Anda di halaman 1dari 19

BAB

1
1.1. LATAR BELAKANG

Desentralisasi dan otonomi daerah telah berjalan sekitar sebelas tahun. Meskipun banyak kemajuan
telah dihasilkan, perlu tetap disadari bahwa perjalanan ke arah pelaksanaan yang optimal masih jauh
dan masih membutuhkan serangkaian usaha perbaikan. Demikian halnya di Kota Serang,
pelaksanaan pembangunan selama ini masih dirasakan belum menunjukkan tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan secara optimal, baik dalam sudut mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih, mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas,
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, hingga mewujudkan keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.

Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional merupakan agregasi dari pencapaian semua
provinsi. Sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran di tingkat provinsi merupakan
agregrasi keberhasilan di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian tanggungjawab kinerja untuk
mencapai tujuan dan sasaran tersebut menjadi kewajiban bersama antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Mengukur tingkat pencapaian pembangunan daerah tidak semata hanya mendudukkan
berbagai persoalan yang masih dihadapi daerah yang perlu ditindaklanjuti dimasa mendatang, lebih
dari itu juga mendudukkan seberapa besar peran daerah dalam mendukung keberhasilan
pembangunan dalam sudut pandang kewilayahan yang lebih luas.

Untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan daerah diperlukan pula indikator yang mampu
menggambarkan kemajuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam
Buku Pegangan 2006 (Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, Bappenas 2006)
diuraikan bahwa berbagai lembaga di tingkat pusat telah mengembangkan model operasional
pengukuran kemajuan daerah, seperti:

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-1


(1) Kemajuan Otonomi Daerah;
(2) Pengukuran Kinerja Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
(3) Indeks Pembangunan Daerah;
(4) Variabel Daya Saing Daerah;
(5) dan Daya Tarik Investasi Berdasarkan Persepsi Dunia Usaha.

Selanjutnya, dengan mengintegrasikan atas berbagai model indikator tersebut dihasilkan kerangka
pemikiran pengukuran kinerja pemerintah daerah yang bertumpu pada 3 (tiga) variabel utama
penilaian, yaitu:
(1) kesejahteraan;
(2) pelayanan publik; dan
(3) kehidupan politik/demokrasi lokal.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
menyelenggarakan kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang, guna mendudukkan dan
memetakan tingkat pencapaian pembangunan yang akan menjadi landasan dalam perencanaan
pembangunan di masa mendatang.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan pekerjaan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang adalah untuk mendudukkan dan
memetakan kondisi pencapaian pembangunan dan prioritas pembangunan di Kota Serang sebagai
dasar pengambilan keputusan (kebijakan) dalam perencanaan pembangunan secara terpadu dan
berkesinambungan dimasa mendatang.

Sedangkan sasaran dalam kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan pola dan mekanisme penilaian parameter pembangunan Kota Serang;
2. Mengkaji dan menilai kondisi pencapaian pembangunan Kota Serang berdasarkan parameter-
parameter pembangunan yang ditetapkan;
3. Memetakan kedudukan dan tingkat pencapaian pembangunan Kota Serang;
4. Merumuskan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan Kota Serang di masa
mendatang;
5. Merumuskan alternatif skema (skenario) penanganan prioritas pembangunan Kota Serang.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-2


1.3. KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran (output) yang akan dihasilkan melalui Survei Parameter Pembangunan Kota Serang adalah
‘Dokumen Parameter Pembangunan Kota Serang’ yang sekurang-kurangnya memuat materi sebagai
berikut:
1. Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup,
kerangka pemikiran, metodologi (konsep dan mekanisme penilaian parameter pembangunan),
serta sistematika penulisan dalam Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang.
2. Tinjauan Konstelasi Wilayah Kota Serang, yang menguraikan kedudukan, fungsi dan peran Kota
Serang baik dalam perspektif kebijakan pembangunan regional (rencana pembangunan dan
rencana tata ruang wilayah Provinsi Banten), maupun dalam perspektif kondisi riil yang tengah
berkembang hingga saat ini.
3. Pencapaian Pembangunan Kota Serang, yang menguraikan gambaran keadaan dan
perkembangan pencapaian pembangunan pada berbagai aspek kehidupan sesuai dengan
parameter-parameter pembangunan yang ditetapkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
4. Analisa Parameter Pembangunan Kota Serang, menguraikan proses dan hasil analisa
berdasarkan parameter-parameter pembangunan yang ditetapkan. Hasil akhir analisa harus
dapat memetakan kedudukan dan tingkat pencapaian pembangunan di Kota Serang berdasarkan
parameter yang ditetapkan, serta dapat menggambarkan kedudukan dan tingkat keterdesakan
penanganan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan di masa mendatang.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi, menguraikan kesimpulan atas hasil penyusunan secara
menyeluruh, serta rekomendasi yang diberikan berupa skema (skenario) penanganan prioritas
pembangunan Kota Serang berdasarkan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan di
masa mendatang secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.

1.4. RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah dalam Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang ini
meliputi kajian internal kewilayahan yang dibatasi pada wilayah administrasi Kota Serang dengan
luas 266,74 KM2, yang terdiri dari 6 kecamatan dan 66 desa/Kelurahan. Sedangkan kajian

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-3


eksternal kewilayahan memiliki perspektif pandangan kedudukan, fungsi dan peran Kota Serang
sebagai bagian dari wilayah administratif Provinsi Banten.

B. Ruang Lingkup Waktu


Ruang lingkup waktu dalam Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang adalah
kondisi dan perkembangan pembangunan dalam kurun waktu 3 (tiga ) tahun terakhir (tahun
2007-2009).
C. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang adalah:
a. Pola dan mekanisme penilaian parameter pembangunan daerah Kota Serang, meliputi alur
penilaian, komponen dan asumsi yang digunakan, proses perhitungan, serta penyimpulan
akhir hasil penilaian.
b. Penentuan komponen penilaian yang sekaligus melingkupi aspek bahasan dalam
Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang ini mencakup seluruh aspek
pembangunan yang dikelompokkan dalam aspek-aspek makro sebagai berikut:
1) Geomorfologi dan lingkungan hidup;
2) Prasarana dan sarana wilayah;
3) Demografi dan sosial budaya;
4) Perekonomian dan sumberdaya alam;
5) Pemerintahan, politik, serta ketenteraman dan ketertiban umum.

c. Pemilihan dan penentuan komponen penilaian memperhatikan indikator makro


pembangunan daerah, yang dapat ditelusuri dari indikator makro yang digunakan pada
tingkat nasional dan dianggap relevan untuk digunakan bagi Daerah, pembandingan
terhadap indikator-indikator makro pembangunan yang digunakan di daerah-daerah lain,
serta pengembangan indikator makro pembangunan yang dianggap sesuai dan dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Hasil penilaian parameter pembangunan Kota Serang merupakan dasar penetapan isu
strategis dan permasalahan pokok pembangunan di masa mendatang.
e. Isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan merupakan pijakan dalam perumusan
alternatif skema (skenario) penanganan prioritas pembangunan Kota Serang di masa
mendatang.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-4


D. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan dalam Penyusunan Parameter Pembangunan Daerah Kota Serang
meliputi:
a. Mobilisasi tim dan persiapan awal penyusunan;
b. Perumusan pola dan mekanisme penilaian parameter pembangunan;
c. Penyusunan dan pembahasan Laporan Pendahuluan;
d. Inventarisasi data dan informasi pembangunan (primer dan sekunder);
e. Analisa data dan informasi pembangunan;
f. Penyusunandan Pembahasan Laporan Antara;
g. Penyusunan dan pembahasan Laporan Akhir;
h. Penyempurnaan Laporan Akhir;
i. Penyerahan Laporan Akhir.

1.5. METODOLOGI

1.5.1. PENDEKATAN

Dalam pelaksanaan Survei Parameter Pembangunan, harus diperhatikan berbagai aspek agar
indikator kinerja yang dihasilkan tidak memberikan gambaran kinerja yang terdistorsi. Sistem
pengukuran kinerja yang efektif dan tidak terdistorsi diperoleh melalui desain indikator kinerja yang
baik. Beberapa syarat indikator kinerja yang baik antara lain:
1. Konsisten
Indikator kinerja yang dikembangkan harus memenuhi prinsip konsistensi, yaitu indikator tersebut
harus konsisten antarwaktu dan juga konsisten antarunit. Indikator kinerja tidak berubah karena waktu
yang berbeda atau untuk unit yang berbeda. Indikator kinerja yang tidak konsisten menyebabkan
indikator tersebut tidak dapat diandalkan dan akibatnya gambaran kinerja yang dihasilkan bias dan
menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

2. Dapat Diperbandingkan
Indikator kinerja harus memenuhi syarat dapat diperbandingkan. Jika indikator kinerja tidak konsisten,
maka kinerja tidak akan dapat diperbandingkan, baik perbandingan antarwaktu maupun antarunit.
Syarat perbandingan ini sangat penting, karena pengukuran kinerja tidak bersifat mutlak akan tetapi

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-5


relatif. Oleh karena itu, indikator kinerja digunakan digunakan untuk membandingkan kinerja relatif
terhadap waktu atau terhadap unit kerja lain. Terdapat lima standar utama untuk membandingkan
kinerja, yaitu:
 Perbandingan dengan periode-periode sebelumnya;
 Perbandingan dengan organisasi sejenis;
 Perkiraan kinerja di masa yang akan datang (ex ante);
 Kinerja yang telah dicapai (ex post);
 Perbandingan dengan standar kinerja minimal. Hal ini untuk mengetahui apakah kinerja
yang dihasilkan masih dibawah kinerja minimal, sama, ataukah sudah di atasnya.

3. Jelas
Indikator Kinerja harus jelas dan sederhana agar mudah dipahami. Indikator kinerja yang rumit dan
tidak jelas akan menyulitkan dalam implementasi. Kejelasan indikator kinerja menyangkut kejelasan
ukuran yang digunakan terhadap kinerja yang diukur.

4. Dapat Dikontrol
Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat digunakan oleh manajemen untuk alat
pengendalian. Apabila manajer tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan indikator kinerja yang
dibuat, maka manajer tidak akan dapat mengendalikan kinerja yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Kontijensi
Kinerja bukan merupakan sesuatu yang independen, tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti struktur organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian, dan kompleksitas lingkungan eksternal.
Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat mengikuti berbagai perubahan lingkungan yang
mungkin terjadi. Jadi, indikator kinerja harus luwes, fleksibel dan tidak mutlak dan kaku

6. Komprehensif
Indikator kinerja harus komprehensif dan dapat merefleksikan semua aspek yang akan diukur,
termasuk aspek perilaku. Indikator kinerja hendaknya tidak parsial atau sepotong-sepotong, karena
indikaor kinerja yang tidak komprehensif hanya mampu mengukur kinerja secara parsial dan tidak
mampu merefleksikan semua aspek yang diukur.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-6


7. Fokus
Indikator kinerja harus berfokus pada sesuatu yang diukur. Untuk menghasilkan indikator kinerja yang
fokus perlu dibuat Indikator Kinerja Kunci/IKK (Key Performance Indikator). IKK adalah indikator level
tinggi yang memberikan gambaran komprehensif mengenai kierja suatu program, aktivitas, atau
organisasi. Tujuan dibuatnya IKK adalah untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal dalam
rangka menilai kinerja, yaitu efektivitas dalam mencapai tujuan yang diharapkan serta efesiensi dalam
penggunaan sumber daya.

Sebelum disusun IKK perlu disusun Faktor Keberhasilan Kritis/FKK (Critical Success Factors). FKK
menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi. FKK bersifat kualitatif. Oleah karena itu perlu
dikuantitatifkan agar dapat diukur. IKK merupakan indkator kinerja yang berfokus pada faktor utama
keberhasilan organisasi. Dengan dibuatnya FKK dan IKK memungkinkan bagi manajer berfokus ada
kesuskesan organisasi dan memonitor tingkat pencapaian tujuan organisasi.

8. Relevan
Indikator kinerja harus relevan dengan sesuatu yang diukur. Indikator kinerja harus sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi. Dalam mengembangkan indikator kinerja memperhatikan indikator yang
relevan dan dibutuhkan untuk mengukur kinerja organisasi. Hal tersebut penting karena indikator
kinerja yang terlalu banyak dan tidak relevan akan menyebabkan manajemen kesulitan untuk
berorientasi pada kinerja yang membutuhkan prioritas.

9. Realistis
Indikator kinerja harus bersifat realistis tidak bersifat utopis. Target yang ditetapkan harus didasarkan
pada harapan yang realistis sehingga memungkinkan untuk dicapai. Target yang realistis tersebut
harus diikuti dengan indikator kinerja yang realistis. Apabila target kinerja dan indikator kinerja tidak
realistis, maka tujuan organisasi tidak akan tercapai.

1.5.2. Metode Perumusan Parameter dan Indikator

Indikator kinerja dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu:


(1) Indikator Kinerja Makro; dan
(2) Indikator Kinerja Mikro.

Indikator kinerja makro adalah indikator kinerja level tinggi yang bersifat stratejik, sedangkan indikator
kinerja mikro merupakan indikator kinerja level unit kerja yang bersifat operasional. Pihak eksternal

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-7


lebih banyak berkepentingan dengan indikator kinerja makro untuk menilai kinerja organisasi.
Sementara itu indikator kinerja mikro lebih banyak digunakan oleh internal manajemen untuk
pengendalian dan monitoring kinerja.

Antara indikator makro dengan mikro harus terdapat hubungan yang selaras dan konsisten. Hal ini
disebabkan kinerja makro merupakan agregat dari kinerja mikro. Kinerja tiap-tiap unit kerja (mikro)
apabila digabungkan secara bersama-sama akan membentuk kinerja organisasi secara keseluruhan
(makro). Indikator mikro merupakan bagian dari indikator makro, sehingga perlu dilakukan pemecahan
(break down) indikator makro ke dalam indikator mikro. Secara skematis, keterkaitan antara indikator
kinerja mikro dengan indikator kinerja makro dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1.1
Keterkaitan Indikator Kinerja Makro dan Mikro

KINERJA ORGANISASI
SECARA KESELURUHAN

Indikator Kinerja Makro

KINERJA UNIT KERJA KINERJA UNIT KERJA KINERJA UNIT KERJA

Indikator Kinerja Mikro Indikator Kinerja Mikro Indikator Kinerja Mikro

Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam membuat indikator kinerja meliputi:


1. Menuliskan tujuan atau outcome yang diharapkan dengan jelas untuk mengembangkan indikator
kinerja yang baik.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan keterkaitan (linkages) antara outcome yang diharapkan
dengan output yang dihasilkan unit kerja.
3. Memastikan bahwa Indikator Kinerja Kunci (Key Performance Indikator) telah ditentukan dan
mendapatka persetujuan manajemen.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-8


4. Menciptakan budaya organisasi yang menekankan pada budaya berprestasi untuk mencapai
tujuan organisasi, evaluasi diri (self-evaluation), pelibatan dan partisipasi pegawai, serta
keterbukaan dalam komunikasi.
5. Memastikan bahwa tujuan berfokus pada kebutuhan pelanggan dan outcome yang diharapkan.
6. Menggunakan indikator kinerja untuk perencanaan kinerja dan manajemen kinerja pada level
strategik dan operasional.

Tahap selanjutnya adalah menyiapkan indikator kinerja. Beberapa hal yang diperlukan dalam
menyiapkan indikator kinerja tersebut adalah:
1. Memutuskan informasi yan diperlukan untuk mendukung indikator kinerja;
2. Mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi;
3. Jika dinilai perlu, kita dapat menggunakan sistem informasi manajemen untuk mengumpulkan
data yang diperlukan untuk menjamin validitas dan keandalan data;
4. Jika informasi sudah diperoleh langkah berikutnya mulai menyusun indikator kinerja;
5. Memutuskan format pelaporan yang tepat;
6. Melaporkan informasi kinerja secara baik sehingga membantu pemakai internal maupun
eksternal untuk membuat pengambilan keputusan.

Dalam mengembangkan indikator kinerja, ketersediaan data yang valid dan andal sangat penting.
Seperti sebuah ungkapan ‘garbage in garbage out’ (GIGO), maka data yang tidak valid dan tidak dapat
diandalkan juga akan menghasilkan indikator yang tidak valid. Terdapat empat langkah dalam
menyusun indikator kinerja, yaitu:

1. Menentukan Jenis Program


Langkah pertama dalam proses penyusunan indikator kinerja adalah menentukan jenis program yang
akan dibuat indikatornya. Jenis program ditentukan oleh outcome yang diharapkan dan output yang
dihasilkan. Sebagai contoh, jika outcome yang diharapkan dari suatu program adalah untuk
meningkatkan masyarakat yang tidak merokok dan hal ini dicapai melalui pendidikan kepada
masyarakat tentang bahaya merokok, maka program tersebut termasuk jenis perubahan perilaku.
Perubahan perilaku adalah outcome yang diharapkan terjadi. Pendidikan adalah output yang
dihasilkan oleh unit kerja untuk mencapai outcome yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya, contoh
jenis-jenis program yang menggambarkan keterkaitan antara outcome yang diharapkan dengan output
yang dihasilkan suatu unit kerja, aktivitas, atau program tertentu adalah sebagai berikut:

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I-9


Tabel 1.1
Kaitan Jenis Program, Output dan Outcome Harapan

JENIS PROGRAM OUTPUT OUTCOME HARAPAN


Sosialisasi dan Penyuluhan Jumlah Peserta Sosialisasi Perubahan Perilaku/Sikap
Peserta
Pendidikan/Pelatihan Jumlah Peserta Pendidikan/ Perubahan Perilaku/Sikap
Pelatihan Peserta
Peraturan Hukum dan Jumlah Peraturan yang Perubahan Perilaku
Perundangan Dihasilkan Masyarakat
Pemungutan Jumlah yang Berhasil Peningakatan Pendapatan
Dipungut
Penyediaan Kebutuhan Barang dan Jasa yang Terpenuhinya Kebutuhan
Masyarakat Disediakan Masyarakat

2. Menentukan Outcome yang Diharapkan dan Masyarakat Sasaran


Tujuan langkah ini adalah untuk memberikan kejelasan siapa yang menjadi target, sasaran program
dan outcome yang diharapkan. Sebagai contoh, Program Pencegahan Narkoba Bagi Remaja; jenis
program tersebut termasuk kategori perubahan perilaku; kelompok sasaran program adalah para
pelajar/mahasiswa atau remaja yang menjadi korban narkoba atau berpotensi terjebak dalam
penggunaan narkoba; outcome yang diharapkan adalah terjadinya penurunan jumlah remaja yang
menjadi korban narkoba. Pengembangan indikator kinerja sangat tergantung kepada kejelasan tujuan
yang hendak dicapai dari program terhadap kelompok sasaran dan outcome yang diharapkan.

3. Menentukan Tujuan dan Indikator Efektivitas


Tujuan langkah ini adalah:
(1) Menuliskan tujuan program atau sub program (kegiatan) dengan mengkaitkan kelompok
sasaran dan outcome yang diharapkan dalam suatu pernyataan tunggal; dan
(2) Menentukan indikator efektivitas untuk mengukur pencapaian tujuan program.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 10


Pernyataan tujuan program harus dinyatakan secara jelas sehingga manajemen dapat
mengkomunikasikannya kepada personel mengenai hal yang akan diukur. Tujuan program level yang
lebih tinggi didukung oleh tujuan program level yang lebih rendah. Misalnya tujuan program bidang
kesehatan di level Pemerintah Daerah didukung oleh tujuan program di Dinas Kesehatan.

Indikator efektivitas harus mengkaitkan antara outcome yang diharapkan dengan output yang
dihasilkan. Outcome dari suatu kelompok sasaran tidak semata-mata akibat dari program itu saja.
Sebagai contoh, program Bebas Asap Rokok tidak semata-mata dipengaruhi oleh satu program itu
saja, akan tetapi faktor lain seperti iklan rokok, budaya, dan kebutuhan pribadi juga ikut berpengaruh
yang mana faktor-faktor tersebut di luar kendali program. Mengukur efektivitas program Bebas Asap
Rokok seperti itu tidak mudah. Oleh karena itu, diperlukan indikator efektivitas untuk mengukur
efektivitas program. Penentuan indikator efektivitas tersebut hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:
b. Jumlah peserta program sebagai bagian kelompok sasaran secara keseluruhan.
Jumlah peserta program perlu diidentifikasi untuk mengetahui seberapa efektif
program tersebut mencapai kelompok sasaran, dalam hal ini untuk mengukur cakupan
program (coverage).
c. Jumlah peserta program yang menunjukkan adanya perubahan perilaku diantara
seluruh peserta program. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar perubahan terjadi
dalam kelompok sasaran (program impact).
d. Proporsi peserta program yang menunjukkan perubahan perilaku yang diinginkan
dibandingkan dengan proporsi orang-orang dalam kelompok sasaran yang juga
menunjukkan adanya perubahan perilaku. Hal ini untuk mengetahui outcome yang
benar-benar dihasilkan dari suatu program dikaitkan dengan outcome yang terjadi
karena faktor lain.
e. Jumlah peserta yang menyatakan bahwa program tersebut sangat bermanfaat. Hal ini
untuk mengetahui kepuasan pelanggan.

Indikator efektivitas berguna untuk mengetahui tingkat kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan
atau outcome yang diharapkan. Identifikasi indikator efektivitas biaya untuk outcome suatu program
atau sub program bermanfaat untuk mengukur biaya yang dikeluarkan dalam rangka mencapai
outcome yang diharapkan. Indikator efektivitas juga bermanfaat untuk memberikan pelaporan
eksternal mengenai sejauh mana output dari suatu program memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan atau outcome harapan. Sementara, efektivitas biaya adalah biaya per unit outcome.
Efektivitas biaya mengaitkan total input dengan unit outcome yang dicapai.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 11


4. Menentukan Output dan Indikator Efisiensi
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan output suatu program dan mengidentifikasi indikator
efesiensi atas output tersebut. Indikator efesiensi menghubungkan antara input dengan output untuk
menghasilkan output tersebut. Sementara itu, efesiensi biaya adalah biaya per unit output.

1.5.3. Metode Survei dan Pengumpulan Data

Secara garis besar, metode pengumpulan data dan informasi pada kegiatan ini meliputi:

1. Pengumpulan Data Sekunder (Survei Instansional)


Survei sekunder merupakan bentuk pengumpulan data dan informasi yang tersedia pada instansi-
instansi pemerintah terkait, dalam hal ini instansi Pemerintah Kota Serang. Beberapa instansi yang
akan dikunjungi dalam rangka inventarisasi data sekunder seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum, dan lain-lain.

2. Pengumpulan Data Primer


Metode pengumpulan data primer merupakan bentuk pengumpulan data dan informasi dengan cara
melakukan pengamatan, pendataan, maupun pengukuran langsung di lapangan terhadap objek-objek
tertentu sesuai dengan kebutuhan data dan informasi. Penyelenggaraan survei primer dilakukan
melalui metode ground check dimana didalamnya meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Observasi lapangan, pengamatan lapangan secara visual dengan pendokumentasian
melalui foto-foto dan audiovisual, untuk memahami kondisi lokasi dan objek studi. Observasi
lapangan ini bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi kondisi wilayah secara
keseluruhan dan terintegrasi.
b. Wawancara dengan pejabat dan tokoh masyarakat, melalui wawancara ini diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai kebijakan yang telah atau sedang dilakukan, hambatan
yang dihadapi, kemampuan daerah serta peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan.
c. Kuesioner, penyebarannya akan dilakukan kepada masyarakat. Penyebaran kuesioner ini
bertujuan untuk menampung aspirasi dan penilaian masyarakat terhadap upaya dan
pencapaian hasil pembangunan yang telah berlangsung selama ini. Penetapan jumlah
responden dalam pengisian kuesioner tersebut dilakukan dengan metode sampling secara
acak (random sampling) pada setiap kecamatan di Kota Serang, yang disesuaikan dengan
jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan tersebut.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 12


Secara umum subjek (responden) dari sampel dipilih secara probability sampling. Pemilihan subyek
dari sampel monitoring dengan menggunakan metode probalistik ditujukan untuk memperoleh
kesimpulan umum (generalisasi) terhadap pencapaian/hasil pembangunan di Kota Serang. Adapun
teknik pemilihan sampel yang digunakan melalui metode ini adalah sebagai berikut:
 Pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling), yaitu semua elemen
memiliki kesempatan dipilih sebagai subjek;
 Jika pemilihan dengan sampel acak sederhana tidak sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan, dapat digunakan teknik sampling yang lebih kompleks (systematic
sampling, stratified sampling, dan cluster sampling).

1.5.4. Metode Analisis

Tujuan pengolahan dan analisis data secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik dari
variabel, seperti :
1. Proporsi dan distribusi;
2. Rata-rata dan standar deviasi;
3. Hubungan antara variabel;
4. Perbedaan dan persamaan karakteristik variabel antara populasi yang satu dengan yang lain,
dan lain-lain.

Analisis data parameter pembangunan Kota Serang dilakukan secara deskriptif maupun inferensial,
disesuaikan dengan proses sampling serta disesuaikan pula dengan kebutuhan. Adapun metode dan
teknik analisis data yang digunakan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Survei Parameter
Pembangunan Kota Serang adalah sebagai berikut:
 Analisis Statistika Deskriptif
Analisis deskriptif meringkaskan dan menyajikan data dalam bentuk yang mudah difahami dan dapat
dilakukan dengan metode visual (pie chart, histogram, poligon) atau numerik (mean, median, modus,
interquartir range, simpang baku).

 Analisis Statistika Inferensial


Analisis inferensial digunakan untuk menyimpulkan populasi berdasarkan data sampel yang dipilih
secara random dari populasi target.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 13


 Analisis Internal Pengembangan Kawasan
Analisis internal diarahkan untuk memahami potensi dan permasalahan pengembangan kawasan,
yang mencakup aspek-aspek: kependudukan, ekonomi, struktur tata ruang, kebutuhan sarana-
prasarana untuk mendukung pengembangan kawasan secara berkelanjutan.

 Analisis Skoring
Metoda ini digunakan untuk menilai tingkat layanan kota/kabupaten sehingga dapat ditentukan
potensinya yang dapat menentukan fungsi kota/kabupaten yang bersangkutan. Dari hasil penilaian ini
pula dapat ditentukan tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi pada masa yang akan datang

 Analisis Kegiatan
Model yang sering digunakan untuk melakukan analisis kegiatan pada suatu wilayah antara lain
dengan model analisis Location Quotient (LQ). Teknik ini merupakan cara permulaan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Hasil akhir dari teknik ini masih
merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji kembali melalui teknik analisis yang lain
sehingga dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti kebenarannya atau tidak.
Namun demikian, dalam tahap awal sudah cukup memberikan gambaran mengenai kemampuan
daerah yang bersangkutan dalam sektor yang diamati.

 Metoda Analisis Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah


Perencanaan pembangunan pada dasarnya akan ditentukan oleh kemampuan penyediaan sumber
pembiayaan atas dana untuk diinvestasikan guna mencapai laju pertumbuhan dan tingkat
kesejahteraan yang hendak dicapai. Untuk keperluan analisis ini, biasanya digunakan konsep
Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Perhitungan yang diperoleh berupa angka yang menunjukan
perbandingan antara investasi yang diperlukan untuk dapat meningkatkan tambahan pendapatan atau
output. Angka ini dihitung untuk perkiraan kebutuhan secara menyeluruh maupun sektoral. Dengan
angka ICOR ini akan dapat dihitung perkiraan kebutuhan investasi secara total serta alokasi sektoral.

 Analisis Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas


Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan suatu jenis fasilitas dalam
melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 14


100% mengandung arti bahwa fasilitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan
kebutuhan penduduknya.

1.5.5. Tahapan/Prosedur Pekerjaan

Dalam tahapan/prosedur pekerjaan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009 terdiri
dari 7 (tujuh) tahapan yaitu: perumusan tujuan dan sasaran, penentuan sampel pengamatan,
pengumpulan data, pemasukan data, pengolahan data, keluaran data dan perumusan kesimpulan
dan rekomendasi.

A. Latar Belakang Pekerjaan


Tahap awal dalam pekerjaan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009 adalah
latar belakang yang selajutnya merumuskan tujuan dan sasaran.

B. Perumusan Tujuan dan Sasaran


Tahap selanjutnya dalam penyusunan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009
adalah merumuskan tujuan dan sasaran pekerjaan. Adapun tujuan dan sasaran dalam
penyusunan dokumen Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009 dapat dilihat pada sub-
bab sebelumnya.

C. Penentuan Sampel Pengamatan


1. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun
2009 dalam menentukan jumlah dan sasaran sampel adalah dengan menggunakan Teknik
Proporsional Cluster Sampling. Hal ini bertujuan untuk untuk mendapatkan keterwakilan
unsur masyarakat ditiap cluster. jumlah sampel yang digunakan adalah sama dengan jumlah
keterwakilan 3 unsur masyarakat di tiap desa yang ada di masing-masing kecamatan yang
terdapat di Kota Serang. Dengan kata lain, satu wilayah desa diwakili oleh tiga orang
responden.

2. Jumlah dan Sasaran Sampel


Adapun jumlah sampel yang dibutuhkan dalam pengumpulan data primer adalah sabanyak
198 responden untuk seluruh wilayah Kota Serang dengan sasaran responden adalah
masyarakat Kota Serang dari tiga Unsur Masyarakat. Adapun penyebaran jumlah sampel
untuk masing-masing wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 15


Tabel 1.2
Persebaran Jumlah Sampel
Dirinci Per Kecamatan di Kota Serang

JUMLAH JUMLAH SAMPEL


NO KECAMATAN
DESA/KELURAHAN (RESPONDEN)

1 Curug 10 30
2 Walantaka 14 42
3 Cipocok Jaya 8 24
4 Serang 12 36
5 Taktakan 12 36
6 Kasemen 10 30
JUMLAH 66 198

D. Pengumpulan Data
Dalam kegiatan pengumpulan data, dilakukan dengan dua jenis pengumpulan data, yaitu:
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

1. Pengumpulan Data Primer


Dalam pengumpulan data primer, yang dilakukan adalah mengumpulkan data primer dengan
menyebarkan kuestioner kepada masyarakat Kota Serang mengenai penilaian masyarakat
terhadap enam aspek pembangunan (geomorfologi dan lingkungan hidup; prasarana dan
sarana; demografi dan sosial budaya; perekonomian dan sumberdaya alam; pemerintahan,
politik, serta ketentraman dan ketertiban umum; dan pandangan stakeholders) di Kota
Serang.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Dalam pengumpulan data sekunder, yang dilakukan adalah mengumpulkan data sekunder
yang didapat dari instansi terkait dalam mendukung penyusunan dokumen Parameter
Pembangunan Kota Serang 2009.

E. Pemasukan Data (Input Data)


Dalam Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009, data/informasi yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Untuk data primer dilakukan suatu rekapitulasi data
dengan men-transformasikan data/informasi dari format kuesioner kedalam format tabel yang
selanjutnya akan dilakukan proses analisa lebih lanjut. Adapun tahapan-tahapan dalam men-

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 16


transformasikan data/informasi dari format kuesioner kedalah format tabel adalah menyesuaikan
kolom pertanyaan dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya, menyesuaikan jawaban
dengan parameter dan skor yang telah ditentukan sebelumnya dan mengalikan skor jawaban
dengan persentase indikator pada masing-masing aspek pembangunan.

F. Pengolahan Data (Analisis Data)


Setelah dilakukan pemasukan data/informasi (input data), tahap selanjutnya adalah proses
analisa data. Dalam proses analisa data, dapat diketahui wilayah kecamatan di Kota Serang yang
pembangunannya baik ataupun buruk. Dalam menentukan Wilayah Kecamatan yang
pembangunannya baik atau buruk, dapat dilihat dari total skor masing-masing Wilayah
Kecamatan. Adapun total skor maksimal yang telah ditentukan adalah sebesar 2,99 dan total skor
minimal sebesar 0,00. Dengan membuat tiga kriteria yaitu baik, sedang dan buruk, maka didapat
interval pada masing-masing kriteria adalah sebesar 0,99. Kriteria dan interval kriteria
pembangunan wilayah dapat dilihat dibawah ini.
 Baik 2,00 – 2,99
 Sedang 1,00 – 1,99
 Buruk 0,00 – 0,99

G. Keluaran Data (output Data)


Hasil dari pengolahan data adalah pencapaian pembangunan, potensi dan masalah serta isu
strategis wilayah Kota Serang.

H. Perumusan Kesimpulan dan Rekomendasi


Tahap terakhir dalam penyusunan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009
adalah merumuskan kesimpulan dan rekomendasi.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 17


1.6. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka logis pemikiran kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang Tahun 2009
adalah sebagai berikut:

Latar Belakang:
Pelaksanaan pembangunan masih dirasakan belum menunjukkan
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan secara optimal

Tujuan dan Sasaran:


Tujuan:
mendudukkan dan memetakan kondisi pencapaian pembangunan
dan prioritas pembangunan di Kota Serang.

Sasaran:
Menetapkan pola dan mekanisme penilaian parameter pembangunan
Kota Serang;
Mengkaji dan menilai kondisi pencapaian pembangunan Kota
Serang berdasarkan parameter-parameter pembangunan yang
ditetapkan;
Memetakan kedudukan dan tingkat pencapaian pembangunan Kota
Serang;
Merumuskan isu strategis dan permasalahan pokok pembangunan
Kota Serang di masa mendatang;
Merumuskan alternatif skema (skenario) penanganan prioritas
pembangunan Kota Serang.

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Kondisi Wilayah Kondisi Wilayah

Analisis Wilayah Analisis Wilayah

Kriteria Pembangunan Wilayah: Kriteria Pembangunan Wilayah:


Aspek Ekonomi Aspek Ekonomi
Aspek Sosial dan Budaya Aspek Sosial dan Budaya
Aspek Sarana dan Prasarana Aspek Sarana dan Prasarana
Aspek Lingkungan Aspek Lingkungan
Aspek Kelembagaan dan Tata Aspek Kelembagaan dan Tata
Pemerintahan Pemerintahan
Aspek Politik dan Keamanan Aspek Politik dan Keamanan

Output:
Pencapaian Pembangunan
Wilayah
Potensi dan Masalah Wilayah
Isu Strategis

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 18


1.7. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Dokumen Laporan Pendahuluan Survei Parameter Pembangunan Kota Serang ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, keluaran (output), ruang lingkup,
metodologi, dan sistematika penyajian laporan Survei Parameter Pembangunan Kota
Serang.

BAB II KONSEP, POLA DAN MEKANISME PENILAIAN


Berisikan tentang konsep-konsep serta pola dan mekanisme penilaian yang menjadi
landasan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Survei Parameter Pembangunan Kota
Serang.

BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH KOTA SERANG


Berisikan tentang gambaran umum mengenai wilayah kajian Kota Serang, baik dari aspek
administratif, fisik wilayah, perekonomian, sosial dan budaya, prasarana dan sarana, dan
lain-lain.

BAB IV ANALISIS PARAMETER PEMBANGUNAN KOTA SERANG


Berisikan tentang gambaran mengenai pencapaian hasil pembangunan di Kota Serang
berdasarkan data hasil survei sekunder dan primer, proses beserta hasil analisis/penilaian
terhadap beberapa parameter pembangunan di Kota Serang beserta indikator-indikator
didalamnya, potensi dan masalah wilayah serta isu strategis wilayah Kota Serang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Berisikan tentang kesimpulan dan rekomendasi yang diperoleh dari hasil kegiatan Survei
Parameter Pembangunan Kota Serang.

Survei Parameter Pembangunan Kota Serang I - 19

Anda mungkin juga menyukai