Anda di halaman 1dari 19

Memahami Warisan Kolonial Melalui Bangunan Bersejarah SCS

(Semarang- Cheribon Stoomtram) di Tegal

Disusun Oleh :
Azizul Ikhsan (06)
Chelseaalya Azzahra (08)
Hanum Anggit S. (14)
Maria Erlina Aileen S. (20)
Moch. Makiv F. (21)
M. Yusuf Thuluny (24)
Rara Titis Alaina (29)
Salman Ilyas Alani (34)

SMA NEGERI 1 TEGAL


Jl. Menteri Supeno No. 16 Tegal Telp (0283) 353498

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan tentang

sejarah Gedung SCS (Semarang Cheribon Stoomtram) atau lawang satus.

Laporan ini berisi tentang sejarah di gedung SCS (Semarang Cheribon

Stoomtram).

Laporan ini kami susun dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak

diantaranya; bapak Aroyan Bagas Pradana, S.Pd selaku wali kelas dan dari

berbagai sumber sumber terpercaya. Oleh karena itu kami sampaikan terima

kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak

kesalahan dalam penyusunan laporan ini, baik dari segi EYD (Ejaan Yang

Disempurnakan), kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari penulis

mengharapkan kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan

penulis jadikan sebagai evaluasi bahwa hasil laporan penelitian ini masih banyak

kekurangan.

Akhir kata Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan wawasan

yang luas dan memberi banyak manfaat untuk masyarakat.

Tegal, 20 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dibangunnya SCS...............................................................4


B. Sejarah SCS.................................................................................................5
C. Peranan Gedung SCS..................................................................................9
D. Struktur Gedung SCS ................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gedung SCS Tegal Sekarang..............................................................4

Gambar 2.2 Gedung SCS Tegal Dahulu.................................................................5

Gambar 2.3 Henri Maclaine Pont...........................................................................6

Gambar 2.4 Koridor SCS.......................................................................................7

Gambar 2.5............................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lawang satus merupakan salah satu gedung bersejarah yang

terletak di Kota Tegal tepatnya di Jalan Pancasila No 2 Tegal dekat dengan

stasiun dan alun-alun Kota Tegal. Bangunan ini terdiri dari 4 lantai,

didominasi warna coklat dan putih yang khas dengan Belanda serta

memiliki banyak pintu sehingga warga tegal menyebutnya lawang satus.

Gedung Lawang Satus atau Gedung Birao ini merupakan bekas kantor

SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram) yang kini dikelola oleh PT. KAI

(Kereta Api Indonesia). Setelah kantor SCS (Semarang-Cheribon

Stoomtram) Tegal tidak beroperasi lagi, gedung ini sempat dipergunakan

sebagai tempat perkuliahan mahasiswa UPS (Universitas Pancasakti)

Tegal. Namun setelah masa sewa gedung berakhir, gedung ini dibiarkan

begitu saja. Sehingga gedung ini nampak tidak terawat dan ditumbuhi

banyak rumput.

Beberapa tahun kebelakang gedung yang tadinya tidak terawat ini

telah berubah menjadi destinasi wisata baru di Kota Tegal. Berkat adanya

penataan di kawasan sekitar gedung oleh pemerintah Kota Tegal, lawang

satus kini.

Menjadi gedung yang tampak elegan. Meskipun belum dibuka

untuk umum, antusiasme masyarakat untuk melihat dari dekat gedung ini

tidaklah berkurang. Banyak masyarakat baik dari dalam maupun luar Kota

1
Tegal datang untuk berfoto di depan gedung bersejarah. Banyak

masyarakat tertarik untuk mengetahui sejarah dari lawang satus ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bangunnan bersejarah “SCS (Semarang-Cheribon

Stoomtram)” bisa didirikan?

2. Siapa pendiri Gedung SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram)?

3. Apa peran pembangunan SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan sejarah pendirian bangunan SCS (Semarang-

Cheribon Stoomtram)

2. Mengetahui siapa pendiri atau pembuat Gedung SCS (Semarang-

Cheribon Stoomtram)

3. Mengidentifikasi tujuan pembangunan Gedung SCS (Semarang-

Cheribon Stoomtram)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat membantu dalam memahami sejarah dan

pentingnya SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram) Tegal dalam

konteks sejarah Indonesia. Dengan memahami nilai budaya dan

sejarahnya, kita dapat berkontribusi pada pelestarian warisan budaya

bangsa.

2
2. Manfaat Praktis

Penelitian tentang mempelajari bangunan bersejarah SCS

(Semarang-Cheribon Stoomtram) di Tegal dapat memiliki manfaat

yang signifikan secara praktis, baik bagi sekolah, siswa, maupun

masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa manfaat praktis dari

penelitian tersebut:

a. Manfaat bagi sekolah

Secara praktis penelitian ini dapat memberi manfaat bagi

guru dan dapat dikembangkan kepada siswa ataupun siswi

dalam mempelajari ilmu sejarah salah satunya mempelajari

biografi atau latar belakang tentang gedung SCS (Semarang-

Cheribon Stoomtram) atau biasa disebut gedung viral atau yang

lebih dikenal dengan lawang satus.

b. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk

menambah kekayaan dan khasanah budaya serta menambah

warisan cagar budaya di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dibangunnya SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram)

Gambar 2.1 Gedung SCS Tegal Sekarang

Keberadaan sejumlah bangunan bersejarah di Tanah Air tidak

terlepas dari sejarah pembangunan kereta api, satu satunya adalah Gedung

Birao yang dibangun perusahaan Hindia Belanda de Semarang Cheriboon

Stroomtram Maatschappij, NV (SCS) di Tegal, Jawa Tengah.

Bangunan kuno SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram) dengan

desain klasik ini dibuat arsitek Henry Maclaine Pont pada tahun 1884-

1971 sebagai Kantor SCS(Semarang-Cheribon Stoomtram). Pada tahun

1897-1914, perusahaan ini membangun jalur kereta api dengan panjang

373 km yang menghubungkan Semarang dengan Cirebon hingga ke

Kadhipaten di ujung barat. Jalur ini juga melewati kota-kota di sepanjang

4
pantai Utara Jawa ke arah barat, seperti Kendal, Pekalongan, Tegal, dll.

Dahulu stasiun dari jalur ini berada di Jalan Poncol yang telah diambil alih

PT KAI (Kereta Api Indonesia)dan menjadi Stasiun Poncol.

B. Sejarah SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram)

Gambar 2.2 Gedung SCS Tegal Dahulu

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kota Tegal menjadi

daerah yang cukup strategis yang ada di pesisir utara Jawa sekitar abad ke-

18 hingga ke-20 M. Kondisi ini juga didukung dengan adanya jalur kereta

api yang melewati wilayah Tegal dengan menghubungkan kota-kota di

sepanjang pesisir utara Jawa. Hal tersebut nampaknya dapat dibuktikan

dengan adanya keberadaan bekas kantor perusahaan kereta api swasta

Semarang-Cheribon Stoomtram Matschappij (SCS) anakan perusahaan

Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu Gedung

Birao. Kantor perusahaan ini dulunya dimanfaatkan sebagai tempat

5
administratif terkait perusahaan kereta api mengingat sedang dibangun

jaluan kereta api Cirebon-Semarang.

Gedung Birao dirancang pertama kali pada 1911 oleh arsitek

terkemuka dalam perkembangan arsitektur Belanda, Henri Maclaine Pont,

arsitek keturunan Belanda-Bugis yang lahir di Jakarta. Bangunan ini

sangat kental dengan gaya arsitektur Belanda. Meskipun demikian,

Maclaine Pont mahir dalam menggunakan sumber daya alam setempat

dan memperkerjakan buruh lokal dengan harapan sebagai latihan dalam

menambah keterampilan mereka. Selain itu pembangunan Gedung Birao

juga turut memperhatikan lokasi yang berada di sekitar alun-alun, masjid,

dan tempat tinggal Residen atau Gubernur pada masa itu.

Gambar 2.3 Henri Maclaine Pont

Sang arsitek sengaja membuat bentuk bangunan Gedung Birao

mirip dengan kantor pusat NIS yang ada di Semarang, Lawang Sewu.

Persamaan ini mungkin ditujukan agar nampak kesan kesamaan dan

6
keseragaman antar kantor-kantor milik NIS di berbagai kota. Kesamaan ini

ditonjolkan oleh arsitek pada bagian pelengkung-pelengkung, pada gang

sekeliling ruang kantor dan tangga utama, serta kesamaan pada bangunan

yang dibuat meninggi agar terkesan megah.

Pembangunan Gedung Birao ini turut memperhatikan kondisi

lingkungan setempat, sama halnya Lawang Sewu dibuat. Bangunan

dirancang sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan iklim, sinar

matahari, dan gaya hidup masyarakat lokal pada masa itu. Tidak seperti

orang Eropa yang lebih memilih menggunakan bahan impor, Maclaine

Pont menggunakan bahan-bahan lokal misalnya kayu jati, batu bata, dan

pasir lokal.

Gambar 2.4 Koridor SCS

Kecerdasan arsitek Gedung Birao terlihat pada bagaimana

Maclaine Pont memilih peletakan gedung memanjang dari arah Timur-

Barat. Hal ini berkenaan supaya jendela dan pintu terletak pada sisi Utara-

7
Selatan. Dengan demikian cahaya matahari dapat terhindari dari arah Barat

dan timur. Peletakan jendela pada sisi Utara-Selatan ini juga berkenaan

dengan pengaturan udara yang masuk sehingga mendapatkan udara

sebanyak-banyaknya dari arah Utara karena angin laut di siang hari dan

dari arah Selatan yang mendapat angin darat pada malam hari. Bangunan

ini juga dibuat monoton tanpa fokus sentral, dengan wajah depan

bangunan yang terdiri dari dua lantai dilengkapi pelengkung-pelengkung

ala Greco-Romawi, diselingi empat menara dilengkapi tangga didalamnya.

Pertimbangan ini dibuat agar pengunjung datang melewatinya melalui arah

samping Barat atau Timur. Keberadaan pintu dan jendela yang besar

berfungsi sama seperti bangunan tropis pada umumnya yaitu mendapatkan

udara segar dan sirkulasi udara dalam bangunan mencadi lancar. Selain itu,

menara dan tangga juga sangat membantu dalam sirkulasi udara secara

kontinu. Setiap ruangannya juga terdapat gang panjang pada laintai satu

atau lantai dua yang berfungsi sebagai penghubung, serta isolasi panas

cahaya matahari karena ruang-ruang tidak langsung terkena cahaya

matahari.

Gedung Birao ini menjadi saksi bisu sejarah dari masa Hindia

Belanda hingga masa kini masih berdiri kokoh. Pada masa setelah

Proklamasi, 10 September 1945, bangunan ini digunakan sebagai tempat

dikibarkannya bendera Merah Putih, bukti pergerakan warga lokal Tegal

memerangi penjajah yang melarang pengibaran bendera pada waktu itu.

Beberapa puluh tahun berlalu, Gedung Birao disewakan kepada Yayasan

8
Pancasakti Tegal dan digunakan sebagai kampus 2 Universitas Pancasakti

Tegal. Setelah masa sewanya habis, Gedung Birao dibiarkan begitu saja,

hingga akhirnya kini didaftarkan menjadi cagar budaya.

C. Peranan Gedung SCS bagi Kota Tegal

a. Dipergunakan untuk Kantor SCS Tegal

Pada tahun 1884-1971 gedung Birao ini kantor SCS

(Semarang-Cheribon Stoomtram) yang merupakan perusahaan

transportasi kereta api. Kantor SCS (Semarang-Cheribon

Stoomtram) ini akan melayani trayek Semarang-Cirebon yang

harus melewati Pekalongan dan Tegal. Jadi pada masa itu, tidak

hanya Kota Tegal yang memiliki gedung Lawang satus yang

merupakan milik perusahaan kereta api.

Seperti Semarang Joanan Stroomtramm Matschappij

yang mengurusi Semarang Juwana, Serajoedal Strootramm yang

menjadi tempat melayani trayek Banyumas-Cilacap-Banjarnegara-

Wonosobo, Staats Spoorwegen yang mengurusi trayek Jakarta-

Bogor, Trayek Surabaya-Pasuruan-Malang, dan ada Nederlandsch

Spoorweg Matschappij.

b. Markas Jepang

Gedung Lawang Satus Tegal selain menjadi kantor SCS

juga pernah menjadi markas tentara Jepang pada tahun 1942-1945.

9
Gedung ini pernah menjadi saksi bisu perlawanan Angkatan Muda

Kereta Api (AMKA) untuk melawan Jepang.

Pada tanggal 10 September 1945, gedung Lawang Satus

Tegal ini pernah menjadi tempat untuk mengibarkan bendera

merah putih oleh warga Tegal. Yang pada saat itu, bendera merah

putih masih tidak boleh untuk warga Tegal kibarkan. Tetapi berkat

semangat perjuangan orang-orang Tegal melawan penjajah, mereka

tetap mengibarkan bendera sang merah putih pada masa setelah

proklamasi kemerdekaan Indonesia.

c. Pernah Menjadi Tempat Perkuliahan UPS Tegal

Setelah kantor SCS Tegal tidak beroperasi lagi, pada

tahun 1980 gedung Lawang Satus Tegal ini pernah menjadi

kampus UPS Tegal. Jadi gedung ini menjadi tempat perkuliahan

sebagai kampus 2, dan kampus utamanya berada di dekat PAI yang

sampai sekarang masih ada.

UPS Tegal menyewa gedung ini tidak untuk semua

ruangan dalam gedung ini, tetapi hanya lantai 1 dan 2. Di mana

lantai 1 untuk ruangan administrasi dan lantai 2 untuk perkuliahan

dan praktikum. Tetapi setelah waktu sewa gedung sudah berakhir,

gedung ini dibiarkan begitu saja, sehingga penuh dengan rumput

yang tinggi di depannya.

10
Dan sekarang, gedung Lawang Satus Tegal sudah

berubah menjadi bangunan yang cantik lagi. Meskipun bangunan

ini belum terbuka untuk umum atau menjadi tempat wisata seperti

Lawang Sewu. Tetapi Anda tetap bisa melihatnya dari depan

bahkan tersedia tempat duduk. Semoga warga Tegal tetap menjaga

gedung ini agar tetap indah.

D. Struktur Gedung SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram)

Gambar 2.5

Gedung Birao, yang dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont,

merupakan sebuah bangunan empat lantai yang mencakup luas seluas

7.106 meter persegi. Bangunan ini berdiri kokoh di atas tanah seluas

11.000 meter persegi dengan dimensi panjang sekitar 120 meter, lebar

sekitar 42 meter, dan tinggi mencapai 36 meter. Menonjol sebagai sebuah

11
situs budaya yang dikelola oleh PT KAI, gedung ini terletak hanya sekitar

150 meter dari Stasiun Kereta Api Tegal.

Penting untuk dicatat bahwa Gedung Birao memiliki sejarah yang

kaya, terutama pada periode 1897-1914, ketika perusahaan ini membangun

jalur kereta api sepanjang 373 km yang menghubungkan Semarang dengan

Cirebon hingga Kadhipaten di ujung barat. Jalur kereta ini melintasi

berbagai kota di sepanjang pantai Utara Jawa, seperti Kendal, Pekalongan,

Tegal, dan lainnya.

Gedung ini membanggakan arsitektur bergaya kolonial yang

mencakup halaman yang luas dan dicat dengan warna putih. Kesamaannya

dengan Lawang Sewu adalah kenyataan bahwa keduanya memiliki banyak

pintu dan jendela berukuran besar. Selain itu, seperti bangunan-bangunan

megah lainnya dari masa penjajahan Belanda, Gedung Birao memiliki

langit-langit yang tinggi yang memberikan kesan kemegahan. Desainnya

yang menggabungkan elemen-elemen kayu berkualitas tinggi menambah

daya tarik visualnya. Terlebih lagi, meskipun usianya mencapai ratusan

tahun, gedung ini tetap terjaga dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-

tanda kerusakan yang signifikan.

Gedung Birao yang berdiri megah ini adalah sebuah kenangan

hidup dari masa lalu yang berharga, yang juga memberikan pelajaran

penting tentang sejarah Indonesia, terutama dalam konteks pembangunan

sistem perkeretaapian.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa Gedung Birao, juga

dikenal sebagai Lawang Satus, merupakan sebuah bangunan bersejarah

yang terletak di Kota Tegal, Indonesia. Bangunan ini awalnya didirikan

sebagai kantor Semarang-Cheribon Stoomtram (SCS) pada tahun 1884-

1971, yang mengoperasikan jalur kereta api antara Semarang dan Cirebon.

Bangunan ini didesain oleh arsitek Henry Maclaine Pont, yang

memadukan unsur arsitektur Belanda dengan pemanfaatan bahan-bahan

lokal, menciptakan bangunan yang khas dan fungsional untuk iklim dan

lingkungan setempat.

Selama masa Hindia Belanda, Kota Tegal menjadi daerah

strategis yang dilalui jalur kereta api, dan Gedung Birao digunakan

sebagai kantor administratif terkait dengan pembangunan jalur kereta api

Cirebon-Semarang. Arsitek Henri Maclaine Pont merancang bangunan ini

dengan cermat, menciptakan desain yang memungkinkan sirkulasi udara

yang baik dan perlindungan dari sinar matahari berlebih. Bangunan ini

menjadi saksi bisu sejarah, termasuk peristiwa bersejarah setelah

Proklamasi pada 10 September 1945, ketika bendera Merah Putih

dikibarkan di gedung ini sebagai tanda perlawanan terhadap penjajah.

Dalam perkembangannya, Gedung Birao digunakan sebagai

kampus oleh Universitas Pancasakti Tegal dan kemudian didaftarkan

13
sebagai cagar budaya. Selain itu, penataan kawasan sekitar gedung telah

meningkatkan daya tariknya sebagai destinasi wisata. Masyarakat, baik

dari dalam maupun luar Kota Tegal, kini mengunjungi gedung ini untuk

menghargai sejarahnya dan berfoto di depannya.

Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang

sejarah, arsitektur, dan peran sosial Gedung Birao, serta pentingnya

pelestarian warisan budaya ini. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih

menghargai warisan sejarah Indonesia dan mendukung upaya

pelestariannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, C. P. (2023, Maret 22). Sejarah Lawang Satus Tegal, Bangunan Tua Mirip
Lawang Sewu. Radar CBS. Diambil kembali dari https://radartegal.com/lawang-
satus-tegal/#google_vignette

Annisa, D. (2023, April 6). Menengok Gedung Birao di Tegal yang Mirip Lawang Sewu. (I.
Y. Saputra, Penyunt.) Solopos Jateng. Diambil kembali dari
https://jateng.solopos.com/menengok-gedung-birao-di-tegal-yang-mirip-
lawang-sewu-1592704

Diyah. (2018, Maret 14). Menikmati Bangunan Tua Karya Maclaine Pont di Tegal.
Kompasiana. Diambil kembali dari
https://www.kompasiana.com/amp/didy/5aa7b266cbe52352ea5260a2/menikm
ati-bangunan-tua-karya-maclaine-pont-di-tegal

Fatubun, A. (2019, April 18). Mengulik Sejarah Gedung Birao, Saksi Sejarah Kereta Api di
Jawa. Ayo Tegal.com. Diambil kembali dari
https://www.ayotegal.com/tegal/amp/pr-34455623/Mengulik-Sejarah-Gedung-
Birao-Saksi-Sejarah-Kereta-Api-di-Jawa

Jateng, B. (2021, Agustus 31). Gedung Birao Tegal, Si Kembar Lawang Sewu. (A. M. Shifa,
Penyunt.) Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah. Diambil kembali dari
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/gedung-birao-tegal-si-kembar-
lawang-sewu

Purniasari, M. D. (2022, November 29). Sejarah Gedung Birao atau SCS Tegal yang Kini
Dikenal Lawang Satus. (D. P. Mayasari, Penyunt.) Portal Brebes. Diambil kembali
dari https://portalbrebes.pikiran-rakyat.com/jawa-tengah/pr-1265906804/
sejarah-gedung-birao-atau-scs-tegal-yang-kini-dikenal-lawang-satus?page=2

Qimplink, W. (2013, Maret 7). TEGAL | Projects & Developments. Skyscrapercity. Diambil
kembali dari https://www.skyscrapercity.com/threads/tegal-projects-
developments.1588108/page-17

Septyaningtyas, Y. (2022, April 26). Gedung Birao Tegal. (F. A. Prasetyo, Penyunt.) Tribun
News. Diambil kembali dari
https://www.tribunnewswiki.com/2022/04/26/gedung-birao-tegal

Yogatama, D. (2023, Juli 23). Begini Sejarah Gedung Birao atau yang Dikenal Gedung
Lawang Satus Didepan Taman Pancasila Tegal. (D. Yogatama, Penyunt.) Portal
Brebes. Diambil kembali dari https://portalbrebes.pikiran-rakyat.com/sejarah/pr-
1266912291/begini-sejarah-gedung-birao-atau-yang-dikenal-gedung-lawang-
satus-didepan-taman-pancasila-tegal

15

Anda mungkin juga menyukai