Disusun Oleh
Kelompok 1 :
Ratu Febitri C1B021041
UNIVERSITAS JAMBI
2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan
salam kita sampaikan haya bagi tokoh teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensiterang
yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Rantai Pasok
dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tigas kelompok pada matakuliah Manajemen Rantai Pasok yang diampu
oleh ibu Siti Hardina, S.E. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan membawa
wawasan kepada pembaca tentang Metode Pengukuran Supply Change Manajemen.
penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
antara supplier dan konsumen menjadi baik dan terjadi integrasi yang baik antara
manufaktur, sales, dan logistik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Supply Chain Management
Istilah manajemen rantai pasokan pertama kali dikemukakan oleh Oliver danWeber
pada tahun 1982. Jika rantai pasokan (supply chain) adalah jaringan fisiknya, yakni
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi
barang, maupun mengirimkannya kepemakai akhir (Anggraeni, 2009). Menurut
Cahyadi dan Sekarsari (2012) manajemen rantai pasok adalah suatu sistem tempat
organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada parapelanggannya.
Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang
saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Putri (2012)
menambahkan Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah pendekatan untuk
integrasi yang effisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufactur), pusat
distribusi, wholesaler, pengecer (retailer) dan konsumen akhir, dimana produk
diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang benar atau tepat, lokasi yang
tepat dan waktu yang tepat dalam rangka meminimalkan sistem biaya dan
meningkatkan tingkat kepuasan pelayanan.
2. Area Cakupan SCM
Mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, menurut Pujawan (2010) kegiatan-
kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah :
7
terhadap pesaing, dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan
bersaing.
Untuk merancang sistem pengukuran kinerja berdasar proses, Chan & Li
dalam pujawan I.N.,(2010) menyarankan tujuh langkah sebagai
berikut:
1). Identifikasi dan hubungkan semua proses yang terlibat secara baik yang terjadi di
dalam maupun di luar organisasi.
2). Definisikan dan batasi proses inti, karena tidak semua proses yang ada dalam rantai
pasokan membutuhkan perhatian yang sama dari
manajemen. Pada tahap ini perlu didefinisikan proses- proses inti serta batasan
sampai mana proses-proses tersebut akan dianalisis.
3).Tentukan misi, tanggung jawab, dan fungsi dari proses inti. Langkah ini perlu
dilakakukan sebagai acuhan untuk menentukan mana aktivitas atau proses yang tidak
memberikan value-added sehingga bisa dieliminasi.
4).Uraikan dan identifikasi sub-proses karena biasanya setiap proses inti biasanya
merupakan agregasi dari sejumlah sub-proses.
5).Tentukan tanggung jawab dan fungsi sub-proses dan definisikan dengan
jelas.
6).Uraikan lebih lanjut sup-proses menjadi aktivitas. Langkah ini tidak selalu dilakukan,
namun biasanya bisa bermanfaat karena sub-proses bisa jadi masih terlalu umum dan
sulit diukur.
7).Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses sampai ke aktivitas, karena
manajemen puncak biasanya memiliki target yang umum.
b. Metrik Untuk Mengukur Kinerja Supply Chain
salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta perkembangannya adalah dengan melakukan
pengukuran kinerja rantai pasokan
1). Model POA (Performance of Activity)
Pada prinsipnya POA adalah model yang digunakan untuk mengukur kinerja
aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam supply chain. Kinerja aktivitas diukur
dalam berbagai dimensi (Pujawan I.N.,
2010), yaitu :
8
a). Ongkos
Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Ongkos muncul karena
dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Ongkos ini
bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Ongkos
bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap suatu nilai
acuhan.
b). Waktu
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat
penting dalam konteks supply chain management terutama untuk supply chain
yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum
ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun
proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan
pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu
set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam
menciptakan kecepatan respon pada supply chain.
c). Kapasitas
Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa
dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode
tertentu. Besar kecilnya kapasitas perlu diketahui sebagai dasar untuk perencanaan
produksi atau pengiriman dan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke
pelanggan. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap rata-rata permintaan
memberikan informasi fleksibilitas pada supply chain.
d). Kapabilitas.
9
produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan
input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi.
f). Utilisasi
Utilitas yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan supply
chain. Misalnya, utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya
beroperasi ratarata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 am dikatakan
memiliki utilitas sebesar 75 %. Pada supply chain yang siklus hidup produknya
relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, utilitas menjadi salah satu
ukuran yang penting untuk dimonitor.
g). Outcome
Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Pada proses
produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk
yang dihasilkan. Outcome tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak
berwujud.
10
sebuah kerangka lintas-fungsional (Thaha, 2016). Menurut Pujawan (2010) Model
ini mengintegrsikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process
reeingineering, benchmarking¸dan process measurement kedalam kerangka lintas
fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut
:
11
Gambar SCOR mengandung tiga tingkat hierarki (sumber : Thaha,
2016)
2. Model SCOR
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasokan. Model ini
didesain untuk membantu dari dalam maupun luar perusahaan mereka, selain
itu model ini memiliki kerangka yang kokoh dan juga fleksibel sehingga
memungkinkan untuk digunakan dalam segala macam industri yang memiliki
rantai pasokan (Anggraeni, 2009). Thaha (2016) menjelaskan bahwasanya,
Model SCOR berperan sebagai basis dalam memahami cara rantai pasok
mengiperasikan, mengidentifikasi semua pihak yang terkait, serta
menganalisis kinerja rantai suplai. Model SCOR mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan. Model ini juga
berperan sebagai basis bagi proyek perbaikan manajemen rantai suplai, dengan
cara :
12
SCOR memiliki 5 pembagian proses dalam Supply Chain, menurut Pujawan
(2010) 3 dibagi menjadi 5 proses inti yaitu plan, source, make deliver, dan
return. Pada penjelesalan pembagian 5 proses supply chain diuraikan sebagai
berikut :
13
• Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalianproduk
karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi
kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan
pengembalian dan melakukan pengembalian. Post- delivery-customer
support juga merupakan bagian dari proses return.
Gambar Lima Proses Inti Supply Chain Pada Model SCOR (Sumber: Buku
Supply Chain Management/Nyoman Pujawan/Edisi Kedua/2010)
14
Supply Chain Flexibility Kemampuan rantai pasok dalam
merespon perubahan pasar dalam
upaya menggunakan persaingan
pasar
Biaya-biaya yang berhubungan
Supply Chain Cost dengan pengoperasian rantai
pasok.
Supply Chain Asset Management Nilai keefektifan dari suatu
organisasi untuk megatur
asetnya, untuk mendukung
kepuasan permintaan. Ini
termasuk fixed capital dan work
capital
15
Konflik kepentingan juga sangat jelas terjadi antar perusahaan yanng
ada pada supply chain. Supplier menginginkan pembeli untuk memesan
produk jauh-jauh hari sebelum waktu pengiriman dan sedapat mungkin
pesanan tersebut tidak berubah. Supplier juga akan semakin senang bila
pengiriman bisa dilakukan segera setelah produksi selesai. Di sisi lain,
perusahaan pembeli menghendaki fleksibilitas yang tinggi. Mereka akan
lebih mudah dalam kegiatan operasinya apabila supplier memberikan
keleluasaan untuk mengubah jumlah, spesifikasi, maupun jadwal
pengiriman bahan baku yang dipesan. Pembeli juga menginginkan
supplier bisa mengirim tepat waktu dengan kuantitas pengiriman kecil
(mengikuti model just in time) sehingga pembeli tidak perlu menumpuk
persediaan dengan jumlah besar di gudang mereka. Konflik kepentingan
juga muncul dalam kaitannya dengan term pembayaran. Supplier
menginginkan agar pembeli cepat membayar, sementara pembeli
menginginkan term pembayaran yang panjang. Kompleksitas suatu
supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zone waktu, dan
budaya antar satu perusahaan dengan perusahaan lain. Tentu akan sulit
kalau sebuah perusahaan manufaktur di Indonesia harus membeli bahan
baku dari Eropa karena perbedaan kepentingan antara mereka lebh sulit
dicari titik temunya akibat perbedaan tiga hal tadi.
2. Ketidakpastian
Ketidak pastian merupakan sumber kesulitaan pengelolahan suatu supply
chain. Ketidakpastian menimbulkan ketidak percayaan diri terhadap
rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering
menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa
berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas
produksi tidak bisa terpenuhi. Dengan kata lain, customer service level
akan lebih rendah pada situasi dimana ketidak pastian cukup tinggi.
Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi utama ketidak pastian pada
supply chain. Pertama adalah ketidak pastian permintaan. Sebuah toko
atau supermarket tidak akan pernah bisa memiliki informasi yang pasti
berapa suatu produk x akan terjual pada
16
minggu atau hari tertentu. Mereka hanya bisa meramalkan dan kitasemua
sadar bahwa ramalan hampir selalu tidak benar. Pesanan dari sebuah
supermarket ke distributor juga tidak pernah pasti karena berbagai faktor,
termasuk adanya kesalahan admintrasi persediaan, adanya syarat jumlah
pengiriman minimum dari pabrik, dan keharusan supermarket untuk
mengakomodasikan ketidak pastian pelanggan mereka. Demikian juga
halnya dengan distributor karena berbagai sebab-sebab tadi. Bahkan
semakin ke hulu ketidak pastian permintaan ini biasanya semakin
meningkat. Peningkatan ketidak pastian atau variasi permintaan dari hilir
ke hulu pada suatu supply chain dinamakan bullwhip effect. Ketidak
pastian Kedua berasal dari arah supplier. Ini bisa berupa ketidak pastian
pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen,
ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim. Sedangkan
sumber yang Ketiga adalah ketidak pastian internal yang bisa
diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesinyang tidak sempurna,
ketidak hadiran tenaga kerja, serta ketidak pastian waktu maupun kualitas
produksi. Besarnya ketidakpastian yang dihadapi tiap-tiap supply chain
berbeda-beda. Pada kebanyakan kasus, permintaan pelanggan dianggap
mendominasi ketidak pastian supply chain, namun tentu banyak juga
kasus dimana ketidak pastian pasokan bahan baku atau komponen
menjadi isu yang lebih dominan.
WIP
Bahan Produk
Ketidakpastian baku Ketidakpastian akhir Ketidakpastian
pasokan internal permintaan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
(supplychain) adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok
bahan baku,memproduksibarang,maupunmengirimkannyakepemakaiakhir(Anggraeni,2009). Menurut
Cahyadi dan Sekarsari (2012) Manajemen rantai pasok adalah Suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada Para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan atau jejaring dari berbagai Organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang
sama, yaitu Sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Kegiatankegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah :
Untuk mengukur kinerja rantai pasoakan sebaiknya kita mengetahui apa yang menjadi sumber
Pembahasan dalam kinerja rantai pasokan, yang meliputi pendekatan proses dalam pengukuran Kinerja
rantai pasokan, dan matrik untuk mengukur kinerja rantai pasokan menurut Pujawan (2010).
18
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka (https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/download/7788/5859)
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_pasok,
https://greatdayhr.com/id-id/blog/supply-chain-management/)
https://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/rsi/article/download/v7i2ahmadnurul/v7i
2ahmad
http://eprints.umg.ac.id/262/3/BAB%202.pdf
19