1
1.1. LATAR BELAKANG
Desentralisasi dan otonomi daerah telah berjalan sekitar sebelas tahun. Meskipun banyak kemajuan
telah dihasilkan, perlu tetap disadari bahwa perjalanan ke arah pelaksanaan yang optimal masih jauh
dan masih membutuhkan serangkaian usaha perbaikan. Demikian halnya di Kota Serang,
pelaksanaan pembangunan selama ini masih dirasakan belum menunjukkan tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan secara optimal, baik dalam sudut mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih, mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas,
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, hingga mewujudkan keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.
Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional merupakan agregasi dari pencapaian semua
provinsi. Sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran di tingkat provinsi merupakan
agregrasi keberhasilan di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian tanggungjawab kinerja untuk
mencapai tujuan dan sasaran tersebut menjadi kewajiban bersama antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Mengukur tingkat pencapaian pembangunan daerah tidak semata hanya mendudukkan
berbagai persoalan yang masih dihadapi daerah yang perlu ditindaklanjuti dimasa mendatang, lebih
dari itu juga mendudukkan seberapa besar peran daerah dalam mendukung keberhasilan
pembangunan dalam sudut pandang kewilayahan yang lebih luas.
Untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan daerah diperlukan pula indikator yang mampu
menggambarkan kemajuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam
Buku Pegangan 2006 (Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, Bappenas 2006)
diuraikan bahwa berbagai lembaga di tingkat pusat telah mengembangkan model operasional
pengukuran kemajuan daerah, seperti:
Selanjutnya, dengan mengintegrasikan atas berbagai model indikator tersebut dihasilkan kerangka
pemikiran pengukuran kinerja pemerintah daerah yang bertumpu pada 3 (tiga) variabel utama
penilaian, yaitu:
(1) kesejahteraan;
(2) pelayanan publik; dan
(3) kehidupan politik/demokrasi lokal.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
menyelenggarakan kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang, guna mendudukkan dan
memetakan tingkat pencapaian pembangunan yang akan menjadi landasan dalam perencanaan
pembangunan di masa mendatang.
Tujuan pekerjaan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang adalah untuk mendudukkan dan
memetakan kondisi pencapaian pembangunan dan prioritas pembangunan di Kota Serang sebagai
dasar pengambilan keputusan (kebijakan) dalam perencanaan pembangunan secara terpadu dan
berkesinambungan dimasa mendatang.
Sedangkan sasaran dalam kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan pola dan mekanisme penilaian parameter pembangunan Kota Serang;
2. Mengkaji dan menilai kondisi pencapaian pembangunan Kota Serang berdasarkan parameter-
parameter pembangunan yang ditetapkan;
3. Memetakan kedudukan dan tingkat pencapaian pembangunan Kota Serang;
4. Merumuskan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan Kota Serang di masa
mendatang;
5. Merumuskan alternatif skema (skenario) penanganan prioritas pembangunan Kota Serang.
Keluaran (output) yang akan dihasilkan melalui Survei Parameter Pembangunan Kota Serang adalah
‘Dokumen Parameter Pembangunan Kota Serang’ yang sekurang-kurangnya memuat materi sebagai
berikut:
1. Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup,
kerangka pemikiran, metodologi (konsep dan mekanisme penilaian parameter pembangunan),
serta sistematika penulisan dalam Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang.
2. Tinjauan Konstelasi Wilayah Kota Serang, yang menguraikan kedudukan, fungsi dan peran Kota
Serang baik dalam perspektif kebijakan pembangunan regional (rencana pembangunan dan
rencana tata ruang wilayah Provinsi Banten), maupun dalam perspektif kondisi riil yang tengah
berkembang hingga saat ini.
3. Pencapaian Pembangunan Kota Serang, yang menguraikan gambaran keadaan dan
perkembangan pencapaian pembangunan pada berbagai aspek kehidupan sesuai dengan
parameter-parameter pembangunan yang ditetapkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
4. Analisa Parameter Pembangunan Kota Serang, menguraikan proses dan hasil analisa
berdasarkan parameter-parameter pembangunan yang ditetapkan. Hasil akhir analisa harus
dapat memetakan kedudukan dan tingkat pencapaian pembangunan di Kota Serang berdasarkan
parameter yang ditetapkan, serta dapat menggambarkan kedudukan dan tingkat keterdesakan
penanganan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan di masa mendatang.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi, menguraikan kesimpulan atas hasil penyusunan secara
menyeluruh, serta rekomendasi yang diberikan berupa skema (skenario) penanganan prioritas
pembangunan Kota Serang berdasarkan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan di
masa mendatang secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
1.5. METODOLOGI
1.5.1. PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan Survei Parameter Pembangunan, harus diperhatikan berbagai aspek agar
indikator kinerja yang dihasilkan tidak memberikan gambaran kinerja yang terdistorsi. Sistem
pengukuran kinerja yang efektif dan tidak terdistorsi diperoleh melalui desain indikator kinerja yang
baik. Beberapa syarat indikator kinerja yang baik antara lain:
1. Konsisten
Indikator kinerja yang dikembangkan harus memenuhi prinsip konsistensi, yaitu indikator tersebut
harus konsisten antarwaktu dan juga konsisten antarunit. Indikator kinerja tidak berubah karena waktu
yang berbeda atau untuk unit yang berbeda. Indikator kinerja yang tidak konsisten menyebabkan
indikator tersebut tidak dapat diandalkan dan akibatnya gambaran kinerja yang dihasilkan bias dan
menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
2. Dapat Diperbandingkan
Indikator kinerja harus memenuhi syarat dapat diperbandingkan. Jika indikator kinerja tidak konsisten,
maka kinerja tidak akan dapat diperbandingkan, baik perbandingan antarwaktu maupun antarunit.
Syarat perbandingan ini sangat penting, karena pengukuran kinerja tidak bersifat mutlak akan tetapi
3. Jelas
Indikator Kinerja harus jelas dan sederhana agar mudah dipahami. Indikator kinerja yang rumit dan
tidak jelas akan menyulitkan dalam implementasi. Kejelasan indikator kinerja menyangkut kejelasan
ukuran yang digunakan terhadap kinerja yang diukur.
4. Dapat Dikontrol
Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat digunakan oleh manajemen untuk alat
pengendalian. Apabila manajer tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan indikator kinerja yang
dibuat, maka manajer tidak akan dapat mengendalikan kinerja yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Kontijensi
Kinerja bukan merupakan sesuatu yang independen, tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti struktur organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian, dan kompleksitas lingkungan eksternal.
Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat mengikuti berbagai perubahan lingkungan yang
mungkin terjadi. Jadi, indikator kinerja harus luwes, fleksibel dan tidak mutlak dan kaku
6. Komprehensif
Indikator kinerja harus komprehensif dan dapat merefleksikan semua aspek yang akan diukur,
termasuk aspek perilaku. Indikator kinerja hendaknya tidak parsial atau sepotong-sepotong, karena
indikaor kinerja yang tidak komprehensif hanya mampu mengukur kinerja secara parsial dan tidak
mampu merefleksikan semua aspek yang diukur.
Sebelum disusun IKK perlu disusun Faktor Keberhasilan Kritis/FKK (Critical Success Factors). FKK
menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi. FKK bersifat kualitatif. Oleah karena itu perlu
dikuantitatifkan agar dapat diukur. IKK merupakan indkator kinerja yang berfokus pada faktor utama
keberhasilan organisasi. Dengan dibuatnya FKK dan IKK memungkinkan bagi manajer berfokus ada
kesuskesan organisasi dan memonitor tingkat pencapaian tujuan organisasi.
8. Relevan
Indikator kinerja harus relevan dengan sesuatu yang diukur. Indikator kinerja harus sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi. Dalam mengembangkan indikator kinerja memperhatikan indikator yang
relevan dan dibutuhkan untuk mengukur kinerja organisasi. Hal tersebut penting karena indikator
kinerja yang terlalu banyak dan tidak relevan akan menyebabkan manajemen kesulitan untuk
berorientasi pada kinerja yang membutuhkan prioritas.
9. Realistis
Indikator kinerja harus bersifat realistis tidak bersifat utopis. Target yang ditetapkan harus didasarkan
pada harapan yang realistis sehingga memungkinkan untuk dicapai. Target yang realistis tersebut
harus diikuti dengan indikator kinerja yang realistis. Apabila target kinerja dan indikator kinerja tidak
realistis, maka tujuan organisasi tidak akan tercapai.
Indikator kinerja makro adalah indikator kinerja level tinggi yang bersifat stratejik, sedangkan indikator
kinerja mikro merupakan indikator kinerja level unit kerja yang bersifat operasional. Pihak eksternal
Antara indikator makro dengan mikro harus terdapat hubungan yang selaras dan konsisten. Hal ini
disebabkan kinerja makro merupakan agregat dari kinerja mikro. Kinerja tiap-tiap unit kerja (mikro)
apabila digabungkan secara bersama-sama akan membentuk kinerja organisasi secara keseluruhan
(makro). Indikator mikro merupakan bagian dari indikator makro, sehingga perlu dilakukan pemecahan
(break down) indikator makro ke dalam indikator mikro. Secara skematis, keterkaitan antara indikator
kinerja mikro dengan indikator kinerja makro dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1.1
Keterkaitan Indikator Kinerja Makro dan Mikro
KINERJA ORGANISASI
SECARA KESELURUHAN
Tahap selanjutnya adalah menyiapkan indikator kinerja. Beberapa hal yang diperlukan dalam
menyiapkan indikator kinerja tersebut adalah:
1. Memutuskan informasi yan diperlukan untuk mendukung indikator kinerja;
2. Mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi;
3. Jika dinilai perlu, kita dapat menggunakan sistem informasi manajemen untuk mengumpulkan
data yang diperlukan untuk menjamin validitas dan keandalan data;
4. Jika informasi sudah diperoleh langkah berikutnya mulai menyusun indikator kinerja;
5. Memutuskan format pelaporan yang tepat;
6. Melaporkan informasi kinerja secara baik sehingga membantu pemakai internal maupun
eksternal untuk membuat pengambilan keputusan.
Dalam mengembangkan indikator kinerja, ketersediaan data yang valid dan andal sangat penting.
Seperti sebuah ungkapan ‘garbage in garbage out’ (GIGO), maka data yang tidak valid dan tidak dapat
diandalkan juga akan menghasilkan indikator yang tidak valid. Terdapat empat langkah dalam
menyusun indikator kinerja, yaitu:
Indikator efektivitas harus mengkaitkan antara outcome yang diharapkan dengan output yang
dihasilkan. Outcome dari suatu kelompok sasaran tidak semata-mata akibat dari program itu saja.
Sebagai contoh, program Bebas Asap Rokok tidak semata-mata dipengaruhi oleh satu program itu
saja, akan tetapi faktor lain seperti iklan rokok, budaya, dan kebutuhan pribadi juga ikut berpengaruh
yang mana faktor-faktor tersebut di luar kendali program. Mengukur efektivitas program Bebas Asap
Rokok seperti itu tidak mudah. Oleh karena itu, diperlukan indikator efektivitas untuk mengukur
efektivitas program. Penentuan indikator efektivitas tersebut hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:
b. Jumlah peserta program sebagai bagian kelompok sasaran secara keseluruhan.
Jumlah peserta program perlu diidentifikasi untuk mengetahui seberapa efektif
program tersebut mencapai kelompok sasaran, dalam hal ini untuk mengukur cakupan
program (coverage).
c. Jumlah peserta program yang menunjukkan adanya perubahan perilaku diantara
seluruh peserta program. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar perubahan terjadi
dalam kelompok sasaran (program impact).
d. Proporsi peserta program yang menunjukkan perubahan perilaku yang diinginkan
dibandingkan dengan proporsi orang-orang dalam kelompok sasaran yang juga
menunjukkan adanya perubahan perilaku. Hal ini untuk mengetahui outcome yang
benar-benar dihasilkan dari suatu program dikaitkan dengan outcome yang terjadi
karena faktor lain.
e. Jumlah peserta yang menyatakan bahwa program tersebut sangat bermanfaat. Hal ini
untuk mengetahui kepuasan pelanggan.
Indikator efektivitas berguna untuk mengetahui tingkat kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan
atau outcome yang diharapkan. Identifikasi indikator efektivitas biaya untuk outcome suatu program
atau sub program bermanfaat untuk mengukur biaya yang dikeluarkan dalam rangka mencapai
outcome yang diharapkan. Indikator efektivitas juga bermanfaat untuk memberikan pelaporan
eksternal mengenai sejauh mana output dari suatu program memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan atau outcome harapan. Sementara, efektivitas biaya adalah biaya per unit outcome.
Efektivitas biaya mengaitkan total input dengan unit outcome yang dicapai.
Secara garis besar, metode pengumpulan data dan informasi pada kegiatan ini meliputi:
Tujuan pengolahan dan analisis data secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik dari
variabel, seperti :
1. Proporsi dan distribusi;
2. Rata-rata dan standar deviasi;
3. Hubungan antara variabel;
4. Perbedaan dan persamaan karakteristik variabel antara populasi yang satu dengan yang lain,
dan lain-lain.
Analisis data parameter pembangunan Kota Serang dilakukan secara deskriptif maupun inferensial,
disesuaikan dengan proses sampling serta disesuaikan pula dengan kebutuhan. Adapun metode dan
teknik analisis data yang digunakan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Survei Parameter
Pembangunan Kota Serang adalah sebagai berikut:
Analisis Statistika Deskriptif
Analisis deskriptif meringkaskan dan menyajikan data dalam bentuk yang mudah difahami dan dapat
dilakukan dengan metode visual (pie chart, histogram, poligon) atau numerik (mean, median, modus,
interquartir range, simpang baku).
Analisis Skoring
Metoda ini digunakan untuk menilai tingkat layanan kota/kabupaten sehingga dapat ditentukan
potensinya yang dapat menentukan fungsi kota/kabupaten yang bersangkutan. Dari hasil penilaian ini
pula dapat ditentukan tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi pada masa yang akan datang
Analisis Kegiatan
Model yang sering digunakan untuk melakukan analisis kegiatan pada suatu wilayah antara lain
dengan model analisis Location Quotient (LQ). Teknik ini merupakan cara permulaan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Hasil akhir dari teknik ini masih
merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji kembali melalui teknik analisis yang lain
sehingga dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti kebenarannya atau tidak.
Namun demikian, dalam tahap awal sudah cukup memberikan gambaran mengenai kemampuan
daerah yang bersangkutan dalam sektor yang diamati.
Dalam tahapan/prosedur pekerjaan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009 terdiri
dari 7 (tujuh) tahapan yaitu: perumusan tujuan dan sasaran, penentuan sampel pengamatan,
pengumpulan data, pemasukan data, pengolahan data, keluaran data dan perumusan kesimpulan
dan rekomendasi.
1 Curug 10 30
2 Walantaka 14 42
3 Cipocok Jaya 8 24
4 Serang 12 36
5 Taktakan 12 36
6 Kasemen 10 30
JUMLAH 66 198
D. Pengumpulan Data
Dalam kegiatan pengumpulan data, dilakukan dengan dua jenis pengumpulan data, yaitu:
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.
Adapun kerangka logis pemikiran kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009
adalah sebagai berikut:
Latar Belakang:
Pelaksanaan pembangunan masih dirasakan belum menunjukkan
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan secara optimal
Sasaran:
Menetapkan pola dan mekanisme penilaian parameter pembangunan
Kota Serang;
Mengkaji dan menilai kondisi pencapaian pembangunan Kota
Serang berdasarkan parameter-parameter pembangunan yang
ditetapkan;
Memetakan kedudukan dan tingkat pencapaian pembangunan Kota
Serang;
Merumuskan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan
Kota Serang di masa mendatang;
Merumuskan alternatif skema (skenario) penanganan prioritas
pembangunan Kota Serang.
Pengumpulan Data
Output:
Pencapaian Pembangunan
Wilayah
Potensi dan Masalah Wilayah
Isu Strategis
Dokumen Laporan Pendahuluan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, keluaran (output), ruang lingkup,
metodologi, dan sistematika penyajian laporan Survei Parameter Pembangunan Kota
Serang.