Anda di halaman 1dari 68

Dr. Ir. Agus Solehudin, S.T., M.T., IPM.

(Corrosion & Painting Instructor)

Disampaikan pada kegiatan Weldinar SLV


di PT. SLV Metropolitan Indonesia
Jakarta, 10 Juni 2023
Pendidikan :
Nama : Dr. Ir. Agus Solehudin, S.T., MT., IPM. - S1Teknik Pertambangan ITB, 1988-1994
Pangkat/Gol : Pembina Tk.I / IV-b - S2 Rekayasa Korosi ITB, 1995-1998
Jabatan : Associate Professor - S3, Ilmu Kimia UNPAD, 2007-2010
Tempat Lahir : Garut, 18-02-1969 - S3, Program Sandwich-like bidang Korosi di Curtin
HP : 085861364474 University of Techonology , Australia, 2009-2010
Email : asolehudin@upiedu - Profesi Insinyur (Ir.), FT- UGM, 2020

Pekerjaan :
- 1999- sekarang : Dosen di Departemen Pendidikan
Teknik Mesin UPI
- 2012- sekarang: Tenaga Ahli di Pusjatan Kementrian PU
bidang Penanganan Korosi Struktur Baja Jembatan
- 2022 – sekarang: Instruktur Corrsion and Coating di PT/
SLV Metropolis
- 2012- sekarang: Instruktur Inspeksi Korosi di B4T
Kementrian Perindustrian
- 2016 – 2019 : Intruktur Corrosion Inspection di MABES
TNI AL, Jakarta
- 2011- 2015:Tenaga Ahli di PT. GWS Engineering bidang
: corrosion control and Materials
- 2013- 2015: Instruktur Training bidang Corrosion
Management di PT. Chevron Pasific Indonesia.
- 2002– sekarang: Peneliti di LPPM – UPI
- 2011-2019: Ketua STT Wastukancana Purwakarta

6/9/2023 2
 Kerusakan struktur
 Penurunan penampilan/ tampak rupa
 Ongkos maintenance yang semakin besar
 Plant shutdwon
 Kontaminasi produk
 Keamanan berkurang
 Pada Tahun 2015 AEC (Asean Economics Community)
telah mulai diterapkan.
 Setiap negara dalam kawasan asean akan bebas
bekerja di negara-negara kawasan ASEAN,
 Pada tahun 2020 diterapkan WTO dimana lebih dari
130 negara dapat bebas bekerja pada negara lain
yang ikut di dalamnya.
 Sehingga untuk menjamin kesetaraan kompetensi
maka setiap calon pekerja yang akan melamar
pekerjaan diwajibkan memilki sertifikat sesuai bidang
pekerjaan yang akan ditekuninya, hal ini tertuang
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian.
 Dalam industri Pengolahan khususnya bidang Coating
dibutuhkan spesifikasi agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan standard yang dipakai.
 Untuk mengaplikasikan spesifikasi tersebut, diperlukan
peranan personil yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan tentang Inspeksi Pekerjaan Coating sehingga
proses coating dilakukan dengan metode yang tepat.
 Personil yang mempunyai pengetahuan serta ketrampilan
tentang Inspeksi Pekerjaan Coating telah diterapkan oleh
negara-negara maju seperti Negara Amerika Serikat
dengan Standar NACE atau SSPC Coating Inspector atau di
Negara Inggris dengan BGAS Painting Inspector.
 Indonesia Menetapkan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia tentang Coating yang
disahkan melalui Keputusan Menakertrans
Nomor 91 Tahun 2016.
 Dengan adanya SKKNI di bidang Coating tersebut
sangat diperlukan oleh industri-industri pen-
supply Coating dan juga industri pengguna
Coating.
 Industri Pengguna Coating: maritim, oil & gas,
mining, fertilizer, semen, kimia, konstruksi, dan
transportasi, juga oleh asosiasi, Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) dan lembaga/institusi
profesional lainnya.
 Coating atau pelapisan merupakan suatu metode atau teknik untuk menutupi
permukaan substrate dengan tujuan, yaitu untuk: 1. Dekoratif, 2. Proteksi, dan 3.
Tujuan-tujuan khusus lainnya (special purpose).
 Material Coating dapat dibuat dari bahan polimer (plastik dan karet), mutual,
keramik, glass atau concrete, bahkan dapat diberi penguat (reinforcement) seperti
Fiber Reinforced Plastic (komposit) atau dapat berbentuk powder (Fusion Bonded
Epoxy).
 Decorative Coating digunakan di bangunan, konstruksi, transportasi, dll untuk tujuan
keindahan atau marking/identifikasi.
 Proteksi Coating digunakan di peralatan industri, konstruksi, transportasi, marine, dll,
untuk melindungi substrate dari serangan korosi atau lingkungan agresif lainnya.
 Special purpose Coating digunakan di industri, konstruksi, transportasi, marine, dll,
untuk memberi perlindungan khusus dan/atau memberikan safety-safety khusus.
 Coating Inspector adalah orang yang melaksanakan pekerjaan
inspeksi proses dan hasil pekerjaan persiapan permukaan dan
Aplikasi Coating berdasarkan SOP Proses Inspeksi dan
inspeksi akhir.
 Lingkup Coating inspector level 1 (muda) itu adalah liquid
Coating (paint/cat), galvanis atau rubber lining.
 Lingkup Coating inspector level 2 (utama) adalah mampu
melakukan inspeksi untuk semua jenis Coating. Coating
inspektor harus kompeten dan memiliki sertifikat kompetensi
Jenis dokumen assessment#
Report sheet *
Lingkup Pengetahuan, keterampilan dan Standard
Kebersihan permukaan (Surface Cleanliness):
Garam larut & kontaminasi khusus zat ion
(sulfat, klorida, nitrat, dll.) Yang sering tidak
terlihat oleh mata, bersama dengan blush amina
(untuk pelapis epoksi amina yang diawetkan)
dapat menyebabkan kegagalan pelapisan
prematur, sehingga perlu melakukan pelapisan
ulang yang mahal biaya perawatan
Sebelum menerapkan lapisan pelindung, substrat baja harus disiapkan dan dibersihkan dengan
hati-hati untuk memastikan lapisan akan memenuhi persyaratan kinerja dan menghindari
kegagalan prematur.

Sebagai bagian dari persiapan permukaan ini, abrasive blast-cleaning biasanya digunakan
untuk menghilangkan oksidasi dan lapisan yang ada dari baja.

Setelah permukaan baja terbuka, selalu ada risiko kontaminasi oleh garam yang larut dalam air
yang secara alami terjadi di lingkungan.

Garam larut tidak terlihat dengan mata telanjang. Jika dibiarkan tetap pada substrat dalam
jumlah yang cukup, mereka dapat menarik uap air melalui lapisan yang menyebabkan
kegagalan lapisan prematur akibat terik atau pelepasan osmotik.
Dalam beberapa kasus, media abrasif blasting dapat
terkontaminasi dengan bahan yang larut dalam air
(misalnya garam klorida atau sulfat) yang kemudian
kebawa ke permukaan baja selama blasting dan
pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan
pelapisan prematur.
Untuk menghindari kegagalan pelapisan prematur karena kontaminasi garam,
sangat penting untuk memastikan bahwa jumlah garam terlarut yang ada pada
permukaan yang dibersihkan dengan ledakan tidak melebihi tingkat yang dapat
diterima.

Pengujian untuk garam yang larut dalam air dilakukan sesuai dengan ISO
8502-9.

Sebagai bagian dari metode tersebut, ekstraksi kontaminan garam terlarut


untuk analisis dilakukan sesuai dengan ISO 8502-6—metode Bresle.
Metode Bresle mengambil sampel permukaan dengan cara "ekstraksi permukaan".
Sederhananya, metode ini melibatkan penempatan volume air di dalam ruangan di
permukaan. Air melarutkan garam terlarut yang ada di permukaan, meningkatkan
konduktivitas listrik air. Peningkatan terukur dalam konduktivitas menetapkan
konsentrasi garam terlarut.

Perhatikan bahwa tidak ada “standar industri” untuk tingkat kontaminasi permukaan
yang dapat diterima. Dengan demikian, spesifikasi proyek harus menunjukkan
jumlah maksimum garam terlarut yang dapat tetap berada di permukaan saat
pelapisan diterapkan.
Nilai Perubahan konduktivitas dan kerapatan
permukaan garam secara otomatis dihitung,
ditampilkan, dan disimpan ke dalam memori alat.

Alat PosiTector SST bisa menjadi pengukur


konduktivitas bahan abrasif blasting sesuai dengan
ISO 11127-6 dan ASTM D4940-15.
Cara menggunakan tester kekasaran permukaan
Penguji kekasaran permukaan terdiri dari stylus yang ditarik
secara mekanis melintasi permukaan dengan merekam ‘gambar’
kekasaran permukaan melintasi panjang sampel yang telah
ditentukan sebelumnya.

Teknik pengukuran memberikan sejumlah parameter


pengukuran termasuk:
Rmax: Perbedaan terbesar antara benjolan & cekungan dalam
panjang pengambilan sampel individu dalam keseluruhan
panjang evaluasi
Ra: Kekasaran rata-rata pada panjang sampel.
Rt: Jarak antara benjolan tertinggi dan cekungan terendah pada
panjang evaluasi
Rz: Jarak rata-rata antara benjolan tertinggi dan cekungan
terendah pada sejumlah panjang sampel
Pita replika melibatkan penggunaan film plastik dua lapis – satu lapisan yang dapat
dimampatkan dan satu lapisan busa yang tidak dapat dimampatkan setebal 50 µm.

Lapisan kompresibel ditempatkan pada permukaan baja yang di blasting dan kemudian
digosok dengan alat ujung melingkar sampai permukaannya sesuai dengan baja.

Rekaman itu kemudian dilepas dan diukur dengan dial gage.


Holiday testing adalah metode uji non-destruktif yang diterapkan pada lapisan
pelindung untuk mendeteksi diskontinuitas yang tidak dapat diterima yang
memengaruhi integritas lapisan, seperti lubang kecil dan rongga.

Tes ini melibatkan pengecekan sirkuit listrik untuk melihat apakah ada lapisan yang
cukup untuk menahan muatan listrik dan aliran arus untuk menyelesaikan rangkaian.

Jika aliran listrik terdeteksi maka itu menunjukkan adanya lubang jarum atau
diskontinuitas.

Holiday testing juga dikenal sebagai pengujian kontinuitas (continuity testing).


Holiday testing tegangan rendah digunakan saat sistem pelapisan memiliki
ketebalan kurang dari 500 mikron (20 mil). Ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan metode spons basah.

Holiday testing tegangan tinggi digunakan ketika sistem pelapis lebih tebal dan
menggunakan perangkat yang menghasilkan pelepasan tegangan tinggi.

Holiday testing tegangan tinggi memerlukan perhatian khusus agar tidak merusak
lapisan atau menyebabkan cedera pada operator.

ASTM D5162-21
Standard Practice for Discontinuity (Holiday) Testing of Nonconductive Protective
Coating on Metallic Substrates

ASTM D4787-13(2018)
Standard Practice for Continuity Verification of Liquid or Sheet Linings Applied to
Concrete Substrates
ASTM G62-22
Standard Test Methods for Holiday Detection in Pipeline Coatings
Monitoring and Checking of Micro-Climate
MEASUREMENT of AIR TEMPERATURE/RELATIVE
HUMIDITY & DEW POINT USING A WHIRLING HYGROMETER

1) CHECK THE INSTRUMENTS


➔ Thermometers & mercury columns are not broken
➔ Container for wet bulb fabric wicking is wet & secure at
both ends. Filled with distilled water.

2) TAKE THE MEASUREMENT


➔ Whirl or spin carefully the hygrometer slightly faster @
180 revolutions per minute ( 3 revolutions per
seconds) for 1 minute.
➔ Read both thermometers, wet bulb temperature first.
➔ Read both temperatures, minimum. of 2 whirling/spins.
➔ Record the wet & dry bulb temperatures.
Monitoring and Checking of Micro-Climate
MEASUREMENT of AIR TEMPERATURE/RELATIVE HUMIDITY &
DEW POINT USING A WHIRLING HYGROMETER

3) Calculate the values/ readings for RELATIVE HUMIDITY and


DEW POINT by plotting from TABLES (Mollier’s Diagram), Dew
Point CALCULATORS provided with the instrument.

➔ RELATIVE HUMIDITY (Maximum 85% RH)


Amount of water vapour/moisture in the air at the time of
measurement.
➔ DEW POINT (Shall be 3 Centigrade degree lower than Surface
Temperature)
Minimum temperature at which condensation/sweating on the
surfaces occurs.
PAINT APPLICATION – refer to the rates of
application using roller, brush and spray (e.g.
conventional air spray, airless spray).
Methods Approx. Rate ,sq.m/8 hrs*
BRUSH 100
ROLLER 200 - 300
SPRAY
- conventional air 200 - 400
- airless 700 – 1200
*approx. application speed at normal working day
of 8 hours.
Method BRUSH
Application By Hand
Characteristics Good Penetration
Ideal for Stripe Coating
Typical 40 Microns/ 1.6 Mils
Applicable DFT
Method ROLLER
Application By Hand
Characteristics Less Good Penetration
Gives Uneven, Porous Film
Lower Applicable 30 to 40 Microns / 1.2 to 1.6 Mils
DFT than Brush
Method CONVENTIONAL AIR SPRAY
Characteristics Supply Air Directly Feed from
Compressor for Atomization (30 psi)
Spray Gun features 3 Adjustments.
Requires more Paint Thinner for
thinning (e.g. 25% by Volume).
Best for Excellent Finishing paint job
but creates too much spray dusts.
Method AIRLESS SPRAY
Characteristics Set-up requires an airless pump (e.g. pump
ratio) which is operated by a high pressure air
supply from (100 PSI) Compressor
Spray Gun feature simple construction & easy
to use as only 1 adjustment. Excellent for
application of highly viscous paints.
Less thinning (normally 5% by volume).
PAINT FILM THICKNESS MEASUREMENT

WET FILM THICKNESS (WFT) DRY FILM THICKNESS (DFT)


Gauge
125 100 75 50 25
Volume solids - VS

VS = DFT Wet Film Thickness


WFT

Thickness Units:
Micron = 0.001 mm.
Mil = 0.001 inch
1 Mil = 25.4 Microns Dry Film Thickness

DFT(µm) x 100
VS(%) =
WFT(µm)

DFT = Dry Film Thickness - WFT = Wet Film Thickness


Theoretical Spreading Rate - (TSR)

Area in sqm painted per liter paint


@ given DFT

1 ltr
DFT (Micron)

1 ltr ~ 1 mm on 1 m2 - (1mm = 1000


micron)

VS(%) x 10
TSR(m2/ltr) =
DFT(Micron)
Theoretical Consumption - (TC)

A(m2)
TC(ltr) =
TSR(m2/ltr)

DFT(Micron) x A(m2)
=
VS(%) x 10

A – Area as Surface Area


TSR – Theoretical Spreading Rate
DFT – Dry Film Thickness
VS – Volume Solids in %
Practical or Actual Consumption (PC or AC)

PC or AC (ltr) = A (m2) x CF
TSR
(m2/ltr)

Loss or Waste Loss Factor Consumption Factor


(%) (LF = 100 - % Loss /100) (CF =1/% Loss)

10 0.90 1.11
20 0.80 1.25

30 0.70 1.40

35 0.65 1.53

40 0.60 1.66

50 0.50 2.00
Typical Paint / Coating System Build-Up

Anda mungkin juga menyukai