan hal pokok yang perlu diketahui, dikaji lalu dipahami bersama.
Kalaupun nanti dampak yang diperoleh dari hasil penelitian lebih mengarah pada
hal-hal negatif tentunya akan dipikirkan tindak lanjutnya. Namun, sekali lagi
bahwa tindak lanjut itu tentunya perlu suatu bukti dan argumen yang pasti agar
nantinya kita tidak salah langkah. Langkah yang dianggap pentiing dilakukan
sebelum tindak lnjut tersebut adalah dengan jalan melakukan penelitian ini.

5. Manfaat Hasil Penelitian


Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
 menggambarkan isi interaksi sosial. Yaitu mengungkap kecenderungan
yang ada pada interaksi sosial di masyarakaat sekitar fort rotterdam.
Misalnya penelitian ini ingin mengetahui apakah statement peralihan
fungsi objek ini membawa dampak positif atau negatif.
 menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hypothesis of
message characteristic). Penelitian ini berusaha menghubungkan
karakteristik tertentu dari pesan yang disampaikan oleh narasumber bai
dari pengelola maupun masyarakat sekitar.
 mendapatkan informasi tentang perbandingan keadaan sebelum dan
sesudah peralihan fungsi fort rotterdam menjadi objek wisata, yang
diperoleh dari beberapa sumber yang disebutkan di atas.
 Dijadikan sebagai bahan referensi yakni menjadi bahan rujukan bagi para
peniliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN EKSISTENSI
Di Makassar ada satu benteng besar yang berdiri megah, namanya Fort
Rotterdam. Jangan bayangkan lokasi benteng ini berada jauh diluar kota, dan kita
harus menghabiskan waktu sekian jam untuk duduk dimobil berkecepatan tinggi,
karena lokasi benteng ini terletak didalam kota Makassar sehingga cukup mudah
untuk mencapainya.
Benteng dengan halaman seluas dua kali Museum Fatahilah Jakarta ini letaknya
didepan pelabuhan laut kota Makassar atau ditengah pusat perdagangan sentral
kota. Apabila kita menginap di area seputar pantai Losari, maka jaraknya dalam
kisaran radius 2 km-an saja. Dari jalan raya, Fort Rotterdam yang juga akrab disebut
benteng Ujungpandang (nama lain dari Makassar) akan mudah dikenali karena
sangat mencolok dengan arsitektur era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan
kantor diseputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi
5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian,
bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam
pantai.
Memasuki pintu utamanya yang berukuran kecil, kita akan segera disergap oleh
nuansa masa lalu. Tembok yang tebal sangat kokoh, pintu kayu, gerendel kuno,
akan terlihat jelas. Masuk ke benteng sebetulnya tidak dipungut bayaran, karena
area didalam benteng tidak dijadikan museum cagar budaya yg kosong
melompong. Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat
Kebudayaan Makassar, sehingga suasana seram yang biasa kita jumpai dilokasi tua
semacam ini tidak begitu kental karena masih dijumpai manusia berseliweran kian
kemari. Karena area ini dipakai sebagai kantor, sehingga kebersihan dan kerapihan
lingkungan disana masih terawat cukup baik.
Benteng ini awalnya dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni
Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang
dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi
oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya.
Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti
dengan batu padas yang berwarna hitam keras.
Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas
menjadikan Belanda memutuskan utk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC
dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang
pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan
penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu
oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana
berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh
tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani
"Perjanjian Bongaya" pada 18 November 1667.
Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan
membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan
kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang
kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi
di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran
Gubernur Jendral Belanda Cornelis Speelman.
Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng, adalah
menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda
sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun
1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat
mengikuti perundingan damai. Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke
Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. Dia seorang diri
ditempatkan didalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat
kokoh. Diruang itu ia disedikana sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup
lainnya seperti peralatan shalat, alquran, dan tempat tidur. Banyak kemudian yang
meyakini bahwa Diponegoro wafat di Makassar, lalu ia dikuburkan disitu juga. Tapi
ada pendapat lain mengatakan, mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia
wafat Belanda memindah ia ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara
pengikut fanatiknya di Jawa atau disitu.

. Manfaat Wisata
· Menambah pengetahuan atau wawasan akan ilmu peristiwa sejarah yang terjadi
disekitar kota Makassar.
· Dijadikan sebagai sarana untuk Berziarah ke tempat dimana pahlawan-
pahlawan yang telah gugur.
· Sebagai tempat yang bermanfaat sebagai objek wisata.
BAB III
HASIL PENELITIAN ATAU BEMBAHASAN

Gambar 1. Bentuk site plan Benteng Fort tampak atas yang menyerupai
penyu yang sedang Rotterdam merayap turun ke laut

A. Elemen Karakteristik Benteng Fort Rotterdam

1. Bentuk site plan Benteng Fort Rotterdam


Bentuk benteng dibangun menyerupai penyu karena makna dari
filosofi penyu yang mampu mencerminkan karakter masyarakat
Kerajaan Gowa pada masa itu. Bentuk penyu memiliki filosofi
sebagai makhluk yang mampu hidup di darat dan di laut. Filosofi penyu
dianggap mencerminkan kondisi Kerajaan Gowa yang berjaya di
daratan maupun di lautan karena kemampuan Raja Gowa IX
dan Raja Gowa ke XI yang menguasai hampir seluruh daratan Pulau
Sulawesi.
Gambar 2.Site plan Fort Rotterdam berbentuk penyu yang memiliki ekor.
Pada masa peperangan antara Jepang dan Belanda, bagian ekor penyu
hancur akibat perang sehingga hanya tersisa bagian badan, kepala dan kaki.

Disamping itu, bentuk penyu tidak hanya menjadi representasi filosofi


karakteristik pemimpin Kerajaan Gowa. Tetapi juga menjadi ciri khas
bentuk benteng kolonial belanda.

Berbeda dengan karakteristik gerbang utama benteng kolonial pada


tabel 3 yang pada umumnya memiliki ornamen susunan batu simetris
pada tampak depan pintu masuk benteng. Pada gerbang utama
Benteng Fort Rotterdam, tidak terdapat ornamen tambahan pada
lengkungan gerbangsehingga tampilan gerbang depan terkesan lebih
simpel. Sebaliknya, dari sudut pandang dalamkawasan benteng
terdapat ornamen susunan batu tak simetris yang terletak tepat
mengikutilengkungan gerbang utama bagian dalam. Keberadaan pintu
gerbang yang bertekstur mampu menyempurnakan nilai estetika dan
kekokohan benteng.
Karakteristik gerbang utama Benteng Fort Rotterdam.

a. Gerbang utama tampak dari


luar benteng

Karakteristik gerbang utama


Tampak depan gerbang utama berbentuk lengkung dan tidak
memiliki ornamen sehingga berkesan simple disertai papan nama
benteng pada bagian atas gerbang.
b.Gerbang utama tampak dari luar benteng

Gerbang utama, tampak dari dalam benteng. Bentuk gerbang


yangmelengkung diikuti dengan ornament susunan batu yang dibuat
seirama sehingga menambah nilai estetika benteng.
c.Pintu gerbang utama

Pintu gerbang utama yang bertekstur simple namum mampu


memberikan kesan kekokohan benteng.

Ornamen gerbang utama tampak tersusun rapi namun tak simetris


disebabkan material batu yang digunakan memiliki ukuran dan
besaran yang berbeda. Material batu yang digunakan berupa batu
padas hitam dari pegunungan karst yang dipahat secara tradisional.
Meskipun demikian, pola susunan batu tetap terlihat rapi dan indah
sehingga nilai estetika pada gerbang utama mampu menambah kesan
kemegahan benteng Fort Rotterdam.
3. Bangunan utama benteng

Benteng Fort Rotterdam merupakan museum pusat kebudayaan dan


seni Sulawesi Selatan. Bangunan-bangunan di dalam kompleks Fort
Rotterdam difungsikan sebagai Museum La Galigo dan kantor Balai
Pelestarian Cagar Budaya Kota Makassar. Pada kompleks benteng
terdapat Museum La Gilago yang menyimpan beragam koleksi
prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah hingga naskah serta
etnografi. Bangunan-bangunan didalam kompleks Fort Rotterdam
sepenuhnya bergaya arsitektur kolonial ditandai dengan keberadaan
gevel (gable) pada bangunan, dormer yaitu model jendela atau bukaan
lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri, model
denah bangunan yang simetris dengan satu lantai atas, penggunaan
skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah, dan model
jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun
jendela).

Gambar 3. Elemen bangunan yang mencirikan gaya arsitektur kolonial Belanda,


meliputi gevel, dormer, model denah bangunan yang simetris, skala bangunan yang
tinggi, model jendela yang lebar dan berbentuk kupu
tarung.
4.Tembok selubung pertahanan benteng
Benteng ini dikelilingi oleh tembok pertahanan yang cukup tinggi
sebagai teritori benteng danelemen pertahanan yang kuat dan kokoh
guna melindungi kompleks bangunan didalamnya. Tembok pertahanan
terbuat dari susunan batu padas dan bata yang disusun secara simetris.
Tembok ini disusun dengan teknik susun timbun, yaitu dibangun
dengan cara menyusun sejumlah balok-balok batu padas yang telah
dipahat rapi. Keberadaan tembok ini memperkuat kesan kemegahan
dan kekokohan benteng kolonial Belanda pada masa lampau.

Gambar 4. Tembok pertahanan Fort Rotterdam yang disusun dengan


teknik susun timbun sehingga menghasilkan pola yang simetris dan
seragam.

BAB IV
KESIMPULAN

Benteng Fort Rotterdam memiliki keutuhan bentuk menyerupai penyu jika


dibandingkan denganbenteng-benteng kolonial Belanda lain di Indonesia.
Karakteristik yang menonjol terlihat pada bentuk site Fort Rotterdam yang
menyerupai penyu. Meskipun dibangun oleh pemerintah Kolonial
Belanda namum filosofi penyu juga mencerminkan karakteristik Kerajaan Gowa
yaitu mampu Berjaya di daratan dan di lautan pada masanya. Kekhasan gerbang
utama dengan kekokohan pintu utama dan ornamen susunan batu tak simetris
pada lengkungan gerbang, identitas benteng yang ditunjukkan melalui penanda
nama benteng tepat pada bagian atas gerbang, serta elemen arsitektur
kolonial pada bangunan-bangunan utama seperti gevel, dormer, model denah
bangunan yang simetris dengan satu lantai atas, penggunaan skala bangunan yang
tinggi, dan model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung. Sebagai situs
bangunan sejarah, benteng ini menjadi bukti nyata kisah panjang masa
kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara. Selain itu, benteng ini juga
menjadi saksi bisu sejarah panjang Kota Makassar dengan keagungan dan
kemegahan Benteng Fort Rotterdam sebagai wujud fisik representasi
kolonialisme. Oleh karena itu, Benteng Fort Rotterdam dengan sejarah dan
karekteristik yang dimiliki menjadikannya sebagai Urban Artefact Kota Makassar
yang perlu dilestarikan sebagai media pembelajaran bagi generasi
mendatang.Rotterdam sebagai wujud fisik representasi kolonialisme. Oleh karena
itu, Benteng Fort Rotterdam dengan sejarah dan karekteristik yang dimiliki
menjadikannya sebagai Urban Artefact Kota Makassar yang perlu dilestarikan
sebagai media pembelajaran bagi generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:


PM.59/PW.007/MKP/2010. Pemerintah Republik Indonesia
Anonim. (2011).Museum La Galigo. Makassar: Gramajapa Bersaudara Mandiri.
Broadbent. (1990).Emerging Concepts In Urban Space Design. London : Van
Nostrad Reinhold Company Inc.
Creswell, J.W. (2008).Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.
Creswell, J.W. (2012). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among
Five Approches. California: Sage Publications, Inc.
Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John
Wiley & Sons. Inc.
Lynch, K. (1979). Image Of The City. Cambrigde : The Massachusetts Institut of
Technology Press.
Masdoeki, Abdul Muttalib dan Bahru Kallupa. (1986). Benteng Ujung Pandang
(Fort Rotterdam). Makassar: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi
Selatan.
Muhajir, N. (1990). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarakin.
Natsir, M. dkk. (2010).Bangunan Bersejarah di Kota Makassar. Makassar: Balai
Pelestarian Cagar Budaya.
Nuraeda. Siti. Muhammad, M. & Agung, M. (2008). Album Sejarah dan
Kepurbakalaan Sulawesi Selatan (Wisata Kultural Historis). Makassar: Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.
Pattingalloang. (2012). Makassar dari Masa ke Masa. (Serial online), [Diunduh 04
Maret 2017]. Sumber: URL:
https://daenggassing.wordpress.com/2012/06/11/makassar-dari-masa-ke-masa
Rossi, A. (1982). The Architecture of The City. The Institute For Architecture and
Urban Studies. Massachusetts: The MIT Press.
Sidharta, E.B. (2000). Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di
Surakarta. Yogyakarta : Gadjah
Mada University
Press.Tika, Z. dkk. (2013).Makassar Tempo Doeloe. Makassar: Kantor Arsip,
Perpustakaan dan Pengolahan Data
Pemerintah Kota Makassar bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Penulisan
Sejarah Budaya SulawesiSelatan.
Trancik, R. (1986). Finding Lost Space, Theories of urband design. New York:
Van Nostrand Reindhold Co

Anda mungkin juga menyukai