Anda di halaman 1dari 2

Mediasi adalah suatu proses alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di mana pihak-

pihak yang berselisih bekerja sama dengan bantuan mediator untuk mencapai solusi yang dapat
diterima secara bersama. Mediator adalah orang yang netral dan tidak memihak yang ditunjuk
untuk membantu memfasilitasi proses mediasi.

Tujuan utama dari mediasi adalah mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi
semua pihak yang terlibat dalam sengketa. Dalam mediasi, pihak-pihak yang berselisih memiliki
kendali penuh atas hasilnya dan mereka secara sukarela berpartisipasi dalam proses tersebut.
Mediator berperan sebagai fasilitator yang membantu pihak-pihak berkomunikasi, menjelaskan
isu-isu yang terlibat, mencari kesamaan, dan merumuskan solusi yang dapat diterima oleh semua
pihak.

Mediasi sering kali digunakan dalam berbagai jenis sengketa, seperti perceraian, sengketa bisnis,
konflik keluarga, sengketa properti, dan sebagainya. Kelebihan mediasi meliputi efektivitas,
kecepatan, biaya yang relatif rendah, dan kemampuan untuk mempertahankan hubungan antara
pihak-pihak yang bersengketa. Namun, mediasi juga memiliki keterbatasan, dan tidak semua
sengketa cocok untuk diselesaikan melalui mediasi, terutama jika salah satu pihak tidak bersedia
berpartisipasi atau jika ada ketidakseimbangan kekuatan antara pihak-pihak yang terlibat.

Dasar hukum mediasi di Indonesia terdapat dalam beberapa peraturan perundang-undangan,


antara lain:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase): Pasal 1 angka 15 UU ini menyebutkan
bahwa mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
dilakukan melalui perantaraan orang yang netral dan tidak memihak.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan


Kehakiman (UU Kekuasaan Kehakiman): Pasal 57 ayat (2) UU ini menyebutkan bahwa
mediasi dapat dilakukan sebagai upaya alternatif penyelesaian sengketa sebelum masuk
ke pengadilan.
3. Peraturan Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Mediasi di Pengadilan: Peraturan ini mengatur pelaksanaan mediasi di lingkungan
pengadilan di Indonesia. Di dalamnya dijelaskan mengenai prosedur, kualifikasi
mediator, dan kewenangan mediator dalam mediasi.

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Mediasi di Luar Pengadilan: Peraturan ini
mengatur pelaksanaan mediasi di luar pengadilan, baik yang dilakukan secara mandiri
maupun melalui lembaga mediasi.

Selain itu, terdapat juga peraturan lain yang mengatur mediasi di bidang-bidang tertentu,
misalnya:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian
Sengketa Lahan Pertanian: Pasal 45 UU ini mewajibkan mediasi sebagai upaya
penyelesaian sengketa lahan pertanian sebelum masuk ke pengadilan.
2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Penyelesaian Sengketa di
Bidang Jasa Keuangan: PBI ini mewajibkan mediasi sebagai tahap awal penyelesaian
sengketa di bidang jasa keuangan sebelum masuk ke pengadilan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelesaian
Sengketa Melalui Mediasi di Bidang Perpajakan: Peraturan ini mengatur penyelesaian
sengketa perpajakan melalui mediasi sebagai upaya alternatif sebelum masuk ke proses
peradilan.

Peraturan-peraturan tersebut memberikan dasar hukum bagi praktik mediasi di Indonesia dan
mengatur berbagai aspek terkait dengan pelaksanaannya, termasuk kualifikasi mediator, prosedur
mediasi, dan keabsahan kesepakatan yang dicapai melalui mediasi.

Anda mungkin juga menyukai