Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUA

Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hampir


sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang kajian manajemen
sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian menajemen pendidikan.
Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas
dari pada manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, manajemen sekolah
merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen
pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem
pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolah saja,
sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen sistem pendidikan,
bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas dan besar (suprasistem) secara
regional, nasional, bahkan internasional.

Buku ini menggunakan istilah manajemen sekolah, terjemahan dari "school


management, dan akan melihat bagaimana manajemen subtansi-substansi
pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah (School Based
Management) agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi
dalam suatu system kerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah
manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat
tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS,
yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan,
keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.
MANAJEMEN OPERATIF

A. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum


yang kooperatif, komprehensif, sintemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum
harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dan Kurikulum Bertingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi
yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurukulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam
visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan
nasional yang telah diterapkan.

2. Ruang lingkup manajemen kurikulum

Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan


untuk merealisasikan dalam merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi / kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekoalah
yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu
berada.

3. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum

Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan


manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut:

a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum


merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen
kurikulum.
b. Dekokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalan kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum
harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai
tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu
yang relative singkat.
e. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam
kurikulum ,proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan
mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.

Dalam proses pendidikan perlu melaksanakan manajemen kurikulum agar


pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efesien
dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar,
maupun komponen kurikulum. Adapun beberapa fungsi dari manajemen
kurikulum diantaranya sebagai berikut:

a) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,


pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan yang terencana dan efektif
b) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemauan yang maksimal dapat dicapai
peserta tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi juga perlu
melalui kegiatan ektra kokulikuler yang dikelola secara integritas dalam
mencapai tujuan kurikulum.
c) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
d) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun efektivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional,
efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru
maupun aktivitas siswa dalam belajar.
e) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi
dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi
untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena
adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan
pengelolaan kurikulum.
f) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan
masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar
perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah
setempat.

B. Manajemen Tenaga Kependidikan

Manajemen tenaga pendidikan atau manajemen personalia pendidikan


bertujuan untuk mendayaguunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan
pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil
guna mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier
tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.

Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan


pegawai, baik secara kuantitatif maupun kuatitatif untuk sekarang dan masa depan.
Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan imformasi yang
lengkap dan jelas tentang pekerjaan dan tugas yang harus dilakukan dalam
organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis
pekerjaan (job analisis) dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan
(job spesification). Spesifikasi jabatan ini member gambaran tentang kualitas
minimum pegawai yang dapat diterima dan perlu untuk melaksanakan pekerjaan
sebagaimana mestinya.

Organisasi senantiasa menginginkan agar personil-personilnya


melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya
untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Di samping
itu, pegawai sendiri, sebagai manusia, juga membutuhkan peningkatan dan
perbaikan pada dirinya termasuk dalam tugasnya. Sehubungan dengan itu, fungsi
pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil
yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja
pegawai.

Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima,


kegiatan selanjutnya adalah mengusahakan supaya calon pegawai tersebut menjadi
anggota organisasi yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai
anggota organisasi atau lembaga. Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil,
promosi atau pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan
masa percobaan satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan
setelah lulus diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh. Setelah pengangkatan
pegawai, kegiatan berikutnya adalah penempatan atau penugasan. Dalam
penempatan atau penugasan ini diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara
tugas yang menjadi tanggung jawab pegawai dengan karakteristik pegawai. Untuk
mencapai tingkat kongruensi yang tinggi dan membantu personil supaya benar-
benar siap secara fisik dan mental untuk melaksanakan tugas-tugasnya, perlu
dilakukan fungsi orientasi, baik sebelum atau sesudah penempatan.

Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan


terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga
tempat bekerja dan sebagai pegawai. Untuk selanjutnya mungkin masing-masing
pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai dan bekas
lembaga tempat kerja. Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah,
khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat
dikelompokkan kedalam tiga jenis, antara lain:
(1) Pemberhentian atas permohonan sendiri.
(2) Pemberhentian atas permohonan oleh dinas atau pemerintah dan,
(3) Pemberhentian sebab-sebab lain.

Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya karena pindah


lapangan pekerjaan yang bertujuan mamperbaiki nasib. Pemberhentian oleh dinas
atau pemerintah bias dilakukan dengan beberapa alasan berikut:

1. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan


untuk melaksanakan tugas-tugasnya tidak baik;
2. Perampingan atau penyederhanaan organisasi;
3. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak
pensiun harus dihentikan dalam jangka waktu satu tahun;tidak sehat
jasmani, dan rohani
4. tidak sehat jasmani, dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik;
5. melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau
kurungan
6. melanggar sumpah atau janji pegawa negri sipil.

Sementara pemberhentian karena alasan lain penyebabnya adalah pegawai


yang bersangkutan meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti di luar
tanggungan Negara dan tidak melaporkan diri kepada yang berwenang, serta telah
mencai batas usia pension.

Komponen adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai,


yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara
tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa
tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan lain-lain.

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan


system penilaian pegawai secara objektifdan akurat. Penilaian tenaga kependidikan
ini dipokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan
sekolah.penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu
sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal,
seperti kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir.bagi
sekolah, hasil penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam
pengambilan keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program
sekolah, penerimaan, pemulihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistim
imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses efektif sumber daya manusia
secara.

C. Manajemen Kesiswaan

Manejemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam


bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan dengan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekola. Untuk
mewujudkan tujua tesebut , bidang manejemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga
tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan
kemajuan belajar, secara bidang dan pembinaan disiplin, berdasarkan tiga tugas
utama tersebut sutisna ( 1985 ) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam
mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal – hal berikut :

1. Kehadiran murid disekolah dan masalah – masalah yang berhubungan


dengan itu
2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid kekelas dan
program studi
3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar
4. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti
pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa
5. Pengendalian disiplin murid
6. Program bimbingan dan penyuluhan
7. Program kesehatan dan keamanan
8. Menyesuaikan pribadi, social, dan emosional

Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari


perencanaan penetuan daya tamping sekolah atau jumlah siswa baru yang akan
diterima, yaitu dengan mengurangidaya tamping dengan jumlah anak yang tinggal
kelas atau mengulang kegiatan penerimaan siswa baru (PSB) atau penitia
penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk
panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas
tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokan dan orientasi
sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti pendidkan
disekolah.

Keberhasilan, kemajuan, dan prestaasi belajar para siswa memerlukan data


yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan data ini diperlukan untuk
mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai
manejer pendidikan disekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara priodik harus
dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses
pendidkan dan membimbing anaknya belajar, baik dirumah maupun disekolah.

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak,


tetapi juga sikap keperibadian, serta aspek social emosional. Disamping
keterampilan- keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab
memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi member bimbingan dan bantuan
terhadap anak – anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun
sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi masing – masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang
lengkap tentang peserta didik. Untuk itu, disekolah perlu dilakukan pencatatan dan
ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan
keadaan siswa, buku presensi siswa, buku lapor, daftar kenaikan kelas, buku
mutasi.

Anda mungkin juga menyukai