Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODE PENGUKURAN SUPPLY CHANGE MANAJEMEN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Rantai Pasok
Dosen Pengampu :
Siti Hardina, S.E.

Disusun Oleh
Kelompok 1 :
Ratu Febitri C1B021041

Lisa Atma Dewi C1B021045

Dea Sapira C1B021067

Yosefina Yeni C1B021070

Rizki Fauzan C1B021200

Levie Nia C1B021218

Ana Nurhasanah C1B021280

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan
salam kita sampaikan haya bagi tokoh teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensiterang
yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Rantai Pasok
dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tigas kelompok pada matakuliah Manajemen Rantai Pasok yang diampu
oleh ibu Siti Hardina, S.E. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan membawa
wawasan kepada pembaca tentang Metode Pengukuran Supply Change Manajemen.

Kami para penulis memohon maaf apabila ada kesalahan atau


ketidaksempurnaan dalam penulisan kata dalam makalah ini. Kami juga
mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini.

Jambi, 8 Juni 2023

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
2.1 Penjelasan Supply Chain Management ...................................................................... 6
2.2 Area Cakupan Pada SCM............................................................................................ 6
2.3 Mengukur Kinerja Dalam Rantai Pasokan .................................................................. 8
2.4 Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain ............................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKAN ......................................................................................................... 19

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era persaingan global sekarang ini, banyak desakan bagi perusahaan


untuk menemukan cara-cara baru dalam menciptakan dan memberikan nilai tambah
bagi konsumennya. Ditambah dengan tingkat persaingan yang semakin ketat dan
tuntutan konsumen yang semakin tinggi dan semakin bervariasi, membuat
perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar mendapatkan
konsumen yang loyal adalah dengan memenuhi kepuasaan pelanggan. Kebutuhan
dan keinginan pelanggan sangat beragam, dari produk berwujud (kenyamanan
berkendaraan, kenyamanan memakai sepatu tanpa cacat), dan produksi estetika
(kombinasi warna kosmetik). Dengan terpenuhinya kebutuhan dan keinginan
pelanggan maka kepuasan pelanggan dapat terpenuhi dimana customer satisfaction
atau kepuasan pelanggan merupakan salah satu tujuan strategis perusahaan selain
untuk meningkatkan profit. Salah satu carauntuk dapat mencapai tujuan strategis
perusahaan tersebut adalah dengan menerapkan supply chain
management(Manajemen rantai pasokan) yang efektif. Salah satu cara untuk dapat
mengukur supply chain management adalah dengan menggunakan Supply Chain
Operations Reference atau SCOR.
Supply Chain Operations Reference (SCOR) adalah suatu model yang
dikembangkan oleh supply chain council. Model ini adalah suatu metode untuk
benchmarking dan mengukur peningkatan performa rantai pasok. SCOR didesain
untuk membantu perusahaan belajar dari dalam maupun luar industri mereka, dan
memiliki kerangka yang kokoh dan fleksibel sehingga memungkinkan model ini
digunakan dalam segala macam industri yang memiliki rantai pasokan. SCOR
memberikan langkah demi langkah pendekatan rekayasa yanga dapat membantu
dalam menganalisa, mendesain dan meningkatkan performa rantai pasokan.
Salah satu cara untuk mengukur kinerja supply chain adalah supply chain
operations reference. Manfaat yang didapat oleh perusahaan adalah hubungan

4
antara supplier dan konsumen menjadi baik dan terjadi integrasi yang baik antara
manufaktur, sales, dan logistik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan diatas, makalah ini dijabarkan dari rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penjelasan dari Supply Chain Management
2. Bagaimana area cakupan pada SCM
3. Bagaimana mengukur kinerja dalam rantai pasokan
4. Bagaimana tantangan dalam mengelola Supply Chain

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaimana penjelasan dari Supply Chain Management
2. Mengetahui bagaimana area cakupan pada SCM
3. Mengetahui bagaimana mengukur kinerja dalam rantai pasokan
4. Mengetahui bagaimana tantangan dalam mengelola Supply Chain

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Supply Chain Management

Istilah manajemen rantai pasokan pertama kali dikemukakan oleh Oliver danWeber
pada tahun 1982. Jika rantai pasokan (supply chain) adalah jaringan fisiknya, yakni
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi
barang, maupun mengirimkannya kepemakai akhir (Anggraeni, 2009). Menurut
Cahyadi dan Sekarsari (2012) manajemen rantai pasok adalah suatu sistem tempat
organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada parapelanggannya.
Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang
saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Putri (2012)
menambahkan Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah pendekatan untuk
integrasi yang effisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufactur), pusat
distribusi, wholesaler, pengecer (retailer) dan konsumen akhir, dimana produk
diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang benar atau tepat, lokasi yang
tepat dan waktu yang tepat dalam rangka meminimalkan sistem biaya dan
meningkatkan tingkat kepuasan pelayanan.
2. Area Cakupan SCM
Mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, menurut Pujawan (2010) kegiatan-
kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah :

- Kegiatan merancang produk baru (product development)


- Kegiatan mendapatkan bahan baku (Procurement, Purchasing, atau
Supply)
- Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (Planning & Control)
- Kegiatan melakukan produksi (Production)
- Kegiatan melakukan pengiriman atau distribusi (Distribution)
- Kegiatan pengelolahan pengembalian produk atau barang (Return)

Pembagian tersebut sering dinamakan function division karena mereka


dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan
manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian
6
atau bagian pengadaan (dalam bahasa inggrisnya bisa disebut purchasing,
procurement atau supply function), bagian produksi, bagian perencanaan
produksi (sering dinamakan bagian Production Planning and Inventory
Control, PPIC), dan bagian pengiriman atau distribusi barang jadi.

Bagian Cakupan kegiatan antara lain


Pengembangan Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan
supplier dalam perancangan produk baru
Produk

Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier,


melakukan pembelihan bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan menerima hubungan
dengan supplier

Peranangan dan Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan


Pengendalian kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan

Operasi/ Eksekusi produksi, pengendalian kualitas


Produksi
Pengiriman/ Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman,
Distribusi mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa
pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi

3. Pengukuran kinerja rantai pasokan


Untuk mengukur kinerja rantai pasoakan sebaiknya kita mengetahui apa yang menjadi sumber
pembahasan dalam kinerja rantai pasokan, yang meliputi pendekatan proses dalam pengukuran
kinerja rantai pasokan, dan matrik untuk mengukur kinerja rantai pasokan menurut Pujawan
(2010).
a. Pendekatan proses dalam pengukuran kinerja rantai pasokan
Aspek fundamental dalam manajemen rantai pasokan adalah manajemen
kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu adanya sistem pengukuran
yang mampu mengevaluasi kinerja supply chain secara holistik, yang diperlukan untuk
:melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke
fungsi-fungsi pada supply chain, mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif

7
terhadap pesaing, dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan
bersaing.
Untuk merancang sistem pengukuran kinerja berdasar proses, Chan & Li
dalam pujawan I.N.,(2010) menyarankan tujuh langkah sebagai
berikut:

1). Identifikasi dan hubungkan semua proses yang terlibat secara baik yang terjadi di
dalam maupun di luar organisasi.
2). Definisikan dan batasi proses inti, karena tidak semua proses yang ada dalam rantai
pasokan membutuhkan perhatian yang sama dari
manajemen. Pada tahap ini perlu didefinisikan proses- proses inti serta batasan
sampai mana proses-proses tersebut akan dianalisis.
3).Tentukan misi, tanggung jawab, dan fungsi dari proses inti. Langkah ini perlu
dilakakukan sebagai acuhan untuk menentukan mana aktivitas atau proses yang tidak
memberikan value-added sehingga bisa dieliminasi.
4).Uraikan dan identifikasi sub-proses karena biasanya setiap proses inti biasanya
merupakan agregasi dari sejumlah sub-proses.
5).Tentukan tanggung jawab dan fungsi sub-proses dan definisikan dengan

jelas.
6).Uraikan lebih lanjut sup-proses menjadi aktivitas. Langkah ini tidak selalu dilakukan,
namun biasanya bisa bermanfaat karena sub-proses bisa jadi masih terlalu umum dan
sulit diukur.
7).Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses sampai ke aktivitas, karena
manajemen puncak biasanya memiliki target yang umum.
b. Metrik Untuk Mengukur Kinerja Supply Chain
salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta perkembangannya adalah dengan melakukan
pengukuran kinerja rantai pasokan
1). Model POA (Performance of Activity)

Pada prinsipnya POA adalah model yang digunakan untuk mengukur kinerja
aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam supply chain. Kinerja aktivitas diukur
dalam berbagai dimensi (Pujawan I.N.,
2010), yaitu :

8
a). Ongkos
Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Ongkos muncul karena
dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Ongkos ini
bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Ongkos
bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap suatu nilai
acuhan.

b). Waktu
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat
penting dalam konteks supply chain management terutama untuk supply chain
yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum
ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun
proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan
pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu
set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam
menciptakan kecepatan respon pada supply chain.
c). Kapasitas
Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa
dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode
tertentu. Besar kecilnya kapasitas perlu diketahui sebagai dasar untuk perencanaan
produksi atau pengiriman dan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke
pelanggan. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap rata-rata permintaan
memberikan informasi fleksibilitas pada supply chain.
d). Kapabilitas.

Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu supply chain untuk


melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa sub-dimensi yang membentuk
kapabilitas supply chain. Beberapa sub-dimensi kapabilitas yang sering digunakan
dalam mengukur kinerja supply chain adalah kehandalan, ketersediaan dan
fleksibilitas.
e). Produktivitas
Produktifitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada supply chain
digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi uotput. Secara mekanis

9
produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan
input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi.
f). Utilisasi
Utilitas yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan supply
chain. Misalnya, utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya
beroperasi ratarata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 am dikatakan
memiliki utilitas sebesar 75 %. Pada supply chain yang siklus hidup produknya
relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, utilitas menjadi salah satu
ukuran yang penting untuk dimonitor.
g). Outcome
Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Pada proses
produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk
yang dihasilkan. Outcome tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak
berwujud.

b. SCOR (Supply Chain Operartions Reference)


Pada tahun 1996 sebanyak 69 perusahaan praktisi membentuk organisasi mandiri,
nirlaba, yang berlingkup global dengan anggota terbuka (dengan persyaratan) untuk
semua perusahaan dan organisasi yang tertarik untuk mengaplikasikan dan
memajukan ilmu yang terkini dalam sistem dan praktek manajemen rantai pasok.
Organisasi ini bernama Supply Chain Council (SCC) yang mengeluarkan model
Supply Chain Operations Reference (SCOR) (Thaha, 2016). Sedangkan menurut
Natalia dan Astuario (2015) SCOR adalah suatu kerangka untuk menggambarkan
aktivitas bisnis antar komponen rantai pasok mulai dari hulu (suppliers) hingga ke
hilir (customers) untuk memenuhi permintaan pelanggan dan tujuan dari rantai
pasok. Pujawan (2010) menambahkan SCOR adalah suatu model acuan dari operasi
supply chain. Seperti halnya kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya,
SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses.
1. SCOR Sebagai Suatu Kerangka Proses
Model referensi proses ini mengintegrasikan konsep–konsep terkemuka, yaitu
perancangan proses bisnis, tolok ukur, serta analisis praktik terbaik menjadi

10
sebuah kerangka lintas-fungsional (Thaha, 2016). Menurut Pujawan (2010) Model
ini mengintegrsikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process
reeingineering, benchmarking¸dan process measurement kedalam kerangka lintas
fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut
:

• Business process reeingineering pada hakekatnya menangkap proses


kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefisikan proses yang
diinginkan (to be).
• Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja
operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan
berdasarkan kinerja best in class yng diperoleh.
• Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses-proses supply chain.

Gambar SCOR sebagai satuan model referensi proses (sumber :


Thaha, 2016)

11
Gambar SCOR mengandung tiga tingkat hierarki (sumber : Thaha,
2016)

2. Model SCOR
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasokan. Model ini
didesain untuk membantu dari dalam maupun luar perusahaan mereka, selain
itu model ini memiliki kerangka yang kokoh dan juga fleksibel sehingga
memungkinkan untuk digunakan dalam segala macam industri yang memiliki
rantai pasokan (Anggraeni, 2009). Thaha (2016) menjelaskan bahwasanya,
Model SCOR berperan sebagai basis dalam memahami cara rantai pasok
mengiperasikan, mengidentifikasi semua pihak yang terkait, serta
menganalisis kinerja rantai suplai. Model SCOR mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan. Model ini juga
berperan sebagai basis bagi proyek perbaikan manajemen rantai suplai, dengan
cara :

• Mengidentifikasi proses-proses dalam bahasa yang dapat


dikomunikasikan ke seluruh element organisasi dan fungsional,
• Menggunakan terminologi dan notasi standar, dan
• Menghubungkan berbagai aktivitas dengan ukuran/metrik yang tepat

12
SCOR memiliki 5 pembagian proses dalam Supply Chain, menurut Pujawan
(2010) 3 dibagi menjadi 5 proses inti yaitu plan, source, make deliver, dan
return. Pada penjelesalan pembagian 5 proses supply chain diuraikan sebagai
berikut :

• Plan yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk


menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
produksi dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan
distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan
produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitasdan melakukan
penyesuaian supply chain plan dengan financial plan.
• Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
permintaan. Proses yang tercakup meliputi penjadwalan pengirimandari
supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran
untuk barang yang dikirim ke supplier, mengevaluasi kinerja supplier
dll. Jadi proses bisa bergantung pada apakah barang yang dibeli
termasuk stoked, make to order, atau engineer-to-order products.

• Make yaitu proses untuk mengtransformasi bahan baku/komponen


menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau
produksi dapat dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok
(make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order), atau engineer-to-
order. Proses yang terlibat disini adalah pejadwalan produksi, melakukan
kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang
setengah jadi, memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya.
• Deliver yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan
distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan
dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani
kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.

13
• Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalianproduk
karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi
kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan
pengembalian dan melakukan pengembalian. Post- delivery-customer
support juga merupakan bagian dari proses return.

Gambar Lima Proses Inti Supply Chain Pada Model SCOR (Sumber: Buku
Supply Chain Management/Nyoman Pujawan/Edisi Kedua/2010)

Menurut luthfiana dan perdana (2012) SCOR memiliki performance attribute.


Performance arttribute merupakan satu sel atribut yang digunakan untuk
menilai proses rantai suplai dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat
lima atribut yang digunakan dalam penilaian performa dari rantai supply dengan
meggunakan metode SCOR. Luthfiana dan Perdana (2012) menambahkan
dalam satu atribut, terdapat beberapa metrik yang dapat dipakai sebagai metrik
pengukuran kinerja. Berikut lima atribut tersebut :

Performance Attribute Definisi


Supply Chain Reability Performa rantai pasok dalam
mengirimkan produk dengan
tepat, pada tempat yang tepat,
pada waktu yang tepat, dengan
jumlah yang tepat, dan
terdokumentasi dengan baik.
Kepepatan rantai pasok dalam
Supply Chain Responsiveness menyediakan produk ke
konsumen.

14
Supply Chain Flexibility Kemampuan rantai pasok dalam
merespon perubahan pasar dalam
upaya menggunakan persaingan
pasar
Biaya-biaya yang berhubungan
Supply Chain Cost dengan pengoperasian rantai
pasok.
Supply Chain Asset Management Nilai keefektifan dari suatu
organisasi untuk megatur
asetnya, untuk mendukung
kepuasan permintaan. Ini
termasuk fixed capital dan work
capital

4. Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain


Menurut (Pujawan, 2010) dalam tantangan mengelola supply chain ada dua,
yakni :

1. Kompleksitas struktur Supply Chain


Suatu Supply Chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak
di dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering kali
memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang
bertentangan (conflicting) antara satu dengan yang lainnya. Di dalam
perusahaan sendiri pun perbedaan kepentingan ini sering muncul.
Sebagai contoh, bagian pemasaran ingin memuaskan pelanggan sehingga
sering membuat kesepakatan dengan pelanggan tanpa mengecek secara
baik kemampuan bagian produksi. Perubahan jadwal produksi secara
tiba-tiba sering harus terjadi karena bagian pemasaran menyepakati
perubahan order (pesanan) dari pelanggan. Di sisi lain, bagian produksi
biasanya cukup resistant terhadap perubahanperubahan mendadak seperti
itu karena akan berakibat pada rendahnya utilitas mesin dan seringnya
pengadaan bahan baku harus dimajukan atau diubah. Ini akan membuat
membuat kinerja bagian produksi kelihatan kurang bagus. Konflik antar
bagian ini merupakan satu tantangan besar dalam mengelola sebuah
supply chain.

15
Konflik kepentingan juga sangat jelas terjadi antar perusahaan yanng
ada pada supply chain. Supplier menginginkan pembeli untuk memesan
produk jauh-jauh hari sebelum waktu pengiriman dan sedapat mungkin
pesanan tersebut tidak berubah. Supplier juga akan semakin senang bila
pengiriman bisa dilakukan segera setelah produksi selesai. Di sisi lain,
perusahaan pembeli menghendaki fleksibilitas yang tinggi. Mereka akan
lebih mudah dalam kegiatan operasinya apabila supplier memberikan
keleluasaan untuk mengubah jumlah, spesifikasi, maupun jadwal
pengiriman bahan baku yang dipesan. Pembeli juga menginginkan
supplier bisa mengirim tepat waktu dengan kuantitas pengiriman kecil
(mengikuti model just in time) sehingga pembeli tidak perlu menumpuk
persediaan dengan jumlah besar di gudang mereka. Konflik kepentingan
juga muncul dalam kaitannya dengan term pembayaran. Supplier
menginginkan agar pembeli cepat membayar, sementara pembeli
menginginkan term pembayaran yang panjang. Kompleksitas suatu
supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zone waktu, dan
budaya antar satu perusahaan dengan perusahaan lain. Tentu akan sulit
kalau sebuah perusahaan manufaktur di Indonesia harus membeli bahan
baku dari Eropa karena perbedaan kepentingan antara mereka lebh sulit
dicari titik temunya akibat perbedaan tiga hal tadi.
2. Ketidakpastian
Ketidak pastian merupakan sumber kesulitaan pengelolahan suatu supply
chain. Ketidakpastian menimbulkan ketidak percayaan diri terhadap
rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering
menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa
berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas
produksi tidak bisa terpenuhi. Dengan kata lain, customer service level
akan lebih rendah pada situasi dimana ketidak pastian cukup tinggi.
Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi utama ketidak pastian pada
supply chain. Pertama adalah ketidak pastian permintaan. Sebuah toko
atau supermarket tidak akan pernah bisa memiliki informasi yang pasti
berapa suatu produk x akan terjual pada

16
minggu atau hari tertentu. Mereka hanya bisa meramalkan dan kitasemua
sadar bahwa ramalan hampir selalu tidak benar. Pesanan dari sebuah
supermarket ke distributor juga tidak pernah pasti karena berbagai faktor,
termasuk adanya kesalahan admintrasi persediaan, adanya syarat jumlah
pengiriman minimum dari pabrik, dan keharusan supermarket untuk
mengakomodasikan ketidak pastian pelanggan mereka. Demikian juga
halnya dengan distributor karena berbagai sebab-sebab tadi. Bahkan
semakin ke hulu ketidak pastian permintaan ini biasanya semakin
meningkat. Peningkatan ketidak pastian atau variasi permintaan dari hilir
ke hulu pada suatu supply chain dinamakan bullwhip effect. Ketidak
pastian Kedua berasal dari arah supplier. Ini bisa berupa ketidak pastian
pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen,
ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim. Sedangkan
sumber yang Ketiga adalah ketidak pastian internal yang bisa
diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesinyang tidak sempurna,
ketidak hadiran tenaga kerja, serta ketidak pastian waktu maupun kualitas
produksi. Besarnya ketidakpastian yang dihadapi tiap-tiap supply chain
berbeda-beda. Pada kebanyakan kasus, permintaan pelanggan dianggap
mendominasi ketidak pastian supply chain, namun tentu banyak juga
kasus dimana ketidak pastian pasokan bahan baku atau komponen
menjadi isu yang lebih dominan.

WIP

Bahan Produk
Ketidakpastian baku Ketidakpastian akhir Ketidakpastian
pasokan internal permintaan

Gambar Ketidak pastian pada supply chain menimbulkan


persediaan pengaman dimana-mana.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
(supplychain) adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok
bahan baku,memproduksibarang,maupunmengirimkannyakepemakaiakhir(Anggraeni,2009). Menurut
Cahyadi dan Sekarsari (2012) Manajemen rantai pasok adalah Suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada Para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan atau jejaring dari berbagai Organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang
sama, yaitu Sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Kegiatankegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah :

- Kegiatan merancang produk baru (product development)

- Kegiatan mendapatkan bahan baku (Procurement, Purchasing, atauSupply)

- Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (Planning & Control)

- Kegiatan melakukan produksi (Production)

- Kegiatan melakukan pengiriman atau distribusi (Distribution)

- Kegiatan pengelolahan pengembalian produk atau barang (Return)

Untuk mengukur kinerja rantai pasoakan sebaiknya kita mengetahui apa yang menjadi sumber
Pembahasan dalam kinerja rantai pasokan, yang meliputi pendekatan proses dalam pengukuran Kinerja
rantai pasokan, dan matrik untuk mengukur kinerja rantai pasokan menurut Pujawan (2010).

18
DAFTAR PUSTAKA

Pustaka (https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/download/7788/5859)
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_pasok,
https://greatdayhr.com/id-id/blog/supply-chain-management/)
https://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/rsi/article/download/v7i2ahmadnurul/v7i
2ahmad
http://eprints.umg.ac.id/262/3/BAB%202.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai