Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LEADERSHIP & CRITICAL THINGKING

Dosen : Bapak Farizal Marzuki, S.Sos., M.A.

Disusun oleh :
Azzahra Zuchruf Firdaus
NIM 200113180029

Administrasi Bisnis
POLITEKNIK LP3I JAKARTA KAMPUS DEPOK
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Apa itu
Leadership Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Leadership & Critical Thingking yang dibimbing oleh Bapak Farizal Marzuki,
S.Sos., M.A.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada
dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap penyusun.
Penyusun makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun. Maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa penyusun mengharapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dari pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

DAFTAR ISI Depok, Oktober 2022

Azzahra Zuchruf Firdaus


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader)
dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur unsur di dalam kelompok
atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga
menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai
berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan
organisasi.
Kemampuan dan keterampilan dari seorang pimpinan adalah faktor penting dalam
memotivasi pegawainya agar lebih bekerja dengan baik. Dalam hal ini pengaruh seorang
pimimpinan sangat menentukan arah tujuan dari organisasi, karena untuk merealisasikan
tujuan organisasi perlu menerapkan peran dalam memimpin kerja yang konsisten
terhadap situasi kerja yang dihadapi. Selain itu seorang pemimpin didalam melaksanakan
tugasnya harus berupaya menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan
bawahannya agar mereka dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak
langsung motivasi dari pegawai semakin meningkat.
Pemimpin berfungsi untuk memandu, menuntun, membimbing, membangunkan motivasi
kerja, mengemudikan organisasi, menjalin 2 komunikasi yang baik, melakukan
pengawasan secara teratur, dan mengarahkan pada bawahannya kepada sasaran yang
ingin dituju. Berhubungan dengan itu menjadi kewajiban dari setiap pemimpin agar
bawahannya termotivasi utuk bekerja lebih baik lagi.
Peran kepemimpinan juga merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang untuk
mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya
dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan suatu organisasi baik secara keseluruhan maupun sebagai kelompok dalam
suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan untuk
membangkitkan motivasi atau semangat kerja pegawai terhadap tugas dan tanggung
jawabnya.
Peran kepemimpinan memiliki posisi strategis dalam suatu organisasi. Handoko
(2001:90) menyatakan bahwa kenyataan para pemimpin dapat mempengaruhi kepuasan,
kenyamanan, rasa aman, kepercayaan, dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.
Oleh karena itu kepemimpinan merupakan kunci dalam manajemen yang memainkan
peran yang penting dan strategis dalam kelangsungan suatu usaha. Davis (1996:87)
berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
dengan rasa bersemangat demi tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai gaya
kepemimpinan terlahir dari perkembangan teori kepemimpinan yang kesemuanya
bermuara kepada peningkatan kinerja organisasi.
Gaya kepemimpinan yang tepat dalam suatu organisasi akan mengantarkan organisasi itu
dalam menuju kepada peningkatan kinerja. Gaya kepemimpinan merupakan kunci dalam
manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam kelangsungan hidup suatu
usaha (Handoko, 2001:76). Penelitian tentang pengaruh kepemimpinan pada kinerja telah
banyak dilakukan, penelitian dalam bidang ini awalnya menguji pengaruh langsung
kepemimpinan pada kinerja dan hampir semua penelitian memberikan dukungan adanya
pengaruh gaya kepemimpinan pada kinerja. Beberapa hasil penelitian sebelumnya
diantaranya: Elenkov, 2000, Borrill, et al 2005. Kurang adanya peranan pimpinan dalam
mengarahkan karyawan sehingga hasil kerja pegawai terkesan kurang baik dan tidak
terstruktur, 4 demikan pula dalam memberikan pelatihan terhadap beberapa pekerjaan
yang butuh ketelitian juga masih kurang mendapat perhatian dari pimpinan yang
berkewajiban penuh melatih pegawainya, selain itu pula pemimpin sebaiknya mendukung
pekerjaan pegawai sehingga pegawai merasa bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut,menciptakan komunikasi yang harmonis serta memberikan pembinaan pegawai,
sehingga tidak akan menyebabkan tingkat kinerja pegawai rendah. Pendelegasian
wewenang dan tugas juga belum optimal sehingga pegawai merasa tidak dipercaya
mampu melaksanakan tugas dan wewenang tersebut.
Demikian halnya dengan kurangnya motivasi pegawai seperti tidak disiplin masuk kerja,
malas- malasan dalam bekerja akan menyebabkan kinerja pegawai rendah. Hal ini
disebabkan oleh faktor ekstern dan intern , faktor ekstern meliputi lingkungan kerja yang
kurang menyenangkan bagi pegawai, dan perlu adanya supervisi yang baik. Kompensasi
yang kurang memadai sehingga mengurangi motivasi kerja pegawai untuk mengahasilkan
kinerja yang baik. Pemberian reward atau penghargaan yang hampir tidak pernah ada
sering membuat pegawai tidak puas dengan hasil kerja. Sedangkan jika dilihat dari faktor
intern yakni belum ada kematangan dari pribadi pegawai itu sendiri dan harus perlu
adanya pelatihan untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja pegawai, tingkat pendidikan
sudah sesuai stantard pendidikan tetapi ada beberapa yang masih menempati posisi yang
tidak linear dengan bidang ilmu dalam 5 struktur kepegawaian. Kebutuhan pegawai yang
sering tidak terpenuhi membuat keinginan dan harapan pribadi untuk lebih berkreasi
dalam mengembangkan kompetensi belum tercapai dan menimbulkan kebosanan dan
ketidak puasan menerima hasil kerja bagi pegawai itu sendiri.

1.2 Identifikasi Masalah


Sesuai dengan hasil deskripsi yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Kurangnya pemberian arahan dan panduan serta pola kerja yang terjadwal secara
spesifik terhadap bawahan.
2. Kurangnya komunikasi dan pendeketan emosional serta perhatian terhadap
kesejahtreaan bawahan.
3. Kurangnya konsultasi bawahan terhadap pimpinan untuk mengakomodai masukan
serta peranan dalam mengambil keputusan.
4. Belum maksimalnya peran pemimpin dalam menggerakkan dan memotivasi
bawahan.

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang lengkap mengenai ruang lingkup
kepemimpinan yang akan diteliti di dasarkan pada identifikasi, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu :
Seberapa besar pengaruh antara kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai ?

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh pimpinan dalam motivasi kerja pegawai

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan dan motivasi kerja
pegawai.
2. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk
meningkatkan efektivitas kepemimpinan sehingga dapat terus berupaya memberikan
motivasi kerja pada pegawai.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan


Menurut arti secara harfiah, pimpin berarti bimbing. Memimpin berarti membimbing
atau menuntun. Pemimpin merupakan orang yang memimpin ataupun seorang yang
menggunakan wewenang serta mengarahkan bawahannya guna mengerjakan pekerjaan
mereka untuk mencapai tujuan tertentu dari organisasi. Seperti manajemen,
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh
berbagai orang yang berbeda pula.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka,
pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun,
raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks
hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi
orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada
mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin".
Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah
suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum
tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah
Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat
pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang
yang bukan "pemimpin". Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu
bidang , sehingga diamampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitasaktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,
1994 : 181). Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang
mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD
adalah : Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan
kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan. Educate, seorang pemimpin
mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan knowledge pada rekan-
rekannya. Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada.
Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.

2.2 Unsur dan Tipe Motivasi


A. Unsur Motivasi
Stanley Vance ( 1982 ) mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah perasaan
atau keingina seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk
melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkandi lihat dari persepektif
pribadi maupun organisasi. Robert Dubin ( 1985 ) mengartikan motivasi sebagai
kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan memulai dan menjaga
kondisi kerja dalam organisasi. Adapun menurut Penulis Motivasi diartikan sebagai
stiap kekuatan yang muncul dari diri individu untuk mencapai tujuian tertentu di
lingkungan dunia kerja. Adapun Unsur-unsur motivasi diantaranya adalah :
1) Tujuan
Manusia adalah makhluk bertujuan, meskipun tidak ada manusia yang
mempunyai tujuan yang benar-benar sama di dalam mengarungi hidup,
de4mikian juga organisasi, pasti mempunyai tujuan. Idealnya semua manusia
organisasional memiliki motivasi yang tinggi. Manusia organisasional yang
memiliki motivasi tinggi sadar bahwaantara tujuan dirinya dengan tujuan
organisasi sama sekali tidak terpisahkan walaupun terpisahkan tidak terlalu
senjang.
2) Kekuatan  Dari Dalam Diri Individu
Manusia adalah insane yang memiliki energi, apakah itu energi fisik, otak,
mental, maupun spiritual. Energi-energi tersebut berakumulasi dan menjelma
daklam bentuk dorongan batin untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu
tugas secara tepat waktu. Manusia organisasional bekerja di dalam organisasi
semata-mata karena terpanggil untuk berbuat tanpa mengingkari ada maksud-
maksud yang ingin dicapai dalam pekerjaan, seperti gaji dan mengisi waktu
luang.
3) Keuntungan
Bahwa manusia manusia bekerja ingin mendapatkan keuntungan, pemikiran ini
sangat manusiawi. Meski harus dihindari pemikiran seperti ini yang hanya ingin
bekerja manakala ada keuntungna langsung di peroleh. Keuntungan ini akan
menjadi sumber bahayabagi manusia organisasional. Manusia organisasional
adalah makhluk normal yang taraf pengabdiannya tinggi sekalipun, dalam proses
kerja tidak terlepas dari adanya hasrat ingin meraih sesuatu. Kebijakan
manajemen yang bermutu merupakan kunci utama bagi organisasi manusia yang
ingin mencapai tujuan hidup. Adapun salah satu ciri manajemen yang baik
adalah adanya perencanaan yang baik yang disusun sesuai dengan potensi
pendukung untuk mencapai tujuan yang dicapai. Manajer dalam pelaksanaan
tugasnya tidak berdiri sendiri, akan tetapi terikat dengan pengikut-pengikutnya

B. Tipe Motivasi
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya. Secara
umum motivasi dapat di klasifikasikan menjadi empat jenis. Diantaranya adalah :
1) Motivasi Positif
‘Bekerjalah dengan baik !!! Kalau nanti target keuntungan tercapai, A nda akan
di beri bonus !! Demikian pernyataan manajer terhadap bawahan nya supaya
bekerja dengan baik.’. Dari kutpan manajer tersebut dapat di simpulkan bahwa
motivasi positif adalah Suatu usaha untuk membangkitkan motif dan di arahkan
pada usaha untuk mempengaruhi seseorang agar bekerja dengan baik dan
antusias dengan cara memberikan keuntungan kepadanya. Jenis-jenis motivasi
positif antara lain :
 Imbalan yang menarik
 Informasi tentang pekerjaan
 Kedudukan atau jabatan
 Perhatian atasan terhadap bawahan
 Kondisi kerja
 Rasa partisipasi
 Dianggap penting
 Pemberian tugas dan tanggung jawabnya
 Pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

2) Motivasi negative
‘Siapa saja yang sering terlambat dating atau sering membolos akan di potong
gajinya, dan jangan berharap Anda akan di promosikan’. Jadi dapat disimpulkan
bahwa motivasi negative adalah motivasi yang bersumber dari rasa takut.
Motivasi yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai
tujuan.
3) Motivasi dari dalam
‘Saya bekerja karena terpanggil untuk itu !! Ada atau tidak ada pimpinan
ditempat, saya akan tetap akan bekerja, sesuai dengan target dan tanggung jawab
saya !!’. Statemen itu mencerminkan kuatnya motivasi dari dalam yang
terkandung pada diri karyawan. Jadi motivasi dari dalam adalah motivasi yang
berdasarkan kesadaran seseorang dalam bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya. Dengan demikian berarti juga bahwa kesenangan pekerja muncul
pada waktu dia bekerja dan dia sendiri menyukai pekerjaan itu. Baginya berbuat
adalah suatu kewajiban, paksaan, imbalan yang bersifat ekternal lainnya
memang penting, akan tetapi tidaklah lebih penting ketimbang aspek-aspek
nirmaterial.
4) Motivasi dari luar
Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh
yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja. Biasanya motivasi ini
semata-mata di dorong oleh adanya sesuatu yang ingin di capai dan bersumber
dari factor-faktor di luar subjek.

2.3 Tingkah Laku dan Insentif


A. Tingkah Laku Leadership
Seorang pemimpin dimanapun dia memimpin, di dalam keluargasekalipun, sudah
semestinya dia memberikan teladan dan contoh yang baik bagi anggota atau
bawahannya. Agar orang lain dapat belajar dan mencontoh apa yang di perbuat oleh
pemimpinnya. Ketika contoh yang diberikan pemimpin kita tidak baik, bahkan
terkadang melenceng dari peraturan, sudah sewajarnya, kita mengingatkan dan tidak
mengikuti atau bahkan mengamini apa yang dilakukan oleh pemimpin kita.
Pemimpin yang baik adalah yang dapat mengayomi dan melindungi bawahannya
dengan baik, memberikan teladan dan budi pekerti yang baik, tidak sekali-kali
memberikan contoh negatif, karena contoh yang kurang terpuji dapat memberikan
kesan yang kurang baik di mata bawahannya, akibat lain adalah berkurangnya
wibawa pemimpin di mata bawahannya.
Ketika hal-hal seperti ini terjadi, maka adanya baiknya kita menjalin komunikasi
yang baik antara bawahan dan atasan, agar perilaku atasan atau pemimpin kita yang
kurang baik dapat di perbaiki, kita sebagai seorang individu juga berkewajiban untuk
mengingatkan orang lain agar orang tersebut menyedari kekeliruan atau kekhilafan
yang selama ini dilakukannya.
Jika kita sudah melakukan hal ini, namun tidak mendapat respon yang baik, jangan
pernah menyerah, hal terakhir yang dapat dilakukan adalah berdoa kepada Allah
SWT, agar Allah membuka mata hati pemimpin kita agar segera tersadar, bahwa apa
yang dilakukan selama ini adalah kurang tepat, tidak mengikuti aturan dan membuat
aturan tersendiri dan tidak dapat menerima masukan dari orang lain itu adalah
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Hal lain yang perlu kita miliki adalah pengendalian dan kesadaran diri yang harus
kita miliki sebagai individu, agar kita tidak tergerus arus, tidak bersikap ikut-ikutan
melakukan hal yang kurang terpuji atau buruk. Gerakan ikut-ikutan melakukan
sesuatu yang buruk, sekecil apapun tindakan yang kita lakukan, baik yang disadari
maupun tidak kita sadari, akan berdampak atau menimbulkan resiko. Apalagi jika
kita tetap saja melakukannya (padahal kita tahu itu buruk atau tidak baik) tentunya
kita juga harus siap menerima resiko dari apa yang kita perbuat.

B. Insentif
Insentif adalah salah satu alat untuk meningkatkan performa karyawan maupun
perusahaan. Untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan, perusahaan perlu
memberikan stimulus agar komitmen kedua belah pihak dalam dunia kerja dapat
berjalan. Insentif juga telah terbukti dapat mempererat hubungan antara karyawan
dan perusahaan sehingga menciptakan lingkungan kerja yang dinamis.

2.4 Konsep Kepemimpinan


Definisi atau pengertian populer mengenai konsep kepemimpinan:
Merupakan sebuah proses di mana individu bisa mempengaruhi sekelompok individu
untuk meraih tujuan bersama (Northouse, 2007, p3).
Kepemimpinan merupakan proses untuk menginspirasi orang lain untuk meraih visi
suatu individu yang telah direncanakan. Sehingga menjadi usaha bersama, tujuan
bersama dan kesuksesan bersama. (Zeitchik, 2012).
Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial, yang mengoptimalkan usaha orang lain
untuk meraih pencapain (Kruse, 2013).

Berdasarkan teori dari M. Josephson, konsep tentang kepemimpinan itu sendiri adalah:

 Kepemimpinan adalah buah dari hubungan tiap individu dalam organisasi atau
golongan. Kepemimpinan lahir bukan karena adanya status atau derajat seseorang.
Karena status bisa saja menghancurkan kepemimpinan itu sendiri ataupun
sebaliknya.
 Setiap individu dalam suatu golongan atau organisasi memiliki potensi dan kapasitas
untuk memimpin dan bisa menunjukan perilaku kepemimpinan.
 Jika individu menjadi pemimpin dalam suatu waktu bukan berarti pada waktu yang
akan datang juga akan menjadi pemimpin. Itu juga berlaku dengan jenis
kepemimpinan lain yang memiliki waktu temporal (sementara) berganti seiring
waktu.
 Kepemimpinan bisa dinilai dari seberapa kualitas pemimpin bisa  merencanakan dan
meraih tujuan tertentu, serta bisa dinilai dari kekompakan pada suatu golongan atau
organisasi yang dipimpin.

2.5 Moral Kerja Seorang Pemimpin


Kepemimpinan berdasarkan moral bukan berarti mengesampingkan untung-rugi, nilai
saham, biaya produksi, dan hal lainnya, melainkan juga mengikuti nilai-nilai etika yang
berlaku dan mengakui pentingnya arti manusia, kualitasnya, dan tujuan yang lebih tinggi.
Henry Ford, seorang pendiri Ford Motor Company,  menyatakan bahwa "Selama ini,
orang-orang percaya bahwa satu-satunya tujuan membangun industri adalah untuk
menghasilkan keuntungan. Mereka salah. Tujuannya adalah untuk memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat".
Satu-satunya faktor yang paling penting dalam pengambilan keputusan yang etis dalam
suatu organisasi adalah apakah seorang pemimpin menunjukkan komitmen  terhadap
nilai etika didalam cara berbicaranya dan terutama didalam tingkah lakunya. Ini berarti
bahwa seorang pemimpin pada dasarnya adalah pemimpin moral, karena semua
sikapnya, cara berpikirnya dan tindakannya akan menjadi panutan dan cerminan semua
gerakan orang dalam perusahaan.
Bayangkan kalau pimpinannya memiliki sikap, cara bicara dan gaya bertindak yang tidak
baik, tidak etis dan tentu tak bermoral maka semua orang akan menjadi kacau balau
didalamnya, dan organisasi ini akan hancur tentunya.

Ada 10 cara sederhana untuk mengamati apakah seorang pemimpin bertindak sebagai
seorang pemimpin yang bermoral, yaitu :

 Mampu bicara dan menjunjung tinggi prinsip moral.


 Berfokus  hal yang benar,  untuk organisasi dan orang yang terlibat.
 Menetapkan sikap sebagai contoh.
 Jujur pada diri sendiri dan orang lain.
 Mengusir rasa takut dan membuang hal-hal yang tidak penting.
 Membangun dan mengkomunikasikan aturan-aturan dan etika.
 Tidak mengampuni tindakan-tindakan yang melanggar etika.
 Memberi reward untuk orang yang mengikuti etika.
 Memperlakukan orang dengan keadilan, kehormatan, dan saling menghargai.
 Melakukan hal yang benar, meskipun tidak ada orang lain yang sedang melihat.

2.6 Efektivitas Kelompok


Efektivitas tim atau efektivitas kelompok adalah kapasitas yang dimiliki tim untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang dikelola oleh anggota tim atau organisasi yang
berwenang. Sebuah tim adalah kumpulan individu yang saling bergantung dalam tugas-
tugas mereka, berbagi tanggung jawab untuk mencapai hasil, dan memandang diri
mereka sebagai unit yang tertanam dalam sistem kelembagaan atau organisasi yang
beroperasi dalam batas-batas yang ditetapkan dari sistem itu. Tim dan kelompok telah
membentuk hubungan yang sama dalam batas-batas proses dan penelitian yang berkaitan
dengan keefektifannya (yaitu kekompakan kelompok dan kerja tim ) sambil tetap
mempertahankan kemandirian mereka sebagai dua unit terpisah. Kelompok dan
anggotanya tidak bergantung pada peran satu sama lain, keterampilan, pengetahuan, atau
tujuan versus tim dan anggotanya yang saling bergantung pada peran, keterampilan,
pengetahuan, dan tujuan masing-masing.

efektivitas tim dapat didefinisikan dalam tiga kriteria:


1. Output – Output akhir yang dihasilkan oleh tim harus memenuhi atau melampaui
standar yang ditetapkan oleh unsur utama dalam organisasi
2. Proses Sosial – Proses sosial internal yang berlangsung saat tim berinteraksi
harus meningkatkan, atau setidaknya mempertahankan, kemampuan kelompok
untuk bekerja sama di masa depan
3. Pembelajaran – Pengalaman bekerja di lingkungan tim harus bertindak untuk
memuaskan daripada memperburuk kebutuhan pribadi anggota tim
Untuk memudahkan pembagian tugas, umumnya staf departemen dibagi dalam tim-tim
yang dipimpin oleh team leader. Ketua tim ini berfungsi sebagai ‘jembatan’ antara
manajemen dan para karyawan. Mereka membantu perusahaan dalam memantau
anggaran dan operasional; serta melaporkannya ke atasan.
Sebagai HR, Anda mungkin bersinggungan secara langsung dengan para team leader.
Anda pasti berkontribusi dalam membantu rekrutmen dan seleksi team leader, sekaligus
merancang program peningkatan kapasitas mereka. Oleh karena itu, Anda perlu
memberikan wawasan agar mereka dapat memperbaiki efektifitas tim kerja,
seperti rangkuman di bawah ini.
1. Mengembangkan Kebijakan Komunikasi yang Terbuka
Posisi team leader sangat krusial dalam memfasilitasi komunikasi antara manajemen
dan karyawan. Untuk itu, mereka harus mampu berdiskusi dan bernegosiasi dengan
kedua belah pihak. Adanya komunikasi dua-arah yang lancar, akan membuat team
leader mampu mengantisipasi permasalahan bahkan sebelum muncul.
2. Mengadakan Pertemuan Rutin
Ada kemungkinan karyawan merasa segan untuk menyampaikan sesuatu secara
pribadi. Maka, pertemuan berkala adalah solusinya. Suatu permasalahan bisa
diselesaikan lebih cepat jika dipikirkan bersama-sama. Selain itu, para anggota tim
bisa saling mengenal satu sama lain.
3. Mengetahui Gaya Kerja dan Kepribadian Setiap Anggota Tim
Pemimpin yang efektif menyadari perbedaan masing-masing anggota tim, terutama
dalam bekerja. Sebagai contoh, ada karyawan yang senang dituntun dan diajari; ada
juga yang cukup mendapatkan instruksi dan mampu mencari jalannya sendiri.
Sebagai HR, Anda adalah orang pertama yang berkenalan dengan para karyawan.
Anda pun dapat membantu team leader jika ia membutuhkan data dan informasi
tentang karyawan, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan
sebagainya. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan karyawan yang produktif.
4. Mengizinkan Setiap Anggota Tim untuk Berpartisipasi
Sebagaimana disebutkan pada poin kedua, team leader harus lebih sensitif pada
aspirasi setiap anggota tim. Pastikan masing-masing karyawan mendapatkan waktu
yang seimbang untuk menyampaikan pendapatnya pada pertemuan rutin.
5. Memperhatikan Kinerja Anggota Tim
Key performance indicator yang jelas dan terukur membantu team leader dalam
mengevaluasi produktivitas anggota tim. Team leader juga dapat dibantu
oleh aplikasi HRIS seperti Gadjian yang mengintegrasikan manajemen absensi
karyawan dan payroll software. Sekiranya ada tunjangan atau potongan yang
berhubungan dengan kinerja karyawan, Anda sebagai HR pun dapat dengan mudah
menghitungnya. 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual
(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power
atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila
ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang
pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.

3.2 Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca
untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan.

Anda mungkin juga menyukai