Penggunaan media pembelajaran ini, selain dapat memberi rangsangan bagi siswa
untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam
menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Yusufhadi Miarso ( 2004 : 458 ).
Menurut Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik dan
kesimpulan yang lain adalah suatu alat atau sarana atau perangkat. Dalam hal ini bias berupa
software atau hardware.
Perangkat lunak ( software ) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya
disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras
( hardware ) sendiri merupakan sarana untu dapat menampilkan pesan yang terkandung.
Definisi pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan pelajar.
Membelajarkan berarti usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran
terjadi komunikasi antara pelajar dengan guru, pelajar atau pengajar. Proses ini merupakan
bagian proses komunikasi antar manusia ( dalam hal ini adalah antar pelajar dan pengajar ).
Dari kedua definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pelajar yang
menjurus kearah terjadinya proses belajar.
Dari pengalaman, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda,
sebagian lebih cepat belajar melalui audio visual, sebagian lebih cepat belajar melalui audio,
sebagian lebih senang melalui media cetak, yang lainnya melalui multimedia dan sebagainya
( Sadiman, 2002:9 ).
Berdasarkan kerucut pengalaman ( cone of experience )yang diungkap oleh Edgar Dale
( dalam Latuheru, 1988 :10 ) bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang dengar
75%, melalui indera dengar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.
Teori Pengembangan Media Pembelajaran
Berkembangnya komunikasi elektronik, membawa perubahan-perubahan besar dalam
dunia pendidikan. Satu hal yang harus dihindari yaitu anggapan bahwa kedudukan guru akan
digantikan oleh alat elektronik. Dengan keberadaan komunikasi elektronik, menambah
pentingnya kehadiran guru. Berubahnya fungsi guru dan peranan guru dikaitkan dengan
upaya untuk memecahkan salah satu masalah pendidikan yaitu :
1. Dengan membebaskan guru kelas dari kegiatan rutin yang banyak.
2. Melengkapi guru dengan teknik-teknik keterampilan kualitas yang paling tinggi.
3. Pengembangan penyajian kelas dengan tekanan pada pelayanan perorangan semaksimal
mungkin dalam setiap mata pelajaran.
4. Mengembangkan pengajaran yang terpilih didasarkan pada kemampuan individual siswa.
Dari penjelasan diatas tentang peran baru guru dalam dunia pendidikan diharapkan
dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga penggunaan berbagai macam media
pembelajaran akan menggantikan berberapa fungsi instruksional dari guru (Sulaeman,
1988:24-25).
Pengembangan media pembelajaran didasarkan pada 3 model pengembangan yaitu :
1. Model prosedural merupakan model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-
langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
2. Model konseptual yaitu model yang bersifat analitis yang memerikan komponen-komponen
produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antar komponen.
3. Model teoritik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa.
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat
terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah
dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk
memahami apa dan bagaimana mencangkok.
Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar
secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic,
pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video.
Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca atau
mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok atau
dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan
agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak
alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin
besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan
pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah
(atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan
stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam
hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan
sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif.
Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
A. Fungsi dan manfaat pengggunaan media pembelajaran
Salah satu alasan penggunaan media pembelajaran adalah terkait dengan manfaat media
pembelajaran bagi keberhasilan belajar mengajar di kelas. Salah satu aspek yang menentukan
keberhasilan dalam belajar mengajar adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat.
Menurut Hamalik (1986), media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan
motivasi, keinginan minat, dan rangsangan kepada siswa. Sehingga dapat membantu
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data,
memadatkan informasi.
Secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan peran sebagai berkut:
a) Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
b) Media pembelajaran sebagai sumber belajar.
c) Memperjelas pesean agar tidak terlalu verbalistis.
d) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
e) Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bersemangat.
f) Mengkodisikan munculnya persepsi dan pengalaman.
2. Alasan kedua yaitu sesuai dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berfikir abstrak
menuju konkret, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Sebab dengan
adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang
kompleks dapat disederhanakan. Itulah beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat
mempertinggi keberhasilan dalam proses belajar mengajar.