Anda di halaman 1dari 25

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. 1 Jaringan tersebut bervariasi

mulai dari yang paling sederhana seperti lapisan epitel dari kulit, sampai lapisan

yang lebih dalam seperti jaringan subkutis, lemak dan otot bahkan tulang beserta

struktur lainnya seperti tendon, pembuluh darah dan syaraf, sebagai akibat dari

trauma atau ruda paksa atau trauma dari luar.2

B. Epidemiologi

Angka kejadian luka memiliki prevalensi mencapai jutaan kasus per

tahunnya.1 Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjuk-kan prevalensi pasien

dengan luka adalah 3.50 per 1000 populasi penduduk. Mayoritas luka pada

 penduduk dunia adalah luka karena pem-bedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki

(28.00%), luka dekubitus (21.00%). Pada tahun 2009, MedMarket Diligence,

sebuah asosiasi luka di Amerika melakukan penelitian


peneli tian tentang insiden luka di dunia

 berdasarkan etiologi penyakit, di-peroleh data untuk luka bedah ada 110.30 juta

kasus, luka trauma 1.60 juta kasus, luka lecet ada 20.40 juta kasus, luka bakar 10

 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena 12.50 juta kasus, ulkus

diabetik 13.50 juta kasus, amputasi 0.20 juta pertahun, karsinoma 0.60 juta

 pertahun, melanoma 0.10 juta, komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0.10 juta

kasus.3

1
 

C. Klasifikasi Luka

Luka dapat diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu : 4-7

1.  Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a)  Luka akut, yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan proses

 penyembuhan.

 b)  Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses

 penyembuhan, dapat karena faktor eksogen


eksogen dan endogen.

2.  Berdasarkan proses terjadinya

a)  Luka insisi (incised


(incised wounds),
wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang

tajam dan kerusakan sangat minimal. Misal, yang terjadi akibat


 pembedahan.

 b)  Luka memar (contusion


(contusion wound ),
), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan
t ekanan

dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan

 bengkak.

c)  Luka lecet (abraded


(abraded wound ),
), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda

lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d)  Luka tusuk ( punctured


 punctured wound ),
), terjadi akibat adanya benda seperti peluru

atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e)  Luka gores (lacerated


(lacerated wound ),
), terjadi jika kekuatan trauma melebihi

kekuatan regang jaringan.

f)  Luka tembus ( penetrating


 penetrating wound ),
), yaitu luka yang menembus organ

tubuh. Biasanya pada bagian awal masuk luka diameternya kecil, tetapi

 pada bagian ujung luka biasanya


biasanya akan melebar.
 

g)  Luka bakar (combustio


(combustio),
), merupakan kerusakan kulit tubuh yang

disebabkan oleh api, atau penyebab lain seperti oleh air panas, radiasi,

listrik dan bahan kimia. Kerusakan dapat menyertakan jaringan bawah

kulit.

3.  Berdasarkan derajat kontaminasi

a)  Luka bersih (clean


(clean wounds),
wounds), yaitu luka tak terinfeksi, dimana tidak terjadi

 proses peradangan (inflamasi) dan infeksi, dan kulit disekitar luka tampak

 bersih. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup.

Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%  –  5%.


 5%.

 b)  Luka bersih terkontaminasi (clean-contamined


(clean-contamined wounds),
wounds), merupakan luka
dalam kondisi terkontrol, tidak ada material kontamin dalam luka.

Kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3%  –  11%.


 11%.

c)  Luka terkontaminasi (contamined


(contamined wounds),
wounds), yaitu luka terbuka kurang dari

empat jam, dengan tanda inflamasi non-purulen. Kemungkinan infeksi

luka 10%  –  17%.


 17%.

d)  Luka kotor atau infeksi (dirty


(dirty or infected wounds),
wounds ), yaitu luka terbuka lebih

dari empat jam dengan tanda infeksi di kulit sekitar luka, terlihat pus dan

 jaringan nekrotik. Kemungkinan


Kemungkinan infeksi luka 40%.

D. Fase Penyembuhan Luka

Setiap proses penyembuhan luka akan melalui 3 tahapan yang dinamis, saling

terkait dan berkesinambungan, serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka.
 

Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka

terdiri dari:

1.  Fase hemostasis dan inflamasi

Fase hemostasis dan inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler

yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak. Tujuannya adalah menghentikan

 perdarahan dan membersihkan area luka dari


dari benda asing, sel-sel mati, dan bakteri,

untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.8

Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya

 platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka

(clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriktor yang mengakibatkan

 pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel

yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit,

dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler karena stimulasi saraf sensoris (local
( local

 sensoris nerve ending 


ending )),, local reflex action,
action, dan adanya substansi vasodilator seperti

histamin, serotonin dan sitokin.8


 

Histamin selain menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan

meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari

 pembuluh darah dan masuk ke daerah luka. Secara klinis terjadi edema jaringan dan
dan

keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Eksudasi ini juga mengakibatkan

migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstravaskuler. Fungsi netrofil adalah

melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan

kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika

dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag

disamping fagositosis yaitu:8,9

a.  Sintesa kolagen


 b.  Membentuk jaringan granulasi bersama dengan fibroblast

c.  Memproduksi
Memproduksi growth
 growth factor  yang
 yang berperan pada reepitelisasi

d.  Membentuk pembuluh kapiler baru atau angiogenesis

Dengan berhasil dicapainya luka yang bersih, tidak terdapat infeksi serta

terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai

 pedoman/parameter bahwa fase


fas e inflamasi ditandai dengan adanya eritema,
eritem a, hangat

 pada kulit, edema, dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari
ha ri ke-3 atau hari ke-

4.9
 

Gambar 2. Fase hemostasis dan inflamasi 

2.  Fase proliferasi (fase fibroplasia)

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasias, karena yang menonjol adalah

 proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai

kira-kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum

 berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin

yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.10

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan

menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblast sangat
 besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan

menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses

rekonstruksi jaringan.10

Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas

sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah

terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak darijaringan sekitar luka ke dalam daerah

luka, kemudian akan berkembang proliferasi) serta mengeluarkan beberapa


 

substansi (kolagen, elastin, asam hyaluronat, fibronectin dan proteoglikans) yang

 berperan dalam membangun jaringan baru.9

Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan

 baru (connective
(connective tissue matrix)
matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast,
fi broblast,

memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblast

sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan

 pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai

 jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblast dengan aktifitas

sintetiknya disebut fibroplasia. Respons yang dilakukan fibroblast terhadap proses

11
fibroplasias adalah:
a.  Proliferasi

 b.  Migrasi

c.  Deposit jaringan matriks

d.  Kontraksi luka

Angiogenesis, suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam

luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferasi proses penyembuhan luka.

Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat

(preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya

ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka

merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di

daerah luka, karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan

turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan
 

 proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet

factors).10,11
dan makrofag ( growth factors).

Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblast mengeluarkan

keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosissel

epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk

 barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblast,

 pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur

keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan baru

tersebut menutupluka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast

yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi


akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka

minimal.12,13 

Gambar 3. Fase proliferasi 

3.  Fase remodelling

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai

kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah menyempurnakan

terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan

 berkualitas. Fibroblast sudah mulai meninggalkan jaringan grunalasi, warna


 

kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi, dan serat

fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan


jarin gan parut. Kekuatan

dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase

remodelling. Selain pembentukan kolagen, juga akan terjadi pemecahan kolagen

oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen)


collagen ) yang terbentuk pada

fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat,

dengan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).8

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara

kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan
terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar , sebaliknya produksi yang

 berkurang akan menurunkan kekuatan


kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan

kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal.

Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome

atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologic masing-masing

individu, lokasi, serta luasnya luka.8,9,13 

Gambar 4. Fase remodelling 


 

10

E. Penutupan Luka

Tujuan utama dari penutupan luka yaitu untuk mengembalikan integritas kulit

sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi, scar dan penurunan fungsi. Proses

 penutupan pada luka terbagi menjadi 3 kategori, tergantung pada tipe jaringan yang
yang

terlibat dan keadaan serta perlakuan pada luka. 12,13

1.  Penutupan luka primer (intensi primer)

Penyembuhan primer atau sanatio


atau  sanatio per primam intentionem terjadi bila luka

segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Luka dibuat secara

aseptik dengan kerusakan jaringan minimum, dan dilakukan penutupan dengan baik

seperti dengan penjahitan. Ketika luka sembuh melalui instensi pertama, jaringan
granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. Parutan yang

terjadi biasanya lebih halus dan kecil. 13

2.  Penutupan luka sekunder (intensi sekunder)

Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar akan berjalan secara

alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel.

Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau  sanatio per secundam

intentionem.. Cara ini biasanya memakan waktu cukup lama dan meninggalkan
intentionem

baik, terutama jika lukanya terbuka lebar.13


 parut yang kurang baik,

3.  Penutupan luka primer tertunda (intensi tersier)

Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang

terkontaminasi berat atau tidak berbatas tegas. Luka yang tidak berbatas tegas

sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan

 pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila
 

11

luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi

(debridement) dahulu, selanjutnya baru dijahit dan dibiarkan sembuh secara


se cara primer.

Cara ini disebut penyembuhan primer tertunda. Selain itu, jika luka baik yang

 belum dijahit, atau jahitan terlepas dan kemudian dijahit kembali, dua permukaan

granulasi yang berlawanan akan tersambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan

 parut yang lebih dalam dan luas dibandingkan


dibandingkan dengan penyembuhan primer.10
penyembuhan

Gambar 1. Macam-macam proses penutupan luka


 

12

F.  Faktor yang mempengaruhi luka

1.  Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang

tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat

mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.8 

2.  Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Pasien

memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin


vit amin C dan A, dan mineral

seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki

status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. pasien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena suplai darah

 jaringan adipose tidak adekuat.8

3.  Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab

infeksi.8

4.  Sirkulasi (hipovolemia) dan oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya

sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit

 pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat

karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk

sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang

menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.

Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
 

13

 pernapasan kronik
kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan

vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk

 penyembuhan luka.8

5.  Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

 bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

 bekuan yang
yang besarhal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh,
tubuh,

sehingga menghambat proses penyembuhan luka.8

6.  Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan


terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari

serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk

suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah/pus.8

7.  Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

 pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi

akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor

internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri. 8

8.  Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan

terjadi penurunan protein-kalori tubuh.8


 

14

9.  Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti

neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang

lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. 8

a.  Steroid: akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera

 b.  Antikoagulan: mengakibatkan perdarahan

c.  Antibiotik: efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

 penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka

 pembedahan tertutup, tidakakan efektif akibat koagulasi intravaskular.

G. Komplikasi Penyembuhan Luka

1.  Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama

 pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam

2  –   7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya

 purulen, peningkatan
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengk
bengkak
ak di sekeliling luka,

 peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih. Fase-fase infeksi

 pada luka:14

1.  Infiltrat: terjadi infiltrasi sel darah putih pada tempat yang dimasuki oleh

kuman penyebab infeksi tersebut.

2.  Abses: pengumpulan nanah dalam ruangan yang sebelunnya tidak ada,

 biasanya dijumpai 5 tanda radang ditambah fluktuasi (+).


 

15

3.  Gangren yaitu kematian sebagian atau/ seluruh organ. Selain karena

infeksi juga bisa disebabkan oleh kelainan pembuluh darah, trauma. 14 

2.  Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku

 pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing

(seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan

(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam

 pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan

 berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan


balutan luka steril mungkin d
diperlukan.
iperlukan.

14
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Fistula

Fistula yaitu adanya saluran yang menghubungkan


menghubungkan 2 rongga. Fistula pada

luka karena luka menimbulkan air terus, biasanya disebabkan oleh benang jahit

yang tidak diserap.14

4.  Hematoma

Hematoma yaitu penumpukkan bekuan darah dalam jaringan. Penyebab

 proses hemostatik yang tidak baik.14

5. Seroma

Seroma yaitu pengumpulan cairan serosa dibawah luka, karena yang

dijahit kulit atasnya saja. Bisa sebagai perangsang terjadinya infeksi. Biasanya

ditandai dengan bengkak, fluktuasi (+), tidak dijumpai tanda-tanda radang. 14


 

16

6.  Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah

keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi,

kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang

 berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami

dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4  –  5


 5 hari setelah operasi sebelum

kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka

harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal

saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
7.  Keloid dan jaringan parut hipertrofik.14 

Timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses

 penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh

 berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan

cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah. Parut hipertrofik hanya

 berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan

rasa gatal dan kadang  –  kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase

akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak. 14

Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi

merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang

 bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian

sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut. Pengobatan keloid pada

umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid


 

17

intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama
sel ama

3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan

dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan

timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.14 

H. Perawatan Luka

Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu

evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan

luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. 15

1.  Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik


fisi k (lokasi dan eksplorasi).
2.  Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk

melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan


l arutan

antiseptik seperti:

1.  Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).

2.  Halogen dan senyawanya.

i.  Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan

dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.

ii.  Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks

yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah

dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.

3.  Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik

 borok.
 

18

4.  Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid

dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air,

tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.

5.  Oksidansia

i.  Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan fungisida agak lemah

 berdasarkan sifat oksidator.

ii.  Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran

dari dalam luka dan membunuh


m embunuh kuman anaerob.

6.  Logam berat dan garamnya

i.  Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri


dan jamur.

ii.  Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik

lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya

kerak (korts).

7.  Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%). Derivat fenol:

i.  Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan

genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.

ii.  Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.

8.  Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan

turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.

Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka

terinfeksi.
 

19

3.  Pembersihan Luka

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki

dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;

membuang jaringan nekrosis dan debris. 15

Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah

 pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci

yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama

waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam

 pencucian luka harus cairan yang efektif


e fektif dan aman terhadap luka. Selain larutan

antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini
sering digunakan yaitu Normal Saline. 15

 Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan

yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya

mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara

dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l.15

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :

1.  Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan

mati dan benda asing.

2.  Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.

3.  Berikan antiseptik.

4.  Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi

lokal. Bila perlu lakukan penutupan luka.


 

20

4.  Penjahitan luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari

8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak

 berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.15

Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta

 beberapa peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta

asistennya.15

Alat yang dibutuhkan :

   Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu

 buah.

  Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah

  Gunting benang satu buah.

  Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.

Bahan yang dibutuhkan :

  Benang jahit Seide atau silk

  Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.

Lain-lain :

  Doek lubang steril

  Kasa steril

  Handscoon

  Steril

Urutan teknik penjahitan luka (suture techniques)

a.  Persiapan alat dan bahan


 

21

 b.  Persiapan asisten dan operator

c.  Desinfeksi lapangan operasi

d.  Anestesi lapangan operasi

e.  Debridement dan eksisi tepi luka

f.  Penjahitan luka

g.  Perawatan luka

Macam-macam jahitan luka15

a.  Jahitan Simpul Tunggal

Sinonim : Jahitan terputus sederhana,  simple inerrupted suture 


suture 

merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk


 jahitan situasi.

 b.  Jahitan matras horizontal

Sinonim : 
:  horizontal mattress suture, interrupted mattress. Jahitan

dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul

dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan

 pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.

c.  Jahitan matras vertikal


 

22

Sinonim : vertical mattress suture,


suture, donati, near to near and far to far.

Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian

dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan

 penyembuhan luka yang


yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh

 jahitan ini.

d.  Jahitan Matras Modifikasi

Sinonim: half burried mattress suture.


suture. Modifikasi dari matras

horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah

subkutannya.

e.  Jahitan jelujur sederhana

Sinonim: simple
Sinonim:  simple running suture, simple continous, continous over and

over. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.

Biasanya menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan

 penggunaannya pada
pada jaringan ikat yang longgar.
 

23

f.  Jahitan jelujur feston

Sinonim: running locked suture, interlocking suture.


suture . Jahitan kontinyu

dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering

dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur

 biasa.

g.  Jahitan jelujur horizontal

Sinonim: r unning
unning horizontal suture.
suture. Jahitan kontinyu yang diselingi

dengan jahitan arah horizontal.

h.  Jahitan simpul intrakutan

Sinonim: Subcutaneus interupted suture, intradermal burried suture,

interrupted dermal stitch. Jahitan simpul pada daerah intrakutan,

 biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam kemudian pada

 bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana. 


sederhana. 

i.  Jahitan jelujur intrakutan

Sinonim: running subcuticular suture,


suture, Jahitan jelujur subkutikular

Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal

menghasilkan kosmetik yang baik


 

24

5.  Penutupan Luka

Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga

 proses penyembuhan berlangsung


berlangsung optimal.
6.  Pembalutan

Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada

 penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap

 penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses

 penyembuhan, sebagai fiksasi


fi ksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya

rembesan darah yang menyebabkan hematom. 15

7.  Pemberian Antibiotik

Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka

terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.15

8.  Pengangkatan Jahitan

Jahitan seharusnya digunakan pada kulit sedini mungkin untuk mencegah

atau meminimalkan reaksi jahitan dan tanda jahitan, tetapi juga harus tetap dikulit

dengan waktu tertentu untuk mencegah dehiscence luka dan penyebaran bekas luka. 
 

25

Di wajah dan telinga, jahitan dapat dilepas dalam 5-7 hari, jahitan dikelopak mata

dapat dilepas dalam 3-5 hari. Jahitan leher dilepas dalam 7 hari dan jahitan kulit

kepala dalam 7-10 hari. Jahitan pada batang dan ekstremitas harus dibiarkan selama

10-14 hari.16-19

Saat pelepasan jahitan, garis jahitan harus dibersihkan dengan antiseptik.

Jahitan yang terputus, digenggam dengan forsep halus pada simpul dan luka di sisi

 berlawanan dengan simpul pada titik masuk jahitan ke dalam kulit. Selanjutnya,

 jahitan ditarik dengan lembut dengan menarik ke arah tepi luka. Jahitan yang

 berjalan dilepas dengan memotong setiap loop lainnya dan menggenggam loop

dengan forceps dan menariknya keluar. Jahitan subkutikuler yang berjalan

dihilangkan dengan memotong simpul di satu ujung dan menarik jahitan secara

yang lain untuk meminimalkan risiko patah jahitan pada luka.19


 perlahan dari ujung yang

Anda mungkin juga menyukai