Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI DALAM

PERILAKU ORGANISASI

DISUSUN OLEH:
KELAS A
KELOMPOK 4
REIHAN FADHIL ARYAPUTRA (B1C117238)
SIDARWATI (B1C118014)
ALIIFAH ASHIILYAH YUSUF (B1C120003)
ALVIANTO (B1C120004)
ELTA FAIZIAH AL QARIMA (B1C120019)
JAFRIANA (B1C120030)
MUTIARA ARIANTO (B1C120046)
MUTIARA NUZUL RAMADHANI (B1C120047)
NANDA APRIDAL (B1C120049)
NUR FITRAH (B1C120052)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul“Komunikasi Dalam Perilaku Organisasi”, makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perilaku Organisasi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Intihanah, SE., M.Si selaku dosen mata
kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan
kami khususnya mengenai“Komunikasi Dalam Perilaku Organisasi”
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada sesama rekan kelompok atas partisipasi
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat membantu guna kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 30 September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Konsep Dasar Komunikasi..........................................................................................2
B. Jenis-Jenis Komunikasi................................................................................................3
C. Unsur-Unsur Komunikasi............................................................................................6
D. Arah Komunikasi.........................................................................................................7
E. Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi......................................................................8
F. Proses Komunikasi Dalam Organisasi.........................................................................9
G. Komunikasi Sebagai Kebutuhan Organisasi..............................................................11
H. Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi...............................................12
I. Isu-Isu Terbaru Komunikasi......................................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya Memerlukan orang
lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil
integrasi sosial dengan sesama dalam. kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok
ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan danbawahannya.
Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua arah
atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperslukan adanya kerja sama yang diharapkan
untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai
tujuan suatu organisasi. Kerjasama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi
hubungan sosial maupun kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses
adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang
nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara
yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi
melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Komunikasi


Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia sebagaimana yang dikemukakan
pada bagian terdahulu tidaklah dapat dipungkiri demikian pula halnya dalam suatu
organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan membantu kelancaran organisasi,
demikian pula sebaliknya komunikasi yang efektif adalah merupakan bagian yang
penting bagi semua organisasi.

Berikut ini beberapa pandangan mengenai definisi komunikasi. Rubben (dalam


Muhammad. 2001: 3) memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih
komprehensif dimana ia berpendapat bahwa komunikasi manusia adalah suatu proses
melalui mana individu dalam hubungannya dalam kelompok, dalam organisasi dan
dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.

Dari pandangan di atas dapat dilihat bahwa dalam proses komunikasi mempunyai
hubungan yang sangat erat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dan
mempunyai beberapa tahap untuk tetap saling melakukan hubungan. Dalam kenyataan
yang ada komunikasi akan muncul dalam setiap proses organisasi. Bahkan dapat
diilustrasikan bahwa organisasi yang tanpa komunikasi diibaratkan manusia yang
kekurangan aliran darahnya, apabila kurang darahnya manusia akan menjadi lemah,
demikian pula sebaliknya. Maka untuk itu, komunikasi yang baik harus selalu dijaga agar
tetap stabil sehingga tidak menimbulkan apa yang disebut miss comunication.

Barry Cushway menggambarkan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai


pembentuk organisasi climate yakni iklim organisasi yang menggambarkan suasana kerja
organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja
dalam organisasi (Panuju, 2001:2).

2
3

Pada definisi inipun komunikasi dikatakan sebagai suatu proses aktivitas yang
mempunyai beberapa tahapan yang satu dengan yang laiimya saling berhubungan.

Beberapa ahli mengemukakan beberapa pengertian tentang komunikasi dan pada


prinsipnya komunikasi digambarkan sebagai suatu hubungan dua arah antara pemberi
pesan dan penerima pesan. Secara garis besar dapat digambarkan model komunikasi
yang banyak dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

Dengan model komunikasi yang dikemukakan oleh Lasswell pada gambar diatas,
berikut dapat dilihat perbedaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Shannon.

Dari dua model yang digambarkan di atas ternyata yang banyak digunakan adalah
model komunikasi dari Shannon, oleh karena dalam model kedua tersebut memberikan
gambaran kepada setiap orang bahwa dalam komunikasi pasti akan selalu ada sumber
gangguan.

B. Jenis-Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Stephen P. Robbins, komunikasi antar pribadi dapat digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Komunikasi lisan
b. Komunikasi tertulis
c. Komunikasi non verbal disebut juga komunikasi dengan bahasa tubuh

Dari ketiga jenis komunikasi yang disebutkan Robbins, komunikasi lisan dan
komunikasi tulisan dapat disebut sebagai komunikasi verbal. Komunikasi Verbal
mencakup aspek-aspek berupa :
4

 Vocabulary (perbendaharaan kata-kata): Komunikasi tidak akan efektif bila


pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata
menjadi penting dalam berkomunikasi.
 Racing (kecepatan): Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
 Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi.
 Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan
stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus
diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam
berkomunikasi.
 Singkat dan jelas: Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan
jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
 Timing (waktu yang tepat): kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi
akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat
menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.

a. Komunikasi Lisan
Sarana utama satu individu melakukan komunikasi dengan individu
lainnya adalah melalui lisan dengan cara berbicara, berpidato, mengobrol,
diskusi kelompok dan lain sebagainya. Salah satu keuntungan dari komunikasi
lisan adalah kecepatan dalam umpan balik yang dihasilkannya. Pesan verbal
dapat disampaikan dan tanggapan diterima dalam waktu yang relatif singkat.
Jika penerima merasa tidak yakin dengan pesan itu, umpan balik yang cepat
memungkinkan deteksi dini oleh pengirim dan karenanya memungkinkan
koreksi dini.
Disamping memilik keuntungan diatas, komunikasi dengan lisan pun
memiliki kerugian. Kerugian terbesar dari komunikasi lisan yang muncul
dalam organisasi adalah ketika pesan yang disampaikan harus melewati
5

sejumlah orang. Semakin banyak orang yang dilewati oleh pesan itu maka
semakin besar pula kemungkinan pesan tersebut mengalami distorsi. Dalam
organisasi, dimana setiap keputusan dan komunikasi lainnya disampaikan dari
atasan kepada bawahan secara verbal melalui lisan maka hal ini
memungkinkan untuk terjadinya distorsi pada pesan tersebut.
b. Komunikasi Tulisan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa melakukan komunikasi
secara tertulis. Diantara media yang sering digunakan untuk melakukan
komunikasi tertulis ini diantaranya memo, surat, email, fax, sms, laporan
berkala organisasi, pengumuman di papan, bulletin dan alat-alat lain yang
dikirimkan via kata-kata secara tertulis.
Salah satu keuntungan penggunaan komunikasi tulisan ini adalah karena
komunikasi tulisan ini berwujud dan dapat dibuktikan atau dapat dijadikan
sebagai bukti. Umumnya, baik pengirim maupun penerima memiliki catatan
komunikasi. Pesan dapat disimpan dalam waktuyang lama. Jika ada
pertanyaan mengenai isi pesan tersebut, maka secara referensi dicatat dan
dapat dijadikan rujukan untuk referensi selanjutnya.
Kelebihan seperti ini tentu saja merupakan keuntungan tersendiri bagi
sebuah organisasi. Misalnya saja pesan ini berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh anggota dari oragisasi tersebut selama beberapa bulan. Dengan
menyampaikannya secara tertulis, maka ini dapat dijadikan pedoman selama
tenggat waktu tertentu atau selama tugas dan tujuan tersebut belum tercapai.
c. Komunikasi Non Verbal 
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan
komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang
termasuk komunikasi non verbal :
 Ekspresi wajah: Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi,
karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
 Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti
orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan
untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata
6

juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang


lainnya.
 Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat
spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat
dilakukan melalui sentuhan. 
 Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
 Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
 Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan
isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki
atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam
keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres

C. Unsur-Unsur Komunikasi
1. Komunikator (communicator), yaitu pemberi berita, dalam hal ini adalah orang yang
berbicara, pengirim berita atau orang yang membertiakan.
2. Menyampaikan berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan,
mengirim atau menyiarkan.
3. Berita-berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan
atau saran.
4. Komunikan (communicate), yaitu orang yang dituju, pihak menjawab atau para
pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita. Tanggapan atau reaksi
(response), dalam bentuk jawaban atau reaksi.
5. Unsur komunikasi tersebut (komunikator) menyampaikan berita, berita-berita yang
disampaikan, komunikasi dan tanggapan atau reaksi, merupakan suatu kesatuan
yang utuh dan bulat. Dalam arti apabila satu unsur tidak ada, maka komunikasi tidak
akan terjadi.
7

Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling


ketergantungan. Jadi keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua unsur
tersebut.

D. Arah Komunikasi Dalam Organisasi


Menurut Stephen P. Robbins (2006), komunikasi dapat mengalir secara vertikal dan
horizontal. Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi arah ke bawah dan ke atas.

1. Ke Bawah
Komunikasi ke bawah yaitu komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam
kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih bawah. Misalnya para manajer yang
berkomunikasi dengan para bawahannya. Pola ini biasanya digunakan oleh para
manajer atau pemimpin kelompok untuk menetapkan sasaran, memberikan instruksi
pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur ke bawahan, menunjukkan
masalah yang memerlukan perhatian, dan mengemukakan umpan balik tentang
kinerja.
2. Ke Atas
Komunikasi ke atas yaitu komunikasi yang mengalir ke tingkat yang lebih
tinggi dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi ini digunakan untuk
memberikan umpan balik ke atasan, menginformasikan mereka mengenai kemajuan
ke sasaran, dan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi. Komunikasi ke atas
menyebabkan para manajer menyadari perasaan para karyawan terhadap
pekerjaannya, rekan sekerjanya, dan organisasi secara umum. Dengan komunikasi
ke atas juga manajer dapat mendapatkan gagasan untuk memperbaiki kondisi yang
dihadapi
3. Lateral (Horizontal)
Komunikasi horizontal yaitu komunikasi yang terjadi antara anggota
kelompok kerja yang sama, baik antar sesama pekerja ataupun antar sesama
manajer. Komunikasi horizontal berfungsi untuk menghemat waktu dan
memudahkan koordinasi. Dalam beberapa kasus, hubungan horizontal ini
memberlakukan sanksi formal. Seringkali hubungan ini diciptakan secara informal
utuk mempersingkat hierarki vertical dan mempercepat tindakan.
8

E. Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi


Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu organisasi, ia
merupakan proses penyampaian dan menafsirkan ide-ide. Pesan dan perintah yang terjadi
di dalam totalitas unit organisasi dengan menggunakan komunikasi yang relevan untuk
mencapai pertumbuhan perkembangan dan konsistensi kehidupan organisasi Komunikasi
menjadi instrumen dalam menyebarkan berbagai informasi untuk dikerjakan oleh semua
orang yang terlihat dalam organisasi, sehingga ia mampu menciptakan sinerji.
Menciptakan sinerji merupakan bagian penting dalam organisasi, sebab sinerji “in the
coperative action of two or more persons working ingether to accomplish mene than
they could working separately” (Mondy & Prona 1995 420).Terciptanya sinerji
merupakan kontribusi yang diberikan oleh komunikasi, dan dengan terciptanya sinerji
tersebut akan tercipta kinerja yang baik. Oleh karena itu menciptakan sinerji melalui
komunikasi yang benar dan tepat akan mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi.

Seorang pemimpin dapat diukur kualitas atau kualifikasi kepemimpinannya dari


proses komunikasi yang dilakukannya. "Komunikasi organisasi menyampaikan dan
menafsirkan pesan pesan di antara unit-unit kommunikasi yang merupakan bagian dan
fakta atau keterangan keterangan organisasi" (Pace & Faules, 1989-17). Dengan
demikian yang dituntut adalah bagaimana seseorang baik pimpinan, staf maupun
bawahan mampu untuk mengungkapkan dan mengekspresikan ide-idenya kepada semua
pihak dalam organisasi tersebut. Kalau diperhatikan dengan seksama bahwa
kommunikasi organisasi tersebut memiliki karakter sebagai pengiriman atau pengerahan
pesan, penafsiran pesan, dan penanganan atau menindak lanjuti pesan agar kegiatan
organisasi dapat dijalankan sesuai dengan pesan tersebut. Wofford (1977 349)
mengemukakan bahwa pengiriman pesan hanya datang dari level atasan, yatiu sifatnya :

1. Memberi perintah tugas


2. Memberi perintah untuk menghasilkan pengertian tentang tugas dan hubungannya
dengan tugas keorganisasian
3. Memberi informasi tentang prosedur dan tugas keorganisasian
4. Menemukan balikan atau respon dari bawahan.
5. Menemukan informasi tentang idiologi sebagai indoktrinasi terhadap bawahan
mengenai misi organisasi
9

Lebih tegas lagi seperti yang dikemukakan Kreps (1986:197), bahwa pesan atasan ke
bawahan dalam komunikasi (downward communication) berfungsi sebagai:

1. Mengirim pesan secara hierarki kepada bawahan


2. Memberi informasi sehubungan dengan tugas
3. Melaksanakan tinjauan tentang pelaksanaan
4. Mengindoktrin agar bawahan menyadari dan mampu menginterisasikan tujuan
organisasi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan oleh atasan
pada bawahan adalah untuk menyampaikan perintah, pengarahan, bimbingan dan
kebijaksanaan (keputusan) yang diberlakukan oleh organisasi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan tugas disiplin hak dan tanggung jawab para bawahan dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan sarana untuk
penyebaran informasi dalam organisasi. Jika perannya adalah sebagai sarana maka peran
tersebut harus diperkuat untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya agar organisasi
berjalan secara efektif. Dengan berjalan secara efektif setiap perencanaan dalam
organisasi, maka dapat dikatakan bahwa organisasi telah menggunakan komunikasi
dengan benar, berdasarkan hal tersebut secara aksiomatik dapat dikatakan bahwa
organisasi dan berhasil dengan baik jika menggunakan komunikasi dengan baik, dan
organisasi tidak akan berjalan dengan baik jika ia tidak menggunakan komunikasi
dengan benar.

F. Proses Komunikasi Dalam Organisasi


Proses komunikasi adalah langkah-langkah di antara seorang sumber dan
penerimanya yang menghasilkan transfer dan pemahaman makna. Pesan tersebut
disampaikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima. Ia disandikan dengan cara
diubah menjadi suatu bentuk simbolis dan dialihkan melalui perantara (saluran) kepada
penerima, yang lalu menerjemahkan ulang (membaca sandi ) pesan yang diberikan
pengirim.

1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan / materi


Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai
dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau
10

diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
2. Simbol / isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan
dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata dan bagian
muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk,
mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media / penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar, papan
pengumuman, telepon, dan lainnya. Pemilihan ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan dan situasi.
4. Mengartikan kode / isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga
dapat dimengerti atau dipahaminya.
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code atau isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan
tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan Hal ini penting bagi
manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan
pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan
atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh
penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari
pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan.
Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan
yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang
dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan
11

kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas


persepsi.
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.

G. Komunikasi Sebagai Kebutuhan Organisasi


Setiap pesan yang disampaikan dalam komunikasi organisasi mempunyai alasan
tertentu mengapa dikirimkan dan diterima oleh orang-orang tertentu dalam komunitas
organisasi tersebut. Menurut Muhammad (1995:99), ada beberapa fungsi pesan yang
disampaikan dalam komunikasi organisasi. yang berhubungan dengan tugas-tugas
kemanusiaan, dan pembaharuan dalam organisasi, yaitu:
1. Pesan tugas, yaitu pesan-pesan yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi oleh anggota organisasi. Pesan tersebut mencakup pemberian informasi
kepada bawahan untuk melakukan tugas secara efisien, seperti pemberian latihan,
orientasi. penentuan tujuan, produktivitas dan lain-lain
2. Pesan pemeliharaan, yaitu pesan yang berkenaan dengan kebijaksanaan dan
pengaturan organisasi, pesan ini mencakup perintah, ketentuan, prosedur, aturan dan
kontrol yang diperlukan untuk mempermudah gerakan organisasi untuk mencapai
output sistem.
3. Pesan kemanusiaan, yaitu diarahkan kepada orang-orang dalam organisasi dengan
mempertimbangkan sikap mercka. pesan ini berkenaan dengan hubungan
interpersonal, konsep diri perasaan dan moral. Yang termasuk dalam kategori pesan
ini adalah penghargaan terhadap hasil yang dicapai, penyelesaian konflik antara
individu atau kelompok aktivitas informal dan bimbingan.
4. Pesan pembaharuan, yaitu suatu pesan yang menjadikan organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam lingkungannya.
Untuk itu suatu organisasi membuat rencana-rencana baru, aktivitasaktivitas baru,
program-program baru. proyek- proyek baru dan saran-saran baru pula.
12

5. Memahami kebutuhan-kebutuhan dari semua anggota dalam organisasi maka kinerja


anggota akan maksimal dan hasilnya dalam mencapai tujuan organisasi akan baik,
sehingga optima-lisasi dalam semua lini organisasi berhasil dengan memuaskan.
Sekali lagi dapat dikatakan secara aksiomatik bahwa keberhasilan organisasi sangat
ditentukan olch komunikasi sebagai salah satu faktor determinan dalam pencapaian
tujuan setiap organisasi.

H. Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi


Stephen P. Robbins (2006), mengatakan bahwa ada enam hal yang dapat
menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, yaitu:
1. Penyaringan
Hambatan yang pertama dalam komunikasi adalah penyaringan. Penyaringan
merupakan suatu proses komunikasi dimana tidak semua informasi disampaikan.
Hanya informasi yang dirasa perlua dan menguntungkan saja yang disampaikan.
Tetapi sekiranya informasi itu akan mendatangkan kerugian maka informasi tersebut
tidak seutuhnya atau bahkan tidak sama sekali disampaikan.
Sebab utama dari penyaringan adalah karena adanya jumlah lelvel dalam
struktur organisasi. Semakin vertical level dalam hierarki organisasi, semakin
banyak terjadinya peluang penyaringan. Factor-faktor seperti ketakutan
menyampaikan kabar burukdan keinginan untuk menyenangkan atasan sering
menyebabkan seseorang untuk memberi informasimengenai apa yang mereka
pikiringin didengarkan oleh atasan mereka. Kondisi seperti ini mendistorsi
komunikaso ke atas.
2. Persepsi selektif
Biasanya penerima dalam proses komunikasi secara selektif menerima dan
mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan
karakteristik personal lainnya. Para penerima juga menjelaskan minat dan harapan
mereka ke dalam proses komunikasi. Dengan adanya persepsi selektif ini
memungkinkan bagi kita untuk tidak melihat realitas tetapi menafsirkan apa yang
kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
3. Informasi berlebih
Dalam proses komunikasi adakalanya seseorang menambah atau mengurangi
informasi yang diddapat dan disampaikannya. Hal ini dikarenakan kapasitas
13

seseorang untuk mengolah data terbatas. Sehingga ketika informasi yang diterima
oleh seseorang melebihi kapasitasnya yang dapat mereka pilah dan gunakan maka
orang akan cenderung menyeleksi, mengabaikan, melewati, atau melupakan
informasi tersebut atau menghentikan pengolahan sampai situasi berlebih itu lewat.
Tidak peduli apakah akibatnya kehilangan informasi ataupun komunikasi yang
efektif.
4. Emosi
Emosi dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya pesan yang diterima
seseorang ketika ia sedang marah atau kesal dibandingkan dengan ketika ia sedang
senang atau ceria akan berbeda tingkat keefektifan komunikasinya.
5. Bahasa
Dalam bahasa yang kita gunakan sehari-hari, kerap kali ada kata yang bisa
mengandung banyak makna ketika diucapkan. Usia, pendidikan, dan latar belakang
budaya merupakan tiga dari variable-variabel yang begitu mempengaruhi bahasa
yang digunakan seseorang dan definisi yang diberikan ke kata-kata itu.
Dalam sebuah organisasi biasanya terdiri dari anggota yang berbeda-beda,
baik latar belakang pendidikan, budaya, dan usianya. Kemudian mereka juga
dibagi-bagi kedalam beberapa hierarki organisasi sesuai dengan spesialisasinya
masing-masing. Masalah dalam memahami penggunaan bahasa ini adalah anggota
organisasi biasanya tidak tahu bagaimana orang yang dia ajak berinteraksi telah
memodofikasi bahasa itu. Para pengirim cenderung berasumsi bahwa kata-kata dan
istilah-istilah yang mereka gunakan adalah sama, baik bagi dirinya maupun bagi
penerima informasi tersebut. Tentu saja hal semacam ini dapat menjadikan
komunikasi menjadi tidak efektif.
6. Kegelisahan komunikasi
Menurut Stephen P. Robbins (2006), diperkirakan 5-20% dalam populasi
menderita kegelisahan atau kecemasan dalam melakukan komunikasi. Seringkali
orang merasa takut ketika berbicara di depan umum. Mereka mengalami
ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya baik dalam komunikasi
lisan maupun tulisan. Berbagai studi menunjukkan bahwa orang seperti itu selalu
menghindari situasi yang menuntut mereka terlibat dalam komunikasi.
14

I. Isu-Isu Terbaru Komunikasi


Menurut Stephen P. Robbins (2006), ada empat isu terkini yang berhubungan
dengan komunikasi dalam sebuah organisasi, yaitu :

1. Penghalang komunikasi antara pria dan wanita


Adakalanya seorang pria merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan seorang
wanita atau dengan kata lain perbedaan gender seringkali menjadi penghalang dalam
melakukan komunikasi yang efektif. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Deborah
Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), yang menjadi penyebab dari hal itu adalah
adanya perbedaan antara pria dan wanita dlam gaya pembicaraan mereka. Biasanya,
pria menggunakan pembicaraan untuk menekankan status sedangkan wanita
menggunakannya untuk mendapatkan koneksi.
Menurut Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), komunikasi merupakan tindakan
penyeimbangan yang berkesinambungan, yang mengubah kebutuhan kebutuhan yang
berbenturan menjadi keakraban dan independensi. Keakraban menekankan kedekatan
dan kebersamaan. Independensi menekankan keterpisahan dan perbedaan.
Masalahnya adalah, wanita berbcara dan mendengar bahasa untuk menciptakan
hubungan dan keakraban sedangkan pria berbicara dan mendengar bahasa untuk
menekankan status kekuasaan dan independensi.
Jadi untuk banyak pria, pembicaraan merupakan cara untuk mempertahankan
independensi dan status dalam tertib social hierarkis. Sedangkan bagi banyak wanita,
pembicaraan merupakan negosiasi untuk menciptakan kedekatan dimana mereka
mencoba mencari dan memberikan informasi serta dukungan.
2. Diam sebagai komunikasi
Pengertian diam dalam konteks komunikasi adalah tidak adanya pembicaraan
atau suara, yang umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam perilaku
organisasi karena menggambarkan tiadanya tindakan atau perilaku. Tetapi diam
kadang bukan berarti tidak ada tindakan. Diam oleh banyak orang tidak dianggap
sebagai gagal komunikasi, sebaliknya diam dapat menjadi bentuk komunikasi yang
sangat kuat. Diam dapat berarti seseorang sedang memikirkan sesuatu, cemas, takut
berbicara, serta dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah.
Kegagalan dalam memberikan perhatianpada bagian diam dari percakapan dapat
berakibat kehilagan bagian penting dari pesan. Komunikasi yang cerdik
memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengar dan
15

menginterpretasikan. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam


diam (Stephen P. Robbins : 2006).
3. Komunikasi yang benar secara politis
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication)
adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan actor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang
baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang
memerintah” dan “yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik kongkret sebenarnya telah
dilakukan oleh siapa saja. Seperti mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung,
dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki komunikasi politik sebagai
neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Dalam pergaulan sehari-hari seringkali kita memodifikasikata-kata yang kita
gunakan sehingga terkesan lebih halus dan lebih menjaga perasaan orang lain. Dan ini
akan menjadi suatu bekal bagi kita agar dapat melakukan komunikasi yang efektif.
Kita harus peka terhadap perasaan orang lain. Kata-kata tertentu dapat membuat
stereotype, mengancam, dan menghina individu. Begitupula dalam sebuah organisasi
yang memilik angkatan kerja yang beragam dan hierakri kepemimpinan yang berbeda
pula. Tetapi kadang kitapun mengalami kesulitan untuk memodifikasi suatu kata yang
memiliki ketepatan tertentu sehingga kita sulit untuk memodofikasinya menjadi
sebuah kata yang lebih halus.
Kata-kata merupakan alat promer untuk melakukan komunikasi. Semakin
banyak perbendaharaan kata yang digunakan oleh pengirim dan penerima, makin
besar kesempatan untuk menyampaikan pesan secara akurat. Dengan menghilangkan
kata-kata tertentu dari perbendaharaan, kita akan lebih sulit untuk melakukan
komunikasi secara akurat. Sedangkan bila kita menggantikan kata-kata dengan istilah
yang baru yang maknaya tidak begitu dipahami, kita telah memperkecil kemungkinan
pesan kita akan diterima sesuai dengan maksud kita.
Kita harus peka dengan pemilihan kata karena terkadang itu bisa melukai
perasaan orang lain. Tetapi kitapun harus hati-hati dalam menghilangkan atau
memodifikasi kata-kata yang kita gunakan karena hal tersebut bisamenjadi
penghalang komunikasi yang efektif. Intinya adalah kita harus menyadari bahaya dan
perlunya menemukan keseimbangan yang tepat.
16

4. Komunikasi lintas budaya


Perbedaan kebiasaan dan kebudayaan kerap kali enjadipenghalang komunikasi
yang efektif. Menurut Stephen P. Robbins (2006), sedikitnya ada empat masalah yang
menjadikan factor budaya ini menjadi penghambat dalam komunikasi, yaitu:
a. Hambatan yang disebabkan oleh semantic
Makna kata bisa berlainan untuk orang yang berbeda. Hal ini dikarenakan
beberapa kata ada yang tidak bisa diterjemahkan kedalam bahasa atau budaya
lain.
b. Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata
Seringkali dalam bebrapa bahasa terdapat kata yang sama, baik dalam
penulisan meupun dalam pengucapannya, tetapi memiliki makna yang bebeda.
Tentu saja hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menjadikan
komunikasi menjadi tidak efektif.
c. Habatan yang disebabkan oleh perbedaan nada
Setiap daerah atau suku biasanya mempunyai kebudayaan yang berbeda tidak
terkecuali dengan nada berbicara. Bagi orang batak misalnya, mereka sudah
terbiasa berbicara dengan nada yang tingi. Tetapi bagi orang sunda, biasanya
nada yang tingi ini sering diidentikan dengan keadaan marah atau tidak sopen
dalam pembicaraan sehari-hari.
d. Hambatan yang disebabkan oleh beda persepsi
Biasanya orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda
mempunyai pandangan yang berbeda dalam mempersepsikan sesuatu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi sangat penting dalam organisasi,proses komunikasi mempunyai


hubungan yang sangat erat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dan
mempunyai beberapa tahap untuk tetap saling melakukan hubugan.Barry Cyshway
menggambarkan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai pembentuk organisasi
climate yakni iklim oraganisasi yang mengambarkan suasana kerja organisasi atau
sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja dalam organisasi.

Stephen P. Robbins menggolongkan komunikasi menjadi tiga jenis,yaitu


komunikasi lisan,komunikasi tertulis,dan komunikasi non verbal disebut juga bahasa
tubuh. Dari ketiga jenis komunikasi yang disebutkan Robbins, komunikasi lisan dan
komunikasi tulisan dapat disebut sebagai komunikasi verbal. Komunikasi Verbal
mencakup aspek-aspek berupa Vocabulary, Racing (Kecepatan), Intonasi Suara,
Humor, Singkat dan jelas, Timing.Komunikasi juga memiliki unsur-unsur antara lain
komunikator, menyampaikan berita, berita-berita yang disampaikan dapat dalam bentuk
perintah, laporan atau saran. Menurut Stephen P. Robbins (2006), komunikasi dapat
mengalir secara vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi arah ke
bawah dan ke atas Menurut Stephen P. Robbins (2006), komunikasi dapat mengalir
secara vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi arah ke bawah
dan ke atas.Setiap kelompok orang yang bekerja sama akan terjadi suatu komunikasi
atau hubungan sesuai dengan tugas yang diembannya, sehingga menampilkan perilaku
yang mendorong timbulnya kesadaran dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan.Pesan yang disampaikan oleh atasan pada bawahan
adalah untuk menyampaikan perintah, pengarahan, bimbingan dan kebijaksanaan
(keputusan) yang diberlakukan oleh organisasi dalam hubungannya dengan
pelaksanaan tugas disiplin hak dan tanggung jawab para bawahan dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan sarana untuk
penyebaran informasi dalam organisasi.

17
18

Komunikasi terjadi melalui suatu proses, Proses komunikasi adalah langkah-


langkah di antara seorang sumber dan penerimanya yang menghasilkan transfer dan
pemahaman makna. Pesan tersebut disampaikan dari seorang pengirim kepada seorang
penerima. Ia disandikan dengan cara diubah menjadi suatu bentuk simbolis dan
dialihkan melalui perantara (saluran) kepada penerima, yang lalu menerjemahkan ulang
(membaca sandi ) pesan yang diberikan pengirim. Setiap pesan yang disampaikan
dalam komunikasi organisasi mempunyai alasan tertentu mengapa dikirimkan dan
diterima oleh orang-orang tertentu dalam komunitas organisasi tersebut. Menurut
Muhammad (1995:99), ada beberapa fungsi pesan yang disampaikan dalam komunikasi
organisasi. yang berhubungan dengan tugas-tugas kemanusiaan, dan pembaharuan
dalam organisasi, yaitu Pesan tugas, Pesan pemeliharaan, Pesan kemanusiaan,Pesan
pembaharuan,dan memahami kebutuhan-kebutuhan dari semua anggota dalam
organisasi.Komunikasi tidak selalu berjalan seperti yang kita harapakan, komunikasi
juga dapat mengalami hambatan-hambatan. Stephen P. Robbins (2006), mengatakan
bahwa ada enam hal yang dapat menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, yaitu
Penyaringan, Persepsi selektif, Informasi berlebih, Emosi, Bahasa, dan Kegelisahan
komunikasi.Komunikasi juga tidak terlepas dari isu-isu atau masalah dalam sebuah
organisasi, seperti yang diungkapkan oleh Stephen P.Robbins (2006), ada empat isu
terkini yang berhubungan dengan komunikasi dalam sebuah organisasi,yaitu
penghalang komunikasi antara oria dean wanita,diam sebagai komunikasi, komunikasi
yang benar secara polits, dan komunikasi lintas budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, S. (2015, Maret 13). Makalah Komunikasi. Retrieved from Sasha Annisa:
http://sashaannisa18.blogspot.com/2015/03/makalah-komunikasi.html?m=1
Gitosudarmo, I., & Sudita, N. (2000). Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. Yogyakarta:
BPFE.
Hermana, D., & Berlian, U. C. (n.d.). Komunikasi Dalam Organisasi.
Hidayat, Y. R. (2010, Januari 08). Makalah Komunikasi. Retrieved from Hidayats:
http://ekonomosae.blogspot.com/2010/01/ekonomosae_08.html?m=1
Muhammad, A. (1989). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Robbins, S. P. (2003). Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: Indeks.
Sendjaja. (n.d.). Teori-Teori Komunikasi. Universitas Terbuka.
Thahirah, I. (n.d.). Makalah Perilaku Organisasi. Retrieved from Academia Edu:
https://www.academia.edu/28670418/MAKALAH_PERILAKU_ORGANISASIONA
L_docx

19

Anda mungkin juga menyukai