Teresia Indah (5211221111)
PRODI AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Leading”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
maupun tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Maka dari itu kami menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Metode Penulisan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Definisi Leading………………………………………………………………………………………………………………………………2
2.3 Pendekatan…………………………………………………………………………………………………………………………………….4
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………….20
4.1 kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………....20
4.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………………20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leading (Kepemimpinan) merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok dalam masyarakat, baik itu keluarga,
perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, terdapat seseorang yang paling
berpengaruh dan dapat dikatakan sebagai pemimpin. Organisasi akan kurang efisien tanpa
pemimpin, bahkan tidak mampu mencapai tujuan yang ditentukan. Kepemipinan menghadapi
berbagai faktor dalam organisasi seperti struktur, tatanan, koalisi, kekuasaan dankondisi
lingkungan, disamping itu, kepemimpinan dapat menjadi alat pemecahan terhadap beberapa
persoalan dalam organisasi. Karena pentingnya kepemimpinan inilah, maka kepemimpinan
menjadi perhatian para ahli.
Dalam sejarah pertumbuhan peradaban manusia, banyak ditunjukkan bahwa salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan organisasi adalah kuat tidaknya
kepemimpinan. kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh sosok
pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali penentu arah yang hendak ditempuh oleh
suatu organisasi menuju tujuan yang hendak dicapai.
Leading (Kepemimpinan) perlu memadukan bebarapa konsep dan gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan kondisi keluarga, kelompok, masyrakat, organisasi ataupun lingkungan kerja agar
kepemimpinan yang ideal dapat tercapai. Perilaku pemimpin yang positif dan cukup ideal dapat
mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam
kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
PEMBAHASAN
2.1 Leading (Kepemimpinan)
A. Leading
a. Definisi Leading
Dalam keseharian kita, baik di lingkungan keluarga, sekolah, kampus, organisasi, hingga
pemerintahan kita selalu dengar kata pemimpin dan kepemimpinan. Dua kata ini
memiliki arti yang berbeda, pemimpin adalah seorang yang memimpin suatu organisasi
atau publik yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin yang wajib dimiliki
yang berfungsi untuk mengendalikan dan menjalankan upaya untuk mencapai tujuan.
Fungsi leading (kepemimpinan) ialah serangkaian proses yang digunakan agar setiap
anggota yang berada dalam perusahaan atau organisasi dapat bekerjasama dalam
mencapai tujuan atau sasaran perusahaan tersebut. Seorang Manajer harus dapat
menuntun, mengarahkan, menggerakkan, memotivasi dan mempengaruhi bawahan agar
dapat melakukan tugas-tugas yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan/sasaran
perusahaan.
Hal utama yang menjadi alasan pentingnya leadership dalam sebuah perusahaan
yakni lantaran seorang pemimpin mampu untuk membangun kerja sama antar tim.
Dengan begitu, maka kerja sama yang dibentuk nantinya akan tetap solid dan
mampu bekerja dengan baik dalam menghadapi masalah yang ada di perusahaan
itu sendiri.
Mengingat segala rintangan pasti akan dihadapi oleh perusahaan, maka seorang
pemimpin juga harus berperan penting dalam membantu mengatasi permasalahan
tersebut. Yakni dengan cara mencari solusi terbaik dengan menganalisa dan
melakukan perhitungan yang tepat untuk mencari jalan keluar dari rintangan yang
sedang dihadapi oleh perusahaan.
Bagi seorang leader, kepemimpinan yang baik bukan hanya menguntungkan bagi
sebuah kelompok maupun perusahaan saja. Namun, hal ini juga memiliki manfaat
penting bagi diri sendiri. Salah satunya yakni mampu meningkatkan kualitas pada
diri seorang leader. Dengan kemampuan leadership yang baik, maka seorang
leader juga akan memiliki sikap keuletan, kreativitas, kesabaran dan memiliki
mawas diri yang baik dalam mengarahkan maupun memberikan keputusan terbaik
pada tim.
Pentingnya leadership juga menjadi salah satu hal terpenting dalam menghadapi
sifat dan karakter yang berbeda pada setiap orang yang bekerja di perusahaan
yang dipimpin. Hal ini lantaran seorang leader mampu menjadi pelengkap dari
setiap sifat dan karakter yang dimiliki oleh karyawan di perusahaan tersebut.
Sehingga, sosok leader dikatakan sebagai penengah yang baik di antara perbedaan
tersebut.
c. Pendekatan
1. The Great Man Approach The great man approach (pendekatan manusia hebat)
Ini mengasumsikan bahwa para pemimpin sukses tidak dibuat tetapi dilahirkan
(Agarwal, 2020; Dziak, 2019). Pendekatan ini mengutamakan mentalitas bahwa
para pemimpin mewarisi keterampilan kepemimpinan bawaan (Benmira &
Agboola, 2021). Sejalan dengan teori ini, seseorang bisa dilahirkan menjadi
pemimpin atau tidak. Keyakinan inti dari teori manusia hebat (the great man
approach) adalah pemimpin dilahirkan, tidak dibuat atau dilatih (Demirtas & Karaca,
2020). Di sisi lain sangat jarang, individu memiliki karakteristik unik untuk menjadi
pemimpin yang efektif dan mencapai kebesaran dengan desa inilahi (Dziak, 2019).
Contohnya adalah sering diambil dari tokoh sejarah populer seperti Julius Caesar,
Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln dan Napoleon Bonaparte (Northouse, 2021).
Pemimpin yang dilahirkan secara alami dengan bawaan karakteristik
kepemimpinan, yang memungkinkan mereka untuk memimpin individu. Teori
manusia hebat kemudian berkembang menjadi teori sifat. Teori-teori sifat
berpendapat bahwa para pemimpin dapat dilahirkan atau dibuat atau diwarisi
(Northouse, 2021; Dziak, 2019).
Ini juga dikenal sebagai teori transformasional yang memfokuskan pada hubungan
yang dikembangkan antara pemimpin dan bawahan mereka (Agarwal, 2020;
Northouse, 2021; Yurii et al., 2018). Pemimpin transformasional menginspirasi
bawahan mereka dengan memotivasi mereka untuk melakukan aktifitasnya dengan
menyadari pentingnya tugas yang ada. Para pemimpin ini memiliki standar moral
yang tinggidan ingin bawahan mereka mencapai puncak potensi mereka. Untuk
pertama kalinya, diakui bahwa fokus pada satu aspek atau dimensi kepemimpinan
tidak dapat mengatasi semua kompleksitas fenomena (Benmira & Agboola, 2021).
Di dunia yang menjadi lebih kompleks dan menantang, muncul kebutuhan untuk
teori kepemimpinan yang mendukung keadaan perubahan yang cepat, inovasi
teknologi yang mengganggu dan meningkatnya globalisasi. Ini mengarah pada era
kepemimpinan baruyang mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan yang
searah dari atas kebawah atau dari pimpinan kebawahan yang mempengaruhi
proses dan menunjukkan garis komando yang berbeda antara pemimpin 27 dan
bawahannya (Demirtas & Karaca, 2020). Kepemimpinan transformasional adalah
teori di mana para pemimpin mendorong, menginspirasi, dan memotivasi pengikut.
Teori ini digunakan ketika sebuah organisasi perlu direvitalisasi, sedang mengalami
perubahan yang signifikan atau membutuhkan arah baru. Kepemimpinan
transformasional penting terutama untuk menghadapi perubahan lingkungan industri
teknologi yang serba cepat dewasa ini dimana inovasi dan kelincahan dapat
membuat atau menghancurkan organisasi. Kepemimpinan transformasional
menuntut seorang pemimpin sejati harus memiliki kemampuan untuk memurnikan
etika, kepercayaan, dan persyaratan bawahannya menjadi sebuah visi, dan
kemudian membimbing mereka untuk mengejar visi itu. Peran pemimpin
transformasional tidak hanya memberi inspirasi namun harus hadir dan bersedia
untuk meyakinkan dan membimbing bawahan hingga mereka dapat mencapai visi
mereka. Pemimpin transformasional adalah seseorang yang menginspirasi pengikut
untuk mencapai hasil yang luar biasa. Contoh para pemimpin transformasional
termasuk orang-orang seperti Jeff Bezos, Steve Job dan Bill Gates (Northouse, 2021).
Ini mempromosikan gagasan bahwa para pemimpin hebat tidak dilahirkan tetapi
dibuat (Agarwal, 2020; Benmira & Agboola, 2021). Para pemimpin perilaku
lebih berkonsentrasi pada tindak andari keadaan internal. Sejalan dengan teori ini,
siapa pun dapat menjadi pemimpin yang hebat. Teori perilaku berkembang dari
teori sifat dan menegaskan bahwa sebagian besar pemimpin dibuat, bukan lahir
dan perilaku tertentu dapat dipelajari untuk memastikan kepemimpinan yang efektif.
Ini memberi penekanan pada perilaku aktual pemimpin dan bukan pada sifat atau
karakteristik mereka, tetapi sebagian besar mengabaikan situasi dan lingkungan
pemimpin. Penelitian di bidang ini menghasilkan pola perilaku yang berbeda yang
dikelompokkan bersama dan diberi label sebagai 28 gaya kepemimpinan yang lazim di
dalam pelatihan manajemen dengan pengembangan keterampilan dan perilaku
kepemimpinan. Sebagai contoh teori yang paling terkenal adalah Grid Manajerial
Blake dan Mouton. Dengan demikian mendukung keyakinan bahwa kepemimpinan
sebagian besar diperileh dari proses belajar (Northouse, 2021).
Ini juga dapat disebut sebagai teori transaksional yang memfokuskan pada
organisasi, kinerja dan pengawasan kelompok (Agarwal, 2020). Sistem penghargaan
dan hukuman sangat diutamakan dalam teori ini. Sebagian besar organisasi dan
bisnis berlatih teori manajemen, ketika karyawan berhasil, mereka dihargai, ketika
mereka gagal, hukuman dijatuhkan. Kepemimpinan transaksional bergantung pada
wewenang untuk memotivasi karyawan. Pemimpin memberikan penghargaan atas
prestasi bawahan dan menghukum setiap bawahan yang gagal dalam mencapai
tujuan mereka (Benmira & Agboola, 2021). Dalam konteks ini, persepsi bawahan
tentang keadilan dan kesetaraan pertukaran dengan pemimpin sangat penting.
Kepemimpinan transaksional bekerja paling baik dalam organisasi yang sudah
memiliki struktur dan tujuan yang jelas. Contoh kepemimpinan transaksional dimana
pemimpin termasuk manajer, yang cenderungfokus pada pengawasan, proses dan
kinerja bawahan.Visi kepemimpinan transaksional didasarkan pada transaksi antara
pemimpin dan bawahnnya. Menurut teori kepemimpinan transaksional, hubungan
antara pemimpin dan bawahan hanyalah merupakan rantai transaksi. Akar gaya
kepemimpinan ini adalah hadiah, penalti, pertukaran ekonomi, pertukaran emosional
dan jasmani dan transaksi lainnya. Untuk memahami gaya kepemimpinan ini
dengan cara yang sederhana, hanya perlu berpikir seperti pemimpin memimpin
organisasi dan memberitahu bawahan apa tugas mereka karena pemimpin mendapat
gaji untuk itu. Jika bawahan menanggapi tugas mereka secara efektif dan efisien,
maka mereka akan mendapatkan penghargaan atau hadiah dan demikian pula
sebaliknya akan mendapatkan hukuman. Beginilah cara seorang pemimpin
transaksional memimpin kelompok atau bawahannya (Northouse, 2021).30
Di mana variabel situasional adalah dasar dari setiap tindakan yang diambil
(Agarwal, 2020). Sebagai contoh ketika seorang pemimpin adalah orang yang
paling dianggap berpengalaman, maka pemimpin berada dalam posisi
mengantisipasi berbagai perubahan situasi lingkungan yang terjadi. Gaya
kepemimpinan yang berbeda dapat diterapkan pada situasi yang berbeda (Benmira
& Agboola, 2021; Northouse, 2021). Kemudian diakui bahwa lingkungan
memainkan peran penting dalam hubungan antara pemimpin dan pengikut yang
dinamis dan kepercayaan ini mendominasi era kepemimpinan situasional yang
memfokuskan pada kepemimpinan dalam situasi tertentu, bukan pada sifat atau
perilaku para pemimpin.
Di mana teori ini memfokuskan pada variabel yang terkait lingkungan yang
menentukan gaya kepemimpinan yang paling sesuai dengan situasi (Agarwal,
2020; Frankel, 2019). Pendekatan ini juga mengutamakan gagasan bahwa tidak ada
gaya kepemimpinan yang terbaik dimana kesuksesan didasarkan pada berbagai
variabel yang mempengaruhi organisasi, bawahan dan jenis situasi (Benmira &
Agboola, 2021; Northouse, 2021). Ini menyiratkan bahwa para pemimpin harus dapat
menilai konteks di mana mereka beroperasi dan kemudian memutuskan gaya apa
yang paling sesuai untuk diterapkan pada situasi terbaik (Frankel, 2019). Karena
gaya terbaik tergantung pada situasi, pendekatan ini dikenal sebagai teori kontingensi
kepemimpinan. Fred Fiedler mengembangkan salah satu teori kepemimpinan
kontingensi pertama. Teorinya berfokus pada pentingnya konteks dalam
kepemimpinan yang efektif dan mendukung keyakinan bahwa tidak ada satu set
sifat atau perilaku kepemimpinan terbaik. Namun, Fiedler menilai bahwa karena
gaya seorang pemimpin sudah diperbaiki, mereka harus diletakkan kedalam
situasi yang 31 paling cocok dengan gaya mereka. Dengan kata lain, efektivitas
sebagai seorang pemimpin ditentukan oleh seberapa baik gaya kepemimpinan mereka
sesuai dengan konteks tertentu (Kukenberger & D’Innocenzo, 2020).
B. Proses leading
Proses leading adalah salah satu tahap dalam fungsi kepemimpinan yang melibatkan
mengarahkan, memotivasi, dan menginspirasi anggota tim atau organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam proses leading:
4) Membina komunikasi yang efektif, Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam
proses leading. Seorang pemimpin harus menguasai keterampilan komunikasi
baik secara lisan maupun tulisan, serta dapat mendengarkan dengan seksama.
Komunikasi yang baik dapat membantu memperjelas arahan, memotivasi anggota
tim, dan memperbaiki hubungan antara pemimpin dan anggota tim.
6) Menghadapi konflik, adalah bagian dari dinamika tim atau organisasi. Seorang
pemimpin harus mampu menghadapi konflik dengan bijaksana dan mengelolanya
secara efektif. Ini melibatkan mengidentifikasi sumber konflik, mendengarkan
berbagai perspektif, mencari solusi yang adil, dan memfasilitasi dialog konstruktif
antara anggota tim.
D. Gaya Kepemimpinan
Menurut Thoha (2013:49) bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat. Dalam artian, gaya kepemimpinan yang digunakan
pimpinan tersebut digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai. Dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan didalam memimpin suatu organisasi.
1) Kepemimpinan Demokratis
2) Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan strategis menempatkan dirinya antar tugas atau tujuan yang
harus dicapai dan kesempatan untuk berkembang dari tugas yang diberikan.
Pemimpin seperti ini akan berusaha mengimbangi dan memastikan bahwa kondisi
kerja setiap orang tetap kondusif dan stabil.
5) Kepemimpinan Transaksional
6) Kepemimpinan Transformasional
7) Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin dengan gaya karismatik yaitu bisa menggerakan masa atau tim yang
dipimpinnya secara alami untuk menggapai tujuannya. Umumnya karisma
seseorang terbentuk dari lingkungan dimana orang tersebut tumbuh dan nilai-nilai
sosial yang dianggap penting olehnya. Pemimpin karismatik bisa dibilang natural
born leader. Sulit rasanya untuk mengubah seseorang pemimpin dengan gaya lain
menjadi pemimpin yang berkarismatik.
8) Kepemimpinan Birokrasi
E. Pemecahan masalah
4) Mencari solusi yang inovatif: Pemimpin harus mencari solusi yang inovatif dan
kreatif dalam menghadapi masalah. Pemimpin harus berpikir di luar kotak dan
mempertimbangkan berbagai opsi solusi yang mungkin, termasuk mencari
pendekatan baru atau menggabungkan berbagai ide untuk menghadapi masalah
dengan cara yang efektif dan efisien.
5) Melibatkan tim atau anggota organisasi: Pemimpin harus melibatkan tim atau
anggota organisasi dalam proses pemecahan masalah. Menggali masukan dan
perspektif dari anggota tim atau organisasi dapat membantu mengidentifikasi
solusi yang lebih baik dan memperoleh dukungan dari mereka dalam menghadapi
masalah. Melibatkan tim juga dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap
solusi yang ditemukan.
F. Pengambilan Keputusan
1) Pengambilan keputusan
proses pemecahan masalah yang menghalangi atau menghambat tercapainya
tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu harus dikenali apa
masalahnya.
3) Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang
dapat memberikan manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan
cara yang paling efektif dan efisien.
4) Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk
tindakan. pelaksanaan harus sesuai dengan rencana, agar tujuan memecahkan
masalh dapat tercapai.
5) Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan
telah selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
1) Keputusan strategis
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan
perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang. Keputusan ini
diambil oleh manajemen atas. Keputusan Strategis mengandung karakteristik
khusus yang membedakan keputusan strategis dengan keputusan keputusan
yang lain. Tujuannya untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan
kompetitif jangka panjang dapat tercapai.
2) Keputusan administratif/Tatik
3) Keputusan operasional
STUDY KASUS
Contoh Kasus
Kasus kepemimpinan yang akan saya bahas kali ini adalah studi kasus tentang
kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati.
SMI lahir di Bandar Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum menjabat sebagai Menteri
Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat
ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998.
Pada 5 Desember 2005, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan
Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai
Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat
diperbincangkan berkaitan dengan kasus Bank Century.
Di tengah penyelidikan kasus tersebut tiba-tiba Bank Dunia menunjuknya sebagai
Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama
yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang membawahi 70 lebih
negara.SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi
dan good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi
di Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal
departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal
yang lebih baik di masa depan. SMI juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari
pajak selama kepemimpinannya.
Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor pokok
wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari
perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang
berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang
dihasilkan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan
ekonomi nasional. SMI juga berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah
melalui desentralisasi fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang
terlambat membelanjakan anggaran. Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada
daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan
penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK.
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian keuangan yang
dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional.
Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-negara
maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam forum G-20. Ada beberapa
forum dalam lingkup G-20 yang merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh
prakarsa Sri Mulyani, seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.
Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas
dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh
struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan
membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi,
misalnya keputusan menyelamatkan Bank Century.
Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan
salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis. “Di dalam
pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi
makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikator-indikator yang mudah dilihat maupun
yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata Sri Mulyani.
“Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian
Keuangan,” tambahnya lagi.
Kalangan ekonom menilai pengunduran diri SMI sebagai Menteri Keuangan menyusul
posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia merupakan solusi terbaik di tengah
tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras SMI didukung oleh para
pegawainya.
Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah
melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan
intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi
governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan
yang tidak baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah banyak
reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada
percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran,
pengelolaannya dan juga reportingnya.
Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin
transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki
integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN
(kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi
yang ada yang sudah berjalan bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara
melakukan pembaharuan dan reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan
departemen terkait lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra
KKN.
SMI juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses reformasi
birokrasi (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen keuangan tetapi
menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong setiap daerah agar
menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah yang
terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia
mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin
departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri
keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang
sangat membanggakan bangsa Indonesia.
SMI menjalankan gaya kepemimpinan yang transaksional dan transformasional pada saat
yang bersamaan selama masa kepemimpinannya. Kepemimpinan transaksionalnya
terlihat pada saat dia menekankan agar pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan
melayani publik dan dia juga memberikan peningkatan remunerasi sebagai imbalannya,
sedangkan untuk kepemimpinan transformasionalnya saat dia melakukan pembaharuan
dan reformasi birokrasi didepartemen-departemen yang dipimpinnya, dia memberikan
contoh tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak buahnya menjadi
lebih baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia menginspirasi orang
banyak untuk mempertahankan inegritas dan etika yang baik sebagai pejabat publik.
SMI juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai
pemimpin yang efektif; seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang
jelas, berani membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan
rewards dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang
diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak
lagi kualitas lainnya.
Dari segi kompetensi inti atau skill, SMI memiliki intelektualitas dan pengalaman
dibidang perekonomian dan dunia internasional yang sangat baik bahkan diakui oleh
pihak internasional serta memiliki kemampuan konseptual yang baik.
Kesimpulan
SMI adalah salah satu wanita dengan gaya kepemimpinan yang baik. SMI memiliki
integritas dan kualitas yang mampu membawanya hingga ke Bank Dunia. Dengan
kemampuan dan ilmu yang dimilikinya, SMI mampu menjadi pemimpin yang berkualitas
dan juga disegani oleh para bawahannya. SMI memenuhi beberapa teori kepemimpinan
yang ada, yaitu :
1. Trait Theory:
Pemimpin memiliki ciri-ciri kepribadian & karaktek yang berbeda dengan orang
kebanyakan.
SMI memiliki karakteristik yang kuat, tegas dan juga kharismatik yang banyak membuat
orang lain berdecak kagum melihat berbagai prestasinya di bidang ekonomi.
2. Situational Theory:
Kepemimpian dipengaruhi oleh situasi dimana faktor-faktor tertentu dari situasi
menentukan ciri-ciri pemimpin yang sesuai untuk situasi tersebut.
SMI mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang bijak dan cerdas yang
membuatnya di segani oleh bawahannnya dan juga tokoh lain di bidang yang sama
dengannya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran