Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH LEADING

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen”

Dosen Pengampu : Aam Rachmat Mulyana, SE., MM.

Disusun Oleh : Kelompok 3

Putri Shafira zahrani (5211221093)

Dinda Galih Kusumawati (5211221096)

Fauzia Fadilla Anazemi (5211221098)

Muhammad Dhiwa Satriazka (5211221104)

Devina Nur Fitriani (5211221108)

Riska Amalia Nur Khasanah (5211221109)

Teresia Indah (5211221111)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Leading”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
maupun tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Maka dari itu kami menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Cimahi, 5 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Metode Penulisan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Definisi Leading………………………………………………………………………………………………………………………………2

2.2 Peran Leading…………………………………………………………………………………………………………………………………3

2.3 Pendekatan…………………………………………………………………………………………………………………………………….4

2.4 Proses leading………………………………………………………………………………………………………………………………..8

2.5 Jenis-jenis teori kepemimpinan………………………………………………………………………………………………………9

2.6 Gaya Kepemimpinan…………………………………………………………………………………………………………………….10

2.7 Pemecahan masalah…………………………………………………………………………………………………………………….13

2.8 Pengambilan Keputusan……………………………………………………………………………………………………………….14

2.9 Jenis pengambilan keputusan………………………………………………………………………………………………………15

BAB III STUDY KASUS……………………………………………………………………………………………………………..17


3.1 Contoh Kasus…………………………………………………………………………………………………………………………….…17

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………….20
4.1 kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………....20

4.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………………20
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leading (Kepemimpinan) merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok dalam masyarakat, baik itu keluarga,
perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, terdapat seseorang yang paling
berpengaruh dan dapat dikatakan sebagai pemimpin. Organisasi akan kurang efisien tanpa
pemimpin, bahkan tidak mampu mencapai tujuan yang ditentukan. Kepemipinan menghadapi
berbagai faktor dalam organisasi seperti struktur, tatanan, koalisi, kekuasaan dankondisi
lingkungan, disamping itu, kepemimpinan dapat menjadi alat pemecahan terhadap beberapa
persoalan dalam organisasi. Karena pentingnya kepemimpinan inilah, maka kepemimpinan
menjadi perhatian para ahli.
Dalam sejarah pertumbuhan peradaban manusia, banyak ditunjukkan bahwa salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan organisasi adalah kuat tidaknya
kepemimpinan. kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh sosok
pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali penentu arah yang hendak ditempuh oleh
suatu organisasi menuju tujuan yang hendak dicapai.
Leading (Kepemimpinan) perlu memadukan bebarapa konsep dan gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan kondisi keluarga, kelompok, masyrakat, organisasi ataupun lingkungan kerja agar
kepemimpinan yang ideal dapat tercapai. Perilaku pemimpin yang positif dan cukup ideal dapat
mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam
kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa definisi kepemimpinan?
2. Peran apa saja yand dilakukan oleh seorang leading ?
3. Apa saja jenis-jenis teori yang mencangkup leading?

1.3 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah penulis menggunakan metode penulisan literatur yaitu dengan
mengkaji buku, jurnal, karya tulis, dan website sebagai acuan yang sesuai dengan pembahasan.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Leading (Kepemimpinan)
A. Leading
a. Definisi Leading

Leading (kepemimpinan) merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan


bagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi. Leading dikemukan oleh Louis A. Allen (1958). Istilah leading dirumuskan
sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh manajer yang menyebabkan orang lain bertindak.

Dalam keseharian kita, baik di lingkungan keluarga, sekolah, kampus, organisasi, hingga
pemerintahan kita selalu dengar kata pemimpin dan kepemimpinan. Dua kata ini
memiliki arti yang berbeda, pemimpin adalah seorang yang memimpin suatu organisasi
atau publik yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin yang wajib dimiliki
yang berfungsi untuk mengendalikan dan menjalankan upaya untuk mencapai tujuan.

Fungsi leading (kepemimpinan) ialah serangkaian proses yang digunakan agar setiap
anggota yang berada dalam perusahaan atau organisasi dapat bekerjasama dalam
mencapai tujuan atau sasaran perusahaan tersebut. Seorang Manajer harus dapat
menuntun, mengarahkan, menggerakkan, memotivasi dan mempengaruhi bawahan agar
dapat melakukan tugas-tugas yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan/sasaran
perusahaan.

Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan pun, seorang pemimpin harus memiliki


kemampuan untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi para anggotanya yang
bertujuan agar bisa membuat kinerja para anggotanya meningkat dan tentunya juga harus
memiliki sikap yang tegas terhadap para anggotanya.

Menurut J. Oswald Sanders, dalam Winarto (2005:4), kepemimpin adalah pengaruh.


Arsana (1997:3) memberikan definisi, bahwa kepemimpinan adalah "suatu seni
mempengaruhi orang lain untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditetapkan".
Kepemimpinan adalah "proses mempegaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan" (Rauch & Behling dalam Yukl, 1994:2). Dari
pengertian tersebut kita dapat mengetahui bahwa leading berfungsi untuk mempengaruhi
orang lain agar suatu target atau tujuan dapat tercapai.
b. Peran Leading

leadIing memiliki peranan penting dalam tumbuh kembangnya perusahaan yang


dipimpin. Apalagi dalam hal ini, keberadaan seorang leader memiliki alasan penting
seperti berikut ini :

1) Mampu membangun kerja sama antar tim

Hal utama yang menjadi alasan pentingnya leadership dalam sebuah perusahaan
yakni lantaran seorang pemimpin mampu untuk membangun kerja sama antar tim.
Dengan begitu, maka kerja sama yang dibentuk nantinya akan tetap solid dan
mampu bekerja dengan baik dalam menghadapi masalah yang ada di perusahaan
itu sendiri.

2) Berkembangnya rintangan yang dihadapi perusahaan

Mengingat segala rintangan pasti akan dihadapi oleh perusahaan, maka seorang
pemimpin juga harus berperan penting dalam membantu mengatasi permasalahan
tersebut. Yakni dengan cara mencari solusi terbaik dengan menganalisa dan
melakukan perhitungan yang tepat untuk mencari jalan keluar dari rintangan yang
sedang dihadapi oleh perusahaan.

3) Mampu meningkatkan kualitas diri sendiri

Bagi seorang leader, kepemimpinan yang baik bukan hanya menguntungkan bagi
sebuah kelompok maupun perusahaan saja. Namun, hal ini juga memiliki manfaat
penting bagi diri sendiri. Salah satunya yakni mampu meningkatkan kualitas pada
diri seorang leader. Dengan kemampuan leadership yang baik, maka seorang
leader juga akan memiliki sikap keuletan, kreativitas, kesabaran dan memiliki
mawas diri yang baik dalam mengarahkan maupun memberikan keputusan terbaik
pada tim.

4) Adanya sifat dan karakter yang berbeda pada setiap orang

Pentingnya leadership juga menjadi salah satu hal terpenting dalam menghadapi
sifat dan karakter yang berbeda pada setiap orang yang bekerja di perusahaan
yang dipimpin. Hal ini lantaran seorang leader mampu menjadi pelengkap dari
setiap sifat dan karakter yang dimiliki oleh karyawan di perusahaan tersebut.
Sehingga, sosok leader dikatakan sebagai penengah yang baik di antara perbedaan
tersebut.
c. Pendekatan

1. The Great Man Approach The great man approach (pendekatan manusia hebat)

Ini mengasumsikan bahwa para pemimpin sukses tidak dibuat tetapi dilahirkan
(Agarwal, 2020; Dziak, 2019). Pendekatan ini mengutamakan mentalitas bahwa
para pemimpin mewarisi keterampilan kepemimpinan bawaan (Benmira &
Agboola, 2021). Sejalan dengan teori ini, seseorang bisa dilahirkan menjadi
pemimpin atau tidak. Keyakinan inti dari teori manusia hebat (the great man
approach) adalah pemimpin dilahirkan, tidak dibuat atau dilatih (Demirtas & Karaca,
2020). Di sisi lain sangat jarang, individu memiliki karakteristik unik untuk menjadi
pemimpin yang efektif dan mencapai kebesaran dengan desa inilahi (Dziak, 2019).
Contohnya adalah sering diambil dari tokoh sejarah populer seperti Julius Caesar,
Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln dan Napoleon Bonaparte (Northouse, 2021).
Pemimpin yang dilahirkan secara alami dengan bawaan karakteristik
kepemimpinan, yang memungkinkan mereka untuk memimpin individu. Teori
manusia hebat kemudian berkembang menjadi teori sifat. Teori-teori sifat
berpendapat bahwa para pemimpin dapat dilahirkan atau dibuat atau diwarisi
(Northouse, 2021; Dziak, 2019).

2. Trait Approach Trait approach (pendekatan sifat)

Di mana pendekatan ini mengutamakan konsep kepemimpinan bawaan atau


kepemimpinan yang didasarkan pada sifat atau karakteristik kepemimpinan yang
dimilikinya (Agarwal, 2020; Northouse, 2021). Hal ini berarti bahwa seorang
pemimpin yang sukses harus mewarisi kualitas tertentu guna menghasilkan
kesuksesan. Pada tahun 1930-1940 an, penelitian tentang kepemimpinan berfokus
pada karakteristik bawaan seorang 26 pemimpin dan tentang mengidentifikasi sifat-
sifat kepribadian dan kualitas pemimpin yang efektif diperoleh melalui pelatihan dan
praktik. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kombinasi karakteristik yang
tepat yang menjadi pemimpin dan fokus yang efektif adalah tentang mempelajari
sifat-sifat mental, sosial dan fisik pemimpin bawaan (Benmira & Agboola, 2021;
Demirtas & Karaca, 2020). Namun, serangkaian sifat yang konsisten tidak diproduksi
dan pada tahun 1950 pendekatan ini ditinggalkan. Dewasa ini digunakan alat
psikometrik sebagai contoh dari prinsip teori sifat yang sering digunakan dalam
proses seleksi perekrutan karyawan baru. Alat ini menyoroti sifat-sifat kepribadian
utama dan digunakan untuk menggambarkan kepemimpinan individu dan
pengembangan tim (Lord et al., 2017).
3. D. Relationship Approach Relationship approach (pendekatan hubungan)

Ini juga dikenal sebagai teori transformasional yang memfokuskan pada hubungan
yang dikembangkan antara pemimpin dan bawahan mereka (Agarwal, 2020;
Northouse, 2021; Yurii et al., 2018). Pemimpin transformasional menginspirasi
bawahan mereka dengan memotivasi mereka untuk melakukan aktifitasnya dengan
menyadari pentingnya tugas yang ada. Para pemimpin ini memiliki standar moral
yang tinggidan ingin bawahan mereka mencapai puncak potensi mereka. Untuk
pertama kalinya, diakui bahwa fokus pada satu aspek atau dimensi kepemimpinan
tidak dapat mengatasi semua kompleksitas fenomena (Benmira & Agboola, 2021).
Di dunia yang menjadi lebih kompleks dan menantang, muncul kebutuhan untuk
teori kepemimpinan yang mendukung keadaan perubahan yang cepat, inovasi
teknologi yang mengganggu dan meningkatnya globalisasi. Ini mengarah pada era
kepemimpinan baruyang mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan yang
searah dari atas kebawah atau dari pimpinan kebawahan yang mempengaruhi
proses dan menunjukkan garis komando yang berbeda antara pemimpin 27 dan
bawahannya (Demirtas & Karaca, 2020). Kepemimpinan transformasional adalah
teori di mana para pemimpin mendorong, menginspirasi, dan memotivasi pengikut.
Teori ini digunakan ketika sebuah organisasi perlu direvitalisasi, sedang mengalami
perubahan yang signifikan atau membutuhkan arah baru. Kepemimpinan
transformasional penting terutama untuk menghadapi perubahan lingkungan industri
teknologi yang serba cepat dewasa ini dimana inovasi dan kelincahan dapat
membuat atau menghancurkan organisasi. Kepemimpinan transformasional
menuntut seorang pemimpin sejati harus memiliki kemampuan untuk memurnikan
etika, kepercayaan, dan persyaratan bawahannya menjadi sebuah visi, dan
kemudian membimbing mereka untuk mengejar visi itu. Peran pemimpin
transformasional tidak hanya memberi inspirasi namun harus hadir dan bersedia
untuk meyakinkan dan membimbing bawahan hingga mereka dapat mencapai visi
mereka. Pemimpin transformasional adalah seseorang yang menginspirasi pengikut
untuk mencapai hasil yang luar biasa. Contoh para pemimpin transformasional
termasuk orang-orang seperti Jeff Bezos, Steve Job dan Bill Gates (Northouse, 2021).

4. Behavior Approach Behavior approach (pendekatan perilaku)

Ini mempromosikan gagasan bahwa para pemimpin hebat tidak dilahirkan tetapi
dibuat (Agarwal, 2020; Benmira & Agboola, 2021). Para pemimpin perilaku
lebih berkonsentrasi pada tindak andari keadaan internal. Sejalan dengan teori ini,
siapa pun dapat menjadi pemimpin yang hebat. Teori perilaku berkembang dari
teori sifat dan menegaskan bahwa sebagian besar pemimpin dibuat, bukan lahir
dan perilaku tertentu dapat dipelajari untuk memastikan kepemimpinan yang efektif.
Ini memberi penekanan pada perilaku aktual pemimpin dan bukan pada sifat atau
karakteristik mereka, tetapi sebagian besar mengabaikan situasi dan lingkungan
pemimpin. Penelitian di bidang ini menghasilkan pola perilaku yang berbeda yang
dikelompokkan bersama dan diberi label sebagai 28 gaya kepemimpinan yang lazim di
dalam pelatihan manajemen dengan pengembangan keterampilan dan perilaku
kepemimpinan. Sebagai contoh teori yang paling terkenal adalah Grid Manajerial
Blake dan Mouton. Dengan demikian mendukung keyakinan bahwa kepemimpinan
sebagian besar diperileh dari proses belajar (Northouse, 2021).

5. Participative Approach Participation approach (pendekatan partisipasi)

Ini mempertimbangkan berbagai masukan dari rekan-rekannya dengan menetapkan


gaya kepemimpinan yang ideal dan mendefinisikannya (Agarwal, 2020; Eliot, 2020).
Pendekatan ini mengedepankan inklusi dari anggota dengan membuat mereka merasa
relevan dan penting terutama dalam pengambilan keputusan (Benmira & Agboola,
2021; Thompson & Matkin, 2020). Namun demikian para pemimpin memiliki
hak untuk menolak masukan dari anggota mana pun. Kepemimpinan partisipatif
mengacu pada para pemimpin yang menggunakan pendekatan demokratis untuk
keterlibatan tim. Para pemimpin partisipatif memberi bawahan kesempatan untuk
mengekspresikan kreativitas mereka dengan memberikan masukan atau saran untuk
mengatasi suatu situasi (Eliot, 2020). Ini sangat kontras dengan kepemimpinan
otoritatif, di mana semua keputusan bergantung pada pemimpin. Di bawah
kepemimpinan partisipatif, pemimpin memberdayakan bawahan mereka dan
menjadikan mereka bagian dari proses pengambilan keputusan. Akibatnya,
bawahan merasa dihargai dan mengabdikan diri dengan sepenuh hati kepada
organisasi. Para pemimpin partisipatif dapat memotivasi bawahan mereka dan
mendapatkan kinerja yang lebih baik dari mereka. Kepemimpinan ini membantu
mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif (Eliot, 2020; Northouse, 2021).

6. Management Approach Management approach (pendekatan manajemen)

Ini juga dapat disebut sebagai teori transaksional yang memfokuskan pada
organisasi, kinerja dan pengawasan kelompok (Agarwal, 2020). Sistem penghargaan
dan hukuman sangat diutamakan dalam teori ini. Sebagian besar organisasi dan
bisnis berlatih teori manajemen, ketika karyawan berhasil, mereka dihargai, ketika
mereka gagal, hukuman dijatuhkan. Kepemimpinan transaksional bergantung pada
wewenang untuk memotivasi karyawan. Pemimpin memberikan penghargaan atas
prestasi bawahan dan menghukum setiap bawahan yang gagal dalam mencapai
tujuan mereka (Benmira & Agboola, 2021). Dalam konteks ini, persepsi bawahan
tentang keadilan dan kesetaraan pertukaran dengan pemimpin sangat penting.
Kepemimpinan transaksional bekerja paling baik dalam organisasi yang sudah
memiliki struktur dan tujuan yang jelas. Contoh kepemimpinan transaksional dimana
pemimpin termasuk manajer, yang cenderungfokus pada pengawasan, proses dan
kinerja bawahan.Visi kepemimpinan transaksional didasarkan pada transaksi antara
pemimpin dan bawahnnya. Menurut teori kepemimpinan transaksional, hubungan
antara pemimpin dan bawahan hanyalah merupakan rantai transaksi. Akar gaya
kepemimpinan ini adalah hadiah, penalti, pertukaran ekonomi, pertukaran emosional
dan jasmani dan transaksi lainnya. Untuk memahami gaya kepemimpinan ini
dengan cara yang sederhana, hanya perlu berpikir seperti pemimpin memimpin
organisasi dan memberitahu bawahan apa tugas mereka karena pemimpin mendapat
gaji untuk itu. Jika bawahan menanggapi tugas mereka secara efektif dan efisien,
maka mereka akan mendapatkan penghargaan atau hadiah dan demikian pula
sebaliknya akan mendapatkan hukuman. Beginilah cara seorang pemimpin
transaksional memimpin kelompok atau bawahannya (Northouse, 2021).30

7. Situational Approach Situational approach (pendekatan situasi)

Di mana variabel situasional adalah dasar dari setiap tindakan yang diambil
(Agarwal, 2020). Sebagai contoh ketika seorang pemimpin adalah orang yang
paling dianggap berpengalaman, maka pemimpin berada dalam posisi
mengantisipasi berbagai perubahan situasi lingkungan yang terjadi. Gaya
kepemimpinan yang berbeda dapat diterapkan pada situasi yang berbeda (Benmira
& Agboola, 2021; Northouse, 2021). Kemudian diakui bahwa lingkungan
memainkan peran penting dalam hubungan antara pemimpin dan pengikut yang
dinamis dan kepercayaan ini mendominasi era kepemimpinan situasional yang
memfokuskan pada kepemimpinan dalam situasi tertentu, bukan pada sifat atau
perilaku para pemimpin.

8. Contingency Approach Contingency approach (pendekatan kontingensi)

Di mana teori ini memfokuskan pada variabel yang terkait lingkungan yang
menentukan gaya kepemimpinan yang paling sesuai dengan situasi (Agarwal,
2020; Frankel, 2019). Pendekatan ini juga mengutamakan gagasan bahwa tidak ada
gaya kepemimpinan yang terbaik dimana kesuksesan didasarkan pada berbagai
variabel yang mempengaruhi organisasi, bawahan dan jenis situasi (Benmira &
Agboola, 2021; Northouse, 2021). Ini menyiratkan bahwa para pemimpin harus dapat
menilai konteks di mana mereka beroperasi dan kemudian memutuskan gaya apa
yang paling sesuai untuk diterapkan pada situasi terbaik (Frankel, 2019). Karena
gaya terbaik tergantung pada situasi, pendekatan ini dikenal sebagai teori kontingensi
kepemimpinan. Fred Fiedler mengembangkan salah satu teori kepemimpinan
kontingensi pertama. Teorinya berfokus pada pentingnya konteks dalam
kepemimpinan yang efektif dan mendukung keyakinan bahwa tidak ada satu set
sifat atau perilaku kepemimpinan terbaik. Namun, Fiedler menilai bahwa karena
gaya seorang pemimpin sudah diperbaiki, mereka harus diletakkan kedalam
situasi yang 31 paling cocok dengan gaya mereka. Dengan kata lain, efektivitas
sebagai seorang pemimpin ditentukan oleh seberapa baik gaya kepemimpinan mereka
sesuai dengan konteks tertentu (Kukenberger & D’Innocenzo, 2020).

B. Proses leading

Proses leading adalah salah satu tahap dalam fungsi kepemimpinan yang melibatkan
mengarahkan, memotivasi, dan menginspirasi anggota tim atau organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam proses leading:

1) Membangun hubungan yang kuat, Seorang pemimpin harus membangun


hubungan yang kuat dengan anggota tim atau organisasi. Ini melibatkan
memahami kebutuhan, harapan, dan motivasi individu, serta berkomunikasi
secara efektif dan mendengarkan dengan empati. Dengan membangun hubungan
yang baik, seorang pemimpin dapat memperoleh kepercayaan dan dukungan dari
anggota tim, yang dapat meningkatkan kinerja dan komitmen mereka.

2) Memberikan arahan dan tujuan, Seorang pemimpin harus memberikan arahan


yang jelas dan tujuan yang terukur kepada anggota tim atau organisasi. Hal ini
melibatkan menyampaikan ekspektasi yang jelas tentang apa yang diharapkan
dari setiap anggota tim, serta menggambarkan visi dan misi organisasi secara
komprehensif. Dengan memberikan arahan yang jelas, seorang pemimpin dapat
membantu anggota tim untuk mengarahkan upaya mereka dalam mencapai tujuan
bersama.

3) Memotivasi dan menginspirasi, Seorang pemimpin harus memotivasi dan


menginspirasi anggota tim atau organisasi untuk bekerja secara maksimal. Ini
melibatkan memberikan dukungan, pengakuan, dan penghargaan atas pencapaian
anggota tim, serta membangkitkan semangat dan antusiasme dalam mencapai
tujuan bersama. Seorang pemimpin juga harus menjadi contoh teladan dan
menginspirasi anggota tim melalui perilaku dan tindakan yang konsisten dengan
nilai-nilai organisasi.

4) Membina komunikasi yang efektif, Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam
proses leading. Seorang pemimpin harus menguasai keterampilan komunikasi
baik secara lisan maupun tulisan, serta dapat mendengarkan dengan seksama.
Komunikasi yang baik dapat membantu memperjelas arahan, memotivasi anggota
tim, dan memperbaiki hubungan antara pemimpin dan anggota tim.

5) Mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, Seorang pemimpin harus mampu


mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada anggota tim. Mendelegasikan
tugas yang tepat kepada anggota tim yang kompeten dapat memperluas partisipasi
dan pengambilan keputusan, serta meningkatkan motivasi dan keterlibatan
anggota tim dalam mencapai tujuan bersama.

6) Menghadapi konflik, adalah bagian dari dinamika tim atau organisasi. Seorang
pemimpin harus mampu menghadapi konflik dengan bijaksana dan mengelolanya
secara efektif. Ini melibatkan mengidentifikasi sumber konflik, mendengarkan
berbagai perspektif, mencari solusi yang adil, dan memfasilitasi dialog konstruktif
antara anggota tim.

7) Memonitor dan memberikan umpan balik, Seorang pemimpin harus memantau


kinerja anggota tim dan member.

C. Jenis-jenis teori kepemimpinan

1) Teori Orang Hebat (Great-Man Theory)

Menyatakan bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa


seseorang semenjak orang tersebut dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad
ke-19. Meski tidak dapat diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai
karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai
pemimpin hebat, tetapi banyak orang mengakui bahwa hanya satu orang diantara
banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas sebagai pemimpin yang hebat.

2) Teori Sifat (Trait Theory). 


Pada Teori Sifat atau Trait Theory ini, para ahli mengemukakan bahwa setiap
pemimpin memiliki mental, fisik dan kepribadian tertentu yang sangat berbeda
dengan mereka yang bukan pemimpin.

3) Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories).  


Teori kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 yang
mengungkapkan bahwa tidak ada cara yang paling tepat untuk memimpin, yang
ada hanyalah para pemimpin harus mampu beradaptasi dengan segala situasi dan
mengubah gaya kepemimpinan berdasarkan situasi yang dirinya hadapi. Maka,
setiap gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, karena
semuanya tergantung dari tingkat kesiapan para pengikut atau anggota timnya.

4) Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory).


Dalam teori gaya dan perilaku ini, kita bisa melihat bahwa kesuksesan dan
keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin semuanya tergantung dengan
perilaku, sikap, dan karakteristik yang dirinya miliki. Dengan kata lain,
keberhasilan kepemimpinan tergantung pada sikap dan perilaku pemimpin dalam
memenuhi fungsi-fungsi kepemimpinannya. 

5) Teori Transaksional (Transactional Theory). 


Ialah kepemimpinan yang hadir pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an.
Dalam teori kepemimpinan ini, baik seorang pemimpin dan pengikut terlibat
dalam praktik yang memungkinkan adanya pertukaran antara pengikut dan
pemimpin. Dengan kata lain, teori ini digambarkan sebagai suatu asosiasi yang
melibatkan pemimpin dan pengikut terjadi karena adanya serangkaian perjanjian
antara pemimpin tersebut dengan para pengikutnya.  

6) Teori Transformasional (Transformational Theory). 


Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan
kehidupan modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional
mencakup dua elemen yang sangat penting. Kedua elemen yang dimaksud adalah
relasional dan hal-hal yang berurusan dengan perubahan riil. Teori kepemimpinan
ini terjadi ketika satu orang atau sekelompok orang berhubungan dengan orang
banyak dengan upaya untuk mengangkat posisi atau pencapaian para pemimpin
dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara pemimpin dan pengikut
saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat motivasi dan
moralitas (semangat) yang lebih tinggi.

D. Gaya Kepemimpinan

Menurut Thoha (2013:49) bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat. Dalam artian, gaya kepemimpinan yang digunakan
pimpinan tersebut digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai. Dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan didalam memimpin suatu organisasi.

1) Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang sebelum membuat keputusan


memperhitungkan masukan-masukan yang diterima dari orang yang dipimpinnya.
Masa yang dipimpin dapat menyuarakan pendapat mereka secara bebas. Dengan
masukan yang diberikan, pemimpin dapat melihat masalah dari sisi yang berbeda,
sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah yang
sebenarnya. Selain itu, dengan mendengarkan masukan-masukan dari orang yang
dipimpinnya, pemecahan masalah dirasa sebagai usaha bersama sehingga
memperkuat kerja sama tim antara pemimpin dan orang yang dipimpinnya.

2) Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter ini adalah lawan dari kepemimpinan demokratis.


Pemimpin dengan gaya ini merupakan pemimpin absolut. Gaya kepemimpinan ini
bisa dilihat dari cara seorang pemimpin mengambil keputusan, tanpa memikirkan
orang yang terdampak keputusan yang diambil. Selain itu, kebebasan berpendapat
orang yang dipimpin pun sangat terbatas, hampir tidak ada, biasanya hanya
mengandalkan rasa takut atau proses pendisiplinan yang kuat. Sangat jarang
kepemimpinan cara ini berhasil di sebuah perusahaan saat ini. Umumnya
kepemimpinan seperti ini bisa ditemukan di instansi militer, dimana perintah dari
atasan adalah hal yang absolut yang harus dipatuhi. Bukan berarti perwira dengan
pangkat tinggi bisa melakukan hal seenaknya saja, tapi dalam dunia militer
kepatuhan terhadap perintah dan SOP yang berlaku bisa berdampak keselamatan
anggota dalam menjalankan operasinya.

3) Kepemimpinan Delegatif (Laissez-Faire)

Kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin


memberikan otoritas kepada tim yang dipimpinnya dalam menyelesaikan tugas
dan tanggung jawabnya. Meski gaya kepemimpinan ini dapat meningkatkan
kepercayaan dan kerja sama antara anggota tim dan pemimpinnya, namun
diperlukan pengawasan agar tidak terjadi kebablasan kebebasan. Cara memimpin
seperti ini umumnya dapat ditemukan pada perusaahaan start-up yang masih
berkembang dan masih membangun budaya kerja yang dirasa sesuai dengan visi
dan misi yang ingin dibangun.
4) Kepemimpinan Strategis

Gaya kepemimpinan strategis menempatkan dirinya antar tugas atau tujuan yang
harus dicapai dan kesempatan untuk berkembang dari tugas yang diberikan.
Pemimpin seperti ini akan berusaha mengimbangi dan memastikan bahwa kondisi
kerja setiap orang tetap kondusif dan stabil.

5) Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional akan memberi imbalan (reward), jika tim yang


dipimpinnya berhasil mengerjakan pekerjaan dengan kualitas yang memuaskan
dan sesuai dengan target dan arahan. Imbalan bisa berupa insentif tambahan,
makanan, atau uang untuk memotivasi tim yang dipimpinnya. Namun penting
untuk diketahui bahwa imbalan atau reward bukanlah cara yang tepat untuk
menjaga motivasi kerja tim secara konsisten. Imbalan sebaiknya diberikan jika
tim yang dipimpin mengerjakan proyek besar atau ada pekerjaan tambahan
sebagai bentuk apresiasi. Pemberian imbalan pada kasus-kasus tersebut membuat
tim yang kamu pimpin merasa diapresiasi dalam melaksanakan kerja dan tidak
beranggapan kamu melakukan eksploitasi.

6) Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin dengan gaya transfomasional ialah selalu berupaya untuk mengubah


timnya ke arah yang lebih baik. Perubahan ini bisa berupa penambahan skill set
dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan lebih cepat. Awalnya tim
yang dipimpin diberi tugas awal dengan beban kerja standar dan deadline
pekerjaan yang cukup lama. Jika dirasa tim mulai bisa mengerjakan pekerjaan
sesuai target, pemimpin mulai memberikan deadline yang lebih cepat. Setelah itu,
pemimpin mulai memberi tugas yang sedikit berbeda, dengan tingkat kesulitan
yang lebih tinggi untuk diselesaikan, dan seterusnya. Pemimpin dengan gaya
transformasional akan selalu mendorong timnya keluar dari zona nyaman dengan
tugas baru dan menantang. Dengan memberikan tugas yang menantang
diharapkan tim yang dipimpinnya dapat menyelesaikan tugas apapun secara
efisien.

7) Kepemimpinan Karismatik

Pemimpin dengan gaya karismatik yaitu bisa menggerakan masa atau tim yang
dipimpinnya secara alami untuk menggapai tujuannya. Umumnya karisma
seseorang terbentuk dari lingkungan dimana orang tersebut tumbuh dan nilai-nilai
sosial yang dianggap penting olehnya. Pemimpin karismatik bisa dibilang natural
born leader. Sulit rasanya untuk mengubah seseorang pemimpin dengan gaya lain
menjadi pemimpin yang berkarismatik.

8) Kepemimpinan Birokrasi

Dalam menjalankan tugasnya memimpin sekelompok orang, pemimpin ini selalu


mengacu pada SOP dan ketentuan yang berlaku. Umumnya gaya kepemimpinan
seperti ini dapat ditemukan di perusahaan dengan budaya kerja tradisional,
dimana hal seperti senioritas masih menjadi praktik umum. Kepemimpinan jenis
ini tidak terlalu suka dengan perubahan dan cara out of the box dalam
menyelesaikan permasalahan. Pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin
birokrasi umumnya bersifat konservatif dan sangat berhati-hati dalam
mengambil keputusan.

E. Pemecahan masalah

1) Pemecahan masalah adalah keterampilan yang sangat penting dalam


kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menghadapi dan mengatasi
masalah dengan cara yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi atau tim.
Berikut adalah beberapa langkah dalam pemecahan masalah dalam
kepemimpinan:

2) Menghadapi masalah secara proaktif: Sebagai pemimpin, penting untuk


menghadapi masalah secara proaktif dan tidak menghindarinya. Menghadapi
masalah dengan cepat dan tegas dapat mencegah masalah menjadi lebih kompleks
dan sulit diatasi di kemudian hari. Seorang pemimpin harus bersedia menghadapi
tantangan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi
masalah sebelum mereka menjadi lebih buruk.

3) Mengidentifikasi akar penyebab masalah: Pemimpin harus mampu


mengidentifikasi akar penyebab masalah. Hal ini melibatkan menggali lebih
dalam untuk menemukan akar masalah, bukan hanya menangani gejalanya saja.
Dengan mengenali akar penyebab masalah, seorang pemimpin dapat mengambil
tindakan yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah tersebut.

4) Mencari solusi yang inovatif: Pemimpin harus mencari solusi yang inovatif dan
kreatif dalam menghadapi masalah. Pemimpin harus berpikir di luar kotak dan
mempertimbangkan berbagai opsi solusi yang mungkin, termasuk mencari
pendekatan baru atau menggabungkan berbagai ide untuk menghadapi masalah
dengan cara yang efektif dan efisien.

5) Melibatkan tim atau anggota organisasi: Pemimpin harus melibatkan tim atau
anggota organisasi dalam proses pemecahan masalah. Menggali masukan dan
perspektif dari anggota tim atau organisasi dapat membantu mengidentifikasi
solusi yang lebih baik dan memperoleh dukungan dari mereka dalam menghadapi
masalah. Melibatkan tim juga dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap
solusi yang ditemukan.

6) Mengambil keputusan yang berdasarkan data: Pemimpin harus mengambil


keputusan berdasarkan data dan fakta yang akurat. Menggunakan pendekatan
berbasis data dalam pengambilan keputusan dapat membantu memastikan
keputusan yang rasional dan terinformasi, daripada hanya berdasarkan pada
intuisi atau pendekatan spekulatif. Pemimpin harus menggunakan data untuk
menganalisis situasi, mengidentifikasi solusi yang paling memungkinkan, dan
memperkirakan dampak dari solusi yang diambil.

7) Menilai risiko dan konsekuensi: Pemimpin harus mempertimbangkan risiko dan


konsekuensi dari setiap solusi yang dipertimbangkan. Ini melibatkan menganalisis
kemungkinan hasil dari setiap solusi, serta mempertimbangkan konsekuensi
positif dan negatif yang mungkin timbul. Pemimpin harus mempertimbangkan
risiko yang terkait dengan solusi yang dipilih dan memiliki rencana cadangan jika
diperlukan.

8) Mengimplementasikan dan mengawasi solusi: Setelah solusi dipilih, pemimpin


harus mengimplement

F. Pengambilan Keputusan

a. Definisi Pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat dijumpai pada
semua tingkatan dan semua bidang manajemen, termasuk dalam bidang manajemen
pendidikan. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka
menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving).
Pengambilan keputusan hal yang sangat urgen bagi setiap orang terutama bagi para
pimpinan atau manajer.
Menurut G.R. Terry , pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku
tertentu atau dari dua atau lebih alternative yang ada. Sedangkan menurut
Prof.Dr.Sondang. P. Siagian , pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakekat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

b. Proses pengambilan keputusan

1) Pengambilan keputusan
proses pemecahan masalah yang menghalangi atau menghambat tercapainya
tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu harus dikenali apa
masalahnya.

2) Mencari alternatif pemecahan


Setelah masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-
alternatif yang mungkin dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam
mencari alternative hendaknya tidak mamikirkan masalah efisiensi dan
efektifitas.

3) Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang
dapat memberikan manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan
cara yang paling efektif dan efisien.

4) Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk
tindakan. pelaksanaan harus sesuai dengan rencana, agar tujuan memecahkan
masalh dapat tercapai.

5) Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan
telah selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.

c. Jenis pengambilan keputusan

1) Keputusan strategis
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan
perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang. Keputusan ini
diambil oleh manajemen atas. Keputusan Strategis mengandung karakteristik
khusus yang membedakan keputusan strategis dengan keputusan keputusan
yang lain. Tujuannya untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan
kompetitif jangka panjang dapat tercapai.

2) Keputusan administratif/Tatik

Keputusan Administratif / Taktik adalah keputusan yang berkaitan dengan


pengelolaan sumber daya (keuangan, teknik). Keputusan ini diambil oleh
manajemen menengah. Pengambilan keputusan taktis (tactical decision
making) terdiri dari pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang
langsung atau terbatas yang dapat dilihat.

3) Keputusan operasional

Keputusan Operasional adalah keputusan yang berkaitan dengan kegiatan


operasional sehari-hari. Keputusan ini diambil oleh manajemen bawah.
Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan strategis
yang dimabil oleh para manajer puncak (Drummond, 1995). Keputusan
operasional ini dilakukan untuk menjalankan kegiatan organisasi sehari-hari
atau dilakukan dalam rutinitas organisasi demi berjalannya organisasi
tersebut.
BAB III

STUDY KASUS

Contoh Kasus

Januari 14, 2012 at 3:59 pm (Uncategorized)

Kasus kepemimpinan yang akan saya bahas kali ini adalah studi kasus tentang
kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati.

SMI lahir di Bandar Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum menjabat sebagai Menteri
Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat
ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998.
Pada 5 Desember 2005, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan
Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai
Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat
diperbincangkan berkaitan dengan kasus Bank Century.
Di tengah penyelidikan kasus tersebut tiba-tiba Bank Dunia menunjuknya sebagai
Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama
yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang membawahi 70 lebih
negara.SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi
dan good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi
di Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal
departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal
yang lebih baik di masa depan. SMI juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari
pajak selama kepemimpinannya.
Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor pokok
wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari
perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang
berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang
dihasilkan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan
ekonomi nasional. SMI juga berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah
melalui desentralisasi fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang
terlambat membelanjakan anggaran. Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada
daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan
penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK.
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian keuangan yang
dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional.
Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-negara
maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam forum G-20. Ada beberapa
forum dalam lingkup G-20 yang merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh
prakarsa Sri Mulyani, seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.
Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas
dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh
struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan
membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi,
misalnya keputusan menyelamatkan Bank Century.
Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan
salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis. “Di dalam
pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi
makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikator-indikator yang mudah dilihat maupun
yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata Sri Mulyani.
“Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian
Keuangan,” tambahnya lagi.
Kalangan ekonom menilai pengunduran diri SMI sebagai Menteri Keuangan menyusul
posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia merupakan solusi terbaik di tengah
tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras SMI didukung oleh para
pegawainya.
Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah
melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan
intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi
governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan
yang tidak baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah banyak
reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada
percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran,
pengelolaannya dan juga reportingnya.
Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin
transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki
integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN
(kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi
yang ada yang sudah berjalan bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara
melakukan pembaharuan dan reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan
departemen terkait lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra
KKN.
SMI juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses reformasi
birokrasi (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen keuangan tetapi
menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong setiap daerah agar
menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah yang
terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia
mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin
departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri
keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang
sangat membanggakan bangsa Indonesia.
SMI menjalankan gaya kepemimpinan yang transaksional dan transformasional pada saat
yang bersamaan selama masa kepemimpinannya. Kepemimpinan transaksionalnya
terlihat pada saat dia menekankan agar pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan
melayani publik dan dia juga memberikan peningkatan remunerasi sebagai imbalannya,
sedangkan untuk kepemimpinan transformasionalnya saat dia melakukan pembaharuan
dan reformasi birokrasi didepartemen-departemen yang dipimpinnya, dia memberikan
contoh tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak buahnya menjadi
lebih baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia menginspirasi orang
banyak untuk mempertahankan inegritas dan etika yang baik sebagai pejabat publik.
SMI juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai
pemimpin yang efektif; seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang
jelas, berani membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan
rewards dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang
diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak
lagi kualitas lainnya.
Dari segi kompetensi inti atau skill, SMI memiliki intelektualitas dan pengalaman
dibidang perekonomian dan dunia internasional yang sangat baik bahkan diakui oleh
pihak internasional serta memiliki kemampuan konseptual yang baik.

Kesimpulan

SMI adalah salah satu wanita dengan gaya kepemimpinan yang baik. SMI memiliki
integritas dan kualitas yang mampu membawanya hingga ke Bank Dunia. Dengan
kemampuan dan ilmu yang dimilikinya, SMI mampu menjadi pemimpin yang berkualitas
dan juga disegani oleh para bawahannya. SMI memenuhi beberapa teori kepemimpinan
yang ada, yaitu :

1. Trait Theory:
Pemimpin memiliki ciri-ciri kepribadian & karaktek yang berbeda dengan orang
kebanyakan.
SMI memiliki karakteristik yang kuat, tegas dan juga kharismatik yang banyak membuat
orang lain berdecak kagum melihat berbagai prestasinya di bidang ekonomi.
2. Situational Theory:
Kepemimpian dipengaruhi oleh situasi dimana faktor-faktor tertentu dari situasi
menentukan ciri-ciri pemimpin yang sesuai untuk situasi tersebut.
SMI mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang bijak dan cerdas yang
membuatnya di segani oleh bawahannnya dan juga tokoh lain di bidang yang sama
dengannya.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pengertian Leading (kepemimpinan) di atas. Dapat disimpulkan bahwa


kepemimpinan itu sendiri ialah suatu kegiatan untuk menggerakan suatu massa dalam
menjalankan visi misi Bersama demi kepentingan suatu kelompok. Dan juga
kepemimpinan mempunyai tahap tahap agar bisa menjadi pemimpin yang berkualitas.
yang bisa mengerti orang orang yang mengikuti kita. Dalam Kepemimpinan, terdapat
fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin seperti fungsi Perecanaan,
Penetapan Visi, Pengembangan Loyalitas, Pengawasan, Pengambilan Keputusan, dan
Motivating. Hal ini harus dilakukan pemimpin agar suatu organisasi atau perusahaan
dapat berkembang dengan pesat dan para bawahannya pun dapat bekerja lebih
maksimal.Fungsi Leading akan tercapai jika para anggota atau bawahannya dapat bekerja
sama dengan baik. Tentunya, disini tugas seorang pemimpin harus mampu mengantarkan
kelompoknya, memberi petunjuk, dan membimbingnya agar suatu organisasi dapat
mencapai tujuan sesuai yang telah direncanakan. Dengan kekuasaan atau power dari
seorang pemimpin, seharusnya ia mampu mempengaruhi anggota atau bawahannya agar
tujuan dapat tercapai dengan baik. Kekuasaan sendiri merupakan potensi dari seorang
pemimpin untuk menunjukkan bahwa dirinya seorang pemimpin yang dapat memimpin
bawahannya.

Saran

Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, hendaknya kita senantiasa


meningkatkan pengetahuan dan ilmu kepemimpinan maupun bidang keilmuan lainnya.
Agar nantinya dapat menjalankan roda organisasi secara professional.
Sebagai seorang pemimpin harus memiliki sikap dan perilaku yang baik, karena seorang
pemimpin menjadi panutan atau contoh untuk bawahannya, seorang pemimpin harus
memiliki jiwa kepemimpinan, jujur dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas
yang diamanahkan kepada dia.
Sebagai anggota suatu kelompok dan organisasi, hendaknya selalu bekerjasama dan bahu
membahu melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, bekerjasama secara sinergis
dengan atasan maupun rekan. dengan demikian, tujuan kelompok dan organisasi yang
diinginkan dapat tercapai.
Disaat sekarang ini dalam menentukan seorang pemimpin atau apabila ingin menjadi
seorang pemimpin sebaiknya perhatikan sifat- sifatnya, karakter dari calon pemimpin itu
sendiri karena apabila salah memilih pemimpin organisasi tidak akan dapat mencapai
tujuannya dan jalannya suatu organisasi juga akan berantakan.

Anda mungkin juga menyukai