Anda di halaman 1dari 2

PARAH!

Marak Eksploitasi Anak di Sukoharjo

Secara Psikologis, anak jalanan adalah anak-anak yang pada suatu taraf tertentu belum
memiliki cukup mental dan emosional yang kuat, sementara mereka harus bergelut dengan
dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadiannya.

Layaknya kabupaten besar lainnya, kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu kabupaten
di Jawa Tengah masih memiliki problematika. Pertumbuhan ekonomi serta infrastruktur yang
begitu cepat sehingga memaksa kaum marginal ikut terdesak termasuk hal nya anak jalanan.
Hal ini sering kami temui pada titik-titik seperti pusat keramaian di alun-alun kabupaten,
tepian, bahkan persimpangan lampu merah tak luput dari sasaran anak-anak jalanan. Padahal,
jalanan merupakan tempat yang sangat berbahaya dan penuh dengan gangguan apalagi untuk
anak-anak yang masih dibawah umur dimana seharusnya masih dalam pengawasan orang tua.

Menurut Data Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah terhitung sejak tahun
2008-2016 menunjukkan dari adanya peningkatan yang terus signifikan atas jumlah anak
jalanan sedikitnya ada 1821 anak jalanan yang tercatat pada kabupaten Sukoharjo hingga tahun
2016. Kita ketahui sekarang bahwasanya sudah banyak sekali ‘anak jalanan’ yang mana
berkeliaran mencari nafkah dari pagi sampai malam. Padahal, seharusnya mereka dapat
menghabiskan waktunya untuk pendidikan, bermain, dan lain-lain.
Hasil penelitian dari Yayasan Sosial Anak Lentera Mahakam memaparkan fakta bahwa
sebagian besar banyaknya para anak jalanan di picu karena masalah ekonomi mereka, buruknya
lapangan pekerjaan di negeri ini membuat mereka memilih bekerja di jalanan. Kebutuhan
primer keluarga sering tidak terpenuhi sewajarnya. Kondisi tersebut semakin rawan sebab
keluarga kerap kali tidak mampu mendiami rumah yang layak sehingga memaksa orang tua
untuk memprioritaskan pengeluaran pada hal-hal yang dianggap langsung dapat dipergunakan
untuk kelangsungan kebutuhan hidup.

Disisi ini terjadi akibat rendahnya aspirasi orang tua tentang arti penting pendidikan
dan perlindungan di rumah maupun di sekolah bagi anak, menyebabkan anak dengan
mudahnya meninggalkan sekolah tanpa alasan yang kuat. Rendahnya dukungan orang tua pada
anak-anak yang bersekolah bersinergi dengan dorongan orang tua untuk mengajak, menyuruh
bahkan memaksa anak-anak mereka terjun di dunia kerja.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan aturan yang telah ada di Indonesia. Tercantum
dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang hak anak namun, masih banyak terjadi eksploitasi anak
khususnya pada bidang eksploitasi ekonomi. Tentu saja hal tersebut tidak bisa dibiarkan dan
harus segera dilakukan langkah-langkah perlindungan dan hak-hak anak. Sebagaimana
menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) : “Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan Pasal 28B ayat (2) bahwa
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Maka seharusnya, Orang tua berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak baik secara
material maupun Non material karena orang tua merupakan tempat anak untuk mendapatkan
kasih sayang, perlindungan, kenyamanan serta tempat anak untuk berbagi baik berbagi masalah
ataupun kebahagiaan dan tidak merampas hak anak termasuk mengeksploitasi anak tersebut.
Selanjutnya, pemerintah sendiri harus lebih memperhatikan kehidupan anak-anak jalanan
khususnya yang dieksploitasi diantaranya dengan program-program bantuan masyarakat
kurang mampu, dan mendirikan rumah singgah ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat untuk
anak-anak jalanan dengan harapan tidak adanya lagi anak-anak jalanan yang berkeliaran.

Anda mungkin juga menyukai