Anda di halaman 1dari 3

Poin-poin diskusi rapat terkait Kegiatan Monitoring dan Evaluasi di Desa

Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Terkait Sambutan
Pak Kades/Jaro:

 Desa Malasari berbatasan langsung dengan Provinsi Banten dan Sukabumi.


 Leuit terletak di Kampung Kopo, awalnya leuit mau dibangun di kasepuhan lawa lodon,
namun di wilayah tersebut ada bantuan dari kabupaten.
Camat Tanggung:
Bu Kabid:

 Desa Malasari ini memiliki keunggulan wisata, kemudian masuk ke keunggulan terdapat
kampung adat (Kasepuhan Adat), ada leuit yang bekerja sama dengan CSR atau BJB.
 Di tahun 2023 ada forum antar desa yang dinamakan oleh Provinsi dengan Gerai
Berdesa, di Gerai berdesa dibagi menjadi tiga kategori, pertama terkait desa yang sudah
memiliki status mandiri, kedua desa-desa yang memiliki keunggulan/best practice, dan
ketiga desa yang sudah masuk program dari provinsi.
 Dari tiga kategori ini dibagi lagi menjadi sub kategori desa-desa yang masuk ke kamar-
kamar kategorinya.
 Dari Desa-desa unggulan ini yang punya best practice ini akan masuk ke repositori yang
dimana akan dijadikan suatu dokumentasi yang dapat mudah dibaca dan menjadi ilmu
pengetahuan baru bagi desa-desa lain yang ingin menjadikan desanya juga terpacu
untuk mengangkat potensi-potensi yang ada di desa.

Pemaparan Materi:

 Desa Malasari, diketuai oleh Bapak Andi Zaelani Firdaos, Masa Jabatan 2029 – 2025
 Potensi Desa Wisata Bernama Halimun Lembur Experience (Aktivitas seperti budaya
masyarakat Desa Malasari, acara serentau.
 Desa Malasari merupakan Desa bersejarah dengan adanya peninggalan rumah/pendopo
Bupati Pertama Kabupaten Bogor Bapak R. Ipik Gandamanah.
 Selain itu Desa Malasari merupakan Desa Adat Kasepuhan yang setiap tahun diadakan
tradinya adat yang berjalan di desa.
 Terasering 1001 undak, ini yang dikenal salah satu potensi dari pertanian.
 Buah-buahan yang ada di Desa terdiri dari jenis komoditi seperti Durian, Pisan, Singkong,
dan Mangga.
 Beberapa macam jenis padi local seperti:
1. Beureum Cempa
2. Gadong
3. Bulu Kawung
4. Cece Beureum
5. Inui
6. Ketan Cikur
7. Ketan Hideung
8. Beunteur
 Padi setelah disimpan di leuit tidak bisa asal mengambil langsung, ada aturan adat yang
bisa disampaikan, padi yang kering ini sudah bida dimasukkan ke bangunan leuit.
 Menurut masyarakat adat disini untuk pembangunan leuit disini ada beberapa hal yang
kurang tidak pas terkait bangunan yang ada disini, tapi di dalamnya ada unsur-unsur
secara adat harus ada, jadi disini membangun leuit itu diibaratkan sebagai rangka
manusia, yaitu terdiri dari kerangka-kerangka yang lengkap, jadi ini bentuk masukan
dari desa adat.

Sesi Diskusi:
Bapak Firman (Kabid):
- Di Desa Malasari ini masih memiliki situ sejarah yang menjadi rekam jejak dari tipologi
desa tersebut.
- Pemanfaatan Leuit ini kedepannya harus fokus ke sisi fungsi, namun beralih posisi
menjadi ke sisi digital.
- Membangun Leuit nya mudah, namun ada tantangan dalam pengimplementasiannya.
- Untuk mendorong daerah lain dalam membangun leuit ini sebenarnya dalam fungsional
si leuit ini.
Bu Agustin:
Bahasan terkait Desa Wisata
- untuk pengelolaan ini oleh siapa?
- Bagaimana caranya potensi ini bisa dikenal oleh orang di luar, sehingga turis atau
pengunjung tertarik kesini
- Apakah masyarakat adat disini sudah menyatakan tidak ada kendala atau diizinkan sudah
menjadi desa wisata, ini seperti apa bentuk pengolaannya?
- Penanaman padi disini masih semuanya tetap ditanam oleh masyarakat, karena varietas-
varietas jenis tumbuhan ini dapat punya keunggulan untuk disimpan di leuit ini

Jawab:
- Untuk Desa Wisata ini sudah tersedia paket-paket, standar paket sudah di kategorikan
dan disesuaikan dengan jenis atraksi-atraksi yang ada.
- Harga standarnya sekitar 450.000 untuk per paket.
- Pengelolaan ini yang mengelola adalah kelompok pokdakwis

Pak Budi:
- Terkait Leuit ini dapat menjadi simbolis kalau si Leuit ini tidak bisa terlepas dari hal-hal
yang berhubungan dengan masyarakat.
- Si Leuit ini selain menyimpan pun, saat mengeluarkan makanannya pun ini bisa
disesuaikan dengan cara-caranya.
- Masyarakat adat itu sudah punya manajemen waktu yang baik dalam persemaian
menanam padi, kalau dari kasepuhan ini dihitung berdasarkan musim bintang.
- Temuan-temuan di lapangan ini nantinya punya calon-calon narasumber untuk
memberikan pengalaman terkait potensi-potensi di desa tersebut.
- Pengetahuan ini ada di lapangan untuk bagaimana mengelola hutan dengan kerjasama
dengan pertanian ini.
- Konteks pengaturan di Desa Selasari dengan kolaborasi dengan Desa Malasari, tapi dari
jenis hutannya berbeda di Desa Selasari ini merupakan hutan produksi, dan di Desa
Malasari ini merupakan hutan konservasi.

Bu Kabid:
- Kerjasama ini bisa memberikan manfaat kepada desa, untuk bisa memberikan hasil yang
lebih besar dan optimal.
- Pengaturan Leuit ini berasal dari masyarakat adat, dan ini ada nilai-nilai yang tidak bisa
ditinggalkan.
- Narasumber ini akan bertambah yaitu Bu Sekdes Desa Malasari.

Anda mungkin juga menyukai