Anda di halaman 1dari 340

MODUL

PENDALAMAN MATERI
AL-QUR’AN HADIS

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM


JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
MODUL
PENDALAMAN MATERI ALQUR’AN
HADIS

Penulis : Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.,


Drs. Abdul Haris, M.Ag.,
Dr. Shaleh Hasan, MA

Hak Cipta dan Hak Moral pada penulis


Hak Penerbitan atau Hak Ekonomi pada FITK UIN Jakarta

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin
dari penulis

Cetakan Pertama, 2018

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, 15412
Telp. 62-21 7401925, 7443328,
Fax. 62-21 7443328
Homepage: http://www.fitk.uinjkt.ac.id
ii | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................. i


Modul 1 .................................................................................................................... 1
Kegiatan Belajar 1 : Ulumul Qur’an dan Sejarah Perkembangannya ..
3
Kegiatan Belajar 2 : Nuzulu al-Quran dan Asbab Nuzul Al-Qur’an .
12
Kegiatan Belajar 3 : Ilmu Makkiyah dan Ilmu Madaniyah .................
18
Kegiatan Belajar 4 : Al-Qashas Al- Qur’ani ...........................................
23
Daftar Pustaka ...........................................................................................
30
Glosarium ...................................................................................................
31

Modul 2 .................................................................................................................. 33
Kegiatan Belajar 1 : Ayat-Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat ...........
35
Kegiatan Belajar 2 : Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an ..........................
42
Kegiatan Belajar 3 : Rasm Utsmani .........................................................
48
Kegiatan Belajar 4 : Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah ..................................
56
Daftar Pustaka ...........................................................................................
61
Glosarium ...................................................................................................
62

Modul 3 .................................................................................................................. 63
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Hadits dan Sinonimnya .....................
65
Kegiatan Belajar 2 : Struktur Hadis ........................................................
75
Kegiatan Belajar 3 : Pembagian Hadis dari Jumlah Periwayat ...........
84
Kegiatan Belajar 4 : Pembagian Hadis Dilihat dari Kualitas ...............
89
Daftar Pustaka ...........................................................................................
97
Glosarium ...................................................................................................
99

Modul 4 ................................................................................................................ 101


Kegiatan Belajar 1 : Keotentikan Al-Qur’an ........................................
103
Kegiatan Belajar 2 : Hubungan Al-Qur’an dan Hadis ......................
118 Kegiatan Belajar 3 : Metode Penelusuran Ayat Al-Qur’an
dan Takhrij Hadis .................................................. 129 Kegiatan Belajar
4 : Kajian Ayat Al-Qur’an dan Hadis ....................145

Modul 5 ................................................................................................................ 159


Kegiatan Belajar 1 : Etos Kerja ...............................................................
161
Kegiatan Belajar 2 : Toleransi dan Etika Pergaulan ............................
172
Kegiatan Belajar 3 : Bersikap Jujur dan Adil .......................................
185
Kegiatan Belajar 4 : Bersikap Kritis dan Demokratis .........................
195
Daftar Pustaka .........................................................................................
204
Glosarium .................................................................................................
206

Modul 6 ................................................................................................................ 207


Kegiatan Belajar 1 : Ilmu dalam Perspektif Hadis ..............................
207
Kegiatan Belajar 2 : Memelihara Anak Yatim .....................................
222
Kegiatan Belajar 3 : Keutamaan Memberi ...........................................
235
Kegiatan Belajar 4 : Makna Takwa ........................................................
248
Daftar Pustaka .......................................................................................... 260

iv | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 1 AL-QUR’AN HADITS

PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup ini.
Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk alQuran
dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman sesame
manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara akan
menjadi Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara akan
menjadi hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua hal ini
meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran hokum Islam,
al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu semua pelajar yang
berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari al-Quran dan Hadits
ini.

Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar terdapat beberapa
perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah bahasa Arab atau ilmu
nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa Arab ini para pelajar (muslim
atau non muslim) mustahil dapat memahami isi kandungan alQuran dan Hadits
dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal ini tidak
dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan pengenalan
al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Banyak
karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran dan Hadits lebih tepat
dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam Burhanuddin al-Zarkasyi.
Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin alSuyuti dan Manahil al-‘Irfan fi
Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani. Akan tetapi mayortias karya-
karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab. Oleh karena itu dibuat modul ini
dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang tidak dapat membaca kitab-kitab
Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab

Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


1. Membaca terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang terdapat di akhir
pembahasan.
2. Membaca target capaian
3. Membaca sub materi
4. Membaca rangkuman
5. Membaca isi utama tema yang terdapat di dalam modul ini.

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1 ULUMUL QUR’AN DAN
SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Capaian pembelajaran mata kegiatan


Pengertian Ulum al-Quran. Pokok-pokok bahasannya. Pengertian al-Quran dan Nama-
namanya serta Maqasidnya.

Subcapaian pembelajaran mata kegiatan


1. Memahami pengertian Ulum al-Qur’an.
2. Mengenal ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an.
3. Mengetahui sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an.
4. Memahami pengertian al-Qur’an.
5. Mengenal nama-nama al-Qur’an.
6. Mengetahui garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an.
7. Memahami pengertian wahyu.
8. Mengenal macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw.
9. Mengetahui perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim.

Pokok-Pokok Materi
Pengertian Ulum al-Qur’an, ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan ulu>m
alQur’an, sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an. Pengertian al-Qur’an, nama-nama
al-Qur’an, garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an, pengertian wahyu,
macammacam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw dan perbedaan wahyu,
ilham dan Ta’lim.

Uraian Materi
1. Pengertian Ulum al-Qu’ran
Pengertian Ulum al-Qur’an harus ditinjau darti sisi makna idhafahnya dan
makna istilahnya. Dari segi makna idhafahnya adalah segala yang berkaitan dengan
al-Qur’an. Maka segala ilmu yang bersandar kepada al-Qur’an termasuk kedalam
ulum al-Qur’an seperti ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu Rasm al-Qur’an, ilmu I’jaz
alQur’an, ilmuu Asbab al-Nuzul, ilmu nasikh wa al-mansukh, Ilmu I’rab al-Qur’an,

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits3


ilmu Gharib al-Qur’an, Ulum al-Din, Ilmu Lughah dan lain-lain, karena ilmu-ilmu itu
merupakan sarana untuk memahami al-Qur’an‛1
Dapat disimpulkan bahwa makna Ulum al-Quran ialah ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan kajian al-Qur’an seperti ilmu tata cara membaca Al Qur’an, ilmu
sejarah turunnya al-Quran, ilmu tartib al-Kitabah dan tartib al-Tilawah (urutan
penulisan), ilmu sejarah penghimpunan al-Quran dari masa nabi Muhammad saw
sehingga masa ‘Usman bin ‘Affan. Dengan kita mempelajari Ulum al-Qur’an kita
dapat memahami dan mengenal al-Qur’an dengan keseluruhan.

2. Ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an


Dalam pembelajaran Ulum al-Qur’an ada beberapa pembahasan berdasarkan
tema-tema. Ilmu Nuzul al-Qur’an. 2 Ilmu Asbab al-Nuzul.3 Ilmu Tarikhun Nuzul
(awwalu ma nuzila wa akhiru ma nuzila).4 Ilmu yang berkaitan sanad al-Quran
seperti ilmu qira’at yang mutawatir dan syaj. 5 Ilmu tata cara membaca al-Quran,
seperti ilmu waqaf wa al-Ibtida, imalah, Mad, idghom dan ikhfa dan lain lain. Ilmu
yang membahas masalah kalimat al-Faz (lafaz-lafaz). Seperti masalah-masalah
ghoraib, mu’rob, majaz, musytarok, isti’arah dan tasybih. Masalah makna al-Qur’an
yang berkaitan dengan lafadz ‘am yang tetap dalam keumumnya, ‘am yang
dimaksudkan khusus, ‘am dikhususkan dengan sunah, ‘am yang mengkhususkan
sunah, nash yang zhahir, mujmal, mufashshal, manthuq, mafhum, muthlaq,
muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh, muqoddam,
muakhkhar dan lain-lain. Masalah makna-makna al-Quran yang berkaitan dengan
fashl dan washl, ijaz dan ithnab, thiwal dan qashr.
Ruang lingkup Ulum al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua kajian. Pertama
dirasah ma fi al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini berkaitan dengan materi yang terdapat dalam
al-Qur’an seperti kajian tafsir al-Qur’an. Kedua, dira>sah ma haula al-Qur’an.
Ilmuilmu berkaitan dengan materi-materi di luar al-Quran seperti seperti ilmu Asbab
alNuzul, muhkamat dan mutasyabihat, al-Qira’at dan hokum-hukum membacanya.6

3. Sejarah Perkembangan Ulum al-Qur’an

1 Teungku. Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an („Ulum al-Qur‟an)

Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, Pustaka Rizki Putra, Semarang : 2014, hlm.1
2 Pembahasan ilmu Nuzul Al-Quran ini berkaitan waktu dan tempat diturunkannya al-Quran.

ayat-ayat
yang diturunkan di kota Mekah (Makkiyah) atau di kota madinah (Madaniyyah). ketika nabi dalam
keadaan safar atau berdiam (tidak berpergian), diturunkan pada siang hari atau malam hari.
3 Tema ini berkaitan dengan penjelasan sebab-sebab diturunkannya al-Quran.
4 Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang pertama-tama diturunkan dan terakhir

diturunkan,
diturunkan berulang-ulang, diturunkan tidak berurutan dan diturunkan dalam satu kesatuan.
5 Ilmu beragam bacaan al-Quran (qira>‟at Nabi), para perawi dan hufadz al-Quran,

kaifiya>t al- Tahammul wa al-Ada>, (cara penerimaan riwayat).


6 Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:

2016, hlm. 10-12.

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Pada Abad Ke I dan ke II Hijriah. Rasulullah saw, Abu Bakar al-Shiddiq ra
dan Umar ibn al-khattab. ilmu itu belum perlu dibukukan, karena pada umunya para
sahabat memahami al-Qur’an sebab dalam bahasa mereka. Bila ada yang belum
mereka fahami, maka dapat bertanya langsung kepada Rasulullah saw atau para
sahabat yang pernah bertemu dengan beliau.
Pada Masa Khalifah Usman bin Affan mulai terjadi perbedaan bacaan di
dalam tubuh umat Islam karena agama Islam telah menyebar sampai keluar tanah
Arab. Khalifah Utsman bin ‘Affan mengambil kebijaksanaan sehingga penulisan ayat-
ayat al-Qur’an diseragamkan dan dinamakan Mushaf Usman.
Pada masa khalifah Ali bin Abi Talib makin banyak non Arab yang masuk
Islam dan mereka tidak menguasai bahasa Arab sehingga terjadilah salah baca karena
ayat-ayat al-Qur’an belum diberi harakat/baris, belum bertitik dan belum ada tanda
bacanya. Khalifah Ali bin Abi Thalib mengambil kebijaksaan pula dengan
memerintahkan kepada salah seorang ilmuannya Abu al-Aswad al-Duali (w. 691 H)
agar menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab yang tersusun di dalam bahasa al-Qur’an.
Kebijaksanaan Ali bin ‘Abi Tha>lib itu dianggap sebagai perintis lahirnya ilmu nahwu
dan I’ra>b al-Qur’an.
Pada Abad ke III dan IV Hijriah para ulama selain menulis tafsir dan ilmu
tafsir, menulis beberapa ilmu yang terkait al-Qur’an seperti Ali bin al-Madini (w. 234
H) menulis ilmu Asbab al-Nuzul. Abu Ubaid Qasim bin Salam (w. 224 H) menulis
ilmu Na>sikh dan Mansukh (ayat-ayat yang dapat dihapus tetapi tetap hukumnya
berlaku). Muhammad Ayub Idris (w. 309 H) menulis Ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah (Rasulullah saw di Makkah dan Madinah). Muhammad bin Khalaf
Murzaban (w. 309 H) menulis buku Alhawi fi Ulum al-Qur’an. Karya ini terdiri dari
27 jilid.
Pada Abad ke IV Mulai disusun ilmu-ilmu Gharaib al-Qur’an yang
menerangkan keajaiban yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Abu Bakar
alSijistani (w. 330 H) menulis Gharaib al-Qur’an. Abu Bakar Muhammad bin Qasim
dari Anbar (w. 328 H) menulis ‘Ajaib al-Qur’an. Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 324 H)
menulis Mukhtashar fi ‘ulum Qur’an (ringkasan ilmu-ilmu al-Qur’an). Abu
Muhammad Kasab, Muhammad bin Ali al-Karakhi (w. 360 H) menulis Nukat
alQur’an, dalalah ‘ala al-Bayani, fi ‘anwa ulum al-Quran wa ahkam al-munbiati
‘an ikhtilaf al-anam (butir-butir al-Qur’an yang menunjukkan penjelasan mengenai
bermacam-maca ilmu dan hukum yang timbul karena perbedaan bacaan). Muhammad
bin Ali al-Adwafi (w. 388 H) menulis ‚al-Istighna’ fi ulum al-Qur’an‛.
Pada Abad Ke V dan ke VI HIjriah Ali bin Ibrahim bin said al-Khufi (w. 430
H) menulis buku ‚I’rab al-Qur’an‛ (Ilmu tentang ilmu penguraian jabatan kata dalam
ayat al-Qur’an). Beliau juga menulis buku ‚al-Burhan fi Ulum al-Qur’an‛ yang terdiri
dari tiga puluh jilid. Abu al-Qasim bin Abd. al-Rahman Suhaili (w. 581 H) menulis
‚Mubhamat al-Qur’an‛ (ayat-ayat yang belum tuntas pengertianya sehingga
memerlukan penjelasan selanjutnya). Ibnu al-Jauzi (w. 579 H) menulis ‚Funun al-
afnan fi ‘ajaibi al-Qur’an‛ (beberapa pengetahuan tentang mengenai keindahan al-
Qur’an) dan al-Mujtaba fi ‘ulum allati yata’allaqu bi al-Qur’an (yang dipilh dari
ilmu-ilmu yang bertalian dengan Al Qur’an).

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits5


Pada Abad ke VII dan VII Hijriah Ibnu ‘Abd. Salam (w. 660 H) menulis ‚Ilmu
Majaz al-Qur’an‛ (ilmu yang mengenai majaz dalam Al Qur’an). Dinamakan al-Majaz
(pemakaian kata tidak dimaksudkan dengannya yang tersurat tetapi yang tersirat).
Alauddin al-Sakhawi (w. 643 H) menulis ilmu qira’at bernama Jamalu alQurra wa
Kamalu al-Iqra (keindahan berbagai bacaan dan kesempurnaan iqra). Abu Syamah
(w. 655 H) menulis ‚al-Mursyid al-Wajizu fi ma yata’allaqu bi al-Qur’an‛ (petunjuk
ringkas mengenai hal-hal yang bertalian dengan al-Qur’an).
Pada Abad ke VII Hijriah bermunculan ulama baru mengenai al-Qur’an
seperti Ibnu Abi al-Isba’ dengan Ilmu Baqi’u al-Qur’an. Ibnu al-Qayyim dengan Ilmu
Aqsamil al-Qur’an. Najmuddin al-Thufi dengan Ilmu Hujaji al-Qur’an. Abu Hasan
Mawardi dengan Ilmu Amtsalu al-Qur’an. Badruddin al-Zarkasyi dengan alBurhan fi
‘Ulum al-Qur’an.
Pada Abad ke IX dan ke X Hijriah semakin bertambah Ulama yang menulis
Ilmu-ilmu al-Qur’an seperti Jalaluddin Baiquni menulis Mawaqi’u al‘Ulum min
Mawaqi’i al- Nujun. Muhammad bin Sulaiman menulis al-Taisir fi Qawaidu al-Quran.
Al-Suyuthi menulis al-Tahbir fi ‘ulum al-Tafsir.
Pada abad ke XIV Hijriah semakin banyak lahir kitab-kitab baru yang
membahas ilmu-ilmu al-Qur’an seperti Thahir al-Jaza>iri menulis al-Tibyan fi ‘Ulum
al-Qur’an. Jamaluddin al-Qasimi menulis Mahasin al-Takwil. Muhammad Abd.
AlAzhim al-Zarqani menulis Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an. Muhammad ‘Ali
Salamah menulis Manhajul Qur’an fi ‘Ulum al-Qur’an. Thanthawi Jauhari menulis al-
Jawahiru fi tafsiri al-Qur’an. Muhammad Shadiq Rafi’i menulis ‘Ijaz al-Qur’an.
Musthafa al-Maraghi menulis Jawazi Tarjamatu al-Qur’an.7

B. AL-QUR’AN DAN WAHYU


1. Pengertian al-Qur’an
Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata ‚qora’a, yaqra’u, qira’atan atau
qur’anan‛ yang artinya mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (aldhammu)
huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian yang lain secara teratur.
Dikatakan al-Qur’an karena ia berisikan inti sari dari semua kitabullah dan inti sari
dari ilmu pengetahuan.8
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa al-Qur’an adalah
sebuah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai
penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Dengan al-Qur’an kita dapat ilmu
pengetahuan seperti yang dikemukakan diatas al-Qur’an adalah inti sari dari ilmu
penetahuan. Selain sebagai penyempurna dari kitab-kitab terdahulu dan intisari ilmu
pengetahuan, al-Qur’an adalah sebagai Kalam Allah SWT, dimana kita dapat
berdialog dengan Allah swt selain dengan menjalankan sholat, kita dapat membaca
al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita.

7 KaharMasyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992, hlm. 34-45
8Manna Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Maktabah, Riyadh: 1981,
hlm.20

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


2. Nama-Nama al-Qur’an
Allah memberikan al-Qur’an beberapa nama seperti al-Quran, al-Kitab, alFurqan dan
al-Dzikr.
a. al-Qur’an

َ ُُ ُ ‫ع‬
َ َُُ َُ ُ‫ُ أ ’ َُق شُس ٱى ُؤ ُ ُ َُُ ٱى‬ ُ˝ ُ‫ُ ت‬, ُ ُ‫س‬ ‫ َُ َُر ُا ٱ‬² ُُ َُ
‫ي‬ ُ‫ُر‬ ُ˚ ُ˚ َ ُ َ ُُ َ ‫ُىق َُءا َُ ُدي ىي‬
٩ ‫ُ أُ̊سا مبُ سا‬, ُُ ُ‫ُيحُ ُ ت أَُ ى‬² ُ‫ُُ ’ُ ٱىص‬
‫ُج‬ ُ َُ ُ²
ُ
‚Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar‛. Q. S. al-
Isra, 9.

b. Al-Kitab
١٠ ُ’ ُُ‫تَُ فُ ´ُ ذ ُمس ُم ُُ ُُ ُ ت َع ُُق‬² ‫ىقَُ دَُ ُُ زى ُُ ىُ ن م‬
ُُ ‫’ي‬ ُ‫“ُُ أفَُ َل‬ ُ ‫اََُ إ ُُ ُُ ̊بُا‬ ُ َُ‫أ‬
ُ
‚Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya‛. Q. S. al-Ambiya, 10.

c. al-Furqan
٠ ‫ُُ ’ُ ُي َُ َُ ُ ’ سا‬ ُ‫ ُدۦُ َُ ى َن‬² ‫ت َبا َُ َُز ك ٱى ’ ز ُ َُه سُقا َُ عي‬
ُُ‫ُر‬ ُ² ‫ع‬
َ ُُ ‫ىي‬ ‫َُ َُىُ ع‬ ‫ُ ’ر ُي ٱ ُىف‬
‫ُب‬
‚Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Quran) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam‛ . Q. S. al-
Furqan, 1.

d. al- Dzikr
٩ ُ’ ُُ ُ‫’ ا ح ُ ’ ى ُُ اَُ س َ ˚ُ َُ حُُ ُظ‬
‫ُف‬² ‫ُ’ ۥ‬
‫ىى‬ ‫إ‬ ‫ُُ َُ ُز ٱى ُ ’ر‬
ُ َُ‫ُم ا‬ ُ
‚Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya‛. Q. S. al-Hijr, 9.

e. al-Tanzil ١ ‫ُى َع‬


٩ ُ
ُ„ ٠ َ ُ‫ُ ي‬² ُ ‫زب ٱ‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits7


‫زو‬ َُ ُ‫ت‬ ُ˚ ُ
’ُ ‫إ‬
ُ
ُ
َُ
‫ۥ‬
ُ
‫ى‬
‚Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam‛. Q. S. 192.

Al-Quran dan al-kitab lebih popular dari nama-nama yang lain. Dalam hal ini
Muhammad Abdullah Daraz ‚Ditulis‛ dengan pena. Kedua nama ini menunjukkan
makna yang sesuai dengan kenyataannya.‛

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Penamaan al-Qur’an dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa
selayaknya al-Qur’an dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Jika salah satunya
melenceng, maka yang lainnya meluruskannya.
Dengan penjagaan ganda ini oleh Allah swt telah ditanamkan kedalam jiwa
umat Nabi Muhammad untuk mengikuti langkah Nabinya, maka Qur’an tetap terjaga
dalam benteng yang kokoh.9
Jadi yang dapat penulis simpulkan dari uraian di atas adalah bahwa alQur’an
diberi nama sesuai dengan fumgsinya. Seperti al-Furqan sebagai pembeda. Dengan
pembeda ini kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang buruk.

3. Maqasid al-Qur’an
Sangat banyak materi yang terkandung dalam al-Qur’an sangat banyak dan
beragam. Dimulai dari hubungan manusia kepada Allah swt (Hablum mina Allah).
hubungan antar manusia (Hablum mina al-Nas). Sebagian ulama memberikan intisari
dari kandungan al-Qur’an menjadi tiga hal, yaitu Pengetahuan tentang Akidah.
Pengetahuan tentang syari’ah dan Pengetahuan tentang akhlak.
Ada beberapa ulama lain mengatakan bahwa isi kandungan al-Qur’an ada tiga
macam yaitu mengatakan ketauhidan/ma’rifatullah, Hukum mu’amalah dan pemberi
kabar gembira dan Peringatan. Selain itu mereka memandang bahwa surah alFatihah
yang menjadi surah pembuka al-Qur’an merupakan intisari atau ringkasan dari pada
al-Qur’an.10
Menurut penulis memang masih banyak lagi isi kandungan al-Qur’an itu
sendiri. Seperti al-Qur’an berisikan tentang ilmu pengetahuan, sebagai ketauhidan
kepada Allah swt, peringatan dan pemberi kabar gembira. Dan banyak lagi isi
kandungan atau garis-garis besar al-Qur’an seperti masalah akidah, akhlak, sejarah,
hukum, ibadah, mu’a>malat, ilmu pengetahuan dan lain lain, karena al-Qur’an adalah
sebagai sumber ilmu pengetahuan.

4. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa Arab yang berarti ‚tersembunyi‛ dan ‚cepat‛.
Dikatan ‚wahaitu ilaihi‛ atau ‚auhaitu‛. bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak
diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui
pembicaraan atau rumus dan lambang dan terkadang melalui ‚suara semata‛ dan
terkadang pula melalui ‚isyarat dengan anggota badan‛.
Kata al-Wahyu adalah bentuk masdar (infinitive), dan materi kata itu
menunjukkan dua makna dasar, yaitu ‚tersembunyi dan cepat‛. Oleh sebab itu, wahyu
adalah pemberitahuan secara ‚tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan kepada
orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain‛.11

9 Ibid, hlm. 18-20


10 Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009, hlm. 9
11 Anshori LAL, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,

Jakarta: 2016,

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits9


Menurut pendapat penulis, wahyu adalah isyarat yang sangat cepat. Khususnya
Wahyu yang selalu mengiringi Rasulullah saw. Karena setiap tingkah laku dari
rasulullah adalah merupakan wahyu dari Allah swt, Rasulullah berbuat bukan dengan
hawa nafsu tetapi dengan wahyu atau petunjuk dari Allah swt.

5. Macam-Macam Wahyu
Macam-macam wahyu ada dua. Pertama al-Qur’an, karna al-Qur’an adalah
Wahyu yang Allah swt berikan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril dan dijadikan pedoman hidup. Kedua, hadits Nabi saw. Hadits adalah
‚ucapan, perbuatan dan pernyataan nabi saw.12
Karena segala perbuatan atau tingkahlaku nabi adalah timbul dari
wahyu/petunjuk dari Allah swt, bukan perbuatan yang didasarkan oleh hawa nafsu.

6. Perbedaan Wahyu, Ilham Dan Ta’lim


Perbedaan antara wahyu dan ilham adalah ilham itu intuisi yang diyakini jiwa
manusia sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta tanpa mengetahui dari
mana datangnya. Hal seperti ini serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih, dan
senang. 13
Wahyu adalah suatu isyarat yang cepat, seperti terdapat pada diri Rasulullah
saw, sedangkan Ilham adalah sebuah dorongan yang ada dalam alam bawah sadar kita
untuk melakukan sesuatu seperti ketika kita merasakan lapar, kita ada dorongan untuk
makan. Adapun wahyu berlaku pada Nabi dan Rasul. Akan tetapi ilham berlaku
untuk mausia biasa. Ta’lim adalah proses belajar mengajar atau interaksi antara
sesama manusia dan tidak melalui perantara malaikat.14
Oleh karena itu menurut pendapat penulis perbedaan antara wahyu, ilham dan
ta’lim adalah wahyu adalah firman Allah swt yang disampaikan kepada para nabi,
sedangkan ilham isyarat yang cepat yang khusus Allah swt pada orang-orang sholeh
dan ta’lim adalah proses belajar dan mengajar seperti kita sedang melaksanakan
perkuliahan untuk mencari ilmu.

Rangkuman
Ulum al-Qur’an dalam adalah ilmu yang mencakup berbagai kajian yang
berkaitan dengan kajian-kajian al-Qur’an seperti pembahasan Asbab al-Nuzul,
pengumpulan al-Qur’an dan penyusunannya, masalah makiyah dan madaniyah,
Nasikh dan Mansukh, Muhkam dan Mutasyabihat dan lain-lain sebagainya.15
Ruang lingkup Ulum al-Qur’an adalah objek utama dari kajian ulum al-

hlm. 46
12
Said Hasan Khan, Hushu>l al-Makmul : 3, tahun : 1938 M, Maktabah Tija>riyyah
Kubraa, Mesir.” Kahar Masyhur, Op. cit., hlm. 55.
13 Manna Khalil al-Qattan, Op.cit., 38
14 Anshori, Op. cit., hlm. 49
15 Syaikh Manna‟ Al-Qathan, Mabahitsu fi Ulum al-Qur’an. (kairo: Maktabah Wahbah

2004), hlm.15-16

1 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


0
Qur’an itu sendiri dari semua aspeknya, betapa luas ruang lingkupnya. Ulum alQur’an
memiliki sejumlah cabang ilmu yang sangat banyak dan pokok-pokok bahasannya
seperti ilmu Asbab al-Nuzul (sebab-sebab turun), ilmu munasabah (ilmu tentang
kolerasi surat, ayat dan lain-lain tentang al-Qur’an), ilmu tafsir dan lain sebagainya
karna masih banyak lagi.16
Pada masa Rasulullah saw. al-Quran belum dibukukan. hal ini berlangsung
terus samapi beliau wafat.17Pada abad ke I dan ke II Hijriyah. Abu Bakar dan Umar
ibn al-Khatta>b istilah ulum al-Qu’an belum muncul. Hanya proses penulisan alQuran
sudah dimulai. Selanjutnya masa Utsman bin Affan mulai diseragamkan bacaan untuk
menjaga persatuan umat Islam. Selanjutnya pada abad ke II dikenal dengan masa
pembukuan, khususnya dalam pembukuan hadits dengan beragam babnya, lalu tafsir
al-Qur’an baik rujukannya dari Rasulullah, sahabat, maupun tabi’in.
Dimulai abad ke III dan ke IV Hijriyah sampai X pada abad ini masa-masa
produktif penulisan ulum al-Qur’an terus berkembang. Abad ke XIV Hijriyah pada
abad ini penulisan ulum al-Qur’an dengan berbagai macam ilmunya mulai
berkembang kembali.18
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu ‚Qora’a, Yaqra’u,
Qira’atan, atau Qur’anan‛ yang berarti mengumpulkan atau menghimpun huruf-huruf
atau kata-kata dari beberapa bagian secara teratur.19 Secara Istilah alQur’an adalah
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat jibril dan diperuntukan untuk umat islam yang dijadikan sebagai pedoman
hidup.20
Nama-nama al-Qur’an diantaranya al-furqan (memisahkan atau
membedakan)‛ artinya al-Qur’an membedakan antara kebenaran dan kebatilan. alDjikr
berarti kemuliaan‛. al-Tanzil. wahyu yang diturunkan Allah swt kedalam hati
Rasulullah saw.18

16 Ibid. hlm. 24
17 Al-Shadr, Muhammad Bakir, al-Madrasah al-Qur’aniyyah, Syariat, Iran,
1426H, hlm.213 18Asep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya 2011), hal 6. 19 Manna Khalil al-Qattan, Mabahits fi ulum Al-
Qur’an, (Riyadh:maktabah Ma‟rif,1981)hlm.2 20Abdul wahab khalaf, ilmu
ushul fiqh, (Jakarta: Dar al-manar,1973), hlm.23.
18 Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj dari Mabahits Fi Ulumil Qur‟an,oleh

Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), cet,16. hlm.8.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


Isi pokok kandungan al-Quran pertama, Aqidah 19 Kedua, Ibadah 20 ,
hokumhukum21, al-Tadzkir22, kisah-kisah26 dan menyerukan untuk berpikir27.
W2324ahyu dinamakan al-Kitab yang menunjukan pengertian bahwa wahyu
itu dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan kumpulan huruf-huruf dan
menggambarkan ucapan (lafadz). Dan wahyu itu pemberitahuan yang bersifat
rahasia.25
Macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad Saw. Pertama, mimpi
yang benar. Inilah cara wahyu pertama yang diterima Rasulullah saw. Wahyu dalam
bentuk mimpi yang benar ini ternyata tidak hanya terjadi pada masamasa awal
kenabian Muhammad saw, akan tetapi juga setelah beliau lama menjadi Nabi saw.
Kedua, Jibril menghembuskan wahyu kedalam jiwa Nabi Muhammad saw, sedangkan
Nabi sendiri tidak melihat malaikat jibril. Ketiga, wahyu itu datang kepada Nabi
Muhammad saw bagaikan gemerincingnya suara lonceng dengan amat kerasnya.
Keempat, malaikat jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad saw dengan
menjelma sebagai manusia.26
Perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim. Wahyu adalah sebuah isyarat yang
cepat atau pemberitahuan secara sembunyi-sembunyi dan cepat yang khusus
ditunjukan kepada orang-orang yang menerimanya dan tanpa diketahui orang lain.

19Sebagai sebuah ilmu yang mengajarkan manusia tentang kepercayaan yang pasti, wajib
dimiliki oleh
setiap orang di muka bumi ini. al-Qur‟a>n mengajarkan akidah tauhid kepada kita dengan
menanamkan keyakinan terhadap Allah swt yang Esa (satu) yang tidak pernah tidur, tidak
melahirkan dan dilahirkan.
20 Merupakan bentuk sifat menyerah, tunduk, patuh, taat. Menurut pengertian “ahli Fuqaha”,

ibadah
adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapat ridha dari Allah
swt. Dasar-dasar ibadah yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu,
membayar zakat, puasa di bulan suci Ramadhan dan beribadah Haji bagi yang mampu
menjalankannya.
21 Hukum-hukum yang ada di dalam al-Qur‟an adalah memberi perintah kepada orang

yang beriman untuk mengadili dan memberikan hukuman pada seseorang yang terbukti
bersalah. Hukum dalam Islam berdasarkan al-Qur‟an dan al-Sunah ada beberapa jenis atau
macam seperti jinayat, mu‟a>malat, muna>kahat, fara>idh dan jihad.
22 Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia

kepada Allah swt seperti siksa neraka atau al-wa‟i>d. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat syurga.
23 Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang

mendapatkan
kejayaan akibat taat kepada Allah swt serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak
taat atau ingkar terhadap Allah swt. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita
mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhtibar.
24 Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang

memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan


kebenarannya, terutama mengenai alam semesta. Didik Ahmad Supadie, Pengantar studi
Islam, (Raja Grafindo,Jakarta, 2012), hlm 71.
25 Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, oleh

Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: pustaka Firdaus, 2004), cet. 16. hlm 8.
26 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qu’an, Jakarta: Rajawali pers, 2013. Cet.1. hlm, 85-

86.

1 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Ilham adalah penyampaian suatu makna, fikiran atau hakikat di dalam jiwa atau hati
yang meminta supaya dikerjakan oleh orang yang menerimanya. Ta’lim adalah
memberikan pelajaran dan harus bersandarkan pengetahuan melalui proses
pembelajaran.27

Tugas mandiri :
1. Jelaskan pengertian Ulum al-Qur’an.
2. Jelaskan ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an.
3. Jelaskan sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an.
4. Jelaskan pengertian al-Qur’an.
5. Sebutkan nama-nama al-Qur’an.
6. Sebutkan garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an.
7. Jelaskan pengertian wahyu.
8. Sebutkan macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw.
9. Jelaskan perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim.

Tes Formatif

KEGIATAN BELAJAR 2 NUZULU AL-QURAN DAN


ASBAB NUZUL AL-QUR’AN

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Nuzulu al-Quran. Tahapan-tahapannya. Asbab al-Nuzul. Kegunaannya dan
kaidahkaidahnya.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mengetahui pengertian Nuzul al-Qur’an
2. Mengetahui tahapan Nuzul al-Qur’an
3. Mengetahui pengertian Asbab al-Nuzul
4. Mengetahui ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul

27Manna‟ Khalil Al-Qattan, Pengantar studi ilmu Al- Qur’an, (jakarta,pustaka Al-kautsar,
2012)hlm,42

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


5. Mengetahui kegunaan Asbab al-Nuzul 6. Mengetahui kaidah-kaidah Asbab al-
Nuzul.
7. Mengetahui macam-macam Asbab al-Nuzul

Pokok-Pokok Materi
Nuzulu al-Quran dan Asbab al-Nuzul.

Uraian Materi
1. Pengertian Nuzul al-Quran
Kata nuzul berasal dari bahasa arab ‫ النزول‬yang secara etimologi berarti turun
dari atas ke bawah.
Imam al-Zarkasyi mengatakan bahwa ulama Ahlu al-Sunah sepakat bahwa
kalam Allah swt (al-Qura>n) itu diturunkan, namun mereka berbeda pendapat dalam
memaknai kata al-nuzul atau al-inzal (turun). Ada yang mengatakan bahwa nuzul al-
Qura>n berarti munculnya al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa nuzul Al-Quran
adalah pemberian pemahaman (al-i’lam) tentang al-Quran.
Terkait dengan tema nuzul al-Quran, para ulama berbeda pendapat yang jika
dikelompokkan akan berbagi menjadi dua pendapat utama. Pertama, berpendapat
bahwa nuzul al-Quran berarti turunnya al-Quran, tanpa harus memalingkan makna
lafazh nuzul dari maknanya yang hakiki ke makna majazi (metafor). Pendapat ini
dianut oleh Ibnu Taimiyah. Kedua, mengatakan bahwa nuzul disini harus dipalingkan
dari makna hakiki ke makna majazinya, seperti pemberitahuan, pemberian pemahaman
dan lainnya. Jadi, nuzul al-Quran adalah proses pemberian pemahaman tentang al-
Quran kepada malaikat atau Nabi Muhammad saw.28

2. Tahapan Nuzul al-Quran


Para ulama membagi proses penurunan al-Quran menjadi tiga tahapan, yaitu:
(1) ke lauhul mahfuzh, (2) dari lauhul mahfuzh ke baitul izzah di langit dunia, dan
(3) dari baitul izzah kepada Nabi Muhammad saw.
Terkait dengan penurunan dari lauhul mahfuzh ke baitul izzah, ulama
berbeda pendapat tentang cara dan masa turunnya yaitu pertama, menurut kebanyakan
ulama, al-Quran diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul Qadar secara
sekaligus. kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 6 bulan
kepada Nabi Muhammad saw. Pendapat ini didukung oleh riwayat al-Nasai, Ibnu Abi
Syaibah dan Hakim dari Ibnu Abbas. Kedua, al-Quran turun ke langit dunia selama
20 malam Lailah al-Qadar dalam 20 tahun atau 23 malam Lailah alQadar selama 23
tahun. Ketiga, permulaan proses penurunan al-Quran terjadi pada malam Lailah al-
Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsurangsur pada
momentum yang berbeda-beda pada semua waktu.29

28 Ibid, hlm. 55-57


29 Ibid, hlm. 57-58

1 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


3. Hikmah al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur.
Al-Quran tidak saja diturunkan sekaligus (jumlah wahidah) seperti kitabkitab
samawi sebelumnya. Namun, ia juga diturunkan secara berangsur-angsur
(munajjaman). Dalil secara berangsur-angsur dapat dilihat pada ayat berikut:

ُ ُ
ُ‫ُُ ´ُ تُ ز ل‬ ‫ ُ ث َ ˚ُ ُ ى‬² ‫ُ ´ُ ىت ق سۥأ عيى ٱ ى‬ ‫َُء̊ا’ا سُق‬ َُُ
ُ² ُ ُ َُ ُ َُ َُ‫ا‬ َُ ُ²
ُ ُ ُُ ُ‫ف‬ ‫س‬ ‫˚ُق‬
ُ ُ‫ز‬ ‫ُ ىعي ن‬ ُ ُ ١١٠
‫س‬
‚Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian‛. Al-Isra, 106.

Hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur adalah


Mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi Saw. Agar al-Quran mudah dihafal dan
dipahami oleh kaum muslimin. Menetapkan hukum secara bertahap, seperti proses
pengharaman khamr. Untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi saw. Diturunkan secara berangsur-angsur untuk mengetahui mana ayat
yang mansukh (dihapus) dan mana yang nasikh (menghapus). Penurunan secara
berangsur-angsur lebih akurat daripada sekaligus untuk menegaskan kemukjizatan al-
Quran.30

Asbab Nuzul al-Qur’an


1. Pengertian Asbab al-Nuzul
Makna Asbab al-Nuzul adalah sesuatu yang terjadi di zaman Nabi saw atau
suatu pertanyaan yang dihadapkan kepada Nabi Muhammad saw sehingga
turun satu ayat dari Allah swt yang berkaitan dengan kejadian itu atau sebagai
jawaban atas pertanyaan itu, baik peristiwa pertengkaran atau kesalahan yang
dilakukan maupun suatu peritiwa atau suatu keinginan yang baik.31
Dapat disimpulkan bahwasannya Asbab al-Nuzul ialah sebab terjadinya turun
ayat-ayat al-Qur’an.
2. Macam-macam Asbab al-Nuzul
a. Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua yaitu Pertama, ada suatu
kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut. Kedua,
ada yang bertanya kepada Nabi saw tentang sesuatu, lalu turunlah ayat
yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada Nabi
Saw.

30 Ibid, hlm. 61-62


31 Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-Qur’an)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


Membahas IlmuIlmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki Putra, Semarang : 2014, hlm.18.

1 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


b. Ditinjau dari segi jumlah penyebab. Pertama, satu ayat memiliki banyak
sebab. Kedua, banyak ayat yang diturunkan hanya untuk menjawab satu
sebab.
c. Ditinjau dari sisi riawayat, Asbab al-Nuzul memiliki dua riawayat, satu
riwayat mencapai tingkat sahih dan satu riwayat hanya sampai kepada
tingkat lemah/dha’if. Dalam hal ini yang wajib diambil adalah riwayat
sahih. Memiliki dua riwayat yang dari sisi kualitas riwayatnya berstatus
shaheh, namun salah satunya ada yang lebih akurat, maka yang diambil
adalah yang lebih akurat.
Memiliki dua riwayat yang sama-sama shaheh, namun tidak ada informasi
mana yang lebih akurat diantara keduannya, maka dua riwayat tersebut
dapat dikompromikan (al-jam’u).
Kedua riwayat yang sama dalam status keshahehannya dan di antara
keduanya tidak ada yang lebih unggul, maka masing-masing dari kedua
riwayat tersebut dapat diamalkan/jangan dibuang.
Ayatnya yang diturunkan banyak, sedangkan sebab turunnya hanya satu,
maka dapat digunakan untuk semua ayat tersebut.32

3. Ungkapan-ungkapan Asba>b al-Nuzul


Redaksi yang jelas (shahih) menunjukkan sebab nuzul. Ini dibagi menjadi
tiga tingkatan :
a. Diungkapkan dengan bahasa sebab seperti: sababu nuzuli al-ayah kadza
(sebab turunnya ayat ini adalah...) ini adalah redaksi yang jelas-jelas
mengandung pengertian penyebab diturunkannya sebuah ayat, dan tidak
memiliki kemungkinan makna lain.
b. Diungkapkan dengan fa’ jawab, setelah menerangkan peristiwa terkait
dengan penurunan ayat.
c. Jawaban Rasul Saw. atas sebuah pertanyaan yang diajukan kepada beliau.
Jawaban ini tidak diungkapkan dengan menggunakan redaksi sebab atau
fa’jawab tapi dapat dipahami dari konteks pertanyaan dan yang ayat yang
diturunkan.
d. Redaksi yang tidak jelas menunjukkan makna sebab nuzul (ghair sharih),
tidak menggunakan bahasa sebab, tidak menggunakan hurup fa’ jawab
dan tidak dalam konteks jawaban Rasul atas sebuah
pertanyaan yang diajukan kepadanya.33

4. Kaidah-kaidah dalam menerapkan ilmu Asbab al-Nuzul.


Kaidah yang digunakan dalam menagkap pesan ilmu Asbab al-Nuzul
adalah kaidah kekhususan sebab dan keumuman redaksi (lafazh) ayat. Dalam
ilmu ushul fiqih dikenal dengan istilah ‚al-ibrah bi ‘umum al-lafzhi la bi
khushush as-sabab‛ atau sebaliknya ‚al-ibrah bi khushush al-sabab la> bi

32 Anshori, Op. cit., hlm. 106-107


33 Ibid, hlm. 104

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


‘umum al-lafzhi‛. Kadangkala ayat yang diturunkan ada yang bersifat khusus
sesuai dengan konteks (sebab) yang melatar belakanginyanya dan redaksi yang
digunakannyapun bersifat khusus. Pada sisi lain ada juga ayat yang diturunkan
karena kejadian yang sangat khusus dan spesific tapi redaksi ayatnya bersifat
umum.
a. Jika ayat yang diturunkan bersifat khusus dan hanya terkait dengan
konteks (sebab) penurunannya serta redaksi ayatnya tidak bersifat umum,
maka ayat tersebut hanya berlaku untuk dan pada konteks (sebab) yang
melatarbelakangi penurunan ayat tersebut. Atau dengan bahasa lain,
kaidah yang tepat diterapkan dalam konteks ini adalah ‚al-
ibrah bi khushush al-sabab la bi umum al-lafzhi‛.
b. Jika penyebab penurunan ayat bersifat khusus tapi redaksi ayatnya umum,
maka menurut mayoritas ulama kaidah yang paling cocok diterapkan
dalam konteks ini adalah ‚al-ibrah bi ‘umum al-lafzhi la bi
khushush al-sabab‛ (penetapan hukum ditetapkan berdasarkan keumuman
lafazh [redaksi ayat] bukan berdasarkan konteks yang menyebabkan
diturunkannya ayat).34

5. Kegunaan ilmu Asbab al-Nuzul


a. Membantu memahami ayat dan dapat menghilangkan kekeliruan
pemahaman seorang mufassir.
b. Mengetahui hikmah dibalik pemberlakuan sebuah hukum.
c. Membatalkan kebiasaan buruk dan akhlak jelek yang mendominasi
masyarakat jahiliyah.
d. Menghilangkan keraguan seseorang yang memahami ayat hanya dari sisi
zhahir semata38.
Menurut pendapat penulis. Kegunaan Asbab al-Nuzul bagi kita adalah
kita dapat mengetahui sebab turunnya ayat atau kita dapat mengetahui
penafsiran ayat secara benar.

Rangkuman
Yang dimaksud dengan Nuzul al-Qur’an adalah turunnya al-Qur’an dari
Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril39. AlQur’an
turun sekaligus dari Allah swt ke lauh mahfudz atau suatu tempat yang merupakan
catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah swt. al-Qur’an diturunkan dari
lauh mahfudz ke bait al-Izzah atau tempat yang ada di langit di dunia. Dari bait al-
Izzah lalu kedalam hati Nabi Muhammad saw dengan jalan yang berangsur-angsur
sesuai dengan kebutuhan.40
Hikmah al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Meneguhkan hati
Nabi Muhammad saw. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an.
Meringankan Nabi saw dalam menerima wahyu. Mempermudah dalam menghafal al-

34 Ibid, hlm. 109-111

1 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin. Tadarruj (selangkah demi
selangkah) dalam menetapkan hukum samawi. Petunjuk terhadap asal (sumber)
alQur’an bahwasanyan al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi
terpuji.41
Pemiliharaan al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, Dengan cara
haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan penulisan dalam arti
kitabatuhu atau menulisnya dan menyusunnya di dalam lembaran-lembaran seperti
pada lembaran kulit, daun-daun dan batu-batu.42
Pengertian Asbab al-Nuzul terdiri dari kata ‚Asbab‛ bentuk plural dari
sabab, yang artinya ‚latar belakang‛atau ‚alasan‛ atau ‚sebab‛. Kata nuzul berasal dari
kata ‚Nazala‛ yang berarti turun. Dengan demikian Asbab al-Nuzul adalah suatu
konsep atau berita tentang sebab-sebab turunya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
Saw baik berupa ayat ataupun rangkaian ayat. Dan diturunkan karna sebab ataupun
tanpa sebab.43
Macam-macam Asbab al-Nuzul pertama, ‚Ta’addud al-Asbab wa al-Nazil
Wahid‛. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/wahyu.
Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, misalnya

38Ibid, hlm. 113-115


39Manna Al-Qathan, Mabahits fi ‘ulumil Qur’an, 1393 H/1973 M, hlm.78).
40Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Tim pustaka Firdaus,

2004), hal.58.
41Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 74
42Aunur Rafiq Al-Muzani. Terj. Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-

Qur’an, (Jakarta:
pustaka al-Kautsar, 2011), cet 6. hlm. 150-151).
Kata riqqa dalam hadits adalah memberi gambaran sederhananya alat-lata yang
digunakan para
sahabat dalam mencatat ayat-ayat dipermukaan batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta
dan di lembaranlembaran kulit.
43 Ali bin Ahmad Al-wahidy, Asbab al-Nuzul, ( Jakarta: darul hadits,2003), hal 56

turunnya Q.S. al-Ikhlas: 1-4 ‚Katakanlah: Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah
tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada
pula di peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia. Ayat-ayat
yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik
makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah
setelah hijrah. Kedua, ‚Ta’adud al-Nazil wa al-Asbab
wahid‛.

Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk :


1. Sabab al-Nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas dan tidak mengandung
kemungkinan makna lain.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


2. Sabab al-Nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan
mendatangkan lafal ‚Fa‛ setelah pemaparan suatu peristiwa atau kejadian yang
menunjukkan peristiwa itu adalah sebab bagi turunnya ayat tersebut.
3. Sabab al-Nuzul dapat dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya seperti
sebab turunnya ayat tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud.
4. Sabab al-Nuzul mengandung makna sebab dan makna lainnya yaitu tentang
hukum kasus atau persoalan yang sedang dihadapi.35

Tugas mandiri
1. Jelaskan pengertian Nuzul al-Qur’an
2. Jelaskan tahapan Nuzul al-Qur’an
3. Bagaimana pengertian Asbab al-Nuzul
4. Sebutkan ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul
5. Jelaskan kegunaan Asbab al-Nuzul
6. Jelaskan kaidah-kaidah Asbab al-Nuzul
7. Jelaskan macam-macam Asbab al-Nuzul

Tes Formatif

KEGIATAN BELAJAR 3 ILMU MAKKIYAH DAN


ILMU MADANIYAH

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Ilmu Makkiyah dan ilmu Madaniyah. tanda-tandanya, fungsi ilmu Makkiyah dan
Madaniyah bagi para mufassir.

Sub capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mengenal ilmu Makkiyah dan ilmu Madaniyah
2. Mengetahui tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan Madaniyah

35 Anwar, Rosihan. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung. 2000.

1 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


3. Mengetahui fungsi ilmu Makkiyah dan Madaniyah bagi para mufassir.

Pokok-Pokok Materi
Surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Fungsi mengenal surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah

Uraian Materi
1. Ilmu Makkiyyah dan Madaniyah
Ada beberapa definisi tentang pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah. Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang turun
sebelum nabi saw hijrah ke kota Madinah. Dan ilmu Madaniyah adalah penjelasan
tentang ayat-ayat al-Qur’an yang turun sesudah Nabi hijrah ke kota Madinah. Ilmu
Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang turun di kota dan sekitarnya
Mekah sekalipun turun setelah nabi Hijrah dan ilmu Madaniyah adalah penjelasan
tentang ayat-ayat yang turun di kota Madinah dan sekitarnya. Ilmu Makkiyah adalah
penjelasan tentang ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada
penduduk kota Mekah, sedangkan ilmu Madaniyah penjelasan tentang ayat-ayat yang
khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah.36
Penulis menyimpulkan bahwa pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah ialah pengetahuan tentang ayat-ayat dan surat-surat yang turun sebelum
nabi saw hijrah ke kota Madinah dan setelah nabi saw hijrah ke kota Madinah, penelitian
riwayat-riwayat dan nash-nash hadis yang memperkuatnya, dengan bersandar kepada
fakta sejarah benar.
Klasifikasi ayat atau surat ke dalam ilmu makkiyah dan madaniyah. Untuk
mengklasifikasikan ayat atau surat ke dalam ilmu Makkiyah dan Madaniyah, para
ulama menyimpulkan ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah dan
madaniyyah.
1. Dengan sima’i (mendengar riwayat dari sahabat dan tabi’in) dan qiyas
(analogy). Yang dimaksud dengan sima>‛i adalah riwayat yang dinukil dari
Nabi saw dan sahabat yang melihat proses penurunan al-Qur’an.
2. Dimaksud denga qiyas adalah ciri-ciri umum yang mendominasi ayat-ayat
Makkiyah dan Madaniyah.37

Ciri-ciri surat-surat Makkiyah


1. Terdapat kata kalla pada sebagian besar atau seluruh ayatnya.
2. Terdapat sujud tilawah pada sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.

36 Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016, hlm. 66.
37 Anshori, Opcit. hlm 119-120

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits1


3. Diawali huruf-huruf tahajji seperti qa>f, nu>n dan ha>mim.
4. Memuat kisah Adam dan iblis.
5. Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
6. Didalamnya terdapat khithab kepada semua manusia.
7. Menyeruh dengan kalimat ‚anak Adam‛.
8. Isinya memberi penekanan masalah tauhid atau akidah
9. Ayatnya pendek-pendek.

Ciri-ciri surat Madaniyah


1. Terdapat kalimat yang diarahkan kepada ‚orang-orang yang beriman‛ pada
ayat-ayatnya.
2. Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishash dan jihad.
3. Menyebut kalimat yang diarahkan kepada ‚orang-orang munafik‛.
4. Memuat bantahan terhadap ahlu al-kitab.
5. Memuat hukum syara seperti ‘ibadah, mua>malah dan ahwa>l al-
Syakhshiyah.
6. Ayatnya panjang-panjang.38

Tiga bentuk yang menentukan surat-surat Makkiyah dan surat-surat


Madaniyah adalah dari sisi waktu di turunkannya. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan
sebelum hijrah meskipun di luar kota Mekkah, sedangkan Madaniyah adalah yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun turun di sekitar kota Mekkah. Dari sisi tempat di
turunkannya. Makkiyah adalah surat-surat yang turun di kota Mekkah dan sekitarnya,
sedangkah Maddaniyah surat-surat yang turun di kota Madinah dan sekitarnya. Dari
sisi sasarannya. Makkiyah adalah yang turun untuk ditujukan kepada masyarakat
Mekkah dan Madaniyah turun untuk ditujukan kepada masyarakat Madinah.
Dapat disimpulkan bahwa dari ada beberapa segi dalam menentukan
Makkiyah dan Madaniyah yaitu dari segi waktu, tempat dan sasarannya. Pada
dimensi sasaran, ayat-ayat yang turun di kota Mekkah masih bersifat umum yaitu
untuk seluruh manusia, akan tetapi surat-surat yang turun sesudah Nabi hijrah ke kota
Madinah, sasaran perintah dan larangan bersifat khusus seperti ‚Wahai orangorang
yang beriman‛.

3. Beberapa fungsi mengetahui ilmu ilmu Makkiyah dan ilmu Madaniyah.

a. Sangat penting dan sangat bermanfaat di dalam pengklasifikasian berbagai


periwayatan, pembenaran teks dan pembelajaran sejarah.
b. Dapat mengenali napak tilas rangkaian atau fase-fase dakwah Islam dari awal
hingga akhir.

38 .Acep hermawan, M.Ag., Op. cit., hlm. 67-68

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


c. Dapat menghayati proses turunnya al-Qur’an
d. Menjadi lebih mengenali atau lebih tahu sejara Nabi
e. Dapat meningkatkan keyakinan akan kesucian al-Qur’an.39
f. Untuk mengetahui ayat-ayat yang turun terlebih dahulu dan yang turun
belakangan, sehingga dapat menentukan ayat na>sikh dan mansukh.
g. Untuk mengetahui sejarah penurunan dan proses penetapan suatu hukum dari satu
situasi ke situasi yang lain.
h. Untuk mengukuhkan keautentikkan Al Qur’an, dan untuk mengukuhkan
sampainya Al Qur’an kepada kita dengann selamat tanpa mengalami perubahan
dan pemalsuan.40

Rangkuman
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan cara
berangsurangsur atau sedikit demi sedikit. Mengingat Nabi Muhammad Saw pernah
bertempat tinggal di dua kota ternama yaitu kota Makkah dan kota Madinah. Makkah
dan Madinah adalah tempat tingal Nabi Muhammad saw lahirlah salah satu cabang
ilmu pengetahuan dari ilmu-ilmu al-Qur’an yaitu Ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
Ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mempelajari ulum al-Qur’an
pada umumnya dan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an pada khususnya. Karna
hampir tidak ada buku-buku, ilmu-ilmu al-Qur’an yang tidak melibatkan Ilmu
Makkiyah dan Madaniyah.41
Klasifikasi ayat/surat dalam Makkiyah dan Madaniyah
adalah diturunkannya di Madinah, diturunkannya di Mekkah, ayat-ayat
Makkiyah dalam surah-surah Madaniah, ayat-ayat Madaniah dalam surat-suruh
Makkiyah, ditunkannya di kota Mekkah sedang hukumnya Madaniyah, diturunkannya
di kota Madinah sedang hukumnya makkiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di
kota Mekkah dalam kelompok Madani, yang serupa yang diturunkan di Madinah
dalam kelompok Makkiyah, yang dibawa dari kota Mekkah menuju kota Madinah,
yang dibawa dari kota Madinah ke kota Mekkah, yang diturnkan pada malam hari dan
di waktu siang hari, diturunkan dimusim panas dan di musim dingin, turun diwaktu
menetap dan dalam waktu perjalanan42.
Ciri-ciri umum surat-surat Makkiyah adalah ayat-ayatnya pendek-pendek dan
surat-suratnya juga pendek-pendek, Isi kandungannya mengandung seruan pokok-
pokok beriman kepada Allah, hari akhir atau hari kiamat dan menggambarkan
keadaan surga dan neraka, memerintahkan manusia agar berperilaku mulia, banyak
terdapat lafal sumpah, mendebat orang-orang musyrikin dan menerangkan kesalahan
penderitaan mereka.43

39 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013,


hlm. 285-287
40 Anshori, Op. cit, hlm. 121-122
41 Muhammad Al-khudhari Bek, Tarikhul-Tasyri’al-Islami, 1387 H/1976 M, hlm.5-8.
42 Manna Khalil al-Qattan. Studi ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor, pustaka Litera nusa, 2011), hal 74.
43 Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy. Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT, Pustaka

rizki

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits2


Ciri-ciri umum surat-surat Madaniyah adalah suratnya atau ayat-ayatnya
panjang-panjang, menjelaskan keterangan dan dalil-dalil tentang hakikat
hukumhukum keagamaan.
Tiga bentuk untuk menentukan ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah. Dari
segi waktu turunnya. Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun
bukan di Mekkah. Madaniyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan
di Madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau ‘Arafah adalah
Madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Mekah. Dari segi
tempatnya. Makkiyah ialah yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah
dan Hudaibiyah. Dan Madaniyah adalah turun di Madinah dan sekitarnya seperti
Uhud, Quba’ dan Sil’. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara
kongkrit yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabuk atau di Baitul
Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya sehingga ia tidak dinamakan
Makkiyah dan tidak juga Madaniyah. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di
Mekah sesudah hijrah disebut Makkiyah. Dari segi sasarannya. Makkiyah adalah
yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekah dan Madaniyah adalah yang
seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para
pendukungnya menyatakan bahwa ayat al-Qur’an yang mengandung seruan ‚ya
ayyuhan nas‛ (wahai manusia) adalah Makkiyah. Sedangkan ayat yang mengandung
seruan ‚Ya Ayyuha al-ladzina Amanu‛. (wahai orang-orang yang beriman) adalah
Madaniyah.
Kegunaan mengetahui ilmu Makkiyah dan Madaniyyah adalah seseorang
dapat mengetahui sejarah perjalanan Nabi Muhammad Saw. Dapat mengetahui
pensyariatan hukum islam. Dapat mengetahui seorang mufassir atau yang lainnya
dapat mengenali dan sekaligus menelusuri jejak (nafak tilas) rangkaian fase-fase
dakwah Islamiyah dari awal sampai akhir dan dapat memperoleh inspirasi. Ilmu
Makkiyah dan Madaniyah juga sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi
berbagai periwayatan, pembenaran teks-teks dan pembelaan terhadap penelusuran
kebenaran sejarah.44

Tugas
1. Jelaskan pengertian ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
2. Jelaskan tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.
3. Jelaskan fungsi mengetahui surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.

Tes Formatif

saputra,2002), hal 81.


44 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qu’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013. cet.1. hlm, 286-287).

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 4
AL-QASHAS AL- QUR’ANI

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengerti makna Qashash al-Qur’an. macam-macamnya, manfaatnya, hikmah
pengulangannya, perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya dan pengaruh
kisah al-Qur’an dalam pendidikan.

Sub capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mengenal Qashash al-Qur’an.
2. Mengetahui macam-macam Qashash al-Qur’an.
3. Memahami Fiqih Qashash al-Qur’an.
4. Memahami hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an.
5. Membedakan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya ?
6. Mendalami pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan.

Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian Qashash al-Qur’an.
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an.
3. Fiqih Qashash al-Qur’an.
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an.
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya.
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan.

Uraian Materi
1. Pengertian al-Qashash al- Qur’ani
Secara bahasa kata al-Qashashu berarti ‚mengikuti jejak atau mengungkapkan
masa lalu‛.Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari Qashsha-YaqushshuQashashan.45
Sebagaimana yang diungkapkan di dalam al-Qur’an.
٦١ ‫ُ َُ ءاثاَُ ُاصُصا‬² ُ“ ُُ ‫ب ُُغ‬ ‫ما‬ َُ ‫ُىل‬² َُ َُ‫قا َُ َُه ذ‬
‫ُز َ ق‬ َُ ‫فٱ َُ ُزتدَُ ُ َُا‬ ُ‫„ُا‬
‫ىعي‬

45 Lihat Manna al-Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th),

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits2


hlm. 305.

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


‚Musa berkata "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula‛. Q. S. al-Kahfi, 64.

Al-Qashash dalam al-Qur’an sudah pasti dan tidak fiktif, sebegaimana yang
ditegaskan dalam al-Qur’an :

ُ, ُ’ ُ‫ُ ´„ إ ُ ٱلل ُُ ُ َُ ٱللُُ ى‬ ُ‫“ق َُا ُ ُ إ ى‬


‫ُ ٱ ص ٱ‬, ُ َُ ’ ُ‫ َُ َُرُا ى‬² ُُ َُ
َُ ‫“ُُ إ‬
ُ ُُ‫’ل‬ ُ² ‫ُىقصُ ُىح‬
َ ُ˚
١١ ُ„ ُ ُ‫ٱ ُى َُع ُز ز ٱ ُىح‬
‫ن‬
‚Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana‛. Q. S. Ali Imran, 62.

Al-Qur’an selalu menggunakan terminology qashash untuk menunjukkan


bahwa kisah yang disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah
atau dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan
benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qishash.
Dari segi terminology, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan
dalam masa-masa yang saling berurutan. Qashash al-Qur’an adalah pemberitahuan
mengenai ihwal umat yang terdahulu atau yang telah lalu. Nubuwwat (kenabian) yang
terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah lalu, sedang terjadi dan yang akan
terjadi.46

2. Macam-Macam Qashash al-Qur’an


Dalam buku ‚Ulum al-Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan‛ yang
ditulis oleh Anshori dan mengutip dari kitab yang berjudul ‚Mabahits fi Ulum al-
Qur’an‛ karya Manna al-Qatthan, beliau memaparkan bahwa macam-macam Qashash
al-Qur’an ada tiga macam :
a. Kisah para Nabi (nubuwwat) terdahulu. Cerita ini mencangkup dakwah para
Nabi pada kaumnya, mu’jizat mereka, sikap para penentang para Nabi, fase
dakwah dan perkembangannya, balasan terhadap orang-orang kafir yang
menentang mereka dan para pendusta, seperti cerita Nabi Nuh, Ibrahim, Musa,
Harun, Isa, Muhammad saw dan lainnya.
b. Kisah al-Qur’an yang berkaitan dengan kejadian masa lalu, cerita tentang yang
belum ditetapkan kenabiannya seperti Thalut, Jalut, dua putra nabi Adam,
Ahlul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashab as-sabti, Maryam, Ashabul Uhdud,
asha>b al-Fiil dan lainnya.
c. Kisah yang berkaitan dengan kejadian yang akan terjadi pada masa Rasulullah
seperti Perang Badar, Uhud dalam surah Ali Imran. Perang

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits2


46 Anshori,Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm 123.

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Hunain, Tabuk dalam surah at-Taubah, perang al-Ahzab dalam surah alAhzab,
al- Isra dan semacamnya. 47
3. Fa>idah Qashas al-Qur’an
Ada beberapa faedah dalam kisah-kisah al-Qur’an menurut Manna alQatthan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ajaran para Rasul. Penjelasan pokokpokok
syari’at yang diemban oleh setiap Nabi.
ُُُ ‫ىُُ ُُ ´ُ ىُُ ´ُ إ‬ ‫هإ‬ ‫ُ ˚ُ َُاَُُ أ ُزُ سي ُُُُ ق بُ ُُ زس‬
ُ َُ‫َُ أ‬ ُ² ‫’لُُ ح َ˝ أَُ ُ َُُُ ُۥ‬ ‫ُُي‬ ُ َُ‫ا‬
َُ‫’لُ َُُ ا‬ ‫َ’لُ إ‬ ُ‫إ‬ ‫ل‬
٢١ ُ˚ ُُ ُُ‫فٱ َُ ُعب̊د‬
‚Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". Q. S. al-Ambiya, 25.

b. Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan
menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan,
kebenaran dan pertolongan-Nya serta menghancurkan kebatilan dan para
pendukungnya. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan dalam Q. S. Hud 120.
‚Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisahkisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surah ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orangorang yang beriman.‛.
c. Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka dan
mengabadikan peninggalan mereka.
d. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad saw dalam risalah dakwahnya
dengan memberitakan tentang keadaan orang-orang terdahulu dalam berbagai
macam level generasi yang berbeda.
e. Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang
mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab
mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana firman
Allah Ta’ala ‚Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan
makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan ada
makana yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu,
lalu bacalah dia jika kamu oprang-orang yang benar.‛ (QS Ali Imran [3]:
93).
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi
mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebutkan dalam Q. S.
al-Nisa, 160 dan surah al-An’am, 146.
f. Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam
berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits2


47 Ibid; hlm 124

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


‚Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal.‛ Q. S. Yusuf 111).48

4. Hikmah Pengulangan Qashash dalam al-Qur’an.


a. Menjelaskan dari segi ke-balaghah-an al-Qur’an pada tingkat yang lebih
tinggi. Diantara karakteristik balaghah adalah penampakkan makna satu
dengan benruk yang berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada seluruh
tempat dengan gaya bahasa yang berbeda-beda, diukir pada cetakan yang
buykan cetakannya. Manusia tidak merasa jenuh atas pengulangan ceritanya,
bahkan makna yang ditangkap jiwa selalu baru, tak seorangpun dapat meresapi
keindahan dan kedalaman maknanya selain dari cerita-cerita al-Qur’an.
b. Meneguhkan sisi kemukjizatan al-Qur’an. Ketika satu makna diungkapkan
dalam bentuk yang berbeda maka seseorang semakin terkesima dan takjub
dengannya.
c. Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesanpesannya
lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini dikarenakan pengulangan
merupakan salah satu sebagai cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya
perhatian al-Qur’an terhadap masalah tersebut.
d. Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu
diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di suatu tempat
karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya
dikemukakan di tempat lain sesuai dengan keadaan.49

5. Perbedaan Kisah dalam al-Qur’an dengan Lainnya


Sebagai kitab suci, al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil jika
al Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya tidak
dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisahkisah
tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas. Dengan melalui studi
yang mendalam, diantara kisah al-Qur’an dapat ditelusuri akar sejarahnya. Misalnya
situs-situs sejarah bangsa Iran yang diidentifikasikan sebagai kota-kota Palin, Sodom,
Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth.
Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II
disinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan dalam al-Qur’an. Disamping itu, memang
terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk dideteksi sisi historinya, misalnya
peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah ratu Saba’. Oleh karena itu, sering disinyalir bahwa
kisah-kisah dalam al-Qur’an itu ada yang historis da nada juga yang ahistoris.
Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia mengandung
kemungkinan benar dan salah, karena manusia memiliki sifat subjektivitas karena

48 Opcit; hlm. 306


49 Manna al-Qatthan, ibid; hlm. 307.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits2


dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya atau memliki kepentingan politik dan
sebagainya.
Sedangkan sejarah dalam al-Qur’an pasti benar karena datangnya ndari Allah
Ta’ala yang tidak punya kepentingan kecuali unutk kemaslahatan manusia. Kisah-
kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Memang diakui bahwa al-
Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak
memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang
berlakunya hukum Allah swt dalam kehidupan social serta berpengaruh baik dan
buruknya dalam kehidupan manusia.
Karena itu, kisah-kisah dalam al-Qur’an memiliki realitas yang diyakini
kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Kisah tersebut adalah bagian
dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana. Maka bagi manusia
mukmin atau manusia yang beriman, tidak ada kata lain kecuali menerima dan
mengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya.50

6. Pengaruh Kisah al-Qur’an dalam Pendidikan


Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam
alQur’an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia
dengan mudah serta tidak menjenuhkan para pembacanya.
Dengan metode cerita sangatlah berguna atau bermanfaat untuk dfiterapkan
untuk para pesreta didik. Karena pelajaran yang diterima dan yang disampaikan
disekolah seringkali berdampak terhadap kejenuhan. Para pelajar sering tidak dapat
mengikuti dan mendalaminya kecuali dengan kesulitan dan rasa yang membosankan,
apalagi disampaikan dengan waktu yang singkat dan terburuburu.
Dengan metode cerita ini sangat cocok atau sangat bermanfaat bagi para
pendidik atau para guru untuk memanfaatkan metode cerita ini sebagai media proses
belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang sangat padat materinya, metode
cerita ini memang sangat pas untuk digunakan. Metode penyajian kisah dalam al-
Qur’an merupakan metode yang dapat ditiru olrh para guru atau para pendidik untuk
membantu agar sukses dalam mengemban tugas mulianya sebagai pendidik. Dalam
menyampaikan kisah-kisah al-Qur’an tersebut, seorang pendidik dapat
mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para
pelajarnya atau sesuai dengan tingkatan kelas mereka.51

Rangkuman
Qashash bermakna urusan, berita dan keadaaan. Qashash al-Qur’an ialah
khabar-khabar al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian
masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.52 Di dalam al-Qur' an ada tiga
macam kisah. Pertama, Kisah Nabi-nabi dalam berdakwah. Mukjizatmukjizat yang

50 Anshori, Opcit. hlm 128.


51 Ibid. hlm, 131.
52 Tengku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur’an, (Semarang: PT. Pustaka

Rizki Putra, 2002), hlm. 191.

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


diberikan Allah kepada mereka. sikap orang-orang yang menentang dakwah.
Tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya. Akibat yang dirasakan oleh orang-
orang yang beriman dan orang-orang yang mendustakan seperti dalam kisah Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw dan nabi-nabi lainnya. Kisah yang berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dan orang-orang yang belum jelas
kenabiannya seperti kisah orang-orang yang dibuang negerinya, yang beribu-beribu
jumlahnya karena takut mati. Kisah Thalut dan Jalut. Anak-anak Adam, orang-orang
yang tidur dalam gua, Zul Qarnaini, Asha>bus sabti, Maryam, Asha>bul Ukhdud,
Asha>bul fil dan lain-lain. Kisah yang berkaitan dengan kejadiankejadian di zaman
Rasul. Seperti perang Badar, perang Uhud dalam surat Ali Imran.
Perang Huniain dan Tabut dalam surat al-Taubah. Perang al-Ahzab dalam surat al-
Ahzab. dan lain-lainnya.53
Faidah-faidah kisah Qur'an. Pertama, menjelaskan dasar-dasar dakwah
agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan oleh para
Nabi. Kedua, mengokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad dalam beragama
dengan agama Allah swt dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangya
pertolongan Allah swt dan hancurnya kebatilan. Ketiga, mengabadikan usaha-usaha
para Nabi-nabi dan pernyataan bahwa Nabi-nabi dahulu adalah benar. Keempat,
memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad Saw. dalam dakwahnya dengan dapat
menerangkan keadaan-keadaan uniat yang telah lalu. Kelima, menyingkap
kebohongan ahlul kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih
mumi dan menjadikan prilaku mereka sebagai pelajaran.54
Di antara keistimewaan bahasa al-Qura>n adalah balaghahnya. Pertama.
menerangkan sebuah makna dalam berbagai macam susunan. Dan pada tiap-tiap
tempat disebut dengan susunan kalimat yang berbeda dari yang telah disebutkan.
Dengan demikian selalu terasa nikmat kita mendengar dan kita membacanya.
Kedua, menampakkan kekuatan I’jaz dengan menyebutkan suatu makna dalam
berbagai bentuk susunan perkataan yang tidak dapat ditantang oleh
sastrawansastrawan Arab serta merupakan bukti bahwasa al-Quran itu benar-benar
dari Allah swt. Ketiga, memberikan perhatian penuh kepada kisah itu. Mengulang-
ulanginya sebagai cara ta'kid dan tanda-tanda besarnya perhatian Allah swt terhadap
kisah tersebut.55
Kisah-kisah al-Qur'an sangat berbeda dengan kisah-kisah lainnya dari
berbagai segi dan sisi. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa titik pembeda paling
penting antara kedua jenis kisah itu adalah tujuan yang hendak dicapainya. Pada
hakikatnya tujuan itulah yang menjadi pembeda utama antara dua jenis kisah itu.
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, pasti
memeiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya. Sebagian orang sangat meminati seni

53 Mana‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),


hlm.145-146.
54 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur’an, (Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 192.


55 Ibid, Hlm. 193

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits2


cerita karena unsur seninya saja. Deugan kata luin, ia menekuni bidang seni ini supaya
bakat seninya bertambah maju dan berkembang pesat.56

Tugas
1. Pengertian Qashash al-Qur’an ?
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an ?
3. Fiqih Qashash al-Qur’an?
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an ?
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya ?
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan ?

Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF

56 Mana>‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 151.

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


DAFTAR PUSTAKA
Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,
Jakarta: 2016
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992. M.
Yusuf Kadar, study al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:
2010
Masyhur Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta :1992.
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013.
Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia.
Qatthan, Manna Khali, Mabahits Fii Ulum Al- Qur’an, Riyadh: Da>r al-Rasyid, t.th.
Qatthan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2011.
Qatthan, Manna’ Khalil, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.
Taufiqurrahman. Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia
Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum alQur’an)
Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki Putra,
Semarang, 2014
Tim Penulis: Romlah Widayati, Umi Khusnul Khotimah, dkk, Pembelajaran Ilmu
Qira’at, (Tanggerang: Institut Ilmu Al-Qur’an, tanpa tahun).
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Quran.1996. jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits3


Zainu, Syeih Muhammad Jamil. Bagaimana Memahami Al-Quran. 1995. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar.

GLOSARIUM

al-Qur’an.
Asbab al-Nuzul.
Ilham Madaniyah.
Makkiyah.
Maqa>sid al-Quran.
Mufassir.
Nuzul al-Qur’an.
Qashash al-Qur’an.
Ta’lim.
Ulum al-Qur’an. Wahyu.

3 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an|Hadits3
MODUL 2 AL-QUR’AN HADITS

PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup ini.
Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk alQuran
dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman sesame
manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara akan menjadi
Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara akan menjadi
hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua hal ini
meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran hokum Islam,
al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu semua pelajar yang
berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari al-Quran dan Hadits
ini.

Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar terdapat
beberapa perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah bahasa Arab
atau ilmu nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa Arab ini para
pelajar (muslim atau non muslim) mustahil dapat memahami isi kandungan al-Quran
dan Hadits dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal ini
tidak dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan
pengenalan al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
Banyak karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran dan Hadits
lebih tepat dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam Burhanuddin al-
Zarkasyi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin alSuyuti dan Manahil al-
‘Irfan fi Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani. Akan tetapi mayortias
karya-karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab. Oleh karena itu dibuat modul
ini dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang tidak dapat membaca kitab-kitab
Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab

Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit3s3


1. Membaca terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang terdapat di akhir
pembahasan.
2. Membaca target capaian
3. Membaca sub materi
4. Membaca rangkuman
5. Membaca isi utama tema yang terdapat di dalam modul ini.

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1 AYAT-AYAT MUHKAMAT
DAN MUTASYABIHAT

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. tanda-tandanya. Statusnya dalam bidang
hokum Islam.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengenal makna ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.
Mengetahui tanda-tandanya.
Mengetahui fungsinya dalam bidang hokum Islam.

Pokok-Pokok Materi
Muhkamat dan Mutasyabihat.

Uraian Materi
1. Pengertian Muhkamat dan Mutasyabihat.
Kata muhkam diambil dari kata ‚ahkama‛ yang artinya mencegah. Al-
Hukmu artinya memisahkan antara dua hal. Seseorang dikatakan hakim karena ia
mencegah kezaliman dan memisahkan antara dua orang yang berselisih, membedakan
antara yang hak dan yang batil, antara benar dan dusta. Maka kata hikmah artinya
mencegah bagi pelakunya dari hal yang tidak layak. Dan kata muhkam artinya
diyakinkan dan dipastikan.57
Adapun beberapa pendapat atau definisi tentang muhkam. Amir Abd. Aziz
dalam Dirasat fi Ulum al-Qur’an mengumpulkan enam definisi mengenai pengertian
muhkam dan mutasyabih:
a. Definisi Amir Abd. Aziz dinyatakan sebagai pendapat ahlu sunah. Muhkam
atau muhkamat adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang atau
dengan melalui ta’wil, karena ayat yang perlu ditakwil itu memiliki
pengertian lebih dari satu kemungkinan. Adapun mutasyabihat adalah
ayatayat yang pengetiannya secara pasti hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.
Misalnya saat datangnya hari kiamat dan makna huruf tahajji, yakni

57 Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlm. 215.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit3s5


hurufhuruf yang terdapat pada awal surah seperti Qaf, Alif, Lam, Mim, dan
lainlain.
b. Definisi dari Ibnu Abbas. Muhkam dalah ayat yang penakwilannya hanya
mengandung bermacam-macam pengertian.
c. Muhkam adalah ayat yang maknanya rasional. Artinya dengan akal manusia,
pengertian ayat itu sudah dapat ditangkap, adapun ayat-ayat
mutasyabih mengandung pengertian yang tidak dapat dirasionalkan.
d. Ayat-ayat al-Qur’an yang muhkam adalah ayat yang nasikh dan mengandung
pesan halal, haram, hudud, faraidh dan semuanya wajib diimani dan
diamalkan. Adapun mutasyabih, yaitu ayat yang padanya terdapat mansukh
dan qasam (sumpah) serta yang wajib diimani, tetapi tidak wajib diamalkan
lantaran tidak tertangkapnya makna yang dimaksud. Definisi ini, menurut
Amir Abd Aziz, juga dinisbatkan kepada Ibnu Abbas.
e. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang mengandung halal dan haram.
Sedangkan ayat mutsyabihat diluar konteks itu.
f. Ayat muhkam adalah ayat yang tidak ter- naskh (tidak mansukh). Sementara
ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang di naskh kan.58

Mutasyabih dari segi bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain. Dan syubhah adalah keadaaan dimana salah satu dari dua
hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara
keduanya secara konkret maupun abstrak. Dikatakan pula mutasyabih adalah
mutamatsil (sama atau serupa) dalam perkataan dan keindahaan. Oleh karena itu
tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan karena sebagiannya
membetulkan sebagian yang lain.59
Dengan demikian masih banyak pengertian atau definisi muhkam dan
mutasyabih. Adapun pengetian muhkam dan mutasyabih secara khusus terdapat
banyak berbagai pendapat atau banyak definisi. Yang terpenting diantaranya :
a. Muhkam adalah ayat yang mudah dikatehui maksudnya, sedangkan
muatsyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah Ta’ala sendiri.
b. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangakan
mutasyabih mengandung banyak wajah.
c. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa
memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian,
memerlukan keterangan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.4

2. Macam-Macam Mutasyabih
Para ulama membagi mutasyabih menjadi tiga macam :

58 Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2016), hlm 160.


59 Anshori, opcit. hlm.

134. 4Ibid., hlm. 133.

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. Makna kandungannya mustahil diketahui manusia seperti sifat Allah swt, hari
kiamat dan lain-lain.
b. Melalui penelitian seperti ayat-ayat yang kandungannya bersifat umum, tidak
mengarah secara pasti, karena singkatnya redaksi.
c. Bahwa ayat-ayat mutasyabih, dapat diketahui oleh sebgaian ulama dengan
melakukan penyucian diri.60
Selain itu pembagian macam-macam mutasya>bihat secara terperinci imam
alRaghib al-Ashfahani membagi mutasyabihat menjadi tiga macam. Pertama,
mutasyabihat dari segi lafazh. Kedua, mutasyabihat dari segi makna. Ketiga,
mutasyabihat dari segi keduanya. 61

3. Hikmah Diturunkannya Ayat-Ayat Mutasyabih


Dari ayat tujuh Q. S. Ali Imran sejatinya tersirat sebagai hikmah dan rahasia
dibalik adanya muhkam dan mutasyabih dalam Qur’an. Karena itu para ulama
berusaha untuk menggalinya dan diantaranya hikmah dengan diturunkannya ayat,
baik muhkam dan mutasaybih sebagai berikut:
a. Memperlihatkan keagungan al-Qur’an dan kebenarannya. Ketika orangorang
Arab berbangga-bangga dengan balaghah dan bayan, ijaz dan ithnab, majaz
dan kinayah, maka demikian juga al-Qur’an, ia datang dengan gaya bahasa
yang sama bahkan jauh lebih tinggi dari bahasa yang mereka banggakan.
b. Sebagai salah satu bentuk ujian dari Allah agar manusia yang beriman
semakin kuat keimanannya dan yang munafik kelihatan wajah
kemunafikannya. Karena itu, tidak semua ayat dijelaskan makananya
(muhkam), tapi ada sebagian ayat mutasyabih (ayat yang disamarkan).
c. Memberi peluang dan kesempatan kepada Umat Islam untuk mengkaji dan
menggali atau meneliti ayat-ayat al-Qur’an. Seandainya semua ayat alQur’an
berbentuk muhkamat maka kegiatan pengkajian dan penelaahan terhadap isi
kandungan al-Qur’an akan dapat dilakukan dengan mudah karena ayat-
ayatnya relative lebih mudah dimengerti. Berbeda halnya dengan mutasyabih,
dengan adanya ayat mutasyabih mereka akan lebih giat dalam mempelajari
al-Qur’an.7

4. Pendapat Ulama dalam Menta’wil Ayat-Ayat Mutasyabihat


dan
Mengkrompomikannya
Dengan merujuk kepada makna takwil (al-ta’wil) maka akan jelas bahwa antara
kedua pendapat tidak terdapat pertentangan, karena lafaz ‚takwil‛ digunakan untuk
tiga makna :

60M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati), hlm.427.
61Anshori, op.cit., hlm.
137. 7Ibid., hlm. 142.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit3s7


a. Memalingkan sebuah lafaz dari makna yang kuat (ra>jih) kepada makna yang
lemah (marjuh) karena ada suatu dalil yang menghendakinya. Inilah
pengertiaan takwil yang dimaksudkan oleh mayoritas
ulama muta’akhkhirin.
b. Takwil dengan makna tafsir (menerangkan, menejalaskan), yaitu
pembicaraan untuk menafsirkan lafaz-lafaz agar maknanya dapat dipahami.
c. Takwil adalah hakikat (substansi) yang kepadanya pembicaraan
dkembalikan. Maka takwil dari apa yang diberitakan Allah tentang zat dan
sifat-sifat-Nya ialah hakikat zat-Nya itu sendiri yang kudus dan hakikat sifat-
sifat-Nya. Dan takwil dari pada yang diberitakan Allah tentang hari kemudian
adalah substansi yang ada pada kamudian itu sendiri. 62

Rangkuman
Secara bahasa kata Muhkam berasal dari kata ihkam yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Namun secara pengertian ini pada
dasarnya kata tersebut kembali kepada makna pencegahan.
kata muhkam merupakan pengembangan dari kata ‚ahkama, yuhkimu, ihkaman‛
yang secara bahasa adalah atqona wa mana’a yang berarti mengokohkan dan
melarang. Sedangakan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara
bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaan
antara dua hal. Tasyabaha dan isyabaha berarti dua hal yang masigmasing menyerupai
yang lainnya.
Secara istilah (terminologi) para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan
definisi muhkam dan mutasyabih. Di bawah ini ada beberapa definisi menurut
alZarqani.9
Menurut Abd. al-Jalal, ada tiga macam makna ayat-ayat Mutasyabihat.
Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia kecuali Allah swt.
Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan
pengkajian yang mendalam seperti pencirian mujmal, menentukan mutasyarak,
memuqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib. Mutasyabihat yang
hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua orang. Hal
ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah swt dan orang-orang yang
rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.10
Di bawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan
mutasyabih. Andai seluruh ayat al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan
sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang sudah jelas. Apabila
seluruh ayat al-Qur’an Mutasyabihat niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai
penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa al-
Qur’an seluruhnya dari sisi Allah swt, segala yang datang dari sisi Allah swt pasti
benar dan tidak mungkin bercampur dengan

62 Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid,
t.th), hlmn. 218. . 9Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1996) hlm 81-83 10Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya:
Dunia Ilmu, 2008.

38 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kebatilan.63
Menurut Abd. ‘Azim al-Zarqani, ayat-ayat mutasyabih dapat dibagi tiga
macam. Pertama, ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya
seperti pengetahuan tentang dzat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-
sifat zat Allah swt.
ُْ ُ‫ُ لُ يع ُْ ُُ ا إ ا ِل‬ ‫ُع ُْ ُِدُ فا ُت‬
‫ح ا ْنغُ ْي‬
ِ
‫ُِة‬
‚Dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahui kecuali Dia sendiri‛. Q. S. al-An’am : 59

Kedua, ayat-ayat yang setiap orang dapat mengetahui maksudnya melalui


penelitian dan pengkajian seperti ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul
akibat ringkas dan panjang.

… ‫سطُ ا في ُِ ح ا طاب نكُ ى ي ُِ سا ُِء‬ ُْ ‫ُ ´ُإُ ُِ ْ خ ُْفتُ أ الُ تق‬


’ ‫„ُ ا‬ ‫ا ْنيتُا ُيُى فا ُ ا‬ ‫ْى‬
ُِ ‫ُْ ُِك‬
‫ن‬
‚Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan
yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita…‛. Q. S. al-Nisa : 3.

Ketiga, ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para


Ulama tertentu dan bukan semua ulama. Maksud yang demikian adalah maknamakna
yang tinggi yang memenuhi hati seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid.
Tentang perbedaan pendapat antara ulama khalaf dan ulama salaf mengenai
ayat-ayat mutasyabihat dimulai dari pengertian, berbagai macam sebab dan
bentuknya. Dalam bagian ini, pembagian khusus tentang ayat-ayat mutasyabihat yang
menyangkut sifat-sifat Tuhan, oleh As-Suyuti disebut ‚ayat-ayat al-shifat‛ dan dalam
istilah Shubhi al-Shalih ‚mutasyabih al-shifat‛ ayat-ayat yang termasuk dalam
katagori ini banyak.

’ ْ ‫ُيث ُْقى‬
‫ج زت ِ’ك ا جال ُ ا ألِسا ِو‬
‫ُْك‬ ‫ُ ُْ ن ُِل‬
‚Dan kekallah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan‛. Q. S. al-Rahman, 27.

Dalam hal ini, Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama kedalam dua
mazhab. Mazhab Salaf yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifatsifat
mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka
mensucikan Allah swt dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah
swt dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan al-Qur’an serta menyerahkan
urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka menyerahkan
urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah, mereka disebut pula

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit3s9


mazhab al-Mufawwidah atau al-Tafwid. Ketika Imam Malik ditanya tentang makna
istiwa`, dia menjawab

63 Syaih Muhammad Jamil, Bagaimana Memahami al-Quran, (Jakarta : Pustaka Al-

Kautsar, 1995) hlm 121.

38 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ُُِ ْ ‫سخ ُْس ج‬ُُ ‫س ُِ تاء ُي ُْعهُ ْ ُو ُ ل ان ُؤا عُ ْـُ ُ ا ظـُ ُم ان‬
ْ ُ‫ا ِل‬
‫لس ت ُِد ُْ عة ُ ـك زج ْء ا‬ ُْ ‫ا ْن ُك ْيف‬
ُ ْ ‫ج‬
.ُ‫ي‬’ ُ‫ع‬

‚Istiwa` itu maklum, caranya tidak diketahui (majhul),


mempertanyakannya bid’ah (mengada-ada), saya duga engkau ini orang
jahat. Keluarkan olehmu orang ini dari majlis saya‛.

Makna lahir dari kata istiwa jelas diketahui oleh setiap orang. Akan tetapi
pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksudkan oleh ayat. sebab pengertian
yang demikian membawa kepada tasyabuh (penyerupaan Tuhan dengan sesuatu)
yang mustahil bagi Allah. karena itu bagaimana cara istiwa’nya Allah swt di sini tidak
dapat diketahui. Selanjutnya, mempertanyakannya untuk mengetahui maksud yang
sebenarnya menurut syari’at dipandang bid’ah (mengadaada). Kesahihan mazhab ini
juga didukung oleh riwayat tentang qira’at Ibnu Abbas.

‫ت‬ ‫ىُ تأ ُ ُا هلال يقُ ْ ل ان اسا س خ ُْن ُِعى ا ي‬


ِ ‫ُـ ا ا‬ ‫ُا يع ُْه‬
‫ُ ´ُ ي‬
‫ُْهى ا‬ ‫ف‬ ُ ُ
ْ ُ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ُُ ْ ُِْ ُ
‫ا ِل‬
‚Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan berkata orang-orang
yang mendalam ilmunya, ‛kami mempercayai‛. (dikeluarkan oleh Abd.
alRazzaq dalam tafsirnya dari al-Hakim dalam mustadraknya).

Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menkwilkan lafal makna lahirnya mustahil
kepada makna yang cocok dengan zat Allah swt, karena itu mereka disebut pula
Muawwilah atau Mazhab Takwil. Mereka memaknai istiwa` dengan ketinggian
yang abstrak, berupa pengendalian Allah swt terhadap alam ini tanpa merasa
kepayahan. Kedatangan Allah swt diartikan dengan kedatangan perintahnya, Allah
swt berada di atas hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi, bukan berada di suatu
tempat atau sisi. ‚wajah‛ dengan zat. ‚mata‛ dengan pengawasan. ‚tangan‛ dengan
kekuasaan dan ‚diri‛ dengan siksa. Demikian sistem penafsiran ayat-ayat
mutasyabihat yang ditempuh oleh ulama Khalaf. Alasan mereka berani menafsirkan
ayat-ayat mutasyabihat. Menurut mereka, suatu hal yang harus dilakukan adalah
memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang mengakibatkan kebingungan
manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin mentakwil
kalam Allah swt dengan makna yang benar, maka nalar mengharuskan untuk
melakukannya. Kelompok ini, selain didukung oleh argumen aqli (akal), mereka juga
mengemukakan dalil naqliberupa atsar sahabat, salah satunya adalah hadis riwayat
Ibnu al-Mundzir yang berbunyi:

ُ ‫ع ُي‬
(‫يهُ ا ِل ُا هلالُ انا سخ ْ ُى ا ُْن ُِع ُْهى‬ ُُُْ ُ ‫ُْ ِن ىُ تأ‬ ُ ‫س في‬
‫ف‬ ُ ‫ِ ُْه‬
‫ق اي‬
‫سا‬ ): ’ُِ

40 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫عثاا‬ ِ ُْ ‫ت‬ ‫عُ ِ ا‬
ِ‫ )ز ا‬. ُُ‫ اُُ ـ ُاي ُِ ا ْ ُ يع ُْ ُ ْ ُ تـُأُْ ُِ ْيـه‬:‫قا ُ ُل‬
.(‫ات ان ُرز‬ ‫ُه‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit4s1


‚Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah : Dan tidak mengetahui takwilnya
kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya‛. Berkata Ibnu
Abbas ‛saya adalah di antara orang yang mengetahui takwilnya. (H.R. Ibnu
al-Mundzir).64

Tugas
1. Pengertian muhkam dan Mutasyabih.
2. Macam-macam mutasyabih.
3. Hikmah yang diturunkan ayat-ayat mutasyabih.
4. Pendapat ulama dalam menta’wil ayat-ayat mutasyabih dan
mengkompromikannya ?

Tes Formatif

64 RamliAbdul Wahid, “Ulumul Quran” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996)
hlm. 88-91

42 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 2 SEJARAH PEMELIHARAAN
AL-QUR’AN

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengetahui sejarah pemeliharaan al-Quran dari zaman nabi saw hingga masa khilafah
Usman bin Affan.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengetahui arti pemeliharaan al-Quran
Mengetahui pemelihara al-Quran di masa nabi saw dan masa khulafau al-Rasyidin.

Pokok-Pokok Materi
Proses pemeliharaan al-Quran dan kodifikasinya.

Uraian Materi
1. Pengertian Pemeliharaan al-Qur’an
Pemeliharaan al-Qur’an dilakukan dengan dua metode yaitu dengan cara
menghafal dan menulis/mengkodifikasikannya. Dua metode ini biasa dikenal dengan
istilah jam’u al-Qur’an yang terjemahan bebasnya berarti pengumpulan alQur’an.
Untuk menyatukan persepsi tentang istilah Jam’u al-Qur’an harus dijelaskan terlebih
duhulu apa hakikat istilah tersebut.
a. Kata ‚pengumpulan‛ dalam arti penghafalannya.65 dalam lubuk hati, karena
pada masa Rasulullah al-Qur’an belum di satukan, masih banyak
penghafalpenghafal al-Qur’an dan Rasulullah masih ada.
b. Pengumpulan keseluruhan dari al-Qur’an seperti bentuk tulisan, yang masih
memisahkan masing-masing ayat/surah atau mengatur susunan ayat-ayat al-
Qur’an.66

Oleh karena itu menurut penulis, pemeliharaan al-Qur’an yaitu dengan


menghafalnya keika Nabi Muhammad masih ada, karena masih banyak
penghafalpenghafal yang masih ingatannya kuat, memelihara dengan cara tulisan

65 Anshori, Ulu>m al-Quran, Jakarta, Raja Grafindo persada. 2013.


66 Ibid, hlm. 79

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit4s1


ketika pada masa itu para hafizh-hafizh banyak yang tebunuh atau mati syahid di
medan perang, dan dikumpulkan menjadi satu mushaf.

2. Pemeliharaan al-Qur’an Pada Masa Nabi saw.


Upaya pemeliharaan al-Quran pada masa nabi saw mulai dilakukan dengan
hafalan seperti yang dilakukan oleh nabi sendiri dan diikuti juga oleh para sahabatnya,
dipalihara pula dengan penulisan yang dilakukan oleh para sahabat pilihan atas
perintah nabi Muhammad saw. Dalam hal ini, setiap kali nabi saw selesai menerim
ayat-ayat al-Quran yang diwahyukan kepadanya, nabi lalu memerintahkan kepada
para sahabat tertentu untuk menuliskannya disamping juga menghafalnya. selain itu,
perlu diakui pula bahwa bangsa Arab masa turunya alQuran berada dalam budaya
Arab yang begitu tinggi, ingatan meraka sangat kuat dan hafalannya cepat serta daya
pikirnya begitu terbuka. Begitu dating al-Qur’an kepada mereka dengan struktur
bahasa yang indah dan luhur serta mengandung ajaran yang suci, mereka merasa amat
kagum dan karenanya mereka mencurahkan kekuatan untuk menghafal ayat-ayat al-
Qur’an. Mereka putar haluan hafalannya dari bait-bait syair kepada al-Qur’an yang
menyejukkan dan membangkitkan roh dan jiwa mereka. Mereka saling berlomba-
lomba dalam membaca dan mempelajari al-Qur’an segala kemampuannya dicurahkan
untuk menguasai dan menghafal ayatayat al-Qur’an. Kemudian juga mengajarkan
kepada semua anggota keluarga (istri dan anak) serta anggota masyarakat lainnya.67
Oleh karena itu menurut pendapat penulis bahwa pada masa Nabi cara yang
paling efektif atau cocok diterapkan adalah memelihara dengan cara menghafalkan,
karena pada zaman itu sangat kental dengan budaya Arab yang sangat tinggi dan
tingkat hafalanya sangat bagus. Dan banyak yang berlomba lomba untuk
menghafalnya karena bahasa al-Qur’an adalah bahasa yang sangat fushah atau sangat
indah. oleh karena itu masyarakat pada zaman ini banyak merubah hafalanhafalan
bait-bait syair mereka dengan menghafal al-Qur’an.

3. Pemeliharaan al-Qur’an Pada Masa Khulafa al-Ra>syidin


Pemeliharaan al-Qur’an pada masa khulafa>u al-Rasyidin terbagi menjadi
dua tahap. Pertama, pengumpulan pada periode Abu Bakar al-Shiddiq dan kedua,
Kodifikasi/penghimpunan pada masa Utsman bin Affan.68
Perbedaan pengumpulan al-Qur’an antara Abu Bakar al-Shiddiq dan Utsman
bin ‘Affan. Pada periode Abu Bakar dilakukan dengan berpijak pada tiga hal :
a. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis dihadapan Nabi yang disimpan di rumah
beliau.
b. Ayat-ayat yang ditulis adalah ayat yang dihafal para sahabat yang hafal (hafizh)
al-Qur’an.
c. Penulisan dipersaksikan kepada dua orang sahabat bahwa ayat-ayat tersebut
ditulis dihadapan Nabi pada masa hidupnya.

67 Ibid, hlm. 81-82


68 Ibid, hal. 89

44 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


4. Pemeliharaan al-Quran pada periode Utsman Bin Affan.
Pada masa ini umat Islam telah tersebar ke berbagai penjuru, dari Armenia
dan Azerbaijan di sebelah timur hingga Tripoli di sebelah barat. Dari Yaman di
sebelah selatan hingga sampai perbatasan sungai Yarmuk di Syiria. Dengan demikian,
maka penulisan al-Qur’an di masa Utsmani memiliki manfaat di antaranya :
a. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya.
b. Menyatukuan bacaan walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu
tidak berlawanan dengan ejaan mushaf-mushaf Utsman bin ‘Affa>n.
c. Menyatukan tertib susunan surah-surah menurut urutan seperti yang terlihat
pada mushaf-mushaf sekarang.69

Dalam bentuk penjelasan secara utuh dapat dipahami bahwa pemeliharaan al-
Qur’an pada zaman Abu Bakar. Setelah Rasullah saw wafat, pemerintahan islam
dipegang oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menjabat menggantikan Rasullah saw
menghadapi beberapa pristiwa-pristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagai
orang Arab. Karena itu beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkan untuk
memerangai orang-orang murtad itu. Salah satu peperangan yang terjadi adalah
peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H. yang melibatkan para penghafal
al-Qur’an. Dalam peperangan ini terdapat 70 hafiz al-Qur’an yang gugur. Umar bin
Khatab merasa resah dengan banyaknya para sahabat penghafal al-Qur’an wafat
terbunuh dalam peperangan, lalu Umar bin Khatta>b menghadap kepada Abu Bakar
dan menyampaikan berita tentang banyaknya qurra’ yang wafat. Setelah itu Umar bin
Khattab mengumpulkan agar al-Qur’an di dalam satu mushaf, karna itu Umar
khawatir banyaknya nanti para penghafal al-Qur’an terbunuh kembali dalam
peperangan selanjutnya. Pada awalnya Abu Bakar menolak pendapat Umar tersebut,
lantaran hal tersebut tidak pernah dilakukan Rasullah saw. Tetapi Umar menjawab
dan bersumpah ‚ Demi Allah, perbuatan itu baik‛ Umar pun terus memujuk Abu Bakar
dan terus memberikan alas an-alasan yang baik, terhadap apa yang sedang terjadi pada
umat islam ada waktu itu, dengan izin Allah swt hati Abu Bakar pun terbuka atas usul
yang telah Umar sampaikan kepadanya. Setelah itu Abu Bakar menujuk salah satu
sahabat yang membutuhkan al-Qur’an (mushaf ) yaitu Zaid bin Tsabit. Zaid pun pada
awalnya menolak, atas izin Allah swt hati Zaid pun terbuka dengan penjelasan dari
Abu Bakar, Zaid berkata ‚Demi Allah! ini adalah pekerjaan yang berat bagiku.
Seandainya aku di perintahkan untuk memindahkan sebuah bukit maka hal itu tidak
lah berat bagiku dari pada mengumpulkan Al-qur’an yang engkau perintahkan itu‛.
Zaid dalam usaha menngumpulkan ayat-ayat al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja
amat telliti.
Sekalipun beliau hafal al-Qur’an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan mengumpulkan
al-Qur’an yang sangat penting bagi umat islam itu, masih memandang perlu
mencocokan hafal atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan oleh dua
orang saksi. Dengan demikian al-Qur’an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit
dalam lembaran-lembaran yang diikatkan dengan benar. Tersusun menurut ayat-
69 Ibid, hal. 91-94

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit4s3


ayatnya sebagai mana telah ditetapkan oleh Rasullah, kemudian diserahkan kepada
Abu Bakar. Mushaf ini tetap di rumah Abu Bakar sampai beliau wafat. Kemudian
dipindahkan ke rumah Umar bin Khatab dan tetap di sana selama pemerintahanya.
Setelah beliau wafat, mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, putri Umar dan juga
termasuk istri Rasullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan al-Qur’an di masa
Khalifa Utsman.
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Umar bin Khatab. Setelah khalifa Abu
Bakar wafat, maka di ganti oleh khalifah al-Mukminin yaitu Umar bin Khatab.
Demikian juga halnya mushaf, yang dahulunya disimpan oleh Abu Bakar maka
setelah Umar menjadi khalifah mushaf tersebut berpindah tangan ke Umar bin Khatab.
Pada masa khalifah Umar ini tidak membicarakan al-Qur’an melainkan lebih
memfokuskan pada pengembangan ajaran islam dan wilayah kekuasaan Islam serta
mengendepankan ajaran Islam. Al-Qur’an juga tidak di pahami secara tekstual saja,
tapi lebih jauh lagi di pahami secara kontekstual.
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Utsman bin Affan. Di masa Ustman bin
Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan Ajarbaizan di sebelah
Timur dan Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian kelihatan lah bahwa kaum
muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syuriah, Irak, Persia dan
Afrika. Kemanapum mereka pergi dan mereka tinggal, al-Qur’an itu tetap menjadi
imam mereka, di antara mereka banyak menghafal al-Qur’an itu. Pada mereka
terdapat naskah-naskah al-Qur’an, tetapi naskah-naskah yang mereka punya itu tidak
sama susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan tersebut adalah karena
Rasullah sendiripun memberikan kelonggaran kepada kabila-kabilah Arab yang
berada pada masanya untuk membaca dan melafalkan al-Qur’an itu menurut dialog
mereka masinng-masing. Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi supaya mereka
menghafal al-Qur’an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda bahwa perbedaan bacaan
tersebut bila dibiarkan akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak
diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Orang pertama yang memperhatikan hal
ini adalah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yamani. Ketika beliau ikut
dalam pertempuran menaklukan Armenia di Azerbaijan. dalam perjalanan dia pernah
mendengar pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat al-Qur’an, dan
pernah mendengar perkataan seorang muslim kepada temannya : ‚bacaan saya lebih
baik dari pada bacaanmu‛. Keadaan ini mengagetkanya, pada waktu dia telah kembali
ke Madinah, segera ditemuinya Ustman bin Affan dan kepada beliau diceritakan apa
yang di lihatnya mengenai pertingkaian kaum muslimin tentang bacaan al-Qur’an itu
seraya berkata : ‚Susunlah umat Islam itu sebelum mereka berselisih tentang Al-kitab,
sebagai perselisihan Yahudi dan Nasara (Nasrani)‛. Maka khalifa Utsman bin Affan
meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran al-Qur’an yang ditulis di masa
khalifah Abu Bakar yang disimpan olehnya untuk disalin. Oleh Utsman dibentuklah
satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, sa’id
bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Tugas panitia ini adalah
membukukan al-Qur’an dengan menyalin dari lembaran-lembaran tersebut menjadi
buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Ustman menasehatkan agar mengambil pedoman
kepada bacaan merekayang hafal al-Qur’an. Apabila ada pertikaian antara mereka
tentang bahasa(bacaan), Maka haruslah dituliskan sebagai dialog merak/bahasa

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit4s5


Quraisy. Maka tugas tersebut dikerjakan oleh para panitia dan setelah tugas selesai,
maka lembaran-lembaran al-Qur’an yang dipinjam dari hafsah itu dikembalikan
padanya. Al-Qur’an yang telah dibukukan itu dinamai dengan ‚Al-Mushaf‛, dan oleh
panitia ditulis lima buah mushaf, empat buah di antaranya dikirim ke kota Mekkah,
Damaskus, Basrah dan Kufah agar di tempat-tempat tersebut disalin pula pada
masing-masing Mushaf itu dan satu buah ditinggalkan di kota Madinah untuk Utsman
sendiri dan itulah yang dinamai dengan ‚Mushaf AlImam‛. Setelah itu Utsman
memerintahkan mengumpulkan semua lembaranlembaran yang bertuliskan al-Qur’an
yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka dari Mushaf yang ditulis di zaman
Utsman itulah kaum Muslimin di seluruh pelosok menyalin al-Qur’an itu. Dengan
demikian, maka pembukuan al-Qur’an dimasa Utsman memiliki faedah di antaranya.
Pertama, menyatukan kaum Muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya. Kedua, menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi
bacaan itu tidak berlawanan dengan mushaf-mushaf ‘Utsman. Sedangkan bacaan yang
tidak sesuai dengan ejaan mushaf-mushaf ‘Utsman tidak dibolehkan lagi. Ketiga,
menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib urutan yang pernah dilakukan
oleh khalifah sebelumnya seperti pada mushaf-mushaf sekarang. Di samping itu Nabi
saw menganjurkan agar para sahabat-sahabat yang menghafalnya baik satu surat
atupun seluruhnya.
Perbedaan pengumpulan al-Qur’an antara Abu Bakar dan Utsman.
Pengumpulan mushaf pada masa Abu Bakar ra adalah bentuk pemindahan dan
penulisannya al-Quran kedalam satu Mushaf dan ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal
dari tulisan yang terkumpul dari kepingan-kepingan batu, pelepah kurma dan kulit-
kulit binatang. Adapun latar belakangnya karena banyak Huffaz yang gugur.
Pengumpulan Mushaf pada masa Usman bin Affan adalah menyalin kembali Mushaf
yang telah tersusun pada masa Abu Bakar ra, dengan tujuan untuk dikirimkan ke
seluruh negara Islam. Latar belakangnya adalah perbedaan dalam hal membaca al-
Quran.

Rangkuman
Pemiliharaan Al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, dengan
pengumpulan dalam arti haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan
penulisan dalam arti kitabuhu atau menulisnya dan menyusunnya pada permukaan
batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta dan di lembaran-lembaran kulit.70
Di antara sahabat yang menuliskan ayat-ayat al-Qur’an adalah sahabat nabi
terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Muawiyah bin Abu Sufyan, Zaid
bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Khalid bin Walid. Penulisan tersebut diurut sesuai dengan
perintah nabi, setelah itu baru di simpan.71

70Aunur Rafiq Al-Mazni terj Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an”,
(Jakarta:
pustaka Al Kautsar, 2011). Cet 6. hlm.150-151.
71 Mudzakir AS. “Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an”. (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2004).

Hlm 180.

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Abu
Bakar menujuk salah satu sahabat yang membutuhkan al-Qur’an (mushaf) yaitu Zaid
bin Tsabit. awalnya menolak, atas izin Allah swt hati Zaid pun terbuka dengan
penjelasan dari Abu Bakar. Zaid dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat alQur’an itu
Zaid bin Tsabit bekerja amat telliti. mencocokan hafalan dan catatan sahabat-sahabat
yang lain dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Utsman bin Affan. Khalifah Utsman bin
Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran al-Qur’an yang ditulis pada
masa khalifah Abu Bakar yang disimpan olehnya untuk disalin. Oleh Utsman
dibentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin
Zubair, sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam.
Tugas panitia ini adalah membukukan al-Qur’an dengan menyalin dari
lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Ustman
menasehatkan agar ‚Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang telah hafal al-
Qur’an. Bila ada pertikaian antara mereka tentangbahasa (bacaan). maka haruslah
dituliskan sebagai dialog meraka. maka pembukuan al-Qur’an pada masa Utsman
memiliki faedah di antaranya. Pertama, menyatakan kaum Muslimin pada satu macam
Mushaf yang seragam ejaan tulisannya. Kedua, menyatukan bacaan walaupun masih
ada kelainan bacaan tetapi bacaan itu tidak berlawanan dengan Mushaf-Mushaf
Utsman. Sedangkan bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan Mushaf-Mushaf Utsman
tidak dibolehkan lagi. Ketiga, Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib
urutan seperti pada Mushaf-Mushaf sekarang. Selain itu Nabi menganjurkan agar para
sahabat-sahabat yang menghafalnya baik satu surat atupun seluruhnya.

Tugas
1. Pengertian pemeliharaan al Qur’an
2. Pemeliharaan al Qur’an pada masa Nabi
3. Peliharaan Al Qur’an pada masa Khulafaul al Rasyidin

Tes Formatif

KEGIATAN BELAJAR 3
RASM UTSMANI

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit4s7


Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mengetahui pengertian Rasm Utsmani. Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh.
Enam kaidah Rasm Utsmani. Enam buah mushhaf Utsmani yang masyhur.
Tokohtokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari berbagai negara. Faidah Rasm
Utsmani dan hukum dan kedudukan Rasm Utsmani.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


• Mengetahui pengertian Rasm Utsmani.
• Mengetahui perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh.
• Mengetahui enam kaidah Rasm Utsmani.
• Mengetahui enam buah mushhaf Utsmani yang masyhur.
• Mengenal tokoh-tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari berbagai negara.
• Mengetahui faidah Rasm Utsmani
• Mengetahui hukum dan kedudukan Rasm Utsmani

Pokok-Pokok Materi
Mengenal Rasm, kaidahnya dan faidahnya.

Uraian Materi
1. Pengertian Rasm Utsmani
Rasm Utsmani adalah rasm (bentuk ragam tulis) yang telah diakui dan diwarisi
oleh umat Islam sejak masa Utsman bin Affan. Pemeliharaan rasm Ustmani
merupakan jaminan kuat bagi penjagaan al-Qur’an dari perubahan dan penggantian
huruf-hurufnya. Seandainya diperbolehkan menuliskannya menurut istilah imlai’
disetiap masa, maka hal ini akan mengakibatkan perubahan mushaf dari masa ke
masa. Bahkan kaidah-kaidah ilmu itu sendiri berbeda-beda kecenderungannya pada
masa yang sama dan bervariasi pula dalam beberapa kata diantara satu negeri dengan
negeri lainnya.72
Adapun pengertian rasm Ustmani yaitu ‚penulisan al-Qur’an yang telah disetujui
oleh Utsman bin Affan yang berjumlah lima atau enam buah‛. Ulama berbeda
pendapat tentang jumlah mushaf tersebut dan yang dijadikan rujukan oleh Utsman
adalah suhuf Abu Bakar. Sementara suhuf Abu Bakar merupakan hasil pengumpulan
dari naskah-naskah para penulis wahyu Rasulullah SAW yang berarti rasm Utsmani
tidak bebeda dengan dengan rasm yang ditulis oleh para penulis wahyu rasulullah
SAW.73
Dengan demikian menurut pendapat penulis pada dasaranya model dan pola
penulisan ini bersumber pada tulisan yang dilakukan para penulis wahyu pada masa
Rasulullah saw dan berdasarkan bimbingannya. Jadi bukan berdasarkan rekayasa atau
ijtihad para sahabat di masa Utsman sebagaimana tuduhan kaum orientalis.

72 Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011),
hlmn. 217.
73 Anshori, op cit. hlm.156.

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


2. Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah Tujuh
Pengertian sab’atu ahruf terdiri diambil dari kata bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata yaitu, sab’ah artinya tujuh dan ahruf yang memiliki banyak makna antara
lain: huruf hijaiyah, bahasa, ujung dari sesuatu (segi). Adapun secara terminology para
ulama berbeda pendapat dalam mendeifinisikan istilah sab’atu
ahruf. Di antaranya sebagai berikut.
a. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah tujuh bahasa dari
bahasa-bahasa yang terkenal dikalangan bangsa Arab, tetapi maknanya tidak
berbeda. Ketujuh bahasa tersebut ialah Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim dan Yaman.
b. Pendapat selanjutnya menyatakan, yang diamksud adalah bahwa lafaz-lafaz
yang terdapat dalam al-Qur’an tidak terlepas dari tujuh bahasa yang terkenal
dikalangan bangsa Arab. Dalam hal ini, bahasa Quraisy lebih dominan,
sementara bahasa-bahasa lainnya, yaitu Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah,
Tamim dan Yaman.
c. Pendapat selanjutnya sekelompok ulama menyatakan, yang dimaksud adalah,
bahwa dalam al-Qur’an terdapat tujuh aspek hokum atau ajaran, yauti berupa:
peringatan, larangan, halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal. Pendapat
lain mengatakan bahwa yang dimaksud tujuh aspek tersebut yaitu muhkam,
mutasyabih, nasikh, mansukh, khash (khusus), ‘am (umum) dan qashash.
d. Selanjutnya segolongan ulama berpendapat bahwa kata sab’ah dalam hadis
tersebut, bukan menunjukkan bilangan tertentu (suatu angka yang berada pada
urutan satu angka dibawah angka delapan, atau satu angka diatas enam), akan
tetapi menunjukkan kepada arti benyak.
e. Adapun ulama lain berpebdapat diantaranya Imam Abu al- Fadhal al-Razi
mengatakan, yang dimaksud adalah bahwa keragaman lafazh atau kalimat yang
terdapat dalam al-Qur’an itu tidak terlepas dari tujuh hal,yaitu: keberagaman
yang berkenaan dengan isim (kata benda), keberagaman yang berkenaan
dengan bentuk fi’il (kata kerja), keberagaman dalam bentuk ibdal (mengganti)
huruf dengan huruf lain,keberagaman dalam bentuk taqdim (mendahulukan)
dan ta’khir (mengakhirkan), keberagaman dalam segi I’rab, keragaman dalam
bentuk penambahan atau pengurangan, keragaman yang berkenaan dengan
lahjah (dialek). 74

Dapat disimpulkan bahwa pengertian atau perbedaan sab’atu ahruf dan


qira’ah sab’ah adalah qira’at yang diriwayatkan oleh Imam Tujuh (Nafi, Ibnu Katsir,
Abu Amr, Ibnu Amir, ‘Ashim, Hamzah, dan Kisa’i). Sedangkan sab’atu ahruf adalah
tujuh bentuk bacaan yang dibacakan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
saw atau yang disebut dengan istilah sab’atu ahruf.

74 Ibid. hlm.145-147.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit4s9


3. Enam Kaidah Rasm Utsmani
Terdapat beberapa kaidah dalam rasm Utmsani yang tentunya berbeda dengan
rasm imla’i dan rasm arudhi yaitu :
a. Al Hadzfu (membuang huruf). yaitu pembuangan huruf meliputi huruf alif,
wawu, ya, lam, dan nun.
b. Az- Ziyadah (tembahan huruf). Meliputi penambahan huruf alif, wawwu dan
ya.
c. Al badal (penggantian huruf dengan huruf lain). Seperti mengganti huruf alif
dengan huruf wawwu.
d. Al Fashl dan al- Washl. Yaitu menggabungkan suatu lafazh dengan lafazh
yang lain yang semestinya pisahkan, dan sebaliknya yang semestinya di gabung
dipisahkan.
e. Dua Qira’at yang berbeda dapat ditulis dalam bentuk yang sama.75

4. Enam buah Mushaf Utsmani yang Masyhur


Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah mushaf yang dikirim Utman ke
berbagai Negara. Ada yang mengatakan empat, lima, enam, dan tujuh buah mushaf.
Kendati demikian, pendapat yang paling kuat adalah yang mengatakan enam buah.
Enam mushaf itu dikirim satu persatu ke Bashrah (Mushaf Al Basri), Kufah (Mushaf
Kufah), Syam (Mushaf al-Syami), Makkah (Mushaf al-Makki),
Madinah (Mushaf Madani) dan satu buah disimpan Utsman sendiri di Madinah.
Keenam mushaf tersebut dianamakan mushaf Imam atau Mushaf Utsmani.24

5. Tokoh-tokoh yang Meriwayatkan Rasm Utsmani dari Berbagai Negara


Di zaman sahabat banyak opera qari atau huffaz yang terkenal pada zaman
sahabat adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin
Tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda, dan Musa Al- Asy’ari. Merekalah para qari dan
huffaz yang dikirim oleh khaliofah Utsman ke wilayah Islam bersama mushaf
Utsmani yang telah disediakan.
Selanjutnya dari hasil didikan generasi Tabi’in, maka semakin banyak orang
diantara mereka yang memusatkan teradap ilmu qira’at, sehingga dibeberapa kota
besar terdapat pula pakar-pakar qira’at dari generasi ini. Seperti di Mekkah terdapat
Imam Ibnu Katsir yang menjadi salah satu imam qira’at dan lainnya seperti Hani bin
Qa’is al-Araj dan Muhammad bin Muhaimin.
Di daerah Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Ja’far Yazin bin Ya’kub,
Syaibah bin an-Nash dan Wafi’ bin Na’if. Sedangkan di Kuffah namanama yang
terkenal atau nama-nama yang masyhur adalah Yahya bin Wathbah, ‘Asim bin Abi
Najdud, Hamzah bin Kisa’i. Tiga nama tersebut termasuk qira’at tujuh. Ada pula para
qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak, Isam bin Umar, Abu Amir

75Ibid. hlm.
159. 24 Ibid.
hlm. 161.

50 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


bin al-A’raj (salah seorang ima qira’at), Atiyah bin Qais al Qilabi, Ismail bin Abdullah
bin Muhajir, Yahya bin Haris, dan syuraikh Yazid alHadrami.76

6. Faidah Rasm Utsmani


Dalam penulisan al-Qur’an dengan rasm Utsmani memiliki beberapa manfaat
atau faidah dari pada penulisan Utsmani di antaranya
a. Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an yang sesuai dengan pola
penulisan al-Qur’an pada masa awal penulisannya dan pembukuannya.
b. Memberi kemungkinan pada lafaz yang sama unutk dibaca dengan versi qira’at
yang berbeda.
c. Dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi dalam ayat-ayat
tertentu, yang penulisannya berbeda dengan rasm imla’i.
d. Dapat menunjukkan keaslian harakat suatu lafaz.26

7. Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani


Adapun selain perbedaan pendapat mengenai tauqifi atau tidaknya rasm
Utsmani, para ulama juga berbeda pendapat dalam melihat hukum penulisan alQur’an
dengan rasm Utsmani. Perbedaan pendapat para ulama dalam hukum dan kedudukan
rasm Utsmani ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Para ulama yang mengakui bahwa rasm Utsmani itu bersifat tauqifi
berpendapat ‚wajib mengikuti rasm Utsmani dalam pebulisan al-Qur’an dan
tidak dibolehkan menyalahinya‛. Pendapat ini diikuti oleh Imam Ahmad bin
Hambal dan Imam Malik, keduanya mengharamkan penulisan al-Qur’an
dengan selain rasm Utsmani.
b. Sedangkan para ulama yang menyatakan rasm Utsmani itu bukan tauqifi tentu
mereka membolehkan penulisan al-Qur’an dengan selain rasm Utsmani. Atau
denngan bahasa lain dibolehkan menulis al-Qur’an dengan rasm imla’i.
c. Adapun sebagian ulama berpendapat ‚boleh bahkan wajib mengikuti rasm
imla’i dalam penulisan al-Qur’an yang diperuntukkan bagi orang-orang awam
dan tidak boleh menuliskannya dengan rasm Utsmani. Namun demikian,
penulisan al-Qur’an dengan rasm Utsmani pun wajib dipelihara dan dilestarikan
sebagai warisan yang berharga.77

Rangkuman
Rasm Utsmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang
disetujui sahabat Utsman bin Affan (35 H/655 M) pada waktu penulisan mushaf. Cara
penulisan ini sebagaimana disebut oleh al-Zarqani memiliki karakter khusus yang
sering menyimpang dengan pola penulisan bahasa Arab konvensional pada umumnya.
Dalam sejarah kodifikasi Al-Qur’an, Rasm Mushaf masuk pada kajian marsumul
76 Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm.
118-120. 26Anshori, op.cit. hlm. 162.
77 Ibid. hlm.163.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit5s1


khat, salah satu cabang pembahasan Ulum ul-Qur’an. Namum pada perkembangan
selanjutnya pola penulisan Al-Qur’an berubah menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Adapun perbedaan sab’atu ahruf dan qira’at tujuh yaitu Qira’ah sab’ah disebut
juga Qira’ah tujuh. kata sab’ah itu sendiri itu maksudnya adalah imamimam qira’at
yang tujuh. Mereka adalah:
1. Abdullah bin Katsir Ad-Dari dari mekah (wafat 120 H).
2. Nafi’ bin Abdul Ar-Rahman bin Abu Na’im dari Madinah(wafat 169 H).
3. Abdullah Al-Yashibi, yang terkenal dengan sebutan Abu ‘Amir Al-Dimasyqi
dari Syam(wafat 118 H).
4. Abu Amr dari Basrah, nama lengkap Abu Amr adalah Zabban bin Al-‘Ala bin
Amar(wafat 154 H).
5. Ya’kub berasal dari Basrah, nama lengkapnya adalah Ibnu Ishak Hadhrami(
wafat 205 H).
6. Hamzah, nama lengkap Hamzah adalah Ibnu Habib Az-Zayyat (wafat 188
H).
7. ‘Ashim, nama lengkap ‘Asyim adalah Ibnu Abi A n-Najud Al-Asadi(wafat 127
H).

Dengan demikian qira’ah sab’ah adalah qira’at yang berasal dari ketujuh
imam qiraat tersebut. Dalam satu riwayat, Nabi saw bersabda ‚Sesungguhnya
alQur’an ini telah diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah olehmu mana yang
mudah dari padanya‛. Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya
keseluruhan al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah
perbedaan berikut:
1. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’).
2. Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr).
3. Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam).
4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) .
5. Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan
dan
mengemudiankan).
6. Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata).
7. Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham, Izhar,
dan lain-lain78

Enam kaidah Rasm Utsmani. al-Hadzf (membuang, menghilangkan dan


meniadakan huruf). Contohnya: menghilangkan Huruf alif yang terdapat pada ya’
nida’ (ya’ seruan) sebagaimana yang tercantum dalam bunyi ayat ‫ياَُ ا˚يها ال اَُ س‬
huruf alif yang terdapat pada ha at-tanbih (peringatan) sebagaimana tercantum dalam
bunyi

78Muhammad, Studi “Ilmu Al-Qur’an Al-Karim, Bandung” : CV Pustaka Setia hlm


112. 29Taufiqurrahman. Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia.

52 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ayat ‫ ها ˝تن‬pada lafazh jalalah‫ هلال‬dan dari kata na ‫ا جيُكن‬. al-Ziyadah
(penambahan) seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai
hukum jama’
‫ بُوا اسرائيل‬dan menambahkan alif dan setelah hamzah ‫تا هلل تفتؤا‬. al-
Hamzah salah satu kaidahnya berbunyi bahwa apabila hamzah berharakat sukun,
ditulis dengan berharkat yang sebelumnya, contohnya ‚i’dzan‛ ‫ ئذ ى ا‬dan ‚u’tumin‛
‫اؤ توي‬. Badal (penggantian) seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan
pada kata ‫الصلوة الز كو ة الحىوة‬. Washal dan Fashl (penyambungan dan pemisahan)
seperti kata kul yang diiringi dengan maditulis dengan disambung ‫ كلوا‬. Kata yang
dapat dibaca dua bunyi. Penulisan kata yang dapat dibaca dua bunyi disesuaikan
dengan salah satu bunyinya. Di dalam mushaf Utsmani kata semacam itu ditulis
dengan menghilangkan alif, misalnya maliki yaumiddin‛ ‫ هلك يوم الديي‬ayat diatas
bolreh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dua alif) boleh juga dengan hanya
menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif(.
Telah terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai jumlah mushaf yang ditulis
pada masa Utsman bin ‘Affan dan disebarluaskan olehnya ke berbagai pelosok negri.
Satu pendapat mengatakan bahwa mushaf yang disebarkan bejumlah enam buah dan
pendapat lain mengatakan jumlahnya lebih banyak dari itu. AlQurthubi mengatakan
di dalam tafsirnya bahwa menurut satu pendapat, mushaf tersebut berjumlah tujuh
buah, dan pendapat lain mengatakan brjumlah empat buah. Ini adalah pendapat
mayoritas, dan Utsman menyebarkannya ke berbagai pelosok. Dia mengirimkan
masternya (ummahat) ke Irak, Syam, dan Mesir, kemudian diambil oleh para qari
pelosok negri sesuai dengan pilihan dan kesepakatan mereka, tanpa ada yang
membantah mushaf tersebut sebagaimana adanya yang sampai kepada mereka.
Adapun 6 buah mushaf Utsmani yang mashur yakni mushaf kufiy, mushaf Bashriy,
mushaf Syamiy, mushaf Kuffy, mushaf Bashriy mushaf madaniy29
Di zaman sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah Utsman bi Affan,
Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bi Tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda ‘, dan
Abu Musa Al Asy’ari. Merekalah yang dikirim leh khalifah Utsman ke wilayah Islam
bersama mashaf Utsmani yang telah disediakan.
Dari hasil didikan generasi tabi’in, maka semakin banyak orang yang
cendrung dan berminat tentang ilmu qira’at. Banyak diantara mereka yang
memusatkan perhatian terhadap ilmu qira’at, sehingga di beberapa kota besar terdapat
pula pakar-pakar qira’at dari generasi ini. Seperti d Mekah terdapat Imam Ibnu Katsir,
yang menjadi salah satu imam qiraat. Hami bin Qa’is al-A’raj dan Muhammad bin
Muhaisin. Di Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Jafar Yazin bin Ya’kub,
Syaibah bin An-Nasah dan Wafi’ bin Nu’if (Salah seorang Imam Qira’at). Dikufah
nama-nama yang termasyur adalh Yahya bin Wathab, ‘Asim bin Abi Nujdud, Hamzah
dan Kisa’i. Tiga nama yang terakhir itu termasuk imam qira’at yang tujuh. Mana kala
para qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak, Isa bin Umar, Abu
Amir bin al-A’la (salah seorang imam qira’at), Atiyah bin Qais Al-Qilabi, Ismail bin
Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris dan Syuraikh bin Yazid al-Hadrami.
Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola
penulisan al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya. Mengetahui penunjukan
sebagian bahasa yang fasih. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit5s3


(syakal) suatu lafaz. Mengethui persambungan sanad mengenai al-Qur’an. Oleh
karena itu, sesorang tidak tidak boleh membaca al-Qur’an atau membacakannya
kepada orang lain kecuali melalui sanad dan muttashil.79
Kedudukan rasm Usmani diperselisihkan para ulama, apakah pola penulisan
merupakan petunjuk Nabi atau hanya ijtihad kalangan sahabat. Adapun pendapat
mereka adalah Pertama (jumhur ulama) mengatakan bahwa pola rasm Usmani bersifat
taufiqi dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang
ditunjuk dan dipercaya Nabi saw. Setelah masa nabi berlalu, al-Qur’an masih tertulis
seperti itu, tak mengalami perubahan dan penggantian. Dengan demikian, menurut
pendapat ini Rasm Utsmani mendapatkan hal-hal yang masing-masing pantas untuk
dihargai dan wajib diikuti. Hal-hal itu merupakan pengakuan Rasulullah saw
terhadapnya, perintah beliau dengan menggunakan undang-undang, kesepakatan
sahabat yang jumlahnya lebih dari dua belas ribu orang dan kesepakatan umat pada
masa tabi’in dan para imam mujtahid. Kedua berpendapat, rasm Utsmani bukan
tauqifi tapi wajib diikuti. Banyak ulama yang menyatakan bahwa rasm Utsmani bukan
ketetapan Nabi (bukan tauqifi). Rasm Utsmani itu suatu cara penulisan yang disetujui
oleh khalifah Utsman bin affan dan diterima umat Islam dengan baik. Karenanya
menjadi keharusan dan tidak boleh dilanggar. Ketiga berpendapat, rasm Utsmani
bukan tauqifi dan tidak wajib diikuti. Rasm ini hanyalah sebuah istilah, Abu Bakar al-
Baqilani dalam bukunya al-Intishar mengatakan ‚adapun penulisan, maka Allah swt
tidak mewajibkan sedikitpun kepada umat, karena Dia tidak menetapkan rasm tertentu
atas para penulis wahyu, dan menyuruh meninggalkan rasm yang lain. ‚Bahkan
sunnah sendiri memperbolehkan menggunakan rasm mana saja yang mudah. Karena
Rasulullah memerintahkan tanpa menyebut rasm tertentu. Beliau juga tidak pernah
melarang seseorang menulisnya, karena itulah terjadi perbedaan dalam penulisan
mushaf.
Ada yang menulis suatu kata lebih atau kurang dari bunyi pengucapanny, karena dia
tahu bahwa hal itu bersifat istilah dan bukan tauqifi.80
Tugas
Pengertian Rasm Utsmani.
Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh.
Enam kaidah Rasm Utsmani.
Enam buah mushhaf Utsmani yang masyhur
Tokoh-tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari berbagai negara.
Faidah Rasm Utsmani
Hukum dan kedudukan Rasm Utsmani.

Tes Formatif

79 Ibid, hlm. 118-120


80 Anwar, Rosihon. “Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia.

54 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 4 TAFSIR, TA’WIL DAN
TARJAMAH

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengenal makna tafsir, ta’wil dan tarjamah. Perbedaannya dan wilayah-wilayah
cakupannya.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


• Mengetahui arti tafsir secara bahasa dan istilah yang digunakan.
• Mengetahui perbedaannya dengan takwil dan tarjamah.
Bagaimana cakupan wilayah takwil.

Pokok-Pokok Materi
Tafsir. Takwil dan tarjamah.

Uraian Materi
1. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Arti tafsir menurut bahasa diambil dari kata ‚fassara-yufassiru‛ yang berarti
‚menjelaskan‛ atau dari kata ‚fasrun‛ yang berarti ‚membuka‛, ‚membedah sesuatu
yang rumit‛, secara linguistik tafsir dapat diartikan ‚usaha membedah problem yang
rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain‛. Pada dasarnya pengertian tafsir menurut
bahas tidak terlepas dari dari kandungan makna al-idhah (menejelaskan),al-
bayan(menerangkan), al-kasyf (mengungkapkan).81
Secara terminology, ‚tafsir‛ berarti ‚ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan penjelasan maknanya serta pengambilan
hukum dan makna-maknanya. Definisi lain tentang tafsir dikemukakan oleh Ali al-
Shabuniy ‚bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Qur’an dari segi
pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia‛.
Pengertian ‚takwil‛, menurut sebagian ulama sama dengan tafsir. Namun ulama
yang lain membedakannya bahwa ‚takwil‛ adalah mengalihkan makna sebuah lafaz
ayat kepada makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal.

81 Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, (Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo,tth), hlm. 313.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit5s5


Sedangkan ‚tarjamah‛, secara etimologi berarti ‚memindahkan lafal dari suatu
bahasa kedalam bahasa lain‛. Dalam hal ini seperti memindahkan atau mengartikan
ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab diartikan kedalam bahasa Indonesia.82

2. Lapangan Tafsir, ta’wil, dan Tarjamah


Adapun macam-macam lapangan Tafsir berdasarkan sumbernya yaitu
a. Tafsir bi al-Ma’tsur ialah tafsir yang menggunakan al-Qur’an dan al-sunah
sebagai sumber penafsirannya.
b. Tafsir bi al-Ra’yi/Bi al-Dirayah ialah tafsir yang menggunakan rasio atau akal
sebagai sumber ijtihad penafsirannya.

Adapun berdasarkan metodenya :


a. Metode Tahlili (Metode Analisis).
b. Metode Ijmali (Metode global).
c. Metode Muqaran (Metode Komparasi/ Perbandingan).
d. Metode Maudhu’i (Metode Tematik).83

Adapun macam-macam ta’wil atau pengertian takwil menurut ulama salaf yaitu :
a. Takwil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya baik arti tersebut
sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.
b. Takwil adalah Esensi dari makna yang dikehendaki oleh satu kalimat. Maka
apabila kalimat itu berupa tuntutan, maka takwilnya adalah esensi dari
perbuatan yang dituntut dan jika berupa rangkaian kalimat berita maka
takwilnya adalah esensi dari sesuatu yang diberitakan.Adapun tarjamah dibagi
menjadi dua macam/lapangan yaitu tarjamah harfiyah dan tarjamah tasrifiyah.84

3. Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah


Adapun pebedaan tafsir dan takwil dapat disimpulkan
a. Jika kita berpendapat takwil adalah menafsirkan perkataan dan menjelaskan
maknanya, maka takwil dan tafsir adalah dua kata yang artinya mirip (hampir
sama) atau serupa maknanya.
b. Apabila kita berpendapat takwil adalah esensi yang dimaksud dari suatu
perkataan, maka takwil dari talab (tuntutan) adalah esensi perbuatan yang
dituntut itu sendiridan takwil dari khabar adalah esensi sesuatu yang
diberitakan.

82 Acep Hermawan, opcit. hlm.131.


83 Ibid.
84 Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal.

160.

56 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


c. Disebut tafsir adalah makna yang telah jelas di dalam Kitabullah, tertentu
(pasti) dalam sunnah yang shahih karena maknanya sudah jelas dan gamblang.
d. Dikatakan tafsir karena lebih banyak dipergunakan dalam (menerangkan) lafaz
dan mufrodat (kosa kata). Sedangkan takwil lebih banyak dipakai untuk
menjelaskan makna dan susunan kalimat.85

Adapun perbedaan tarjamah dengan tafsir adalah yang dapat penulis


simpulkan berdasarkan bacaan buku Ulum al-Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami
Firman Tuhan Karya Anshori LAL. MA bahwa ‚terjemah yang berarti menyampaikan
perkataan kepada orang lain yang belum mengetahuinya‛. Sedangkan tafsir adalah
‚menyingkap makna‛. Oleh karena itu tafsir adalah menyingkap makna yang
tersembunyi atau menyingkap makna yang sulit.

Rangkuman
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan.
Adapun pengertian tafsir menurut para ulama yaitu sebagai berikut :
a. Menurut al-Kilabi tafsir adalah menjelaskan al-Qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan
isyaratnya atau tujuannya.
b. Menurut Syekh al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafadz
yang sukar dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafadz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan
salah satu dialah lafadz tersebut.

Takwil
Menurut bahasa takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun pengertian
takwil menurut para ulama yaitu sebagai berikut:
a. Menurut al-Jurzani takwil adalah memalingkan satu lafazh dari makna lahirnya
terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang
dipandangnya sesuai dengan ketentuan al-kitab dan al-Sunnah.
b. Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna
yang rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.

Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
‚Memindahkan bahasa al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan
mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti

85 Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011),
hlmn 460.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit5s7


bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan
terjemahan.‛86
Berdasarkan termonologi ilmiahnya ilmu al-Qur’an tafsir di bedakan atau
dikelompokkan menjadi dua. Pertama, Tafsir bi al-Riwayah secara istilah merupakan
sinonim dari tafsir bi al-Matsur. Tafsir ini lebih jelasnya adalah menafsirkan al-Qur’an
dengan al-Qur’an itu sendiri dan dengan sunnah nabawiyah atau ma’tsur dari sahabat.
Sumber penafsiran bi-al-Riwayah. al-Qur’an dipandang sebagai penafsiran terbaik
terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hadits nabi yang memang berfungsi sebagai penjelas
lafazh mubiinu al-Qur’an. Penjelasan sahabat yang dipandang sebagai orang yang
banyak mengetahui al-Qur’an. Penjelasan Tabi’in yang dianggap sebagai orang yang
bertemu langsung dengan sahabat. Kedua, tafsir bi al-Ra’yi. Secara bahasa arti kata
Ra’yi adalah keyakinan, qiyas, dan ijtihad. Jadi, tafsir bi al Ra’yi adalah penafsiran
yang dilakukan dengan Ijtihad (rasio) yang dijadikan titik tolak penafsiran setalah
mufassir. Ketiga, Tafsir bi al-Isya>ri. Isyari berasal dari kata Isyarah yang menurut
sistem kebahasaan dapat diartikan sebagai penunjukan atau memberi isyarat.
Sedangkan menurut istilahnya bermakna tentang apa yang ditetapkan (sesuatu yang
dapat ditetapkan/dipahami) dari suatu perkataan hanya dari mengira-ngira tanpa harus
meletakkannya dalam konteksnya (Muslich Marwazi) menerangkan : ‚sesuatu yang
ditetapkan hanya dari bentuk kalimat tanpa dalam konteksnya‛. 87

Klasifikasi Tarjamah
Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafazlafaz
yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa
kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Terjemah tafsiriyah atau
terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain
tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan
kalimatnya.

Klasifikasi Ta’wil
Pertama, ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim
(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang
kepadanya suatau kalam dikembalikan. dan kalam itu kembali dan merujuk kepada
makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam ada dua
macam, insya dan ikhbar, salah satu yang termasuk insya>i adalah amr (kalimat
perintah). Maka ta’wil amr adalah esensi perbuatan yang diperintahkan. Misalnya
hadist yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Ia berkata ‚adalah Rasulullah membaca di
dalam ruku’ dan sujudnya ‚subhanallah wabi hamdika Allahummagfir li‛. Beliau
menta’wilkan (menjalankan perintah) al-Qur’an yang berbunyi ‚maka bertasbihlah
memuji tuhanmu dan mohonlah ampun kepadanya. Sesungguhnya Dia Maha
penerima taubat. Q. S. al-Nasr, 3. Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan
menjelaskan maknanya. Pengertian inilah yang dimaksudkan Ibn Jabir At-Tabrani
86 Anwar, Rosihon. 2004. Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV

Pustaka Setia hlm. 209-211.


87 Ibid.

58 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dalam tafsir-nya dengan kata-kata, pendapat tentang ta’wil firman Allah ini ‚Begini
dan begitu‛. Dalam hal ini ahli ta’wil menganggap bahwa yang dimaksud dengan
ta’wil adalah tafsir. Akan tetapi diantar para ulama ada yang membedakan antara tafsir
dan ta’wil karena walaupun maknanya agak berdekatan akan tetapi tetap memiliki
perbedaan.
Tafsir itu lebih umum dari takwil karena dipakai dalam kitab Allah dan lainnya,
sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah. Tafsir pada
umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata), sedangkan takwil pda
umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan kalimat. Takwil diartikan juga
sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari makna yang kuat (ar-rajih) ke makna
yang kurang kuat (al-marjuh), karena disertai dalilyang menunjukan demikian.
Sedangkan tafsir menjelaskan makna suatu ayat berdasarkan makna yang kuat. Para
ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah penjelasan yang berdasarkan
riwayah, dan takwil berdasarkan dirayah.88

Tugas
1. Pengertian tafsir, ta’wil, dan tarjamah
2. Lapangan tafsir, ta’wil, dan tarjamah
3. Perbedaan tafsir, ta’wil, dan tarjamah

Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF

DAFTAR PUSTAKA
Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,
Jakarta: 2016
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.

88 Kadar M. Yusuf, “Study Al-Qur’an”, Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 133.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Hadit5s9


Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992. M.
Yusuf Kadar, study al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:
2010
Masyhur Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta :1992.
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013.
Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia.
Qatthan, Manna Khali, Mabahits Fii Ulum Al- Qur’an, Riyadh: Da>r al-Rasyid, t.th.
Qatthan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2011.
Qatthan, Manna’ Khalil, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.
Taufiqurrahman. Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia
Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum alQur’an)
Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki Putra,
Semarang, 2014
Tim Penulis: Romlah Widayati, Umi Khusnul Khotimah, dkk, Pembelajaran Ilmu
Qira’at, (Tanggerang: Institut Ilmu Al-Qur’an, tanpa tahun).
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Quran.1996. jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Zainu, Syeih Muhammad Jamil. Bagaimana Memahami Al-Quran. 1995. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar.

GLOSARIUM
Khulafau al-Rasyidin.
Muhkamat
Mushhaf Utsmani Mutasyabihat.
Pemeliharaan al-Quran.
Qira’ah tujuh.
Rasm Utsmani.
Rasm Utsmani.
Sab’atu Ahruf
Tafsir Takwil
Terjamah.

60 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 3 AL-QUR’AN HADITS

A. Rasional dan Diskrepsi Singkat


Seperti dijelaskan dalam Permenag No. 2 Tahun 2008, bahwa bidang studi
al-Qur’an hadits di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah merupakan
bidang studi utama. Oleh karena itu semua materi yang diajarkan di Madrasah
Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an
hadits, khususnya matri agama yang terdiri dari aqidah akhlak, syari’ah/fiqih dan
sejarah kebudayaan Islam.
Sebagaimana tercermin dari judulnya, modul ini Pendalaman materi alQur’an
Hadits. Melalui modul ini, anda dapat memperluas wawasan dalam pembelajaran al-
Qur’an Hadits khususnya Ulum al-Hadits atau ilmu dasar tentang Hadis pada modul
3 ini yang terdiri dari 4 KB (Kegiatan Belajar); KB 1, Pengertian Hadis dan
sinonimnya.
KB 2 Macam-macam unshur Hadis.
KB 3, Pembagian Hadis bedasakan jumlah peawi, dan
KB 4, membahas; pembagian Hadis berdasarkan kualitas sanad dan perawi.

B. Tujuan Penulisan Modul


Penulisan modul bertujuan untuk memberikan bimbingan praktis dan efektif bagi
para peserta PPG pada materi Qur’an Hadits dalam mempelajari Ilmu Hadis sehingga
memudahkan dalam mempelajarinya secara mandiri.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan memiliki penguasaan
dasar-dasar Ilmu Hadis dan mampu menilai hadis baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Indikator keberhasilan dari modul ini yaitu peserta PPG;
1. Menjelaskan istilah-istilah dalam Ilmu Hadit tingkat dasar seperti makna
Hadits, sunnah, khabar, atsar, asbab al-wurud, sanad matan perawi, Hadits ahad,
mutawatir, hasan, dhaif dan takhrij.
2. Menelusuri sanad Hadis ke dalam buku induknya
3. Membedakan macam-macam hadis dari segikuantitas dan kualitas
4. Menerapkan Ilmu Hadits dalam mempelajari Hadits

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 61
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Mengingat besarnya manfaat yang Anda petik dari modul ini, ikuti saransaran
yang memudahkan Anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-hal yang Anda anggap penting
2. Sebagai guru al-Qur’an Hadits Anda dituntut dapat menilai sendiri kemampuan
diri dengan jujur.
3. Setelah mempelajari KB kerjakan latihan-latihan atau test formatif.
4. Untuk melihat hasilnya, lihatlah petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan latihan
dan kunci test formatif pada akhir PBM ini.
5. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan Anda terhadap
materi PBM yang telah Anda pelajari.

KEGIATAN BELAJAR 1 PENGERTIAN HADITS DAN


SINONIMNYA

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 1 ini diharapkan memiliki kemampuan;
membedakan antara Hadits dan sinonimnya seperti; Sunah, Khabar dan Atsar
Pokok Bahasan:
• Pengertian Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
• Perbedaan antara Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar

Uraian

62 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


A. Pengertian Hadits dan Sinonimnya
1. Pengertian Hadits
Hadits mempunyai beberapa sinonim/murâdif menurut para pakar Ilmu Hadits,
yaitu Sunah, Khabar, dan Atsar. Secara etimologi. Kata ‚Hadits‛ (Hadîts) berarti
‫الجدة‬/‫( الجديد‬al-Jdîd/al-jiddah= baharu), atau ‫ب ُر واخل ْكالْ ُْم‬
ْ ‫ ( ا خ ْل‬al-khabar= berita,
pembicaraan, perkataan). Sebagaimana dalam QS. Al-Dhuha/93: 11
َ ‫ك ف َح ’َد‬
‫ث‬ َ ‫َوأ َ َما بنَ َع َم َة رب‬
Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur). (QS. 93:11)
Dari segi terminologi, banyak para ahli Hadits (muhadditsîn) memberikan
definisi di antaranya Mahmud al-Thahân mengemukakan :

’َ ‫َما َجاءَ َع َن الن‬


‫ب صلى هلال عليه وسلم س َواءَ كا َن ق َوالَ أ َو ف َعالَ أ َو ت‬
‫ق ر َي َرا‬
Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan

Dalam beberapa buku para ulama berbeda dalam mengungkapkan datangnya


Hadis tersebut, di antara ada seperti di atas ‚Sesuatu yang datang‛ ada juga yang
menggunakan beberapa redaksi seperti :
...‫ = ما أ ضُ اى‬Sesuatu yang disandarkankepada…
‫̊ي ُل‬
‫ف‬
...‫ُُنى‬ ‫ = ما أ‬Sesuatu yang disandarkan kepada …
‫ُد ا‬
‫ُلس‬
...‫ = ما نسُب اى‬Sesuatu yang dibangsakan kepada …
‫ُل‬
...‫ = ما ُو عن‬Sesuatu yang diriwayatkan dari …
‫ير‬
Ke-empat redaksi di atas dimaksudkan sama maknanya, yakni sesuatu yang
datang atau sesuatu yang bersumberkan dari Nabi dan atau disandarkan kepada Nabi.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, Hadis merupakan sumber berita
yang datang dari Nabi saw dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun sikap persetujuan. Definisi di atas memberikan kesimpulan, bahwa Hadis
mempunyai 3 komponen yakni :
a. Hadis perkataan yang disebut dengan Hadis Qawlî, misalnya sabda beliau :

"‫ل الىا ُ ُ ُِر‬ ُِ ‫ُ ُْقت ُى وا ُْل‬


‫م‬ ‫ُان ب سُ ِلُ ُ فا ُ يُه‬
‫في‬ ‫ت ُْلقا ُما‬ ‫ُْيف‬

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 63
‫سل ُِم‬ ‫ُا ا ُْل‬ ‫" إ ُِذ‬
‫ُْ لتق ُمى‬
‫ا‬
‚Jika dua oramg muslim bertemu dengan pedangnya, maka pembunuh dan yang
terbunuh di dalam neraka…‛ (HR. al-Bukhari)
b. Hadis perbuatan, disebut Hadis Fi`lî misalnya shalatnya beliau, haji, perang dan
lain-lain.
c. Hadis persetujuan, disebut Hadis Taqrîrî, yaitu suatu perbuatan atau perkataan
di antara para sahabat yang disetujui Nabi. Misalnya, Nabi diam ketika melihat
bahwa bibik Ibn Abbas menyuguhi beliau dalam satu nampan berisikan minyak
samin, mentega, dan daging binatang dhabb (semacam biawak tetapi bukan

64 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


biawak). Beliau makan sebagian dari mentega dan minyak samin itu dan tidak
mengambil daging binatang Ddabb karena jijik.
Seandanya haram tentunya daging tersebut tidak disuguhkan kepada beliau.
(HR. al-Bukhari)

Untuk memudahkan pemahaman kita berikut ini digambarkan denah komponen


atau bagian-bagian dalam Sunah :

KOMPONEN SUNAH DAN


SINONIMNYA

Perkataan Nabi/ Perbuatan Nabi/ Fi`ly Persetujuan Nabi /


Qawly Taqriry

Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi Hadis Sifat (Washfî),
Sejarah (Tarîkhî) dan Cita-cita (Hammî) Rasul. Hadis sifat (Washfî), baik sifat pisik
(khalqîyah) maupun sifat perangai (khuluqîyah). Sifat pisik seperti tinggi badan Nabi
yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek kulit Nabi putih kemerah-merahan
bagaikan warna bunga mawar, berambut keriting, dan lain-lain. Sedang sifat perangai
mencakup akhlak beliau, misalnya sayang terhadap fakir miskin dan lain-lain. Sejarah
hidup Rasul juga masuk ke dalam Hadis baik sebelum menjadi Rasul maupun
setelahnya. Menurut pendapat yang kuat/râjih jika setelah menjadi Rasul wajarlah
dimasukkan sebagai Sunah atau Hadis tetapi sejarah yang terjadi sebelum menjadi
Rasul, belumlah dimasukkan Sunah kecuali jika diulang kembali atau dikatakan
kembali setelah menjadi Rasul. Para ulama Syafi`îyah juga memasukkan bagian dari
Sunah apa yang dicita-citakan Rasul saw (Sunnah Hammîyah) sekalipun baru
rencana dan belum dilakukannya, karena beliau tidak merencanakan sesuatu kecuali
yang benar dan di cintai dalam agama, dituntut dalam syari`at Islam, dan beliau diutus
untuk menjelaskan syari`at Islam. Seperti cita-cita beliau berpuasa hari tanggal 9
Muharram, rencana beliau perintah para sahabat mengambil kayu untuk membakar
rumah orang-orang munafik yang tidak berjama’ah shalat Isya dan lain-lain. Sekalipun
ini baru merupakan cita-cita, tetapi telah diucapkan ucapan beliau itu Hadis qawlî yang
pasti benarnya dan alasan beliau belum mengamalkannya jelas, yakni berpulang ke
rahmat Allah

2. Sunah ‫ْد ْْ ُة‬

Sunah menurut bahasa banyak artinya di antaranya : ُْ


‫ع‬
ْ
suatu perjalanan yang diikuti. Atau diartikan = ‫اخل ُْ م خ ْْت رة‬

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 65
‫ب‬ ْْ
ْ ‫= الس ْ ْْ يخ رةاخل ُْمخت‬
‫= اخل ْع‬tradisi yang

66 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kontinew, misalnya firman Allah saw dalam Surah al-Fath/48 : 23 : ‫َ اليت‬
‫هلال‬ َ‫َسنة‬
‫قَ َد‬
َ ‫َق بَ جتَ َد ل َهل‬
َ‫ت ب‬ ‫ت‬َ ‫َخل‬
‫سن َة ال َدي ا‬
‫َل‬ ‫َم‬
َ ‫َل َول‬
‫َن‬ ‫َن‬

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu


sekalikali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Sunah menurut istilah, sebagai berikut :
َ‫ف عالهَ وأ َح َوا له‬
َ ‫أ َق َوا َل النب صلى هلال عليه وسلم َوأ‬
Segala perkataan Nabi saw, perbuatananya, dan segala tingklah lakunya.i

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Sunah sinonim Hadais bersifat umum


yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk apapun, baik
berkaitan dengan hukum atau tidak. Tetapi sebagian ulama membedakan bahwa Sunah
terfokus pada perbuatan Nabi saja dan yang dilakukan secara terus menerus.
Para ulama berbeda dalam mendefinisikan Sunah, perbedaan itu lebih
disebabkan karena perbedaan disiplin ilmu yang mereka miliki atau yang mereka
kuasai dan ini menunjukkan keterbatasan pengetahuan manusia yang dibatasi pada
bidang-bidang tertentu. Ulama Hadis melihat Nabi sebagai figur keteladanan yang
baik (uswatun hasanah), maka semua yang dating dari Nabi adalah Sunah. Ulama
Ushul melihat pribadi Nabi sebagai pembuat syari`at (syâri`), penjelas kaedah-kaedah
kehidupan masyarakat, dan pembuat dasar-dasar ijtihad. Ahli Fikih memandang segala
prilaku Nabi mengandung hukum lima yaitu wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah.
Sedang ulama maw`izhah melihatnya sesuatu yang datang dari Nabi wajib dipatuhi
dan diikuti.

3. Khabar
Menurut bahasa Khabar diartikan = َُ ‫( النبَُ ُأ‬al-naba’)= berita. Dari segi
istilah muhadditsîn Khabar identik dengan Hadits, yaitu segala sesuatu yang
disSaudararkan kepada Nabi (baik secara marfû` atau mawqûf dan atau maqthu`)
baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Di antara ulama memberikan
definisi :
‫َما‬
َ َ‫ت ابع‬
ََ ‫َ نَي َر ََ ََ َم ن أص حابه أ َو ال‬
‫ب ي ص ىل هلال علي ه وس مل َو ع‬َ ‫َ َن الن‬
‫َجاءَ ع‬
‫ي أ َو ت اب َع‬
َ
َ
‫ي أ َو‬ َ َ َ‫ت ابع‬
َ َ َ ‫ال‬
‫َم َن َد َو َن َه َم‬

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 67
Sesuatu yang datang dari Nabi saw dan dari yang lain seperti dfari para
sahabat, tabi`in dan pengikut tabi`in atau orang-orang setelahnya.

Mayoritas ulama melihat Hadits lebih khusus yang datang dari Nabi, sedang
Khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain, termasuk berita-berita
umat dahulu, para Nabi, dan lain-lain. termasuk berita-berita umat dahulu, para Nabi,

68 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dan lain-lain. Misalnya Nabi Isa berkata : …, Nabi Ibrahim berkata : ….dan lain-lain,
termasuk Khabar bukan Hadis. Bahkna pergaulan di antara sesama kita sering terjadi
menanyakan khabar. Apa khabar ? Khabar lebih umum dari pada Hadits setiap Hadits
adalah Khabar dan tidak sebaliknya.

4. Atsar
Dari segi bahasa Atsar diaratikan ‫ = ا ˚لب َُقيُأ َُ ُ ت أ ˚و ُ ت‬peninggalan atau
َُ‫َُ يأ الي‬
ُ‫ي‬ ‫َُ ُأ‬
bekas ُ
sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena Hadits itu peninggalan
beliau. Atau diartikan = ُُ ُ ‫( ال ̊منق ˚ُأ‬yang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat :
‫ الد عا ُء ا ˚ل َُم ث ُُ ˚ ُُ ُر‬dari kata Atsar artinya do`a yang dipindahkan dari Nabi .
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, Atsar sinonim Hadits. Kedua,
Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat (mawqûf) dan tabi`in
(maqthû`) baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama mendefinisikan :

‫ب ََ ََ ة أ َو التاب‬ ََ ‫َ َن ََ ََ ََ َ يَر النيب صلى هلال عليه وسلم َم َن ال‬


َ ‫ص َحا‬ ‫َما جاءَ ع‬
‫َ َو َن َه َم‬‫ي أ َو َم َن د‬ َ ََ
َ ‫ع‬
Sesuatu yang datang dari selain Nabi saw dan dari para sahabat, tabi`in dan
atau orang-orang setelahnya.

Sesuatu yang disadarkan pada sahabat disebut berita mawqûf dan sesuatu
yang datang dari tabi’in disebut berita maqthu’. Menurut Ahli Hadits Atsar adalah
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw (marfû`), para sahabat (mawqûf), dan
ulama salaf. Sementara Fuqahâ Khurrasan membedakannya Atsar adalah berita
mawqûf sedang Khabar adalah berita marfû`. Dengan demikian Atsar lebih umum
dari pada Khabar, karena Atsar adakalanya berita yang datang dari Nabi dan dari yang
lain, sedangkan Khabar adalah berita yang datang dari Nabi atau dari sahabat,
sedangkan Atsar adalah yang datang dari Nabi, sahabat, dan yang lain.

RANGKUMAN PERBEDAAN
HADITS DAN SINONIMNYA
HADITS DAN SANDARAN ASPEK & SIFATNYA
SINONIMNYA SPESIFIKASI
Hadits Nabi Perkataan (qawlî), Lebih khusus dan
perbuatan (fi`lî), sekalipun
persetujuan dilakukan sekali
(taqrîrî)
Sunah Nabi dan para Perbuatan (fi`lî), menjadi tradisi
sahabat
Khabar Nabi dan Perkataan (qawlî), Lebih umum
selainnya Modul Pendalaman
perbuatan (fi`lî
MatPeG),ri P
Qur’an Hadit|s 69
Atsar Sahabat dan Perkataan (qawlî), Umum
tabi’in perbuatan (fi`lî),

5. Perbedaan Hadis Nabawi, Qudsi dan al-Qur’an


Hadis dilihat dari sandarannya ada dua ; pertama disandarkan pada Nabi sendiri
disebut Hadis Nabawi, kedua disandarkan kepada Tuhan yang disebut Hadis Qudsi.
Hadis Qudsi perlu dimunculkan karena ternyata banyak mahasiswa yang belum
mengerti statusnya. Pada umumnya mereka terjebak nama Qudsi itu sendiri yang
diartikan suci kemudian mereka menduga bahwa semua Hadis Qudsî Shahih. Mari kita
kaji pengertiannya terlebih dahulu. Hadis Qudsî disebut juga Hadis Ilâhî dan Hadis
Rabbânî. Dinamakan Qudsî (suci), Ilâhî (Tuhan), dan Rabbânî (ketuhanan) karena
ia bersumber dari Allah yang maha Suci dan dinamakan Hadis karena Nabi yang
memberitakannya yang didasarkan dari wahyu Allah swt. Kata Qudsi, sekalipun
diartikan suci hanya merupakan sifat bagi Hadis, sandaran Hadis kepada Tuhan tidak
menunjukkan kualitas Hadis. Oleh karena itu tidak semua Hadis Qudsî shahih tetapi
ada yang shahih, hasan, dan dha`if tergantung persyaratan periwayatan yang
dipenuhinya, baik dari segi sanad atau matan. Definisi Hadis Qudsî ialah : " ‫َك ََل َق‬
‫َ ع َ َز وج ََل‬ َ ‫" َو َل أ‬
‫ضافهَ الر َس َو َل صلى هلال عليه وسل َم اىل ا َلل‬
‚ segala Hadis yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt.‛
Definisi ini menjelaskan, bahwa Nabi hanya menceritakan berita yang
disandarkan kepada Allah, bentuk berita yang disampaikan hanya berupa perkataan
tidak ada perbuatan dan persetujuan sebagaimana Hadis Nabi biasa. Bentukbentuk
periwayatan Hadis qudsî pada umumnya menggunakan kata-kata yang disandarkan
kepada Allah, misalnya sebagaimana berikut :

‫ يقو َل هلال ع َ َز‬/َ‫َب صلى هلال عليه وسلم قا َل هلال‬


‫ قا َل الن َ ي‬-1
.... : ََ‫وجل‬
Artinya : ‚Nabi saw bersabda : Allah `azza wajalla berfirman…‛

َ‫ فيما رواَ ََ ََ عنه‬/ ‫َب صلى هلال عليه وسلم فَ َيماَي َر ََوي َه ع َن رب َه‬
‫ ي قَ َو َل الن َ ي‬-2
... :
Artinya : ‚Rasulullah saw bersabda pada apa yang beliau riwayatkan dari
‫َع َن رب َه‬ ‫صلى هلالَ َعل َي َه َو‬ َ
Allah swt…‛ ... َ ‫ ر َسو َل هل‬-3
:‫ي قَوَل‬
َ ‫َسل م حيَكَي عَ َ َز َو َج‬ ‫ال‬
َ
‫ََل‬
Artinya : ‚Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya, Dia berfirman : …‛

Contoh Hadis qudsî, misalnya Hadis diriwayatkan dari Abî Dzarr :


َ ‫و َ ملَ حي‬ ‫َل َي‬
‫ع‬
‫َه ع‬ َ ’َ
‫ب َن‬ َ
‫ك‬ َ ‫صل‬
َ ‫َهلال‬
‫ى‬
‫ََز َو‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫يع س‬ ‫ه‬ َ‫هلال‬

70 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫ت ر َسو َل‬
‫َ‬ ‫ف قَا َل َََس‬
‫َ‬ ‫ث َم َعا َج‬ ‫َ َ‬
‫َع‬ ‫َذ ب َن ب‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ل‬
‫دي‬
‫ََمَبََيت ََي َو ََمَبيت للَ َ َو ََمَبيت َزاوري ََيف‬ ‫َح‬ ‫يق‬‫َ‬ ‫ََ ل‬
‫ت َن‬ ‫َمتبا َذل َ‬
‫ي َي َح َ ل َل َم َ‬ ‫للَ َمت َحاب ف َح َ‬ ‫َ‬ ‫و َل‬
‫َ‬ ‫ف‬ ‫َ‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ق‬
‫ق‬ ‫ق‬
‫ت‬ ‫ت‬ ‫ت‬‫َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫‪)...‬اخرج ه‬
‫أمحد(‬

‫‪Modul Pendalaman MatPeG‬‬


‫‪ri P‬‬
‫‪Qur’an Hadit|s‬‬ ‫‪71‬‬
‚Hadis Mu`adz bin Jabal ia berkata : Aku mendengar Rasulillah saw bersabda,
bahwa Allah aw berfirman : ‚ Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak bagi
mereka yang saling mencintai karena Aku, Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku)
berhak mereka yang merendahkan hati (tawâdhu’ ) karena Aku, Kecintaan-Ku
(Mahabbah-Ku) berhak bagi mereka yang saling berziarah…‛. (HR. Ahmad )

Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah Hadis tanpa terulang-
ulang dalam sanad yang berbeda (ghayr mukarrar), ia tersebar dalam 7 Kitab Induk
Hadis. Mayoritas kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah, dan syari`ah. Di
antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan oleh Jumhûr
Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-A`la li Syu’ûn alIslâmîyah Lajnah
al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.

6. Perbedaan Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî


Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi terletak pada sumber berita dan
proses pemberitaannya. Hadis Qudsî maknanya dari Allah yang disampaikan melalui
suatu wahyu sedangkan redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada Allah.
Sedangkan Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan ijtihad Nabi
sendiri. Dalam Hadis Qudsi Rasul menjelaskan kandungan atau yang tersirat pada
wahyu sebagaimana yang diterima dari Allah dengan ungkapan beliau sendiri.
Pembagian ini sekalipun kandungannya dari Allah, tetapi ungkapan itu disandarkan
kepada Nabi sendiri karena tentunya ungkapan kata itu disandarkan kepada yang
mengatakannya sekalipun maknanya diterima dari yang lain. Oleh karena itu selalu
disandarkan kepada Allah. Pemberitaan yang seperti ini disebut Tawfîqî. Pada Hadis
Nabawi kajian Rasul melalui ijtihad yang dipahami dari alQur’an karena beliau
bertugas sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kajian ini didiamkan wahyu jika benar
dan dibetulkan dengan wahyu jika salah.ii Kajian seperti ini disebut Tawqîfî.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hadis Nabawî dengan kedua
bagiannya merujuk kepada wahyu baik yang dipahami dari kandungan wahyu secara
tersirat yang disebut dengan Tawfîqî maupun yang dipahami dari al-Qur’an secara
tersurat yang disebut dengan Tawqîfî dan inilah makna firman Allah dalam Surah al-
Najm ayat 3-4 : " ‫" َوَما ي نَ َط َق ع َن اهلََوى إ َن َه َو إ َ َال َو َح َي ي َو َحى‬
‚Dan tidaklah yang diucapkannya (al-Qur’an) itu menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.‛ (QS. Al-Najm/53: 3-4)

Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan lawan kata dari wahyu dan tidak ada alas
an untuk melarangnya. Lawan kata wahyu pada ayat tersebut adalah hawa. Nabi tidak
berkata dari hawa nafsu tetapi dari wahyu. Secara umum dari beberapa uraian di atas
dapat dikembangkan menjadi beberapa perbedaan antara Hadis Qudsî dan Hadis
Nabawî di antaranya sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sedang
pada Hadis Qudsî beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada Hadis

72 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Qudsî, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
b. Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang pada
Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan/qawlî, perbuatan/fi`lî, dan
persetujuan/taqrîrî.
c. Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu iii baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu yang tidak secara langsung,
Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah. Jawaban itu
ada kalanya sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai dengan wahyu.
Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah wahyu untuk meluruskannya.
Hadis Qudsî wahyu langsung dari Allah swt.
d. Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
d. Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamîr mutakallim)
: Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang Hadis Nabawi tidajk
menggunakan ungkapan ini.

B. Rangkuman
Pengertian Hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan
atau perbuatan dan atau persetujuan. Sinonim Hadits adalah Sunnah, Khabar dan
Atsar. Jumhur muhadditsin menyatakaan sinonim antara hal itu. Sebagian mereka
membedakan, Hadits lebih khusus pada brita yang datang dari Nabi meliputi
perkataan, perbuatan dan persetujuan walupun sekali. Sedangkan Sunah bisa
menunjuk berita yang datang dari Nabi dan sahabat, yang berbentuk perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi tradisi. Khabar lebih umum baik berita
yang disandarkan dari Nabi maupun dari yang lain. Sedang Atsar adalah berita yang
disndarkan kepada para sahabat atau tabi’in. Hadis Nabawi hadis yang disandarkan
kepada Nabi, Hadis Qudsi perkataan Nabi yang disandarkan kepada Tuhan
sedangakan Alquran firman Allah yang disampaikan kepada Nabi melalui Jibril.

D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut ini !
1. Sebutkan Sinonim Hadis ?
2. Bagaimana saudara membedakan Hadits dengan Sunah, Hadits dengan Atsar ?
2. Bagaiamana Anda membedakan Hadis Nabawi dan HadisQudsi ?

D. Test Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !

1. Secara terminologi Hadis adalah:

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 73
‚ adalah ‫ت قَر‬َ ’َ ‫َع َن الن‬
‫ب صلى هلال عليه َس َواء َق َوالَ أ َو ف‬ َ‫َما َجاء‬
‫ي َر ا‬
َ ‫َعالَ أ َو‬ ‫وسلم َ كا َن‬
Lawan ‚.... ‫ع‬
َ ‫ َما‬:
‫َن‬ َ‫َجاء‬
‫أضُ ْيف‬ ‫ما‬ c ‫ما ذهب عه‬
d ‫ى‬ ‫ ما و سُب ا‬a.‫ا ُِل ى‬
‫ما‬ ‫ُِل‬
b. ‫ُى‬‫أسُى ُِد ا ِل‬
2. Definisi Hadis di atas mencakup ragam bentuk Hadis yaitu: Ungkapan :
a. Fi’li, qauli dan washfi c. Fi‛li, qauli dan taqriri
b. Fi’li, qauli dan hammi d. Fi‛li, qauli dan wahmi
3. Sebagian ulama memasukkan bagian dari Sunah apa yang dicita-citakan Rasul
saw (Sunnah Hammîyah) sekalipun baru rencana dan belum dilakukannya,
karena beliau tidak merencanakan sesuatu kecuali yang benar dan di cintai dalam
agama. Di antara mereka
a. Imam Malik c. Imam Abdu Hanifah
b. Imam Syafi’i d. Imam Ahmad bin hanbal
4. Dalam kitab Bukhari Muslim Lambang periwayatan ... ‫ =َعَن‬dari ….
Menunjukkan makna bahwa seorang perawi dengan gurunya : :
a. Bertemu langsung c. Tidak bertemu langsung
b. Ada dua kemungkinan d. Bisa bertemu melalui orang lain
5. Sebagian ulama membedakan Hadis dengan Sunah, Sunah terfokus pada
perbuatan Nabi saja dan yang dilakukan:
a. secara terus menerus c. secara terang-terangan
b. bersama sahabat d. secara berencana
6. Di antara hadis dinamakan hadis qudsi (suci). Kata qudsi di sini mempunia makna
penting yaitu:
a. menunjukkan kualitas hadis
b. hanya merupakan sifat bagi hadis
c. Menunjukkan kesucian hadis
d. Menunjukkan adanya petunjuk Allah
7. Perbedaan Hadis dengan Khabar, hadis hanya berita yang datang dari Nabi
sedang Khabar berita yang : a. datang dari Nabi
b. Datang dari sahabat
c. Datang dari nabi dan lainnya
d. Datang dari tabi’in
8. Atsar juga berbeda dengan Hadis, Hadis datang dari Nabi sedanga Atsar datang

74 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dari:
a. Nabi c. Sahabat

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 75
b. Tabi’in d. Lainnya
9. Hadis Nabawi juga berbeda dengan Hadis Qudsi, Hadis Qudsi berita
disandarkaan kepada:
a. Allah c. Sahabat
b. Nabi d. Tabi’in
10. Hadis Qudsi jumlahnya sekitar:
a. 300 hadis c. 500 hadis
b. 400 hadis d. 600 hadis

E. Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 2 yang
terdapat pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1 Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan
Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan belajar 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.

76 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 2
STRUKTUR HADIS

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 2 ini diharapkan memiliki kemampuan;
mengidentifikasi struktur Hadis, sanad matan dan mukharrij

Pokok Bahasan
• Struktur Hadis
• Sanad
• Matan
• Mukharrij/Perawi

Uraian materi
A. Struktur Hadits
Struktur Hadits terddiri dari beberapa bagian yaitu sanad, matan dan mukharrij.
Untuk memudahkan definisi istilah-istilah tersebut, terlebih dahulu Saudara diajak
memperhatikan contoh struktur Hadits sebagai berikut :

َ‫صلى هلال‬
َ ‫س ع َن‬ َ ‫ث ع َن اجلََع َد ع َن أ‬ َ ‫َع َب َد ال وار‬
َ ‫س ََد َد ح‬ َ ‫َح ََد‬
َ ‫ث ان َم‬
‫َعل َي َه‬ ‫النَ َ ي’ب‬ ‫ََب ر َجا َء ع َن اب َن عبا‬ َ ‫ََد‬
‫ث ان‬

‫ت َميتةَ جا‬
َ ‫ب‬َ ‫َش‬ ‫ج َم َن‬ َ ‫َب َخ َر‬ ‫ص ر‬ َ ‫ف‬َ ‫َو َسل َم قا َل َم َن َك َر ََ ََ َم َن َش‬
‫َهلَي‬ ‫َما‬ ‫َرا‬ ‫َي لَي‬
‫س َلطا َن‬ََ ‫فإنهَ َم ال‬ ََ ََ ‫أ َم َير‬
‫َن‬ ‫ئا‬

‫َة )أخرجه‬

(‫البخاري‬
‚Memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami Abd
alWârits dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi saw bersabda
: ‚Barang siapa yang benci sesuatu dari pimpinannya (amir) maka hendaklah
sabar, sesungguhnya barang siapa yang keluar dari penguasa (sultan) satu
jengkal maka ia mati Jahiliayah‛. (HR. al-Bukhari)

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 77
Bagimana Anda melihat contoh kerangka Hadis di atas ? Ada 3 bagian yang
perlu anda perhatikan yaitu kalimat-kalimat yang bergaris bawah, yakni :

78 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


1. Penyandaran berita oleh « al-Bukhâri kepada Musaddad dari Abd al-Wârits
dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi‛ rangkaian penyandaran
ini disebut : Sanad.
2. Isi berita yang disampaikan Nabi : «Barang siapa yang benci sesuatu dari
pimpinannya…» disebut : Matan.
3. Sedang pembawa periwayatan berita terakhir yang termuat dalam buku karyanya
dan disampaikan kepada kita yakni al-Bukhâri disebut : Pe-rawi atau Mukharrij.
Artinya, orang yang meriwayatkan Hadis dan disebutkan dalam kitab karyanya.
Untuk memudahkan pemahaman anda berikut ini dibentangkan dalam bentuk
seperti denah :
... ‫َمنكر مَن‬

‫النىب صلعم‬ ‫ابن عبدس‬ ‫اجلعد‬


‫رجدء‬

‫ْم‬ ‫عبد الوارث‬


‫البخدرى‬
‫ْمدد‬

Untuk lebih jelasnya masing-masing istilah ini akan dipaparkan secara terperinci
dalam uraian berikut :
1. Sanad Hadis
Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan, dan
pedoman.‛ Dan menurut istilah ahli Hadis ialah :
َ ‫" َسل َسلةَ الر َجاَل املََو‬
ََ ََ‫صل َة اىل امل‬
"‫ت‬
Artinya: ‚ mata rantai para periwayat Hadis yang menghubungkan sampai
kepada matan Hadis.‛

Sanad ini sangat penting dalam Hadis, karena Hadis itu terdiri dari dua unsur
yang secara integral tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yakni matan dan
sanad. Hadis tidak mungkin terjadi tanpa sanad, karena mayoritas Hadis pada masa
Nabi tidak tertulis sebagaimana al-Qur’an dan diterima secara individu (âhâd) tidak
secara mutawâtir. Sanad disebut juga Musnad dan dari Musnad muncul pula Musnid.
Musnad sandaran berita dalam proses periwayatan Hadis atau diartikan orang yang
disandari dalam periwayatan. Sedang Musnid adalah orang yang menyandarkan berita
itu kepada orang lain. Arti Musnad berkembang memiliki 3 pengertian :
a. Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw, disebut Hadis
Musnad

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 79
b. Sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya mengumpulkan segala Hadis yang
diriwayatkan oleh seorang sahabat dalam satu bab dan yang diriwayatkan oleh
seorang sahabat lain dalam bab yang tersendiri pula, seperti Musnad Imam
Ahmad.
c. Hadis yang sandarannya bersambung (muttashil) kepada Nabi saw (marfu`).

2. Lambang periwayatan sanad


Tentunya anda telah melihat pada contoh di atas, terdapat penyandaran berita
yang dilakukan oleh para pembawa berita dalam mata rantai sanad yang menggunakan
ungkapan kat-kata yang melambangkan pertemuan baik langsung
)muttashil) atau tidak, yaitu :
‫ أ َن أب‬،َ‫ب َر ََىن‬
َ ‫ أ َخ‬/‫َن‬ َ ‫ أ َخ‬،‫ ح ’دث َنى‬/َ‫َح ََدثنا‬
‫ب َر ا‬
.َ‫أ َن أبىن‬/‫َن‬‫ا‬
Artinya : ‚Memberitakan kepada kami/memberitakan kepadaku,
mengkhabarkan kepada kami/mengkhabarkan kepadaku, memberitakan
kepada kami/memberitakan kepadaku.‛

Ketiga ungkapan penyampaian periwayatan Hadis (adâ’) di atas pada umumnya


digunakan dalam keadaan jika seorang periwayat mendapat Hadis secara langsung dan
bertemu langsung dari seorang gurunya. Hanya bedanya jika menggunakan kata
‚haddatsa/nâ‛ berarti penerimaan (tahammul) secara berjama`ah dan ‚haddatsa/nî‛
bermakna bahwa penerimaannya sendirian.
Secara umum memang ungkapan kata-kata periwayatan di atas diartikan sama
yaitu bertemu langsung. Namun, kemudian masing-msing mempunyai metodologis
yang khusus, misalnya sebagai berikut :

a. Lambang periwayatan : " ‫َح‬ ‫ " َََس‬dipergunakan dalam metode


َ‫َح ََدثنا‬ ‫ََدث‬ ‫ع‬
َ
َ /‫ت‬ َ
/‫َن‬
‫ى‬
al-Samâ` ( ‫ ) ال ْمد خع‬artinya seorang murid mendengarkan penyampaian Hadis
dari seorang guru (Syeikh) secara langsung. Guru membaca murid mendengar
bacaannya. Di sini nampaknya guru lebih aktif, tetapi muridpun dituntut lebih
aktif, karena mereka dituntut mampu melafalkan dan hapal apa yang ia dengar
dari guru. Hadis yang menggunakan lambang periwayatan tersebut dalam
segala tingkatan sanad berarti bersambung (muttashil), masingmasing
periwayat dalam sanad bertemu langsung dengan Syeikhnya.

Lambang periwayatan : " َ‫ب َرن ا‬َ ‫ أَ َخ‬/َ‫ب َرَىن‬


َ ‫ " أ َخ‬dipergunakan dalam metode al- .b
Qirâ’ah atau al-`Ardh, artinya seorang murid membaca atau yang lain ikut
mendengarkan dan didengarkan oleh seorang guru, guru mengiyakan jika benar
dan meluruskan jika terjadi kesalahan. Dalam dunia Pesantren, metode ini
dikenal dengan metode sorogan, yang diartikan murid

80 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


mengajukan/menyodorkan bacaannya di hadapan guru dan guru mendengarkan
bacaannya, jika benar dibenarkan dan jika salah diluruskan. Metode ini juga
juga dihukumi muttashil (bertemu langsung) antara murid dan guru.

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 81
c. Lambang periwayatan : ‚ َ‫ أ َن أبن ا‬/َ‫ " أ َن أبىن‬dalam metode Ijazah, artinya
seorang guru memberikan izin periwayatan kepada seorang atau beberapa
orang muridnya. Murid yang diberi ijazah untuk menyampaikan periwayatan
tidak sembarang murid, akan tetapi hanya murid-murid tertentu yang memiliki
kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Hadis yang disampaikan dengan
metode ijazah adalah Hadis-Hadis yang yang telah terhimpun dalam kitabkitab
Hadis. Oleh karena itu pengijazahan itu tampaknya hanya merukapan tali
pengikat antara guru dan murid semata. Kualitas Hadis terpulang kepada
periwayatan antara guru dengan para periwayat sebelumnya atau naskah yang
diijazahkan.

d. Lambang periwayatan : ‫ " قا َل َ ى‬: ‚ ia berkata kepadaku‛


" ‫َل‬ ‫ذ َك َر َ ى‬
‫َل‬
" atau :
" : ‚Ia menyebutkan kepadaku‛ dipergunakan dalam menyampaikan Hadis
metode Samâ` al-Mudzâkarah , artinya murid mendengar bacaan guru dalam
kontek mudzakarah bukan dalam kontek menyampaikan periwayatan yang
tentunya tidak ada kesiapan dari kedua belah pihak. Berbeda dalam konteks adâ’
(penyampaian periwayatan) kedua belah pihak telah siap untuk menyampaikan
dan menerima Hadis.

e. Lambang periwayatan ‫ َع َن‬: Hadis yang diriwayatkan menggunakan kata `an=


dari disebut Hadis mu`an`anah. Menurut jumhur ulama dapat diterima asal
periwayatnya tidak mudallis (penyimpan cacat) dan dimungkinkan adanya
pertemuan dengan grurunya. Jika tidak memenuhi dua persyaratan ini maka
tidak dihukumi muttashil.
f. Mahmûd al-Thahân menjelaskan, lambang periwayatan yang menggunakan
kalimat aktif seperti ‫ قا َل‬،‫ ا َم َر‬،‫ ( ذ َك َر‬Dia berkata , dia perintah, dan dia
menyebutkan) dihukumi shahih apabila dalam kitab Shahîhayn. Sedang
lambang periwayatan dengan menggunakan kalimat pasif, misalnya : ،‫ي َروى‬
‫ ذكَ َر‬،‫ي‬
َ ‫ رو‬،‫ حيَ َكى‬،‫ ( يذ َك َر‬Diriwayatkan, disebutkan, diceritakan, diriwayatkan,
dan disebutkan), tidak dihukumi shahih sekalipun dalam Shahîhayn jika
didapatkan, tetapi kenyataannya tidak didapatkan dalam Shahîhayn tersebut.

3. Matan
Kata ‚matan‛ menurut bahasa berarti ; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan
yang asli. Dalam perkembangannya karya penulisan seseorang ada disebut matan
dan ada syarah. Matan di sini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang yang
pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat sedang
syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci. Dimaksudkan
dalam konteks Hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan syarah atau
penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya Shahîh al-Bukhârî disyarah-kan oleh
al-`Asqalânî dengan nama Fath al-Bârî dan lain-lain.

82 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Menurut istilah matan adalah :
ََ ‫َت ت َق َوَم‬
‫ى‬ َ ‫ظ احلَ َدي‬
‫ث ال‬ َ ‫" أل َفا‬
" ‫هبَا َم َعانيَ َه‬
Artinya : ‚Beberapa lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna.‛
Matan Hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan
kandungan syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.

4. Mukharrij atau Periwayat Hadis


Kata Mukharrij isim fa`il (bentuk pelaku) dari kata Takhrîj atau istikhrâj dan
ikhrâj yang dalam bahasa diartikan ; menampakkan, mengeluarkan dan menarik.
Maksud Mukharrij di sini adalah adalah seorang yang menyebutkan suatu Hadis
dalam kitabnya dengan sanadnya. Dr. Abd Al-Muhdî menyebutkan : َ ‫فاملَ َخ ’َر‬
‫ج َه َو ذاك َر‬
‫ال ’َرَواي َة َكالب َخاري‬
‚Mukharrij adalah penyebut periwayatan sepert al-Bukhari.‛

Misalnya jika suatu Hadis mukharrij-nya al-Bukhari berarti Hadis tersebut


dituturkan al-Bukhari dalam kitabnya dengan sanadnya. Oleh karena itu biasanya
pada akhir periwayatan suatu Hadis disebutkan ‫ أخرجه البخاري‬Hadis di-takhrîj oleh al-
Bukhârî dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu Hadis dikatakan dengan
kata : ‫ رواَ البخاري‬Hadis diriwayatkan oleh al-Bukhârî.
Bagi perawi yang menghimpun Hadis ke dalam suatu kitab tadwîn disebut
dengan perawi dan disebut pula Muddawin (orang yang menghimpun dan
membukukan Hadis), demikian juga ia disebut Mukharrij, karena ia yang
menerangkan para perawi dalam sanad dan derajat Hadis itu ke dalam bukunya.
Mukharrij artinya, orang yang meriwayatkan Hadits dan disebutkan dalam kitab
‫َه َو ذاك َر‬
karyanya. Mukharrij Dr. Abd Al-Muhdî menyebutkan: َ ‫فاملَ َخ ’َر‬
‫ج‬
‫َكالب َخاري‬ ‫ال ’َرَواي َة‬
Mukharrij adalah penyebut periwayatan sepert al-Bukhari.

Darikata Mukharrij keluarlah kata ‚Takhrîj‛ yang berarti menampakkan,


mengeluarkan, menerbitkan, meneyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya
menampakkan sesuatu yang tidak nampak atau sesuatu yang masih tersembunyi, atau
tidak kelihatan dan masih samar. Takhrij memerlukan tenaga dan pikiran seperti
makna kata istikhraj yang diartikan istinbâth yakni mengeluarkan hukum dari teks
Hadits. Pentingkan !

5. Takhrij
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang dikemukakan oleh para
ulama, di antaranya sebagai berikut:

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 83
‫ب املََو َج َو َد َة َ ي‬
‫َف َها َم َع ب اي‬ َ ‫َع َزَو األ َحا َدي‬
َ ‫ث اىل ال َكت‬
‫َن احلَ َك َم عَل َي َها‬
‚Menunjukkan asal beberapa Hadits pada kitab-kitab yang ada (kitab Induk
Hadits) dengan menerangkan hukum/kualitas dan kuantitasnya. »

Banyak metode takhrij yang dilakukan para peneliti hadits di antaranya


Takhrîj bi al-lafzhi (dengan kata) yaitu penelusuran Hadits melalui kata/lafazh
matan Hadits baik pada permulaan, pertengahan, dan atau pada akhiran. Kamus yang
diperlukan metode takhrij ini salah satunya yang paling mudah adalah Kamus al-
Mu`jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck
dan kawan-kawannya sebanyak 8 jilid.
Cara menelusuri Hadits menggunakan Kamus Hadits tersebut seperti
menelusuri ayat-ayat al-Qur’an menggunakan kamus Fathu al-Rahman yanitu
menggunakan kamus al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm.
Kamus-kamus itu ditulis secara abjadi sesuai abjad huruf Arab kata yang dilmuali
dari alif sampai denganya. Penelusuran dimulai dari satu kata dan dari akar kata
bahasa Arab yang ada dalam teks Hadits. Misalnya Hadits berikut:

‫ت َحىت تَاب وا‬َ ‫ت‬َ ‫اجلن َح‬ ‫َل ت َد َخلو َن‬


‫ا‬
‫َؤَمن‬ ‫َؤَمنوا‬ ‫َة ىت‬
‫وا‬ ‫َل‬
‫و ا‬
Pada penggalan teks di atas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang
‫ا‬
digaris bawahi. Saudaraikata dari kata ‫ب وا‬
ََ ‫ ت َح‬dapat dilihat bab ‫ ح‬dalam
kitab

al-Mu’jam karena kata itu berasal dari kata ‫ َحب‬. Setelah ditelusuri kata
‫ب‬
َ
tersebut dapat ditemukan di al-Mu’jam juz 1 h. 408 dengan bunyi :
،165 ،1 ‫حم‬،11 ‫ أدب‬،3 ‫ جه مقدمة‬،1 ‫ استئذان‬،54 ‫ ت صفة القيامة‬،131 ‫ د أدب‬،33 ‫م اميان‬
Penlusuran Hadits ke berbagai buku induk dapat dilakukan menggunakan e-...
takhrij yaitu melalui internet atau CDR seperti al-Maktabah al-Syamilah, Kutub
altis’ah dan lain-lain. Setelah mendapat informasi dari Kamus tersebut kemudian
ditelusuri ke beberapa buku induk Hadits untuk danalisis baik dari segi kuantitas
maupun kualitas sanad dan matan.

Rangkuman
Pengertian Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan
atau perbuatan dan atau persetujuan. Struktur Hadis ini terdiri dari matan sanad dan

84 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


mukharrij. Sanad adalah mata rantai para periwayat Hadis yang menghubungkan
sampai kepada matan Hadis. Mukharrij adalah seorang perawi yang menyebutkan
suatu Hadis dalam kitabnya dengan sanadnya. Sedangkan matan adalah beberapa
lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna. Perbedaan sanad dan mukharrij :
Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan, dan pedoman.‛
Makna secara istilah adalah ‚ mata rantai para periwayat Hadis yang menghubungkan

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 85
sampai kepada matan Hadis.‛ Sedangkan Mukharrij dalam istilah adalah adalah
seorang perawi yang menyebutkan suatu Hadis dalam kitabnya dengan sanadnya.
Musnad Sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya mengumpulkan segala Hadis
yang diriwayatkan oleh seorang sahabat dalam satu bab dan yang diriwayatkan oleh
seorang sahabat lain dalam bab yang tersendiri pula, seperti Musnad Imam Ahmad.

Tugas
1. Sebutkan struktur Hadis ?
2. Jelaskan perbedaan antara sanad dan mukharrij ?
3. Jelaskan pengertian kitab Musnad ? Berikan contohn

Test Formatif KB 2
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Berikut teks Hadis Nabi secara utuh:

‫س ع َن الن َي’ب ص ىل‬َ ‫ث ع َن اجلََع َد ع َن عَبا‬َ ‫َ َب َد ال وار‬


َ ‫ث ان ع‬َ َ‫س ََد د‬َ ‫َا َم‬‫ث ن‬ َ ‫َح ََد‬
َ‫هلال‬ ‫أَب ر َجا َء ع َن اب َن‬ ‫ح ََد‬
‫ب َرا‬ َ ‫َب َش‬ ‫ص ر‬ ‫َر ََ ََ شيَئا ف ل‬
َ ‫َي‬ ‫عَل َي َه َو َسل َم قا َل َم َن ك َر ََ ََ َم َن أََم ي‬
‫ت‬ َ ‫َما‬ ‫َطا َن‬ ََ ‫ج َم َن ال‬
‫س ل‬ َ ‫فإنهَ َم َن خ َر‬
‫َميتةَ جا َهلَي ة‬
(‫َ )أخرجه البخاري‬

Ungkapan yang digaris bawahi atas disebut :


a. Matan c. Sanad
b. Mukharrij d. Perawi
2. Ungkapan : )‫ (أخرجه البخاري‬disebut :
a. Matan c. Sanad
b. Mukharrij d. Musnad
3. Dalam struktur Hadis di atas ada lambang periwayatan ; Haddatsana ;
‛memberitakan kepada kami‛. Maksudnya periwayatan seorang perawi dengan
gurunya :
a. Bertemu langsung c. Tidak bertemu langsung
b. Ada dua kemungkinan d. Bisa bertemu melalui orang lain
4. Lambang periwayatan ... ‫ = َن‬dari …. Menunjukkan makna bahwa seorang
‫َع‬
perawi dengan gurunya : :
a. Bertemu langsung c. Tidak bertemu langsung
b. Ada dua kemungkinan d. Bisa bertemu melalui orang lain

86 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


5. Kitab Hadis yang disusun berdasarkan nama perawi pertama di kalangan sahabat
seperti kitab Imam Ahmad bin Hanbal disebut :
a. Kitab Jami’ c. Kitab Sunan

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 87
b. Kitab Mustakhraj d. Musnad
6. Di antara lambang periwayatan yang umumnya digunakan meriwayatkan
Hadis Dha’if adalah : a. ‫ َقاَ َل‬c. ‫ي‬
َ ‫ رَو‬b.
‫قاَ َىل‬ ‫َح ََدث َ ى‬
d. ‫َن‬
‫َل‬
7. Dalam periwayatan Hadis adakalanya menggunakan metode Al-Sama’
artinya:
a. Guru guru menyampaikan periwayatan hadis sedang murid mendengarkannya
b. Guru mendengarkan bacaan murid
c. Guru memberikan ijazah periwayatan kepada murid
d. Guru memberikan tulisan atau buku hadis yang ia riwayatkan 8. Mukharrij
artinya adalah:
a. Periwayat Hadis
b. Sandaran dalam penulisan Hadis
c. Penghimpun Hadis
d. Periwayat Hadis yang dihimpun dalam karya bukunya
9. Salah satu pengertian Takhrij adalah menunjukkan asal beberapa Hadits pada
kitab Induk Hadits dengan menerangkan :
a. Hukum kualitas dan kuantitasnya.
b. Sumber aslinya
c. Sumber buku induk hadis
d. Kandungan hadis
10. Kamus untuk mencari sumber hadis dari buku induk Hadis bernama: alMu’jam
al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm karya orientalis A.J.
Wensinck dan kawan-kawannya sebanyak: a.
7 jilid c. 9 jilid
b. 8 jilid d. 10 jilid

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 2 yang terdapat
pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik

88 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat
penguasaan Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan
belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 89
KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBAGIAN HADIS
DARI JUMLAH PERIWAYAT

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 3 ini diharapkan memiliki kemampuan menelaah
Hadis dilihat dari jumlah perawi melalui beberapa sanad Hadis

Pokok Bahasan
Hadis Mutawatir
Hadis Ahad; Masyhur, Aziz dan Gharib

Uraian Materi
A. Macam-macam Hadis
Hadits dilihat dari kuantitas jumlah periwayat dalam sanad terbagi menjadi
dua : Hadits mutawâtir dan Hadits âhâd. Hadits ahad dari segi kualitasnya terbagi
menjadi 3 ; shahih, hasan dan dha’if. Mari kita telaah dan kita pahami pengertian
macam-macam Hadits.
Untuk memperjelas pembagian Hadits ini dapat dipaparkan denah terlebih
dahulu secara sederhana sebagai berikut :

Hadits Dilihat dari


Segi Kuantitas sanad

Mutawâtir Âhâd

`
Lafdzî Maknawi Masyhur Aziz Gharib

Denah 2, Macam-macam hadits


Pada gambar denah di atas terpaparkan macam-macam Hadits dilihat dari segi
kuantitas dan kualitas ada dua ; mutawatir dan ahad. Hadits ahad dilihat dari segi

90 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kualitas sand dan matan terbagi menjadi 3 yakni; shahih, hasan dan dha’if. Untuk
mendalami pengertian masing-masing mari dipelajari tentang pengertiannya masing-
masing.

1. Mutawatir
Secara etimologi mutawâtir berarti al-mutatâbi` berarti, yang datang
kemudian, beriring-iringan, atau beruntun. Secara terminologi definisinya : ََ َ‫رَوا‬ ‫َما‬
َ ‫َ تواط َؤ َه َم عَلى ال َك َذ‬
‫ب‬ ‫ََجَ َع ع َن َجَ َع ت َي َل العَا َد ة‬
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak dari sejumlah orang
banyak pula yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ada 4 kriteria Hadits mutawâtir,
yaitu sebagai berikut :
a. Diriwayatkan sejumlah orang banyak pendapaat yang rajih menimal 10 orang.
b. Adanya jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
c. Mustahil sepakat bohong.
d. Sandaran berita itu pada panca indra.
Contoh Hadits mutawatir:
‫ْم ْدا فخليتب وأخ ْمقع ْدهُْ ْم ْن الن در‬¹ ‫ت ع‬
ْ ‫ب عل ي ُم‬
ْ ‫ْم خن ك ذ‬
Barang siapa yang mendustakan atas namaku, maka hendaklah bersiap-siap
bertempat tinggal di neraka.‛(HR. Ahmad, Turmudzî, al-Nasâ’î, Bukhârî,
Muslim, dan Abû Dawûd)

Di antaranya Hadits tentang telaga (al-hawdh) diriwayatkan lebih 50 orang


sahabat, Hadits menyapu sepatu (khawf) diriwayatkan 70 orang sahabat, Hadits
tentang mengangkat kedua tangan dalam shalat oleh 50 orang sahabat, dan lainlain
Hadits mutawâtir memberi faedah ilmu dharûrî artinya pengetahuan secara
yakin dan pasti kebenarannya, oleh karena itu ia wajib diamalkan. Dengan demikian
periwayat Hadits mutawatir tidak perlu diperiksa sifat-sifat adil dan kedhabithannya,
karena dengan jumlah banyak periwayat yang tidak mungkin terjadi kesepakatn
bohong dan sudah cukup dijadikan sebagai alat mencapai tujuan akhir yakni
otentisitasnya.

2. Hadits Âhâd
Kata Âhâd bentuk plural (jamak) dari ahad ) ‫ ( آحاد َجع أحد‬dengan makna
wâhid= satu, tunggal, atau esa. Âhâd dengan dipanjangkan bacaan â-hâd
mempunyai makna satuan. Nilai angka satuan tidak mesti satu, tetapi dari 1-9,
misalnya angka 576, angka satuannya angka 6.
Menurut istilah Hadits Âhâd adalah : ‚Hadits yang tidak memenuhi
beberapa persyaratan Hadits mutawâtir.‛

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 91
Periwayat Hadits âhâd tidak mencapai jumlah banyak yang meyakinkan
bahwa mereka tidak mungkin bersepakat bohong sebagaimana dalam Hadits
mutawâtir, ia hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat, dan atau lima yang tidak
mencapai mutawâtir. Jika yang meriwayatkan itu satu orang dalam satu atau semua
tingkatan sanad disebut Hadits Gharib. Jika yang meriwayatakannya dua orang
disebut Hadits Aziz dan jika 3 orang atau lebih yang tidak mencapai mutawatir disebut
masyhur. Contoh Hadits ahad : ...‫َبا َد‬
‫ال ع‬ ‫إ ََن هلالَ ال ي ق بض العَلَ َم انت َزا َعا ينَتزعَه َم َن‬
Hadits di atas diriwayatkan 3 orang sahabat, yaitu Ibn `Amr, `Aisyah, dan Abu
Hurayrah. Dengan demikian Hadits ini masyhûr di tingkat sahabat, karena terdapat 3
orang sahabat yang meriwayatkannya, sekalipun sanad di kalangan tabi`in lebih dari
3 orang. Atau sebaliknya, bisa jadi Hadits masyhûr di tingkat tabi`in jika periwayatnya
mencapai 3 orang atau lebih tetapi tidak mencapai jumlah mutawâtir, sekalipun di
tingkat sahabat tidak mencapai masyhûr, karena tidak mencapai 3 orang lebih.
Hadits âhâd memberi faedah ilmu nazharî, artinya ilmu yang diperlukan
penelitian dan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah jumlah perawi yang sedikit itu
memiliki sifat-sifat kredibelitas yang dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Hadits
âhâd inilah yang memerlukan penelitian secara cermat apakah para perawinya adil
atau tidak, dhabith atau tidak, sanadnya muttashil (bersambung) atau tidak, dan
seterusnya yang nanti dapat menentukan tingkat kualitas suatu Hadits apakah ia
shahih, hasan, dan dha`if.

B. Rangkuman
Macam-macam Hadits dilihat dari kuantitas perawi ada dua: mutawâtir dan
âhâd. Hadits mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan banyak orang pada seluruh
thabaqat sanad yang mustahil sepakat bohong. Hadits âhâd jumlah perawinya sedikit
tidak mencapai banyak seperti mutawâtir. Hadits ahad dibagi tiga; masyhur, azîz dan
gharîb. Sedangkan ditijau kualitas Hadits âhâd terbagi menjadi 3; shahih, hasan dan
dha’if.
Hadits Ahad, jumlah perawinya tidak mencapai jumlah mutawatir. Hadits ahad
ini dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut : Masyhur, jumlah perawi 3 orang atau lebih
yang tidak mencapai mutawatir, Aziz, jumlah perawinya 2 orang dan Gharib, jumlah
perawinya 1 orang. Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan.

C. Tugas
Setelah Anda membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut ini
!
1. Mengapa Hadits terbagi kepada beberapa macam ?
2. Mungkinkah Hadis memenuhi persyarata mutawatir ? Mengapa ?

D. Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !

92 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


1. Hadis dilihat dari segi kuantitas periwayatnya dibagi menjadi:
a. Mutawatir, Ahad dan Aziz
b. Muatawatir, Ahad dan Gharib
c. Muatawatir dan Ahad
d. Muatawatir, Ahad dan masyhur
2. Hadis yang kuantitas perawinya banyak di semua tingkatan sanda dan mustahil
secara tradsisi sepakat bohong, disebut Hadis :
a. Ahad c. Mutawatir
b. Shahih d. Dha’if

3. Hadis mutawatir tidak perlu diteliti tentang keadilan dan kedhabitan para
perawinya, karena ia memberi faedah kebenaran berita secara :
a. Ilmu dharuri c. Ilmu nazhari
b. Ilmu laduni d. Ilmu kasyaf
4. Menurut hasil penelitian al-Suyuthi, Hadis tentang angkat tangan dalam berdo’a
mencapai 100 periwayatan, adalah salah satu contoh Hadis :
a. Mutawatir lafzhi c. Mutawatir ‘Amali
b. Mutawatir Maknawi d. Mutawatir saja

5. Karena jumlah periwayat Hadis tidak mencapai jumlah banyak sebagaimana


dalam Hadis Mutawatir, maka perawinya harus diteliti kridebelitasnya untuk
menentukan Shahih atau tidaknya, terdapat pada Hadis :
a. Masyhur c. Aziz
b. Gharib d. Ahad
6. Hadis Ahad adalah hadis jumlah perawinya :
a. Satu orang
b. Dua orang
c. Tiga orang
d. Tidak memenuhi persyaratan mutawatir 7. Sabda Nabi :

‫َبض العَلَ َم انت َزاعَا ي َنتزعَه َم َن‬


‫إ ََن هلالَ ال ي ق‬
...‫العَبا َد‬
Hadits di atas diriwayatkan 3 orang di kalangan sahabat, yaitu Ibn `Amr, `Aisyah,
dan Abu Hurayrah. Disebut Hadis:
a. Mutawatir c.Masyhur
b. Ahad d. Aziz
8. Untuk mengetahui sanad Hadis secara lengkap berapa jumlah perawi perlu
ditelusuri ke dalam buku induk hadis yang disebut dengan :
a. Sanad c. Mukharrij

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 93
b. Takhrij d. Mu’jam

94 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


9. Hadis Nabi saw :
َ ‫"إمنَا ا َأل َع َما َل ابل ’ن اي‬
"...‫ت َوإمنا ل َك َ’ل ا َمر َئ َما ن َوى‬
Hadis di atas hanya sahabat `Umar bin al-Khaththâb saja yang meriwayatkannya
dari kalangan sahabat dari Nabi saw. Dari `Umar diriwayatkan oleh `Alqamah
bin Waqqâsh al-Laytsî, kemudian diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim,
baharu Yahya bin Sa`îd al-Khudrî. Hukum Hadis ini
a. Aziz c. ahad
b. Gharib d. masyhur
10. Hadis Ahad tergolong ilmu nazhari dalam penelaian statusnya
a. Perlu penelitian periwayatannya
b. Tidak perlu penelitian periwayatannya
c. Perlu para perawi yang adil dan dhabit
d. Tidak perlu perawi yang adil dhabit

F. Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 3 yang terdapat
pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat
penguasaan Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan
belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 95
KEGIATAN BELAJAR 4 PEMBAGIAN HADIS
DILIHAT DARI KUALITAS

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 4 ini diharapkan memiliki kemampuan membedakan
Hadis dilihat dari kualitas Sanad dan Matannya.

Pokok Bahasan
• Hadis Shahih
• Hadis Hasan
• Hadis Dhaif

Uraian Materi
A. Hadits Dilihat dari Segi Kualitas Sanad dan Matan Shahih
Hadis dilihat dari segi kualitas sanad dan matan terbagi menjadi dua makbul
(diterima) dan mardud (tertolak). Hadis makbul terbagi menjadi dua yaitu; Shahih dan
hasan sedang mardud hanya satu yaitu dha’if. Hadis Shahih dibagi menjadi dua;
shahih li dzatihi dan shahih li ghairihi. Demikian juga Hasan terbagi menjadi dua yaitu
hasan li dzatihi dan hasan li ghairi. Sedang dha’if dilihat dari cacatnya perawi dan
cacatnya matan terbagi menjadi beberapa bagian. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat
gambaran berikut:

96 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


HADIS DILIHAT DARI
KUALITAS

Makbul Mardûd

Shahih Hasan

Lidzâtihi
Dha’if
Lighayrihi

1. Hadis Shahih
Kata shahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata alsaqîm
= orang yang sakit seolah-olah dimaksudkan Hadits shahih adalah Hadits yang sehat
dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Dalam istilah Hadits shahih adalah : ‫َهو‬
‫و َخ َال م‬ ‫َل ع َن َمث َل َه‬
‫ضاب َط ض َبطا َكاَم ا‬
ََ ‫ص َل سن َد ََ ََ ب َن قَ َل ال َع َد َل ال‬
َ ‫َماات‬
‫َوالعَل َة‬ ‫ش َذ َو َذ‬
َ َ ‫ن ال‬
Hadits yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan
dhâbith (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari
kejanggalan (syadz), dan cacat (`illat).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, Hadits shahih mempunyai 5 kriteria,


yaitu:
a. Persambungan sanad (bertemu langsung antar perawi sampai kepada Rasul)
b. Para periwayat bersifat adil (konsisten dalam beragama). Pengertian adil adalah
orang yang konsisten (istiqamah) dalam beragama, baik akhlaknya, tidak fasik
dan tidak melakukan cacat muruah.
c. Para periwayat bersifat dhâbith (memiliki daya ingat hapalan yang sempurna)
d. Tidak ada kejanggalan (syâdz). Maksud Syâdz di sini adalah periwayatan
orang tsiqah (terpercaya yakni adil dan dhâbith) bertentangan dengan
periwayatan orang yang lebih tsiqah.
e. Tidak terjadi `illat (cacat tersembunyi). Arti `illah di sini adalah suatu sebab
tersembunyi yang membuat cacat keabsahan suatu Hadis padahal lahirnya
selamat dari cacat tersebut.

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 97
Contoh Hadits shahih :

98 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫تأ‬َ ‫ ََس َع‬: ‫أىب قا َل‬ ‫س ََد َد ََ ح ََدثناَ َم‬ َ ‫ث ان َم‬َ ‫ماَ أ َخر َجهَ الب َخارى قا َل ح ََد‬
‫َن ََ ب َن‬ ‫ت‬َ ‫ ََس َع‬: ‫َعت َم َر قا َل‬
‫ " الله ََم إىن‬: ‫ب صلى هلال علي َه و َسلم‬ َ َ َ
َ ‫ َكا َن الن‬: ‫ قا َل‬-‫ر ضى هلال عن ه‬-‫َما ل ك‬
‫ك‬َ َ‫أع َوذَ ََ ب‬ ََ ‫يقو َل‬
‫ وأعوذب‬,‫ك َم َن َواملََمَات‬ َ َ
َ َ‫ وأع َوذَ ب‬,‫س َواجلَ َواهلََر م‬ َ ‫م َن ال َوال‬
‫ك َم َن‬َ ‫ت ن َة املَ َحيا‬ َ ‫ف‬ ‫ بَ ن‬,‫َ ك ل‬ ‫ع‬
‫َجزعذاب‬
‫ال َقرب‬
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, ia berkata memberitakan kepada
kami Musaddad, memberitakan kepada kami Mu`tamir ia berkata : Aku
mendengar ayahku berkata : Aku mendengar Anas bin Malik berkata : Nabi
saw berdo`a : ‚ Ya Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada
Engkau dari sifat lemah, capai, penakut, dan pikun. Aku mohon
perlindungan kepada Engkau dari fitnah hidup dan mati dan aku mohon
perlindungan kepada Engkau dari adzab kubur.

Hadis di atas diniali berkualitas shahih karena telah memenuhi 5 kriteria di


atas, yaitu sebagai berikut :
a. Sanad-nya bersambung dari awal sampai akhir. Anas seorang sahabat yang
mendengar Hadis ini dari Nabi langsung. Sulayman bin Tharkhan bapaknya
Mu`tamir menegaskan dengan kata al-samâ` (mendengar) dari Anas.
Demikian juga Mu`tamir menegaskan dengan al-samâ` dari ayahnya.
Musaddad syaikhnya al-Bukhari juga menegaskan dengan kata al-samâ` dari
Mu`tamir, sedang al-Bukharî menegaskan pula dengan al-samâ` dari
syaikhnya.
b. Semua para periwayat dalam sanad Hadis di atas menurut ulama al-jarh wa al-
ta`dîl telah memenuhi persyaratan adil dan dhâbith. Anas bin Malik seorang
sahabat semua sahabat bersifat adil. Sulayman bin Tharkhan bapaknya
Mu`tamir bersifat terpercaya dan ahli ibadah ( ‫ب د‬ ْ ). Musaddad bin
ْ ‫ث ْْ ْق عْد‬
Musarhad memiliki titel terpercaya dan penghapal ( ‫ف‬ ْ ‫) ث ْق ْ ْْ د‬. Sedang al-

Bukharî Muhammad bin Isma`il, pemilik kitab al-Shahîh terkenal memiliki


kecerdasan hapalan yang luar biasa dan menjadi Amîr al-Mukminin fi
alHadîts.
c. Hadis di atas tidak syâdz, karena tidak bertentangan dengan periwayatan
periwayat lain yang lebih tsiqah.
d. Dan tidak terdapat `illah (ghayr mu`allal)

Macam-macam Hadits shahih ada dua macam, yaitu :


a. Shahih lidzâtih (secra otomatis shahih karean memenuhi krietaria).

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 99
b. Shahih li ghayrih (shahih karena dukungan sanad lain ).

Dari segi persyaratan shahih yang terpenuhi dapat dibagi menjadi 7 tingkatan,
dari tingkat yang tertinggi sampai dengan tingkat yang terendah, yaitu ; 1) Muttafaq
`alayh, (disepakati al-Bukhari dan Muslim), 2) diriwayatkan oleh alBukharî saja, 3)

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


0
diriwayatkan oleh Muslim saja, 4) diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan al-
Bukharî dan Muslim, 5) diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan al-Bukharî
saja, 6) diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Muslim saja, 7) dinilai shahih
menurut ulama Hadits selain al-Bukharî Muslim dan tidak mengikuti persyaratan
keduanya, seperti Ibn Khuzaymah, Ibn Hibban, dan lain-lain.

2. Hadits Hasan
Dari segi bahasa Hasan dari kata al-Husnu = keindahan. Menurut istilah
‫ش َذ َو َذ‬
ََ ‫ص َل سن َد ََ ََ ب َن قَ َل العَ َد َل ال َذ َى ق ََلض َبطه وخ َال َم َن ال‬
َ ‫َه َو َماات‬
Hadits Hasan adalah : ‫َوالعل َة‬
Hadits Hasan adalah Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
orang adil, kurang sedikit ke-dhâbith-annya, tidak ada keganjilan (syâdz),
dan tidak ada `illat.

Kriteria Hadits Hasan hampir sama dengan kriteria Hadits Shahih.


Perberbedaannya hanya terletak pada sisi ke-dhabith-annya. Hadits Shahih
kedhabith-an seluruh perawinya harus tamm (sempurna), sedang dalam Hadits Hasan,
kurang sedikit ke-dhabith-annya jika dibandingkan dengan Hadits Shahih.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzî, Ibn Mâjah, dan Ibn Hibban dari
al-Hasan bin `Urfah al-Maharibî dari Muhammad bin `Amr dari Abi Salamah dari Abi
saw bersabda : ‫ََ َم‬ َ َ
‫ي َوأ َق َ هل‬
َ ‫س َب ع‬
ََ ‫ت ي َن اىل ال‬ َ
’َ ‫س‬
’ ‫أ َع َما َر أََ َمىت َما ب يَ َن ال‬
Hurayrah, bahwa Nabi
‫ك‬
َ ‫َم َن جيَ َوَز ذل‬
Usia umatku sekitar antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang
melebihi demikian itu.

Para perawi Hadits di atas tsiqah semua kecuali Muhammad bin `Amr dia
adalah shadûq =sangat benar. Oleh para ulama Hadits nilai ta`dîl shadûq tidak
mencapai dhâbith tamm sekalipun telah mencapai keadilan, ke-dhabith-annya kurang
sedikit jika dibandingkan dengan ke-dhabith-an shahih seperti tsiqatun (terpercaya )
dan sesamanya.
Hadits Hasan terbagi menjadi dua macam, yaitu Hasan li Dzâtih dan Hasan li
Ghayrih. Hadits Hasan lidzâtih adalah Hadits yang memenuhi persyaratan Hadits
Hasan. Sedang Hadits Hasan li Ghayrih adalah ‚ Hadits Dha`if diriwayatkan
melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat.‛
Hadits Hasan dapat dijadikan hujah walaupun kualitasnya di bawah Hadits
Shahih. Semua Fuqahâ, sebagian Muhadditsîn dan Ushûlîyîn mengamalkannya
kecuali sedikit dari kalangan orang yang sangat ketat dalam mempersyaratkan
penerimaan Hadits (musyaddidîn). Bahkan sebagian Muhadditsîn yang
mempermudah dalam persyaratan Shahih (mutasâhilin) memasukkannya ke dalam
Hadits Shahih seperti al-Hakim, Ibn Hibban, dan Ibn Khuzaymah.

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 10
1
Buku- buku Hadits yang memuat Hadits Hasan, pada umumnya adalah Jami’
al-Turmudzî yang masyhur dikenal Sunan al-Turmudzî, Sunan Abi Dâwûd, dan
Sunan al-Dâr Quthnî, yang dijelaskan di dalamnya banyak Hadits Hasan.

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


2
3. Hadits Dha’if Hadits Dha`if dari segi bahasa berarti lemah. Dalam istilah Hadits
Dha`if adaalah : ‫س َن‬ َ ََ ‫َيَم َع صفةَ ال‬
َ َ‫ص ح َي َح َواحل‬ ‫هو مامل ج‬
Hadits yang tidak menghimpun sifat Hadits Shahih dan Hasan.
Jadi Hadits Dha`if adalah Hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua
persyaratan Hadits Hasan atau Shahih, misalnya sanad-nya tidak bersambung
(muttashil), para perawinya tidak adil dan tidak dhâbith, terjadi keganjilan baik dalam
sanad atau matan (syâdz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (`illah) pada sanad
dan matan.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzî melalui jalan Hakim al-Atsram
dari Abi Tamimah al-Hujaymî dari Abi Hurayrah dari Nabi saw bersabda :

‫ضا أ َو ا َم َرأ َة َم َن َدب َر أ َو َكا َهنَا ف قَ َد َك َف َر‬


َ ‫َم َن أتى حائ‬
‫مبَا أن َز َل على ََمَ ََم َد‬
Barang siapa yang mendatangi pada seorang wanita menstruasi (haidh) atau
pada seorang wanita dari jalan belakang (dubur) atau pada seorang dukun,
maka ia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam sanad Hadits di atas terdapat seorang dha`if yaitu Hakim al-Atsram
yang dinilai dha`if oleh para ulama. Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Taqrîb al-Tahzhîb
memberikan komentar ; dia orang lemah.
Cacat Hadis Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama,
terkait dengan sanad dan kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan
sanad bisa jadi karena tidak bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak
bertemu langsung dengan seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan dan
tidak dhâbith, terjadi adanya keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat yang
terkai dengan matan adalah karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat) tersebut.
Macam-macam cacat yang menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis dapat
digamabarkan pada skema berikut di bawah ini :
Hadits Dha`if tidak identik dengan Hadits mawdhû` (Hadits palsu). Hadits
dha’if hanya ada sifat kelemahan atau kurang dalam matan atau sanad sedang Hadits
Maudhu’ Hadits palsu, bukan dari rasul dibilang dari Rasul. Oleh kaarena itu para
ulama berbeda pendapat dalam pengamalan Hadits dha’if dan sepakat dosa besar
meriwayatkan Hadits maudhu’. Perbedaan para ulama dalam pengamalan Hadits
Dha`if ada 3 pendapat :
a. Hadits Dha`if tidak dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan amal
(fadhâil al-a`mâl) atau dalam hukum sebagaimana yang diberitakan oleh Ibn
Sayyid al-Nas dari Yahya bin Ma`în. Pendapat pertama ini adalah pendapat Abû
Bakar Ibn al-`Arabî, Bukhari, Muslim, dan Ibn Hazam.
b. Hadits Dha`if dapat diamalkan secara mutlak baik dalam fadhâil al-a`mâl atau
dalam masalah hukum (ahkam), pendapat Abu Dawûd dan Imam Ahmad.
Mereka berpendapat bahwa Hadits Dha`if lebih kuat dari pada pendapat para
sarjana atau profesor.

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 10
3
c. Hadits Dha`if diamalkan dalam fadhâil al-a`mâl, mau`izhah, targhîb (janji-
janji yang menggemarkan), dan tarhîb (anjaman yang menakutkan) bukan
masalah halal dan haram, jika memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana
yang paparkan oleh Ibn Hajar al-`Asqalanî, yaitu berikut :
1) Tidak terlalu Dha`if.
2) Masuk ke dalam kategori Hadits yang diamalkan (ma`mûl bih) seperti
Hadits nâsikh bukan mansukh dan râjih ( yang lebih kuat) bukan marjuh.
3) Tidak dii`tiqadkan secara yakin kebenaran Hadits dari Nabi, tetapi karena
berhati-hati semata atau ihtiyâth.

Pendapat pertama, dari tiga pendapat di atas pendapat pertama lebih selamat,
pendapat kedua lemah dan pendapat ketiga berhati-hati. Di antara kitab yang tersusun
secara khusus tentang macam-macam Dha`if adalah ; al-Marâsîl, karya Abi Dawûd,
al-`Ilal, karya al-Dâr Quthnî, al-Dhu`afâ karya Ibn Hibban dan Mîzân alI`tidâl karya
al-Dhahabî.

B. Rangkuman
Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan, Hadits Ahad dibagi menjadi 3 :
Hadits Shahih, muttashil sanadnya, adil dan dhabith para perawinya tidak ada syadz
dan illat. Hadits Hasan, sama dengan Hadits Shahih tetapi tingkat kedhabithan
perawinya ada yang kurang dibandingkan dengan Hadits kedhabithan Hadits Shahih.
Hadits Dha’if, tidak memenuhi persyaratan Hadits Shahih dan Hasan. Cacat Hadis
Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama, terkait dengan sanad dan
kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan sanad bisa jadi karena tidak
bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak bertemu langsung dengan
seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan dan tidak dhâbith, terjadi adanya
keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat yang terkai dengan matan adalah
karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat) tersebut. Macam-macam cacat yang
menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis dapat digamabarkan pada skema berikut
di bawah ini :

D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut ini !
1. Bagiamna menilai keshahihan Hadis ?
2. Mengapa terjadi Hadis Dha’if ?

G. Test Formatif 4
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Yang tidak termasuk persyaratan hadis Ahad Shahih adalah :
a. Adil dan dhabit para perawi c. Tidak ada syadz dan illat
b. Jumlah perawi banyak d. Muttashil sanad

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


4
2. Pengertian adil dalam periwayatan lebih ketat, berikut yang tidak termasuk
persyaratan adil adalah :
a. Tidak janggal (syadz) c. Taqwa
b. Tidak berbuat fasik d. Memelihara muru’ah
3. Hadis Hasan dalam perbedaannya dengan Hadis Shahih adalah :
a. Kedhabithan perawi kurang sedikit c. Keadilannya kurang sedikit
b. Tidak muttashil d. Tidak ada syadz
4. Jika para perawi suatu sanad Hadis bersifat mutashil, dhabith, tidak ganjil dan
tidak ada illat, tetapi satu di antara perawi tidak menutup kepala dalam bepergian
pada masa itu, kualitas Hadisnya :
a. Shahih c. Hasan
b. Dha’if d. Maudhu’
5. Di antara ulama yang berpendapat bahwa Hadis Dha’if dapat diamalkan dalam
keutamaan amal bukan dalam menetapkan hukum haram halal dengan beberapa
syarat, adalah :
a. Al-Bukhari c. Ibn Hazam
b. Ibn Hajar al-‘Asqalani d. Ahmad bin Hanbal
6. Hadis Dhai’f jika didukung dengan sanad lain dapat naik derajatnya menjadi :
a. Hasan lighairihi c. Hasan lidzatihi
b. Shahih lighairihi d. Shahih lidzatihi
7. Hadits Hasan dalam perbedaannya dengan Hadits Shahih adalah :
a. Kedhabithan seorang perawi kurang sedikit dibandingkan dengan
kedhabithan perawi Hadits shahih
b. Keadilan seorang perawi kurang sedikit dibandingkan dengan kedhabithan
perawi Hadits shahih
c. Tidak muttashil antar para perawi dalam sanad
d. Tidak ada syadz dan illat
8. Hadits Dhai’f jika didukung dengan sanad lain dapat naik derajatnya menjadi :
a. Hasan lighairihi c. Hasan lidzatihi
b. Shahih lighairihi d. Shahih lidzatihi
9. Menurut para ulama hukum mengamalkan Hadits dha’if ada tiga pendapat,
kecuali:
a. Tidak dapat diamalkan secara mutlak
b. Dapat diamalkan secara mutlak
c. Dapat diamalkan dalam keutamaan amal
d. Tidak diamalkan jika memenuhi beberapa persyaratan tertentu
10. Secara garis besar sebab-sebab kedhaifan adalah:

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 10
5
a. Cacat pada periwayat dan pengguguran sanad
b. Ada perawi yang digugurkan
c. Adanya matan yang tidak rasional
d. Adanya sanad yang tidak muttashi

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 4 yang terdapat
pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat
penguasaan Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan
belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

DAFTAR PUSTAKA
‘Itr, Nuruddin, ‘Ulûm al-Qur’ân al-Karîm, Damaskus: Mathba’ah ash-Shabâh, 1996
Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub
al`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abduh, Muhammad, al-Manâr, Bairut: Dâr al-Fikr, t.th.
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


6
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir : Wizârah al-Tarbiyah
wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-Idârah al-
‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts, 1988
-------, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân, Kairo: Dâr at-Tirâts, t.th.
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh
al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-
`Azîz bin `Abd Allâh bin Bâz dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo:
Maktabah al-Aymân, tth. Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats,
Sunan Abî Dawûd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo: Dâr
al-Hadîts, 1999
Al-Banna, Hasan, Muqaddimah fi at-Tafsîr, Kairo: tp., t.th.
Al-Baqillani, Abu Bakar, I’jâz al-Qur’ân, Kairo: Mathba’ah Bâb al-Halabi, t.th.
bin Zanjalah, Abu Zur’ah Abdurrahman bin Muhamad, Hujjatul Qirâ’ât, Bairut:
Dâr Shadir, 1984 al-Damaghani, Husein bin Ali, al-Wujûh wa an-Nazhâ’ir,
Bairut: Dâr al-‘Ilmi li alMalâyîn, 1977
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, Cet. Ke 10
Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, Kairo: Mathba’ah al-Bâb al-Halabi, t.th.
Al-Hakim, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain, Bairut: Dâr Shadir, t.th.
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa’, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-Bâqiy, Masir: Isâ
al-Bâbiy al-Halabiy, 1370 H
Ibn Fâris bin Zakarîyyâ, Abî al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-Maqâyîs fî
alLughah, Ed. Syihâb al-Dîn Abû `Amr, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut : al-Maktab
alIslâmî, tth., No. 3/183
Al-Jazari, Ibnu, Munjid al-Muqri’în, Kairo: Dâr al-Manar, t.th.
Madkur, Ibrahim, Mu’jam Alfâzh al-Qur’an al-Karîm, Kairo: Majma’ al-Lughah
alArabiyah al-Idariyah al-‘Âmmah li al-Mu’jamat wa Ihya at-Turats, 1988
Majid Khon, Abdul, Ahâdîts al-Akhlâq, Jakarta : Fak Tarbiyah, 1994, Cet. 1
-------, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Al-Manzhûr, Ibnu, Lisân al-‘Arab, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.th.
Al-Mubârakfûrî, Abi al-‘Ulâ Muhammad bin Abd al-Rahmân bin Abd al-Rahîm(w.
1353),, Tuhfat al-Ah wadzî bi Syarh Jâmi’ al-Turmudzî, Beirut : Dâr
alKutub al-‘Arabiyah, tth.
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, Taheran:
Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wizârah ats-Tsaqafah wa al-Irsyad
alIslami, 1415 H.
Muhammad bin `Îsâ bin Sûrah, Abi `Îsâ, (al-Turmudzi w.279 H), Sunan al-Turmudiy,
Ed. Mushthafâ Muhammad Husayn al-Dzahabiy, Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999,
Cet. Ke-1

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 10
7
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997
Muslim, Mushthafa, Mabâhits fi at-Tafsîr al-Maudhu’i, Bairut: Dâr al-Qalam, 1989
Musthafa Ja’far, Abdul Ghafur Mahmud, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi Tsaûbihi
alJadîd, Kairo: Dâr al-Salâm, 2007
Nata, Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992
Al-Nawawi, Muhy al-Dîn Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawiy, Cairo : Dâr al-Fajr, 1420
Al-Qadhi, Abdul Fatah, Târîkh al-Mushhaf asy-Syarîf, Kairo: Maktabah wa
Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, 1965
Al-Qaththan, Manna Khalil, Mabâhits fi ‘Ulûm al-Qur’an, Manshurat al-Ashr
alHadits , Riyadh: 1998
Al-Qazwîniy, Abî `Abd Allâh Muhammad bin Yazîd, Sunan Ibn Majah, Ed.
Muhammad `Abd al-Bâqiy dan Mushthafâ Muhammad Husîn al-Dzahabiy,
Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999, Cet. Ke-1
Sa’îd al-Khinn, Mushthafa, at.all., Nuzhat al-Muttaqîn Syarah Riyâdh al-Shalihîn,
Beirut : Muassasah al-Risalah, 1989
Saudarawi, Ali Ismail as-Sayyid H, Jâmi’ al-Bayân fî Ma’rifati Rasm al-Qur’ân,
Riyadh: Dar al-Furqan, 1410 H.
Al-Shabuni, Muhammad Ali, at-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Bairut: Dâr al-Irsyâd,
1970
Al-Shalih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an, Bairut: Dâr al-‘Ilm, li al-Malayin,
1977
Al-Shan’âniy, Muhammad bin Isma’il al-Kahlâniy, Subul al-Salâm (Syarah Bulûgh
al-Marâm min Adillat al-Ahkâm, Semarang : Thaha Putra, tth.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, t.th.
-------,, Wawasan Al-Qur’an , Bandung: Mizan, 1996
-------, Sahur Bersama M. Quraish Shihab di RCTI, Bandung: Mizan, 1997
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurahman, al-Itqan fî ‘Ulûm al-Qur’an, Mesir: Mushtafa
al-Babi al-Halany, 1973
-------, al-Jâmi` al-Shaghîr fî Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, Indonesia : Dâr Ihyâ
alKutub al-`Arabîyah, tth.
Syihab, Musnad asy-Syihâb, Kairo: Dâr al-Manâr, t.th.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Al-Zhaili, Muhammad, Marja’ al-‘Ulûm al-Islâmiyah, Damaskus: Dâr al-Ma’rifah,
t.th.

Glosarium
Adâ= penyampaian periwayatan Hadis

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


8
Âhâd = satuan, Hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadits
mutawâtir
Atsar = sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat
Hadis = Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan
Hadis Qudsî / Ilâhî/ Rabbânî= Nabi yang memberitakan sesuatu yang didasarkan
kepada wahyu Allah swt
ilmu dharûrî = pengetahuan secara yakin dan pasti kebenarannya
Khaabar = Segala perkataan Nabi saw, perbuatananya, dan segala tingklah lakunya
Khabar = sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain maqthu’= sesuatu
yang datang dari tabi’in marfû`= sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw
Matan= Isi berita yang disampaikan
Mawqûf= Sesuatu yang disadarkan pada sahabat
Mukharrij= pembawa periwayatan berita terakhir yang termuat dalam buku karyanya
dan disampaikan
Musnad= Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw
Mutawatir= Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak dari sejumlah
orang banyak pula yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong
Sanad= rangkaian penyandaran pada sanad
Sunnah Hammîyah: Sunah yang dicita-citakan Rasul saw belum dilakukan
Syarah matan = penjelasan matan yang lebih terurai dan terperinci
Tahammul= menerima periwayatan
Takhrîj = Menunjukkan asal beberapa Hadits pada kitab-kitab yang ada (kitab Induk
Hadits) dengan menerangkan hukum/kualitas dan kuantitasnya.
Kunci Test Formatif Modul 3
KB 1 KB 2 KB 3 KB 4

01 C 01 A 01 c 01 b
02 C 02 B 02 c 02 a
03 B 03 A 03 a 03 a
04 A 04 B 04 b 04 b
05 A 05 D 05 d 05 b
06 b 06 C 06 d 06 a
07 c 07 A 07 c 07 a
08 c 08 D 08 b 08 a
09 a 09 A 09 b 09 d
10 b 10 B 10 a 10 a

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 10
9
i al-Nawawi, Tadrîb al-Râwî, h. 5

ii Mannâ` al-Qaththân (al-Qathân), Mabâhits fî… h. 27


iii Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada seorang Nabi-Nya pada sesuatu dengan cara
yang samar dan cepat, tetapi meyakinkan bahwa sesuatu yang diwahyukan tersebut benar-
benar dari Allah.

11 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


0
MODUL 4 AL-QUR’AN HADITS

Pendahuluan
Pada modul keempat ini anda diajak mempelajari tentang keotentikan alQur’an dan
Hadis setelah anda mempelajari istilah-istilah dan penggunaannya serta hubungan
antara keduanya. Keotentikan al-Qur’an sudah maklum tetapi anda tentunya harus
mengetahui bukti-bukti yang menunjukkan keotentikannya tersebut. Karena dalam
sejarahnya banyak di kalangan orang-orang kafir Jahiliyah menolak keotentikan al-
Qur’an dan mereka menolaknya. Bagi anda dan umat Islam tidak ada persoalan
tentang keotentikan al-Qur’an, karena al-Qur’an tercatat seluruhnya pada masa
Rasulillah saw dan diriwayatkan secara mutawatir.
Berbeda dengan Hadis dalam perkembangannya mengalami liku-liku sejarah
kehidupan umat Islam yang tidak stabil. Di antara mereka memalsukan Hadis dan di
antara periwayatnya memiliki sifat-sifat negatif yang membuat cacat dalam
periwayatan. Di samping itu, tidak seluruh Hadis tercatat seperti alQur’an bahkan
Rasulillah melarangnya karena khawatir tercampur aduk dengan alQur’an. Demikian
juga tidak seluruh Hadis diriwayatkan secara mutawatir bahkan mayoritas
diriwayatkan secara individu (ahad). Kondisi seperti ini justru membuat antusias para
ulama untuk mengadakan research guna menyelaksi dan menfilterisasi mana yang
otentik dan mana yang tidak.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan bukti
keotentikan al-Qur’an. Secara khusus setelah mempelajari BBM ini anda diharapkan
dapat :
1. Menyebutkan beberapa factor di antara bukti keotentikan al-Qur’an
2. Mendeskripsikan bukti-bukti keotentikan al-Qur’an dari segi keunikan redaksi
dan lafal, kemukjizatan, dan sejarah.
3. Mendeskripsikan sejarah perkembangan penulisan al-Qur’an

Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan keotentikan al-Qur’an dan Hadis
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting

Modul Pendalaman MatPeG


ri P
Qur’an Hadit|s 11
1
3. Sebagai guru QH, anda dituntut untuk dapat menilai kemampuan sendiri dengan
jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain atau
keseluruahn isi setiap KB, kerjakan latihan-latihan atau test formatif yang
terdapat di setiap KB. Untuk melihat hasilnya, silahkan melihat petunjuk atau
rambu-rambu pengerjaan latihan dan kunci test formatif pada akhir KB. Anda
akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan anda terhadap materi KB
yang telah anda pelajari.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits99


KEGIATAN BELAJAR 1
KEOTENTIKAN AL-QUR’AN

Pengantar
Pada Modul 3 telah dibahas mengenai pembagian Hadis berdasarkan jumlah
perawinya, dan pembagian Hadis berdasarkan kualitasnya. Kedua pembagian itu
menggambarkan tingkat keotentikan Hadis. Hadis Mutawatir lebih tinggi
keotentikannya dibanding Hadis Ahad. Begitu juga Hadis Shahih lebih otentik
dibanding Hadis Hasan dan Hadis Dla’if. Untuk lebih mengingat lagi silakan baca
modul 3. Pada Kegiatan Belajar ini anda akan mempelajari keotentikan al-Qur’an.
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di samping
berfungsi sebagi petunjuk (huda), pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia
juga sebagai mukjizat Nabi Muhmmad saw. Orang-orang kafir Arab tidak percaya
bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah
karangan Nabi sendiri. Padahal bukti telah cukup apa yang ada pada diri beliau.
Misalnya beliau bersifat al-Ummy tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis (QS.
al-Ankabut/29 : 48). Beliau tidak seorang kolektor buku-buku terdahulu dan bukan
seorang penulis, tetapi al-Qur’an menjelaskan kisah-kisah orang terdahulu dan segala
kejadian yang terjadi pada zaman sebelumnya. Tidak ada kesalahan dan kekurangan
dalam al-Qur’an baik dari segi redaksi maupun kandungannya. AlQur’an menantang
kepada mereka untuk menulis suatu karangan seperti al-Qur’an jika mereka mampu.
Tetapi kenyataannya mereka tidak ada yang mampu sekalipun bahu membahu satu
dengan lain.
Berbagai bukti keotentikan al-Qur’an ditunjukkan dalam berbagai penelitian yang
telah dilakukan baik oleh kaum muslimin sendiri maupun oleh kaum orientalis dalam
berbagai segi dan pandangan. Dalam KB 1 ini akan dipaparkan di antara bukti kunikan
lafal dan redaksinya, kemukjizatan dan kesearahan. Dari segi kemukjizatan akan
dipaparkan dari segi pemberitaan yang ghaib dan isyarat ilmiah. Sedangkan
kesejarahan akan dipaparkan dari kondisi sejarah masa turunnya al-Qur’an sampai
dengan masa pengkodifikasian dan percetakannya yang sampai kepada umat Islam
sekarang.

A. Bukti Keotentikan al-Qur’an


Ada 3 tahapan dalam al-Qur’an yang menantang kepada orang-orang kafir

100 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Arab yang ahli dalam sastra dan keindahan bahasa untuk membuat suatu karangan
tandingan seperti al-Qur’an tetapi dari mereka tidak ada yang mampu sedikitpun.
Tiga tahapan itu sebagai berikut :
1. Terhadap gabungan jin dan manusia yang saling membantu untuk membuat suatu
karangan seperti al-Qur’an, sebagaimana dalam QS. al-Isra/ 17 :88

‫َ َرءا َن الأيتو‬
‫َلى أن أيتوا مبَث َل ىَ َذا ال ق‬
‫ع‬ َ‫ت ا ََلنس َواجل‬
َ ‫َئ َن ا َجت َمع‬
‫قل ل‬
‫َن مبَثل َو َولوَكا َن‬ ‫ََن‬
‫ب عض ظ َه َيرا‬
َ ‫ض َه َم ل‬
َ ‫بع‬
َ
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain".
2. Tantangan ditujukanm kepada mereka untuk menulis 10 ayat saja dalam QS.
Hud/11 : 13-14

‫ت‬ َ ‫َ ق َل فأتوا بعَ َش َر س َوَر َمثلَ َو َم َف‬


َ ‫ت َراي‬ ‫ف ت َرا ه‬
َ ‫ي قَولو َن ا‬ َ ‫أَم‬
َ
‫َوا َدعوا َم َن ا َستط َعت َم م َن دَو َن‬
َ َ‫إ َن كنَت َم صا َدق‬
‫ي * فإملَ ي َست َجيبوا ل َك َم فا َعل َموا أمنَا أنز َل بعَلَ َم‬ ‫الل َو‬
‫َل إل َو إ َ َال ىَ› َوف‬
‫الل َو َوأ َن ا‬ ‫َه َل‬
(14 -13 :‫أ َن مت َم َسل َمو َن )ىود‬
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad Telah membuat-buat Al
Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah
orangorang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu
memang orang-orang yang benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak
menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al
Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan
selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?
3. Tantangan 1 surah saja dalam QS. al-Baqarah/2 : 23

‫سورَة َم َن َش َه َداء َك َم َم‬ َ


َ ‫ب َمََا ن َع َب دان فأتوا ب‬
َ َ ‫وإ َن َكنَت م يف ري‬
َ َ
‫َمثل َو َوا َدعوا َن دَ و َن اللََ َو‬ ‫ََزلنا على‬
َ َ‫إ َن َكنَت َم صا َدق‬
(23 :‫ي )البقرة‬
َ
‚Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar‛.

Tiga tahapan tantangan al-Qur’an terhadap mereka yang tidak percaya bahwa

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits101


al-Qur’an adalah firman Allah, mulai dari yang terberat yaitu sebasar atau sebanding
al-Qur’an sampai yang seringan-ringannya yaitu satu surah saja sekalipun yang
pendek. Tetapi realitanya sampai sekarang mereka tidak ada yang mampu

102 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


menciptakannya dan tidak akan mampu berbuat untuk itu. Hal ini salah satu bukti
keotentikan al-Qur’an dan bahwa al-Qur’an memang benar firman Allah.
Paling tidak ada tiga hal bukti yang akan dijelaskan berikut ini yang
menunjukkan atas keotentikan al-Qur’an, yaitu dari segi keunikan redaksi (I’jâz
Lughawi), kemukjizatan, dan kesejarahannya.

1. Bukti keunikan redaksi


Al-Qur’an mempunyai keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya yang
memiliki makna yang dalam, memiliki santra fashâhah dan balâghah yang toinggi.
Keindahan bahasa ini tentunya hanya dapat dirasakan dengan persaan bukan dengan
nalar. Muhammad Ali al-Shabuny mengungkapkan bahwa al-Qur’an dalam
susunannya yang indah berbeda sekali dengan redaksi ungkapan manusia. Di antara
keistemawaannya se bagai berikut :
a. Sentuhan lafal-lafal al-Qur’an yang jelas terasa dalam aturan suara dan
keindahan bahasa
b. Pengaruh kepada umum dan khusus yang semua diterpa oleh kegunaannya dan
merasakan kehebatannya
c. Kelincahannya dalam memutar ucapan dan keseniannya dalam bagianbagian
kalam. Ia sanggup mengutarakan makna yang sama dengan lafal yang berbeda
dan cara yang berbeda.
d. Dapat menghimpun antara jamâl (keindahan) dan bayân (kejelasan)
e. Konsekwensi makna dan tujuan dalam lafal.

Banyak sekali contoh keindahan al-Qur’an dari segi redaksinya, di sini


tidak mungkin dipaparkan sluruhnya kecuali hanya sebagian kecil saja, di antaranya
sebagai berikut :
54a. Misalnya QS al-Qamar/ : 36
‫ت انف متَارَوا ابلن َذ َر‬
َ‫ش‬َ ‫َول َق َد أن َذرىَم بط‬
Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab
Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. (QS. 54:36)

Kata ْْ ‫( الن ُْذ ْر‬al-nudzur) pada ayat di atas jamak dari kata al-nadzîr.
Sebenarnya harakat dhammah pada kata tersebut dirasa berat akibat berturut-
turutnya dhammah pada huruf nun dan dzal. Akan tetapi dalam alQur’an ia
justru sebaliknya yakni ringan dan mudah diucapkan di lisan. Di samping itu
coba kita camkan letak qalqalah pada huruf dal (‫ ) ْول ْق ْد‬dan qalqalah tha’
pada
lafal (‫ت ان‬
ْ ‫ ) بط ْش‬kemudian fathah yang beruntun dari ba sampai huruf waw pada
ْ ْ‫ت ان‬
kalimat (‫ف متْار وا‬ ْ ‫ ) بط ْش‬yang diakhiri dengan mad layn supaya keberatan
dhammah di situ menjadi ringan sesudahnya, di samping agar dhammah itu
tepat pada tempatnya bagaikan makanan yang sudah masak layaknya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits103


b. Dalam buku Membumikan al-Qur’an, halaman : 22 dan 31, Profesor Quraysh
Shihab menyebutkan bahwa huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada awal
beberapa surah dalam al-Qur’an semuanya habis dibagi angka 19 sesuai dengan
jumlah huruf lafal Bismi Allâh al-Rahmân al-Rahîm. Huruf Qaf ( ‫ ) ق‬yang
merupakan awal surah ke-50 ditemukan terulang sebanyak 57 x atau 3 x 19.
Huruf kâf, hâ,yâ, ‘ain, shâd (‫ )كهيص‬dalam surah Maryam ditemukan sebanyak
798 x merupakan perkalian 42 x 19. Huruf Nûn ( ‫ ) ن‬awal surah alQalam
ditemukamn sebanyak 133 atau perkalian 7 x 19. Kedua hurud yâ dan sîn ( ‫يس‬
) pada awal surah Yâsîn masing ditentukan sebanyak 285 atau 15 x 19. Kedua
huruf Thâ dan hâ ( ‫ ) طو‬pada surah Thaha masing-masing berulang sebanya
342 x sama dengan 19 x18. huruf hâ dan mîm ( ‫ ) حم‬yang terdapat pada
keseluruh surah yang dimulai dengan dua huruf ini kesemuanya merupakan
perkalian dari 114 x 19 sama dengan 2.166.
Bilangan-bilangan ini yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat al-
Qur’an oleh Rasyad Khalifah dijadikan sebagai bukti keotentikan alQur’an.
Karena seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata
dan kalimatnya dengan kata atau kalimat lain, tentu perklalian– perkalian
tersebut akan menjadi kacau. Angka 19 di atas yang merupakan perkalian dari
jumlah-jumlah yang disebut itu diambil dari pernyataan alQur’an sendiri dalam
surah al-Muddatsir/74 : 30 yang turun dalam kontek ancaman terhadap seorang
kebenaran ْ ْ‫ْعل ي ْها‬
al -Qur’an: ‫ت سعْةْ ْْعْ ْشر‬ = ‚Di atasnya
yang meragukan
ada sembilanbelas (malaikat penjaga)‛.
c. Kata yawm (hari) dalam bentuk singular sejumlah 365 kali disebutkan dalam
al-Qur’an, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata yawm yang
berbentuk plural (ayyâm) dan tatsniyah (yawmayn) jumlah seluruhnya hanya
30, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Demikian juga kata syahr
(bulan) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam satu
tahun.

2. Bukti kemukjizatan
Sesuai dengan di antara fungsi al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad
saw yang menunjukkan keotentikan al-Qur’an itu sendiri di samping menunjukkan
kebenaran kerasulan Muhammad saw. Ada beberapa segi kemukjizatan al-Qur’an
yang disebutkan oleh para pakar ahli Tafsir, antara lain kemukjizatan dari segi bahasa
(I’jâz lughawî), kemukizatan dari segi keilmuan (I’jâz ‘ilmî), kemukjizatan
perundang-undangan (I’jâz tasyrî’î) dan pemberitaan yang ghaib (I’jâz ghaybî).
Keindahan bahasa telah diterangkan nomor satu di atas. Berikutnya akan dipaparkan
contoh pemberitaan yang ghaib dan isyarat keilmuan.
a. Pemberitaan ghaib
Misalnya pemberitaan tentang Fir’aun yang mengejar Nabi Musa
diceritakan dalam QS Yunus/10 : 92

104 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


َ ‫ك آيةَ َوإ ََن َكثريَا َم َن النا‬
‫س ع َن آايتنا‬ َ ‫ك لت َكو َخ‬ َ َ‫َل َوَم ن ن‬
َ ‫ك بب‬ ‫فا ي‬
ْْ :‫لغافلون )يونس‬ ‫’ي َدن َن ملَ َن َل‬ ْ(92
‫َف‬
‚Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
kami‛.
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa jasad Fir’aun akan diselamatkan
Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya. Yang diselamatkan Allah
ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya
terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga
utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir. Tidak seorangpun yang
mengetahui hal tersebut, karena hal itu terjadi sekitar 1200 tahun sebelum
Masehi. Kemudian pada awal abad 19, tepatnya pada tahun 1896 seorang ahli
purbakala Loret menemukan satu mumi di Lembah Raja-Raja Luxor Mesir yang
dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir’aun yang bernama Maniptah
dan yang pernah mengejar Nabi Musa as. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1908,
Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir muntuk membuka pembalut
Fir’aun tersebut. Apa yang ditemukannya adalah satu jasad utuh seperti yang
diberitakan al-Qur’an melalui Nabi Muhammad saw.

b. Isyarat ilmiah
Banyak sekali ayat-ayat yang memberi isyarat keilmuan yang ditemukan
dalam al-Qur’an. Misalnya QS. Yunus/10 : 5
َ ََ ‫ىَ› َو ال َذي َجع َل ال‬
‫ب َم ا‬َ ‫ي‬
َ ‫سن‬
َ ’ ‫ش َمس ضيآءَ َوال َق َم َر نورا َعل َع َد َد ال‬
‫َواحلَ سا َخل َق‬ ‫ت َموا‬
َ ‫َوق ََدرهَ َمناز َل ل‬
َ
‫ت ل َق َوَم ي‬
َ ‫ص ل األَاي‬
َ
َ ’ َ‫ك إالََ ابحلََ’ق ي ف‬
َ ‫هلالَ ذل‬
‫عل َمو َن‬
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui. (QS. 10:5)
Dalam ayat di atas penerapan kata dhiyâ (bersinar) pada matahari
sedang nûr (bercahaya) pada bulan. Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan bahwa makna dhiyâ adalah cahaya yang bersumber dari dirinya
sedangkan kata nûr adalah cahaya pantulan yakni dari matahari.

Demikian juga QS. Al-Baqarah /2 : 223 Allah berfirman :

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits105


‫َش َئت َم َوق ’َد َموا ََ‬
‫ت قَوا هلالَ َوا َعل َموا أن‬ ‫سَآؤَك َمح َر َ‬
‫ث ل َك َم فأتوا َح َرث َك‬ ‫نَ‬
‫ك ممالقوهَ‬ ‫َ‬ ‫ألن َف َس َك َم َوا‬ ‫َم أىن‬
‫شر املََؤَمن َ‬
‫ي‬
‫َ‬ ‫َوب َ’‬

‫‪106‬‬ ‫‪| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits‬‬


Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah
kepada Allah dan ketahuilah ahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan
berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. 2:223)

Sesuai dengan ilmu pengetahuan bahwa jenis kelamin anak adalah hasil
sperma pria yang memiliki kromozon x dan y sedang wanita sekedar mengandung
karena ia hanya bagaikan ladang yang hanya memiliki kromozon y.

3. Bukti Kesejarahan
Ada beberapa pendukung bukti sejarah yang menunjukkan otentisitas
alQur’an sebagaimana yang dikemukanan Quraysh Shihab, antara lain sebagai
berikut :
a. Masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an adalah masyarakat
yang tidak mengenal baca tulis (ummy). Karena itu satu-satunya andalan
mereka adalah hapalan. Dalam hal hapalan orang Arab bahkan sampai sekarang
dikenal sangat kuat.
b. Masyarakat Arab – khususnya pada masa turunnya al-Qur’an—dikenal sebagai
masyarakat sederhana dan bersahaja. Kesederhanan ini menjadikan mereka
memiliki waktu luang yang cukup , di samping menambah ketajaman pikiran
dan hapalan.
c. Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan, bahkan
mereka melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu
tertentu.
d. al-Qur’am mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat
mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh orang musyrik sering kali
secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat al-
Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin. Kaum muslimin di samping
mengagumi keindahan bahasa juga mengagumi kandungannya, serta meyakini
bahwa ayat-ayat al-Qur’an adalah petunjuk kebahagian dunia akhirat.
e. al-Qur’an, demikian juga Rasul saw menganjurkan kepada kaum muslimin
untuk memperbanyak membaca dan memepelajari al-Qur’an dan aturan
tersebut mendapat sambutan yang hangat.
f. Ayat-ayat al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan
dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab
pertanyaanpertanyaan mereka. Di samping itu ayat-ayat al-Qur’an turun sedikit
demi sedikit. Hal itu lebih mudah pencernaan maknanya dan proses
penghapalannya.
g. Dalam al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi saw ditemukan petunjuk-petunuk yang
mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati dalam

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits107


menyampaikan berita, lebih-lebih kalau berita itu merupakan firman Allah atau
Hadis Nabi.

Walaupun Nabi dan para sahabat menghapal ayat-ayat al-Qur’an, namun guna
menjamin terpeliharanya wahyu tersebut beliau tidak hanya mengandalkan hapalan
saja, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun
Nabi saw selalu memanggil para sahabatnya yang yang dikenal pandai memnulis
untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterima sambil menyampaikan tempat atau
urutan setiap ayat dalam surah tertentu. Ayat-ayat tersebut mereka tulis di pelepah
kurma, batu, kulit binatang atau tulang-tulang. Kepingan naskah tulisan yang
diperintahkan Nabi saw baru dihimpun dalam bentuk kitab pada masa pemerintahan
Abu Bakar dan diseragamkan lagi pada masa Utsman.

B. Sejarah Penulisan al-Qur’an


Penghimpunan dan penulisan al-Qur’an dalam buku ini akan dipaparkan pada
5 periode, yaitu periode Nabi Muhammad, periode Khalifah Abu Bakar, periode
Khalifah `Utsman bin `Affan, periode penyempurnaan penulisan dan periode
pencetakan. Untuk lebih jelasnya perlu penjabaran sebagai berikut :

1. Periode Nabi Muhammad


Setiap turun wahyu al-Qur’an, Nabi Muhammad memanggil para sahabat untuk
mendengarkan ayat-ayat yang turun tersebut. Nabi membacakan di hadapan mereka
dan menyuruh mereka yang pandai tulis menulis dan pandai membaca untuk
menuliskannya. Di antaranya 4 sahabat yang terkenal yakni Mu`awiyah, Zayd bin
Tsabit, Ubay bin Ka`ab, dan Khalid bin Walid. Menurut sebagian pendapat jumlah
penulis al-Qur’an pada masa Nabi mencapai 40 orang sahabat.
Para sahabat itu diperintah Rasul untuk menulis wahyu al-Qur’an yang
diterimanya dari Allah swt dan meletakkan urut-urutannya sesuai dengan petunjuk
beliau berdasarkan petunjuk dari Tuhan melalui Jibril. Setelah turun beberapa ayat
dalam al-Qur’an sehingga mendapat satu surah, Nabi memberi nama surat tersebut
sebagai tanda yang membedakan antara satu surah dengan surah yang lain dan beliau
suruh meletakkan Basmalah di permulaan surah yang baru tersebut. Semua ayat-ayat
al-Qur’an ditulis di hadapan Nabi saw di atas benda-benda yang sangat sederhana
misalnya batu, tulang dan kulit binatang, pelepah kurma dan lain-lain kemudian
disimpan di rumah Nabi saw dalam keadaan terpencar-pencar dan belum tersusun ke
dalam suatu mush’haf seperti sekarang. Di samping itu, masing-masing para penulis
tersebut juga menulis ayat-ayat al-Qur’an untuk catatan pribadi dan menghapal di
luar kepala. Demikian juga para sahabat lain menghapal ayat-ayat alQur’an yang
mereka terima dari Nabi atau dari sesama sahabat.

2. Periode Khalifah Abu Bakar

108 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, terjadilah
pembangkangan terhadap Khalifah yaitu kelompok pengekang zakat, kaum murtad
dan kelompok pengaku menjadi Nabi (al-Mutanabbi’ûn) di antaranya Musaylamah
al-Kadzdzab. Tiga kelompok pembangkang ini kemudian ditumpas Khalifah dengan
mengirimkan pasukan tentara di bawah pimpinan Khalid bin Walid pada tahun 12 H
di Yamamah yang menimbulkan pengorbanan besar-besaran di kalangan para sahabat
penghapal al-Qur’an (huffâzh) yang mencapai kurang lebih 70 orang
sahabat.
Berdasarkan hal tersebut, Umar mengusulkan kepada Khalifah agar ayat-ayat
al-Qur’an segera dihimpun dan dibukukan ke dalam sebuah buku atau kitab, karena
khawatir hilangnya sebagian al-Qur’an dengan wafatnya sebagian para penghapal
tersebut. Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Zayd bin Tasbit salah seorang
pencatat wahyu menyatakan : seusai perang Yamamah Abu Bakar menemuiku.
Umar yang hadir bersama Abu Bakar berkata : bahwa peperangan telah
menewaskan banyak orang sahabat penghapal al-Qur’an dan aku khawatir apabila
hal serupa juga terjadi di tempat lain, sehingga sebelum engkau sempat
menghimpunnya sudah ada bagian-bagian al-Qur’an yang khawatirkan akan
hilang. Dan menurut pendapatku, anda harus menghimpun dan membukukan al-
Qur’an. Kemudian Abu Bakar menambahkan lagi : Sesungguhnya aku telah
berkata kepada Umar ‚ Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang Rasul
sendiri
tidak pernah melakukannya ? Dan kemudianUmar menjawab : ‚Demi Allah
sesungguhnya ini adalah hal yang baik.‛
Seusai Abu Bakar berkata demikian, tampak Umar berupaya meyakinkan
gagasannya memang cukup baik dan layak dilaksanakan, kemudian Allah membuka
hati Abu Bakar dan menerima usul Umar tersebut dan perintah kepada Zayd bin
Tasbit agar segera menghimpunnya ke dalam sebuah Mush’haf. Zayd sangat berhati-
hati dalam menjalankan tugasnya, maka penulisannya didasarkana pada tiga hal yaitu
:
a. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis di hadapan Nabi dan yang disimpan di rumah
beliau
b. Ayat-ayat yang ditulis adalah yang dihapal para sahabat yang hapal (hâfizh) al-
Qur’an.
c. Penulisan dipersaksikan kepada dua orang sahabat bahwa ayat-ayat tersebut
benar-banar ditulis di hadapan Nabi pada saat masa hidupnya.
Tugas penulisan al-Qur’an dapat dilaksanakan Zayd bin Tasbit dalam waktu satu
tahun yaitu sejak selesai perang Yamamah dan sampai sebelum Abu Bakar wafat.
Mush’haf masa ini disimpan Abu Bakar sampai wafat dan kemudian disimpan Umar
bin Khathab. Setelah Umar wafat Mush’haf disimpan Hafshah binti Umar sebagai
pesan Umar dengan pertimbangan bahwa Hafshah adalah seorang istri Nabi yang
hafizhah al-Qur’an dan pandai baca tulis.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits109


3. Periode Khalifah Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman terjadi perbedaan dalam membaca
al-Qur’an di kalangan para sahabat dan saling menyalahkan satu dengan yang lain
yakni setelah perang Armenia dan Azerbaijan dari penduduk Irak. Seorang sahabat
yang bernama Hudzaifah mengusulkan kepada Khalifah Utsman agar segera
menyeragramkan bacaan mereka dengan cara menulis kembali al-Qur’an. Kecuali jika
perbedaan bacaan tersebut masih dalam batas bacaan yang ma’tsûr (yang datang) dari
Rasulilah saw mengingat al-Qur’an diturunkan atas 7 dialek bahasa Arab. Khalifah
Utsman menerima usulan itu kemudian membentuk Team penulis al-Qur’an yang
terdiri dari 4 orang, yaitu Zayd bin Tsabit sebagai Ketua Team, Sa`id bin al-`Ash,
Abdullah bin Zubair dan Abdu al-Rahman bin al-Harits. Team ini bertugas menyusun
naskhah standard yang dipersiapkan dari shuhuf (lembaranlembaran Mush’haf) Abu
Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Hafshah, sebab shuhuf ini yang dijadikan
naskhah standard.
Team penulis al-Qur’an telah berhasil menyalin shuhuf dari Hafshah dalam
beberapa jumlah (pada tahun 25 H) untuk dikirim ke beberapa daerah Islam untuk
dijadikan standard bagi seluruh umat Islam. Menurut sebagian pendapat ada lima
Mush’haf standard selain di tangan Khalifah yang dikirim ke beberapa kota, yakni ke
kota Mekkah, Damaskus, Kuffah, Bashrah dan Madinah. Kemudian diintruksikan
bahwa semua shuhuf dan Mush’haf al-Qur’an selain Mush’haf Utsman yang berbeda
agar segera dibakar atau dimusnahkan. Semua umat Islam menyambut baik dan
mematuhi intruksi ini. Setelah Team selesai menyalin alQur’an, shuhuf Hafshah
dikembalikan kepada Hafshah.
Marwan bin al-Hakam seorang Khalifah dari dinasti Umayah (w. 65 H)
pernah minta Hafshah agar shuhuf (lembaran-lembaran Mush’haf) yang disimpannya
itu dibakar, tetapi ditolak olehnya. Tetapi setelah Hafshah wafat
shuhuf itu berhasil diambil dan dibakar oleh Marwan. Tindakan Marwan ini bertujuan
menjaga keseragraman Mush’haf yang telah ditulis dan disalin pada masa Utsman
dan menghindari keraguan di masa yang akan datang jika masih ada dualisme
Mush’haf yakni Mush’haf Utsmani dan Shuhuf yang disimpan Hafshah.
Perbedaan penghimpunan dan pengkodifikasian al-Qur’an antara pada masa
Khalifah Abu Bakar dan masa Khalifah `Utsman bin `Affan adalah :
1) Dari segi latar belakang penghimpunan dan pengkodifikasian. Pada masa
Khalifah Abu Bakar disebabkan perginya para penghapal al-Qur’an akibat
korban perang melawan tiga kelompok pembangkang yakni pengekang zakat,
kaum murtad, dan pengaku jadi Nabi. Sedangkan pada masa Khalifah Utsman
bin `Affan dilatar belakangi banyaknya bacaaan al-Qur’an yang berbeda
sehingga saling menyalahkan satu dengan yang lain.
2) Dari segi teknik penghimpunan dan pembukuan. Pada masa Khalifah Abu
Bakar dihimpun dari dokumentasi yang tercecer yang terdiri dari pelepah
kurma, kulit dan tulang binatang dan batu-batuan kemudian dihimpun ke dalam
sebuah Mush’haf. Al-Qur’an pada masa ini ditertibkan urutan ayat dan surah
sesuai dengan yang didengar dari Rasulillah dengan penulisan yang

110 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


mengandung 7 huruf (dialek). Sedangkan pada masa Khalifah `Utsman bin
`Affan, penulisan disatukan ke dalam satu bentuk huruf (yakni bahasa
Quraisy) dari ke 7 huruf tersebut dan didasarkan dari Mush’haf Abu Bakar.

4. Periode memperindah penulisan


Tulisan yang biasa dipergunakan pada abad ke tujuh Masehi yaitu masa
Rasulillah hanya terdiri atas simbul dasar yang hanya melukiskan struktur konsonan
dari sebuah kata dan bahkan sering mengandung kekaburan. Pada masa permulaan
Islam seluruh huruf biasanya dituliskan dengan cara yang amat sederhana yaitu dalam
bentuk garis lurus tanpa titik dan tanpa baris.
Sejauh berkaitan dengan tulisan al-Qur’an ada dua langkah penting yang
telah mengantarkan ke dalam bentuk naskhah al-Qur’an seperti yang kita temukan
yaitu tanda bunyi (tasykîl, harakat, vowel) dan tanda diakritis (a`jam= tanda huruf
dalam bentuk titik). Walaupun a`jam atau diakritis sudah mulai dikenal sebelum masa
Islam, namun masih jarang dipergunakan. Manuskrip al-Qur’an dari generasi pertama
dan pada naskhah Arab pada umumnya tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Hal ini
barulah diperkenalkan atau dimasukkan ke dalam penulisan alQur’an pada masa
pemerintahan Bani Umaiyah yang ke lima yaitu Abdul Malik bin Marwan (66-86
H/685-705 M) dan juga pada masa pemerintahan Gubernur alHajjaj di Irak, yaitu
ketika semakin banyak orang yang ingin belajar membaca alQur’an terutama dari
yang tidak berlatar belakang budaya Arab. Diriwayatkan, bahwa orang pertama kali
memperkenalkan tanda titik (a`jam) ke dalam naskhah alQur’an adalah seorang tabi`i
yang bernama Abul Aswad al-Du’ali salah seorang tokoh tabi`in. Kemudian
perbaikan diikuti oleh al-Hasan al-Bashri, Yahya bin Ya’mar, dan Nashr bin `Ashim
al-laytsi.
Perbaikan penulisan tersusun secara berangsur-angsur. Pada masa awal
sebagaimana yang dilakukan oleh Abu al-Aswad al-Duali, fathah dilambangkan
dengan titik di depan atas huruf, dlammah berbentuk titik di akhir huruf, dan karsah
berbentuk titik di depan bawahnya. Perbaikan berikutnya dilakukan oleh Nashar bin
`Ashim atas perintah al-Hajjaj dengan memberikan titik pada suatu huruf untuk
membedakan huruf lain Kemudian perbaikan berikutnya dilakukan alKhalil bin
Ahmad yang mengubah sistem penulisan al-Duali dengan fathah = garis satu panjang
di atas, kasrah = garis satu panjang di bawah, sedangkan dlammah = wawu kecil.
Demikian juga lambang tanwin dengan pendobelan garis, fathah tanwin = dua garis
panjang di atas, kasrah tanwin = dua garis panjang di bawah, sedangkan dlammah
tanwin = dua huruf wawu kecil di atas. Perbaikan tulisan al-Qur’an terus berjalan
dengan pesat misalnya tanda bacaan seperti iqlab, ikhfa, idgham, tasydid, dan lain-
lain.
Pada abd ke 3 H, perkembangan keindahan khat dan penulisan al-Qur’an juga
berkembang dari sistem penulisan dasar Naskhi kemudian berkembang berbagai
bentuk tulisan seperti Kufi, Maghribi, Riq`i dan lain-lain. Demikian juga
perkembangan bentuk dan tanda-tanda penulisan huruf, lambang akhir ayat,
tandatanda waqaf, juz, hizib, dan lain-lain.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits111


5. Periode Pencetakan al-Qur’an
Penemuan selanjutnya dalam teknik pencetakan yang salah satu aspeknya
pembakuan huruf yang sangat membantu dalam menformulasikan tulisan. Sejak abad
ke 16 M ketika mesin cetak dari tipe yang dapat digerakkan mulai dipergunakan
pertama kali di Eropa dan kemudian diperkenalkan ke seluruh dunia, pola pencetakan
al-Qur’an mulai dibakukan. Memang pernah ada pada masa sebelumnya, al-Qur’an
dicetak dengan yang biasa disebut blocprint dan juga beberapa bagian awal abad ke
sepuluh baik dalam bentuk ukiran kayu maupun dalam bentuk lembaran.
Al-Qur’an yang pertama kali dicetak dengan mesin yang dapat digerakkan atau
dipindah-pindahkan tersebut dibuat di Hamburg Jerman pada 1694 atau pada abad ke
12 H. Naskahnya dilengkapi dengan tanda baca. Mungkin naskhah alQur’an yang
dicetak umat Islam pertama kali adalah yang disebut dengan ‚edisi Mulay Utsman‛
yang dicetak pada tahun 1787, diterbitkan di St. Petersburg, Rusia. Kemudian diikuti
yang lain seperti berasal dari Kazan 1828, Persia 1833, dan Istanbul 1877.
Naskhah al-Qur’an yang tercetak sebagai standard masa kini dan dipergunakan
oleh umat Islam di dunia Islam adalah edisi Mesir atau yang dikenal juga edisi Raja
Fu’ad, karena beliaulah yang memperkenalkannya di Mesir. Edisi ini dituliskan
berdasar cara bacaan Imam Hafash seperti yang diriwayatkan oleh Imam `Ashim dan
dicetak pertama kali pada tahun 1925 M/1344 H (Ahmad Von Denffer, 1988 : 136).
Naskhah cetakan inilah barangkali yang kemudian tersebar ke seluruh penjuru dunia
Islam karena Mesir pada waktu itu pernah menjadi pusat informasi dunia Islam
sampai sekarang.
Sistem penulisan al-Qur’an memiliki cara tersendiri yang menyalahi cara
penulisan yang dipakai para ulama dalam menulis kitab atau berlainan dengan
undang-undang dan kaedah-kaedah yang ditetapkan pada Raram huruf atau ilmu
imla’. Sebagian ulama berkata, ada dua tulisan yang tidak dapat dicontoh yaitu Arûdh
dan tulisan Mushhaf `Utamani. Para ulama dalam menyikapai al-Qur’an yang ditulis
Team Utsman atau yang disebut khath `Utsmani ada 3 pendapat :
a. Tidak boleh menyalin al-Qur’an yang menyalahi Khath `Utsmani baik dalam
menulis waw, alif dan ya (pendapat Imam Ahmad).
b. Boleh menyalahi atau tidak sesuai Khath `Utsmani, karena tulisan al-Qur’an itu
tidak tawqîfî (tidak ditetapkan Rasul) dan tidak diterima dari syara’, tulisan
itu hanya disepakati pada masa itu (Ibn Khaldun dan al-Qâdhi Abu Bakar).
Tidak ada petunjuk dalam teks al-Qur’an, Hadis atau Ijma’ yang mengharuskan
penulisan Khath `Utsmani. Nabi hanya menunjuk para penulis al-Qur’an dan
tidak menerangkan cara penulisannya. Inilah sebabnya terdapat banyak macam
penulisan Mush’haf, ada yang menulis berdasarkan penyebutannya, ada yang
menambah dan ada pula yang mengurangi.
c. Boleh menulis al-Qur’an untuk umum menurut istilah-istilah yang dikenal dan
tidak diharuskan menulis model lama karena dikhawatirkan meragukan
mareka. Tetapi harus ada yang memlihara tulisan lama sebagai bukti
dokumentasi atau barang pusaka (Ibn Abd al-Salam dikutip oleh pengarang al-
Tibyân dan al-Burhân).

112 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Dari tiga pendapat di atas yang paling berhati-hati adalah pendapat
pertama, yakni harus konsisten mengikuti Khath `Utsmani demi keseragaman dan
pemeliharaan al-Qur’an dari kesalahan, kekurangan dan kelebihan. Kecuali jika
dalam keadaan terpaksa penulisan latinpun diperbolehkan untuk membantu
kemudahan dalam membaca al-Qur’an asal tidak terjadi bacaan yang salah.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Sebutkan 3 tahapan tantangan al-Qur’an terhadap sastrawan Arab untuk
membuat satu karangan seperti al-Qur’an ?
2. Jelaskan keindahan redaksi QS al-Qamar/54 : 36 ?
3. Jelaskan kemukjizatan QS Yunus/10 : 92 ?
4. Sebutkan 4 orang sahabat yang terkenal sebagai penulis wahyu ?
5. Jelaskan perbedaan latar belakang penulisan mushaf pada masa Abu Bakar dan
Utsman bin Affan ?

Kunci Jawaban Latihan


1. 3 tahapan tantangan al-Qur’an :
a. Manusia dan jin sekalipun bersatu bantu membantu membuat suatu
karangan seperti al-Qur’an tidak akan mampu (QS. al-Isra/ 17 :88 )
b. Membuat suatu karangan 10 ayat saja menandingi al-Qur’an ( QS.
Hud/11 : 13-14)
c. Menulis satu surah saja dari al-Qur’an (QS. al-Baqarah/2 : 23) tetapi tidak
akan mampu untuk melakukan hal itu.
2. Kata ِِ ‫( النِِذِ ِر‬al-nudzur) harakat dhammah pada kata tersebut dirasa berat akibat
berturut-turutnya dhammah pada huruf nun dan dzal. Akan tetapi dalam alQur’an
ia justru sebaliknya yakni ringan dan mudah diucapkan di lisan. Di samping itu
qalqalah huruf dal (‫ ) ِولق ِِ د‬dan qalqalah tha’ pada lafal (‫ ) ب طشتِ ِنا‬kemudian
fathah yang beruntun dari ba sampai huruf waw pada kalimat (‫)بطشتِ ِن ِافِتِ ِما ِر وا‬
yang diakhiri dengan mad layn supaya keberatan dhammah di situ menjadi
ringan sesudahnya.
3. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa jasad Fir’aun akan diselamatkan Tuhan
untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya. Nabipun belum melihat jasadnya,
karena Islam belum masuk ke Mesir. Hal itu terjadi sekitar 1200 tahun sebelum
Masehi. Kemudian pembuktiannya pada awal abad 19, (1896) seorang ahli
purbakala Loret menemukan satu mumi di Lembah Raja-Raja
Luxor Mesir yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa as.
Pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir
muntuk membuka pembalut Fir’aun tersebut.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits113


4. Mereka itu Mu`awiyah, Zayd bin Tsabit, Ubay bin Ka`ab, dan Khalid bin Walid.
5. Pada masa Khalifah Abu Bakar disebabkan perginya para penghapal alQur’an
akibat korban perang melawan tiga kelompok pembangkang yakni pengekang
zakat, kaum murtad, dan pengaku jadi Nabi. Sedangkan pada masa Khalifah
Utsman bin `Affan dilatar belakangi banyaknya bacaaan al-Qur’an yang berbeda
sehingga saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Rangkuman
Ada 3 tahapa tantangan al-Qur’an terhadap orang-orang yang meragukan
kebenarannya mulai dari yang berat sampai dengan yang ringan. Pertama, menantang
mereka membuat suatu karangan seperti al-Qur’an (QS. al-Isra/ 17 :88). Kedua,
membuat suatu karangan 10 ayat saja menandingi al-Qur’an ( QS. Hud/11 : 13-14)
dan Ketiga, menulis satu surah saja dari al-Qur’an (QS. alBaqarah/2 : 23.
Paling tidak ada tiga hal bukti keotentikan al-Qur’an, yaitu dari segi keunikan
redaksi dan lafal (I’jâz Lughawî), kemukjizatan (I’jâz ghaybî dan isyarî), dan
kesejarahannya. Keunikan redaksi di antaranya sentuhan lafal-lafalnya, pengaruhnya
kepada umum dan khusus, kelioncahan mengatur dan kesinambungan bagian-
bagiannya dan dapat menghimpun antara keindahan dan kejelasan. Pemberitaan
ghaib seperti berita keutuhan jasad fir’aun sebelum ditemukan (QS Yunus/10 : 92)
sedang pemberitaan ilmiah seperti penerapan kata dhiyâ (bersinar) pada matahari
sedang nûr (bercahaya) pada bulan (QS. Yunus/10:5). Sedangkan bukti kesejarahan
adalah kondisi al-Qur’an yang terpelihara sejak masa turunnya sampai sekarang baik
dihapal maupun ditulis, dikodifikasikan dan cetak.

Test Formatif
Pilih salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Tiga tahapan al-Qur’an menantang kepada orang-orang yang meragukan
keotentikan al-Qur’an, yang tidak termsuk tahapan adalah :
a. mengarang separoh al-Qur’an c. mengarang seperti al-Qur’an
b. mengarang 10 surah d. Mengarang satu surah
2. Di antara contoh keindahan redaksi lafal adalah Kata ‫( النذ ُُ ر‬al-nudzur)
pada ayat 36 dari Surah al-Qamar. Harakat dhammah beruntun terasa ringan
karena sebelumnya :
a. harakat kasrah beruntun c. harakat dhammah beruntun
b. harakat fathah beruntun d. harakat fathah beruntun dan diakhiri dengan lyn
3. Di antara keindahan lafal al-Qu’an, ia menyebut kata yawm (hari) relevan dengan
jumlah hari yuaitu sebanyak :
a. 363 kali c. 365 kali
b. 364 kali d. 333 kali

114 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


4. Yang tidak termasuk aspek kemukjizatan al-Qur’an adalah :
a. I’jâz lughawî c. I’jâz tasarruî
b. I’jâz ghaybî d. I’jâz ilmî
5. Penemu mumi Fir’aun pada awal abad 19 (1896) di Lembah Raja-Raja Luxor
Mesir adalah seorang ahli purbakala yang bernama :
a. Loret c. Elliot Smith
b. Luxor d. Smith
6. Kesesuaian ayat QS. Yunus/10 : 5 dengan ilmu pengetahuan adalah :
a. penerapan kata dhiyâ pada matahari c. penerapan kata dhiyâ pada
bulan
b. kromozon x dan y bagi pria d. kromozon y bagi wanita
7. Alasan penulisan dan pembukuan kembali al-Qur’an pada masa Utsman bin
Affan adalah :
a. Para penghapal al-Qur’an (hufâzh) banyak yang gugur dalam peperangan
b. Terjadi perbedaan dalam membaca al-Qur’an
c. Pembaharuan pembukuan yang dilakukan Abu Bakar
d. Demi anak cucu umat Islam masa depan agar mengenal al-Qur’an
8. Orang pertama yang ditugasi memperindah penulisan al-Qur’an mengubah titik
dengan memberi harakat fathah dan kasrah dengan garis atas dan garis bawah
sedang dhammah seperti wawu di depan adalah.
a. Abul Aswad al-Du’ali c. al-Hasan al-Bashri,
b. al-Khalil bin Ahm d. Yahya bin Ya’mar
9. Orang pertama kali memperkenalkan tanda titik (a`jam) ke dalam naskhah al-
Qur’an adalah seorang tabi`i yang bernama
a. Abul Aswad al-Du’ali c. al-Hasan al-Bashri
b. Yahya bin Ya’mar d. Nashr bin `Ashim al-laytsi
10. Naskhah al-Qur’an yang tercetak sebagai standard masa kini dan dipergunakan
oleh umat Islam di dunia Islam adalah
a. edisi Mesir c. edisai Hamburg Jerman
b. edisi Mulay Utsman d. edisi Istanbul

Kunci Jawaban

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits115


1. a. 6. a
2. d 7. b
3. c 8. b
4. c 9. a
5. a 10. a

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengtahuan anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar berikutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih di
bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar sebelumnya, terutama bagian
yang belum anda kuasai.

116 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 2 HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN
HADIS

Pengantar
Al-Qur’an dan Hadis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Al-Qur’an adalah firman Allah sedangkan Hadis adalah kegiatan Nabi yang
didasarkan pada wahyu. Dari segi substansinya memang sama karena sama-sama
wahyu, tetapi juga berbeda karena Hadis adalah implementasi al-Qur’an yang lebih
terinci dan operasional yang merupakan penjelas terhadapnya. Wahyu Hadis yang
didasarkan pada ijtihad pemahaman wahyu al-Qur’an disebut Hadis Nabawi sedang
yang didasarkan wahyu selain al-Qur’an disebaut Hadis Qudsi.
Banyak orang mengira Hadis Qudsi itu mesti shahih bahkan dibilang paling
shahih di antara sekian banyak Hadis. Anggapan ini, karena mereka melihat kata suci
itu menunjukkan kesucian dan kesahehan. Atau karena melihat sandarannya kepada
Allah. Kedua Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi mempunyai kualitas yang sama, yakni
bergantung pada syarat-syarat yang dipenuhinya, ada shahih, hasan dan ada pula
dha’if. Istilah qudsi (suci) hanya dilihat dari penyandarannya bukan pada substansinya
yakni penyandarannya kepada Allah. Tetapi substansi sanad dan matan masih bisa
dipertanyakan, apakah memenuhi kriteria Hadis makbil atau tidak. Berikut paparan
tentang perbedaan Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi kemudian paparan tentang
perbedaan antara al-Qur’an dengan Hadis.

A. al-Qur’an, Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi


1. Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî
Pada KB 2 sebelum terlebih dahulu akan berbicara tentang Hadis Qudsi dan
Nabawi. Hadis dilihat dari sandarannya ada dua ; pertama disandarkan pada Nabi
sendiri yang disebut Hadis Nabawi, kedua disandarkan kepada Tuhan yang disebut
Hadis Qudsi. Hadis Qudsî disebut juga Hadis Ilâhî dan Hadis Rabbânî. Secara
etimologi Qudsi = suci sedang arti terminologi Hadis Qudsî ialah : َ ‫َك ََل َق‬
" ‫ضاف‬
‫َ ع َ َز وج ََل‬
‫" الر َس َو َل صلى هلال عليو وسل َم اىل ا َلل‬ ‫َو َل َو‬
‫أ‬
‚ segala perkataan yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt.‛
Definisi ini menjelaskan, bahwa Nabi hanya menceritakan berita yang
disandarkan kepada Allah, bentuk berita yang disampaikan hanya berupa firman tidak
ada perbuatan dan persetujuan sebagaimana Hadis Nabi biasa. Bentukbentuk
periwayatan Hadis qudsî pada umumnya menggunakan kata-kata yang disandarkan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits117


kepada Allah, misalnya ; Nabi saw bersabda : Allah `azza wajalla berfirman… Atau
Rasulullah saw bersabda pada apa yang beliau riwayatkan dari Allah swt…Atau
Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya, Dia berfirman : …
Contoh Hadis qudsî, Hadis diriwayatkan dari Abî Dzarr :

َ َ ََ
‫ي‬ ‫َيكَي َع ع‬ ‫َل َي َو ح‬ ‫صلى ع‬ َ ‫ت ر َسو َل‬ َ َ ‫ف‬َ َ ‫َح َدي‬
‫ث َم َعا َجب‬
‫قَو‬ َ ‫َن رب َو َز‬ ‫قَا‬ ‫َذ ب َن َل‬
‫الل َو الل َو َو َسل َم‬ ‫ََس‬
‫َل‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫َل‬
َ ‫َو‬ ‫َع‬
َ َ
‫ت‬ َ ‫َمبيت ل َل َمتبا َذل‬
‫ي يف َو َح َ ق‬ ََ ‫ت‬ َ َ
‫ي يف َو َح َ ق‬َ ‫َمبيت للَ َمت َحاب‬ َ ‫َح َ َق‬
ََ ‫ت‬
‫)اخرجو‬... َ‫ت زا َوري َن يف‬َ ‫َمبيت ل َل َم‬
ََ
(‫أمحد‬
‚Hadis Mu`adz bin Jabal ia berkata : Aku mendengar Rasulillah saw
bersabda, bahwa Allah aw berfirman : ‚ Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku)
berhak bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, Kecintaan-Ku
(Mahabbah-Ku) berhak mereka yang merendahkan hati (tawâdhu’ ) karena
Aku, Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak bagi mereka yang saling
berziarah…‛. (HR. Ahmad )

Dinamakan Qudsî (suci), Ilâhî (Tuhan), dan Rabbânî (ketuhanan) karena ia


bersumber dari Allah yang maha Suci dan dinamakan Hadis karena Nabi yang
memberitakannya yang didasarkan dari wahyu Allah swt. Kata Qudsi, sekalipun
diartikan suci hanya merupakan sifat bagi Hadis, sandaran Hadis kepada Tuhan tidak
menunjukkan kualitas Hadis. Oleh karena itu tidak semua Hadis Qudsî shahih tetapi
ada yang shahih, hasan, dan dha`if tergantung persyaratan periwayatan yang
dipenuhinya, baik dari segi sanad atau matan.
Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah Hadis tanpa
terulang-ulang dalam sanad yang berbeda (ghayr mukarrar), ia tersebar dalam 7 Kitab
Induk Hadis. Mayoritas kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah, dan syari`ah.
Di antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan oleh Jumhûr
Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-A`la li Syu’ûn alIslâmîyah
Lajnah al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.
Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi terletak pada sumber berita dan
proses pemberitaannya. Hadis Qudsî maknanya dari Allah yang disampaikan melalui
suatu wahyu sedangkan redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada Allah.
Sedangkan Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan ijtihad
Nabi sendiri. Dalam Hadis Qudsi Rasul menjelaskan kandungan atau yang tersirat
pada wahyu sebagaimana yang diterima dari Allah dengan ungkapan beliau sendiri.
Pembagian ini sekalipun kandungannya dari Allah, tetapi ungkapan itu disandarkan
kepada Nabi sendiri karena tentunya ungkapan kata itu disandarkan kepada yang
mengatakannya sekalipun maknanya diterima dari yang lain. Oleh karena itu selalu
disandarkan kepada Allah. Pemberitaan yang seperti ini disebut Tawfîqî. Pada Hadis
Nabawi kajian Rasul melalui ijtihad yang dipahami dari alQur’an karena beliau

118 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


bertugas sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kajian ini didiamkan wahyu jika benar
dan dibetulkan dengan wahyu jika salah. Kajian seperti ini disebut Tawqîfî.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits119


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hadis Nabawî dengan kedua
bagiannya merujuk kepada wahyu baik yang dipahami dari kandungan wahyu secara
tersirat yang disebut dengan Tawfîqî maupun yang dipahami dari al-Qur’an secara
tersurat yang disebut dengan Tawqîfî dan inilah makna firman Allah dalam Surah al-
Najm ayat 3-4 :

‫" َوَما ي نَ َط َق عَ َن اهلََوى إ َن ىَ› َو إ َ َال َو َح‬


" ‫َي ي َو َحى‬
‚Dan tidaklah yang diucapkannya (al-Qur’an) itu menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.‛ (QS. Al-Najm/53: 3-4)

Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada Nabi-Nya tentang sesuatu hal


dengan cara yang samar dan sangat cepat tetapi meyakinkan bahwa sesuatu yang
diwahyukan tersebut benar-benar dari Allah. Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan
lawan kata dari wahyu dan tidak ada alasan untuk melarangnya. Antonim kata wahyu
pada ayat tersebut adalah hawa. Nabi tidak berkata dari hawa nafsu tetapi dari wahyu.
Secara umum dari beberapa uraian di atas dapat dikembangkan menjadi beberapa
perbedaan antara Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî di antaranya sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sedang
pada Hadis Qudsî beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada Hadis
Qudsî, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
b. Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang pada
Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan/qawlî, perbuatan/fi`lî, dan
persetujuan/ taqrîrî.
c. Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu yang tidak secara langsung,
Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah. Jawaban itu
ada kalanya sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai dengan wahyu.
Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah wahyu untuk meluruskannya.
Hadis Qudsî wahyu langsung dari Allah swt.
d. Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
e. Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamîr
mutakallim) : Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang Hadis Nabawi tidajk
menggunakan ungkapan ini.

2. Perbedaan Hadis dan al-Qur’an


Pada KB1 di atas telah dijelaskan tentang pengertian al-Qur’an dan Hadis
Nabawi. Berdasarkan definisi di atas dapat dibedakan antara keduanya dengan
beberapa hal sebagai berikut ;

120 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. al-Qur’an mu`jizat Rasul sedangkan Hadis bukan mu’jizat sekalipun Hadis
Qudsî.
Al-Qur’an terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian tangan
orang-orang jahil (lihat QS. Al-Hijr/15 :9) sedangkan Hadis tidak terpelihara
seperti al-Qur’an. Namun, hubungan keduanya secara integral tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Maka terpeliharanya alQur’an berarti
pula terpeliharanya Hadis. Ada tiga dasar terpeliharanya
Hadis : Pertama, dasar Qur’ânî (tekstual) sebagaimana dalam Q. S.
alQiyâmah / 75 : 19) bahwa yang dimaksud kata ‚bayân‛ dalam ayat ini adalah
Sunah yang Shahih. Kedua, dasar qiyâsî dan istinbâthî (analogi dan induksi),
sebagaimana firman Allah Surah al-Hijr/ 15: 9 yang menegaskan pemeliharaan
al-Qur’an yang dijelaskan (al-mubayyan) oleh Sunah, berarti pemeliharaan
terhadapnya sebagai penjelas (al-mubayyin). Ketiga, dasar
wâqiî` (faktual), realita perhatian umat Islam dulu sampai sekarang yang
meriwayatkan, menghimpun, menfilter, menghapal, mempraktekkan, menulis
dan mengkodifikasikan Sunah.
b. Al-Qur’an seluruhnya diriwayatkan secara mutawâtir, sedangkan Hadis tidak
banyak diriwayatkan secara mutawâtir. Mayoritas Hadis diriwayatkan secara
âhâd (individu, artinya tidak sebanyak periwayat mutawâtir ).
c. Kebenaran ayat-ayat al-Qur’an bersifat qath`îy al-wurûd (pasti atau mutlak
kebenarannya) dan kafir yang mengingkarinya. Sedangkan kebenaran Hadis
kebanyakan bersifat zhannîy al-wurûd ( relatif kebenarannya) kecuali yang
mutawâtir.
d. Al-Qur’an redaksi (lafazh) dan maknanya dari Allah dan Hadis Qudsî
maknanya dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya.
Sedang Hadis Nabawi berdasarkan wahyu Allah atau ijtihad yang sesuai dengan
wahyu. Oleh karena itu haram meriwayatkan al-Qur’an secara makna tanpa
lafazh, dan boleh periwayatan secara makna dalam Hadis dengan persyaratan
yang ketat.
e. Proses penyampaian al-Qur’an melalui wahyu yang tegas (jalî) sedang Hadis
Qudsî melalui wahyu, atau ilham, dan atau mimpi dalam tidur
f. Kewahyuan al-Qur’an disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang dibacakan)
sedang kewahyuan Sunah disebut wahyu ghayr matluw (wahyu yang tidak
dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara jelas dan yakin kemudian
diungkapkan Nabi dengan redaksinya sendiri.
g. Membaca al-Qur’an dinilai sebagai ibadah setiap satu huruf pahalanya 10
kebaikan, sedang membaca Hadis sekalipun Qudsî tidak dinilai ibadah kecuali
disertai dengan niat yang baru.
h. Di antara Surah al-Qur’an wajib dibaca dalam shalat seperti membaca Surah al-
Fâtihah yang dibaca pada setiap raka’at. Sedangkan dalam Hadis tidak ada
yang harus dibaca dalam shalat sekalipun Qudsî, bahkan tidak shalat seseorang
yang menggantikan Surah al-Qur’an dengan Hadis Qudsî .

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits121


i. Haram menyentuh atau membawa mushahaf al-Qur’an menurut sebagian
pendapat) bagi yang ber-hadats baik hadats kecil maupun hadats besar (tidak
bersuci).
j. Haram menjual belikan mus’haf al-Qur’an menurut Imam Ahmad dan makruh
menurut Imam al-Syafi`i.

B. Kedudukan al-Qur’an dan Hadis


Setelah anda memahami istilah-istilah dalam Hadis sekarang anda diajak
memahami kedudukan Hadis dalam Islam. Betapa penting mengetahui kedudukan
Hadis agar anda dapat memposisikan diri sebagai muslim yang baik. Kedudukan
Hadis atau Sunah dalam agama sebagai dasar hukum beagama kedua, yang pertama
adalah al-Qur’an. Dari segi urutan tingkatan dasar Islam ini Sunah menjadi dasar
hukum Islam kedua setelah yang pertama yakni al-Qur’an. Hal ini dapat dimaklumi
karena beberapa alasan sebagai berikut :
1. Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an.
Sunaah berfungsi sebagai penjelas terhadap al-Qur’aan, tentunya pihak penjelas
diberikan peringkat kedua setelah pihak yang dijelaskan. Teks al-Qur’an sebagai
pokok asal yang dijelaskan, sedang Sunah sebagai penjelas/tafsir yang dibangun
karenanya. Keterangan al-Qur’an sangat sempurna tidak ada sesuatu yang tertinggal
(QS. al-An`âm / 6: 38), tetapi penjelasannya secara gelobal, maka perlu diterangkan
secara rinci dari Sunah.

2. Mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût).


Seluruh umat Islam juga telah berkonsensus bahwa al-Qur’an seluruhnya
diriwayatkan secara mutawâtir (para periwayat secara kolektif dalam segala
tingkatan), berfaedah absolute/pasti kebenarannya yang disebut qath`î al-tsubût dari
Nabi. Sedangkan Sunah, di antara periwayatannya ada yang mutawâtir yang
memberikan faedah qath`î al-tsubût, dan di antaranya bahkan yang mayoritas âhâd
(periwayatnya secara individual) memberikan faedah relatif kebenarannya (zhannî al-
tsubût) bahwa ia diduga kuat dari Nabi saw meskipun secara umum dapat dikatakan
qath`î al-tsubût.
Banyak dalil yang menunjukkan kehujahan Sunah sebagai sumber hukum Islam
baik dari al-Qur’an, hadis maupun ijmak ulama. Misalnya firman Allah dalam QS Ali
Imran/3 : 32. Baik ayat maupun hadis intinya perintah taat kepada Allah dan Rasal-
Nya Manusia tidak mungkin bisa mengikuti jejak Rasul tanpa mengetahui Sunahnya.
Nabi tidak perintah sesuatu kecuali diperintah Allah dan barang siapa yang ta`at
kepada Nabi berarti ia ta`at kepada Zat yang perintah kepadanya. al-Syawkânî (w.
1250) juga mempertegas bahwa para ulama sepakat atas kehujahan Sunah secara
mandiri sebagai sumber hukum Islam seperti alQur’an dalam menghalalkan yang
halal dan mengharamkan yang haram. Kehujahan dan kemandiriannya sebagai
sumber hukum Islam merupakan keharusan (dlarûrî) dalam beragama. Orang yang
menyalahinya tidak ada bagian dalam beragama Islam. Para ulama dahulu dan
sekarang sepakat bahwa Sunah menjadi dasar kedua setelah al-Qur’an. Fuqahâ

122 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


sahabat selalu bereferensi pada Sunah dalam menjelaskan al-Qur’an dan dalam ber-
istinbâth hukum yang tidak didapati dalam al-Qur’an.

C. Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an


Setelah anda mengetahui kedudukan Hadis mari anda diajak memehami
fungsi Hadis terhadap al-Qur’an. Fungsinya adalah sebagai penjelas (li al-
bayân)terhadap makna al-Qur’an yang sangat dalam dan gelobal isinya.
Sebagaimana firman Allah swt dalam Surah al-Nahl/16 : 44 َ ‫َوأَن َزلَنا‬
‫ك الذ َك َر‬
‫ب‬َ ‫لت‬ ‫إ لي‬
‫َل َه َم ي ت فَ ََك َرو َن‬
‫س َما ن ’َز َل إليَ َه َم َول ع‬
َ ‫ي َن للنا‬
‚Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan‛,

Secara garis besar ada empat makna fungsi penjelasan ( bayân) Hadis terhadap
al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Bayân Taqrîr
Posisi Hadis sebagai penguat (taqrîr/ta’kid) keterangan al-Qur’an. Artinya
Hadis menjelaskan apa yang sudah dijelaskan al-Qur’an, sepert Hadis tentang shalat,
zakat, puasa, dan haji. Hadis berarti memperkuat keterangan al-Qur’an tersebut .
2. Bayân Tafsîr
Hadis sebagai penjelas (tafsîr) terhadap al-Qur’an dan fungsi inilah yang
terbanyak pada umumnya. Penjelasan yang diberikan ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Tafsîl al-Mujmal
Hadis memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-Qur’an yang masih
global (tafsîl al-mujmal= memperinci yang gelobal), baik menyangkut masalah
ibadah maupun hukum, sebagian ulama menyebutnya bayân tafshîl atau
bayân tafsîr. Misalnya perintah shalat pada beberapa ayat dalam al-Qur’an hanya
diterangkan secara global ‚dirikanlah shalat‛ tanpa disertai petunjuk bagaimana
pelaksanaannya berapa kali sehari semalam, berapa raka`at, kapan waktunya,
rukunrukunnya, dan lain sebagainya. Perincian itu adanya dalam Hadis Nabi,
misalnya sabda Nabi saw :
‚Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat ‚. (HR. al-Bukhari)
Dalam masalah haji al-Qur’an hanya menjelaskan secara gelobal,
rinciannya dijelaskan Hadis, Nabi bersabda : " ‫" لتأ َخ َذ َوا َمنا َس َك َك َم‬
‚Ambilah (dari padaku) ibadah hajjimu ‚. (HR. Muslim)

b. Takhshîsh al-`Amm

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits123


Hadis mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang umum, sebagian ulama
menyebut bayân takhshîsh. Misalnya ayat-ayat tentang waris dalam QS. AlNisa’/4:
10
‚ Allah mensyari`atkan bagi mu tentang (bagian pusaka untuk)
anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian
dua orang perempuan…‛
Kandungan ayat di atas menjelaskan pembagian harta pusaka terhadap ahli
waris, baik anak-lelaki, anak perempuan, satu, dan atau banyak, orang tua (bapak dan
ibu) jika ada anak atau tidak ada anak, jika ada saudara atau tidak ada dan seterusnya.
Ayat harta warisan ini bersifat umum, kemudian dikhususkan (takhsîsh) dengan Hadis
Nabi yang melarang mewarisi harta peninggalan para Nabi, berlainan agama, dan
pembunuh.

c. Taqyîd al-Muthlaq
Hadis membatasi kemutlakan ayat-ayat al-Qur’an. Artinya al-Qur’an
keterangannya secara mutlak, kemudian ditakhshish dengan Hadis yang khusus.
Sebagian ulama menyebut bayân taqyîd. Misalnya firman Allah dalam QS.
AlMâidah : 38

‫سارقةَ فاقطع َوا أي َدي‬


ََ ‫سار َق َوال‬
ََ ‫" َوال‬
"... ‫ََهَا‬
‚Pencuri lelaki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangan-tangan
mereka…‛

Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara mutlak nama tangan tanpa
dijelaskan batas tangan yang harus dipotong apakah dari pundak, sikut, dan
pergelangan tangan. Kata tangan mutlak meliputi hasta dari bahu pundak, lengan, dan
sampai telapak tangan. Kemudian pembatasan itu baharu dijelaskan dengan Hadis
ketika ada seorang pencuri datang ke hadapan Nabi dan diputuskan hukuman dengan
pemotongan tangan, maka dipotong pada pergelangan tangan.

3. Bayân Naskhî
Menurut sebagian ulama, Hadis dapat juga me-nasakh (menghapus) hukum
yang diterangkan dalam al-Qur’an. Misalnya kewajiban wasiat yang diterangkan
dalam Surah al-Baqarah/2 : 180
‚Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tandatanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk
ibubapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas
orangorang yang bertakwa ‚.
Ayat di atas di-nasakh dengan Hadis Nabi :
‫ق‬
‫ث‬َ ‫صيةَ ل وار‬
َ َ ‫َل َو‬ ‫َ َو َو ا‬
‫َح َح َ ق‬ ‫َذي‬
(‫)أخرحو النسائي‬ ’َ

124 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ََ‫إ ََن الل َو ق َد أ َعطى َكل‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits125


‚Sesungguhnya Allah memberikan haka kepada setiap yang mempunyai hak
dan tidak ada wasiat itu wajib bagi waris‛. ( HR. al-Nasa’i)

Akan tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa Hadis sebagai sumber hukum kedua
tidak dapat me-nasakh al-Qur’an sebagai sumber hukum yang tertinggi. Ayat
mengenai pembagian warisan dengan cara wasiat telah di-nasakh oleh ayat-ayat yang
menyebutkan bilangan pembagian warisan antara lain terdapat pada surat alNisa ayat
11 dan 12. Jadi dalam hal ini terjadi naskh ayat dengan ayat dan bukan naskh ayat
dengan Hadis.

4. Bayân Tasyrî`î
Hadis menciptakan hukum syari`at (tasyri`) yang belum dijelaskan oleh
alQur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi Sunah sebagai dalil pada
sesuatu hal yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Mayoritas mereka berpendapat
bahwa Sunah berdiri sendiri sebagai dalil hukum dan yang lain berpendapat bahwa
Sunah menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara implisit dalam teks al-
Qur’an. Misalnya keharaman makan daging keledai ternak, keharaman setiap
binatang yang bertelalai, dan keharaman menikahi seorang wanita bersama bibik dan
paman wanitanya. Hadis tasyri` diterima oleh para ulama karena kapasitas Hadis
juga sebagai wahyu dari Allah swt yang menyatu dengan al-Qur’an, hakekatnya ia
juga merupakan penjelasan secara implisit dalam al-Qur’an.
Jelasnya, hubungan antara Hadis dan al-Qur’an sangat integral keduanya
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena keduanya berdasrkan
wahyu yang datang dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan
kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan periwayatannya yang berbeda.
Sunnah mempunyai peran yang utama yakni menjelaskan al-Qur’an baik secara
eksplisit atau implisit, sehingga tidak ada istilah kontra antara satu dengan lain.
Dengan demikian sempurna pengetahuan anda tentang istilah-istilah dan
fungsi Hadis. Untuk mengetahui penyerapan anda dari bacaan di atas coba soal-soal
berikut anda jawab.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda, silahkan
anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan pengertian Hadis Qudsi ?
2. Jelskan di antara perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi ?
3. Jelaskan perbedaan antara al-Qur’an dab n Hadis dari segi redaksinya ?
4. Mengapa Hadis berkedudukan nomor dua dalam dasar beragama?
5. Sebutkan 4 bayân fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ?

126 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Petunjuk Jawaban Latihan
1. ‚ segala Hadis yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt.‛
2. Hadis Qudsî maknanya dari Allah yang disampaikan melalui suatu wahyu
sedangkan redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada Allah. Sedangkan
Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan ijtihad Nabi
sendiri.
3. Al-Qur’an redaksi (lafazh) dan maknanya dari Allah dan Hadis Qudsî
maknanya dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya.
Sedang Hadis Nabawi berdasarkan wahyu Allah atau ijtihad yang sesuai
dengan wahyu. Oleh karena itu haram meriwayatkan alQur’an secara makna
tanpa lafazh, dan boleh periwayatan secara makna dalam Hadis dengan
persyaratan yang ketat.
4. Karena :
a. Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an
b. Mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût).
5. 4 bayan sebagai fungsi Hadis terhadap al-Qur’an yaitu bayan taqrîr, bayân
tafsîr, bayân naskhi dan bayân tasyrî’.

Rangkuman
Hadis Nabawi berbeda dengan Hadis Qudsi. Hadis Nabawi adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik perkataan, perbuatan dan persetujuan.
Sedangkan Hadis Qudsi adalah segala perkataan yang disandarkan Nabi saw kepada
Allah swt. Hadis qudsi disebut juga Hadis Ilahi dan Rabbani, tetapi semua inmi tidak
menunjukkan kualitas Hadis.
Al-Qur’an berbeda dengan Hadis, al-Qur’an mukjizat, mutawatir seluruhnya,
qath’iy al-wurûd, lafal dan maknanya dari Allah, wahyu jali dan matlû dan
membacanya dip[erhitungkan sebagai ibadah. Hadis berkedudukan sebagai dasar
hukum Islam kedudukarena Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an dan
mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût). Dalil kehujjahannya
adalah al-Qur’an, Hadis dan ijmak ulama. Sedangkan fungsinya terhadap al-Qur’an
sebagai penjelas (li al-bayân) sebagaimana QS. al-Nahl/16 : 44 . Ada 4 bayân Hadis
terhadap al-Qur’an yaitu bayan taqrîr (penguat), bayân tafsîr (menjelaskan secara
rinci), bayân naskhi (penghapusan hukum terdahulu) dan bayân tasyrî’ (menciptakan
hukum yang tidak ada dalam al-Qur’an). Bayan tafsîr terbagi menadi 3 yaitu tafshîl
al-mujmal (merinci yang gelobal), takhshîsh al-‘amm (mengkhususkan yang umum)
dan taqyîd al-mutlaq (membatasi yang mutlak).

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits127


Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut anda paling
benar !
1. Hadis perkataan Nabi yang disandarkan kepada Allah swt tidak disebut :
a. Hadis Qudsi c. Hadis Nabawi
b. Hadis Ilahi d. Hadis Rabbani
2. Kualitas Hadis Qudsi pada umumnya adalah :
a. Shahih semua c. hasan semua
b. Dha’if semua d. Ada kalanya shahih atau tidak
3. Hadis Nabawi redaki dan maknanya dari Nabi sedangkan Hadis Qudsi maknanya
dari Allah dan redaksinya :
a. Dari Allah c. Dari Nabi sendiri
b. Dari Allh dan Nabi d. Dari Malaikat Jibril
4. Pemahaman Nabi yang didasarkan pada sesuatu yang tersirat pada kandungan nash
wahyu disebut :
a. tawfiqî c. tawqîfî
b. tathbiqî d. tathqibî
5. Berikut ini yang tidak termasuk dasar pemeliharaan Hadis adalah :
a. Qur’ani c. Waqi’î
b. Qiyasî dan Istinbathi d. Qiyasî dan ijma’î
6. al-Qur’an seluruhnya dari segi periwayatan mempunyai faedah qath’îyu alwurûd,
sedangkan Hadis mayoritas berfaedah zhannîy al-wurûd. Maksud zhannîy al-
wurûd :
a. relative kebenarannya c. Dipastikan kebenarannya
b. Diaragukan kebenarannya d. Tidak dipastikan kebenarannya
7. Pemotongan tangan sampai di pergelangan tangan bagi pencuri -- tentunya yang
sudah memenuhi persyaratan tertentu -- adalah contoh fungsi Hadis terhadap al-
Qur’an bayan tafsir :
a. Takhshîsh al-‘amm c. Taqyîd al-muthlaq
b. Tafhîl al-mujmal d. Bayan naskhî
8. Kedudukan Hadis sebagai dasar beragama yang kedua, karena :
a. Hadis sabda Rasul c. Penjelas jatuh setelah yang dijelaskan
b. Sunah qath`î al-tsubût d. Sunah Rasul
9. Penjelasan secara rinci bagaimana pelaksanaan shalat dijelaskan Hadis, alQur’an
hanya menjelaskan secara gelobalnya saja. Fungsi Hadis disebut :

128 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. Takhshish al-‘Amm c. Taqyid al-Mutlak
b. Tafshil al-Mujmal d. Bayan Taqrir
10. Keharaman setiap binatang yang bertelalai dijelaskan dalam salah satu Hadis
bukan diterangkan al-Qur’an. Fungsi Hadis pada kasus tersebut adalah :
a. Takhshish al-‘Amm c. Taqyid al-Mutlak
b. Bayan Tasyri’ d. Bayan Taqrir

Kunci Jawaban
1. c 6. a
2. d 7. c
3. c 8. c
4. a 9. b
5. d 10.b

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 1 yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengtahuan anda terhadap
materi kegiatan belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 2. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih di
bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama bagian yang belum
anda kuasai.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits129


KEGIATAN BELAJAR 3
METODE PENELUSURAN AYAT AL-QUR’AN
DAN TAKHRIJ HADIS

Pendahuluan
Pada kegiatan belajar ini anda diajak mempelajari tentang cara mencari ayat
al-Qur’an dan Hadis. Sesuai dengan kurikulum al-Qur’an dan Hadis yang berlaku di
Madrasah Aliyah, kajian al-Qur’an Hadis menggunakan metode kajian tematik. Oleh
karena itu pada langkah awal anda diantar agar menguasai cara mencari ayat dan
Hadis dari buku induk. Mencari ayat dari induk al-Qur’an memang relatif lebih mudah
dibandingkan dengan mencari Hadis dari buku induknya, karena referensi buku induk
Hadis lebih banyak kamus dan bukubukunya. Tetapi dengan metode yang praktis
dan sistematis penelusuran itu akan memudahkan.
Kajian ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis adalah topik inti yang akan dibahas
pada modul ini yakni KB 2, setelah ditemukan bahan-bahannya atau materinya di
KB1. Terutama di sini dibahas bagaimana cara mengkaji suatu ayat atau Hadis agar
mendapatkan kemudahan dan memenuhi hasil yang optimal. Dengan tema tertentu
anda juga dapat menelusuri ayat-ayatnya atau Hadis-Hadisnya yang ada dalam buku
induk. Kemudian tinggal dianalisis relevansinya dengan tema dan susunannya secara
sistematik
Modul ini terdiri dari dua Kegiatan Belajar (KB). KB 1 akan membahas
tentang bagaimana mencari ayat atau Hadis yang berhubungan dengan tema.
Sedangkan pada KB 2 akan dibahas bagaimana cara pengkajian ayat-ayat dan Hadis
yang telah ditemukan.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat mengenal cara mencari
ayat dalam al-Qur’an, cara mencari Hadis dalam beberapa buku induk Hadis dan
cara mengkaji materi al-Qur’an Hadis. Secara lebih khusus setelah mempelajari BBM
ini anda diharapkan dapat :
1. Menyebutkan nama beberapa kamus untuk mencari ayat dalam al-Qur’an dan
beberapa Kamus Hadis untuk mencari Hadis dalam buku induk Hadis
2. Menggunakan kamus dan berbagai buku induk Hadis
3. Mempraktekkan cara mencari ayat atau Hadis dalam buku induk secara
terampil
4. Membaca dan menulis ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis

130 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


5. Menterjemahkan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
6. Menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
7. Menyimpulkan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
5. Menunjukkan prilaku yang mencerminkan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an
dan Hadis

Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan dengan cara pengkajian ayat-ayat al-
Qur’an dan Hadis Nabi
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
3. Sebagai guru MAL dituntut untuk dapat menilai sendiri kemampuan diri
dengan jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain atau
keseluruahn isi setiap KB, kerjakan latihan-latihan atau test formatif yang
terdapat di setiap KB. Untuk melihat hasilnya, silahkan melihat petunjuk atau
rambu-rambu pengerjaan latihan dan kunci test formatifpada akhir BBM ini.
Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan andaterhadap
materi BBM yang telah anda pelajari.

Untuk mencari ayat tentu buku induknya adalah al-Qur’an, sedangkan untuk
mencari Hadis buku induknya minimal digunakan buku induk hadis 6 yang disebut
al-Kutub al-Sittah yaitu al-Jâmi’ al-Shahîh li al-Bukhâri, al-Jâmi’ al-Shahîh li Muslim,
Sunan Abi Dawd, Jâmi’ al-Turmudzî, Sunan al-Nasâî dan Sunan Ibnu Majah. Cara
mencari ayat atau Hadis ini sangat penting bagi anda, karena tentunya akan lebih
efeisiensi waktu dan tenaga dalam mencari ayat atau Hadis yang anda anggap penting
untuk dikaji atau untuk cheking ayat-ayat dan Hadis yang bertebaran di berbagai
media baik di majalah, koran buku dan lain-lain. Ayat atau Hadis itu terkadang ditulis
salah atau tidak jelas perawinya atau sumbernya.
Dengan menguasai ketrampilan mencari ayat dan hadis tersebut sangat membantu
Jika anda tidak memiliki cara mencarinya secara trampil anda akan membuangbuang
waktu yang kurang berarti dan kepayahan tenaga yang sia-sia. Bagaimana cara
mencarinya secara tepat dan cepat? Pertama anda dapat mencarinya secara elektrik
menggunakan komputer, yakni menginstal CDR yang sudah dipersiapkan
dijualbelikan di pasar-pasar baik Holy al-Qur’an, Kutub al-Tis’ah, Alfiyat alSunnah
dan lain-lain. Kedua, secara manual dengan menggunakan buku-buku kamus al-
Qur’an atau kamus Hadis. Dalam modul yang sederhana ini akan disajikan pencarian
ayat al-Qur’an dan Hadis secara manual.

A. Cara Mencari Ayat Dalam al-Qur’an

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits131


Ayat yang anda cari di mana keberadaannya dalam surah apa dan ayat berapa,
dapat anda telusuri dengan mengingat atau mengambil satu kata atau kalimat dari
ayat tersebut untuk ditelusuri keberadaannya. Kitab kamus yang digunalkan sebagai
petunjuk pencari lafal atau ayat dalam Al-Qur’an antara lain :

1.Kitab ‫ فتح الرمحن لطالب آايت القرآن‬karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-
Hasaniy al-Maqdisî.

2.Kitab ‫ املعجم املفهرس أللفاظ القرآن الكرمي‬karangan Muhammad Fuad Abd al-
Bâqy.

Kitab pertama, ditulis pada masa pemerintahan Turki Utsmani Sultan Abdul
hamid Khan sekitar abad 18 M sedang kedua ditulis oleh orang sekarang Yaitu Dr. M
Fuad Abdul Bâqi, seorang peneliti al-Qur’an dan berbagai Hadis Nabi dari alAzhar
Cairo Mesir. Kamus pertama sangat populer di kalangan umat Islam, khususnya para
pelajar, santri dan mahasiswa dikenal dengan nama Fath alRahmân, adalah kitab
‚pedoman‛ pencari ayat-ayat Al-Qur’an. Kamus Fath alRahman ini secara garis besar
berisikan sebagai berikut :
a. Pendahuluan dari pengarang,

b. Simbol nama-nama surah (‫سور‬ ’ ‫ ) رموز ال‬dalam Al-Qur’an yang berbentuk


singkatan dari nama surah ditulis secara alphabet dan disertai nomor halaman
permulaan surah Mushaf Utsmani dan urut nomor surah. Misalnya, pada Bab
Hamzah ditulis : ‫ابر‬14‫ ابرهيم‬335 Maksudnya : nomor halaman Mushaf
335, ‫ = ابر‬singkatan dari ‫ ابرهيم‬dan nomor 14 adalah nomor urutan surah.
c. Kamus Lafal al-Qur’an, disusun berdasarkan urutan abjad Alfabet dengan
membagi ke dalam beberapa bab, mulai dari bab Al-Hamzah sampai dengan
bab Al-Wawi wa Al- Ya. Setiap bab memuat akar kata dan jadiannya yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya bab al-Dâl dituliskan : ( ُ‫ ) دأب‬memuat
yang keluar darinya :ُ‫ دأ ُْ ب دأبُا ˝ُُ ُدائ ُِبيُ ُِه‬Masing-masing lafal ini
kata
terdapat al-Qur’an mislanya : ) 55 ‫عمر‬11 ‫ كذأب آلفرعونعونُ)وف‬53‫ ) و‬Maksud
ungkapan ini lafal atau ayat tersebut berada pada surah Ali Imran ayat 11 dan
al-Anfâl ayat 53 dan 55.
d. Kamus al-A’lâm yakni kamus nama-nama yang ada dalam al-Qur’an baik nama
manusia, nama bangsa, dan nama-nama benda atau makhluk disusun
berdasarkan urutan abjad Alphabet. Cara mencari sama dengan Kamus Lafal.
Untuk mencari sebuah kata atau ungkapan dalam kitab Fath al-Rahman ini agak
sedikit rumit, karena tidak seluruh kata dapat dicari dalam Kamus ini. Lafallafal yang
ditampilkan dalam penelusuran ayat dan surah adalah beberapa lafal pokok saja yang
mempunyai akar kata jadian atau yang dapat di-tashrîf ( musytaq ) atau kata benda
yang tetap dan huruf-huruf yang menjadi permulaan surah. Kamus tidak mengulang-
ulang suatu lafal yang telah disebutkan sekali atau dua kali atau tidak menyebutkan

132 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kata yang telah disebutkan bersama pasangannya dan tidak menunjuk pada kata huruf
sambung.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh pencari ayat yaitu sebagai berikut :
Pertama, si pencari harus ingat ayat yang ingin dicari baik satu kata atau beberapa
dari suatu ayat , umpamanya ayat : ‫ي َرف َع هلالَ ال َذي َن ءَا َمنوا َمن َك َم َوال َذي َن‬
َ
kata (kalimat)
‫َدر‬ ‫أوتوا العَ َل َم‬
‫َجا‬ Dari ayat di atas dapat dicari melalaui kata
‫ت‬َ
a. Mencari awal kata ‫ي‬َ yaitu ra, karena kata ini berasal dari fi’il madhi
َ‫َرف‬
‫َع‬
‫) رفع‬rafa’a( anda cari pada bab al-Ra’ ‫ ُابب الراء‬lalu ditelusuri sampai ke

akar kata (entri) ُُ‫ ُرفع‬. Maka akan ditemui tulisan: ُ ‫مجامجا‬11 ‫ُي َرف َع هلالَ الَذي َن‬
‫ءا َمنوا‬
(Surah Muadalah ayat 11)

b. Mencari dari awal kata ‫) ءَا َمنوا‬âmanû) ‫ أَوتوا‬atau ( ûtû) yaitu huruf hamzah,

maka ia harus membuka halaman bab al-Hamzah lalu menelusurinya

sampai ke akar kata (entri) ‫ اتى‬dan ْْ ‫ ْْأ َم‬, maka akan ditemukan ‫مجا‬
ْْ ‫َن‬ tulisan :ُ
‫ي َرف َع هلالَ الَذي َن‬
َ ُ11
َُُ‫ءا َمنوا‬
c. Bisa juga dengan mencari awal kata (al-’ilma) yaitu ‘ain, maka ia harus
membuka Bab al-‘Ayn pada akar kata (entri) ‫ علم‬sampai ketemu kata

‫ الَعل َم‬, dan akhirnya akan ditemui juga tulisan seperti diatas : َ ْْ
11 ‫ي‬
ُ ‫ُمجا‬
َ‫َرفَ َع هلال‬
َُُ‫الَذي َن ءَا َمنوا‬
Lafal al-Jalâlah yakni Allah tidak disebutkan kecuali dalam Kamus al-A’lâm yang
hanya menyebutkan bilangannya saja, demikian juga kata al-ladzîna dan minkum.
Anda tidak bisa mencarinya melalui lafal-lafal tersebut.
Kitab kedua yaitu kitab Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdzil-Qur’an al-

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits133


Karîm yang disusun oleh Fuad Abd al-Baqî. Menurut pengakuannya,sebagaiman
dikutip Moh.Matsna dalam buku paketnya, diantara motivasi penyusunan kitab ini
adalah karena dia tidak merasa puas dengan kitab pedoman mencari ayat-ayat
AlQuar’an yang ada pada saat itu yaitu kitab ‚Nujûm Al-Furqan fi Athraf AlQur’an‛
karangan seorang orientalis Jerman yang bernama Plugal.
Kitab ini diawali dengan kata pendahuluan dari penyusun yang berisi metode
penyusun materi yang disusun seperti susunan kamus-kamus popular Artinya urutan

134 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kata dalam kitab disusun berdasarkan kata dasar diurut dari huruf pertama, kedua dan
ketiga. Sedangkan akar kata (entri) diambil dari dasar fi’il Madhi Tsulasi Mujarrad
yang ma’lum (pola aktif), kemudian diurutkan fi’il mudhari’, dan fi’il amrnya. Setelah
itu fi’il madhi atau mudhari’ yang majhul (pola pasif) dan kata-kata jadian berikut.
Di dalam pendahuluan pun dikemukakan beberapa kesalahan peletakan kata
dalam entri oleh pengarang kitab Nujum Al-Furqan. Isi kitab dituangkan dalam bab-
bab berdasarkan urutan abjad hijaiyah yaitu mulai dari ban L-Hamzah sampai dengan
bab Al-Ya. Kitab ini selesai ditulis oleh penyusunnya pada hari Ahad 11 Jumada Al-
Akhir 1358 H atau bertepatan dengan tanggal 8 agustus 1938 M. Kemudian dikoreksi
oleh Tim Khusus selesai hari Sabtu tanggal 4 Rabi’ul awwal 1364 H/17 Februari 1945
M. Akhirnya baru selesai cetakan pertama pada hari Rabu, 13 Jumadil awwal 1364
H/25 April 1945 M.
Cara menggunakan buku ini lebih mudah dan lebih praktis dibandingkan
dengan menggunakan kitab Fath al-Rahmân, karena buku ini tidak menggunakan
kode-kode huruf untuk menunjukkan pada nama surah. Si pencari kata atau ungkapan
Al-Qur’an, bisa langsung menyebut kata atau ungkapan apa yang akan dicari di surah
apa yang akan dicari di surah apa dan di ayat berapa? Umpamanya bila kita ingin
mengetahui ayat yang berbunyi ‫ُاُمه عباد هالعلماء‬ ‫ اوما يخش ى‬. Untuk mengetahui
‫هلل‬
dimana ayat ini berada, kita bisa mencarinya di empat tempat, yaitu di lafal (tapi
‫ُلال‬
cara ini agak lama, karena lafal Allah dalam Al-Qur’an bisa terulang 592 kali belum
lagi Allahu dan Allahi), kedua cari di lafal ‫ يخ ُْ شى‬, ketiga bisa dicari di lafal ‫عباد‬,
dan keempat bisa dicari dilafal ‫ ال عل ُم ُا‬. Tetapi tidak bisa dicari dilafal innama
‫ء‬
atau min karena keduanya bukan kata jadian. Jadi untuk mencari ayat itu ada di ayat
berapa dan surah apa, si pencari bisa menggunakan kata mana saa yang penting
musytaq ( kata yang mempunyai akar kata atau yang dapat ditashrîf).
Mari kita coba praktikkan dengan mencari lafal ‫ يخ ُْ شى‬, pertama kita harus
mengetahui bahwa lafal yakhsya adalah fi’il mudhari’ dan madhinya khasyiya, jadi
huruf awalnya adalah kha’ bukan ya’, maka kita buka Bab Al-Kha’, lalu kita telusuri
sampai ketemu akan kata khasyiya dan turunannya yakhsya. Disana akan kita temukan
tulisan: 35 َ‫شى هلالَ َم َن َعبا َد َه العل َماء‬
َ َ‫إَمنَ ا خي‬28ْْ ‫ك فاطر‬
Artinya ayat tadi berada di surah Fatir ayat 28. Ayat ini turun di Makkah
(tanda huruf ) dan nomor urut surah Fatir adalah 35 (angka di belakang).
Kedua, kita coba mencarinya dari lafal ‫ عباده‬, pertama kita buka Bab Al‘Ain
karena lafal tadi dimulai dengan huruf ‘ain. Setelah itu kita telusuri sampai ke akar
kata ‫ عبذ‬dan dicari kata jadiannya sampai ketemu lafal ‫ عباده‬, maka di sana kita
akan menemukan tulisan: 35 َ‫شى هلالَ َم ن َعبا َد َه العل َماء‬ َ َ‫إمنَا خي‬28‫ك فاطر‬
Ketiga, kita coba mencarinya di lafal ‫ العلماء‬. Pertama kita buka Bab Al‘Ain karena
lafal tadi dimulai dengan ‘Ain. Setelah itu kita telusuri sampai ke akar kata ‫ علم‬dan
dicari kata jadiannya sampai ketemu lafal ‫ العلماء‬, maka disana kita akan menemukan
tulisan: 35 َ‫إو ُُمُا ُ يخُشى هلالَ َم َن َعبا َد َه ال َعل َماء‬28‫ك فاطر‬
Dari kedua cara yang disebutkan terakhir maksudnya sama seperti mencari dari kata

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits135


‫ يخشى‬. Kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras ini sekarang lebih baik dan sangat memberi

136 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kemudahan kepada setiap yang mau mencari ayat atau surah dalam AlQur’an, karena
kata-kata asal (entri)nya ditulis dengan warna merah.
B. Cara Mencari Hadis Dalam Buku Induk
Pada Kegiatan Belajar ini anda diajak meningkatkan pelajaran anda tentang
mencari Hadis dalam buku induk Hadis yang disebut dengan Takhrij Hadis. Apa itu
Takhrij Hadis. Secara etimologi kata ‚Takhrîj‛ berarti menampakkan, mengeluarkan,
menerbitkan, meneyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya menampakkan
sesuatu yang tidak nampak atau sesuatu yang masih tersembunyi, atau tidak
kelihatan dan masih samar. Takhrij memerlukan tenaga dan pikiran seperti makna
kata istikhraj yang diartikan istinbâth yakni mengeluarkan hukum dari teks Hadis.
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang dikemukakan oleh para
ulama, ada beberapa arti yakni sebagai berikut :

‫ث إب َسنا‬َ ‫ف احلَ َدي‬


َ ‫ذ َك ر املَََؤ ََل‬
َ -1

‫َد َه يف كتاب َو‬


‚Penyebutan seorang penyusun bahwa Hadis itu dengan sanadnya terdapat dalam
kitabnya ».
‫َش َي‬ ‫ص‬
َ ‫ف‬َ ‫ب َما أب َسان َي َد ل ي لَت َقي‬
َ ‫ث‬َ ‫فأ‬ َ ‫إ ي را َد املََؤل‬
َ َ َ -2
‫َخ َو‬ َ
‫ل يف‬ ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ َ
‫ َم َع َم َؤل‬،‫َن فَ س َو‬ ‫ا‬ ‫ت‬‫ك‬ َ
‫َحا دي‬
‫أ َو‬
‫َم َن ف َوق َو‬
« Seorang penyusun mendatangkan beberapa Hadis dari sebuah kitab dengan
menyebutkan sanadnya sendiri, maka ia bertemu dengan penyusun asal pada
syeikhnya ( gurunya) atau orang di atasnya. »

seperti kitab : ‫ج أَب ع َوانةَ عَل َى ص َحي َح َم َسل َم‬


َ ‫َم َستَ َخ َر‬
Contohnya
Maksud ungkapan di atas Muslim menyebutkan Hadis-Hadis dengan
sanadnya dalam kitabnya, kemudian Abu `Uwanah datang mengeluarkan HadisHadis
tersebut dengan menggunakan sanadnya sendiri, Abu `Uwanah bertemu dengan
Muslim pada gurunya atau orang di atasnya sampai dengan sahabat.

‫ب املََو َج َو َد َة َ ي‬
‫َف َها َم َع ب اي‬ َ ‫ع َزَو األ َحا َدي‬
َ ‫ث اىل ال َكت‬ -3
‫َن احلَ َك َم عَل َي َها‬
ْْ ‚Menunjukkan asal beberapa Hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab Induk Hadis)
dengan menerangkan hukum/kualitasnya. »
Definisi pertama dilakukan oleh penyusunnya atau orang lain yang ingin
menyebutkan sumber pengambilan suatu Hadis, seperti di berbagai buku Hadis atau

syarahnya. Misalnya seseorang yang mengutip sebuah Hadis dari kitmengatakan pada

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits137


awal atau akhir penukilan : ‫ ِأخرجو البخاري‬Hadis di-takhrîjab al- Bukhari oleh al-

138 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Bukhari dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu Hadis dikatakan dengan
kata : ‫ رواهْ البخاري‬Hadis diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Definisi kedua sudah langka dilakukan orang pada era sekarang, karena
menyangkut keterbatasan dan kemampuan para ahli Hadis, di samping keterputusan
predikat sebagai periwayat Hadis. Kecuali jika dilakukan sesama Muhaddits atau
Thalib al-Hadîts dalam arti yang sederhana.
Sedangkan definisi ketiga masih terbuka lebar kesempatan bagi para peneliti
Hadis untuk mengadakan penelusuran dari sumber aslinya atau dari buku Induk
Hadis untuk diteliti sanad dan matan-nya sesuai dengan kaedah-kaedah Ilmu Hadis
Riwâyah dan Dirâyah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan yang
sama dengan peneliti lain tentang kualitas suatu Hadis. Buku Induk itu adakalanya
disebut Kutub Sittah (Buku 6) yakni al-Jami’ al-Shahih li alBukhari, al-Jami’ al-
Shahih li Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan alNasa’i, dan Sunan
Ibn Majah. Jika Kutub Sab’ah (Buku 7) di tambah satu yakni Musnad Ahmad dan jika
disebut al-Kutub al-Tis’ah (Buku 9) di tambah 2 buku, yakni Muwaththa’ dan
Mustadrak al-Hakim.
Berbicara tentang Takhrîj sebagaimana beberapa definisi di atas tentunya
sangat erat kaitannya dengan penelitian Hadis, baik penelitian awal maupun penelitian
lanjutan. Penelitian Hadis pada masa awal telah dilakukan oleh para ulama salaf yang
kemudian hasilnya telah dikodifikasikan dalam berbagai buku Hadis. Penyebutan
sekian banyak Hadis yang disertai sanadnya dan keterangan kualitasnya adalah
merupakan hasil penelitian ulama awal atau salaf. Kemudian ulama belakangan/khalaf
berkesempatan pula untuk mencari Hadis yang belum dikodifikasikan sebagai
pelengkap atau takhrîj/ meneliti kembali (back research) hasil takhrîj mereka atau
bagian-bagian yang belum selesai dianalisis mereka.

1. Tujuan mencari Hadis (Takhrîj)


Dalam melakukan Takhrîj tentunya ada tujuan yang ingin dicapai dan latar
belakang yang mendasari perlunya takhrij. Tujuan pokok dari Takhrîj yang ingin
dicapai seorang peneliti adalah :
a. Mengetahui eksistensi suatu Hadis apakah benar suatu Hadis yang ingin diteliti
terdapat dalam buku-buku Hadis atau tidak.
b. Mengetahui sumber otentik suatu Hadis dari buku Hadis apa saja didapatkan.
c. Mengetahui ada berapa tempat Hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di
dalam sebuah buku Hadis atau dalam beberapa buku induk Hadis.
d. Mengetahui kualitas Hadis makbul/diterima atau mardud/tertolak.
Sedang di antara latar belakang perlunya penelitian Hadis adalah sebagai berikut
:
a. Hadis sebagai sumber ajaran Islam
b. Tidak seluruh Hadis tertulis pada masa Nabi

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits139


c. Timbul berbagai pemalsuan Hadis
d. Proses penghimpunan Hadis dalam waktu lama
e. Jumlah kitab Hadis dan teknik penyusunan yang beragam
f. Banyak Hadis di berbagai buku termasuk dalam kitab-kitab kuning yang belum
jelas status kualitasnya dan tidak jelas perawi dan sanadnya
g. Terjadi periwayatan Hadis secara makna
2. Metode Takhrîj
Sebelum anda melakukan Takhrîj suatu Hadis, terlebih dahulu anda harus
mengetahui metode atau langkah-langkah dalam Takhrîj sehingga akan
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan Takhrij.
Karena banyaknya teknik dalam pengkodifikasian buku Hadis, maka sangat
diperlukan beberapa metode Takhrîj yang sesuai dengan teknik buku Hadis yang ingin
diteliti. Paling tidak ada 5 metode takhrij dalam arti penelusuran Hadis dari sumber
buku Hadis yaitu:

a. Takhrîj bi al-lafzhi (dengan kata)


Metode Takhrîj pertama ini penelusuran Hadis melalui kata/lafazh matan Hadis
baik pada permulaan, pertengahan, dan atau pada akhiran. Kamus yang diperlukan
metode takhrij ini salah satunya yang paling mudah adalah Kamus alMu`jam al-
Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck dan kawan-
kawannya sebanyak 8 jilid. Lafaz-lafaz Hadis yang dimuat dalam kitab al-Mu’jam ini
bereferensi pada kitab induk Hadis sebanya 9 kitab yaitu Shahîh alBukhârî : ‫ خ‬,
Shahîh Muslim : ‫ م‬, Sunan Abî Dawud : ‫د‬, Sunan a-Turmudzî : ‫ ت‬, Sunan al-
Nasâ’î : ‫ ْْن‬, Sunan Ibn Mâjah : ‫جو‬, Sunan al-Dârimî : ‫ دى‬,
Muwatha’ Mâlik : ‫ط‬, dan Musnad Ahmad : ‫حم‬
Contoh Hadis yang ingin di-takhrîj adalah :
‫َل ت َؤَمنوا حىت‬
‫َ حىت ت َؤَمنوا و ا‬
‫َال ت َد َخلو َن اجلَن ة‬
‫تَابوا‬
Pada penggalan teks di atas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang
digaris bawahi. Andaikata dari kata ‫ْوا‬ dapat dilihat bab ‫ ح‬dalam kitab
‫ت ْْاب‬
ْ ْْ ‫ب‬ ْ
ْ ‫ ْ ْحب‬. Setelah ditelusuri kata tersebut
alMu’jam karena kata itu berasal dari kata
dapat ditemukan di al-Mu’jam juz 1 h. 408 dengan bunyi : ‫م اميان‬93 ‫ د أدب‬،131 ،
‫ت صفة القيامة‬54 ‫ استئذان‬،1 ‫ جو مقدمة‬،9 ‫ أدب‬،11 ‫حم‬،1، ... ،165
Maksud ungkapan di atas adalah :
93 ‫ْم اميا ْن‬ = Shahih Muslim kitab iman nomor urut Hadis 93
a.

ْ ‫ = د أد‬Sunan Abi Dawud kitab al-Adab nomor urut bab 131


b. 131 ‫ب‬

140 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


c. 1 ‫ت صف ْة القيام ْة‬
ْ 54‫ استئذا ْن ْْاستئذا ْن‬، = Sunan al-Turmudzî kitab Shifat al-

Qiyamah nomor urut bab 54 dan kitab isti’dzân nomor urut bab 1
d. 11 ‫جو مقذمة‬9‫ أدب‬، = Sunan Ibn Majah kitab Mukaddimah nomor urut bab 9
dan kitab al-Adab nomor urut bab 11
e. ،165 ‫حم‬1ْْ ،ْ = Musnad Imam Ahmad bin Hanbal juz 1 h. 165
Pengertian nomor-nomor dalam al-Mu’jam secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahîh alBukhârî
Sunan Abî Dawud, Sunan a-Turmudzî, Sunan al-Nasâ’î,
Sunan Ibn Mâjah dan Sunan al-Dârimî menmunjukkan angka bab
bukan angka Hadis.
2) Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahîh Muslim
dan Muwatha’ Mâlik menunjukkan angka urut Hadis bukan angka bab
3) Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih besar
menunjukkan angka juz kitab dan angka sessudahnya atau angka yang
biasa menunjukkan halaman. Hadis Musnad Ahmad yang berada di
dalam kotak bukan yang di pinggir atau di luar kotak.

b. Takhrîj bi al-Mawdhû` (dengan tema)


Arti Takhrîj kedua ini adalah penelusuran Hadis yang didasarkan pada topik
(mawdhû`), misalnya bab al-Khâtam, al-Khâdim, al-Ghusl, al-Dhahiyah dan lain-
lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadis kemudian
ditelusuri melalui Kamus Hadis Tematik. Salah satu kamus Hadis yang tematik
adalah Miftâh min Kunûz al-Sunnah oleh Dr. Fuad Abd al-Bâqî, terjemahan dari
aslinya berbahasa Inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensink
pula. Dalam Kamus Hadis ini dikemukakan berbagai topik baik berkenaan dengan
petunjuk-petunjuk Rasul maupun berkaitan dengan nama. Untuk setiap topik biasanya
disertakan subtopik dan untuk setiap subtopik dikemukakan data Hadis dan kitab
yang menjelaskannya.
Kitab-kitab yang menjadi referensi Kamus Miftâh tersebut sebanyak 14 kitab
lebih banyak dari pada Takhrîj bi al-Lafzi di atas yaitu 9 kitab sebagaimana di atas
ditambah 5 kitab lain, yakni ; . MusnadAbî Dawud al-Thayâlisî : ‫ط‬, Musnad
Zayd bin `Alî : ‫ز‬, Sirah ibn Hisyâm : ‫ىش‬, Maghâzî al-Wâqidî :ْْ ‫ ْْقد‬dan
Thabaqât Ibn Sadin :‫ْْ ْْ ْْعد‬
Misalnya kita ingin takhrîj Hadis : ‫صالْةْ ُْْ اللي‬
ْ
ْْ ْْ ‫مث ْن‬ ْْ ْْ ‫ْل‬
ْْْ ْْ ‫مث ْن‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits141


Hadis tersebut temanya shalat malam (shalat al-layl). Dalam Kamus Miftâh
dicarai pada bab al-Layl tentang shalat malam yaitu di halaman 430.

c. Takhrîj bi Awwal al-Matan (dengan Permulaan Matan)


Takhrîj menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal suatu
matan dimulai dengan huruf mim maka dicari pada bab mim, jika diawali dengan
huruf ba maka dicari pada bab ba dan seterusnya. Takhrij sepert ini di antaranya
dengan menggunakan kitab al-Jâmi` al-Shaghîr atau al-Jâmi` al-Kabîr karangan al-
Suyuthî (w. 911 H) dan Mu`jam Jâmi` al-Ushûl fî Ahâdîts al-Rasûl, karya Ibn al-
Atsîr.
Misalnya kita ingin mencari Hadis yang popular di tengah-tengah santri dan
mahasiswa :

َ ‫ب العَ َل َم فري‬
‫ضةَ َعلى َك َ’ل م‬ َ ‫َل‬
‫ط‬
‫َسل َم‬
Coba anda buka kitab al-Jâmi` al-Shaghîr bab ْْ pasti anda temukan pada juz
‫ ْط‬2 h. 54

d. Takhrîj bi al-Râwî al-A`lâ (melalui sanad pertama)


Takhrîj ini menelusuri Hadis melalui sanad yang pertama atau yang paling atas
yakni para sahabat ( muttashil isnad) atau tabi’in ( dalam Hadis mursal). Berarti
peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya di kalangan sahabat atau
tabi’in, baru dicari dalam buku Hadis Musnad atau Athrâf. Di antara Kitab yang
digunakan dalam metode ini adalah kitab Musnad atau al-Athrâf. Seperti Musnad
Ahmad bin Hanbal, Tuhfat al-Asyrâf bi Ma’rifat al-Athrâf karya al-Mizzî dan
lainlain. Kitab Musnad adalah pengkodifikasian Hadis yang sistematikanya
didasarkan pada nama-nama sahabat, atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan
sifat tertentu. Sedangkan Athraf adalah kitab Hadis yang menghimpun beberapa
Hadisnya para sahabat atau tabi'in sesuai dengan urutan alphabet Arab dengan
menyebutkan sebagian dari lafaz Hadis.
Coba anda takhrij Hadis berikut :
‫ك قا َل أ َم َر ب َال َل أ َن ي َش َف َع ا َألذا َن َو‬
َ ‫َع َن أنس ب َن َمال‬
َ‫ََيوت َر ا َل ََإقا َمة‬
Sahabat periwayat adalah Anas bin Malik, nama Anas itulah yang dilihat pada daftar
isi pada awal kitab Musnad, tentu anda dapatkan adanya pada Juz 3 h. 98. Carai
satu persatu Hadis yang ingin dicari sampai ditemukan, maka ditemukan pada h.
103. Mudahkan !

e. Takhrîj bi al-Shifah (dengan sifat atau status)


Terlebi1h dahulu anda mengetahui status suatu Hadis misalnya Mawdhû’, atau
Shahih, Qudsî, Mursal, Masyhur, Mutawâtir dan lain-lian. Anda dapat takhrij melalui
kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut. Misalnya Hadis mawdhû’

142 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


akan lebih mudah ditakhrîj melalui buku-buku himpunan Hadis Mawdhû` seperti

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits143


kitab al-Mawdhû`ât karya Ibn al-Jawzî, mencari Hadis mutawâtir takhrîjlah melalui
kitab al-Azhâr al-Mutanâtsirah `an al-Akhbâr al-Muawâtirah, karya alSuyûthî, dan
lain-lain. Di sana anda akan mendapatkan informasi tentang kedudukan suatu Hadis,
kualitasnya, sifat-sifatnya dan lain-lain terutama dapat dilengkapi dengan kitab-kitab
syarahnya.

4. Langkah-Langkah dalam Takhrij


Ada 6 langkah dalam takhrij Hadis, yaitu sebagai brikut :
a. Penelusuran suatu hadits ke berbagai buku induk hadits
b. Menghimpun hadits dari buku-buku tersebut dengan sanad lengkap
c. Analisis sanad
d. Analisis matan
e. Kesmipulan
Sebagaimana dalam penelitian ilmiah tahapan-tahapan yang dilakukan ada tiga
langkah yakni pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data. Dalam Takhrij
juga demikian, Penelusuran dan penghimpunan data Hadis ke beberapa buku induk
dimaksudkan pengumpulan data. Membuat skema sanad dimaksudkan pengolahan
data, sedangkan analisa sanad dan matan dimaksudkan analisa data. Baiklah untuk
memudahkan langkah pertama, penelusuran Hadis ke berbagai buku induk dapat
menggnakan salah satu metode tersebut di atas atau menggunakan CDR Kutub
Sab’ah atau Alfiyat al-Sunah.
Setelah Hadis yang ditelusuri dan dapat ditemukan dalam buku-buku induk tersebut
langkah kedua, penghimpunan Hadis dari berbagai buku induk tersebut kemudian
dibuatkan skema sanad untuk memudahkan analisa berikutnya. Misalnya seperti
contoh Hadis yang ditemukan sebagai berikut :

َ ‫س ََد َد ح ََدثناَ َم َعت َم َر قا َل َََس َع‬


‫ت أن‬ َ ‫" ماَ ََ أ َخر َج َو الب َخارى قا َل ح‬
َ ‫ث ان َم‬
‫س ب َن‬ : ‫ت َ أىب قا َل‬َ ‫ ََس َع‬: ‫ََد‬
‫ " الله ََم إىن أع َوذَ ب‬: ‫ب صلى هلال عليو وسلم يقو َل‬
َ ‫ َكا َن الن‬: ‫ قا َل‬-‫رضى هلال عنو‬- ‫َمالك‬
‫ك َم َن ال َع َج َز‬َ
…. ‫َوالَكس َل‬

Skema sanad dapat dibuat sebagai berikut :


‫النيب صلى هلال‬
‫عليو وسلم‬

144 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫أنس بن مالك‬
‫أب‬
‫معتمر‬
‫مسدد‬

‫البخاري‬

Langkah berikutnya no. 4 dan 5 analisis sanad dan matan Hadis dengan
memberikan kritik baik internal (matan) dan eksternal (sanad).. Yaitu
menjawab 5 pertanyaan sebagai standar kriteria kualitas Hadis:
a. Apakah sanad Hadis tersebut muttashil (bersambung sanadnya) ?
b. Apakah semua perawi dalam Sanad Hadis adil ?
c. Apakah semua perawi dalam sanad Hadis dhabit (kuat daya ingatnya) ?
d. Apakah sanad dan matan Hadis terdapat keganjilan (syadz) ?
e. Apakah sanad dan matan Hadis terdapat illat (cacat tersembunyi) ? (Lihat
keriteria Hadis Shahih pada Modul 3)
Untuk menjawab pertanyaan no. 1 sanadnya muttashil apakah tidak ada dua
cara ;
Pertama, memaknai lamabang-lambang periwayatan sebagaiman yang telah
diterangkan dalam sub pokok bahasan di atas tentang istilah-istilah dalam
periwayatan. Misalnya lambang haddatsana/ni, akhbarana/ni ; menunjukkan bertemu
langsung antara penyampai periwayatan dan penerimanya.
Kedua, dengan membaca biografinya apakah ada kemungkian bertemu dalam
suatu periwayatan antara kedua belah pihak dengan membaca buku-buku tentang
biografi para perawi. Ilmu yang mempelajari biografi ini disebut Ilmu Tawarikh al-
Ruwah di antara bukunya ; Tahdzîb al-Kamâl, karangan Jmaluddin bin Yusuf al-
Mizzî ( w. 742 H) dan Tahdzîb al-Tahdzîb, ditulis oleh Ibn Hajar al`Asqalanî (773 –
852 H)
Untuk menjawab pertanyaan ke 2 dan 3 yakni adil dhabithkah para perawi Hadis
dalam suatu sanad, mempelajari Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil yang menjelaskan sipa
perawi yang adil dhabith dan yang tidak. Di anatara bukunya ; al-Jarh wa alTa`dîl,
tulisan Ibn Abi Hatim al-Razî (w. 327 H), al-Târîkh al-Kabîr, karangan alBukhârî,
al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, karangan `Abdul Ghanî al-Maqdisî dan lainlain.
Untuk menjawab pertanyaan ke 4 dan 5 dengan mengadakan komparasi (studi
banding) antara beberapa sanad dalam suatu Hadis atau antara beberapa matan dalam
suatu Hadis. Di sana akan ditemukan keganjilan-keganjilan (syadz) dan cacat yang
tersembunyi (illat). Keganjilan terjadi ketika periwayatan orang tsiqah (kredibel
dalam keadilan dan kedhabitan) berlawanan atau terjadi benturanbenturan dengan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits145


periwayatan orang yang lebih tsiqah. Illat terjadi ketika secara normative tidak sesuai
dengan kaedah Ulumul Hadis atau bertentangan dengan dalil yang lebih kuat seperti
al-Qur’an, Hadis mutawatir dan logika. Sebagai buku bantu dapat ditelaah Kitab al-
`Ilal, karya Ibn al-Madinî, `Ilal al-Hadîts, karya Ibn Abi Hatim dan al-`Ilal wa
Ma`rifah al-Rijâl, karya Ahmad bin Hanbal
Dari analisis data Hadis di atas diambil kesimpulan, marfu’, mauquf, atau
maqthu’kah Hadis yang ditakhrij? Dari segi kualitasnya; shahih, hasan atau dhaifkah
Hadis yang ditajhrij? Dalam menjelaskan analisa dan kesimpulan analisa pada data
Hadis diatas sudah dijelaskan pada kegiatan belajar 2 contoh Hadis Shahih.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda, silahkan
anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Sebutkan kitab/kamus apa saja yang engkau ketahui untuk mencari ayat
alQur’an dan Hadis Nabi.
2. Bagaimana cara mencari ayat dalam al-Qur’an menggunakan kamus Fath al-
Rahman?
3. Pencarian Hadis ke dalam buku induk Hadis sering disebut Takhrij, jelaaskan
pengertiannya.
4. Sebutkan 5 metode takhrij.
5. Jelaskan tujuan takhrij.

Kunci Jawaban Latihan


1. Kitab/kamus untukmencari ayat-ayat al-Qur’an adalah :
a. Fath al-Rahman karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-Hasaniy
alMaqdisî.
b.al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm karangan Muhammad
Fuad Abd al-Bâqy. Sedang Kamus untuk mencari Hadis adalah al-Mu`jam al-
Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck dan
kawan-kawannya.
2. Mencari ayat dengan menggunakan kitab Fath al-Rahman. Pertama, harus
ingat sebagian lafal ayatnya. Kedua, ambil salah satu kata yang mempunyai
akar kata jadian atau yang dapat di-tashrîf ( musytaq ) lihat awal hurufnya.
Ketiga, telusuri di kamus bab huruf tersebut pasti akan ketemu surah apa dan
ayat berapa.
3. Takhrij dalam bahasa adalah menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan,
meneyebutkan dan menumbuhkan. Dalam isatilah pengertian Takhrij banyak
di antaranya, menunjukkan asal-usul beberapa Hadis pada beberapa kitab yang
ada (kitab Induk Hadis) dengan menerangkan kualitasnya.
4. Lima metode takhrij, yaitu : talkhrij dengan lafal (bi al-lafzhi), takhrij dengan
tema (bi al-maudhû’), takhrij dengan permulaan matan (bi Awwal alMatn),

146 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


takhrij dengan sanad pertama (bi al-Rawi al-A’la) dan Takhrij dengan sifat
tertentu (bi al-Sifat).
5. Tujuan takhrij adalah :
a. Mengetahui eksistensi suatu Hadis
b. Mengetahui sumber otentik suatu Hadis dari buku Hadis apa saja
didapatkan.
c. Mengetahui ada berapa tempat Hadis tersebut dengan sanad .
d. Mengetahui kualitas Hadis makbul/diterima atau mardud/tertolak.

Rangkuman
Ada dua kamus yang diadikan mencari ayat dalam al-Qur’an dalam surah apa dan
ayat berapa yaitu Fath al-Rahman karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-
Hasaniy al-Maqdisî. Dan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an alKarîm
karangan M Fuad Abd al-Baqî. Cara menggunakannya dengan mengambil satu kata
jadian/kata dasar yang musytaq atau yang dapat ditashrif dari ayat yang ingin dicari
kemudian ditelusuri ke dalam buku tersebut. Buklu kedua al-Mu’jam lebih mudah
karena di dalamnya tidak menggunakan simbul/rumus seperti dalam kiotab pertama.
Dalam penelusuran Hadis disebut takhrij. Ada beberapa pengertian takhrij, namun
yang masih dapat dilakukan sampai sekarang adalah penelusuran Hadis di berbagai
buku induk melalui metode tertentu untuk dianalisa kualitas. Ada 5 metode Takhrij
yaitu ; Takhrij dengan lafaz (bi al-Lafdzi), Takhrij dengan tema (bi al-Maudhu’),
Takhrij dengan permulaan matan (bi Awwal al-Matn), Takhrij dengan sanad pertama
(bi al-Rawi al-A’la) dan Takhrij dengan sifat tertentu (bi al-Sifat).
Ada beberapa langkah dalam Takhrij :
a. Penelusuran suatu hadits ke berbagai buku induk hadits
b. Menghimpun hadits dari buku-buku tersebut dengan sanad lengkap
c. Analisis sanad
d. Analisis matan
e. Kesmipulan
Analisa keshahihan Hadis menggunakan standar keiteria Hadis Shahih yakni
muttashil sanad, adil dan dhabith para perawinya, tidak ada syadz dan illat.

Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut anda paling
benar !

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits147


1. Pencarian ayat dalam al-Qur’an akan mudah jika menggunakan kamus
alQur’an di antaranya yang ditulis oleh al-Hasaniy al-Maqdisî adalah kitab :
a. Fath al-Rahman
b. Abd al-Rahman
c. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm
d. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadits al-Nabawi
2. Pada umumnya kata yang mudah digunakan untuk mencari ayat dalam kamus
tersebut adalah :
a. Kata dasar/jadian (musytaq) c. Kata kerja
b. Kata huruf d. Kata benda
3. Takhrij berarti penelusuran sebuah hadis ke barbagai buku induk. Buku Induk
Enam (Kutub Sittah), kecuali :
a. Shahih Bukhari Muslim c. Sunan Abu Daud dan al-Turmudzi
b. Sunan Nasai dan Ibn Majah d. Musnad Ahmad dan Muwaththa’
4. Metode Takhrij yang menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz
alHadits al-Nabawi disebut Takhrij :
a. Bi al-Lafzdzi c. bi al-Maudhu’
b. Bi Awal al-Matan d. bi al-Shifat
5. Metode Takhrij bi al-Maudhu’ menggunakan kitab :
a. Al-Jami’ al-Shaghir c. Miftah min Kunuz Sunah
b. Al-Mu’jam al-Mufahras…. d. Musnad Ahmad
6. Langkah-langkah dalam Takhrij adalah :
a. Analisa Sanad c. Penelusuran Hadis ke berbagai buku induk
b. Analisa matan d. Semua benar
7. Analisa Syadz dan illat terdapat pada :
a. Sanad dan matan c. Sanad saja
b. Matan saja d. Tidak semua
8. Untuk mengetahui sanad muttashil apa tidak, hendaknya membaca buku :
a. Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil c. Ilmu Tawarikh al-Ruwah
b. Kitab ‘Ilal d. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits
9. Analisa syadz dan ‘illat pada sanad dan matan menggunakan metode :
a. Normatif c. Komparasi
b. Sejarah d. Korelasional
10. Untuk mengetahui sifat perawi adil dhabith apa tidak dapat diketahui
membaca buku selain :

148 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. al-Jarh wa al-Ta`dîl, karya Ibn Abi Hatim al-Razî (w. 327 H),
b. al-Târîkh al-Kabîr, karangan al-Bukhârî,
c. al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, karya `Abdul Ghanî al-Maqdisî
d. Ilal al-Hadîts, karya Ibn Abi Hatim Kunci Jawaban :
1. a 6. d
2. a 7. a
3. d 8. c
4. a 9. c
5. c 10. d

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 3 yang terdapat pada
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan anda terhadap materi
kegiatan belajar 3.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 4. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih di
bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar 3, terutama bagian yang belum
anda kuasai.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits149


KEGIATAN BELAJAR 4 KAJIAN AYAT AL-QUR’AN DAN
HADIS

Pengantar
Secara garis besar materi al-Qur’an Hadis yang diajarkan di Madrasah Aliyah
adalah ayat-ayat atau Hadis tentang sikap atau kepribadian yang harus dimiliki
seorang muslim baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar.
Kepribadian muslim yang diajarkan antara lain: ikhlas, syukur nikmat, sabar terhadap
cobaan, kompetisi dalam kebaikan, berlaku adil dan jujur, hidup sederhana, cinta ilmu
pengetahuan, makan yang halal dan baik dan etos kerja. Sedangkan sikap terhadap
lingkungan sekitar yang diajarkan adalah seperti: menjaga kelestarian lingkungan,
amar makruf nahi munkar, berdakwah baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat, toleransi dan adab bergaul.
Dalam KB 2 ini akan lebih difokuskan pada metode pengkajiannya bukan
pada materi kajian. Materi kajian hanya dipaparkan satu tema dari materi Madrasah
Aliyah yakni syukur nikmat sebagai suatu contoh kajian yang diharapkan karena
keterbatasan penulisan modul ini. Karakteristik muslim lain tentunya mengikuti cara-
cara pengkajian contoh yang ada baik dalam pengkajian maupun dalam
pembelajarannya..

A. Metode Pengkajian
Metode penyajian al-Qur’an dan Hadis yang digunakan oleh pakar ahli Tafsir
atau Hadis pada umumnya menggunakan dua metode yanitu metode tahlîlî dan
metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah metode terurai sesuai dengan urutan ayat

150 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


demi ayat atau urutan surah demi surah ) sedangkan penyajian Hadis menggunakan
metode maudhu’î adalah metode tematik yakni pembahasan difokuskan pada tema
tertentu yang yang ingin dibahas tidak bergantung pada urutan ayat atau surah.
Kedua pendekatan metode ini memang paling popular di kalangan para pakar
Tafsir. Metode tahlîlî atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagaimana yang
dikutip oleh M Quraysh Shihab sebagai metode ta’jîzî adalah satu metode tafsir yang
yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat alQur’an dari berbagai
seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana yang
tercantum dalam mushaf. Sedangkan tafsir Maudhu’î adalah mufassirnya berupaya
menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai surah dan ayat yang berkaitan dengan
persoalan atau topic yang ditentukan sebelumnya.
Kemudian mufassir membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pemikir al-Jazair kontemporer, Malik bin Nabi, menilai bahwa upaya para
ulama menafsirkan al-Qur’an dengan metode Tahlîlî itu, tidak lain kecuali dalam
rangka upaya mereka dalam meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahamn akan
kemu’jizatan al-Qur’an. Terlepas dari benar atau tidaknya pemikiran ini tentunya
kemu’jizatan al-Qur’an tidak ditujukan kepada umat Islam. Hal ini dapat dibuktikan
dengan memperhatikan rumusan definisi mu’jizat dimana terkandung di dalamnya
unsur tahaddî (tantangan), seorang muslim tidak perlu ditantang karena dengan
keislamannya ia telah menerima.
Terlepas dari keberhasilan metode tahlîlî atau tidak, yang jelas untuk
masyarakat muslim sekarang ini belum merupakan persoalan yang mendesak.
Penafsir yang menggunakan metode ini tidak jarang hanya berusaha menemukan dalil
atau lebih tepat dalih pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat al-Qur’an. Selain
itu terasa sekali bahwa metode ini tidak mampu memberi jawaban tuntas terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi sekaligus tidak banyak memberi pagar-pagar
metodologis yang dapat mengurangi subyektifitas mufassirnya. Kelemahan lain
metode Tafsir tahlîlî sifat penafsirannya terlalu teoritis tidak sepenuhnya mengacu
kepada penafsiran persoalan-persoalan khusus yang mereka alami dalam masyarakat.
Oleh karena itu kajian-kajian kontemporer lebih cenderung menggunakan metode
mawdhu’î tidak menggunakan metode tahlîlî. Beberapa keistimewaan metode
maudhu’î, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menafsirkan ayat dengan ayat atau Hadis dengan Hadis atau silang satu cara
yang terbaik dalam menafsirkan al-Qur’an
b. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami
c. Dapat dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Qur’an atau Hadis bukan
bersifat teoritis semata-mata dan atau tidak dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.
d. Siswa lebih aktif dalam pengkajian secara sistematik.
Sayogyanya bentuk penyajian al-Qur’an seirama dengan Hadis yakni secara
tematik (mawdhû’î) dalam hal pemahaman arti atau kandungannya serta

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits151


penerapannya akan lebih baik, lebih memudahkan dan lebih memotivasikan pengkaji
untuk mendsalami.
Sistematika penyajian dan pembelajaran metode maudhu’î setelah ditentukan
temanya adalah sebagai berikut :
1. Teks ayat atau Hadits yang berkaitan dengan tema
2. Kosa kata (mufradât), agar siswa mampu menerjemahkan sendiri
3. Terjemahan yang baik
4. Penjelasan atau penafsiran kandungan
5. Pelajaran yang dipetik dari kandungan (kesimpulan)
6. Asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wureûd al-Hadis jika didapatka
7. Biografi singkat tentang sahabat yang meriwayatkan Hadis
Teks ayat atau Hadits hendaknya benar, berharakat, lurus garis dan indah, agar
siswa terbiasa menulis yang benar dan indah. Siswa sering ditugasi menulis yang
benar dan indah agar rajin berlatih, karena masih sering ditemukan seorang mahasiswa
di Perguruan Tinggi Islam yang masih belum bisa menulis huruf alQur’an bahkan ada
guru agama yang belum pandai menulis huruf al-Qur’an.
Kosa kata dimaksudkan arti kata yang dianggap sulit oleh siswa tentunya tidak
seluruhnya dan tujuannya sebagai pembekalan kepada siswa agar mampu
menerjemahkan teks tersebut secara mandiri dengan dibantu kosa kata ini. Di samping
itu siswa diharapkan mampu mengartikan kata demi kata dalam teks, tidak hanya
mampu menerjemahkan secara hapalan belaka. Oleh karena siswa perlu digirng
bertanya andaikata masih didapatkan kosa kata yang belum dimengerti artinya.
Terjemahan atau alih bahasa dapat dilakukan dengan mudah jika arti kosa kata
dalam teks sudah dikuasai, di samping adanya kemampuan menyusun bahasa
Indonesia dengan kalimat yang benar dan baik. Sususnan bahasa Arab berbeda
dengan susunan bahasa Indonesia, siswa harus diajak berkemampuan
membedakannya. Dalam Jumlah fi’liyah susunan kalimatnya Prediket + Subyek +
Obyek sedang dalam bahasa Indonesia susuna ini tidak populer. Susunan kalimat
yang populer adalah SPO.
Penjelasan kandungan adalah uraian secara rinci dari makna ayat atau matan
Hadits yang masih gelobal terjemahannya. Uraian ini dimaksudkan memperjelas
makna matan atau ayat dengan menghubungkan dengan kehidupan nyata yang dialami
siswa atau dihubungkan dengan pengalaman, pengetahuan dunia nyata, kisah-kisah,
dan perkembangan iptek dengan diberikan contoh-contoh yang kongkrit. Penjelasan
hendaknya lebih luas, lebih dalam dan lebih terurai dilengkapi dengan latar belakang
turunnya ayat atau surah (Asbâb al-Nuzûl) atau latar belakang datangnya Hadits
(Asbâb wurûd al-hadîts) jika didapatkan dan sejarah sebagian pembawa atau
periwayat Hadits jika memungkinkan.
Pelajaran yang dipetik dengan menggali dari kandungan teks sehingga teks ayat
atau matan Hadis itu dapat dijadikan sebagai dalil atau dasar dalam penggalian
tersebut (istinbath). Pelajan yang dipetik ini semacam penyimpulan induktif tetapi
tendensius, karena harus didasarkan pada teks.

152 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wurûd al-Hadis yang dapat ditemukan dalam
periwayatan karena tidak seluruh ayat didapatkan pada seluruh ayat atau seluruh
Hadis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dalam memahami ayat atau hadis secara
kontekstual. Sedang biografi sahabat yang meriwayatkan hadis dimaksudkan untuk
menambah wawasan tentang kehidupan periwayat dan kontribusinya terhadap
perkembangan Hadis. Berbagai tema yang dipaparkan dalam silabus MA di atas
tidak mungkin dipaparkan seluruhnya dalam KB ini, akan tetapi hanya sebagian saja
sebagai contoh penyajian materi al-Qur’an Hadis untuk dikembangkan lebih lanjut.

B. Syukur Nikmat
1. berbagai nikmat Allah
Berbagai nikmat yang Allah berikan kepada manusia yang disebutkan dalam QS al-
Zukhruf/43 :9-13 mulai dari bumi dan segala sarana di atasnya, hujan yang turun dari
langit dan menumbuh suburkan bumi, ciptaan alam yang berpasang-pasangan,
kendaraan dan lain-lain. a. Teks ayat

‫( ال‬9) ‫ت َه َم َم َن خ ََل َوا َألرض يل ق َول َخل َق َه ََن ال َعزي َز ال َعلي َم‬ َ ‫َولئ َن َسأل‬
‫َذي ج َع َل ل َك َم‬ ‫ََن‬ َ ‫س ما وا‬
‫ت‬ َ َ ََ ‫َق ال‬
ََ ‫( َوالذي َن ز َل َم َن ال‬10) ‫ت َهت َدو َن‬
‫س‬ َ ‫ا َألرض َم َه َدا َو َج َع َل ل َك َم في َهاسب َال ل‬
َ ‫َما َء ََ َماءَ ب َق َدر فأن‬
‫ش َران‬ ‫َل َك َم‬ ‫ع‬
‫ج َكل َها َو َجعَ َل ل َك َم‬ َ ‫( والذ َي خل َق ا َألزَوا‬11) ََ ‫ك ختَر َجو َن‬ َ ‫بو ب لَ َد َة َميَتا َك َذل‬
‫َم َن ال َفلَك َوا َأل َن عام َما‬
‫َت‬
‫ت َو َي َ م‬ َ ‫ت َووا عَلى ظ َهورَه مثََ تذ َكروا ن َع َمةَ رب َك َم إذا ا َس‬ َ ‫( لت َس‬12) ‫ت رَكبو َن‬ َ
‫ت قَولوا س َب َحا َن‬ َ ‫عَل َيو َو‬
‫الََ َذي س خ َر لنا ىَ َذا َوَما‬
(13 – 9 :‫( )الزخرف‬13) ‫ي‬ َ َ‫َك ان ل َو َم َقرن‬
َ

b. Terjemah
9. Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". 10. Yang menjadikan bumi untuk
kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk
kamu supaya kamu mendapat petunjuk.11. Dan yang menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).12. Dan yang
menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan
binatang ternak yang kamu tunggangi.13. Supaya kamu duduk di atas
punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk
di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah
menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits153


menguasainya,

d. Penjelasan

154 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Pada ayat 9 Allah menjelaskan bahwa mereka orang-orang musyrik ketika ditanya
tentang siapa pencipta langit dan bumi ? Mereka menjawab ; yaitu Tuhan yang Maha
Perkasa dan Maha Mengetahui yakni Allah swt. Tetapi mereka tidak mau
menyembah-Nya, malah mereka menyembah selain Allah seperti patungpatung,
berhala, manusia dan lain-lain. Pada ayat ini berkaitan dengan peristiwa umat Nabi
Nuh bangsa Armenia yang terkenal bringas dan melawan Nabinya.. Ketika ditanya
mereka mengakui bahwa tidak ada yang menciptakan langit bumi selain Allah.
Namun, mereka tetap saja menyembah patung-patung dan berhala karena sudah
tenggelam dalam kekafiran. Sekalipun Nuh sudah berdakwah meluruskan
penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan, tetapi mereka tetap bersikeras
dalam kesesatannya.
Pada ayat berikutnya nomor 10 Allah menjelaskan berbagai kenikmatan yang
diberikan kepada mereka di antaranya bumi yang terhampar, matahari, langit,
bintang, air, hewan dan nikmat lain yang tak terhingga. Semua itu diciptakan oleh
Allah, kemudian dengan nikmat yang melimpah itu Allah memberikan petunjuk
kepada hamba-hamba-Nya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa berbagai nikmat
yang diberikan kepada manusia hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk
memperoleh petunjuk yaitu jalan yang lurus sebagaimana yang diungkap pada akhir
ayat tersebut ‚supaya kamu mendapat petunjuk‛. Sebagaimana Nabi Nuh
mengambil petunjuk berbagai kenikmatan yang terhampar ini. Beliau menanam benih
pohon yang kelak tumbuh menjadi besar dan dibuat perahu untuk mrnerlamatkan
umatnya yang beriman ketika ada gelombang banjir datang.
Pada ayat 11 menginformasikan tentang turunnya nikmat hujan yang turun dari langit.
Dialah yang menurunkannya untuk manusia. Dengan hujan ini daerahdaerah yang
gersang tanpa pepohonan dan tetumbuhan menjadi subur. Dengan hujan inilah kebon-
kebon menjadi rindang dan menghijau, pemandangan menjadi indah dan megah,
dapat menghasilakan berbagai bunga, sayur-sayuran, buahbuahan dan makanan. Sisi
lain ketika perahu Nabi Nuh telah selesai dibuat datanglah hujan yang begitu besar
dan datanglah banjir bandang yang menyapu seluruh daratan Armenia bersama para
penduduknya. Namun umat Nabi Nuh yang beriman dapat berlindung bersamanya di
dalam perahunya.
Pada akhir ayat disebutkan ‚seperti Itulah kamu akan dikeluarkan‛ menjadi
pelajaran bahwa manusia nanti akan dikeluarkan dari kuburnya bagaikan tanah
mati/gersang yang kemudian dapat menumbuhkan tetumbuhan setelah ada hujan
turun. Maknanya besuk hari kiamat segala nikamat yang diperoleh manusia itu akan
dimintai pertanggung jawaban.
Pada ayat 12 dan 13 Allah menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala isi
alam ini berpasang-pasangan yang berpasang-pasangan ada siang dan ada malam,
kecil dan besar, kebaikan dan keburukan, laki-laki dan perempuan, negatif dan positif
dan lain-lain. Demikian juga Allah menciptakan nikmat kendaraan baik kendaraan di
laut sepert perahu, kapal dan lain-lain. Atau kendaraan di daratan seperti binatang,
mobil, kereta api, motor, sepeda dan lain-lain. Semua itu agar manusia dapat
mengambil manfaat dan bersyukur kepada nikmat Allah yang telah diberikan itu
dengan mengagungkan dan mensucikan-Nya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits155


Sebagaimana kisah Nabu Nuh di atas setelah mereka pengikut Nabi Nuh
masuk ke dalam perahu penyelamat termasuk harta benda dan binatang ternaknya,
mereka diselamatkan Allah kemudian membangun kehidupan baru.

e. Pelajaran yang dipetik


Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas yaitu sebagai berikut
:
1) Orang musyrik mengakui pencipta langit bumi adalah Allah tetapi mereka
menyembah tuhan lain. Hal ini salah satu indiksi bagi seseorang yang tidak
bersyukur kepada Allah
2) Berbagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia seperti bumi dengan
segala sarana di atasnya, hujan yang dapat menyuburkannya, segala ciptaan
yang berpasang-pasangan dan kendaraan dengan segala bentuknya.
3) Segala nikmat tersebut hendaknya dijadikan jalan memperoleh petunjuk
Tuhan dan untuk mengingat nikmat Tuhan.

2. Implemmentasi Bersyukur
Kalau pada ayat-ayat sebelumnya menampakkan berbagai nikmat yang dinerikan
kepada manusia, berikut QS al-’Ankabuut/ 29 :17 menjelaskan bagaimana
implementasi bersykur terhadap nikmat tersebut.

Teks ayat

‫ت عب َدو َن َم َن ميَل َكو َن ل َك‬


َ ‫َو َن الل َو أ َواثان‬‫ت عب َدو َن َم َن د‬
َ ‫إمنَا‬
‫َم رزقا‬ ‫دَو َن الل َو ا‬
‫َل‬ ‫َوختَل َقو َن إف َكا إ ََن ال َذي َن‬
َ َ‫ت غوا َع َن َد الل َو ال ’َرز َق َوا َعب َدوه‬
:‫ت ر َجعون )العنكبوت‬ َ ‫ب‬
َ ‫فا‬
(17 ‫َوا َش َك َروا ل َو إل َي َو‬

Terjemahan
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan
sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan
dikembalikan.

Penjelasan
Pada Surah al-‘Ankabut/29 : 17 ini Allah menjelaskan bahwa berhala, patung atau
benda lain yang disembah selain Allah pasti sia-sia. Mereka tidak bisa berbuat apa-
apa kepada manusia terlebih memberi rizki untuk kehidupan mereka. Rizki hanyalah
karunia Allah. Oleh karena itu kita hendaknya menyembah dan bersyukur hanya
kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu benda.
Ayat di atas ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan bersyukur

156 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kepada Allah swt yang telah banyak meberikan kenikmatan dan rizki. Selanjutnya

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits157


perintah agar orang-orang mukmin pandai mensyukuri nikmat Allah. Sudah
selayaknya mereka taat atas segala ketentuan Allah jika mereka benar-benar berbakti
dan bersyukur kepada-Nya.
Ada beberapa cara bersyukur, sebagian ulama berpendapat bahwa syukur dilakukan
dengan 3 unshur secara integral, yaitu sebagai berikut :
1) Syukur dengan hati, yakni hati bergembira dan puas atas nikmat dari Allah
2) Syukur dengan lisan, mengakui anugrah dan memuji Pemberinya
3) Syukur dengan perbuatan, menggunakan anugrah sesuai dengan tujuan
pemberiannya.
Contoh seseorang yang bersyukur terhadap nikmat sehat. Seseorang itu merasa
gembira hatinya atas nikmat sehat dan mengakui bahwa sehat semata pemberian Allah
yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Lisannya memuiji kepada Pemberinya
yaitu Allah dengan banyak menyebut nama Allah yakmni berzikir, tasbih, tahmid dan
lain-lain. Lantas kesehatan itu digunakan untuk mengabdi kepadanya menjalankan
segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.
Demikian juga bersyukur dengan sesamanya beberapa unshur syukur di atas
dapat dijadikan sebagai kriteria yang membedakan antara bersyukur dan tidak
bersyukur yakni kufur yang menjadi lawan dari syukur, yaitu sebagai berikut :
1) Merasa gembira atas sesuatu pemberian atau pertolongan seseorang
2) Menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan atau sikap
3) Memelihara pemberian dengan sebaik-baiknya serta menggunakannya menurut
cara yang semestinya
4) Pembalasan dengan pemberian atau pertolongan dan atau pengabdian
Orang-orang yang beriman ketika mendapatkan kebahagiaan pasti bersyukur kepada
Allah. Mereka tidak lupa bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya adalah amanat
Allah dan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapanNya besuk hari kiamat.
Berbeda dengan pengakuan orang yang tidak beriman, kebahagiaan yang mereka
terima adalah hasil buah keringat mareka atau kepandaian dan kehebatan semata tidak
ada kaitannya dengan Allah dan segala yang dilakukannya sebatas keinginan dan
untuk memenuhi kebutuhan jasmani belaka.

d. Pelajaran yang Dipetik


1) Hakekat pemberi rizki hanyalah Allah sekalipun melalui berbagai cara dan
sebab
2) Tidak boleh mempertuhankan tuhan selain Allah
3) Memohon rizki hanyalah kepada Allah, demikian juga menyembah dan
bersyukur
4) Bersyukur kepada Allah tidak cukup dengan lisan, tetapi merupakan integralitas
antara lisan, hati dan perbuatan.

3. Hadis Tentang Kewajiban Bersyukur

158 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫َب صلى الل َو عَلي َو َو َسل َم عَلى املَنَ رب‬
َ ‫ع َن ال ََن َع َما َن ب َن ب َش ي‬
‫َر قا َل قا َل الن َ ي‬ َ
‫َم َن ملَ ي َش َك َر ا ل َقلَي َل ملَ ي َش َك َر‬
‫ث بن َع َم َة الل َو ش َك َر َو‬َ ‫س ملَ ي َش َك َر الل َو الت َح ََد‬ َ ‫ال َكث َير َوَم َن ملَ ي َش َك َر النا‬
َ‫ت ر ََك َها َك َف َر َواجلَ َما َعةَ ر َحمَة‬ َ
(‫َ )أخرجو أمحد‬ ‫ع‬ َ‫َوال َف َرقة‬
‫َذا‬
‫ب‬َ

a. Terjemahan
Dari Nu’man bin al-Basyir berkata : Rasulullah saw bersabda di atas minbar :
‚Barang siapa yang yang tidak bersyukur yang sedikit, maka tidak bersyukur yang
banyak. Dan barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka tidak
bersyukur kepada Allah. Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan
meninggalkannya adalah kufur. Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah
azab‛. (HR. Ahmad)

b. Penjelasan
Pada Hadis di atas Rasulullah saw mewajibkan bersyukur kepada kita di atas minbar.
Minbar adalah salah suatu tempat khusus untuk berpidato, berceramah, berkhuthbah
dan mengajar. Ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan di sekitarnya lebih
disiplin, lebih formal dan lebih diperhatikan apa yang disampaikan Rasulullah saw.
Sebagaimana pula perkembangan berikutnya seperti di masjid, mushalla, tempat
pengajian dan ruang kelas di sekolah-sekolah, selalu disediakan tempat khusus bagi
guru atau imam untuk menyampaikan pengajaran, ceramah atau khuthbahnya.
Minbar tempat duduk penceramah atau khuthbah itu pada umumnya lebih tinggi dari
tempat jama’ahnya, karena dengan demikian jamaah atau murid akan dapat melihat
langsung kepada guru atau penceramahnya dan akan dapat lebih memahami isi
ceramah atau pengajarannya.
Isi pengajaran Nabi saw dalam Hadis di atas di antaranya:

1) Bersyukur mulai dari yang sedikit, sebagaimana sabda beliau :

‫من مل يشكر القليل مل يشكر الكثري‬


Kewajiban bersyukur mulai dari yang sedikit atau kecil kepada yang banyak
atau yang besar. Karena pada umumnya manusia melupakan nikmat yang kecil
atau meremehkan nikmat yang sedikit. Padahal manusia akan bisa bersyukur
kepada yang besar dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Bagaimana seseorang
bisa bersyukur kepada nikmat yang besar kalau nikmat yang kecil saja diabaikan.
Secara teoritis nikmat yang diberikan manusia dimulai dari yang sedikit, jikalau
dari yang sedikit itu seseorang mampu mensyukuri, maka Allah akan menambah

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits159


nikmat itu menjadi banyak dan besar. Sebagimana firman Allah dalam QS .
:7 ‫ش َدي َد‬
َ ‫َت إ ََن ع َذاَب ل‬ َ ‫َت أل َزي َدن َك َم َولئن َك‬
‫ف َر م‬ ‫َوإ َذ أتذ َن رب َك َم لئن ش َك َر م‬
Ibrahim/14

160 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‚Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema'lumkan:"Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". (QS. 14:7)

2) Bersyukur kepada sesama manusia


Sabda Rasulullah saw berikutnya :
‫ومن مل يشكر الناس مل يشكر هلال‬
Bersyukur nikmat dari Allah perlu pembiasaan dari mulai bersyukur terhadap
sesama manusia. Logikanya seseorang tidak akan bisa bersyukur kepada Allah
jika tidak bisa bersyukur kepada sesama manusia. Pembiasaan bersyukur kepada
sesama manusia sangat penting, mulailah ringan mengucapkan terima kasih
dengan sesamanya,mulai dengan bahasa yang sederhana terima kasih, thank’s,
syukran dan lain-lain. Demikian juga biasakan membalas ucapan terima kasih
orang lain, sama-sama terima kasih, you’re welcome, ‘afwan dan lain sebagainya.
Nanti sedikit demi sedikit akan berusaha membalas budi orang lain dengan
pembalasan yang setimpal kemudian pembalasan yang lebih baik. Jikalau
seseorang telah terbiasa bersyukur kepada sesamanya akan dapat pula bersyukur
kepada Allah.
Hakekat syukur adalah adanya pengakuan di hati bahwa nikmat itu semata
pemberian Allah (syukur bi la-qalbi), diucapkan di lesan dengan ucapan yang
baik seperti memuji dan mendoakan (syukur bi al-lisan) serta menggunakan
nikmat itu untuk pengabdian yang lebih baik (syukur bi al-amal). Ibarat seorang
anak dibelikan baju baru orang tua, anak hatinya merasa senang karena, lesanya
bilang : Terima kasih Bapak, kemudian baju itu dipakai sesuai dengan kebutuhan
dan anak semakin meningkatkan kepatuhannya kepada orang tua. Alangkah
senangnya Bapak yang membelikan baju tersebut. Demikian juga bersyukur
kepada Allah. Hatinya mengakui bahwa segala nikmat ini pemberian Allah, ada
nikmat sehat, nikmat umur panjang, nikmat bisa sekolah, nikmat bekerja dan
seterusnya. Lesannya sering memuji, mennsucikan dan dzikir kepada Allah dan
segala nikmat itu digunakan untuk pengabdian kepada-Nya.

3) Memberitakan nikmat
Di antara syukur adalah memberitakan nikmat kepada orang lain tidak
menyembunyikannya. Jadi orang yang bersyukur menunjukkan nikmat kepada
orang lain bahwa nikmat itu dari Allah, bukan karena kesombongan dan
kehebatan dirinya. Sebagaimana sabda Rasul saw : ‫التحدث بنعمة هلال شكر وتركها كفر‬
‚Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah
kufur‛.
Hadis ini bertentangan dengan watak manusia pada umumnya. Karena pada
umumnya orang kalau mendapat nikmat diam saja, mungkin khawatir kalau orang
lain ikut tahu akan minta bagian dan kalau tertimpa musibah walaupun kecil

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits161


pusing kepala saja umpamanya setiap orang diberitahu agar membantu. Maka
Hadis di atas perintah kebalikan kalau mendapat nikmat beritakan sebagai tanda
syukur dan kalau terkena musibah diam sabar jangan ditunukkan kepada setiap
orang. Perintah memberitakan nikmat sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-
Dhuha/ 93 : 11
َ ‫ك ف َح ’َد‬
‫ث‬ َ ‫َن َع َم َة رب‬
‫َوأ َ َما ب‬
‚Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur)‛. (QS. 93:11)
Pemberitaan nikmat kepada orang lain menurut definisi nikmat di atas baru
merupakan bagian dari syukur yang disebut syukur dengan lesan (syukur bi
allisan), perlu disempurnakan dengan bagian yang lain yaikni syukur di hati
(syukur bi al-qalbi) dan syukur dalam perbuatan (syukur bi al-amal).
Lawan syukur adalah kufur sebagaimana sabda Nabi di atas, bahwa tinggal
memberitakan nikmat Allah adalah kufur. Hadis ini juga sesuai dengan QS .
Ibrahim/14 : 7 di atas. Dengan demikian kufur ada dua macam ;
a) Kufur lawan dari iman, yakni orang yang tidak beriman kepada Allah
b) Kufur lawan dari syukur, yakni orang yang tidak bersyukur kepada Allah

4) Persatuan adalah rahmat


Sabda Nabi berikutnya : ‚Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah
azab‛.
Persatuan adalah idola semua manusia dan bangsa, karena dengan persatuan ini
semua masalah dapat dipecahkan bersama dan segala kesulitan dapat teratasi,
hubungan satu dengan lainnya saling menghormati, saling mencintai dan saling
menyayangi. Oleh karena itu, mereka mendapatkan kehidupan yang tenang dan
tentram. Inilah yang disebutkan dalam Hadis persatuan itu sebagai rahmat
Berbeda dengan hidup di tengah-tengah masyarakat yang berpecah belah tidak ada
persatuan. Kesalahan sedikit saja bisa dibesar-besarkan yang memicu pertengkaran
dan perkelahian dan fitnah timbul di mana-mana sehingga tidak ada rasa nyaman,
yang terjadi adalah penderitaan dan kesengsaraan.

d. Pelajaran Yang Dipetik


a.Anjuran syukur nikmat sekalipun sedikit dan ringan
b. Pemberitaan nikmat kepada orang lain adalah bagian dari arti syukur
c. Bersyukur kepada sesama manusia berarti menjalin dan memelihara persatuan
antara sesama.

b. Biografi Singkat Sahabat Perawi


Nu’man bin Basyir seorang sahabat dari Khazraj putra dari seorang bapak dan
ibu sahabat Rasul pula. Nu’man tinggal di Syam dan pernah menjadi gubernmur di
Kufah pada masa sebelum Mu’awiyah kemudian dipindahkan ke Himsha oleh

162 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Mu’awiyah dan mingggal di sana pada tahun 63 H. Ia meriwayatkan sekitar 114 Hadis
yang tersebar di berbagai kitab Hadis.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda, silahkan
anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan perbedaan dua metode pengkajian ayat dan Hadis tahlîlî danb
mawdhû’î ?
2. Jelaskan beberapa keistimewaan metode mawdhu’î ?
3. Sebutkan sistematika pengkajian suatu ayat atau Hadis ?
4. Jelaskan hubungan antara ayat 9 dan 10 pada QS Zukhruf/43 ?
5. Jelaskan cara bersyukur yang sebenarnya dengan 3 unshur ?

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Metode tahlîlî adalah metode terurai sesuai dengan urutan ayat demi ayat atau
urutan surah demi surah ) sedangkan metode maudhu’î adalah metode tematik
yakni pembahasan sesuai tema yang yang ingin dibahas tidak bergantung pada
urutan ayat atau surah sehingga menjadi satu kesatuan.
2. Beberapa keistimewaan metode pengkajian maudhu’î ialah sebagaui berikut :
a. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan Hadis Nabi satu cara yang terbaik
dalam menafsirkan al-Qur’an
b. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami
c. Dapat dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Qur’an atau Hadis
bukan bersifat teoritis semata-mata dan atau tidak dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.
d. Siswa lebih aktif dalam pengkajian secara sistematik.
3. Sistematika pengkajiannya meliputi ; teks ayat atau Hadits, kosa kata
(mufradât), terjemahan, penjelasan atau penafsiran kandungan, pelajaran yang
dipetik dari kandungan, asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wurûd al-Hadis jika
didapatkan, dan biografi singkat tentang sahabat yang meriwayatkan Hadis
4. Pada ayat 9 menjelaskan tingkah laku orang yang tidak bersyukur, karena
mereka orang-irang musyrik mengakui pencipta langit bumi adalah Allah tetapi
mereka tidak menyembah Allah malah menyembah tuhan lain. Sedangkan ayat
10 menjelaskan berbagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia seperti
bumi dengan segala sarana di atasnya, hujan yang dapat menyuburkannya,
segala ciptaan yang berpasang-pasangan dan kendaraan dengan segala
bentuknya. Berbagai nikmat itu agar diadiokan sarana bersyukur dan jalan
petunuk.
5. Bersyukur dilakukan dengan 3 unshur secara integral, yaitu sebagai berikut :
a. Syukur dengan hati, yakni hati bergembira dan puas atas nikmat dari

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits163


Allah
b. Syukur dengan lisan, mengakui anugrah dan memuji Pemberinya
c. Syukur dengan perbuatan, menggunakan anugrah sesuai dengan tujuan
pemberiannya.

Rangkumnan
Metode pengkajian al-Qur’an dan Hadis pada umumnya yang digunakan ada
dua metode yaitu metode tahlîlî dan metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah
metode terurai sesuai dengan urutan ayat demi ayat atau urutan surah demi surah)
sedangkan metode maudhu’î adalah metode tematik, pembahasan sesuai tema yang
ditentukan tidak bergantung pada urutan ayat atau surah. Kajian-kajian kontemporer
lebih cenderung menggunakan metode mawdhu’î ini karena ia lebih mampu
menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat dan lebih peraktis serta aktif.
Sistematika penyajian dan pembelajaran metode maudhu’î terlebih dahulu
menentukan temanya kemudian mencari teks ayat dan Hadisnya. Setelah iru dikaji
secara sistematik yang mencakup teks ayat atau Hadits, kosa kata (mufradât),
terjemahan , penjelasan atau penafsiran kandungan, pelajaran yang dipetik, asbâb al-
Nuzûl atau Asbâb Wureûd al-Hadis jika didapatkan dan biografi singkat tentang
sahabat yang meriwayatkan Hadis.
Berbagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia seperti bumi dengan
segala sarana di atasnya, hujan yang dapat menyuburkannya, segala ciptaan yang
berpasang-pasangan dan kendaraan dengan segala bentuknya. Segala nikmat tersebut
hendaknya dijadikan jalan memperoleh petunjuk Tuhan dan untuk mengingat nikmat
Tuhan. Kewajiban bersyukur dimulai dari yang kecil dan yang ringan terlebih dahulu
baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah swt.

Test Fomatif 2
1. Pengkajian dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis dari berbagai
surah, ayat dan dari berbagai Hadis yang berkaitan dengan persoalan atau topic
tertentu kemudian dinalisis kandungannya disebut :
a. Metode I’jâzî c. Metode tahlîlî
b. Metode mawdhû’î d. Metode qiyâsî
2. Di antara kelemahan metode tahlîlî di samping tidak menjawab suatu persoalan
juga :
a. Bersifat positif c. bersifat negatid
b. Bersifat praktis d. Bersifat teoritis
3. Di antara kelebihan metode mawdhû’î adalah pengkaji :
a. lebih aktif c. lebih pasif
b. lebih verbalis d. lebih cerdik
4. Di antara tujuan kosa kata (mufradât) dalam pengkajian adalah agar pengkaji :

164 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. mampu menulis dan membaca c. mampu memahami teks
b. mampu menterjemahkan teks d. Mampu menghapal teks
5. Maksud penjelasan atau penafsiran ayat atau Hadis adalah :
a. Memahami makna teks c. mengartikan teks
b. Menghapal makna teks d. Memperjelas makna teks
6. Mengambil pelajaran yang dipetik dimaksudkan :
a. Kesimpulan yang diambil c. inti pengkajian teks
b. Kesimpulan induktif yang tendensius d. Penjabaran teks
7. Asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wurûd al-Hadis dipelajari bagi pengkaji al-Qur’an
hadis agar memperoleh pemahaman :
a. Tekstual c. kontekstual
b. Substansial d. konotual
8. Konteks QS al-Zukhruf/43 : 9-13 adalah berkaitan dengan peristiwa :
a. Nabi Muhammad dan umatnya c. Nabi Musa dan umatnya
b. Nabi Nuh dan umatnya d. Nabi Isa dan umatnya
9. Implementasi bersyukur menurut QS al-’Ankabuut/ 29 :17 hanya kepada Allah,
karena hanya Dialah yang memberi rizki, selain :
a. berterima kasih kepada sesamanya c. membalas budi orang lain
b. Hanya menyembah kepada Allah d. Patuh kepada direktur secara mutlak
10. Kewaiban bersyukur nikmat tidak hanya terhadap nikmat yang besar saja, akan
tetapi terhadap nikmat yang kecil sekalipun, dimaksudkan agar manusia tidak ....
a. Melupakan yang kecil c. menyepelekan yang besar
b. Mengingat yang kecil d. memperhatikan yang besar

Kunci Jawaban
1. b 3. a 5. d 7. c 9. d
2. d 4. b 6. b 8. b 10. a

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 1 yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengtahuan anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits165


Tingkat penguasaan = - x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih di
bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama bagian yang belum
anda kuasai.

166 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 5 AL-QUR’AN HADITS

A. Rasional dan Diskrepsi Singkat


Seperti dijelaskan dalam Permenag No. 2 Tahun 2008, bahwa bidang studi al-
Qur’an hadits di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah merupakan bidang
studi utama. Oleh karena itu semua materi yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, dan Aliyah tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an hadits,
khususnya materi agama yang terdiri dari aqidah akhlak, syari’ah/fiqih dan sejarah
kebudayaan Islam.
Materi PPG mengacu kepada kurikulum di madrasah atau sekolah sesuai
dengan bidang yang ditekuni, karena pendidikan profesi guru yang dihasilkan dari
PPG diharapkan mampu mengajar di sekolah atau madrasah secara terampil dan
professional.
Modul ini materi pendalaman al-Qur’an Hadis untuk mahasiswa PPG.
Melalui modul ini, Anda dapat memperluas wawasan dalam pembelajaran alQur’an
Hadits khususnya materi-materi tematik yang actual perspektif AlQur’an Hadis.
Ppda modul 5 ini terdiri dari 4 KB (Kegiatan Belajar):
KB 1, Etos Kerja dan Bertanggung Jawab
KB 2, Toleransi dan Etika Pergaulan
KB 3, Besikap Jujur dan Adil
KB 4, Berpikir Kritis dan Demokratis.

B. Tujuan Penulisan Modul


Penulisan modul bertujuan untuk memberikan bimbingan praktis dan efektif
bagi para peserta PPG pada materi Qur’an Hadits dalam mempelajari tafsir dan
syarah Hadis sehingga memudahkan dalam mempelajarinya secara mandiri.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan memiliki penguasaan
dasar-dasar Ilmu Hadis dan mampu menilai hadis baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Indikator keberhasilan dari modul ini yaitu peserta PPG;
1. Mampu membaca teks ayat-ayat Alquran dan Hadis secara terampil dan benar.
2. Mampu menterjemahkan baik secara perkata maupun perkalimat dan perayat
dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Mampu menjelaskan penafsiran dan uraian ayat dan tek Hadis
4. Mampu menjelaskaan kandungan ayat-ayat dan Hadis Nabi tertentu
5. Mampu mengembangkan pada ayat-ayat lain atau hadis lain secara tematik

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an H|adits167


6. Mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Mengingat besarnya manfaat yang Anda petik dari modul ini, ikuti saransaran
yang memudahkan Anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-hal yang Anda anggap penting
2. Sebagai guru al-Qur’an Hadits Anda dituntut dapat menilai sendiri kemampuan
diri dengan jujur.
3. Setelah mempelajari KB kerjakan latihan-latihan atau test formatif.
4. Untuk melihat hasilnya, lihatlah petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan latihan
dan kunci test formatif pada akhir PBM ini.
5. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan Anda terhadap
materi PBM yang telah Anda pelajari.

KEGIATAN BELAJAR 1
ETOS KERJA

Capaian Pembelajatan
Setelah mempelajari KB 1 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits pilihan tentang etos kerja dan tanggung jawab
dan diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadits-Hadis pilihan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari

Pokok Bahasan
• Etos Kerja dalam Alquran Hadis
• Betanggung Jawab dalam Alquran Hadis

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it5s7


Uraian
A. Etos Kerja (Q.S.al-Jumu’ah/ 62 :9-11) :

َ َ َ
‫ب‬ َ ‫َ ذ َك َر ا َلل َوذروا ال‬
‫ي َوم اجلَ َم ىل‬ َ ‫ي لل‬َ ‫ايأي َها ال ذي َن ءا َمنوا إذا نو د‬
‫يَ َع ذل َك َم‬ ‫َ َة فا َس ع‬
‫َ َوا إ‬ ‫صال َة َمن ع‬ ََ
‫ص ََالَ َة فا َن ت َشروا يف األر‬’ ‫ت ال‬َ ‫{ فإذا قض ََي‬9} ‫ت عل َمو َن‬ َ ‫َخ َي َر ََ ل َك َم‬
‫ب ت غوا‬ َ ‫ض َوا‬ َ ‫إن َكنت َم‬
‫{ َوإذَا رأ َوا ت َج ََ ََار ة‬10} ‫ت ف ََحلَو َن‬
َ َ ‫َ َو ََاذ َكرَوا هلالَ َكثريَا لعَل‬ ‫ض َل ا َلل‬َ ‫َمن ف‬
‫َل‬
‫ضوا إ ي‬ََ ‫أَ َو هلََوا ان َف‬ ََ ‫َك َم‬
‫ت رَكو َك قآئ َما ق َل َماعن‬ َ ‫َها َو‬
{11} ‫ن‬
‫َد هلال‬
َ ‫َخ َي َر الرازقي‬
‫َخ َي َر ََ ََ ََ َ’م َن الل َهو‬
َ
َ‫َوم َن الت َجار ة َوهلال‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada
hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (QS. 62:9) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyakbanyak supaya kamu beruntung. (QS. 62:10)
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar
untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah:"Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik
daripada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik-baik Pemberi rezki.
(QS. 62:11)

1. Kewajiban melaksanakan shalat Juma’at


Q.S.al-Jumu’ah/62: 9 di atas khithabnya (ditujukannya) kepada orangorang
beriman (ummat Islam) untuk melaksanakan sholat jum’ah ketika azan
dikumandangkan, dan diprintahkan untuk meninggalkan jual beli dan transaksi
lainnya. Karena yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.
Untuk menghilangkan kesan bahwa printah itu sehari penuh, sebagaimana
yang diwajibkan kepada orang-orang Yahudi yaitu ibadah pada hari Sabtu, maka pada
Q.S.al-Jumu’ah/62: 10 menegaskan:‛Bahwa apabila shalat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah di muka bumi untuk mencari karunia Allah (rizki dari Allah) dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, agar kalian menjadi orang yang sukses.
Ketika azan dikumangkan, diperintahkan untuk menghentikan segala aktifitas,
karena pada masa Nabi saw., hanya dikenal azan satu kali. Namun pada masa

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sayyidina Utsman kaum muslimin tersebar di seluruh kota, maka Utsman
memerintahkan azan dua kali. Azan pertama untuk mengingatkan ummat islam yang
jauh...Namun pada masa Ali di Kufah beliau memerintahkan hanya satu kali sesuai
tradisi Nabi saw., Abu Bakar dan Umar, tetapi pada pemerintahan Hisyam Ibnu Abdul
Malik, azan dilakukan dua kali lagi sebagaimana yang dilakukan Utsman. (M.Quraish
Shihab, 2000 : 230 Vol.14)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it5s9


Q.S.al-Jumu’ah/62 : 11 Menggambarkan orang yang mencintai dunia dengan
meninggalkan khuthbah jum’at atau ibadah shalat jum’at. Padahal disisi Allah
(pahala/balasan Allah) bagi yang mengerjakan khuthbah atau ibadah shalat jum’at itu
lebih baik daripada meninggalkannya.
M.Quraish Shihab mengutip tafsir al-Qurthubi yang menyatakan bahwa Ayat
di atas berbicara tentang sikap sementara Sahabat Nabi saw., ketika hadirnya kafilah
dari syam yang dibawa oleh Dihyat Ibnu Khalifah al-Kalbi. Ketika itu harga-harga di
Madinah melonjak, sedang kafilah tersebut membawa bahan makanan yang sangat
dibutuhkan. Tabuh tSaudara kedatangan kafilah di pasar pun ditabu, sehingga
terdengar oleh jamaah Jum’at. Ketika itulah sebahagian jamaah Masjid berpencar dan
berlarian menuju pasar untuk membeli karena takut kehabisan. Maka terhadap mereka
ayat tersebut turun. Ada riwayat yang mengatakan bahwa hal tersebut terjadi tiga kali
dan selalu pada hari jum’at. Riwayat berbeda-beda tentang jumlah jama’ah yang
bertahan bersama Rasul saw., ada yang menyatakan 40 orang, ada lagi empat belas,
atau tiga belas, atau dua belas orang, bahkan ada riwayat yang menyatakan hanya
delapan orang. Perbedaan riwayat inilah yang menjadi sebab perbedaan ulama tentang
jumlah minimal yang harus hadir guna sahnya upacara shalat jum’at (M.Quraish
Shihab, 2000 : 234 Vol.14)

2. Keharusan Bekerja
Perintah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada ayat di
atas Q.S. al-Jumu’ah/62: 10 bukanlah printah wajib. Dalam kaidah ulama-ulama
dinyatakan:‛Apabila ada printah yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah
sesuadahnya, maka yang kedua itu hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut
dilaksanakan. Ayat 9 Surat al-Jumu’ah memerintahkan orang-orang yang beriman
untuk menghadiri sholat jum’at, printah yang bersifat wajib, dengan demikian printah
bertebaran bukan printah wajib. (M.Quraish Shihab, 2000 : 233 Vol.4)
Sekalipun demikian keseimbangan antara kepentingan dunia dan
kepentingan akhirat juga diperintahkan sekalipun tidak sebarat perintah mencari
akhirat sebagaimana dalam QS. Al-Qashah/40 : 77
Dalam Hadis yangdiriwayatkan oleh al-Nukhari sebagai berikut:

‫صلى َعل َي َه َو َسل َم َن فَ َسي بَي َد‬ َ ‫ض َي هلالَ َهل‬


َ‫َر‬ ‫َه َر َي ر ة‬ ‫َعَن أب‬
‫ال‬ ‫ل‬
َ ‫و‬ ‫س‬
َ ‫ر‬ َ
‫ن‬ َ ‫َع َنهَ أ‬
‫َل َن‬‫ََ ََ أ‬ ‫قا َل َوال َذي‬ َ‫هلال‬
َ‫ف ي سألهَ أ َعطا‬ َ ‫ف حيت َط َعلى ظ َه‬
َ َ ‫َخ َي َر لهَ م َن أ‬ َ ‫َح‬ ‫أي َخ َذ أ‬
‫ََ أ َو َم َن‬ ‫َن أييتَ ر َج َال‬ ََ ََ ‫ب َر‬ َ ‫ب‬َ ‫َحد َك َم‬
َ‫له‬ ‫َعه‬
(‫)أخرجه البخاري‬
Dari Abi Hurayrah ra bahwa Rasulillah saw bersabda : ‚ Demi Dzat diriku di
bawah kekuasaan-Nya, sungguh jika salah seorang di antara kamu mengambil
tali untuk mengikat kayu di atas punggungnya lebih baik dari pada mendatangi

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


seseorang kemudian memintanya, baik dikasih atau tidak‛. (HR. al-Bukhari)‫ا‬

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it5s11
Islam agama yang indah dan terhormat mengajarkan perbuatan yang indahindah
dan terhormat. Islam melarang perbuatan-perbuatan yang merendahkan derajat
manusia. Di antara perbuatan yang terhormat adalah bekerja atau beraktifitas untuk
memenuhi segala kebutuhananya. Jadi manusia tidak boleh menjadi pemalas,
penganggur tidak mau bekerja. Pekerjaan itu banyak asal ada kemauan pasti ada jalan.
Sesuaikan pekerjaan manusia dengan kemampuan dan kesempatan yang ada.
Pekerjaan dipSaudarang susah karena mencari yang bergengsi dan banyak saingan. Di
sekitar rumah kita terkadang banyak kebon kosong tidak ada yang merawat dan
menanam tanaman-tanaman yang bermanfaat. Padahal sebenarnya banyak keperluan
manusia seperti menanam cabai, tomat, bawang dan lain-lain. Bekerja tidak perlu
gengsi-gensian yang penting ada penghasilan dan halal.
Islam perintah manusia agar bekerja sesuai dengan bidangnya atau
kesempatan yang ada. Sebagaimana firman Allah dalam QS.al-An’am/6 : 135 :

َ‫ف ت عل َمو َن َم َن ت َكو َن له‬


َ ‫س َو‬ َ
َ ‫ق َل َاي ق َوم ا َع َملوا عَلى َم َكانت َك َم إين عا ملَ ف‬
ََ َ‫عَا َقبةَ ال ََدا َر إن ه‬
‫َح الظاملَو َن‬
َ‫ ي فَل‬Katakanlah:"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
َ
sesungguhnyaakupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah
(diantara kita)yang akan memperoleh hasil yang baik
dari dunia ini.Sesungguhnya,orangorang
yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan.

Bekerja atau berbuat sesuatu diperintahkan dalam agama pekerjaan yang


bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Perintah bekerja sangat ditekankan
sehubungan Nabipun juga bekerja. Artinya Nabi memberikan ketauladanan yang baik
yakni bekerja pula sehingga nanti akan melihat balasannya. Sebagaimana pada ayat
di atas perintah bekerja dihubungkan dengan keadaan Nabi yang samasama bekerja.
Dalam Hadits perintah bekerja diiringi dengan sumpah :

‫ =والذي نفسي بيدبي َد‬Demi Dzat jiwaku di bawah kekuasaan-Nya.


Sumpah ini bermaksud memperkuat dan mempertegas pesan berikutnya yakni
perintah bekerja. Jadi umat Islam diperintah bekerja, bekerja dan terus bekerja,
jangan mengSaudaralkan atau mengharap pemberian orang lain (thama’). Sungguh
bekerja rendahan dan amat berat tetapi halal sebagaimana yang dicontohkan dalam
Hadits yakni :

‫َجالَ في َسألهَ أ‬
‫ب لهَ في َحت َطب عل َى ظ َه َر ََ ََ خريَ لهَ َم َن أ َن أييتَ ر‬
َ ‫َح‬
‫َعطاَ ََ أ َو َم‬

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


َ‫َن عه‬
‫أل ن أي َخ َذ أحد َك َم‬

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it5s13
Sungguh jika salah seorang di antara kamu mengambil tali untuk mengikat
kayu dipikul atas punggungnya, lebih baik baginya dari pada mendatangi
seorang laki-laki untuk memintanya, baik dikasih atau tidak.

Pekerjaan mengambil kayu bakar di hutan, diikat dan dipikul untuk dijual ke
pasar sehingga mendapatkan hasil untuk mencukupi kehidupannya sekalipun paspasan
lebih baik dari pada bekerja minta-minta baik dikasih atau tidak.
Pekerjaan minta-minta adalah pekerjaan yang rendah dan terhina sekalipun
dikasih, apalagi tidak dikasih. Kerendahan martabat peminta-peminta terutama ketika
tidak dikasih atau ketika dikasih orang yang hartanya pas-pasan atau dalam keadaan
sempit. Orang yang punya harga diri tidak akan mau minta-minta dalam kehidupannya
tetapi selalu berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuannya. Menurut al-Syafi’i
orang yang hidupnya minta-minta padahal ada kemampuan untuk bekerja haram
hukumnya. Kecuali jika seseorang tidak ada kemampuan sama sekali untuk bekerja
baru boleh minta-minta ala kadarnya tidak boleh berlebihlebihan. Pada era sekarang
ada di antara saudara kita yang sudah kecukupan hidupnya, punya sawah dan kebon,
tetapi profesinya di luar daerah minta-minta menjadi pengemis, seperti inilah yang
dilarang Hadits di atas.
Sabda Nabi saw bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan kemudian
dijual ke pasar lebih baik dari minta-minta, tidak boleh dijadikan alasan bahwa
pekerjaan yang baik adalah mengambil kayu, dipikul dan dijual di pasar. Hadits ini
harus dipahami secara kontekstual yakni berkaitan dengan perbandingan dari pada
minta-minta. Hadits ini menunjukkan hinanya pekerjaan minta-minta, dan
menunjukkan keutamaan berdikari dalam bekerja di atas keringatnya sendiri sekalipun
rendah tetapi terhormat karena tidak minta-minta. Dalam kitab Fath alBâry, dikatakan
bahwa kata ‛lebih baik baginya‛ pada Hadits di atas bukan bermakna af’al tafdhil
(superlative) karena tidak ada kebaikan bagi orang yang minta-minta padahal ada
kemammpuan bekerja.
Pekerajaan minta-minta memang tidak ada kebaikannya kecuali bagi orang
yang diperbolehkan. Atau minta dana bukan untuk kepentingan peribadi akan tetapi
untuk kepentingan sosial dan keagamaan, tentunya banyak kebaikannya. Hadis
menganjurkan bekerja atau usaha yang halal sekalipun rendahan dan larangan
menjadi penganggur dan pamalas. Hadis juga melarang minta-minta kecuali terpaksa,
seperti orang lemah atau cacat tidak mampu bekerja selain mintaminta. Bekerja
rendahan yang halal lebih baik dan lebih terhormat dari pada pekerjaan minta-minta.

B. Bertanggung Jawab Q.S.al-Tahrim/66:6

َ ‫س َواحلَ َعل َها َمآلئ َغال‬


‫ظ‬ َ ‫س َك َم َوأ َهلَي َك َم انرا‬
َ ‫َايأي َها ال َذي َن ءا َمنوا قوا أن َف‬
‫َي‬
َ‫َكة‬ ‫َوقو َد َها النا َجارَة‬
‫ي فَ›عَلو َن َماي‬ َ ‫صو َن هلالَ َمآأ َمرَه َم َو‬َ ‫َش َدا َد َي ع‬
{6 } ‫ن‬ َ ‫َؤَمرو‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

162 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it6s1


malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

Bahwa manusia menjadi bahan bakar neraka, dipahami oleh Thabathabai


dalam arti manusia terbakar dengan sendirinya. Ini
dengan Q.S.alMu’min/40:72 : ‫يف احلَ َمي َم مثََ يف النا َر ي َس َجرو َن‬
sejalan
ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,

Malaikat yang disifati dengan ‫ غالظ‬artinya kasar bukanlah dalam arti kasar
jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena Malaikat adalah
makhluq-makhluq halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut harus
dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah diciptakan
Allah khusus untuk menangani neraka. Hati mereka tidak iba atau tersentuh oleh
rintihan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan Allah dengan sifat
sadis, dan karena itulah maka mereka ‫ شداد‬artinya makhluqmakhluq yang keras hatinya
dan keras pula perlakuannya. (M.Quraish Shihab, 2000 : 327 Vol.14)
Q.S.al-Tahrim/66 :6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan
harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum
pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju
kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan Ibu). Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. (M.Quraish
Shihab, 2000 : 327 Vol.14)

Hadits Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari Muslim


َ َ
‫َو‬ ‫ي قَو َل َكل‬ َ ‫صلى هلالَ َو‬ َ ‫َا َر هلال‬Aَ ‫َع َن اب َن ع َم َر ر ض َي هلالَ ع‬
‫ََكل‬ ‫َك َم را َع‬ ‫عل َي َه َسل‬ ‫أ َسو‬ ‫َن‬
‫َك َم‬ ‫َم‬ ‫ََن َل‬
ََ ‫َم َسئو َل ع َن ر َعيت َه ا َل ََ ََ َمامَ را َع َوَم َوالر َج َل را َع يف أ َهل َه َو َه َو‬
‫َم َسئو َل ع َن ر َعيََت َه‬ ‫َسئو َل ع َن ر َعيت َه‬
‫َسي َد ََ َوَم َسئ‬ ‫ت زَو َج َها َوَم َسئولةَ ع َن ر َعيت‬ َ َ‫ب ي‬
َ
‫َواملََرأ َة را‬
‫و َل ع َن َر َعيت َه‬ ‫َها َواخلَا َد َم را َع يف َما َل‬ ‫َعيةَ يف‬
(‫)متفق عليه‬
Diriwayatkan dari Ibn Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda : ‚Setiap
orang dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah

162 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya. Seorang pria adalah pemimpin terhadap keluarganya dan
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang
wanita adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Pembantu adalah pemimpin

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it6s1


terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya‛. (HR al-Bukhari Muslim)

Hadits di atas menjelaskan tanggung jawab seorang pimpinan terhadap yang dipimpin
baik keluarga maupun masyarakat dan bahkan terhadap diri sendiri. Semua orang
pasti menjadi pimpinan minimal terhadap diri sendiri. Dalam Hadits ada 5 yang
menjadi pimpinan yaitu; setiap orang, pimpinan masyarakat, suami, istri dan
pembantu. Dari lima pimpinan ini secara garis besar ada 3 wilayah kepemimpinan
yaitu terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat dan terhadap keluarga:
1. Pimpinan terhadap diri sendiri Kepemimpinan terhadap diri sendiri diungkapkan
pertama dalam Hadits di atas :
‫ = كل َك َم َرا َع وَكل َك َم َم َسئو َل ع َن‬Setiap kalian adalah pimpinan dan setiap kalian
‫ر َعيت ه‬
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Setiap orang memimpin dirinya sendiri yakni terhadap beberapa anggauta tubuh diri
yang dimiliki, terdiri kepala dengan beberapa organnya, tangan, kaki dan perut
seisinya. Salah satu organ tubuh yang ditunjuk menjadi pimpinan adalah hati (al-
qalbu). Sebagaimana Hadits Nabi saw :
‫س َد اجلس‬
َ‫تف‬َ َ‫ت صلح اجلس َد كله‬
َ َ َ‫ضغة‬
‫صل‬ َ ‫س َد َم‬َ ‫أَ َوإ ََن يف اجل‬
َ‫َد كلهَ أ‬ ‫س َد‬
َ ‫وإذاَ ف‬ ‫إذاَ َح‬
(‫ب )متفق عليه‬
َ ‫وهي القل‬
Ingatlah bahwa pada tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika ia baik
maka baiklah seluruhnya dan jika ia buruk maka buruklah seluruhnya.
Ingatlah dia adalah hati. (HR. Muttafaq ‘Alayh)

Hati sebagai pimpinan menggerakkan segala aktifitas seluruh anggautanya


baik memegang, melangkah, mendengarkan, mengunya, mencium, berbicara,
mingaduh dan lain-lain. Semua itu berdasakan intruksi dari pimpinan yakni hati dan
nanti akan dimintai pertanggung jawabannya di sisi Allah saw. (lihat: QS. alIsra/17 :
36). Pimpinan terhadap diri itu sangat penting karena merupakan kunci sukses
kepemimpinan terhadap orang lain. Oleh karena itu pimpinan diri ini mendapat
rangking pertama sebelum kepemimpinan lain.

2. Pimpinan masyarakat
Kepemimpin terhadap orang lain atau masyarakat sebagaimana yang
disebutkan Nabi dalam Hadits berikutnya :

‫ = اَ َل ََ َما َم راَع َوَم َسئوَل عَ َن ر َعيتَ َه‬Seorang penguasa adalah pemimpin


dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it6s3


Kalau pada kalimat sebelumnya kepempinan secara internal terhadap peribadi pada
kalimat berikutnya kepemipinan secara eksternal terhadap orang lain secara umum.
Dalam Hadits disebutkan seorang imam adalah pimpinan dan dimintai pertanggung
jawaban tentang kepemimpinannya. Imam di sini bisa diartikan pimpinan dalam
agama atau pimpinan dalam masyarakat. Mulai dari kepala negara sampai kepada
ketua Rt dan Rw, pimpinan ormas, pimpinan partai, pimpinan suku dan lain-lain.
Semua pimpinan tersebut akan dimintai pertanggung jawaban di dunia dan di akhirat.
Pertanggung jawabannya di dua tempat yakni di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu
urusan kepemimpinan dalam Islam tidak boleh terlepas dari dua hal tersebut.

3. Pimpinan dalam keluarga


Kepemimpinan dalam keluarga disebutkan dalam Hadits berikutnya :

‫ = َوالر َجلَ را َع َيف أ َهلَ َه َو َه َو َم َسئو َل ع َن‬Seorang suami pimpinan terhadap keluarganya
‫ر َعيت َه‬
(anak, istrinya dan pembantu kalau ada) da akan dimintai pertanggung jawaban
terhadap kepemimpinannya.

َ‫ = َواملََرأةَ را َعيَةَ َيف ب يَ ت زَو ََج َها َوَم َسئولة‬Seorang istri menjadi pimpinan di dalam
‫عَ َن ر َعيتَ َها‬
rumah suaminya (anak, pembantu jika ada dan harta benda suami).

‫ = واخلَا َد َم را َع َيف َما َل سي َد ََ ََ َوَم َسئو َل ع َن‬Dan pembantu pimpinan terhadap harta
‫ر َعيََت َه‬
tuannya dan akaan dimitai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya.

Suami memimpin keluarga anak-anak, istri dan pembantu. Istri pimpinan


urusan dalam rumah sedangkan suami urusan dalam dan luar rumah. Sekalipun istri
karier beban manajemen dalam rumah tangga tetap di atas pundak istri. Sedangkan
pembantu urusan keamanan harta dan keluarga tuannya atau bergantung pada
keperluan. Semua unsur pimpinan dalam keluarga akan dimintai pertanggung jawaban
dalam kepemimpinannya. Suami harus bertanggung jawab tentang nafkah
keluarganya halal apa tidak, baik yang dimakan, disandang, ditempati, pendidikan,
kesehatan, keselamatan dan lain-lain. Istri juga harus bertanggung jawab urusan dalam
rumah tangga seperti kebersihan, ketertiban, kesejahteraan, pendidikan dan lain-lain.
Sedang pembantu juga harus bertanggung jawab tentang harta tuannya dalam
pengawasan, keamanan, keselamatan dan lain-lain.
Kepemimpinan seorang imam dan kepala Negara memiliki tanggung jawab yang
lebih besar katimbang kepemimpinan lainnya, karena di samping wilayah
kepemimpinannya yang lebih luas, dia harus mampu menegakkan keadilan dengan
menegakkan hukuman bagi yang bersalah secara syara’. Berbeda dengan pimpinan
keluarga, dia harus dapat melaksanakan kewajiban secara baik.
Dengan demikian, Semua individu bertanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab seorang istri terhadap rumah suaminya dengan segala

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kebutuhan seperti pendidikan, bimbingan, sifat amanah dan memelihara diri. Suami

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it6s5


istri berserikat dalam tanggung jawab dalam membangun kehidupan keluarga yang
harmonis. Masing-masing melaksanakan kewajibannya terhadap yang lain.

C. Rangkuman
Ketika adzan dikumandangkan pada hari Jum’at, umat Islam diperintahkan
menghentikan segala aktifitas, karena pada masa Nabi saw, hanya dikenal azan satu
kali. Namun pada masa Sayyidina Utsman kaum muslimin tersebar di seluruh kota,
maka Utsman memerintahkan azan dua kali. Azan pertama untuk mengingatkan
ummat Islam yang jauh. Namun pada masa Ali di Kufah beliau memerintahkan hanya
satu kali sesuai tradisi Nabi saw, Abu Bakar dan Umar. Tetapi pada pemerintahan
Hisyam Ibnu Abdul Malik, azan dilakukan dua kali lagi sebagaimana yang dilakukan
Utsman.
Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya bukanlah
printah wajib. Karena dalam kaidah ulama-ulama dinyatakan:‛Apabila ada printah
yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah sesuadahnya, maka yang kedua itu
hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut dilaksanakan.
Berdakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau
secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya
tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan Ibu).
Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan
masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya
Hadis perintah umat Islam bekerja atau usaha yang halal sekalipun
rendahan dan melarangan menjadi penganggur atau pamalas. Hadis juga melarang
umatnya bermental suka minta-minta. Bekerja minta-minta tidak boleh dalam Islam
kecuali terpaksa, seperti orang lemah atau cacat tidak mampu bekerja selain minta-
minta. Siksaannya besuk hari kiamat ada titik hitam di mukanya sebagai Anda yang
buruk bagi orang yang tidak mengenal rasa malu. Hanya 3 orang yang diperbolehkan
minta yaitu ; orang yang sangat fakir, orang yang bangkrut karena hutang dan terkana
denda yang memberatkan.
Hadis menyatakan bahwa semua orang menjadi pimpinan dan semua
pimpinan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Pimpinan masyarakat, Suami,
istri dan orang tua bertanggung jawab terhadap yang dipimpin. Istri bertanggung
jawab terhadap rumah suaminya dengan segala kebutuhan seperti pendidikan,
bimbingan, sifat amanah dan memlihara diri. Suami istri berserikat dalam tanggung
jawab dalam membangun kehidupan keluarga yang harmonis. Masing-masing
melaksanakan kewajibannya terhadap yang lain.

D. Tugas
Dibawah bimbingan Instruktur, coba Saudara bagi anggota kelas Saudara ke
dalam 2 kelompok. Kelompok Pertama membahas tentang ayat-ayat pilihan dan
Hadits yang berkaitan dengan etos kerja, kelompok Kedua membahas ayat-ayat dan
Hadits pilihan yang berkaitan dengan tanggung jawab. Setelah masing-masing
kelompok mempresentasikan dan menanggapi terhadap kelompok lain. Di akhir
kegiatan, masing-masing kelompok mencatat kesimpulan.

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


E. Tes Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi Kegiatan Belajar 1,
jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda
anggap benar:
1. Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada
Q.S.alJumu’ah/62:10 yaitu...
a. Printah wajib c. Printah mubah
b. Printah sunnah d. Printah makruh
2. Riwayat berbeda-beda tentang jumlah jama’ah yang bertahan bersama Rasul saw
untuk shalat Jum’ah, maka ulama berbeda batas jumlah orang diperbolehkan
mengadakan sholat jum’at:
a. 40 orang b. 14 orang
c. 13 orang d. Kesemuanya benar
3. Ada tiga wilayah kepemimpinan yang bertanggung jawab yaitu pimpinan
keluarga, pimpinan masyarakat dan : a. Pimpinan keluarga
b. Pimpinan masyarakat
c. Pimpinan Negara
d. Pimpinan diri sendiri
4. Di anatara sifat malaikat yang disebutkan dalam Alquran adalah ‫ غالظ‬artinya kasar

dalam ;
a. Fisiknya b. pukulannya
c. Perlakuannya d. badannya
5. Pimpinan dalam diri seseorang sebagai penggerak segala aktifitas adalah ;
a. Hati c. kepala
b. tangan d. badan
6. Sabda Nabi, bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan kemudian dijual
di pasar adalah pekerjaan terbaik. Maksudnya ... : a. pekerjaan terbaik pada
waktu itu
b. pekerjaan terbaik jika dibandingkan dengan minta-minta
c. pekerjaan terbaik untuk yang bersangkutan
d. pekerjaan terbaik menurut Allah
7. Maksud pekerjaan mengambil kayu di hutan kemudian dijual di pasar adalah
selain...
a. keutamaan bekerja mandiri sekalipun rendahan
b. bekerja halal sekalipun rendahan
c. pekerjaan terhormat karena tidak minta-minta
d. rendahnya pekerajan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it6s7


8. Dalam Hadis kata ‫ راع‬asal artinya pengembala kemudian diartikan pimpinan
karena ada kesamaan dalam tugasnya yaitu, selain : a. mengurus dan
memperhatikan
b. mengatur dan memotivasi
c. melayani segala kebutuhan yang dikembala
d. menyembelih ketika diperlukan.
9. Dalam kondisi istri seorang karier urusan dalam rumah tangga, manajemennya
diserahakan kepada :
a. suami c. istri
b. pembantu d. anak-anak
10. Dalam Hadits ada 5 pimpinan yaitu; setiap orang terhadap diri sendiri, pimpinan
masyarakat, suami, istri dan pembantu. Dari lima pimpinan ini secara garis besar
ada 3 wilayah kepemimpinan selain :
a. pimpinan golongan c. pimpinan terhadap diri sendiri
b. pimpinan keluarga d. pimpinan masyarakat

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda dengan
kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda
yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
<69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda telah mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang
materi KB ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 2 TOLERANSI DAN ETIKA
PERGAULAN

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 2 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran ayat-
ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang toleransi dan etika pergaulan, diharapkan
dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam kehidupan sehari-
hari

Pokok Bahasan
• Toleransi dalam Alquran Hadis
• Etika Pergaulan dalam Alquran Hadis

Uraian
A. Toleransi dalam Q.S.al-Kafirun/ 109 : 1-6

‫{ وآلأنت َم عاب َدو َن َم آأ َعب َعاب َد‬2} ‫َعب َدو َن‬ ‫{ آلأ َعب َد َما‬1} ‫ق َل ايأي َها ال َكاف َرو َن‬
‫{ وآلأان‬3} ‫َد‬ ‫ت‬َ
‫{ ل َك َم دينَ َك‬5} ‫{ َوآلأنت َم عَابَ َدو َن َمآأ َعب َد‬4} ‫َت‬‫ََماعَبد م‬
{6} ‫َل دين‬‫َم َو ي‬
(1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (2). aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah.(3). dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah.(4). dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,(5). dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.(6). untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it6s9


Surat ini turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah. Tema
utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran agama
dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Ditemukan beberapa riwayat tentang sebab nuzul ayat surat ini, antara lain adalah
bahwa ada beberapa tokoh kaum musyrikin di Mekah seperti al-Walid Ibnu al-
Mughirah, Aswad Ibnu Abdul Muthalib, Umayyah Ibnu Khalaf, datang kepada Rasul
saw., menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan tuntunan agama
(kepercayaan). Usul mereka adalah agar Nabi bersama ummatnya mengikuti
kepercayaan mereka, dan mereka pun akan mengikuti ajaran islam. Kami menyembah
Tuhanmu hai Muhammad setahun dan kamu juga menyembah tuhan kami setahun.
Kalau agamamu benar, kami mendapatkan keuntungan karena kami juga menyembah
Tuhanmu dan jika agama kami benar, kamu juga tentu memperoleh keuntungan.‛
Mendengar usul tersebut Nabi saw., menjawab tegas:‛Aku berlindung kepada Allah,
dari orang-orang yang menyekutukan Allah.:‛Usul kaum musyrikin itu ditolak oleh
Rasul saw.,dan penolakan Rosul saw., didukung Allah dengan menurunkan surat ini.
Artinya segala yang berkaitan dengan aqidah tidak ada kompromi. Maka dalam
penolakan Nabi saw., menggunakan kata kerja fiil mudhore yaitu ‫ أعبد‬yang berarti
tidak akan menyembah sekarang dan yang akan datang (konsistensi).
Disini nampak jelas toleransi antara orang Islam dengan non islam, karena
masalah hidayah adalah hak preogatif Allah dan ummat islam tidak akan ditanya
pertanggungjawaban oleh Allah atas dosa-dosa mereka dan sebaliknya. Hal ini
ditegaskan Allah :
‫آإل َكرا‬
‫ي َؤَمن اب َلل‬
‫َ ف قَ َد ا‬ َ َ َ
َ ‫يف ال ’ دي َن قد ت ب ي َن الر َش َد م َن الغ َ’ي ف َمن ي َك َف َر ابلطاغَو ت َو‬
‫ك ابلع َرَوَة‬َ‫س‬ َ ‫َست َم‬
‫صا َم هلَا َوهلالَ َََسي َع‬ َ
َ ‫ث قَ َى َََ ََ ان ف‬ َ ‫ال َو‬
{256} ‫عَلي َم‬

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya


telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu
Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang
tidak akan putus.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

M.Quraish Shihab menegaskan:‛Penolakan mereka terhadap al-Qur’an dan


tuntunan-tuntunannya bukanlah atas dasar pemahaman yang kokoh atau setelah
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Ini menggambarkan bahwa penolakan itu
bertingkat-tingkat, bahkan boleh jadi ada diantara mereka yang menolaknya karena
ikut-ikutan saja atau bahkan ada yang menolak padahal hati kecilnya membenarkan
kandungan atau keistimewaannya.‛
Jadi seseorang itu tidak mau menerima al-Qur’an ada tiga kemungkinan yaitu:

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. Karena bodonya sebagaimana ditegaskan dalam Q.S.al-Anbiya/21 :24:

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it6s11
‫ث َرَه َمَي عل َمو َن احلَ ََق ف َهم ََم َعر‬
َ ‫ب َل أ َك‬
{24} ‫ن‬َ ‫ضو‬
َ
Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu
mereka berpaling.

b. Karena keras kepala atau demi pretise, gengsi dan mempertahankan


kedudukan sosialnya. Seperti Iblis tidak mau sujud pada Adam.
Q.S.alBaqarah/2: 34 :
َ َ
َ ‫س َج َدوا إَ ََََ إ بليس أىب َوا َست َك‬
‫ب َر‬ َ ‫َنا للَ َمالئ َك ة ا َس َج َدوا أل َد َم ف‬
‫َوإ َذ ق ل‬
‫وَكا َن َم َن ال َكافري َن‬
}34{
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang
yang kafir.

c. Karena sudah terkunci hatinya, sebagaimana ditegaskan dalam

Q.S.alBaqarah/2: 171 : }171{ ‫ي‬َ ‫ف‬َ ‫َ ََم ب َك َم ع َم َى‬


‫ص‬
‫َه ع َقلو‬
‫َن‬ َ‫َم‬

mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.

Itu semua menunjukkan bahwa Islam tidak memaksakan orang lain, tapi memberi
kebebasan orang lain untuk memilih agama dan kepercayaannya. Toleransi dalam
akidah. Toleran sebatas dalam muamalah dan mu’asyarah, bukan dalam masalah
akidah atau ibadah dalam beragama. Dalam masalah akidah atau agama tidak ada
toleran dan tawar menawar.
Sebagaimana riwayat yang menjadi sebab turunnya (Asbâb Nuzûl al-Ayat). Surah
al-Kafirun/109 : 1-6. Kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw dengan
menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota
Mekah dan dikawinkan dengan seorang wanita yang dikehendaki. Usaha ini
disampaikan dengan berkata: Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad,
dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya atau
sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun‛. Nabi menjawab : ‛Aku akan menunggu
wahyu dari Tuhanku‛. QS. Al-Kafirun turun berkenaan dengan peristiwa tersebut di
mana kafir Quraisy mengharapkan kelapangan dan toleran Nabi. Kemudian turunnya
Surah ternyata perintah Nabi menolak segala tawaran kaum kufar tersebut secara tegas
: ‫َل َدي َن‬
‫ل َك َم َدين َك َم َو ََ ي‬
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. (QS. Al-Kafirun/109 : 6)

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Toleransi memang bukan pada masalah agama atau bukan masalah akidah akan
tetapi masalah muamalah sebagaimana Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Bukhari

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it6s13
‫ع ل َي َه و َسل َم قا َل‬
َ ‫صلى‬َ َ‫َر‬
‫َا أ ََن َهل‬Aَ ‫ض َي‬ ‫هلال‬ ‫َعَن َجاب َر ب َن‬
‫هلالَ َع َن ر َسو َل ال‬ ‫ع َب َد‬
‫ر َح َم هلالَ ر َج َال‬ َ‫هلال‬
‫ضى )أخرجه‬َ َ‫ت رى َو ََإذا ا َق ت‬
َ ‫ع َوإذا ا َش‬
َ ‫َسَ َحا إذا اب‬
َ
(‫البخاري‬
Dari Jabir bin Abdillah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : ‚Allah merahmati
seseorang yang toleran ketika menjual, membeli dan menagih haknya‛. (HR.
al-Bukhari)

Islam mengajarkan berakhlak yang baik dengan sesama manusia baik dalam
mu’asyarah maupun mu’amalah. Di antara sifat yang baik adalah sifat toleran,
artinya menerima alasan yang dikemukanan oleh saudaranya, bersifat pemurah dan
mengalah tidak menangnya sendiri. Dalam Hadits orang yang bersifat toleran
mendapat do’a rahmat dari Rasulillah saw dalam sabdanya : ‫حا‬ َ
َ ‫ = َر ح َم هلالَ ر َج َال‬semoga
َ‫ََس‬
Allah merahmati seoarng yang bersikap
tolerSaudaran pemurah.

Makna kalimat di atas ini ada dua kemungkinan makna :


Pertama, bermakna do’a yakni seorang yang bersifat toleran dan pemurah
mendapat do’a dari Rasulillah saw.
Kedua, bermakna kalimat berita yang memberitakan bahwa seorang yang bersifat
toleran dengan sesama saudaranya mendapat rahmat dari Allah swt. Pendapat kedua
ini diperkuat dengan periwayatn al-Turmudzi dalam Hadits yang diriwayatkan dari
Atha’ melalui sanad Zayd bin Atha’ bin al-Sa’ib dari Ibn alMunkadir Rasulullah saw
bersabda : ‫غف َر هلالَ لرج َل كا َن ق ب ل َك َم كان س َهالَ إذا اب ع‬
َ
Allah mengampuni bagi seorang laki-laki sebelum kamu yang toleran dan
mudah ketika menjual.

Maksud toleran yang disebutkan dalam Hadits adalah toleran dalam masalah
muamalah yakni dalam masalah transaksi jual, beli, menagih hutang dan sesamanya
yang semata berkaitan dengan materi harta benda. Atau berkaitan dengan masalah
mu’asyarah yang berkaitan dengan gengsi dan kehormatan. Untuk lebih jelasnya,
berikut dpaparkan macam-macam toleran:

a. Toleran dalam jual beli


Dua orang penjual dan pembeli pada perinsipnya saling membutuhkan. Sipenjual
butuh laku barang jualannya dan mendapatkan keuntungan sehingga sirkulasi
perdagangan berjalan lancr. Sedang sipembeli ingin mendapatkan barang yang
dibutuhkan dengan mengganti uang yang layak. Keduanya perlu pelayanan yang baik,
santun dan tidak ingin dikecewakan. Di antara pelayanan yang baik, keduanya ada
usaha mempermudah transaksi sehingga keinginan kedua belah pihak dapat tercapai

172 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dengan baik. Rasulullah saw bersabda :

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it7s1


‫ =رَح َم هلالَ ر َج َال ََسَ َحا إ َذا اب‬Allah merahmati seseorang yang toleran ketika
menjual dan membeli ‫ت رى‬ َ ‫َ َوإذا ا َش‬
‫ع‬

Seseorang yang memiliki sifat toleran dan pemurah dalam jual dan beli akan
diberi rahmat oleh Allah swt. Sifat toleran dan pemurah ini dapat dilaksanakan dengan
baik manakala kedua belah pihak penjual dan pembeli memiliki sifat yang sama dan
seimbang, keduanya dirahmati Allah. Celakanya jika salah satu pihak tidak jujur atau
terjadi penipuan baik dalam harga maupun pada kualitas barang dagangan, kondisi
yang seperti ini perlu kewaspadaan.

b. Toleran dalam menagih hutang


Di antara sikap toleran dalam menagih hutang. Toleran di sini lebih kepada hak
atau pergaulan muasayarah, dasarnya adalah persaudaraan. Kewajiban seorang yang
hutang memang membayar sesuai dengan janji yang ditentukan. Tetapi tidak semua
orang mampu menepati janji itu, terkadang sudah ada niat membayar hutang tetapi
uangnya tidak ada karena adanya keperluan yang mendadak yang yang lebih penting
dan seterusnya. Dalam kondisi sulit inilah pihak penghutang bersikap toleran dan
memberi maaf jika pembayarannya tertunda asal ada janji kesanggupan berikutnya.
Kecuali terhadap orang yang sengaja memperlambat pembayaran pada hal ia orang
berada atau ada kemampuan.
Rasulullah saw bersabda pada sambungan Hadits di atas :
‫ع َوإذا ا َش‬
َ ‫َسَ َحا إذا اب‬ َ‫ =رَح َم هلال‬Allah merahmati seseorang yang
‫ضى‬َ ‫ت رى َوإذَا ا َق ت‬ َ ‫َر َج َال‬
toleran ketika menjual, membeli dan menagih haknya.

Dalam riwayat lain orang yang bersikap toleran bukan hanya penghutang yang
menagih hutang tetapi juga piutang ketika membayar hutang. Toleran hanyalah dalam
muamalah dan mu’asyarah sebagaimana dalam Hadits di atas bukan dalam masalah
akidah dan ibadah. Orang yang bersikap toleran dalam muamalah berakhlak yang
tinggi, tidak pelit dan tidak meperduli orang sulit mendapat rahmat dari Allah swt dan
diberkahi harta bendanya.
Hadis di atas menganjurkan bersikap toleran dalam muamalah dan berakhlak yang
tinggi serta meninggalkan sifat buruk seperti; pelit atau kikir, mempersulit urusan
orang dan lain-lain. Anjuran bersikap toleran, pemurah dan lapang dalam muamalah
dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam pergaulan sehari-
hari sehingga mendapat rahmat dari Allah swt.

B. Etika Pergaulan Q.S.al-Hujurat/49 : 10-13 :

172 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫ي َها ال‬ََ ‫{ ايأ‬10} ‫َمَو َن‬ ‫تر ح‬ َ َ‫ت قَوا هلال‬ ََ ‫صل َحوا ب يَ َن أ‬َ َ‫إمنَا املََؤَمنو َن إ َخ َوة‬
‫َذي َن ءا َمنوا‬ ‫ل َعل َك َم‬ ‫َخ َوي َك َم َوا‬ ‫فأ‬
‫سآ َء ع‬ َ َ َ َ
َ ‫سآءَ ََ ’من ن‬ َ ‫سى أن ي َكونوا َرا ’م َن َه َم َو ََ ن‬ َ ‫ي َس َخ َر ق َو َم ََ ’من ق َو م ع‬
‫سى أن ي َك ََن خ َي َرا‬ َ ‫خ َي‬
‫سو َق‬ َ َ ‫ت لَ َم َزوا أن َفس ََ َك َم َزوا ابألل َقا‬
َ ‫َ’م َن َه ََن َو‬
َ ‫ب ب َئس ا ل ََ َس َم ال َف‬
‫ب ع َد ا َل ََي َما َن‬ ‫ب‬
َ ‫َو ََ ت ان‬ ََ
ََ
‫{ ايأي َها ال َذي َن ءا َمنوا ا َ َجتنبوا َكثريَا‬11} ‫ك ه َم الظاملَو َن‬ َ ‫ب فأ َو ئ‬ َ ‫َوَمن ملَ ي ت‬
‫َ’م ََ َن الظ َ’ن إَ ََ ََن ب‬
‫ب أ َحد َك َم أن أي‬ََ ‫ضا أَ َحي‬َ ‫ض َك َم ب ع‬ َ ‫ي غَتب ب ع‬ َ ‫سوا‬ َ ‫َعض ََ الظ َ’ن إمثَ ََ َو ََ جتَس‬
‫َك َل حلَ َم أ َخيه َميَتا‬ ََ ‫َو‬
‫س إان خل َقنا‬ َ ‫ت قَوا هلالَ إَ ََن‬ََ ‫ف َكر َهت َمو َوا‬
َ ‫{ آيأي َها النا‬12} ََ ‫ب ََ ر حي َم‬ َ ‫ََوا‬
‫َكم َ’من ذ َك َر وأنثى‬ ‫هلالَ ت‬
‫ف َوا إ ََن أ‬ َ ‫ت عار‬َ ‫َو َج َع َلنا َك َم شعواب َو ََ َق آبئ َل ل‬
َ
‫َك َرَم َك َم ََ َعن َد ا َ َلل‬
َ‫ت قَا َك َم إ ََن هلالَ عَلي َم خبري‬
َ ‫أ‬
{13}
(10). orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (11). Hai orangorang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
(sesama mukmin) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah
iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim. (12). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu
sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang. (13). Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it7s3


orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.

M.Quraish Shihab menyatakan:‛Kata ‫ اخ‬yang berbentuk tunggal itu, biasa juga


dijadikan jamak dengan kata ‫ اخوان‬Bentuk jama ini biasanya menunjuk kepada
persaudaraan yang tidak sekandung. Berbeda dengan kata ‫ اخوة‬yang terulang 7 kali
dalam al-Qur’an, kesemuanya digunakan untuk menunjuk persaudaraan keseturunan,
kecuali ayat hujurat di atas.
Artinya hubungan sesama muslim itu bagaikan hubungan persaudaraan
seketurunan sekalipun tidak berdampak dalam kewarisan, sebagaimana hubungan
anak, ibu dan ayah yang berdampak dalam kewarisan.

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Ayat 10 surat al-Hujurat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa
persatuan dan kesatuan serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau
besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Antara lain kekuatan
dan kesuksesan, dan sebaliknya jika tidak ada persatuan dan kesatuan, maka akan
melahirkan bencana bagi mereka seperti hilang kekuatan dan akan mendapat
kegagalan.
Ayat 11 surat al-Hujurat di atas melarang bagi orang beriman saling mencela
satu kaum dengan kaum yang lain, begitu juga sesama wanita, karena bisa jadi orang-
orang yang dicela itu hakekatnya lebih baik. Dan dilarang mengejek diri sendiri yang
maksudnya mengejek orang lain. Begitu juga dilarang saling memanggil dengan
panggilan yang jelek, dan sejelek-jelek panggilan adalah kefasikan setelah beriman.
Jika tidak bertaubat, maka termasuk orang yang dholim.
M.Quraish Shihab menjelaskan kata ‫ يسخر‬yaitu menyebut kekurangan pihak lain
dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik dengan ucapan, perbuatan atau
tingkah laku.
Ada beberapa riwayat tentang sebab nuzul ayat 11 diatas, antara lain ejekan yang
dilakukan oleh kelompok Bani Tamim terhadap Bilal, Shuhaib dan Ammar yang
merupakan orang-orang yang tidak punya. Ada juga riwayat yang
mengatakan:‛Ejekan yang dilakukan istri Nabi Muhammad saw. Terhadap Ummu
Salamah yang merupakan madu mereka. Ummu Salamah mereka ejek sebagai wanita
pendek.
Ayat 12 surat al-Hujurat merupakan larangan prasangka buruk terhadap manusia
yang tidak memiliki fakta atau bukti. Dan tidak jarang prasangka buruk itu
mengundang upaya untuk mencari tau, maka ayat di atas melanjutkan tidak boleh
mencari-cari kesalahan orang lain. Dan juga melangkah lebih jauh yaitu menggunjing
yaitu membicarakan aib orang lain. Bahkan menggunjing itu disejajarkan dengan
memakan daging saudara yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu diprintahkan
untuk dihindarinya dengan merasa takut pada siksaan Allah. Dan bila sudah terlanjur
melakukannya disuruh bertaubat, karena Allah akan menerima taubat hambanya bagi
yang benar-benar bertaubat (taubatan nasuha).
M. Quraish Shihab menegaskan:‛Kata ‫ يغتب‬terambil dari kata ‫ غيبت‬yang berasal
dari kata ‫ غيب‬yakni tidak hadir. Ghibah adalah menyebut orang lain yang tidak hadir
di hadapan penyebutnya dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan.‛
Artinya Ghibah itu tidak dibenarkan sekalipun sesuai fakta, karena akan
merusak kehormatan orang lain. Memang pakar hukum kata M.Quraish Shihab
membolehkan melakukan Ghibah untuk beberapa hal yaitu :
a. Meminta fatwa, yakni seorang yang bertanya tentang hukum dengan menyebut
kasus kejelekan orang tertentu.
b. Menyebutkan keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan
keburukannya di hadapan umum.
c. Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan tujuan
mencegah terjadinya kemungkaran
d. Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat membutuhkan
informasi tentang yang bersangkutan, seperti dalam konteks menerima lamaran

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it7s5


e. Memperkenalkan seseorang yang tidak dapat dikenal kecuali dengan menyebut
aib/kekurangannya, seperti si A yang buta sebelah itu

Ayat 13 surat al-Hujurat, menegaskan bahwa manusia di hadapan Allah itu sama,
yang membedakannya hanya ketaqwaannya kepada Allah. Karena kemuliaan yang
dimaksud kemuliaan yang abadi dan untuk mencapainya adalah dengan melaksanakan
printah-Nya dan menjauhi larangan-Nya itulah yang disebut taqwa.

Etika pergaulan juga disebutkan dalam Hadits Rasulillah SAW riwayat Muslim:

‫ي ق طعوين َوأ َح َس‬ َ


َ ‫َع َن أَب ه َر َي رَة أ ََن ر َج َال قا َل اي هلال إ ََن يل ق َرابةَ َو‬
‫َن إل َي َه َم‬ َ‫أ‬
‫صل َه َم‬ ‫ر َسو َل‬
‫ت ف َكأمنَا ت َس َ ف‬
‫َ َه‬ َ ‫ف قَا َل لئ َن َك َن‬َ ‫َي‬ ‫َل َوأ َحل َم ع َن َه َم َو ج‬ ‫َوي َسيئو َن إ َ ي‬
ََ ََ ‫ت َك َما ق لَ َم املَلََ َو‬ َ ‫َهلو َن عل ََي‬
‫َل‬
‫ت عَلى ذ‬ َ ‫ك َم َن هلال ظ َهريَ َعل َي َه َم َما َد َم‬َ ‫ي َزا َل َمع‬ َ
(‫ك )أخرجه مسلم‬
َ
Dari Abi Hurairah bahwa ada seorang laki-laki bertanya : Wahai Rasulullah
saw ! Sesungguhnya aku mempunyai kerabat aku menyambung mereka
(shilatur rahim) tetapi mereka memutuskan aku. Aku berbuta baik kepada
mereka tetapi mereka berbuat jahat kepadaku dan aku berbuat santun kepada
mereka tetapi mereka berbuat bodoh kepadaku. Beliau bersabda : ‛Sungguh
jika engkau sebagaimana yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau
memberi makan mereka bara yang panas dan kamu senantiasa mendapat
pertolongan dari Allah atas mereka selama engkau melakukan demikian‛.
(HR. Muslim)

Hadits di atas mengajarkan kepada kita agar memelihara pergaulan yang baik dan
indah dengan sesamanya yakni dengan etika dan akhlak yang baik. Pergaulan yang
baik terhadap siapapun, tidak terbatas kepada orang yang berbuat baik kepada kita
saja, akan tetapi sekalipun terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita. Hadits di
atas menjelaskan kepada kita tentang suatu kasus yang dihadapi oleh seorang sahabat,
dimana ia mempunyai kerabat atau sanak famili yang selalu berbuat jahat kepadanya,
Rasulullah menenangkannya dengan pesan beliau agar tetap berbuat baik sekalipun
dibalas dengan kejahatan.
Ada tiga etika pergaulan yang dilakukan seorang sahabat terhadap sesamanya yang
dijelaskan pada Hadits di atas yaitu sebagai berikut :

a. Bershilatur rahim
Ada dua kata yang membentuk shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat
artinya ; menyambung dan rahim artinya ; tempat mengandung anak kemudian

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


diartikan sanak famili atau kerabat, karena ia dilahirkan dari rahim. Arti sederhananya
adalah menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak famili dengan
perbuatan yang baik. Seperti berziarah, memberi hadiah, membantu kesulitan, berkata

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it7s7


baik dan lain-lain. Shilatur rahim memang utamanya terhadap kerabat, tetapi kemudian
diperluas terhadap saudara seagama dan saudara satu jenis manusia.
Bershilatur rahim yang paling utama dan yang sesungguhnya adalah ketika orang
lain memutus hubungan dengan kita sebagaimana yang dilakukan seorang sahabat
dalam Hadits di atas.

‫ي‬ ‫ = إَ ََن ي‬Saya mempunyai kerabat, aku shilatur rahim kepada


َ ‫َل ق َرابةَ أَ صل َه َم َو‬
‫قَطعوَين‬
mereka tetapi mereka memutuskan aku.

Kondisi yang seperti ini memang berat, karena perbuatan baik itu berat. Tetapi
seberat apapun suatu kebaikan akan berdampak positip, di antaranya dapat meredam
suasana yang panas dan hubungan yang hampir terputus. Jalan yang paling baik
adalah menyambung hubungan yang akan terputus bukan malah diputus atau
disambut dengan suasana yang panas pula. Rasulullah saw bersabda menjelaskan
shilatur rahim yang sesungguhnya :
َ ‫َ ب َن ع َمرو عن الن َيب صلى هلال عليه وسلم قا َل ليس ال وا‬
‫ص َل ابملَ َكاف َئ ولك ََن الواص‬ ‫عن عب َد ا َلل‬
َ ’
‫َل ال َذي‬
(‫صل َها )أخرجه البخاري‬ َ َ ‫إذا ق َطع‬
َ ‫ت ر محَهَ َو‬
Dari Abdillah bin Amr dari Nabi saw bersabda : ‚Tidaklah orang yang
bershliatur rhim (washil) itu karena membalas budi, akan tetapi ia apabila
diputus malah menyambungnya (dengan bershilatur rahim). (HR. al-Bukhari).

Shilatur rahim yang murni adalah bukan berharap balasan dan bukan karena
membalas budi orang lain. Ia sesungguhnya perbuatan baik yang murni karena Allah,
bukan karena yang lain.

b. Berbuat baik
Berbuat baik di sini secara mutlak, kebaikan apa saja yang dapat kita perbuat dan
dapat kita lakukan kepada sesama kita yang penting bermanfaat dan halal. Demikian
juga obyeknya terhadap siapa saja, bukan hanya terhadap orang yang berbuat baik
kepada kita saja, terhadap orang yang berbuat jahatpun kita diperintahkan berbuat
baik. Sebagaimana yang dilakukan seorang sahabat yang disebutkan dalam Hadits di
atas :

‫ = َوأَ َح َس َن إَلَي َه َم‬Aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka


berbuat jahat kepadaku. ‫َل‬ ‫َوي َسي ئَو َن إ َ ي‬

Perbuatan baik sebenarnya dapat menundukkan perbuatan jahat. Sejahatjahatnya


manusia kalau dihadapi dengan perbuatan baik lama-kelamaan akan lunak dan tunduk

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kepadanya. Banyak bukti sejarah yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya akhlak

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it7s9


Nabi sendiri, kelembutan dan kemurahannya yang dapat menundukkan musuh-musuh
Islam. Demikian juga perbuatan baik inilah yang menyatukan hati umat yang mau
duduk berdekatan dan saling mencintainya. Perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan
yang sama tidak menyelesaikan masalah, akan tetapi akan berlarut-larut secara turun
temurun kalau tidak dipadamkan dengan perbuatan baik. Rasulullah saw bersabda :

َ ‫س أن َفع َه َم للنا‬
(‫س )أخرجه البيهقي والطرباين‬ َ ‫َخ َي َر النا‬
Sebaik manusia adalah yang paling berbuat manfaat kepada manusia. (HR.
Bayhaqi dan Thabarani)

Tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pada berbuat sesuatu yang bermanfaat
kepada sesamanya dan menjauhi segala perbuatan yang merugikan kepadanya.
Perbuatan baik inilah yang menjadi syarat mausia terbaik. Manusia terbaik dalam
masyarakat sosialnya adalah manusia yang paling manfaat terhadap manusia lainnya.

c. Besikap santun dan pemaaf


Di antara etika pergaulan adalah santun dan pemaaf terhadap sesamanya
sekalipun orang lain berbuat bodoh terhadapnya. Perbuatan bodoh tidak dibalas
dengan perbuatan yang sama akan tetapi dibalas dengan sikap santun dan pamaaf.
Perbuatan bodoh bisa jadi pada perbuatan dan pada perkataan. Perbuatan bodoh seperti
mengajak berkelahi, memukul, menampar dan lain-lain. Ucapan kotor dan kasar
seperti memaki, mencaci, merendahkan dan lain-lain. Sikap seorang sahabat yang
disebutkan dalam Hadits di atas bersikap santun kepada kerabat sekalipun mereka
bersikap bodoh kepadanya : َ ‫ = َوأَ َحل َم َن َه َم َو ََ جي‬Aku bersikap santun kepada
mereka dan mereka ‫َهلو َن عل ََي‬ ‫َع‬
bersikap bodoh epadaku.

Sikap ini adalah sikap terpuji, salah satu sifat yang hanya dimiliki oleh hamba
Allah yang diberi gelar Ibâd al-Rahmân (Hamba Allah yang Maha Pengasih)
sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Furqan/25 : 63
Seseorang yang selalu bershilatur rahim sekalipun diputus, berbuat baik
sekalipun dijahati dan bersikap santun sekalipun dibalas dengan perbuatan bodoh
sama dengan memberi makanan bara yang sangat panas, sebagaimana sabda Nabi saw
‫ت فَ َكأمنَا ت َس َ َف َه َم املَ ََل‬
َ َ‫ت َك َما ق ل‬
َ َ‫ =لئ َن َكن‬Jikalau engkau sebagaimana yang engkau
:
katakan, maka perumpamaan-nya engkau sama halnya memberi makanan bara
yang amat panas kepada mereka.

Maksud memberi makan bara api, ada dua pengertian :

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. siksaan kerabat yang jahat itu sangat pedih seperti makan bara api yang
amat panas dan mendapat dosa besar akibat pemutusan rahim dan
perbuatan jahatnya itu.
b. Perbuatan baikmu terhadap mereka adalah merupakan penghinaan
terhadap mereka dan itu sebenarnya merupakan siksaan terhadap mereka
bagaikan disuapi bara yang panas

Sedangkan engkau yang berbuat baik tidak mengapa, justru mendapatkan pahala
yang amat besar di sisi Allah dan mendapat pertolongan dari pada-Nya.
‫ت‬َ ‫ك َم َن هلال ظ َهريَ علي َه َم َما دَ َم‬
َ ‫ = َو ََ ََ ي َزا َل َم َع‬Kamu senantiasa mendapatkan
‫ك‬َ ‫َل‬ ‫عَلى ذ‬
pertolongan dari Allah selama engkau berbuat yang demikian.

Pertolongan yang didapatkan orang yang berbuat baik adakalanya di dunia dan di
akhirat. Di dunia mendapatkan kemenangan berkat kesabarannya dan di akhirat
mendapat pahala yang besar.
Hadis di atas menganjurkan selalu berbuat baik kepada orang lain terutama
terhadap kerabat seperti shilatur rahim, membantu orang lain, santun, pemaaf dan
tidak dendam dalam hati. Hadis juga menganjurkan berbuat baik kepada orang lain
terutama pada saat suasana pergaulan keruh dan tidak sehat. Berbalas budi orang lain
memang suatu kebaikan, tetapi kebaikan yang lebih tinggi adalah berbuat baik
terhadap orang yang berbuat jahat. Orang yang berbuat jahat mendapat siksaan yang
pedih di dunia dan diakhirat. Di dunia mendapat kehinaan yang sangat rendah sebab
kebaikan orang lain, bagaikan penyuapan bara api yang panas dan akhiratnya
mendapat siksaan yang yang amat pedih pula yaitu makan bara api neraka .

C. Rangkuman
Srah al-Kafirun turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah.
Tema utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran agama
dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Hubungan sesama muslim itu bagaikan hubungan persaudaraan seketurunan
sekalipun tidak berdampak dalam kewarisan, sebagaimana hubungan anak, ibu dan
ayah yang berdampak dalam kewarisan. Al-Quran melarang orang-orang beriman
saling mencela, karena bisa jadi orang-orang yang dicela itu hakekatnya lebih baik.
Dan dilarang mengejek diri sendiri yang maksudnya mengejek orang lain. Begitu juga
dilarang saling memanggil dengan panggilan yang jelek, dan sejelek-jelek panggilan
adalah kefasikan setelah beriman.
Demikian juga Al-Qur’an melarang prasangka buruk terhadap sesamanya yang
tidak ada fakta atau bukti dan melarang mencari-cari kesalahan orang lain,
menggunjing atau membicarakan aib orang lain. Manusia di hadapan Allah itu sama,
yang membedakan hanya ketaqwaannya kepada Allah.

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it7s11
Hadits memberikan bimbingan bersikap toleran, pemurah serta lapang dalam
muamalah dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam
pergaulan sehari-hari. Bagi orang yang bersikap toleran mendapat do’a rahmat dari
Nabi saw. Hadis menganjurkan agar selalu berbuat baik kepada orang lain terutama
terhadap kerabat seperti shilatur rahim, membantu orang lain, santun, pemaaf dan
tidak dendam terhadap sesamanya. Berbuat baik kepada orang lain sangat dianjurkan
terutama pada saat suasana pergaulan keruh dan tidak sehat. Berbalas budi kepada
orang lain memang suatu kebaikan, tetapi kebaikan yang lebih tinggi adalah berbuat
baik terhadap orang yang berbuat jahat.
D. Tugas/Lembar Kerja
Dibawah bimbingan Instruktur, coba Anda bagi anggota kelas Anda ke dalam
4 kelompok. Kelompok Pertama membahas tentang ayat-ayat pilihan yang berkaitan
dengan toleransi. Kelompok Kedua membahas tentang Hadits pilihan yang berkaitan
dengan toleransi. Kelompok Ketiga membahas tentang ayat-ayat pilihan tentang etika
pergaulan. Kelompok Empat membahas tentang Hadits pilihan yang berkaitan dengan
etika pergaulan. Masing-masing kelompok mempresentasikan kajiannya, menanggapi
kelompok lain dan mecatat kesimpulannya.

E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Dalam toleransi antar ummat beragama. Ummat Islam boleh kerjasama kecuali...
a. Transaksi jual beli dengan non muslim
b. Ibadah bersama
c. Mengadakan bakti sosial bersama non muslim
d. Mengadakan wisata dengan non muslim

2. Kata ‫ االحساى‬menurut bahasa artinya berbuat baik. Contohnya yaitu...


a. Kejahatan dibalas dengan kebaikan
b. Kebaikan dibalas dengan kebaikan
c. Kejelekan dibalas dengan kejelekan
d. Kesemuanya benar
3. Orang yang bersifat toleran dengan sesama saudaranya dalam jual, beli dan
menagih hutang mendapat do’a dari Nabi saw :
a. Mendapat berkah c. mendapat keamanan
b. Mendapat rahmat d. mendapat keselamatan
4. Bolehnya toleransi dibatasi pada masalah:
a. Ibadah c. Akidah
b. Berdo’a d. Mu’amalah
5. Manusi yang tidak menerima Alquran adakalanya sebagaimana disebutkan QS.

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


al-Anbiya/21 :24:
a. Kebodohan c. kepandaian
b. Kesombongan d. Keras kepala
6. Sedangkan dalam QS. al-Baqarah/2: 34 Penolakan manusia terhadap Alquran
disebabkan :
a. Hatinya terkunci c. tuli telinganya
b. Keras kepala d. bisu mulutnya
7. Di antara kaum kafir Mekkah yang datang menghadap Nabi usul agar agar
kompromi menyembah kepada tuhan mereka dan merekapun menyembah tuhan
Nabi:
a. Abu Jahal c. Abu lahab
b. al-Walid Ibnu al-Mughirah d. Ubai bin Abdillah
8. Tidak seluruh ghibah terlarang ada di antaranya yang diperbolehkan seperti:
a. Meminta fatwa
b. bertanya tentang seseorang
c. Membicarakan kejelekan seseorang
d. Memberitakan aib seseorang
9. Ada tiga etika pergaulan yang dalam hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abi
Hurarah, yaitu shilaturrahim, berbuat baik dan..
a. Bersikap adil
b. Bersikap jujur
c. Bersikap transparan
d. Bersikap santun dan pemaaf
10. Arti ‚memberi makan bara api yang sangat panas terhadap mereka‛ dalam hadis
Nabi berkenaan bershilaturrahim kepada orang yang memutus rahim adalah:
a. Memberi makan dan minum
b. Menyantuni kerabat
c. Meringankan beban hidup
d. Siksaan yang pedih

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir KB 4 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it7s13
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
<69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda telah mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang KB
ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

KEGIATAN BELAJAR 3
BERSIKAP JUJUR DAN ADIL

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 3 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran ayat-
ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang bersikap jujur dan adil. Anda diharapkan
dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam kehidupan
sehari-hari

Pokok Bahasan
• Jujur dalam Al-Qur’an Hadis
• Adil dalam Al-Qur’an dan Hadis

Uraian
A. Jujur dalam QS. Al-Taubah/9:119
‫صا‬
ََ َ‫ت قَوا هلال‬
ََ ‫َها ال َذي َن‬ ‫ي‬
ََ ‫ايأ‬
َ‫و كونوا م ع ال َدق‬ ‫ءا َمنوا ا‬
ََ َ
‫ي‬
َ
َ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadikanlah
engkau bersama orang-orang yang jujur (QS.9 : 119)

Ayat ini perintah bertakwa dan jujur. Redaksi kalimat perintah takwa
didahulukan dari pada perintah kerujuran, seolah takwa menjadi prasyarat dan menjadi
dasar kejujuran. Perintah bersama orang-orang yanga jujur maknanya perintah menjadi
orang jujur pula. Perintah bersama orang jujur adalah proses menjadi jujur yakni
dengan pergaulan, lingkungan dan belajar dengan orang-orang yang jujur. Setelah
menjadi orang jujur maka ia bersama orang-orang jujur.

182 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Hadits Rasulullah riwayat Bukhari Muslim

‫ص َد َق ي َه‬ ’َ ‫صلى هلالَ عَل َي َه َو َسل َم قا َل إ ََن ال‬َ ‫ض َي هلالَ َع َنهَ ع َن‬ َ ‫َع َن ع َب َد هلال ر‬
‫الن َي’ب‬
‫َ’ َوإ ََن الربََي‬ ‫َدي إ ىل ال رب‬
‫بي َه َدي إىل ال َف‬ َ ‫ص ال َك َذ‬ َ ‫ب َهلال‬َ ‫َح‬ ‫َه ََ َدي إىل ا جل‬
‫ََن َة َوإ ََن الر َج َل لي‬
‫َجوَر َوإ ََن‬ ‫’َدي َقا‬ ‫َت ي َع َن‬
‫ص َد َق َ ى‬ َ
‫َوإ ََن‬ ‫ت‬‫ك‬َ
‫َد‬
‫ب َع َن َد ا َلل‬
‫َ َك ََذا َاب‬ َ ‫ب حىت ي َكت‬َ ‫ال َف َجوَر ي َهدي إىل النار َوإ ََن الر َج َل لي َكذ‬
(‫)أخرجه البخا ري ومسلم‬
Dari Abdillah ra dari Nabi saw bersabda : ‚Sesungguhnya kebenaran itu
membawa kepda kebaikan dan kebaikan membawa ke surge dan
sesusngguhnya seseorang yang selalu benar sehingga ditulis sebagai orang
yang ahli benar. Sesungguhnya dusta membawa kepada kecurangan dan
kecurangan itu membawa kedalam api neraka dan sesungguhnya seseorang
yang selalu dusta sehingga ditulis sebagai pendusta‛. (HR. Bukhari Muslim)

Hadits menjelaskan tentang pentingnya kejujuran dan bahayanya bohong.


Kejujuran merupakan pokok segala kebaikan dan bohong menjadi pokok segala
kejahatan. Artinya segala kebaikan bersumberkan dari kejujuran dan segala kejahatan
itu bersumber dari kebohongan.
Ada 3 pengertian jurur atau benar menurut para ulama yaitu :
1. pemberitaan sesuai dengan realita.
2. kesesuaian antara lahir dan batin, antara di tempat sunyi dan tempat ramai.
3. kersesuaian amal perbuatan dengan tuntutan perintah syara’ atau perintah
agama. (A Majid Khon, 1994: 27)

Pengertian terakhir lebih komprehensip, karena maknanya mencakup dan


mengandung segala definisi sebelumnya. Jika seseorang jujur dalam beragama, maka
ia jujur segalanya dan jujur dengan siapapun baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain dan terhadap Allah.
Pada Hadits di atas disebutkan sabda Nabi saw :

‫ص َد َق ي َه َدي إ َىل ال َ’رب‬


’َ ‫ = إ ََن ال‬Sesungguhnya kejujuran akan membawa kebaikan.

Kebaikan atau baik adalah sebuah kata yang universal mencakup segala
kebaikan. Ada dua kata kunci penting di sini yaitu jujur dan baik. Orang yang jujur
pasti membawa kebaikan. Kebaikan di sini bersifat umum dalam segala hal, baik
terhadap dirinya dan baik terhadap orang lain, baik dalam hidup dan kehidupannya,
dan baik akibatnya di buinia dan di akhirat. Orang yang jujur berakibat baik, mulia,
aman dan bahagia. Negara yang para pimpinan dan aparaturnya jujur dan dapat

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it8s1


dupercaya dijamin baik, suatu rumah tangga yang dipimpin oleh orang jujur dan
amanah pastiu baik. Kebaikan inilah yang membawa seseorang masuk ke dalam
surga. Lanjutan Hadits Nabi :

182 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫ي َه َدي إ َىل‬
َ ‫ = َوإ ََن الَ ََبر‬Dan sesungguhnya kebaikan membawa seseorang ke
‫اجلَن َة‬
surga.

Surga adalah tempatnya orang-orang baik atau orang yang beramal shaleh
karena patuh kepada Allah. Banyak janji surga dalam al-Qur’an yang akan diberikan
kepada orang-orang yang beramal shaleh. Banyak ayat-ayat al-Qu’an setelah
menyebut kalimat ‫ آهنا‬kemudian ‫ عول ُا الصلحت‬setelah menyebut ‚orangorang
yang beriman‛ kemudian menyebut ‚dan mereka beramal shaleh‛. Misalnya dalam
: 107 َ ‫ت ال َف َر َد َو‬
َََ ‫س ن ز‬ َ ‫ت هلََم جنا‬ َ ‫ََا‬
َ ‫ت َكان‬ ‫إ ََن ال َذي َن ءا َمنوا َوعَ َملوا الصا حل‬
QS. al-Kahfi/ 18
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (QS. 18:107)

Jadi amal shaleh atau amal al-birr adalah menjadi tiket surga, tidak mungkin
orang yang tidak baik dapat masuk surga, kecuali mendapat pengampunan dari
Allah. Benar apa yang disabdakan Nabi saw bahwa kebaikan membawa ke surga.
Kemudian Nabi saw memperjelas :
َ َ ‫َحىت يَ َكت‬
‫ص ’َدي َقا‬ ‫ص‬َ ‫ = َوإ ََن الر‬Dan seseungguhnya seseorang yang
‫له‬
‫ب َعن د‬ ‫َج َل لي َد‬
‫َ َ ال‬
‫َق‬
selalu jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang ahli jujur.

Seseorang yang selalu benar maknanya ; ‫ = يالسهو ˝يتحزاه‬selalu melazimi benar


dan membiasakannya. Benar dam jujur seseorang tidak hanya sekali atau sewaktu-
waktu saja, akan tetapi sudah terbiasa sehingga menjadi watak. Orang yang demikian
ditulis oleh Allah swt sebagai ahli benar. ‫ = صديقا‬adalah bentuk
mubâlaghah, artinya orang yang sangat benar, ahli kebenaran dan pakar kebenaran.
Seseorang yang selalu benar ditulis di sisi Allah sebagai ahli benar. Baginya ditulis
(‫ ) يكتة‬artinya dihukumi sebagai ahli benar ( ‫ ) ص ’ديق‬diberikan gelar atau sifat sebagai
ahli benar dan mendapat pahala seperti pahala orang-orang ahli benar yang disebutkan
dalam al-Qur’an QS. Al-Nisa/4 : 69

’َ ‫ي َوال‬
‫ص‬ َ ‫َعلي َهم َ’م َن النبي‬
َ ‫ك َم َع ال َذي‬َ ‫َوَمن ي َط َع هلالَ َوالر َسو َل فأ َو ََ ئ‬
‫ش َه َدآ َء‬
ََ ‫ي َوال‬ َ ‫َدي َق‬ َ‫َن أ َن عَ َم هلال‬
َ ’
‫ك‬َ ‫س َن أ َو ََ ئ‬ َ َ‫صاحل‬
َ ‫ي َو َح‬
َ ََ ‫َوال‬
‫َر ََفي َقا‬
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it8s3


Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)

Dalam ayat ini tingkatan orang-orang yang ahli benar menempatai rengking
yang tinggi yakni setelah para Nabi kemudian baru syuhadâ dan shalihîn. Sungguh
beruntung orang yang memiliki kepribadian jujur. Makna ditulis disamping diberi
pahala akhirat juga diberi pahala dunia. Kebenaran itu ditampakkan kepada seluruh

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


makhluk adakalanya ditulis dan diberitakan kepada para malaikat, Allah banggakan di
hadapan para malaikat kemudian diterima oleh seluruh manusia. Contoh yang kongkrit
seorang Kyai atau ulama mendapat kepercayaan membanguan sebuah pesantren yang
besar padahal beliau bukan hartawan dan mempunyai banyak santri, semua ini karena
kejujurannya.
Lanjutan saba Nabi kebalikan jujur yaitu dusta atau bohong. Nabi telah
mewanti-wanti umatnya agar tidak bohong dan menjauhi sifat bohong.
‫ي ه َدي ال َف َجوَر‬ ‫ = َ الَ َك‬Sesungguhya dusta itu membawa kepada
َ
‫إ َىل‬ ‫ب‬َ ‫َ َذ‬
‫ن‬
‫َو‬
‫إ‬
kecurangan (kerusakan).

Sebab dusta hancurlah suatu rumah tangga, sebab dusta hancurlah suatu
perusahaan, sebab dusta hancurlah suatu perdagangan dan seterusnya sebab dusta
hancurlah kepercayaan. ‫ = الفجر‬kecurangan, menurut al-Râghib al-Fujûr dari kata
al-Fjar: berarti membelah tutup agama yang cenderung kemudian diucapkan kepada
kecenderungan berbuat kerusakan atau cenderung berbuat maksiat. Dia mencakup
segala kejahatan.
Sungguh berbahaya berlaku bohong karena menyebabkan kehancuran dan
kerusakan.

‫ = َوإ ََن ال َف َجوَر ي َه َدي إ َىل النا َر‬Dan sesungguhnya kecurangan atau keburukan itu
membawa ke dalam neraka.

Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa kebaikan membawa ke surga, keburukan


membawa ke dalam neraka. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS al-
82 : 14 ‫جا َر ل َفي ج َحي َم‬
ََ ‫ = َوإ ََن ال َف‬Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka
Infithar/
benar-benar
berada dalam neraka.
‫ب َع َن‬ َ ‫ = َوإ ََن ال َ َر َج َل لي َك َذ‬Seseorang yang selalu bohong sehingga
َ ‫ب حىت يَ َكت‬
‫َد هلال َك ََذااب‬
menjadi kebiasaan dan kepribadian, ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.

Seseorang yang terbiasa berkata bohong sulit untuk meninggalkannya,


terkadang ia dalam masalah yang sepele saja dan tidak ada akibat apa-apa sudah
berkata abohong, apalagi yang beresiko. Orang yang terbiasa bohong ditulis Allah
diberitakan di hadapan para malaikat dan disampaikan kepada para makhuk. Semua
orang mendustakan sekalipun apa yang dikatakan benar apalagi slahnya.
Hadis di atas menggemarkan sifat jujur, sesungguhnya ia menjadi penyebab

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it8s5


segala kebaikan dan menjauhkan sifat bohong, karena ia menjadi penyebab segala
kejahatan. Seseorng yang terkenal dengan sifat jujur atau bohong boleh saja dipanggil
dengan sifat ahli benar atau pembohong. Pahala surga atau siksa neraka bergantung
pada amal perbuatan manusia baik atau buruk

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


B. Adil dalam QS. al-Maidah/5 :8-10

َ‫َلى أ‬ ‫ع‬ ‫َيرَمن َشنئا َق‬‫َق َ َش َه َدآءَ َط ج‬ ََ ‫َها ال َذي َن‬ ‫ياأي‬
‫و َك َم َن ََ و ََََ ت‬ َ ‫ل‬
َ
‫ل‬
َ َ ‫ابل قس‬ ‫ءا َمنوا َكونوا ََوا‬
‫َم‬ َََ َ ‫َم‬
‫ي‬
َ
‫{ َو َع‬8} ََ ‫ت قَ› َوى َخبريَ مبَا ت ع َملو َن‬ ََ ‫ب لل‬ َ ََ ‫َه َو أ َق َر‬ ‫َع َدلوا ا َع َدلوا‬
‫َد هلالَ الذي َن‬ َ‫ت قَوا هلالَ إ ََن هلال‬ ََ ‫َوا‬
‫{ َوا ََل ََذي َن َك َفروا وَك‬9} ََ ََ َ‫صاحلَات هلَم ََمغَفرة‬ ََ ‫ءَا َمنوا َو ََعَ ََملوا ال‬
‫ك‬َ ‫ََذبوا بئاايتَنآأ َو ئ‬ ََ ََ ‫َ َظي َم‬‫ََ َوأ َج َر ع‬
{10} ‫ب اجلَحيم‬ َ ‫ص َحا‬ َ ‫أ‬

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang


selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada
orangorang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar. Adapun orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.

Kata ‫ا ُى لله‬ artinya menegakkan kebenaran karena Allah. Kata ‫شيداء‬


‫ُه‬
‫ق‬
‫تالقسط‬ artinya menjadi saksi dengan adil. Kata ‫ُال‬
‫ يجزهنكن شناى م عل أال تعدلُا‬artinya janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Kata ‫ اعدلوا‬fiil amar yang berarti berlaku
adillah terhadap siapapun walau atas dirimu sendiri. Kata ‫ ى اقزب للتقللتق‬Artinya
sdil itu lebih dekat kepada taqwa. Kata ‫ ُ ات قُا لله‬menggukan fiil amar, artinya
bertaqwalah kepada Allah. Kata ‫ اى هلال خثيز توا تعولُى‬artinya sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
M.Quraish Shihab menjelaskan:‛Bahwa dalam ayat di atas dikemukakan
setelah mengingatkan perjanjian-perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, sehingga
yang ingin digarisbawahi adalah pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh
perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh kata ‫ قُاهيي لله‬. Dalam ayat di atas
dikemukakan juga dalam konteks permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu
lebih dahulu diingatkan adalah keharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena
Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan dan
kebencian. (M.Quraish Shihab, 2000 :42 Vol.3)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it8s7


Pada ayat 9 dan 10 Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal
sholeh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar, dan sebaliknya bagi
orangorang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan diberikan neraka jahim.

Hadits Rasulillah SAW riwayat Muslim

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫صلى هلالَ َعل َي َه َو َسل َم َع َ َعلى‬
َ ‫َ ب َن ع َمرو العاص قا َل قا َل َهل‬
‫هلال‬ ‫َعَن َع‬
‫نَ هل‬ ‫ر سو َل ال‬
َ ‫إ ََن املََق َس َط‬
‫ي‬
َ َ ‫َب‬
‫ال‬
‫َد‬ ‫َد‬
‫َح َك َم َه َم َوأ‬ ‫ي ع َدلو‬
َ ‫ي الر َحمَ َن ع َ َز َو َج ََل‬ َ َ‫َمناب َر َم َن نوَر َع َن مي‬
‫َهلَي َه َم َوَما‬ ‫َن يف‬ ‫ي ال َذي َن‬
َ َ‫َتا ي َدي َه مي‬
‫وك ل‬ ‫)مسلم‬
‫َولوا‬
Dari Abdillah bin Amr al-‘Ash berkata : Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah tempatnya di atas beberapa
minbar dari cahaya di sebelah kanan Tuhan yang Maha Rahman dan kedua
tangan-Nya berada di sebelah kanan, diberikan bagi orang-orang yang adil
dalam hukum, keluarga dan kekuasaan mereka‛. (HR. Mulsim)
Hadits di atas menjelaskan keutamaan orang yang besifat adil, bahwa mereka akan
mendapat penghargaan yang besar dari Allah swt besuk hari kiamat. Penghargaannya
apa ? Nabi sebutkan dalam sabdanya :

‫ي‬َ َ‫َلى َمناب َر َم َن نوَر عَ َن مي‬


‫ي َع َن َد َ ع‬
َ ‫= إ ََن الَ َم َق َس َط‬
َ
‫له‬
‫َحَ َن عَ َ َز و َج ََل‬
‫الر م‬
‫ال‬
Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah kedudukannya di atas
minbar dari cahaya di sisi kanan Tuhan yang Maha Pengasih.

Al-muqsithîn artinya orang-orang yang adil sebagaimana yang disebutkan


Allah dalam QS. al-Hujurat/49 : 9 َ ‫ب املََق َس َط‬
‫ي‬
َ ‫َو ََأق َسطوا إ ََن هلالَ حي‬
ََ َ
dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil. (QS. 49:9)

Orang adil dicintai Allah dan diberi kedudukan yang tinggi besuk di akhirat
yakni minbar yang terdiri dari cahaya di sisi kanan Allah. Hadits ini menjelaskan
sifat Allah yang tergolong mutasyabbihat yakni sifat Allah yang serupa dengan sifat
makhlauk. Para ulama berbeda pendapat tentang makna minbar yang disebutkan
dalam Hadits tersebut. Al-Qadhi berkata dalam Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawi, bahwa makna minbar ada dua kemungkinan makna.
Pertama, makna hakekat yaitu makna lahirnya Hadits. Minbar diartikan minbar
yang sebenarnya yakni tempat yang tinggi orang yang adil duduk di situ.
Kedua, makna sindiran, minbar diartikan kedudukan yang tinggi.
Menurutnya, makna pertama lebih kuat dan mengandung makna yang kedua. Tempat
mereka orang yang adil di minbar yang tinggi dan kedudukannya juga tinggi.
Sedangkan di sebelah kanan Tuhan yang Maha Pengasih maknanya para ulama
juga berbeda.
1. Pendapat mayoritas ulama dan segolongan mutakallimin. Mereka hanya
mengimani ‛kanan Tuhan‛ dan tidak berbicara penakwilannya. Mereka tidak

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it8s9


mengetahui maknanya, tetapi berpendapat bahwa makna lahir tidak
dimaksudkan, yang jelas dia mempunyai makna yang layak bagi Allah.
2. Pendapat mayoritas mutakallimin termasuk al-Qadhi ’Iyâdh, maksud sisi
kanan Tuhan adalah kondisi terhomat dan kedudukan tinggi.

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Demikian juga para ulama berbeda pendapat tentang makna tangan yang
disebutkan dalam sabda beliau berikutnya :
‫ي ال َذي َن ي ع َدلو َن َيف ح َك َم َه َم َوأ‬
َ َ‫ = وكلَتا ي َدي َه مي‬Kedua tangan-Nya di sebelah
‫َهلَي َه َم َوَما َولوا‬
kanan, diberikan bagi orang-orang yang adil dalam hukum, keluarga dan
kekuasaan mereka‛.

Kedua tangan Allah diberikan dua makna sebagaimana sifat mutasyabihât di


atas. Adakalanya makna lahir atau hakekat yaitu tangan Allah yang tidak seperti tangan
makhluk pendapat mayoritas ulama salaf. Atau diartikan kekuasaan Allah dan
bantuan-Nya karena tangan simbul kekuasaan pendapat mayioritas mutakallimin.
Maknanya, kekuasaan dan bantuan Allah semuanya baik, indah dan tinggi derajatnya.
Kedua tangan Allah tersebut diberikan kepada orang-orang yang adil dalam hukum,
keluarga dan kekuasaan.
Pahala yang besar itu diberikan kepada orang-orang yang adil baik dalam
hukum, terhadap keluarga dan terhadap kekuasaan. Adil dalam bahasa diartikan
bersikap sama tidak ada pemihakan kepada salah satu dari dua orang yang bertikai.
Adil mempunyai beberapa arti, antara lain sebagai berikut :
1. Memberi hak yang sama (al-taswiyah) kepada orang lain tanpa membedakan
antar suku, status sosial, setatus ekonomu dan lain-lain (lihat QS. Al-Nisa/4 :
58)
2. Memberi hak yang sesusi dengan kondisi kebutuhan, seperti masalah harta
pusaka bagi laki-laki dua kali dari bagian perempuan (QS. Al-Nisa/4 : 11).
3. Menghukumi benar kepada yang benar dan menghukumi salah kepada yang
bersalah sesuai dengan bukti dan saksi yang ada, seperti hukum yang berlaku di
Pengadilan.

Adil yang disebutkan Hadits di atas dalam 3 wilayah, yakni dalam hukum,,
terhadap keluarga dan dalam wilayah kekuasaan :
1. Adil dalam hukum
Adil dalam hukum putusan apapun, tak membedakan antara terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain dan tak membedakan antara satu dengan lainnya.
Katakan dan lakukan yang benar sekalipun pahit terhadap diri dan keluargamu.
2. Adil terhadap keluarga
Adil dalam memberi hak kepada keluarga, seperti memberi nafkah, papan, Sandang
dan pangan sesuai dengan kemampuan.
3. Adil dalam wilayah kekuasaan bagi yang mempunyai kekuasaan, seperti
pimpinan pemerintahan, pimpinan yayasan, pimpinan ormas dan lain
sebagainya.

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it8s11
Bersikap adil sangat diperlukan dari siapapun dan terhadap siapapun, terutama
para pimpinan yang mempunyai kekuasaan karena mempunyai pengaruh yang besar
terhadap stabilitas negara, bangsa dan agama. Jika para pimpinan adil maka seluruh
jajarannya dan seluruh masyarakat merasa terayomi dan mendapat ketenagan lahir
batin. Pimpinan yang adil ditempatkan pertama dari 7 golongan yang akan mendapat
naungan dari Allah pada hari tidak ada naungan selain dari pada-Nya sebagaimana
dalam Hadits Nabi saw muttafaq alaih. Hadits ini mengutamakan imam atau
pimpinan yang adil karena banyak maslahat orang banyak yang berkaitan dengannya.
Hadis di atas menganjurkanbersikap adil terhadap dirinya dan orang lain, sifat adil
mendapat kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah besuk hari kiamat. Bersikap adil
sangat diperlukan terutama para pimpinan dan semua orang yang mempunyai
tanggung jawab terhadap orang lain.

C. Rangkuman
Q.S.al-Maidah/5: 9-10 Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal
sholeh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar, dan sebaliknya bagi
orangorang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan diberikan neraka jahim.
Perintah Allah adil dan ihsan, adil berarti keseimbangan, konsisten dan
cenderung kepada yang hak (benar). Ihsan lebih tinggi daripada adil, karena adil itu
seimbang/sepadan, sedangkan ihsan itu membalas yang lebih baik yakni keburukan
dibalas dengan kebaikan.
Hadis menggemarkan sifat jujur, sesungguhnya jujur menjadi penyebab segala
kebaikan dan menjadi penyebab masuk ke dalam surga. Sebaliknya bohong menjadi
penyebab segala kejahatan dan menjadi penyebab masuk ke dalam neraka. Seseorng
yang terkenal dengan sifat jujur atau bohong boleh saja dipanggil dengan sifat ahli
benar atau pembohong. Pahala surga atau siksa neraka bergantung pada amal
perbuatan manusia baik atau buruk
Hadits juga menganjurkan bersikap adil terhadap dirinya dan orang lain.
Keutamaan sifat adil besuk hari kiamat mendapat kedudukan yang sangat tinggi di
sisi Allah yakni minbar dar cahaya. Bersikap adil sangat diperlukan terutama para
pimpinan dan semua orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain.

D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama
membahas tentang ayat-ayat jujur. Kelompok Kedua membahas tentang Hadits
pilihan yang berkaitan dengan jujur. Kelompok Ketiga membahas tentang ayatayat
pilihan berkaitan dengan adil. Kelompok Empat membahas tentang Hadits pilihan
berkaitan dengan jujur. Masing-masing kelompok mempresentasikan kajiannya,
menanggapi kelompok lain dan mecatat kesimpulannya.

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi KB 3, jawablah pertanyaan
dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap benar :
1. Makna ‚bersama orang-orang yang jujur‛ dalam QS. Al-Taubah/9:119 :
a. Bersama dalam majlis
b. Bersama dalam shalat berjamaah
c. Proses menjadi jujur
d. Proses bersama orang taqwa
2. Berikut yang bukan termasuk pengertian jujur adalah:
a. Jujur dalam ucapan
b. Pemberitaan sesuai dengan kenyataan
c. Kesesuaian antara lahir dan batin
d. Kesesuaian antara amal dan tuntutan syara’
3. Pengertian jujur yang paling komprehensip adalah:
a. Jujur dalam ucapan
b. Pemberitaan sesuai dengan kenyataan
c. Kesesuaian antara lahir dan batin
d. Kesesuaian antara amal dan tuntutan syara’ 4. Arti: ‫ص‬َ ‫ لي‬dalam
Hadis : ‫َد‬
a. Sungguh benar ‫َق‬
b. Sungguh-sungguh benar
c. selalu melazimi benar dan membiasakannya
d. Selalu benar
5. Orang yang selalu benar ditulis oleh Allah swt sebagai ahli benar. )‫) صديقا‬.
Kata Shiddiqan dalam bahasa Arab:
a. berbentuk mubâlaghah,
b. Isim Fa’il
c. Isim maf’ul
d. Isim mashdar

.6 Kata ‫ ُال يجزهنكن شناى قُم عل أال تعدل‬artinya...


‫ُا‬
a. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it8s13
b. Janganlah kebencianmu kepada orang kafir melampaui batas
c. Janganlah kebencianmu kepada orang munafik itu berlebihan
d. Janganlah kebencianmu kepada orang zhalim itu berlebihan

7. Di antara Hadits Nabi tentang kejujuran adalah sabda beliau :

... ‫إن الصدق يهدي إىل الرب وإن الرب‬


a. ‫يهدي إىل النار‬ c. ‫يهدي إىل اجلنة‬

b. ‫يهدي إىل الفجور‬ d. ‫يهدي إىل القبور‬

8. Menurut al-Nawawi makna yang kuat kalimat ‚di sisi kanan Tuhan‛ pada
Hadits Nabi : ‚ Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah
kedudukannya di atas minbar dari cahaya di sisi kanan Tuhan‛ Adalah :
a. Minbar Nabi yang sebenarnya
b. Kedudukan yang terhormat
c. Minbar kehormatan
d. Minbar dari cahaya
9. Berikut yang tidak termasuk pengertian adil adalah :
a. Memberi hak yang sama (al-taswiyah)
b. Meberi sesuatu sesusi dengan kondisi kebutuhan,
c. Menghukumi benar kepada yang benar dan menghukumi salah kepada
yang bersalah
d. Membagi uang sekolah yang sama kepada anak-anaknya
10. Keadilan dalam hadis Muslim dari Abdillah bin Amr memberikan hak keadilan
dalam tiga wilayahlah satu. Berikut yang bukan salah satu wilayah tersebut.
a. Adil dalam harta warisan*
b. Adil dalam wilayah hukum
c. Adil terhadap keluarga
d. Adil dalam kekuasaan

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda dengan
kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir KB 3 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100

14 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
- 69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda telah mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang KB
ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

KEGIATAN BELAJAR 4 BERSIKAP KRITIS


DAN DEMOKRATIS

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 4 ini Anda diharapkan mampu mendeskripsikan
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis-Hadis tentang sikap kritis dan demokratis
dan diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

Pokok Bahasan
• Berskap Kritis dalam Alquran dan Hadis
• Bersikap Demokratis dalam Alqur’an dan Hadis

Uraian
A. Bersikap Kritis dalam QS. Ali Imran/3: 190-191

ْ ‫ض وا‬
‫ف اللْي ْل ْوال ْْن ْها ْر ْل ْْ ْْاي‬ ْ ‫ت ْوا ْل ْْ ْر‬ ْ ‫إ ْْن ف ْْ خ ْل ْق الس ما وا‬
ْْ
ْْ ‫ب‬ْ ‫ت ْل ْْوْل ا ْل ْْلْبا‬ ْ ‫ْخت ْال‬
‫ب ْْ ْم ْوي ت فْ ْْكرو ْن ف‬ ْ ‫ُْجنو‬ ‫ْي ْن يذ ُْكرو ْن هلالْ قيا ْما ْو ُْق عو ْدا ْوعْلى‬
‫( ال ذ‬190)
‫ت‬ْ ‫خ ْلق الس ماوا‬
ْ
‫ْوا ْل ْْ ْرض رب ان ْم‬ ‫ت‬
ْ ‫ا خل ْق‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s1


‫ْه ْذا اب ْط ْال ُسْب ْحان‬
‫ب النا ْر‬ ْ ْ
ْ ‫ك ف قنا ع ْذا‬
(191)

192 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS.
3:190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata):"Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. 3:191)

Kritis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bersifat tidak lekas
percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam dalam
penganalisisan.89 Maknanya kritis sama dengan cerdas, berfikir kritis adalah berfikir
cerdas, tajam, dan pandai. Cendekia diartikan sebagai cepat mngerti situasi dan
pandai mencari jalan keluar. Sedangkan cendekiawan adalah orang yang cerdik
pandai, orang intelek atau orang yang memiliki sikap hidup yang terus menerus
meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami
sesuatu.90 Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut sebagai Ulil Albab
yang berarti orang berakal cerdas. Kata Ulil Albab disebut 16 kali dalam al-Qur’an
salah satunya disebutkan dalam QS. Ali Imran/3: 190. Bersikap kritis adalah orang
yang minimal memadukan dua sikap berdzikir dan berpikir . Berdzikir selalu ingat
kepada Allah dalam segala keadaan, baik dalam keadaan berdiri, duduk, tiduran
berbaring dan lain-lain. Berpikir tentang ciptaan Allah yang sangat indah ini untuk
memperkuat keimannannya kepada sang penciptanya yaitu Allah swt.

1. Ciri-ciri Berfikir Kritis (Ulil Albab),


Ciri sikap kritis sebgaimana yang disebutkan dalam QS. Ali Imran/3: 190191
Lebih rinci lagi ada tiga cirri utama; yaitu berdzikir, memikirkan atau mengamati
fenomena alam dan berkreasi. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa berfikir
kritis memiliki tiga tuntutan besar:
1) Berdzikir
Seorang yang berfikir kritis dan cerdas, cirri pertama adalah selalu berdzikir
Allah swt ُ‫ ال ُِذ’ُيي يذُ ُْكُ ُز ى اللُُه‬baik siang dan malam, pada saat berdiri,
kepada
duduk dan berbaring. Maknanya tiada waktu tanpa berdzikir, segala waktu diisi
dengan dzikir baik dalam shalat maupun di luar shalat. Berdzikir bukan saja
hanya ingat tetapi juga membaca kitab Allah, memahami isinya, menyebar
luaskan dan mengamalkan isi kandungannya. Membelajari kitab suci dalam
rangka memahami , menyebar luaskan dan menerapkan nilainilainya di tengah-
tengah masyarakat yang sangat beragam kebutuhan dan problemanya.

2) Berfikir Kritis

89 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, http://pusat bahasa.
diknas.go.id/kbbi/

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s1


90 Ibid.

192 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Berfikir kritis berarti mengamati, meneliti, menyimpulkan dan membuktikan
kebenarannya. Mengamati ayat-ayat Tuhan di alam raya ini baik dalam diri
manusia secara perorangan maupun berkelompok, di samping juga mengamati
feomena alam. Mereka berfikir tentang ciptaan langit dan bumi
ُْ ‫ت ُا ْل‬ ‫ال ُا‬ ُْ ‫ى‬ ‫ ُيت ُفُك‬Muhammad Quthub dalaam bukunya
‫ُْرُض‬ ‫ق س‬ ‫في ل‬ ُ‫ُ ُز‬
‫ُوا‬ ‫ُِ خ‬
˝
Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah dikutip oleh M Quraish Shihab bahwa ayat-
ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagi penalaran dan
pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia
kepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari
ayat-ayat Tuhan yang tersaji dalam alam jagat raya ini. Ayat tersebut bermula
dari tafakkur dan berakhir dengan amal.91
Di asmping itu membuka tabir sejarah penciptaan langit bumi, juga bermakna
memikirkan tentang tata kerja alam semesta. Karena kata Khalq selain berarti
penciptaan juga berarti pengaturan dan pengukuran yang cermat. Pengetahuan
yang terakhir ini mengantarkan ilmuan kepada rahasiarahasia alam dan pada
gilirannya mengantarkan kepada penciptaan teknologi yang menghasilkan
kemudahan dan manfaat bagi manusia.

3) Berusaha dan berkreasi


Berusaha dan berkreasi pada hasil-hasil yang diperoleh dari penemuan ilmiah
dan teknologi. Setelah mereka menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi
berkata: … ‫ رت ُُنا ُ ها خلق ُْت ىذُا تا ُ ُِط ا̋ل‬Wahai Tuhan, tiadalah Engkau
mereka
menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.
Adanya usaha dan kreasi dalam bentuk nyata dari ilmuan (ulul albab),
khususnya dalam kaitan hasil-hasil yang diperoleh dari pemikiran dan
perhatian tersebut.92 Hal ini berarti bahwa mereka harus selalu peka terhadap
kenyataan-kenyataan social dan alam dan bahwa peran mereka tidak sekedar
merumuskan atau mengarahkan tujuan-tujuan tetapi juga sekaligus memberi
contoh pelaksanaan dan sosialisasinya. 93 Keindahan alam dan keberhasilan
saintek yang dihasilkan dari prosess berfikir dan berdzikir itu memperkuat
keimanan kepada Allah swt dan dalam meningkatkan kepatuhannya kepada
Sang Pencipta.
Layaknya semakin tinggi ilmu npengetahuan ang diperoleh seseorang, semakin
tinnggi pula keimanan dan pengabdiannya. Apalah artinya pengetahuan yang tinnggi
tetapi berpaling dari Sang Pencipta alam.
Hadis Nabi riwayat Imam Ahmad

91 Shihab, Wawasan.., h. 443


92 M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s3


Kehidupan Masyakat,
(Bandung: Mizan, 1996 ), cet. 8, h. 389
93 Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan,

1997), Cet. 7, h. 359360

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


َ َ‫صلى هلالَ عَل َي َه َو َسل َم أنهَ قا َل َك َرم‬
َ‫ع قَله‬ َ ‫َعَن أب َه َر َي رَة‬
َ‫سبه‬
َ ‫الر َج َل دينهَ َوَمروءتهَ َو َح‬ ‫عَ َن الن َي’ب‬ َ‫َخل َقه‬
(‫)أمحد‬
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw bahwa beliau bersabda : ‚Kemuliaan
seseorang bergantung pada agamanya, kehormatan diri bergantung pada
akalnya, dan kedudukannya pada akhlaknya‛. (HR. Ahmad)

Kehormatan dan harga diri seseorang ditentukan oleh kecerdasan akalnya.


Manusia adalah makhluk yang paling cerdas di antara sekian banyak makhluk.
Dengan akalnya inilah manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan yang kemudian
dapat mengungguli makluk lain termasuk malaikat. Oleh karena itu manusia wajib
bersyukur atas nikmat yang besar ini dengan menjaga baik-baik tidak boleh dirusak
dengan cara apapun dan haram hukumnya minum-minuman keras yang memabukkan
dengan alas an merusaak akal.
Manusia dengan akal fikirannya dapat menyaingi makhluk-makhluk lain
apapun bentuk kelebihan makhluk lain. Misalnya binatang yang mampu membuat
rumah di dalam tanah seperti semut dan sebangsanya manusia dengan akalnya juga
mampu membuat terowongan-terowongan. Manusia yang terkalahkan kuda dalam lari
cepat manusi dengan akalnya mempunyai kreatif membuat sepeda, motor dan mobil.
Burung yang terbang dengan sayapnya, manusia dengan akalnya mampu membuat
pesawat terbang. Ikan yang tinggal di dalam air dan menyelam di dalamnya, manusia
dengan akalnya mampu membuat kapal selam dan seterusnya. Bahkan dengan akalnya
pula manusia mampu terbang ke planit-planit lain yang dulunya mustahil ditaklukkan
manusia dengan menggunakan pesawat-pesawat yang canggih dan mampu
berkomunikasi dengan orang lain dalam jarak jauh. Itulah di antara peran akal yang
menyertai manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan akal manusia dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah dan
dengan akal pula manusia dapat menyeleksi perbuatan mana yang bermanfaat dan
perbuatan mana yang madharat. Keddudukan manusia juga ditentukan oleh
akhlakanya. Jika seseorang berakhlak yang baik, maka ia bermartabat mempunyai
kedudukan yang tinggi di hadapan manusia. Sebaliknya jika ia tidak berakhlak, maka
tidak punya kedudukan di antara mereka. Dengan demikian manusia dilihat dari
akhlaknya bukan yang lain

B. Sikap Demokratis dalam QS. Ali Imran /3: 159

‫ت‬
َ ‫ك فا َعف َع َوا َس‬ َ ‫ضوا َح‬ ََ ‫ظ ال َق َل‬ َ ‫ت هلََم‬
َ ‫ت فظا غلي‬ َ ‫َمَ َة َم َن هلال ل َن‬
‫فب َما ر ح‬
‫َن َه َم‬ َ ‫َم َن‬ َ‫ب ن ف‬َ ‫َول َو َك َن‬
‫ول‬
َ َ‫ت و’كَل‬
‫ي‬
َ ََ ‫َ إ َح‬
َ َ‫ب امل‬ ‫هلال‬ ‫ف ت وََك‬ َ ‫َغ َف َر هلََم َو َشاور َه َم يف ا َأل َم‬
‫ََن ي‬ ‫َل عل َى‬ ‫ت‬ ‫َر فإ ذ‬
َ ‫َا عَ َزَم‬
َ‫هلال‬
Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s5
)159(
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. 3:159)

Di antara ciri seorang bersikap demokrtis adalah cinta bermusyawarah.


Musyawarah diartikan berunding dan berembuk. Pada mulanya diartikan
mengeluarkan madu dari sarang lebah. al-Qur’an memilihnya musyawarah untuk
menunjukkan arti membahas bersama dengan maksud mencapai keputusan dan
penyelesaian bersama dalam bentu yang sebaik-baiknya.94
Ayat di atas yakni QS. Ali Imran /3: 159 secara redaksional ditujukaan kepada
Nabi Muhammad saw agar memusyawarahkan persoalan-persolan tertentu dengan
sahabat dan anggota masyarakatnya. Ayat ini juga petunjuk, khususnya setiap
pemimpin agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya. 95
Lebih tegas lagi difrimankan Allah SWT dalam QS. Al- Syura/42 :38

‫ب ي ن ه َوََمََا رز َق ان‬
َ ‫َشور‬ ‫َمره‬ َ ‫َوال َذي َن ا َست َجابوا ل َرهبَ َم َوأقا َم‬
‫ى‬ ‫صا‬
َ ‫وا ال‬
‫َم َه َم ين َف َقو َن‬ ‫َم‬ {38}
‫ل‬
‫َوأ‬
‫َة‬
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabbnya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka. (QS. 42:38)

Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali Imran
/3: 159 yaitu:
1. Sikap lemah lembut
Seorang pimpinan dan atau yang melakukan musyawarah harus menghindari
tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. Jika mereka bersikap seperti itu
maka anggota musayawarah akar berlarioan dari padanya: َ ‫ت فظا غلَي‬
‫ظ‬ َ ‫َول َو َكن‬
َ ‫ضوا َم َن ح َول‬
‫ك‬ َ ‫ال َق َل‬
ََ َ‫بَ ََ َن ف‬
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
2. Memberi maaf
Maaf secara harfiah berarti menghapus . memaafkan berarti menghapus bekas
luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang dinaiali tidak wajar. Sikap pemaaf
adalah sikap yang baik untuk memberi support kepada anggota musyawarah
yang bersalah untuk melanjutkan musyawarahnya untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
3. Memohonkan ampunan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s7


94 Quraish Shihab, Lentera….h. 375-376
95 M Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an…, h. 470

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika bermusyawarah, hubungan dengan
Tuhanpun harus harmonis.
Beberapa petujuk al-Quran menegani sikap yang harus dilakukan seseorang
untuk menyukseskan musyawarah. Tiga sikap yang secara berurutan diperintahkan
Nabi Muhammad untuk beliau lakukan sebelum datangnya perintah musyawarah.
Penyebutan ketiga sikap dikemukakan sesuai dengan konteks turunnya. Namun dari
segi pelaksanaanya dan esensi musawarah agaknya sifatsifat tersebut sengaja
dikemukakan agar ketiganya menghiasi diri Nabi dan yang melakukan musyawarah.
96 Setelah musyawarah ada tekad yang bulat untuk melaksanakan apa yang telah

ditetapkan dalam musawarah.


Kemudian setelah bermusawarah masing-masing berazam atau membulatkan
tekad untuk melaksanakan hasil keputusan bersama yang nerupakan konsekwensi
bersama dengan penuh tawakkal kepada Allah swt.
ََ َ
‫ب‬ ‫تف ت وََك َل عَلى هلال إ ََن هلالَ حي‬
َ ‫َا ع َزَم‬
‫فإ ذ‬
َ َ‫ت و’كَل‬
‫ي‬
َ َ َ‫امل‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun masayakat yang


berfikir kritis dan bersikap demokratis. Dalam mengembangkan berfikir kritis dan
sikap demokratis perlu ada pengembangan kultur kritis dan demokrasi. Almond
mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Farida Hanum bahwa suatu bangsa
yang menuju bangsa yang demokratis harus melewati tiga tahapan:
1. Tahap pengembangan institusi yang demokratis. Tahap ini dalam batasbatas
menciptakan kondisi sosial dan personalitas individu yang mendukung
terwujudnya demokrasi.
2. Tahap proses untuk mewujudkan sikap individu yang mendukung demokrasi.
Pada awal reformasi, kiranya hampir sebagian besar warga bangsa bersikap
rodemokrasi.
3. Tahap upaya mewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang demokratis. 97

Tahapan-tahapan ini dapat dimulai melalui institusi pendidikan, khususnya


melalui pendidikan multikultural. Tujuan utama pendidikan multikultural adalah
mengubah pendekatan pengajaran dan pembelajaran ke arah memberi peluang yang
sama pada setiap anak. Untuk ini kelompok-kelompok harus damai, saling
memahami, mengakhiri konflik tetapi tetap menekankan pada tujuan umum untuk
mencapai persatuan. Pada siswa atau mahasiswa ditanamkan pemikiran lateral,
keaneka ragaman dan keunikan itu dihargai. Itu berarti harus ada perubahan sikap,

96 M Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an…, h. 472


97 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/farida-hanum-msi-dr/pentingnya-
pendidikanmultikultural-dalam-mewujudkan-demokrasi-di-indonesia.pdf Seorang dosen
Sosiologi FSP FIP UNY. Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional dengan tema
“Pendidikan Multikultural dan Demokrasi di Indonesia“ dan Wisuda Program Akta IV Angkatan
I, STIT Alma Ata Yogyakarta, h. 8

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s9


perilaku dan nilai-nilai khususnya bagi civitas akademika di sekolah. Ketika siswa
atau mahasiswa berada diantara sesamanya yang berlatar belakang berbeda mereka
harus belajar satu sama lain, berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga dapat
menerima perbedaan diantara mereka sebagai suatu yang memperkaya mereka.
Suasana sekolah amat penting dalam penanaman nilai multibudaya. Sekolah
harus dibangun dengan suasana yang menunjang penghargaan budaya lain. Relasi
guru, karyawan, siswa yang berbeda budaya diatur dengan baik, ada saling
penghargaan. Anak dari kelompok lain tidak ditolak tetapi dihargai. Bahkan yang
tidak kalah penting, terlebih di tingkat SD-SMU, dekorasi sekolah perlu diatur dengan
nuansa multikultural. Meski sekolah itu di Pulau Jawa, hiasan, dan dekorasi ruang
dibuat beraneka ragam budaya suku-suku yang ada di Indonesia, misalnya, sehingga
mengerti nilai lain.
Peran Guru dalam Pengembangan Pendidikan Multikultural Peran dalam
pendidikan multikultural juga amat penting. Guru harus mengatur dan mengorganisir
isi, proses, situasi, dan kegiatan sekolah secara multikultural, di mana tiap siswa dari
berbagai suku, jender, ras, berkesempatan untuk mengembangkan dirinya dan saling
menghargai perbedaan itu
Dari beberapa keterangan di atas guru di sekolah dapat melakukan
pengembangan berfikir kritis dan bersikap demokratis pada anak didik dengan
beberapa langkah sebagai berikut:
1. Melakukan pembaharuan kurikulum materi pembelajaran yang dapat memacu
berfikir inovatif, kreatif dan demokratis
2. Metode pembelajaran variatif, kritis dan demokratis seperti berdiskusi, dialog,
tanya jawab dan kerja sama serta tugas-tugas kerja kelompok
3. Membuat suasana lingkungan gotong royong dan kebersamaan seperti kerja
bakti, kebersihan lingkungan, lomba masak memasak dan lain-lain
4. Adanya keteladanan para guru, karyawan dan kepala sekolah di lingkungan
sekolah.
5. Terlatih saling mengkritik antar teman dan saling menerima kritikan
6. Terlatih berorganisasi secara musyawarah dan mufakan mulai dari
kepengurusan kelas sampai kepada OSIS dan Himpunan Mahasiswa

C. Rangkuman
Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut sebagai Ulil Albab
yang berarti orang berakal cerdas. Bersikap demokratis berarti sikap pandangan hidup
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban atau perlakuan yang sama bagi semua
warga Negara. Berfikir kritis memiliki tiga tuntutan besar yang merupakan cirri-
cirinya yaitu: berdzikir, berfikir kritis dan berusaha dan berkreasi. Bersikap
demokratis. Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali
Imran /3: 159 yaitu: lemah lembut, member maaf dan memohonkan ampunan. Ada
tiga tahapa menuju bangsa yang demokratis. Tahapan menuju bangsa yang demokratis
yaitu:
1. Tahapan pengembangan institusi yang demokratis

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


2. Mewujudkan sikap individu pendukung demokrasi
3. ewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang demokratis

Sedang langkah-langkah menuju berfikir kritis dan bersikap demokratis adalah


sebagai berikut:
1. Melakukan pembaharuan kurikulum
2. Metode pembelajaran variatif, kritis dan demokratis
3. Membuat suasana lingkungan gotong royong dan kebersamaan dengan
keteladanan
4. Latihan saling mengkritik dan saling menerima kritikan
5. Latihan berorganisasi secara musyawarah dan mufakat

D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama membahas
tentang ayat-ayat pilihan yang berkaitan dengan sikap kritis. Kelompok Kedua
membahas tentang Hadits pilihan yang berkaitan sikap kritis. kelompok Ketiga
membahas tentang ayat-ayat pilihan berkaitan dengan sikap demokratis. Kelompok
Empat membahas tentang ciri-ciri sikap kritis dan demokratis. Masingmasing
kelompok mempresentasikan kajiannya, menanggapi kelompok lain dan mecatat
kesimpulannya.

E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Saudara tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Bersikap kritis dalam QS. Ali Imran : 159 disebut:
a. Ulin-Nuha c. Ulul-Abshar
b. Ulul-Albab d. Ulil-Abshar
2. Sikap kritis pada ayat tersebut adalah yang memadukan minimal dua sifat yaitu:
a. Berfikir dan dzikir c. Berfikir dan aktif
b. Berfikir dan kreatif d. Berfikir dan inovatif
3. Lebih rinci lagi ada tiga sifat yang menjadi ciri-ciri bagi orang yang bersikap kritis
yaitu :
a. Berfikir, dzikir, berusaha dan berkreasi
b. Berfikir, dzikir dan aktif
c. Berfikir, dzikir dan kreatif
d. Berfikir , dzikir dan inovatif

4. Sabda Nabi saw yang benar;

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it9s11
َ ‫َك َرَم الر َج َل ََ ع َقلهَ ودينهَ َوَم َروءتهَ و َح‬
a. َ‫سبهَ خل َقه‬
b. َ‫سبهَ خل َقه‬َ ‫َك َرَم الر َجل دينهَ عَ َقلهَ َوَم َروءتهَ و َح‬
c. َ‫سبه‬َ ‫َك َرَم الر َج َل دينهَ َوَم َرو َءتهَ َع َقلهَخل َقهَ و َح‬
d. ‫سبهَ خل َقه‬
َ ‫َك َرَم الر َجل دينهَ َوَم َرو َءتهَ عَ َقلهَ و َح‬
5. Sabda Nabi : ‚Kehormatan dan harga diri seseorang ditentukan oleh :
a. kecerdasan akalnya
b. Agamanya
c. Keturunannya
d. akhlaknya
6. Kedudukan seseorang ditentukan oleh:
a. kecerdasan akalnya
b. Agamanya
c. Keturunannya
d. Akhlaknya
7. Di aantara ciri demokratis adalah cinta bermusyawarah. Asal arti musyawarah
adalah:
a. Berembuk
b. Berunding
c. Berdiskusi
d. Mengeluarkan madu dari sarang lebah
8. Ada tiga sikap seseorang demokratis yang sukses dalam bermusyawarah yang
disebutkan dalam QS. Ali Imran /3: 159 yaitu
a. Lemah lembut, pemaaf dan suka bermusyawarah
b. Lemah lembut, pemaaf dan tawakkal
c. Lemah lembut, pemaaf dan memohonkan ampunan
d. Lemah lembut, pemaaf dan mohon ampunan
9. Berikut bukan tahapan yaanag menuju bangsa yang demokratis yaitu:
a. Tahapan pengembangan institusi
b. Mewujudkan sikap individu
c. Mewujudkan struktur sosial dan kultur politik
d. Mewujudkan superior sosial
10. Sedang langkah-langkah yang tidak menuju berfikir kritis dan demokratis adalah:
a. Melakukan pembaharuan kurikulum
b. Latihan saling mengkritik dan saling menerima kritikan
c. Latihan berorganisasi secara musyawarah dan mufakat
d. Memelihara tradisi dan ulet terhadap kritikan

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda


dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir KB 4 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
<69% = Kurang

Jika tingkat penguasaan Anda mencapai minimal 80%, maka Anda dapat meneruskan
untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika nilai tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang KB ini,
terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub
al`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Al-Dzahabi, Husein, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Kairo: Maktabah Wahbab, 2003
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir : Wizârah al-Tarbiyah
wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-Idârah al-
‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts, 1988
-------, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân, Kairo: Dâr at-Tirâts, t.th.
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh
al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-
`Azîz bin `Abd Allâh bin Bâz dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo:
Maktabah al-Aymân, tth. Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats,
Sunan Abî Dawûd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo: Dâr
al-Hadîts, 1999

Modul Pendalaman Materi PPG


Qur’an|Had1it9s13
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, Cet. Ke 10
Al-Hakim, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain, Bairut: Dâr Shadir, t.th.
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa’, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-Bâqiy, Masir: Isâ
al-Bâbiy al-Halabiy, 1370 H
Ibn Fâris bin Zakarîyyâ, Abî al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-Maqâyîs fî
alLughah, Ed. Syihâb al-Dîn Abû `Amr, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut : al-Maktab
alIslâmî, tth., No. 3/183
Ibn Katsîr, Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ’, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîn, Singapur :
alHaramayn, tth
Al-Kumi, Ahmad as-Sayyid, dkk., ‘Ulûm al-Qur’ân, Kairo: Fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar, 1982
Madkur, Ibrahim, Mu’jam Alfâzh al-Qur’an al-Karîm, Kairo: Majma’ al-Lughah
alArabiyah al-Idariyah al-‘Âmmah li al-Mu’jamat wa Ihya at-Turats, 1988
Mahna, Ahmad Ibrahim, Tabwîb âyi al-Qur’ân al-Karîm min an-Nâhiyah
alMaudhû’iyah, Kairo: Dâr asy-Sya’b, t.th.
Majid Khon, Abdul, Ahâdîts al-Akhlâq, Jakarta : Fak Tarbiyah, 1994, Cet. 1
Majid Khon, Abdul, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Al-Manzhûr, Ibnu, Lisân al-‘Arab, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.th.
Al-Mubârakfûrî, Abi al-‘Ulâ Muhammad bin Abd al-Rahmân bin Abd al-Rahîm(w.
1353),, Tuhfat al-Ah wadzî bi Syarh Jâmi’ al-Turmudzî, Beirut : Dâr
alKutub al-‘Arabiyah, tth.
Muhammad bin `Îsâ bin Sûrah, Abi `Îsâ, (al-Turmudzi w.279 H), Sunan al-Turmudiy,
Ed. Mushthafâ Muhammad Husayn al-Dzahabiy, Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999,
Cet. Ke-1
Al-Munawar, Said Agil Husin, Macam-Macam Metode Tafsir, Makalah
dipresintasikan pada Seminar Sehari Penyusunan Modul Tafsir bi alMa’tsur
dan bi al-Ra’yi di IIQ Jakarta, 2009)
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997
Muslim, Mushthafa, Mabâhits fi at-Tafsîr al-Maudhu’i, Bairut: Dâr al-Qalam, 1989
Musthafa Ja’far, Abdul Ghafur Mahmud, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi Tsaûbihi
alJadîd, Kairo: Dâr al-Salâm, 2007
Nata, Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992
Al-Nawawi, Muhy al-Dîn Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawiy, Cairo : Dâr al-Fajr, 1420
Al-Qadhi, Abdul Fatah, Târîkh al-Mushhaf asy-Syarîf, Kairo: Maktabah wa
Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, 1965

202 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Al-Qazwîniy, Abî `Abd Allâh Muhammad bin Yazîd, Sunan Ibn Majah, Ed.
Muhammad `Abd al-Bâqiy dan Mushthafâ Muhammad Husîn al-Dzahabiy,
Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999, Cet. Ke-1
Ramli, Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Al-Rûmi, Fahd bin Abdurrahman, Studi Kompleksitas Al-Qur’ân, (terj.) Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1999
Sa’îd al-Khinn, Mushthafa, at.all., Nuzhat al-Muttaqîn Syarah Riyâdh al-Shalihîn,
Beirut : Muassasah al-Risalah, 1989
Al-Shabuni, Muhammad Ali, at-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Bairut: Dâr al-Irsyâd,
1970
Al-Shalih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an, Bairut: Dâr al-‘Ilm, li al-Malayin,
1977
Al-Shan’âniy, Muhammad bin Isma’il al-Kahlâniy, Subul al-Salâm (Syarah Bulûgh
al-Marâm min Adillat al-Ahkâm, Semarang : Thaha Putra, tth.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, t.th.
-------,, Wawasan Al-Qur’an , Bandung: Mizan, 1996
-------, Sahur Bersama M. Quraish Shihab di RCTI, Bandung: Mizan, 1997
-------, al-Jâmi` al-Shaghîr fî Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, Indonesia : Dâr Ihyâ
alKutub al-`Arabîyah, tth.
Syahrur, Muhammad, al-Kitâb wa al-Qur’ân, Damaskus: al-Ahâli, 1992
Syihab, Musnad asy-Syihâb, Kairo: Dâr al-Manâr, t.th.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Al-Zarqâni, Muhammad Abdul ‘Azhim, Manâhil al-‘Irfan fi ‘Ulûm al-Qur’ân,
Bairut: Dâr Qutaibah, 1998

Glosarium
berfikir kritis : berfikir cerdas, tajam, dan pandai.
Cendekia : cepat mngerti situasi dan pandai mencari jalan keluar.
Jurur = pemberitaan sesuai dengan realita kenyataan
Rahim = tempat mengandung anak kemudian diartikan sanak famili atau kerabat,
karena ia dilahirkan dari rahim. Shiddiq = orang yang sangat benar shilatur
rahim = menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak
famili dengan perbuatan yang baik
shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat artinya ; menyambung rahim

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had2it0s1


Kunci Jawaban Test Formatif Modul 5
KB 1 KB 2 KB 3 KB 4

01 C 01 b 01 c 01 b
02 A 02 a 02 a 02 a
03 C 03 b 03 c 03 a
04 C 04 d 04 c 04 d
05 A 05 a 05 a 05 a
06 B 06 b 06 a 06 d
07 C 07 b 07 c 07 d
08 C 08 a 08 b 08 c
09 C 09 d 09 d 09 d
10 A 10 d 10 a 10 d

204
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
MODUL 6 AL-QUR’AN HADITS

Kegiatan Belajar 1 ILMU DALAM PERSPEKTIF HADIS

Tujuan
Diharapkan dari Kegiatan Belajar ini pemahaman terhadap ajaran Hadis
Rasulullah tentang menuntut ilmu, yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa
kompetensi dasar yaitu membaca dan menyebutkan arti Hadis tersebut serta
menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya. Kompetensi yang terbentuk pada
diri siswa tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang menanamkannya.
Untuk itulah, Kegiatan Belajar ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menambah wawasan guru al-Qur’an Hadis mengenai makna Hadis-Hadis
tentang ilmu, fungsi ilmu, dan keistimewaan orang berilmu.
2. Menjelaskan kualitas Hadis-Hadis tentang ilmu, fungsi ilmu, dan kedudukan
orang berilmu.
3. Memberikan ketrampilan penggunaan media untuk mencari Hadis-Hadis
seputar ilmu.

Uraian Materi
Pepatah mengatakan: ‚Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu
hidup menjadi mudah, dan dengan seni hidup menjadi indah‛. Begitulah peran ilmu
dalam kehidupan yang dianggap sebanding dengan peran agama, meskipun memenuhi
aspek kebutuhan yang berbeda dari kehidupan manusia. Ilmu itu tak ubahnya cahaya
dalam pekatnya malam, memberikan sinar terang bagi mereka yang mengamalkannya.
Selain memberikan begitu banyak kemudahan bagi manusia dalam
menghadapi persoalan hidup, ilmu juga menempatkan orang-orang yang memilikinya,
bahkan mereka yang masih beruasaha mempelajarinya, pada derajat yang tinggi
sehinga mereka menjadi kelompok yang terhormat di masyarakatnya bahkan di

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had2it0s3


hadapan makhluk Allah yang lainnya. Kisah pembangkangan Iblis terhadap perintah
Allah untuk tunduk kepada Adam as menunjukkan keutamaan ilmu tersebut.
Adam as. yang diyakini oleh kaum Muslimin pada umumnya sebagai manusia
pertama yang Allah ciptakan sebagai khalifah (pengganti atau wakil Allah) di muka
bumi, diberi kelebihan oleh Allah swt dengan sesuatu yang tidak diberikan-Nya
kepada malaikan, jin, maupun iblis sehingga Allah memerintahkan makhluk-
makhluknya di surga untuk tunduk kepada Adam. Kelebihan yang dimiliki oleh Adam
adalah ilmu yang diajarkan langsung oleh Allah kepadanya.
Bukan hanya Adam yang yang mendapatkan kehormatan karena ilmunya itu,
akan tetapi semua orang yang berilmu dimulyakan oleh Allah di sisi-Nya, bahkan
mendapatkan apresiasi yang lebih di sisi hambanya yang lain di dunia. Sebagaimana
janji Allah dalam salah satu firmannya bahwa Ia akan meninggikan derajat orang yang
beriman dan mereka yang punya ilmu pengetahuan.

Kewajiban Mencari Ilmu


Hadis pertama yang akan kita pelajari adalah hadis-hadis tentang kewajiban
mencari ilmu. Diantara hadis-hadis tersebut adalah:
‫ش ََنَ َظَ َير ع‬
َ ‫ص ب َن سل َي َما َن ََ ح ََد‬
َ َ َ‫ث ان ى‬
‫شامَ ب َن عَ ََما َر‬ َ ‫َح ََد‬
‫ث ان َكثريَ ب َن ََ َن ََمَ ََم َد ب‬
َ َ ‫ح ََد‬
َ‫ث ان ح ََف‬
‫َن‬
َ‫ضة‬
َ ‫ب الع َلم فري‬ َ َ
َ ‫سريين ع َن أنس بن َما لك قا َل قَا َل ر َسو َل اللوصلى الل َو عَل َيو َو َسل َم طل‬
‫َلَى َك َ’ل َم َسلَم‬
‫ع‬
‫)رواه ابن‬
(‫ماجو‬
Hisyam bin Ammar bercerita kepada kami, Hafash bin Sulaiman bercerita
kepada kami, Katsir bin Syindzir bercerita kepada kami, dari Muhammad
bin Sirin, dari Anas bin Malik berkata: ‚Rasulullah saw bersabda: ‘mencari
ilmu itu wajib atas setiap orang Muslim‛ (diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sahabat
terdekat Rasulullah ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di Sunan Ibn
Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang paling mu’tabar
(paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik, sahabat Rasulullah
yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu Said al-Khudri sebagaimana disebutkan
dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena
banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun sangat sering
dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun tulisan popular serta seminar
dan ceramah-ceramah.
Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if
(lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 205


Hadits |
pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh Yahya
bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Jadi penilaian
bahwa hadis ini lemah adalah didasarkan pada kelemahan diri seorang perawinya.

206
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matnnya sejalan
dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan,
antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, hadis ini
mengandung ajaran untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik yang disebut
fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung ajaran fadla’ilul
a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, menurut para ulama hadis boleh dijadikan
dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin
Hanbal.
Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga
sejak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas belajar dan mengajar sangat
intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah ke berbagai tepat seperti
Yaman, Syam, dan Mesir untuk memberikan pengajaran. Setelah itu, di masa tabiin
banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah ilmiyah yakni perjalanan untuk mencari
ilmu.
Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan
pengetahuan yang diperoleh dari belajar kepada sedikit guru. Karena itu mereka tidak
segan-segan melakukan perjalanan jauh untuk belajar pada guru di kota-kota yang
mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak
hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi
kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka
kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan berpindah
dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian
aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat belajar).
Kesediaan melakukan perjalanan jauh sekalipun untuk mencari ilmu tidak
terlepas dari dorongan Rasulullah saw dalam sebuah hadis:

‫ اطلبوا العَلَ َم َول َو ابل‬:‫عن أنس بن مالك قال قال رسول هلال صلى هلال عليو وسلم‬
‫صَي‬ ’َ
(‫)مسند البزار‬
Dari Anas bin Malik, dia berkata Rasulullah saw bersabda: ‚Carilah ilmu
walau sampai ke negeri Cina‛

Hadis ini mengisyaratkan bahwa mencari ilmu itu harus dilakukan walaupun
untuk memperolehnya seseorang harus melakukan perjalanan jauh. Sebab siapa yang
tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan menjalani sisa hidupnya dalam
kebodohan, dan siapa yang bersabar dalam mencari ilmu maka dia akan meraih
kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Selain berimplikasi pada aktifitas mencari ilmu secara individual, hadis
Rasulullah tentang kewajiban belajar ini mendorong lahirnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam baik yang formal maupun informal. Perbedaan antara formal dan
informal dalam pendidikan Islam di masa klasik terlihat pada hubungannya dengan
Negara. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh
Negara untuk mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar menguasai pengetahuan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 207


Hadits |
agama dan berperan dalam agama, atau menjadi tenaga birokrasi, atau pegawai
pemerintahan. Lembaga-lembaga pendidikan formal ini dibiayai oleh negara dan
dibantu oleh orang-orang kaya melalui wakaf yang mereka berikan. Pengelolaan
administrasi berada di tangan penguasa. Sedangkan lembaga pendidikan informal
tidak dikelola oleh Negara.
Adapun bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam di masa klasik adalah:
1. Maktab/Kuttab yang merupakan lembaga pedidikan dasar
2. Halaqah, yang merupakan pendidikan tingkat lanjut setingkat dengan college.
3. Majlis, yakni kegiatan transmisi keilmuan dari berbagi disiplin ilmu
4. Masjid Jami atau univesitas, seperti Masjid Jami al-Azhar di Cairo, Masjid al-
Manshur di Baghdad, dan Masjid Umayyah di Damaskus.
5. Khan yaitu asrama pelajar atau tempat belajar secara privat.
6. Ribath yaitu tempat kegiatan kaum sufi
7. Rumah-rumah ulama
8. Perpustakaan
9. Observatorium seperti Baitul Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di
Baghdad dan Darul Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir. Selain itu
ada observatorium Dinasti Hamadan yang dikelola oleh Ibn Sina dan
observatorium Umar Khayyam.

Fungsi Ilmu di Masyarakat


Ilmu mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu
manusia menciptakan kebudayaan, lembaga-lembaga sosial dan membangun
peradaban. Dengan ilmu, manusia mengatur tata kehidupan dan pola interaksi sesama
manusia. Hadis berikut menjelaskan sebagian fungsi ilmu:

‫َلي َو َو َسل َم إ ََن َم َن أ‬ َ ‫َ َن أنس ب َن َمال‬


‫ك أن َو قا َل قا َل ر َسو َل الل َو صلى الل َو ع‬ ‫ع‬
‫ساعَ َة أ َن‬
ََ ‫َش َرا َط ال‬
َ ‫ش َو ال ’َزان َوت َشر‬
(‫ )رواه الرتمذي‬.... ‫ب اخلَ َمر‬ َ َ‫ي ف‬
َ ‫اجلََهلَ َو‬
‫ي َرف َع ال َعلَ َم َويظ َه َر‬ Dari Anas bin Malik, dia berkata:
Rasulullah saw bersabda ‚Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat
adalah hilangnya ilmu, merebaknya kebodohan, menyebarnya perzinaan,
dan semakin banyak orang minum khamar …. (diriwayatkan oleh
Turmudzi)

Hadis yang dinilai shahih oleh Imam al-Turmudzi ini menjelaskan bahwa
kiamat, kehancuran alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi penduan
kehidupan manusia. Sebaliknya, hilangnya ilmu merupakan salah satu syarat akan
datangnya hari kehancuran tersebut. Sebab hilangnya ilmu itu akan merembet pada

208
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kebodohan manusia, dan kebodohan manusia itu akan menyebabkan mereka
melakukan pelanggaran dan pengrusakan. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 209


Hadits |
Bukhary dikatakan bahwa hilangnya ilmu akan menyebabkan terjadinya banyak
pembunuhan. Semua tindakan negative itu akan mengantarkan pada bencana yang
lebih besar yaitu kehancuran alam semesta, atau yang disebut kiamat.
Hadis lain yang menggambarkan fungsi ilmu dalam kehidupan adalah:

:‫ي قَول‬ َ َ ‫ ََس َع‬:‫َ ب َن عَ َمرو ب َن العاص قا َل‬‫حديث َع َب َد ا َلل‬


َ ‫ت ر َسو َل ا َلل‬
‫إ ََن‬ ‫صلى هلال عليو وسلم‬
‫َبض َحىت إذا‬ ‫ي نَتزعَ َو َم َن العَبا َد َولك َن ي ق‬ َ ‫ض العَ َل َم‬ َ ‫ي‬ َ ‫هلال ال‬
َ‫مل‬ ‫الع َل َم بقبض العل َما َء‬ ،‫انت َزاعا‬ ‫قَب‬
‫ضلوا‬َ ‫ضل َو‬ َ ،‫َلم‬ ‫ت وا بغ‬
َ ‫ ف‬،َ‫َج ََهاال‬ ‫س رءو‬ َ َ‫ اخت‬،‫ي َعاملَا‬ َ
َ ‫وا‬ َ
‫ع‬ ‫ف‬ ‫ََير‬ ‫ف‬َ ‫ فأ‬،‫سئلوا‬ ‫َسا‬ ‫َذ النا‬
َ ‫بَ َق‬
‫َأ‬
‫)أخرجو‬
(‫البخاري‬
Hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, dia berkata saya mendengar
Rasulullah saw bersabda: ‚sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu
dengan cara merampasnya dari dada manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu
dengan cara mewafatkan para ulama. Sehingga bila tidak ada lagi orang alim,
manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Jika
mereka ditanya mereka akan member fatwa tanpa dasar ilmu, maka mereka
sesat dan menyesatkan‛. (diriwayatkan oleh al-Bukhary)

Jadi menurut hadis ini, ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan,
dan menghindarkan komunitas manusia dari kepemimpinan orang-orang yang bodoh
yang akan menjerumuskan mereka ke jalan yang salah.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fungsi ilmu secara umum
adalah menghindarkan manusia dari kebodohan, pelanggaran dan kesalahankesalahan
yang lain. Fungsi ilmu tentu tidak hanya secara masal, akan tetapi fungsi ilmu dapat
dilihat secara individual, yaitu mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan
ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal itu disebutkan dalam hadis:

‫َا َما‬‫صلى عَل َي َو َو َسل َم قا َل إ ذ‬ َ‫َر‬


‫ض َي الل َو عَ َن› َو أ‬ ‫َع َن أَب ىَ› َر َي ر ة‬
َ
‫ت اب َن آ َد َم ا َن‬
َ ‫ََن ر َسو َل الل َو الل َو‬
‫ت فَ َع ب َو أ َو َول‬َ َ‫َ َمل َو إ َ َال َم َن ث َلث ص َدق َةجاري َة أ َوَو َع َل َمي ن‬
‫قَط َع ع‬
‫َدصا َلَ ي َدعو لو )رواه مسلم‬
(‫والرتمذي والنسائي وغريىم‬
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda ‚Jika anak
Adam (manusia) mati, maka terputuslah (pahala) amalnya, kecuali dari tiga

210
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang
mendoakannya. (diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi, Nasai dll)

Jadi salah satu fungsi ilmu adalah mengalirkan pahala kepada orang yang
mengajarkan ilmu tersebut, dan dimanfaatkan oleh orang yang belajar darinya.

Keistimewaan Orang Berilmu

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 211


Hadits |
Selain berperan penting dan memberikan manfaat yang positif dalam kehidupan
manusia, ilmu juga menempatkan para ulama pada kedudukan istimewa diantara
manusia dan makhluk-makhluk Allah yang lain.

‫صلََى الل َو َو َسل َم ي َم َن سل‬ َ ‫الل‬ ‫ت‬َ ‫َ َن أَب ال ََدر َدا َء قا إين َََس َع‬‫ع‬
‫ك‬َ ‫قَو َل‬ ‫عل َي َو‬ ‫َو‬ ‫ر َسو َل‬ ‫َل‬

َ ‫طري َقا طر َق اجلَن َة املَلَئ َكةَ لت‬


‫ض َع‬ ‫ب في َو َعل َسل الل َو‬َ ‫طري َقا يطل‬
‫ت‬
َ ‫أ َجن َح‬ ‫وإ ََن‬ ‫َم َن‬ ‫ك ب َو‬ َ ‫َما‬
‫ت غ َف َر ل َو م َن يف ال َوَم َن يف ا َل‬َ ‫ب العَ ل‬
َ‫َ َم َوإ ال َعامل‬ َ ‫ضا لطال‬
َ ‫َها ر‬
َ
‫ََر ض‬ َ
‫س َم َوا ت‬
ََ ‫لي َس‬ َ
‫َن‬
‫عَلى العاب َد ك َف ي‬
‫َل لةَ الب َد َر‬ ‫ض َل العاَمل‬َ ‫ف املَا َء َوإ ف‬ َ ‫َليتا َن يف ج و‬
َ ‫َوا ح‬
‫على‬ ‫ض َل ال َق َم َر‬َ َ
‫َن‬
‫ي َورثوا‬َ ‫ب و ََإ َورثةَ ا َل ََنبيا َء وإ ََن ا‬ َ ‫ال َك َواك‬ ‫َسائ َر‬
‫َدينارا وَال‬ َ‫َل ََنبياءَ مل‬ َ‫ََن العلَ َماء‬
‫َدرىَ َما وإمنَا َورثوا العَ َل َم ف َم َن أ َخ َذ َه أ‬
‫َخ َذ ب َح ظ‬
(‫)رواه ابوداود‬
‫ َوافر‬Dari Abu Darda ra, dia berkata: ‚sesungguhnya saya mendengar
Rasulullah saw bersabda: ‘Siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari
ilmu, makaAllah menyertainya berjalan menuju surga. Sesungguhnya
para malaikatmerendahkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap
pencari ilmu. Dansesungguhnya orang yang berilmu
dimohonkan ampunan olehmakhlukmakhluk
penghuni langit dan bumi bahkan oleh ikan di dalam air.Sungguh
keutamaan seorang alim ahli ilmu) dibanding dengan seorang abid
(ahli ibadah) adalah seperti cahaya bulan purnama disbanding cahaya
bintangbintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi
mereka mewariskan ilmu, siapa mendapatkannya akan memperoleh
keberuntungan yang besar. (diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Jadi, setidaknya ada lima keistimewaan orang berilmu yaitu:


1. Diiringi perjalannya oleh Allah menuju surga
Surga adalah kehidupan yang diidentikkan dengan keindahan, kesenangan,

212
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kenikmatan, kedamaian, kesejahteraan, kenyamanan dan sebagainya. Orang
yang sedang berusaha dengan sungguh-sungguh mencari ilmu dan bersabar
serta tabah menghadapi segala kesulitan yang ada, akan dibantu oleh Allah
sehingga dia berhasil menikmati buah ilmu itu di dunia maupun akhirat.
Bangsa-bangsa yang makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang hidup
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
2. Diridhoi oleh para malaikat
Malaikat selalu memberikan ilham, inspirasi dan bimbingan ke arah yang
positif kepada manusia, sebaliknya syaitan selalu membisikan hal-hal jahat dan
negative. Dengan ridho dari malaikat, pencari ilmu yang sungguhsungguh akan
cenderung kepada hal-hal yang positif.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 213


Hadits |
3. Didoakan oleh makhluk-makhluk yang ada di udara maupun di darat serta yang
ada di dalam air.
Sering muncul berita di media massa bahwa sekelompok ilmuwan
mengemukakan ide untuk melindungi jenis-jenis binatang dan berbagai macam
tanaman dari kepunahan. Maka lahirlah undang-undang dan peraturan-
peraturan untuk konservasi alam. Ilmuwan pula yang terus mengingatkan
bahaya pencemaran udara terhadap lapisan ozon yang pada jangka panjang
akan berakibat buruk pada kehidupan bumi. Begitu juga para ilmuwan yang
menyelamatkan ikan-ikan besar yang tersesat sehingga terdampar dan sekarat
di pantai, lalu para ilmuwan itulah yang berinisiatif membawa mereka kembali
ke tengah lautan. Pemikiran untuk menyelamatkan binatang tumbuhan, atau air
dan udara tidak lahir dari pengusaha, pedagang atau pemburu yang hanya
memikirkan bagaimana mengambil keuntungan dan kesenangan dari semua itu.
4. Dinilai lebih utama dibanding ahli ibadah
Argument yang paling rasional untuk pernyataan ini adalah bahwa manfaat dari
ilmu yang dimiliki seorang alim dirasakan bukan hanya oleh dirinya sendiri,
tetapi juga oleh orang banyak. Sedangkan manfaat ibadah seseorang lebih
dirasakan oleh dirinya sendiri, meskipun dapat pula member inspirasi pada
orang lain.
5. Dinyatakan sebagai pewaris para nabi
Keberlangsungan ajaran para nabi dijaga oleh para ulama yang secara turun
temurun dari generasi ke generasi mengajarkan konsep-konsep akidah, tata cara
beribadah, prinsip-prinsip akhlak, dan aturan-aturan bermuamalah yang telah
disampaikan para nabi. Karena itulah mereka disebut pewaris nabi. Dan hal itu
merupakan kehormatan yang besar.

Orang yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai
tanaman yang berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam
penampung air yang sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia,
binatang ternak dan untuk menyirami tanaman. Singkat kata orang yang berilmu
manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak hanya untuk dirinya, tapi juga
berguna bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.
Karena pentingnya ilmu itu, firman Allah yang pertama kali diturunkan
kepada utusan-Nya adalah perintah membaca. Membaca adalah salah satu metode
untuk memperoleh dan mempelajari ilmu. Membaca tidak terbatas pada tulisan yang
ada di dalam buku, akan tetapi membaca juga mengamati fenomena sosial dan gejala-
gejala alam. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, misalnya surat al-
Baqarah ayat 164: ‚sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada
pergantian malam dan siang, pada kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang
bermanfaat bagi manusia, dan pada apa yang diturunkan oleh Allah dari langit berupa
air (hujan) lalu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di bumi
itu bermacam-macam binatang, dan pada perkisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi, semua itu sungguh merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir‛. Oleh karena itu pada surat Yunus

214
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
ayat 101 Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan pengamatan
(observasi) terhadap gejala-gejala alam tersebut.
Ayat-ayat tersebut memberikan pemahaman kepada kita untuk senantiasa
belajar, dan menganalisa segala persoalan yang ada di sekitar kita. Dan sekaligus
membuka mata kita bahwa belajar itu tidak hanya dengan cara bergelut dengan buku
dan di bangku sekolah, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan cara menganalisa
fenomena-fenomena (gejala-gejala) yang ada di lingkungan kita.

Perbandingan antara Ilmu dan Harta


Ketika Nabi Sulaeman a.s. ditawari Allah swt tiga hal; harta, kekuasaan, dan
ilmu beliau memilih ilmu pengetahuan. Pilihan itu mungkin tidak populis kalau kita
menggunakan ukuran manusia sekarang, karena merupakan pilihan yang merugikan.
Realitas masyarakat sekarang ini kebanyakannya lebih mementingkan harta daripada
ilmu pengetahuan. Mereka lebih memilih membeli sawah dan kebun yang luas,
menyediakan modal untuk membeli ruko yang banyak, daripada memberikan modal
kepada anak-anaknya untuk pendidikannya. Banyak yang tidak sekolah bukan karena
tidak punya uang untuk membayar sekolahnya, tetapi karena orangtuanya lebih
memilih untuk mewariskan harta dari pada ilmu. Tetapi pilihan Nabi Sulaeman adalah
pilihan cerdas dan terbaik. Dengan ilmunya ia memperoleh kekuasaan dan limpahan
harta yang tiada bandingannya baik sebelum maupun setelahnya.
Ali bin Abi Thalib r.a. juga pernah ditanya: ‚Wahai Ali, mana yang lebih
utama; ilmu atau harta?‛ Ali menjawab, ‚Ilmu lebih utama daripada harta. Ali
kemudian memberikan sepuluh alasannya ;
1. Ilmu warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan Qarun dan Fir’aun.‛
2. Ilmu bisa merawat dirimu. Sedang harta, kamulah yang merawatnya.‛
3. Orang yang memiliki harta cenderung mendapat banyak musuh. Sedang orang
berilmu punya banyak teman.‛
4. Harta ketika digunakan akan berkurang. Sedang ilmu semakin banyak
digunakan semakin bertambah.‛
5. Orang berharta biasa diberi gelar si Bakhil. Sedang orang berilmu selalu diberi
gelar-gelar yang mulia dan terhormat.‛
6. Harta benda harus dijaga dari pencuri. Sedang ilmu tidak perlu dijaga dari
pencuri.‛
7. Di hari kiamat nanti orang berharta dihisab sebab hartanya. Sedang orang
berilmu kelak di hari kiamat dapat syafa’at sebab ilmunya.‛
8. Seiring waktu berjalan, harta semakin lama kian habis dan rusak. Sedang
ilmu, takkan bisa habis maupun rusak.‛
9. Harta bisa mengeraskan dan menggelapkan hati. Sedang ilmu menerangi
hati.‛
10. Orang berharta biasa dikatakan sombong sebab kekayaannya. Sedang orang
berilmu biasa disebut orang tawadhu’, rendah hati, sebab ilmunya,

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 215


Hadits |
Ali bin Abi Thalib memang salah seorang cerdik pandai dari sahabatsahabat
Rasulullah saw. Beliau sangat memahami peranan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia di dunia maupun di akhirat. Dalam satu khutbahnya beliau berkata, ‚siapa
yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, siapa yang menginginkan
akhirat hendaklah dengan ilmu, dan siapa menginginkan keduanya hendaklah dengan
ilmu‛

Peradaban Besar Berdiri di atas Kegemilangan Ilmu Pengetahuan


Kebenaran al-Quran dan hadits adalah kebenaran pasti dan niscaya yang tidak
bisa ditawar. Kebenaran itulah yang kemudian menjadi spirit ummat Islam untuk
menggali ilmu pengetahuan. Mereka adalah ummat yang haus dan tamak dengan ilmu.
Mereka menjadi ummat pembelajar. Penggalian ilmu pengetahuan menjadi tradisi
ummat Islam, baik ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu profan, bahkan filsafat.
Mereka rela menjual segala harta bendanya untuk mendanai rihlah
(pengembaraannya) menuntut ilmu. Bahkan di antara ulama ada yang rela tidak
menikah karena khusyuk belajar dan berkarya. Kebangkitan peradaban Islam akhirnya
tidak bisa terbendung. Ia lahir dan mencuak menjadi peradaban baru yang meneguasai
tiga benua; Asia, Afrika, dan sebagian benua Eropa. Ummat Islam telah menikmati
kejayaannya pada saat Eropa masih berkutat dengan keterbelakangan dan
kebodohannya.
Karya-karya ummat Islam diberbagai bidang ilmu pengetahuan tumbuh
subur. Pada tahun 800M pabrik kertas pertama berhasil didirikan di Baghdad.
Perpustakaan pun bermunculan di hampir seluruh negeri Arab (Islam) yang dulu
dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.
Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku
sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim
memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya
raja Perancis Charles yang bijaksana hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan
Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di
antaranya 16.000 jilid tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Pada masa awal Islam dibangun badan-badan pendidikan dan penelitian yang
terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah
Abdul Malik dari Bani Umayah. Kemudian didirikan observatoriumobservatorium
berikutnya; Baitul Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di Baghdad dan Darul
Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir. Selain itu ada observatorium Dinasti
Hamadan yang dikelola oleh Ibn Sina dan observatorium Umar Khayyam
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan ‚Angka Arab‛
(Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku.
Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa
adanya sistem ‚Angka Arab‛ yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita
mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu ‚III,‛
tapi bagaimana dengan angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi?
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithma dan juga
Aljabar (Algebra). Omar Khayam menciptakan teori tentang angka-angka ‚irrational‛
serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation). Di dalam ilmu

216
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kedokteran, ilmuwan Muslim juga mencapai kemajuan. Dalam bidang ini dunia
mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya al-Qanun fi al-Thibbi diterjemahkan
ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman
Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa. Ar Razi (Razes) adalah
seorang jenius multi disiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof,
ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli
dalam filsafat. Maka tidaklah heran jika produser film
Robin Hood the Prince of Thieves menyisipkan adegan keterkejutan Robin Hood
dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor.
Sayangnya kejayaan ummat Islam di abad pertengahan itu hanyalah masa
lalu. Ummat Islam hanya bisa mengenang dan membaca sejarahnya. Hanya bisa
berbangga dengan kejayaan pendahulunya. Tetapi belum mampu berbicara banyak
dalam pentas dunia. Bahkan ketika ummat Islam mengabaikan perintah Allah yang
saru ini (ilmu) ummat Islam terperosok dalam jurang keterbelakangan, dan tidak
mampu bangkit dari ketertinggalannya.
Umat Islam semakin jauh dari ajaran agamanya, semakin jauh dari al-Quran
dan hadits Nabi, semakin jauh dari pengamalan para salaf al-saleh, mereka tidak
memahami bahwa menuntut ilmu dan menjadi orang berilmu adalah perintah Allah
dan perintah Nabi, sebagaimana halnya perintah shalat, sedekah dan yang lainnya.
Maka tidak ada alasan lagi bagi kita semuanya kecuali menggiatkan diri
dengan belajar dan menuntut ilmu. Menjadikan masyarakat Islam sebagai masyarakat
pencinta ilmu dan pembelajar adalah agenda izzah dan proyek kesalehan besar yang
harus ditunaikan. Karena kebangkitan ummat akan terwujud dengan kebangkitan ilmu
pengetahuannya.

Rangkuman
Islam bukanlah agama yang mengajarkan keimanan kepada kebesaran dan
kekuasaan Allah tanpa argument rasional. Karena itu Islam menganjurkan umatnya
untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam untuk memperoleh ilmu guna
menambah keyakinan akan kemahakuasaan Allah.
Orang yang berilmu ditempatkan pada derajat yang tinggi dan mendapat
keistimewaan seperti diiringi langkahnya oleh Allah berjalan menuju surga, diridhoi
oleh para malaikat, didoakan oleh makhluk-makhluk Allah yang lain, ditempatkan
lebih utama dibanding ahli ibadah, dan dijadikan pewaris para nabi. Untuk
mendapatkan keistimewaan itu, seorang yang mencari ilmu harus sabar dan tabah
menghadapi segala hambatan.
Ilmu telah mengantarkan umat Islam pada puncak kemajuan peradaban dan
kebudayaan di masa lampau, tetapi sekarang umat Islam tengah berada pada
kemunduran.

Tugas dan Latihan


1. Bentuk 4 kelompok
2. Tiap kelompok mendapat 2 tugas:

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 217


Hadits |
a. mencari hadis-hadis tentang ilmu
b. berdiskusi tentang faktor-faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam
keilmuan dan solusi untuk mengatasi keterbelakngan.
3. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dalam bentuk pointers.

Tes Formatif:
Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c,
atau d, pada pilihan jawaban yang ada di bawah ini.
1. Manusia adalah khalifah Allah di bumi. Khalifah berarti:
a. Raja
b. Pemimpin
c. Wakil
d. Sultan
2. Malaikat dan jin diperintahkan untuk sujud (tunduk) kepada Adam, karena adam
memiliki kelebihan yang berupa: a. Iman yang kuat kepada Allah
b. Manusia pertama yang diciptakan Allah
c. Sabar dan taat menjalankan perintah Allah
d. Ilmu yang diajarkan Allah 3. Lengkapi hadis di bawah ini
‫ع ̋ل كل‬ ‫ ف ُِر‬a. ‫ف ُْرُ ض ع ̋ل كل مسلم‬ ‫طلب العلم‬
‫ضت‬‫مسلم‬ ‫ُ ُْي‬
d. ‫ض ع ̋ل كل مسلم ومسلمت‬ ُ‫ع ̋ل كل مسلم ومسلمت ف ُْر‬ ‫ ف ُِرُ ُْي‬b.
‫ضت‬
c.
4. Kualitas hadis yang berarti ‚mencari ilmu adalah wajib atas setiap Muslim, adalah
a. Shahih
b. Hasan
c. Dlaif
d. Maudlu
5. Kelemahan hadis tersebut terletak pada:
a. Rawi
b. Sanad
c. Matn
d. Mukharrij
6. Meskipun hadis tersebut lemah, tetapi boleh diamalkan karena anjuran di
dalamnya termasuk: a. Amalan sunnah
b. Fadhail al-a’mal
c. Perbuatan terpuji
d. Sejalan dengan al-Qur’an

218
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
7. Dalam merespon perintah mencari ilmu, banyak tabi’in melakukan rihlah
ilmiyah, yaitu:
a. Karya wisata
b. Perjalanan jauh
c. Pergi ke negeri Cina
d. Perjalanan mencari ilmu
8. Siapa yang tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan ….
a. menjalani sisa hidupnya dalam kesulitan.
b. menghadapi bahaya kekafiran.
c. menjalani sisa hidupnya dalam kebodohan.
d. menjalani sisa umurnya dalam kegelapan.
9. Secara kelembagaan, perintah Rasulullah untuk mencari ilmu melahirkan:
a. Undang-Undang Pendidikan
b. Institusi-Institusi Pendidikan
c. Kode Etik Pendidikan
d. Adab Ta’lim wa Muta’allim
10. Yang tidak termasuk lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terbentuk di masa
klasik adalah: a. Madrasah
b. Kuttab
c. Halaqah
d. Observatorium
11. Hilangnya ilmu merupakan salah satu pertanda dari:
a. Akan datangnya jahiliyah modern
b. Merebaknya kemaksiatan
c. Adzab Allah yang disegerakan di dunia
d. Akan datangnya hari kiamat
12. Salah satu cara Allah menghilangkan ilmu adalah dengan:
a. Menjauhkan manusia dari majlis-majlis ilmu
b. Mewafatkan para ulama
c. Diangkatnya orang-orang bodoh menjadi pemimpin
d. Banyaknya fatwa tanpa dasar ilmu
13. Seorang alim lebih utama dari seorang abid, karena:
a. Seorang alim lebih dipuji oleh orang banyak dari pada seorang abid
b. Seorang alim lebih dirasakan manfaatnya oleh orang lain dari pada abid

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 219


Hadits |
c. Seorang alim melakukan aktifitasnya tanpa batas waktu sedangkan seorang
abid hanya pada waktu-waktu tertentu
d. Seorang alim lebih terhindar dari sifat riya dan ujub dari pada seorang abid.
14. Ketika Ali bin Abi Thalib menjelaskan keutamaan ilmu atas harta, dia mengatakan
antara lain:
a. Ilmu harus kamu jaga, sedangkan harta akan menjagamu
b. Ilmu akan membuatmu jadi alim, sedangkan harta akan menjadikanmu
dermawan
c. Orang berilmu tidak akan dihisab di akhirat sedangkan orang berharta akan
dihisab
d. Ilmu akan bertambah banyak jika digunakan sedangkan harta akan berkurang
jika digunakan
15. Imuwan Muslim yang memperkenalkan Arabic Numeral adalah:
a. Umar Khayyam
b. Al-Razi
c. Al-Khawarazmi
d. Ibn Sina

Balikan dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang ada di akhir
kegiatan belajar ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ------------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik

220
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2 terutama bagian yang
belum anda kuasai.

Kunci Jawaban Tes Formatif


1. C
2. D
3. B
4. C
5. A
6. B
7. D
8. C
9. B
10. A
11. D
12. B
13. B
14. D
15. C

Daftar Pustaka
CD, Maktabah Syamilah
CD, Barnamaj al-Kutub al-Sittah
Cahaya Qalam, Islam dan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan, Google 7 Maret 2009
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terjemah oleh Affandi
dan Hasan Asari, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1994
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 221


Hadits |
Kegiatan Belajar 2
MEMELIHARA ANAK YATIM

Dalam KB 2 ini anda akan mempelajari Hadis Nabi Muhammad saw tentang pahala
bagi orang yang menanggung hidup anak yatim dan uraian yang terkait dengan anak
yatim. Sebagai mahasiswa sekaligus guru yang akan mengajarkan kembali hadis ini
kepada siswa, anda dituntut untuk mampu menghafal Hadis yang pendek ini, dan
mampu mengakaitkannya dengan realitas kehidupan.
Silakan mulai belajar dengan membaca hadis di bawah ini, memahami arti
kata-kata penting, memahami terjemah Hadis kemudian membaca uraian berikutnya.

Hadis Nabi:

‫يف اجلَن َة‬ ‫س ََ َع َد ع َن النََ َي’ب صلى الل َو عَل َي َو و َسل َم‬
َ ‫ب‬ ‫ع َس‬
‫ىَ َك َذا‬ ‫قا َل أان وَكاف َل اليتي َم‬ َ ‫ََ َن َه‬
‫ن‬ ‫ َل‬-
‫َوقَا‬
‫َل‬
‫َوال َو َسطَى )رواه البخاري و‬ ‫ب َع الس اببة‬ َ ‫ص‬
َ ‫أب‬
Arti kata-kata (‫الرتمذي‬ ‫َي‬
‫ْكاف ُْل اْليتيم‬ ‫و‬
= yang menanggung anak yatim
‫ىْ ْك‬ ‫ص ُْب‬
= seperti ini ْ ‫ْب‬ =
‫ْذ ْْ ا‬ ‫ْعيو‬

dengan dua jarinya ‫سبابة‬


ْ ‫ال‬ = jari

telunjuk ‫ْو ْسطْى‬


ُ ‫ = ال‬jari tengah

Terjemah Hadis:
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah saw bersabda: Saya dan orang yang menanggung
hidup anak yatim akan berada di surga seperti ini –Rasulullah bersabda demikian
dengan sambil merekatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR Bukhari dan

222
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Turmudzi)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 223


Hadits |
Penjelasan Hadis:
Al-Ahwadzi dalam menjelaskan hadis di atas mengatakan bahwa yang
dimaksud kata ‚Kafilul Yatim‛ adalah orang mengurus keperluan anak yatim dan yang
mendidiknya.98 Dalam hadis di atas, Rasulullah memberikan dorongan agar kita mau
menjamin dalam arti yang tidak hanya membesarkan secara fisik, tetapi mencakup
berbagai hal yakni memelihara, membiayai kebutuhannya, mendidiknya, dan
mengatur kemaslahatannya. Orang yang mau berbuat demikian dijanjikan akan masuk
surga, dan akan berada berdampingan sebagaimana jari telunjuk dan jari tengah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yang tidak mempunyai ayah
atau ibu karena ditinggal mati disebut ‚yatim‛99 . Tetapi menurut al-Khuly, yatim
adalah anak yang ditinggal mati ayahnya, dan kata yatim juga bisa dipakaikan untuk
hewan yang ditinggal mati induknya.100
Kalau dalam Terminologi (istilah) Bahasa Arab dikatakan bahwa kata yatim
hanya diperuntukkan bagi anak yang ditinggal mati ayahnya, hal itu – sebagaimana
dikatakan al-Jurjani—dikarenakan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah, bukan
ibu. Karena itu pula anak binatang yang ditinggal mati induknya disebut yatim pula
karena induknyalah yang bertanggung jawab memberi makan kepadanya.101 Dalam
sejarah bangsa Arab masa lampau diketahui pula bahwa dalam intern bangsa Arab
pada umumnya sering terjadi peperangan antar suku yang melibatkan kaum laki-laki
dan banyak diantara mereka yang terbunuh. Mereka mingggalkan anak-anak yatim
pada istri-istri mereka yang secara cultural bukanlah orang-orang yang
bertanggungjawab mencari nafkah, melainkan menjadi penanggung jawab urusan
domestic atau rumah tangga. Karena itu, kesan yang timbul dari konsep menyantuni
anak yatim adalah memberi nafkah atau bantuan materi. Uraian berikut akan mencoba
menjelaskan bahwa kebutuhan hidup seorang anak yatim tidak hanya kebutuhan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Anak Yatim Dalam Realita Kehidupan
Sungguh bahagia seorang anak yang lahir kedunia dan mendapatkan kasih
sayang lahir dan batin dari kedua orang tuanya. Anak yang dibesarkan dengan kasih
sayang, dukungan dan nasehat akan tumbuh menjadi orang yang mampu mengatasi
persoalan hidup di kemudian hari. Namun tidak semua anak selalu beruntung memiliki
kedua orang tua. Ada anak yang ketika lahir, ayah dan ibunya masih ada tetapi selagi
dia masih membutuhkan kasih sayang dari keduanya dan masih ingin bermanja-manja
dengan mereka, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan, menerima musibah kematian
ayahnya atau ibunya. Ada pula anak-anak yang sejak lahir sudah tidak mempunyai
ayah atau ibu.
Setiap anak lahir dengan membawa potensi-potensi fisik, psikis, moral,
intelektual, dan spiritual yang dapat dikembangkan dan akan sangat dipengaruhi oleh

98 Ahwadzi, Syarh Sunan al-Turmudzi, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif


99 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002)
edisi III, h.1277
100 Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, Tth). H. 116)
101 Ali Ibn Muhammad al-jurjany, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Lmiyah,

1988) h. 258

224
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
lingkungannya. Ibarat kertas yang masih putih bersih, apa saja bisa digoreskan di
atasnya, tulisan yang indah, gambar yang elok, atau sebaliknya coretan-coretan yang
tidak jelas, maupun lukisan yang buruk dapat dituangkan diatas kertas tersebut.
Begitulah, setiap anak sedikit banyak terpengaruh oleh orang tua atau lingkungannya
di waktu kecil. Seorang anak yang dibesarkan oleh orang yang baik dan di lingkungan
yang baik, maka akan terbentuk pada dirinya kepribadian yang baik. Sebaliknya jika
dibesarkan oleh orang yang berkepribadian buruk dan tinggal di lingkungan yang
buruk, maka akan lahir darinya kepribadian yang buruk. Setiap anak memiliki karakter
khas yang merupakan hasil bentukan di masa kecil. Bisa berupa karakter yang baik,
bisa juga berupa karakter yang kurang baik. Bisa berupa karakter yang sulit diubah,
bisa juga karakter yang mudah sekali untuk diubah.
Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang orang tua akan berbeda dengan
karakternya dengan anak yang tidak atau sedikit mendapatkan kasih sayang orang
tuanya karena telah meninggal. Karena itulah kita sangat dianjurkan untuk mau
memberikan kasih sayang kepada anak yatim dengan berbagai cara sesuai dengan
kebutuhan mereka. Dalam hal ini harus disadari bahwa anak yatim adalah anak belum
menemukan pijakan yang utuh kepada siapa dia seharusnya menyandarkan kehidupan
dan mengharapkan kasih sayang. Oleh karenanya, dia perlu dihibur, dikuatkan
mentalnya, dan ditunjukkan kepada hakikat cinta dan kasih sayang yang bermuara
kepada Allah SWT.
Anak yang tidak atau jarang mendapatkan sentuhan kasih sayang, adakalanya
memiliki karakter yang kurang kondusif bagi kemajuan atau kesuksesan hidupnya di
masa depan. Salah satu penyebabnya adalah karena telah terbentuknya zona aman
(comfort zone) atas karakter yang telah tertanam pada dirinya sejak kecil itu. Sebagai
misal persepsi anak tentang sabar. Telah tertanam dalam dirinya bahwa apa-apa yang
dialaminya adalah bagian dari takdir Allah SWT yang harus diterima dengan sabar.
Namun karena penanaman yang kurang tepat, kesabarannya itu tidak berbuah pada
kegigihan/kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dia mengidentikan sabar dengan
pasrah atau nrimo yang berkonotasi pasif. Dan dia memiliki persepsi bahwa sabar itu
hanya dilakukan di kala menerima musibah saja. Padahal kapan pun, baik di kala
susah maupun senang, seorang hamba Allah dituntut untuk bersabar.102
Namun apakah anak yang kurang mendapat sentuhan kasih sayang orang
tuanya akan selalu tumbuh dengan kepribadian yang tidak mendorong pada
kesuksesan? Data empiris menunjukkan tidaklah selalu demikian. Hal ini dikarenakan
apa yang berpengaruh pada dirinya tidak terbatas dari kedua orang tuanya, melainkan
juga lingkungan hidupnya dan pendidikan yang diperolehnya. Sebaliknya kita
menyaksikan banyak anak yang tumbuh dengan belaian kasih sayang orang tua yang
"berlebih", malah tumbuh dengan kepribadian yang labil.103
Riwayat hidup Nabi Muhammad SAW yang ketika lahir sudah menjadi yatim
karena ayahnya telah wafat pada saat dia masih dalam kandungan ibunya, kemudian
6 tahun sesudah itu ibunya wafat menyusul kepergian sang ayah, adalah kisah yang
patut menjadi cerminan dan sumber motivasi. Dia hanya sebentar mendapat sentuhan
dan belaian kasih sayang dari ibunya, namun dia dibesarkan di tengah keluarga
102 Muhammad Rizqon, Ibu Bagi Anak Yatim, Multiply.com
103 Ibid.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 225


Hadits |
terhormat, yang disegani oleh kaumnya. Sepeninggal ibunya dia dipelihara oleh
kakeknya, Abdul Muttalib seorang tokoh keagamaan yang dipercaya memegang kunci
Ka’bah, selama dua tahun. Berikutnya sampai beranjak dewasa dia dipelihara oleh
pamannya, Abu Talib seorang pedagang, yang memberinya pengalaman penting
sebagai calon pemimpin, yakni perjalanan dagang ke berbagai negeri sehingga
memberinya bekal wawasan yang luas. Pribadi dan akhlak yang muncul dari dirinya
tentu merupakan perpaduan dari watak yang diwarisinya dari kedua orang tuanya dan
persentuhannya dengan orang-orang di sekitarnya. Dalam bahasa agama, semua itu
adalah karena kehendak dan bimbingan Allah SWT, yang Maha Pengasih Maha
Penyayang, melebihi kasih sayang seorang pendidik yang terbaik sekalipun.
Karena itu kehilangan seorang ayah atau ibu, bukanlah akhir dari sebuah
kehidupan. Meski terasa berat, kehilangan seorang ayah atau ibu adalah bentuk ujian
agar seseorang bisa menemukan sumber cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya,
yang tidak pernah lapuk, tidak pernah lekang, dan tidak terukur dan terbatasi oleh
dimensi ruang dan waktu, yang abadi, dan tidak fana sebagaimana kasih sayang
seorang ibu di dunia ini. Kehadiran seorang ibu adalah wasilah dari cinta Allah SWT.
Allah SWT berkehendak menunjukkan keagungan cintaNya, maka diutuslah seorang
ibu. Seorang ibu yang memahami akan esensi ini, maka ia merasa bahwa kehadirannya
adalah amanah dariNya, sehingga ia berusaha mencurahkan kasih sayang kepada
anak-anaknya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikanNya. Dia tidak akan
pernah mengharapkan imbal jasa, pamrih, atau menuntut balas. Dia tidak ingin
disanjung dan dipuji karena pemilik segala puji hanyalah Allah yang menurunkan sifat
rahman dan rahimNya itu.104

Kebutuhan Psikologis Anak Yatim


Orang-orang miskin dan anak yatim termasuk dalam kelompok duafa (orang-
orang yang lemah) posisinya, karena hidupnya tergantung pada bantuan pihak lain.
Anak-anak yatim membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua untuk
perkembangan kepribadiannya. Namun, mereka tidak mendapatkan hal tersebut,
karena ayah atau ibunya sudah meninggal. Maka, diperlukan orang lain yang dapat
menggantikan peran orang tua untuk menuntun mereka ke jalan yang benar. Tanpa
perhatian dan kasih sayang, anak-anak yang kehilangan orang tua itu, tidak dapat
tumbuh secara seimbang antara jasmani dan rohaninya, sehingga memungkinkan anak
mengalami perkembangan yang timpang. Oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan
umat Islam untuk bersikap lembut dan penuh perhatian kepada anak yatim, yang
digambarkan dengan ''usapan atau belaian sayang pada kepala anak''. Dengan usapan
itu, anak akan merasakan kedamaian dalam hatinya. 105 Selama ini pengertian
menyantuni anak yatim cenderung pada kebutuhan fisiknya saja. Sedang yang bersifat
psikologis belum banyak dilakukan. Padahal anak-anak yatim yang tinggal di panti
maupun di rumahnya sendiri, mereka merindukan figur ayah/ibu yang menjadi tempat
curhat dan bermanja. Oleh karena itu sebaiknya pemberian bantuan untuk kebutuhan

104 Ibid
105 Sri Suhandjati Sukri, Ramadan Angkat Kaum Duafa, Google

226
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
fisik, disertai pula dengan komunikasi pribadi yang intens untuk memahami
kebutuhan psikologis maupun pengembangan bakat minat anak yang bermanfaat bagi
masa depannya. Yang termasuk dalam pengertian anak yatim, tidak hanya yatim
biologis (yang ayah/ibunya meninggal), tetapi ada pula yatim psikologis yakni yang
orang tuanya masih hidup, tetapi tidak pernah memberi perhatian atau kasih sayang
kepada anaknya, sehingga mereka telantar. Anak-anak semacam ini, belum mendapat
perhatian dari umat Islam sebagaimana yatim biologis.106

Berbagai Upaya Meghapus Derita Anak Yatim


Kematian ibu atau bapa akan menyebabkan anak-anak merasa kekosongan
dalam diri mereka. Hilangnya belaian kasih sayang dari orang tua serta tempat untuk
berlindung, menjadikan anak-anak ini dihantui perasaan sedih. Selain kehilangan
kasih sayang, keperluan hidup mereka juga tidak lagi seperti sebelumnya. Makan,
minum, pakaian dan lain-lain juga turut berubah seiring dengan kepergian yang
tersayang. Realiti kehidupan masyarakat hari ini menunjukkan bahwa kebanyakan
anak yatim yang tidak mendapat perhatian sewajarnya akan mengharungi kehidupan
yang begitu sukar, perih dan menyedihkan.
Sesungguhnya Islam adalah satu agama yang menitikberatkan soal kasih
sayang. Ia menekankan kepada kita agar tidak menyisihkan dan mengabaikan anak
yatim terutama yang datang dari keluarga yang serba kekurangan dan tidak
berkemampuan. Anak-anak ini juga memerlukan belaian dan kasih sayang serta
keperluan hidup seperti makan, minum dan pakaian seperti anusia yang lain. Ini
supaya mereka dapat menjalani kehidupan yang mendatang dengan bahagia.
Salah satu upaya untuk menolong anak yatim yang dilakukan oleh
yayasanyayasan ataupun organisasi-organisasi Islam di Indonesia adalah mendirikan
Panti Asuhan yang dapat menampung sekian banyak anak yatim, dan kemudian
yayasan atau organisasi tersebut mendapatkan dana dari para donatur untuk
mencukupi kebutuhan anak-anak yatim yang ditampungnya, baik dalam hal makanan,
pakaian, pendidikan maupun keperluan sehari-hari.
Pada dasarnya seluruh kaum muslimin mempunyai tanggung jawab yang
sama dalam mengangkat harkat dan martabat anak-anak yatim di daerah tempat
tinggalnya. Soal apakah mereka dibawa di rumah dan tinggal bersama atau tidak itu
hanya teknis saja. Tapi prinsipnya tidak boleh kaum muslimin berdiam diri saja, ketika
ada anak-anak yatim telantar dan tidak ada yang mengurus. Demikian dikemukakan
Ketua Umum Gabungan Ormas Islam Bersatu (GOIB), H Andi M Sholeh kepada
Harian Terbit, menjelang datangnya tanggal 10 Muharram yang selama ini dikenal
sebagai hari anak-anak yatim. Sholeh juga mengingatkan masalah penanganan anak-
anak yatim harus menjadi tanggung jawab semua kaum muslimin. Anak-anak yatim
dinisbatkan oleh Rasulullah sebagai anak-anak beliau. Karena itu kalau memang kita
mencintai Rasulullah kita juga harus ikut mencintai mereka.107

106Ibid.
107Koran Terbit, Jakarta 27 Januari
2007 11 Ibid

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 227


Hadits |
Lebih lanjut dia berharap agar pemeliharaan anak-anak yatim betul-betul
dilaksanakan dengan semangat tolong menolong. Pengelolaan panti asuhan yang
sekarang ini banyak ditemukan hendaknya dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
amanah. "Jangan sekali-sekali anak-anak yatim itu dijadikan komoditas untuk
kepentingan diri sendiri, pengelola anak-anak yatim harus juga menjaga martabat dan
harga diri anak-anak yatim tersebut. Artinya, janganlah memanfaatkan anakanak
yatim tersebut sebagai komoditas, dan dimanfaatkan untuk cari-cari sumbangan ke
sana ke mari."
Mengenai anak-anak yatim yang dikelola oleh panti asuhan, Sholeh
mengatakan pengelola Panti Asuhan yang memelihara anak-anak yatim, hendaknya
betul-betul orang yang ikhlas dan tidak memanfaatkan anak-anak yatim untuk
kepentingan dirinya sendiri. Justru sebaliknya, para pengelola panti asuhan itulah
yang harus menghidupi anak-anak yatim dengan penuh kasih sayang sebagaimana
yang dianjurkan Rasulullah. Sholeh menyebutkan Alquran dan juga hadist Nabi
banyak isyarat yang harus dilakukan oleh kaum muslimin terhadap anak-anak yatim.
Karena itulah bagi mereka yang memelihara anak-anak yatim haruslah mengikuti
pedoman yang sudah digariskan oleh Al-Quran dan keteladanan yang sudah
diperlihatkan oleh Rasulullah. "Jika memang tidak mampu menghadapi godaan yang
ditimbulkan oleh ulah anak-anak yatim yang dipelihara di rumah masing-masing
boleh saja mereka menyantuni anak-anak yatim yang dipelihara di panti asuhan,"
Konsep panti asuhan sendiri, ujarnya tidak bertentangan dengan prinsip Islam dalam
memelihara anak-anak yatim. Hanya saja persyaratannya pun sangat berat. Jangan
sekali-sekali memanfaatkan anak-anak yatim itu untuk kepentingan diri sendiri.11
Sangat disayangkan apabila ada orang yang menjadi pengurus panti asuhan,
tapi memanfaatkan anak-anak yatim piatu. Begitu juga ketika mengadakan acara yang
diperuntukkan membahagiakan anak-anak yatim, jangan sekali-sekali dikurangi jatah
yang seharusnya dinikmati oleh anak-anak yatim. Artinya, kalau ada yang
menyumbang untuk yatim, maka semuanya harus untuk anak yatim. Kalaupun mau
untuk konsumsi, harus dicarikan jalan lain, selain dari sumbangan untuk yatim
tersebut.
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa memakan harta anak yatim termasuk
dosa besar. Rasulullah saw bersabda:
‫َعل َي َو َو َسل َم قا َل ا َجتنبوا ال‬ َ ‫َع َن أَب ى›َ ر َي رةَ ر‬
‫ض َي الل َو َع َن› َو ع َن الن َي’ب‬ َ
َ ‫س َب َع ا لَ َموب َقا‬ ‫صلى الل َو‬
‫ت‬ ََ
َ ’َ ‫قالوا اي ر َسو َل الل َو َوَما ىَ ََن قا َل ال‬
’ ‫ش َر َك ابلل َو َوال‬
َ‫س َح َر و َق تَ َل ال ََن ف‬
‫س اليت حرَم الل َو إ َ َال ابحلَ َ’ق‬
َ
َ ‫صنا‬
‫ت‬ َ ‫ف املَ َح‬َ ‫ف َوق َذ‬ َ ‫ي َوَم‬ ََ ‫َوأ َك َل ال ’َراب َوأ َكلَ َما َل اليتي َم‬
َ ‫ت‬
‫ت الغافَ َل ت‬َ ‫املََؤَمنا‬ ‫َوال َويل الز َح‬
(‫)رواه البخاري‬
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: ‚Jauhilah tujuh dosa besar
yang membinasakan‛. Para sahabat bertanya ‚Apa dosa-dosa itu‛? Rasulullah

228
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
menjawab: ‚Syirik, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari
dari medan perang, dan menuduh zina terhadap orang-orang perempuan
yang menjaga kehormatannya‛.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 229


Hadits |
Hadis di atas mensejajarkan dosa memakan harta anak yatim dengan dosadosa
besar lainnya yang merusak keagamaan pelakunya. Hal itu dapat dimengerti bahwa
perbuatan yang demikian jelas merupakan tindakan dzalim, sebab anak yatim yang
seharusnya dibantu, tetapi malah sebaliknya harta benda miliknya malah dimakan
orang lain.
Meskipun demikian, ibarat amil (panitia) yang melaksanakan pengumpulan
dan pembagian zakat yang dibolehkan mengambil jatah dari zakat yang dikumpulkan,
orang-orang yang mengurus pemeliharaan anak-anak yatim diperbolehkan
memperoleh harta yang diperuntukan bagi anak yatim, dalam jumlah yang sepatutnya,
atau dalam istilah al-Qur’an bi al-ma’ruf atau billati hiya ahsan. Sebagaimana dapat
kita baca pada surat al-Nisa ayat 6 dan al-An’am ayat 152 berikut ini:

‫ف َوَم فق َي َرا‬ َ ‫ف لَي َع‬


َ ‫َل أت َكلوََى إ َوب َدارا أ َن ي َ َوَم َن َكا‬
‫ َو ا‬...
‫ت ف َن َكا َن‬َ ‫َس‬ ‫َن غنيا‬ ‫َك ب رو‬ ‫َس َرافا‬
َ
‫ا‬
‫ف لَيأ َك َل‬ َ
(6 :‫)النساء‬...‫ف‬ َ ‫ابملََع ر و‬
ََ
‚…dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan janganlah kamu tergesa-gesa membelanjakannya sebelum mereka
dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara anak yatim itu) kaya, maka
hendaklah ia menahan diri (tidak memakan harta anak yatim) dan
barangsiapa (di antara pemelihara anak yatim itu) miskin, maka bolehlah
memakan harta itu menurut yang patut (bi al-ma’ruf) … (Al-Nisa:6)

‫ِى ِ ب‬
ِ‫ِلغ‬ ‫أحِسن ِتح‬ ِِ‫لا تِِ ه‬ ِِ‫ِ إتِ ل‬
‫م‬ ‫الِ ِلام‬ ‫ِ ر‬
‫ِ ب ِ وا‬ ‫ولِ تِ ق‬
(152 :‫ )األنعام‬...‫ِه‬
‫أشِ د‬
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat), hingga sampai ia dewasa…(al-An’am: 152)

Ancaman Kepada Orang Yang Menyakiti Anak Yatim


Dalam surat al-Ma’un Allah berfirman:
‫ول ِحت م ض على ط ِعا ِم‬ ‫ِِي‬
‫ال ِ عد‬ ‫ال كذ‬
ِ ‫ِبد’ نذِال‬ ’ِ
‫ي ذ‬
ِ
‫ك‬ ‫أ ِر ِأِ لا ذ‬
ِ
‫لاب‬
ِ ِ ِ ِ ‫ِ م‬ ‫ا ل‬
‫ِك تن‬ ‫س‬
ِ
(3-1:‫)الماعون‬
‚Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang-orang yang
menindas anak-anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada
orang-orang miskin‛. (al-Ma’un ayat 1-3).

230
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Keimanan terhadap agama Allah itu tidaklah dapat dinilai hanya dengan
shalat atau ibadah lain semata-mata, sebab Islam bukanlah agama kulit dan agama

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 231


Hadits |
ritual. Sesungguhnya hakikat iman itu mempunyai ciri-ciri yang dapat membuktikan
perwujudannya. Selama ciri-ciri itu belum terwujudkan, maka keimanan dan
kepercayaan itu pun tidak akan terwujud. Sebenarnya, di antara akidah dan syariat
Islam tidak boleh berpisah antara satu bagian dengan bagian yang lain. Islam adalah
agama yang bersatu padu di mana kegiatan akidah membuahkan ibadah, sedangkan
ibadat berkaitan dengan tugas perseorangan. Tugas perseorangan berkaitan erat
dengan tugas masyarakat yang kesemuanya menuju ke arah kebaikan manusia dan
pengabdian kepada Allah SWT.108
Seorang Muslim tidak boleh mengambil sebagian dari syariat Islam yang
dianggapnya menguntungkan dan menolak sebagian lain yang dianggapnya
merugikan. Ia tidak boleh menerima sesuatu dari syariah yang dia sukai dan menolak
sebagiannya yang tidak dia sukai. Seorang Muslim sudah memproklamirkan diri dan
menyerah diri sepenuhnya yang tersimpul dalam kalimat syahadat ‚Sesunguhnya aku
bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah‛. Syahadat ini, memberi pengertian
yang bahwa dengan mengakui Allah SWT adalah Tuhannya dan Muhammad sebagai
pesuruh Allah, maka seorang Muslim wajib tunduk dan ta’at kepada aturan yang
dibuat oleh Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah saw serta wajib menjalankan
perintahNya dan wajib pula menjahui segala larangNya. Inilah pengertian Islam
dalam kontek penyerahan diri dan pengabdian kepada Allah SWT dan di sinilah
letaknya batas perbedan antara iman dan kufur, antara percaya dan tidak percaya.
Tiga ayat dalam surat Al Ma’un tersebut, menjadi contoh serta gambaran yang
jelas mengenai hakikat keberagamaan. Firman Allah itu, dimulai dengan pertanyaan
Allah: ‚Adakah engkau melihat atau adakah engkau tahu siapakah pendusta-pendusta
agama itu?‛ Kemudian Allah menegaskan sebagai jawabannya. Sesungguhnya, yang
demikian itu adalah mereka yang menindaskan anak-anak yatim dan orang-orang
tidak memberi makan kepada orang-orang miskin.
Kalimat tersebut adalah suatu jawaban yang mengejutkan, karena hanya
dengan sebab mengabaikan beberapa kebaikan terhadap anak yatim dan orangorang
miskin, digolongkan sebagai pendusta-pendusta agama sendiri. Terlebih jika kita juga
melakukan perbuatan jahat, seperti; meninggalkan sembahyang, berjudi, berzina,
korupsi, perampok, pengkhianat dan sebagainya. Allah memberi peringatan kepada
kita tentang kebaikan anak-anak yatim dan orang-orang miskin sehingga ia
dihubungkan dengan pengertian agama itu sendiri. Mengabaikan kebaikan mereka
bererti mengabaikan agama, sebaliknya memuliakan mereka menjadi sifat-sifat orang
yang beragama.
Dalam surat lain Allah
:‫سائل فل ت ن َه َر )الضحى‬
َ ‫فأ َ َما اليت َي َم ف َل ت قَ› َه َر وأ َ َما ال‬berfirman:
(10-9
‚Adapun terhadap anak-anak yatim maka janganlah kamu bersikap kasar
terhadapnya dan adapun orang yang meminta-minta maka janganlah engkau
usir (Surah Adh Dhuha Ayat 9-10).

232
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
108 Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 233


Hadits |
Orang yang paling bertanggungjawab untuk memelihara, mendidik dan
membesarkannya anak yatim adalah ahli waris orang tuanya yang meninggal, hingga
dia dapat menjalani hidup secara mandiri. Mereka tidak boleh menganiaya, menindas,
mengkhianati dan berbuat zholim terhadap harta kepunyaan mereka. Maka apabila
ahli waris tidak mampu memeliharanya kerana kemiskinan dan ketidakmampuan,
maka wajiblah bagi orang yang mampu dan berupaya memberikan bantuan dan
memelihara mereka. Sekiranya golongan yang kaya dan mampu mengabaikannya,
maka yang bertanggungjawab terhadap anak yatim adalah seluruh masyarakat.
Memelihara anak yatim dalam rumah sendiri adalah sebaik-baik amal yang dituntut
oleh Islam, sehingga Rasulullah saw pernah bersabda: ‚Rumah-rumah yang dicintai
di sisi Allah ialah rumah yang di dalamnya
terdapat anak-anak yatim yang dimuliakannya‛.

Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam
kegiatan belajar 1 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian ‘yatim’ dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab!
2. Jelaskan berbagai upaya untuk menghapus derita anak yatim!

Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yang tidak mempunyai ayah
atau ibu karena ditinggal mati disebut ‚yatim‛. Tetapi menurut al-Khuly, yatim adalah
anak yang ditinggal mati ayahnya, dan kata yatim juga bisa dipakaikan untuk hewan
yang ditinggal mati induknya.
Kalau dalam Terminologi (istilah) Bahasa Arab dikatakan bahwa kata yatim
hanya diperuntukkan bagi anak yang ditinggal mati ayahnya, hal itu – sebagaimana
dikatakan al-Jurjani—dikarenakan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah, bukan
ibu. Karena itu pula anak binatang yang ditinggal mati induknya disebut yatim pula
karena induknyalah yang bertanggung jawab memberi makan kepadanya.
Di lingkungan tempat tinggal kita, sangat mungkin kita jumpai seorang atau
beberapa orang anak yang hidup sebagai yatim karena telah ditinggal mati ayah atau
ibunya. Anak yang mengalami nasib demikian tentu merasakan derita khususnya yang
timbul karena berkurangnya kasih sayang dan bimbingan. Karena itu menyayangi dan
memberi bantuan kepada anak yatim tidak terbatas pada anak yatim yang ditinggal
mati ayahnya, dan tidak terbatas pada pemberian bantuan materi. Anak yatim yang
ditinggal mati ibunya, meskipun ayahnya mampu memenuhi semua kebutuhan
materinya maupun pendidikannya, tetap perlu mendapatkan bantuan berupa kasih
sayang dan kelembutan.
Hal ini seseuai dengan doktrin agama Islam yang mengajarkan untuk sayang
kepada anak yatim dan memberi kepada mereka yang membutuhkan bantuan, baik
yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun hadits.

Tes Formatif

234
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat! 1. Tentang anak yatim, ada sebuah hadis yang menerangkannya sebagai berikut:

‫اَل َجن َة‬ ‫اليتي‬ ‫أان‬ ‫قا‬ ‫َو‬ ‫صلى َعل‬ ‫َس َع الن‬ ‫َع ََ َن س َه َل ب‬
َ
‫يف‬ ‫َم‬ َ‫َل وَكاف‬ ‫الل َو َي‬ ‫َع ن َي’ب‬ َ
‫َسل‬ َ
‫َل‬ ‫َو‬ ‫َد‬ ‫ن‬
‫َم‬
‫ َوقا َل‬- ‫ىَ َك َذا‬
‫َوال َو َسطى )رواه البخاري و‬ ‫ال‬ ‫ب ع َيو‬
َ ‫ص‬
َ ‫أب‬
Maksud hadis di atas adalah: (‫الرتمذي‬ ‫سباب‬
ََ
‫َة‬
a. Keutamaan memelihara anak yatim
b. Balasan surga bagi orang yang menanggung hidup anak yatim.
c. Kecaman terhadap orang yang mencelakai anak yatim.
d. Keharusan adanya kepedulian terhadap nasib anak yatim.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yatim didefinisikan sebagai anak
yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. tidak mempunyai ayah atau ibu karena ditinggal mati.
c. tidak mempunyai ayah karena ditinggal mati.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
3. Dalam pengertian lain menurut Al-Khuly, yatim adalah anak yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. ditinggal mati ayah atau ibu.
c. ditinggal mati ayahnya.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
4. Setiap anak lahir dengan membawa potensi-potensi sebagai berikut:
a. fisik dan psikis
b. fisik, psikis, moral, intelektual, dan spiritual
c. fisik, psikis, moral, dan intelektual.
d. fisik, psikis, moral, dan spiritual
5. Hal-hal yang berpengaruh dalam kehidupan seorang anak adalah:
a. pembawaan dan kehidupan orang tuanya.
b. lingkungan dan pendidikannnya.
c. kedua orang tuanya.
d. kedua orang tuanya, lingkungan hidupnya dan pendidikan yang diperolehnya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 235


Hadits |
6. Dalam realitas kehidupan dapat disaksikan bahwa anak yang tumbuh dengan
belaian kasih sayang orang tua yang ‘berlebih’ malah tumbuh dengan kepribadian:
a. split (terpecah).

236
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. wajar.
c. normal.
d. labil.
7. Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk bersikap lembut dan penuh perhatian
kepada anak yatim, yang digambarkan dengan: a. usapan atau belaian sayang pada
kepala anak.
b. memberikan makanan dan pakaian yang layak.
c. memberikan perlindungan fisik dan psikisnya secara memadai.
d. tidak mengardik dan menindasnya.
8. Dalam riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, beliau sudah menjadi yatim pada
saat:
a. masih dalam kandungan ibunya.
b. usia 6 tahun.
c. usia sebelum dewasa.
d. sepanjang hidupnya.
9. Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad saw dipelihara oleh:
a. Kakeknya yang bernama Abdul Muttalib.
b. Pamannya yang bernama Abu Talib, yang bekerja sebagai seorang pedagang.
c. Ikut dalam keluarga besarnya dari pihak bapak.
d. Ikut dalam keluarga besarnya dari pihak ibu.
10. Pada dasarnya yang mempunyai tanggung jawab dalam mengangkat harkat anak-
anak yatim di daerah tempat tinggalnya adalah:
a. pihak keluarga dari bapak.
b. seluruh kerabat dekat saja.
c. seluruh kaum muslimin
Dalam d. yayasan atau panti asuhan yatim piatu.
َ ‫ت َويل ي َوَم الز َح‬
‫ف َوق َذ‬ ََ ‫َو ََأ َكلَ َما َل اليتي َم َوال‬ potongan hadis berikut ini:
‫ت‬َ ‫صنا‬َ ‫ف املَ َح‬
َ
َ ‫املََؤَمنا‬
َ َ‫ت الغافَل‬
(‫ت )رواه البخاري‬
adalah menggambarkan tentang:
a. yayasan atau panti asuhan yang memakan harta anak yatim.
b. memakan harta anak yatim termasuk dosa besar.
c. larangan memakan harta anak yatim.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 237


Hadits |
memakan harta anak yatim bagian dari perbuatan zalim.
‫ول‬
d. ُ‫ُ ب هي أحُسن حتاى يبُلغ‬ ُ˚ ُ ‫تق َُرب ُوا مال ا ˚ليتَُ ي‬
‫ُم إ ال ُاالتي‬
ُ
.12 ‫أش اده‬
Ayat tersebut mengatur tentang harta anak yatim, ia termaktub dalam: a.
QS Al-An’am ayat 152
b. QS An-Nisa ayat 6.
c. QS Al-Baqarah ayat 34.
d. QS Al-Mulk ayat 7.
13. Maksud dari QS Al-Ma’un ayat 1-3 bahwa yang terkategori mendustakan agama
adalah:
a. orang-orang yang membuat hadis palsu.
b. orang-orang yang memberi makanan pada orang miskin.
c. orang-orang yang menindas anak-anak yatim.
d. orang-orang yang tidak memelihara anak yatim.
14. aLarangan bersikap kasar terhadap anak yatim dan mengusir para pemintaminta
termaktub dalam Al-Qur’an surat: a. Al-Jin ayat 7
b. Al-An’am ayat 4-8.
c. Ad-Duha ayat 9-10.
d. Al-Mulk ayat 2-5.
15. QS An-Nisa ayat 6 menerangkan bahwa:
a. kita dilarang tergesa-gesa membelajakan harta anak yatim sebelum mereka
dewasa.
b. kita diperbolehkan memakan harta anak yatim.
c. kita dilarang menindas anak yatim.
d. kita diperbolehkan mendirikan panti asuhan yang memelihara anak yatim.

Balikan dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang ada di akhir
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ------------------------------------- x 100%

238
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
15

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 239


Hadits |
Arti tingkat penguasaan yang anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80%
anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang belum anda kuasai.

KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
1. B 2.
B 3. C
4. B
5. D 6.
D
7. A 8.
A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. C
14. C
15. A
Kegiatan Belajar 3
KEUTAMAAN MEMBERI

Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau


bantuan oleh seseorang yang sedang mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun pasti

240
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan yang
tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini jika diantara
teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk saling membantu,
segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi maka sikap individualis
dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan berakibat setiap orang tidak
peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.

Hadis Nabi:

‫َعَن َع َب َد الل َو ب َن ع َم َر أ ََن ر َسو َل الل َو صلى الل َو عليَ َو َو َسل َم قا‬
‫ى َو يذ َك َر‬ َ ‫َ َو‬‫َل َوىَ› َو على املََن رب‬
‫ الي َد الع َليا خ َي َر َم َن الي َد ال‬:‫َ ن املَ َسأل َة‬
‫ع‬ ‫ص َدقةَ َوال َ َع‬
َ َ ‫ال‬
َ َ
َ‫س َفلى َوالي َد العلَيا املَنَ َف َقة‬ ََ
‫ت ف‬
َ
‫ف‬
َ
‫سائلةَ )رواه‬ََ ‫س َفلَى ال‬
ََ ‫َوال‬
Arti kata-kata: (‫مسلم‬
ْ‫الي ُْد الع ْلي ا‬ =Tangan yang di atas

‫اليْ ُْد ال‬ = Tangan yang di bawah


‫ُْ ْس ْفلْى‬
=Yang memberi ُْ‫سائلة‬
ْْ ‫ال‬
ُْ
‫املنْ ف ْق ُْة‬

=Yang meminta

Terjemah Hadis:
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, Rasulullah saw berada di atas mimbar
berbicara tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta kemudian beliau
bersabda: ‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang
diatas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta‛
(Hadis Riwayat Muslim)

Penjelasan Hadis:
Dalam hadis di atas, orang yang memberi digambarkan dengan tangan di atas,
sebaliknya orang yang meminta diibaratkan dengan tangan di bawah. Pengibaratan
seperti itu merupakan kinayah atau perumpamaan yang dapat dipahami secara

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 241


Hadits |
denotative atau harfiyah maupun secara connotative atau ta’wil. Dengan pemahaman
secara harfiyah terhadap hadis di atas, berarti orang yang memberi posisi tangannya
berada di atas tangan orang yang meminta. Hal itu dapat kita saksikan dalam
kenyataan sehari-hari ketika pengemis atau pengamen meminta sedekah dia
menadahkan tangannya kepada orang-orang. Maka ketika orang memberikan sesuatu

242
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kepadanya secara otomatis tangannya berada di atas tangan pengemis atau pengamen
itu.
Akan tetapi sekarang ini kegiatan meminta atau memberi tidak selalu
berlangsung dalam interaksi fisik seperti itu. Misalnya pemberian bantuan uang
melalui pengiriman wesel, melalui rekening tabungan, bahkan pemberian bantuan
pulsa telepon yang tidak terlihat wujud barangnya dapat dilakukan dengan cara
memberitahu nomor voucher melalui kontak atau sms kepada orang yang akan
diberinya. Dalam interaksi meminta dan memberi seperti ini tentu tidak ada pertemuan
tangan peminta dan pemberi, tidak ada tangan yang di bawah maupun yang di atas.
Karena itu al-Nawawi memberikan penjelasan terhadap hadis itu dengan mengatakan
bahwa yang memberi lebih tinggi derajatnya dari pada yang meminta, demikian pula
yang tidak meminta-minta lebih tinggi derajatnya dari yang meminta-minta.109
Hadis diatas selain menganjurkan orang untuk memberikan sebagian hartanya
kepada orang yang membutuhkan, juga mengajarkan orang untuk mandiri, hidup
dengan usaha dan jerih payah sendiri, tidak menggantungkan hidupnya pada
pemberian dan bantuan orang lain. Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda:

‫َو َسل َم قا َل َما أ َك َل أ‬‫َعل‬ َ ‫َع َن املَ َق َدام ر‬


‫ض َي الل َو ع َن› َو عَ َن ر َسو َل الل َو‬
‫َا‬ ‫َح َد طعَا م‬ ‫َي‬ ‫صلى الل َو‬
‫َو‬
‫َدا عَل َي َو ال ََ س‬
‫َلم َكا َن أي‬ ‫ََق ََ ََ َخ َرا َم َن أ َن أي َك َل َم َن عَ َم َل‬
‫َكلَ َم َن ع َم َل‬ ‫ود‬ ‫ي َد َه َوإ ََن ن َ ي‬
‫َب الل َو‬ ‫يَده َي‬

(‫)رواه البخاري‬
‚Dari Miqdam ra, Rasulullah saw bersabda: ‚Tidak ada seseorang yang
makan, yang lebih baik dari orang yang makan dari hasil usahanya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri.‛ (HR. Bukhary)

Keutamaan-Keutamaan Memberi
Selain pada hadis di atas, dalam beberapa hadis lain Rasulullah menjelaskan
keutamaan-keutamaan orang-orang yang memberi, di antaranya: "Allah Swt Maha
Dermawan dan menyukai hamba-Nya yang dermawan." (HR.
Baihaqi);
"Bersedekah dapat menghapuskan dosa." (HR. Bukhari);
"Bersedekah dapat mencegah datangnya musibah dan menghilangkan murka
Allah." (HR. Thabrani dan Baihaqi);
"Memberi dapat menghilangkan permusuhan." (HR. Tirmidzi, Ahmad);
"Memberi hadiah dapat menambah pahala." (HR. Ibnu 'Adi);
"Yang memberi dan menerima sama-sama mendapatkan pahala dan meningkatkan
kasih sayang." (HR. Thabrani)

Tata Cara Memberi

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 243


Hadits |
109 al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif

244
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Ada tatacara (adab) dalam memberi dan menerima, sebaliknya ada juga
larangan-larangan dalam memberi dan menerima. Tata cara pemberian antara lain
sebagai berikut:
1. Pemberian yang paling utama adalah dalam keadaan sehat, takut miskin, dan
sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan (HR. Bukhari). Maksudnya
pemberian dari orang yang sebenarnya masih sangat berhajat kepada barang
yang diberikannya dan masih punya rencana untuk memanfaatkannya.
2. Pemberian yang kurang baik adalah ketika ajal sudah dekat, kemudian baru
memberikan harta atau menyedekahkannya (HR. Bukhari). Dengan kata lain
pemberian di saat dia sendiri sudah tidak membutuhkannya.
3. Pemberian hendaknya didahulukan kepada orang yang terdekat atau tetangga
yang terdekat pintunya dengan pintu rumah kita (HR. Bukhari, Muslim).
Rasulullah saw sangat menekankan terjadinya hubungan silaturrahmi diantara
orang-orang yang bertetangga. Beliau bersabda, siapa yang menyatakan
beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah berbuat baik kepada tetangga
dan tidak menyakitinya. Bahkan beliau menganjurkan agar memperbanyak
sayuran yang dimassak agar bias dibagikan kepada tetangga. Hubungan antara
tetangga yang baik akan memperkokoh hubungan ada komunitas yang lebih
besar lagi yaitu kampung, kemudian desa, lalu kecamatan dst sehingga akan
terbentuk bangsa yang memiliki solidaritas kuat, saling tolong menolong, tidak
memanfaatkan musibah orang lain untuk keuntungannya sendiri.
4. Pemberian sebaiknya diberikan secara rahasia, agar lebih selamat dari riya,
sehingga seolah-olah tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh
tangan kanan (HR. Bukhari). Ikhlas lillahi Ta’ala (hanya mengharap ridlo Allah
semata) adalah tuntutan mutlak dalam setiap amal yang dilakukan oleh seorang
Muslim, baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam bermu’amalah
dengan sesama manusia. Riya atau mengharap supaya orang lain melihat atau
memuji kebaikan yang dilakukan, merupakan syirik kecil yang merusak
keikhlasan. Karena itu, setelah memberikan sesuatu, tidak boleh hal itu
diceritakan kepada orang lain dengan maksud mendapat pujian
itu. Tetapi dalam rangka menjawab pertanyaan, atau memberi contoh kepada
yang lain, tidak termasuk riya.
5. Berikanlan kepada orang yang meminta-minta, walaupun meminta dengan
kata-kata kasar atau memaksa (HR. Muslim). Sekarang ini, karena semakin
banyak orang mengalami kesulitan ekonomi, makin banyak pula orang
meminta-minta bahkan dengan menempuh berbagai macam cara yang mungkin
mengganggu ketenangan dan kenyamanan. Ada yang sambil menyanyi atau
memutar nyanyian dari tape recorder, ada yang sendirian ada pula yang
beromongan, ada yang baca puisi, ada yang menggendong bayi, ada yang
merintih kesakitan atau terlihat sakit pada anggota badannya, ada yang
mengucapkan salam berkali-kali di depan pintu rumah, ada yang menyodorkan
list, dan ada pula yang menyampaikan proposal dsb. Kalau memang kita
mampu memberikan pertolongan, maka sepatutnya pertolongan itu diberikan
dengan tidak mempedulikan cara memintanya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 245


Hadits |
6. Bersegeralah dalam memberi (HR. Bukhari). Setiap amal kebaikan sepatutnya
segera dilakukan agar nilai kebaikan dan kepentingan dari pemberian itu tidak
hilang atau berkurang. Atau sebelum dating suatu keadaan yang membuat amal
kebaikan tidak berarti. 7. Disunnahkan menerima pemberian yang baik dan
membalasnya (HR. Tirmidzi). Saling memberi akan menumbuhkan rasa kasih
sayang diantara orang-orang.
8. Hendaklah memberi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika tidak
mampu memberi, beramal baiklah sebanyak-banyaknya, karena itupun sedekah
(HR. Bukhari). Meskipun memberi itu merupakan amal kebajikan yang
diperintahkan, tetapi tidak boleh memaksakan diri untuk memberikan sesuatu
diatas kemampuan.

Adab Menerima
1. Hendaklah berterima kasih kepada orang yang memberi dan bersyukur kepada
Allah Swt."Barang siapa tidak pandai berterimakasih kepada manusia, ia tidak
pandai berterimakasih kepada Allah." (HR. Baihaqi)
Meskipun orang yang memberi itu ikhlas, tidak mengharapkan balasan apapun
dari yang diberi, alangkah baiknya bila yang diberi menyampaikan kata-kata
terima kasih atau dengan ungkapan-ungkapan lain yang memuji orang yang
memberi seperti ‚Ibu memang orang baik‛ dsb.
2. Hendaknya selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, jangan merasa kurang.
(HR. Ahmad, Baihaqi)
Sangat tidak baik apabila setelah mendapat pemberian, seseorang malah berujar
‚Loh, kok cuma sedikit‛. Kata-kata itu selain dapat menyakiti pemberi, juga
menunjukan ketamakan peminta.
3. Setelah diberi sesuatu disunnahkan mengucapkan kalimat:
‫ ج ُزاُكُم هلال خُْي ˝را كث ُِي ˝ر ا‬Artinya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang
banyak (HR. Tirmidzi). Doa seperti ini tentu akan membuat pemberi merasa
senang dan terdorong untuk memberi lagi di lain waktu.
4. Sebaiknya jangan meminta hadiah dari non Muslim. (HR. Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Hakim)
Sungguh pemandangan yang tidak menyenangkan sebagaimana dapat
disaksikan pada masa sekarang ini, apabila di saat orang-orang non Muslim
merayakan hari-hari besar mereka seperti Natal ataupun Imlek, banyak orang-
orang Muslim berkumpul di halaman gereja atau klenteng mengharapkan
hadiah-hadiah atau pemberian. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi
orang-orang Muslim yang mampu ataupun organisasi keagamaan Islam agar
lebih memperluas dan meningkatkan santunan kepada orang-orang Muslim
yang tidak mampu, dan agar lebih teliti menyalurkan dana zakat, infaq ataupun
sedekah supaya tidak jatuh ke tangan yang tidak berhak atau dialokasikan ke
pembiayaan-pembiayaan yang tidak penting.
5. Jika menyukai pemberian seseorang hendaknya kita makan, dan jika tidak suka
dapat disedekahkan lagi. (HR. Muslim, Abu Dawud, Hakim)

246
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Orang yang memberi tentu akan senang jika pemberiannya benar-benar
dimanfaatkan oleh orang yang diberinya. Akan tetapi mungkin saja terjadi
seseorang memberikan sesuatu kepada orang yang tidak benar-benar
membutuhkannya. Dalam hal ini, orang yang diberi tidak perlu menolaknya
akan tetapi dia dapat menerimanya dan kemudian dia berikan kepada orang lain
yang lebih membutuhkan. Dengan demikian pahala pemberian itu menjadi
berlipat ganda.

Larangan-Larangan dalam Memberi


1. Jangan memberi sesuatu yang tidak kita sukai (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).
Hadis ini didukung pula olet ayat al-Qur’an yang berbunyi:

‫آيأيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم وَما أخرجناكم من الَرض وال تيمموا‬
(267 :‫)البقرة‬... ‫اخلبيث منو تنفقون ولستم آبخذيو‬
Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagaian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang jelek-jelek lalu infakkan
(kepada orang lain) sedangkan kamu sendiri tidak mau
mengambilnya…(Al-Baqarah: 267)

2. Jangan menghitung-hitung pemberian, niscaya Allah akan menghitunghitung


pahalanya (HR. Bukhari). Allah menjanjikan pahala untuk semua kebaikan,
bahkan pahala itu dilipatgandakan, misalnya pada bulan ramadhan. Tetapi tidak
berarti bahwa setiap orang bisa mengkalkulasi sendiri pahala dan dosa yang
telah diperoehnya, sehingga dia berkesimpulan bahwa dia pahalanya masih
jauh lebih banyak dari dosanya berlipat kali, sehingga dia boleh berbuat maksiat
dalam jumlah tertentu.
3. Jangan sekali-kali menyebut-nyebut pemberian kita kepada orang lain. Hal ini
merupakan riya sebagaimana dijelaskan diatas. Jangan pula menyebut penerima
pemberian kita kepada orang lain sebab secara tidak langsung telah menyakiti
hatinya dan merendahkan martabatnya.
4. Haram memberi hadiah dengan mengharap sesuatu dari orang yang diberi
untuk keuntungan duniawi. Al-Qur’an mengatakan ‫و َل َُ ت ̊م َُن ̊نُ ت س ك ˚ُث‬
ُ˚ ‫َُ ُ ُر‬
‫ت‬
artinya ‚Janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang
lebih banyak‚ Juga haram memberi hadiah kepada seseorang (misalnya Hakim)
agar dimenangkan dalam perkara. Hal itu tergolong suap yang dilaknat oleh
Rasulullah:

‫صلى الل َو َعليَ َو َو َسل َم الرا َشي‬


َ ‫َع َمرو قا َل لع َن ر‬ ‫َع َع َب َد الل‬
‫َواملََرت َشي )رواه أبو‬ ‫َسو َل الل َو‬ ‫َن َو ب َن‬
(‫داود‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 247


Hadits |
"Dari Abdullah bin Umar, dia berkata Rasulullah melaknat orang yang
menyuap dan yang disuap. (HR. Abu Daud)

248
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
5. Diharamkan memberi suatu sedekah dan diserta kata-kata yang menyakitkan
penerima. Perbuatan itu akan menjadikan pahala sedekahnya hilang
sebagaimana difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 264:
)264:‫)البقرة‬...‫ يآأيهاالرين آمنىا التبطلىا صدقاتكم بالمن واألذي‬artinya: ‚Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima.

Demikianlah tata cara memberi dan menerima serta larangan-larangan yang


harus diperhatikan oleh setiap orang Muslim yang dermawan, murah hati dan gemar
memberi. Menurut Rasulullah saw, orang yang pemurah itu dekat kepada Allah, dekat
kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari api neraka. Sedang orang kikir jauh
dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat kepada api neraka.
Adalah sebuah realitas bila setiap manusia membutuhkan perhatian dari
sesamanya. Seseorang akan merasa senang apabila saudaranya memberikan perhatian,
pujian, maupun perlakuan yang baik kepadanya. Sebaliknya, setiap orang tidak senang
dikucilkan dan dihinakan saudaranya. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan
agar kita selalu berbuat baik pada sesama, sekalipun pada seorang kafir.
Ada sebuah kisah dari Asma binti Abu Bakar. Ia berkata, "Pada masa hidup
Rasulullah ibuku datang menemuiku dan ia adalah seorang perempuan musyrik. Aku
minta fatwa dari Rasul. Aku berkata, "Ibuku menemuiku dan ia ingin aku memberikan
hadiah untuknya, apakah aku harus bersikap baik kepadanya?" Rasul bersabda, "Ya,
bersikap baiklah kepada ibumu". Seperti halnya keburukan, sebuah kebaikan
berpotensi melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya. Betapa banyak orang yang terbuka
hatinya karena sebuah kebaikan yang sepele dalam pendangan manusia. Salah satunya
kebaikan tersebut adalah memberi hadiah pada orang di sekitar kita.110
Pada dasarnya, hadiah, sedekah, maupun suap bermakna sama yaitu
memberikan sesuatu kepada orang lain. Hal yang membedakan ketiganya adalah niat.
Jika pemberian itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka itu
adalah sedekah. Jika diberikan untuk memuluskan dan meluluskan suatu tujuan
dengan cara yang tidak fair, maka disebut suap (roswah). Jika pemberian tersebut
dimaksudkan sebagai penghargaan, tanda kasih sayang, dan persahabatan, maka itu
disebut hadiah. Hadiah dan sedekah sangat dianjurkan dan dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Sedangkan suap sangat dilarang agama dan hukumnya haram.
Saling memberi hadiah sangat efektif untuk mempererat tali persaudaraan dan
menumbuhkan kasih sayang di antara sesama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, "Wahai kaum Muslimat, jangan
memandang rendah hadiah yang diberikan tetanggamu, meskipun sekadar telapak
kaki kambing" (HR Bukhari). Kenapa demikian? Rasulullah SAW mengungkapkan
bahwa hadiah yang diberikan secara ikhlas akan mampu melembutkan hati, dan
mempersatukan hati-hati yang terpisah. Beliau bersabda kembali, "Bersalam-salamlah
kamu niscaya ia akan menghilangkan perasaan iri hati, dan saling memberilah di
antara kamu, niscaya kamu akan saling mencintai antara sesama kamu dan ia akan
menghilangkan permusuhan." (HR Malik).

110 Republika, Hadiah, 3 Maret 2005

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 249


Hadits |
Sebagai bentuk ungkapan kasih sayang, hadiah bisa bermotif banyak. Ada
yang memberi hadiah karena mengharap balasan yang lebih dari si penerima. Ada
pula yang memberi karena mengharap ridha Allah semata. Inilah yang paling tinggi
nilainya. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Ada empat puluh kebaikan. Yang terbaik
dari itu semua adalah manihah (hadiah) domba betina. Setiap orang yang berbuat baik
dengan mengharap pahala Allah dengan keyakinan ia akan memperolehnya, Allah
akan memasukkannya ke dalam surga." (HR Bukhari).
Karena itu, hadiah pun memiliki tingkatan dan derajat yang berbeda-beda.
Memberi hadiah tanpa mengharap balasan jasa, jauh lebih utama dari memberi hadiah
dengan mengharapkan balasan jasa. "Orang yang mengeluarkan hartanya karena
diminta, tidak termasuk orang yang bermurah hati. Yang disebut bermurah hati ialah
yang menunaikan hak-hak Allah atas kemauan niat sendiri, tanpa tekanan atau harapan
untuk ucapan terimakasih," demikian Ali bin Husain mengungkapkan.
Begitu pun memberi hadiah kepada keluarga dekat, nilai lebih utama daripada
memberi hadiah kepada orang yang tidak memiliki tali kekerabatan. Betapa tidak,
mereka memiliki hak kekerabatan di samping hak Muslim atas sesama Muslim. Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan An-Nasai, Turmudzi, dan Hakim, Rasulullah SAW
bersabda bahwa memberi sedekah kepada orang miskin bernilai satu, sedangkan
sedekah kepada sanak keluarga memiliki dua keutamaan, yaitu sebagai sebuah
sedekah dan sebagai penguat hubungan kekerabatan. Keutamaan ini semakin
bertambah bila di antara sanak saudara tersebut terdapat rasa permusuhan. Rasul
bersabda, "Sedekah yang paling utama ialah kepada kerabat yang memendam
permusuhan." (HR Muslim). Dalam cakupan makna yang serupa, Rasul pun
menegaskan keutamaan orang yang menyambung tali persaudaraan lewat hadiah.
Sahabat 'Uqbah bin Amir mengungkapkan bahwa Rasulullah saw pernah berkata
kepada dirinya, "Wahai 'Uqbah, maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak
penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Yaitu menghubungi orang yang
memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang pernah menahan
pemberiannya padamu, dan memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu."
(HR Hakim).
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa hadiah memiliki beberapa fungsi.
Pertama, sebagai alat untuk mempererat persaudaraan antara dua pihak yang telah
bersaudara. Kedua, hadiah bisa mencairkan ketegangan antara dua pihak yang sedang
bermusuhan. Dan ketiga, hadiah bisa menyambungkan kembali hubungan yang telah
lama terputus.
Sifat pemurah adalah sifat yang dimiliki Allah SWT. "Akulah Ar-Rahman
dan Ar-Rahiim. Aku petikkan baginya dari nama-Ku...," demikian sabda Allah dalam
hadis qudsi. Pancaran sifat ini "diserap" pula oleh para nabi bahkan menjadi akhlak
utama mereka. Dan Rasulullah SAW adalah manusia paling pemurah, paling besar
rasa kemanusiaannya, dan paling ikhlas dalam memberi. Alangkah bahagianya kalau
kita mampu meniru Beliau.
Karena itu, kita harus mulai membiasakan diri menyisihkan sebagian rezeki
kita untuk orang lain. Entah itu orangtua, saudara, teman, tetangga, ataupun guru.
Buatlah target dan perencanaan tentang siapa orang yang akan kita kunjungi untuk

250
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
bersilaturahmi dan memberikan hadiah kepadanya. Jangan hanya kepada orang yang
kita sukai, atau yang sering berbuat kebaikan kepada kita.
Sekali-kali, kunjungilah orang yang benci dan menjauhi kita, berilah hadiah
yang berarti baginya. Hadiah yang kita berikan tidak harus selalu barang mahal, tapi
bisa pula yang sederhana tapi bermanfaat. Yang paling utama adalah suasana batin
dan keikhlasan kita dalam melakukannya. Itulah yang akan berbekas. Tidak akan
pernah rugi bila kita melakukan semua ini. Bila kita belum mampu beribadah dengan
baik, jarang tahajud, atau puasa sunnat, maka alangkah baiknya bila kita selalu berbuat
baik pada sesama. Allah pasti akan menolong kita. "Akulah ArRahman dan Ar-
Rahiim. Aku petikkan baginya dari nama-Ku. Barangsiapa yang menghubungkan,
niscara Aku menghubunginya; dan barangsiapa memutuskannya, niscaya Aku
memutuskan hubungan dengannya".
Rasulullah SAW pun dengan indahnya berpesan kepada kita, "Orang yang
pemurah itu dekat kepada Allah SWT, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan
jauh dari api neraka. Sedang orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari
surga, dan dekat kepada api neraka". Wallahu a'lam bish-shawab.

Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam
kegiatan belajar 2 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut: 1.
Jelaskan hadis tentang keutamaan memberi!
2. Jelaskan mengapa agama Islam mengajarkan untuk memberi kepada merek yang
membutuhkankan!

Rangkuman
Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau
bantuan oleh seseorang yang sedang mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun pasti
pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan yang
tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini jika diantara
teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk saling membantu,
segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi maka sikap individualis
dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan berakibat setiap orang tidak
peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.
Akan tetapi ada tata cara memberi dan menerima serta larangan-larangan yang
harus diperhatikan oleh setiap orang Muslim yang dermawan, murah hati dan gemar
memberi. Menurut Rasulullah saw, orang yang pemurah itu dekat kepada Allah, dekat

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 251


Hadits |
kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari api neraka. Sedang orang kikir jauh
dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat kepada api neraka.
Adalah sebuah realitas bila setiap manusia membutuhkan perhatian dari
sesamanya. Seseorang akan merasa senang apabila saudaranya memberikan perhatian,
pujian, maupun perlakuan yang baik kepadanya. Sebaliknya, setiap orang tidak senang
dikucilkan dan dihinakan saudaranya. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan
agar kita selalu berbuat baik pada sesama, sekalipun pada seorang kafir.

Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Hadis yang artinya ‘‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.
Tangan yang di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah
adalah yang meminta‛ diriwayatkan oleh: a. Bukhari Muslim
b. Bukhari
c. Muslim
d. Muttaffaq alaih. 2. Rasulullah pernah bersabda sebagaimana hadis
berikut:

َ ‫َع َن املَ َق َدام ر‬


ََ ََ ‫ض َي الل َو َع َن ر َسوَل الل َو صلى الل َو عَليَ َو َو َسل َم قَا َل ََق‬
‫َما أ َك َل أ َح َد طعَا َم ا‬ ‫ع َن› َو‬
‫َلم‬ ‫َخ ي َرا َم َن أ َن أي َك ل َم َن ع َم َل ي َ ي‬
‫َب الل َو َدا َو َد عَل َي َو ال ََ س‬
َ َ
َ َ َ َ
‫َكا َن أي َكلَ م َن ع َم ل ي د ه‬ ‫َد َه َوإ ََن ن‬
(‫)رواه البخاري‬
Hadis ini menganjurkan orang Islam agar:
a. Tidak meminta bantuan pada orang lain.
b. Memberikan pertolongan pada orang lain yang membutuhkan.
c. Hidup dengan jerih payahnya sendiri.
d. Anti bantuan dari mana pun datangnya.
3. Dalam beberapa hadisnya, Rasulullah saw menjelaskan keutamaan-keutamaan
orang-orang yang memberi, di antaranya sebagai berikut, kecuali: a. dapat
menghapus dosa.
b. dapat mencegah datangnya musibah dan menghilangkan murka Allah.
c. dapat menghilangkan permusuhan.
d. dapat mengangkat derajat dan kepandaian seseorang.
4. Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bahwa pemberian yang
paling utama adalah dalam keadaan ..... kecuali: a. sehat
b. takut miskin

252
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
c. sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 253


Hadits |
d. keinginan yang tinggi untuk memberi.
5. Pemberian yang kurang baik sebagaimana digambarkan sebuah hadis adalah;
a. ketika ajal sudah dekat, kemudian baru memberikan harta atau
menyedekahkannya.
b. ketika dalam keadaan miskin dan banyak hutang.
c. pemberian di saat dia sendiri sudah tidak membutuhkannya.
d. sumber pemberian berasal dari hutang.
6. Pemberian hendaknya didahulukan kepada:
a. anak-anak yatim.
b. orang yang terdekat atau tetangga yang terdekat pintunya dengan pintu
rumah kita.
c. oarng yang sedang kesusahan
d. para musafir.
7. Riya atau mengharap supaya orang lain melihat atau memuji kebaikan yang
dilakukan, merupakan: a. syirik kecil.
b. dosa kecil.
c. hal yang lazim atau lumrah saja.
d. hal yang menjadi pantangan bagi para pemberi.
8. Walaupun meminta dengan kata-kata kasar atau memaksa, berdasarkan sebuah
hadis riwayat Muslim, seseorang tersebut hendaknya: a. kita memberikan saja.
b. tidak usah memberi karena agar menjadi pelajaran baginya.
c. seseorang tersebut diberi pengertin.
d. acuhkan saja.
9. Menerima pemberian yang baik dan membalasnya merupakan hal yang:
a. dihalalkan.
b. diwajibkan.
c. dimubahkan
d. disunnahkan.
10. Setelah diberi sesuatu disunnahkan mengucapkan kalimat:
a. jazakumullah khaeran katsira
b. syukran katsira.
c. subhanallah.
d. Allah akbar
11. Jika menyukai pemberian seseorang hendaknya kita makan, dan jika tidak suka
maka:
a. pura-pura menyukai pemberian tersebut agar tidak tersinggung.

254
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. dibuang saja.
c. dapat disedekahkan lagi
d. menolak pemberian dari pada mubazir.
12. Jangan memberi sesuatu yang tidak kita sukai, demikian hadis riwayat Bukhari,
Muslim, dan Ahmad. Hadis ini didukung pula oleh ayat al-Qur’an dalam surat: a.
Al-An’am ayat 12
b. Al-Baqarah ayat 267
c. Ali Imron ayat 8
d. Al-Mujadalah ayat 15.
13. Pada dasarnya, hadiah, sedekah, maupun suap bermakna sama yaitu memberikan
sesuatu kepada orang lain. Hal yang membedakan ketiganya adalah:
a. wujud pemberian.
b. niat.
c. kedudukan si penerima.
d. status pemberi.
14. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan An-Nasai, Turmudzi, dan Hakim,
Rasulullah SAW bersabda bahwa memberi sedekah kepada orang miskin bernilai
satu, sedangkan sedekah kepada sanak keluarga:
a. memiliki dua keutamaan, yaitu sebagai sebuah sedekah dan sebagai penguat
hubungan kekerabatan.
b. sama saja keutamaannya.
c. mendapatkan anugerah berlebih.
d. memiliki pahala yang berlipat ganda.
15. Berikut ini adalah di antara fungsi hadiah, kecuali:
a. sebagai alat untuk mempererat persaudaraan antara dua pihak yang telah
bersaudara.
b. hadiah bisa mencairkan ketegangan antara dua pihak yang sedang
bermusuhan.
c. sebagai alat untuk memperoleh simpati dari musuh.
d. hadiah bisa menyambungkan kembali hubungan yang telah lama terputus.

Kunci Jawaban
Tes Formatif
1. A
2. C
3. D 4. D

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 255


Hadits |
5. A
6. B
7. A 8. A 9. D
10. A
11. C
12. B
13. B
14. A
15. C

Balikan dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang ada di akhir
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ------------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan modul selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80%
anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Daftar Pustaka
Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, Tth).
Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008
Ahwadzi, Syarh Sunan al-Turmudzi, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Ali Ibn Muhammad al-jurjany, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Lmiyah,

256
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
1988) al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-
Hadis al-Syarif
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) edisi III, h.
Republika, Hadiah, 3 Maret 2005

Kegiatan Belajar 4
MAKNA TAKWA

Kata takwa yang sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Arab ‫ تـ ُقـ ُْىُي‬. Secara etimologis, kata ini merupakan derivasi atau kata
bentukan dari akar kata ‫ ق‬- ُُ ˝‫ وقـ‬yang berarti memelihara atau menjaga. Kemudian
terbentuk dari akar kata itu, kata ُُ ُ ُ‫ تـىُقـ‬dan ُُ ˝ ‫ ا ُِتـقُُـ‬yang berarti takut kepada
sesuatu.
Adapun secara terminologi, kata takwa memiliki banyak pengertian, sebagaimana
disebutkan oleh al-Jurjani. Menurutnya, kata takwa berarti ikhlas bila dikaitkan
dengan ketaatan kepada Allah, dan berarti meninggalkan dan menghindari
kemaksiatan. Takwa bisa juga berarti menjaga peraturan-peraturan syari’at dan
menghindari apa-apa yang menjauhkan diri dari Allah swt, dan dapat pula diartikan
meneladani Nabi saw dalam kata-kata maupun perbuatan.
Sedangkan imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa
berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga
dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri dari
perbuatan dosa. Dengan demikian maka bertakwa kepada Allah adalah rasa takut
kepadaNya dan menjauhi kemurkaanNya. Seakan-akan kita berlindung dari
kemarahan dan siksaanNya dengan mentaatiNya dan mencari keridhoanNya. Takwa
merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti keinginan
dan hawa nafsunya.
Berikut ini beberapa ungkapan para sahabat Rasulullah saw dalam
menggambarkan ketakwaan ekspresi ketekwaan seseorang:
1. Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin
Ka’ab tentang takwa. Lalu Ubai balik bertanya: Wahai amirul mukminin,
Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya.
Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti
dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 257


Hadits |
majukan satu kaki dan mundurkan yang lainnya khawatir terkena duri. Ubai
menyatakan: Itulah takwa.
2. Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: Tidak sampai seorang hamba
kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
3. Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau
menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan
Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari
kiamat.
4. Abdullah Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang
takut dari Allah dan siksaanNya.
5. Abdullah bin Mas’ud menafsirkan firman Allah:

‫ت قَات َو‬
َ ‫ت قَواَ الل َو َح‬
ََ ‫ ا‬dengan menyatakan bahwa sebenar-benar takwa adalah
َ
‫َق‬
taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.

Selain dari para sahabat Rasulullah, patut pula dicermati pendapat para ulama tentang
takwa. Antara lain:
1. Al-Qusyairy mengatakan bahwa takwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan,
dan hakekatnya adalah seseorang melindungi dirinya dari hukuman Tuhan
dengan ketundukan kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga diri dari
syirik, dosa, kejahatan dan syubhat.
2. Al-Nashr Abadzy menjelaskan bahwa takwa adalah waspada terhadap segala
sesuatu selain Allah. Siapa yang menginginkan takwa yang sempurna,
hendaknya menghindari setiap dosa.
3. Ibn ’Atho mengatakan: takwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi
lahirnya adalah pelaksanaan syariat, dan dimensi batinnya adalah niat dan
mujahadah.
4. Abu Hafs berkata bahwa takwa adalah sikap seseorang membatasi diri hanya
pada hal-hal jelas-jelas halal saja.

Hadis Nabi:

َ ‫ات َق َح َي َك َن‬
‫ت‬ ‫َو‬ ‫صل َى الل َو‬
َ ‫قا َل يل ر الل‬ ‫َر‬‫أَب ذ‬ ‫َعَن‬
َ‫هلال ›ث‬ ‫َسل‬ ‫عل َي َو‬ ‫َسو َل ََ َو‬ ‫قا َل‬
‫َما‬ ‫َم‬
‫سن‬
َ
(‫َح )رواه الرتمذي‬ ‫س خبَلق‬
َ ‫النا‬

258
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
‫سنةَ متَ َح‬
َ َ‫سيئةَ احل‬
ََ ‫َوأتب َع ال‬ َ ‫ه‬ ‫ا َو َخالق‬
Arti Kata-Kata: bertakwalah kepada Allah = ‫ ا ت ْق ال ْل‬dimanapun
kamu berada = ‫ت‬
ْ ‫ْح ُْكن‬ iringilah =
‫يْث‬
‫ْما‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 259


Hadits |
‫ أ تب ْع‬perbuatan jahat = ‫ا‬

ْ‫ ل ْْسيئة‬perbuatan baik = ‫ا ْل ْْ ْس ْْنة‬

pergaulilah manusia = ‫ْخ ال ْق‬ akhlak

yang baik = ‫ْحس‬ ‫س ُخل ق‬


ْ ‫النا‬
‫ن‬

Terjemah Hadis
Dari AbuDzar ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda: ‚Bertakwalah kamu kepada
Allah dimanapun kamu berada. Iringilah perbuatan yang jahat dengan perbuatan yang
baik, niscaya yang baik itu akan menghapus yang jahat. Pergaulilah manusia dengan
akhlak yang baik (HR. Turmudzi)

Penjelasan Hadis:
Al-Ahwadzi dalam menjelaskan hadis ini mengatakan bahwa takwa kepada Allah
adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban serta berhenti menjalankan segala
kemungkaran. Takwa harus ditegakkan baik dalam keadaan sepi ataupun ramai, dalam
keadaan senang maupun susah, sebab Allah Maha Mengetahui perbuatan-
perbuatanmu yang tersembunyi ataupun yang nampak oleh orang banyak. Karena itu
takutlah kepada Allah sebab Allah selalu mengawasimu. Apabila telah terlanjur
berbuat dosa maka segeralah melakukan kebaikan seperti shalat, sedekah, dan mohon
ampunan. Niscaya kebaikan itu menolak dan menghapus yang jahat. Ibarat penyakit
disembuhkan dengan obat, maka kejahatan akan hilang dengan kebaikan.
Setelah memerintahkan takwa dalam semua keadaan, Rasulullah menganjurkan pula
untuk mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, lemah lembut, solidaritas atau
merasakan kesusahan bersama. Dengan cara demikian manusia akan memperoleh
keberuntungan di dunia dan keselamatan di skhirat.

Fungsi dan Tujuan Takwa


Takwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang
muslim. Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya meskipun setiap
jum’at para khotib menyerukan takwa dan para makmumpun mendengarnya berulang-
ulang kali. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol etika dan
budi pekertinya dalam setiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada hakekatnya
adalah muroqabah atau mendekatkan diri dan berusaha keras mencapai keridhoan
Allah serta takut dari adzabNya. Sangat tepat pernyataan para ulama yang menegaskan
ketakwaan seorang hamba kepada Allah adalah dengan menjadikan benteng
perlindungan diantara dia dengan yang ditakuti dari kemurkaan dan kemarahan Allah
yaitu dengan melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Ketakwaan seperti digambarkan di atas itulah yang dapat menyelamatkan orang dari
api neraka dan membawanya kepada kebahagiaan di akhirat nanti. Suatu saat Nabi
Muhammad saw ditanya tentang apa yang menyebabkan orang masuk surga dan apa

260
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
pula yang menyebabkannya masuk neraka, maka jawabannya sebagaimana tercantum
pada hadis berikut:
‫صلى الل َو عَل َي َو َو َسل َم ع َن أ َكث َر َما‬ َ ‫َ قا َل سئ َل ر َسو َل‬
‫َ َن أ َب ى›َ َر َي ر ة‬
‫ع‬
َ‫س اجلَنة‬ َ ‫الل َو‬
َ ‫ي َد خلَ النا‬
َ
َ ‫َ َن أ َكث َر َما ي َد خلَ النا‬
‫س‬ ‫ف قَا َل ت قَ› َوى الل َو َو َح َس َن اخلَل َق َو َسئ َل ع‬َ
‫ج‬
َ ‫النا َرف قَا َل ال َف َم َوال َف َر‬
(‫)رواه الرتمذي‬
‚Dari Abu Hurairah ra.,dia berkata: Rasulullah saw ditanya tentang apa yang
paling banyak menyebabkan orang masuk surga, maka beliau menjawab:
‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik’. Lalu beliau ditanya tentang apa
yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka, maka beliau
menjawab: ‘Mulut dan kemaluan’.(HR.Turmudzi)

Takwa kepada Allah juga berkaitan keberuntungan dalam menempuh kehidupan.


Orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapatkan solusi atas kesulitan-kesulitan
yang menimpanya dan bahkan memperoleh rezeki dari yang tidak disangka-sangka.
Orang yang bertakwa kepada Allah juga akan dimudahkan dalam menghadapi
persoalan. Beberapa hal ini ditegaskan dalam kedua ayat berikut:

‫ي ت َق الل َو جيَعَ َل ل َو َم ََ َخر َ حيت‬


َ َ ‫ث‬
(3- :‫)الطلق‬...‫ب‬ َ ‫َوم َن‬...
2 َ
‫جا و ي رزق و َم ن ح ي الَ س‬
َ َ َ َ ََ َ
‫ َوَم َن ي ت َق الل َو جي َع َل ل َو م َن أ َمره ي َس َرا‬...
(4 :‫)الطلق‬
Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya jalan
ke luar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Siapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya kemudahan
dalam urusannya. (a-Talak: 2-4)

Ayat-ayat di atas tidak menawarkan hal-hal yang aneh dan luar biasa. Ayat-ayat di
atas tidak untuk ditafsirkan bahwa kalau orang rajin salat lima waktu beserta sunah-
sunah rawatibnya, atau rajin shalat tahajud setiap malam dan shalat dluha setiap pagi,
nanti tiba-tiba dia dapat mengerjakan setiap soal ujian kelulusan sekolah, atau tiba-
tiba di bawah kasurnya akan ada sekarung uang. Ketiga ayat di atas mengisyaratkan
bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang mau berusaha mengatasi
permasalahannya, bukan orang yang berpangku tangan, pasrah pada nasib. Orang
yang bertakwa adalah orang berpikir positif dalam menghadapi urusan-urusan, bukan
orang yang lari dari tanggung jawab.
Perlu diketahui pula bahwa ayat-ayat tersebut berada pada rangkaian ayat
yang membahas persoalan cerai antara suami isteri yang memerlukan kecermatan dan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 261


Hadits |
kehati-hatian dalam menetapkan solusi yang terbaik bagi keduanya. Dalam konteks
inilah ketakwaan seseorang akan diuji.

262
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Tempat Takwa Adalah di dalam Hati
Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar
Allah Ta’ala: )32 َ ‫َائ َر الل َو فإن َها َم َن ت قَ› َوى ال َقلو‬
:‫ب )احلج‬ ‫ك َوَم َن ي عظ َم ش ع‬
َ ‫ذل‬
firman
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (al-Hajj: 32)

Demikian juga firman Allah:

’ ‫ك ال َذي َن ا َمتَ َح َن هلال ق لوب َك َم لل‬


... ‫ت قَ› َوى‬ َ َ‫أولئ‬...
(3 :‫)احلجرات‬
‚…mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa... (al-Hujurat: 3)

Sedangkan dalil dari hadits Nabi n tentang hal ini adalah sabda beliau:
َ ‫َم َ َرا‬
‫ت( حبَ َس‬ ‫ص َدرَه‬ ‫ت قَ› َوى ىَ› َهنا وي‬
ََ ‫ت‬ََ ‫ت قَ› َوى‬ ََ ‫ال‬...
َ
‫ث‬َ ‫)ثل‬ ‫َش َي ََ َر إىل‬ ›َ‫قَ› َوى ى‬
‫ب ا َمرى َء َم َن‬
َ ‫ىَ› َهنا ال‬ ‫ال‬
‫َهنا ال‬
ََ
‫ش‬
‫’َر‬
‫س مل عَلى املَ َسلم ح َرا َم َد َ َم َو‬ َ
َ َ‫أ َن حي ق َر أ َخا َه املَ َسل َم ك ََل امل‬
(‫ )رواه مسلم‬...‫ض َو‬َ ‫َو َع َر‬
‚…Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau
mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah berbuat
jelek dengan merendahkan saudara muslimnya. Setiap muslim diharamkan
atas muslim lainnya dalam darah, kehormatan dan hartanya. (HR Muslim ).
Juga hadits Qudsi yang masyhur dan panjang dari Abu Dzar. Diantara isinya adalah:

‫ب ر َج َل َوا َح‬ َ ‫اي َعبا َدي ل َو أ ََن أ َ َول َك َم َوآ َخرَك َم َوإن َكان َعلى‬
َ َ‫ت َق ل‬
‫أ قَى‬ ‫س َك م و َجن َك م وا‬
‫َد َمن َك َم َما‬ َ ََ َ
(‫ك يف َملَكي ش َيئا )رواه مسلم‬
َ ‫زا َد ذل‬
Wahai hambaKu, seandainya seluruh kalian yang terdahulu dan yang akan
datang, manusia dan jin seluruhnya berada pada ketakwaan hati seorang dari
kalian tentulah tidak menambah hal itu sedikitpun pada kekuasaanKu. (HR
Muslim)

Dalam hadits ini ketakwaan disandarkan kepada tempatnya yaitu hati. Namun
walaupun ketakwaan adalah amalan hati dan adanya dihati, tetap saja harus dibuktikan
dan dinyatakan dengan amalan anggota tubuh. Siapa yang mengklaim bertakwa

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 263


Hadits |
sedangkan amalannya menyalahi perkataannya maka ia telah berdusta. Ketakwaan ini
berbeda-beda sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu. Menurut al-Qusyairy,
ketakwaan kaum awam adalah dengan menghindari syirik, sedangkan takwa kaum
khawas (orang-orang pilihan) adalah menghindari maksiat. Kemudian ketakwaan para
auliya adalah menghindari tawassul dengan amal, dan ketakwaan para Nabi adalah
menghindari menisbatkan amal kepada selain Allah swt sebab takwa mereka datang

264
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Itulah sebabnya Allah swt berfirman: )16
: ‫)التغابن‬...‫فا ت قَوا هلالَ ما استطعتم‬
Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian…(al-Taghabun: 16)

Perintah bertakwa semampu kita artinya perintah untuk tidak membiarkan


tingkat ketakwaan kita berada pada tingkatan yang lemah. Kita wajib berusaha untuk
terus meningkatkan ketakwaan kita, sebab takwa itu tidak permanen keberadaannya
di dalam hati, ia bisa melemah dan menguat, karena itu wajib dipelihara agar terus
kuat sampai akhir hayat. Marilah kita jaga ketakwaan kita dengan tiga sikap yang baik,
yaitu: bertawakkal dengan apa yang belum dianugerahkan kepada kita, ridlo dengan
apa yang telah dianugerahkan, dan bersabar dalam menghadapi milik yang hilang.

Latihan

Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam
kegiatan belajar 1 modul 5 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian takwa berdasarkan hadis-hadis yang ada!
2. Jelaskan berbagai perbuatan yang dikategorikan takwa!

Rangkuman
Kata takwa yang berasal dari bahasa Arab sudah lama digunakan bahkan
sudah menjadi kosa kata dalam Bahasa Indonesia. Kata takwa itu tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dalam Undang-Undang Hak
Asasi Manusia 1999, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan dokumen-
dokumen negara yang lain. Kata takwa juga sudah dilafalkan ribuan kali oleh anak-
anak sekolah ketika mereka membaca Dasa Dharma Pramuka.
Kata takwa jika dilekatkan kepada seseorang (yakni orang yang bertakwa / al-
Muttaqi dalam bahasa Arab) menggambarkan orang yang tunduk dan patuh kepada
Allah. Orang yang bertakwa selalu menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi
larangan-larangaNya. Dia selalu menjalankan ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat.
Dia berperilaku baik, jujur, lemah lembut kepada orang lain. Dia tidak menyakiti
kawan, tetangga maupun orang-orang yang tidak dikenalnya sekalipun. Dia tidak akan
bermaksiat, melanggar larangan Allah. Demikianlah gambaran orang yang benar-
benar bertakwa.

Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Di bawah ini merupakan pengertian takwa secara terminologi menurut Al-

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 265


Hadits |
Jurjani, kecuali:
a. takwa berarti ikhlas bila dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah, dan berarti
meninggalkan dan menghindari kemaksiatan.
b. takwa berarti menjaga peraturan-peraturan syari’at dan menghindari apaapa
yang menjauhkan diri dari Allah swt.
c. takwa berarti meneladani Nabi saw dalam kata-kata maupun perbuatan.
d. takwa berarti takut akan dosa dan larangan Allah.
2. Para sahabat pernah mengungkapkan gambaran dan ekspresi ketakwaan
seseorang, kecuali:
a. Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: tidak sampai seorang hamba
kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
b. Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau
menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan
Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari
kiamat.
c. Abdullah Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang
takut dari Allah dan siksaanNya.
d. Usman bin Affan menafsirkan firman Allah:

‫ُْ ْوا الل ْو ح ْْق ت قْات ْو‬.‫ت ق‬


ْْ ‫ ا‬dengan menyatakan bahwa sebenar -benar takwa adalah
taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.
3. Selain dari para sahabat Rasulullah, patut pula dicermati pendapat para ulama
tentang takwa. Antara lain Al-Qusyairy yang mengatakan:
a. bahwa takwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan, dan hakekatnya adalah
seseorang melindungi dirinya dari hukuman Tuhan dengan ketundukan
kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga diri dari syirik, dosa, kejahatan
dan syubhat.
b. bahwa takwa adalah waspada terhadap segala sesuatu selain Allah. Siapa
yang menginginkan takwa yang sempurna, hendaknya menghindari setiap
dosa.
c. bahwa takwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi lahirnya adalah
pelaksanaan syariat, dan dimensi batinnya adalah niat dan mujahadah.
d. bahwa takwa adalah sikap seseorang membatasi diri hanya pada hal-hal jelas-
jelas halal saja.
4. Hadis tentang takwa berikut:
َ
َ ‫ات َق َح َي َكن‬
‫ت‬ ‫َو‬ ‫صلى َعل‬
َ ‫يل ر الل‬ ‫أب َذ قا قا َل‬
َ‫هلال ›ث‬ ‫َسل‬ ‫الل َو َي‬ ‫ر َل ََ َسو َل َو‬
‫َما‬ ‫َم‬ ‫َو‬ ‫ال‬
‫سيئة‬
ََ
266
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
‫َعَع‬
‫َن‬
‫َوأتب‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 267


Hadits |
‫سن‬
َ ‫النا خبَل َح‬ ‫متَ َح َها‬ َ‫سنة‬
َ َ‫احل‬
Diriwayatkan oleh: a. ‫س ق‬ َ ‫َو َخالق‬
Muslim
b. Bukhari.
c. At-Turmudzy
d. An-Nasa’i.
5. Hadis di atas menjelaskan tuntutan agar kita bertakwa:
a. dalam profesi apa saja.
b. di mana saja
c. dalam bentuk apa saja
d. kapan saja.
6. Setelah memerintahkan takwa dalam semua keadaan, Rasulullah menganjurkan
pula untuk... kecuali:
a. memenuhi hidupnya hanya dengan ibadah ritual dan sosial.
b. mempergauli manusia dengan akhlak yang baik.
c. lemah lembut.
d. solidaritas atau merasakan kesusahan bersama.
7. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol etika dan budi
pekertinya dalam setiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada hakekatnya
adalah:
a. taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.
b. muroqabah atau mendekatkan diri dan berusaha keras mencapai keridhoan
Allah serta takut dari adzabNya.
c. melindungi dirinya dari hukuman Tuhan.
d. sikap seseorang membatasi diri hanya pada hal-hal jelas-jelas halal saja. 8.
Hadis berikut:
َ
َ ‫صلى الل َو عل َي َو َو َسل َما ي َد خ َل النا‬
‫س‬ َ ‫َ قا َل سئ َل ر َسو َل‬ ‫َ َن أَب ىَ› َر َي ر ة‬
‫ع‬
‫اجلَ نةَ ف‬ ‫َم ع َن أ َكث َر‬ ‫الل َو‬
َ
َ ‫قَا َل ت قَ› َوى الل َو َو َح َس َن اخلَل َق َو َسئ َل ع َن أ َكث َر َما ي َد خلَ النا‬
‫س النا َر ف‬
‫ج )رواه‬
َ ‫قَا َل ال َف َم َوال َف َر‬
(‫الرتمذي‬
mengandung arti bahwa yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka
adalah:
a. kaki dan tangan.

268
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. hati dan perasaan.
c. mulut dan kemaluan.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 269


Hadits |
d. perbuatan dan niat.
9. Orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapatkan solusi atas
kesulitankesulitan yang menimpanya dan bahkan memperoleh rezeki dari yang
tidak disangka-sangka. Hal ini seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an: a. Ali Imran
ayat 3-7.
b. Al Baqarah ayat 155.
c. At-Thalaq ayat 2-4.
d. Al-Kahfi ayat 34-38.
10. Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar firman
Allah Ta’ala: ‫ك َوَم َن ي عظ َم ش َعائ َر الل َو فإن َها َم َن ت قَ› َوى ال َقلوب‬
َ ‫ذل‬
ayat tersebut termaktub dalam Al-Qur’an: a.
Al-Hujurat ayat 3.
b. Al-Baqarah ayat 16.
c. At-Taubah ayat 10.
d. Al-Haj ayat 32.

’ ‫ك ال َذي َن ا َمت َح َن هلال َق لوبَ َك َم لل‬


‫ت قَ› َوى‬ َ ‫أولئ‬... terjemahan yang tepat untuk potongan ayat
11. ...
di atas adalah:
a. ‚…mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa... ‚.
b. ‚...demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’arsyi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati...‛
c. ‚... Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya jalan
ke luar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangkasangka...‛
d. ‚…Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau
mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah
berbuat jelek dengan merendahkan saudara muslimnya.‛

ْ ‫ص ْدرهْ )ثال‬
‫ث مرا ت( ب‬ ْ ‫ت قْوى‬ ْْ ‫ْ ُْهناْ ال‬.‫ ْوى ى‬.ْ‫ت ق‬ْْ ‫ْ ُْهنا ال‬.‫ت قْوى ى‬ْْ ‫ ال‬21
ْ ‫ْْ ْس‬
‫ب‬ ْْ ‫ْ ُْهنا وي ْش ْي ُْر إ ْل‬.‫ى‬
‫ْحرا ْم ْد ُْ ْم ُْو‬ ‫ْر أ ْن ْي ْْ ْْقْْر أ ْخاه ُْ امل ْسل ْم ُك ُْْل امل‬¹‫ا ْمرى ء ْم ْن الش‬
ُْ
‫ )رواه‬...‫ْو‬ ‫ْوعر ُض‬
ُ ْ ‫ْسلم ع ىل امل ْس ْل ْْم‬
(‫مسلم‬ ُْ ُْْ
dalam hadis ini di samping menerangkan tentang ketakwaan, juga dijelaskan
bahwa setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya, kecuali
dalam:
a. darah.

270
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. kehormatan.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 271


Hadits |
c. harta.
d. keluarga.
13. Di bawah ini pernyataan menurut al-Qusyairy, kecuali:
a. ketakwaan kaum awam adalah dengan menghindari syirik.
b. takwa kaum khawas (orang-orang pilihan) adalah menghindari maksiat.
c. ketakwaan para auliya adalah menghindari tawassul dengan amal.
d. ketakwaan para Nabi adalah menghindari jaminan yang diberikan oleh Allah
swt sebab takwa mereka datang dari-Nya dan akan kembali kepadaNya.
14. Perintah bertakwa semampu kita artinya perintah untuk tidak membiarkan tingkat
ketakwaan kita berada pada tingkatan yang lemah. Hal ini sesuai dengan Al-
Qur’an:
a. Al-Taghabun ayat 26
b. Al-Taghabun ayat 16
c. Al-Taghabun ayat 36
d. Al-Taghabun ayat 6
15. Dalam surat Ali Imran ayat 102 Allah swt mengingatkan orang-orang yang
beriman agar bertakwa kepada Allah: a. dengan sebenar-benarnya takwa.
b. dengan bertaubat ketika bermaksiat.
c. dengan beribadah wajib dan sunah
d. dengan hakikat takwa dalam arti luas.

KUNCI JAWABAN

Tes Formatif 1

1. D 2.
D
3. A
4. C
5. B
6. A
7. B 8.
C
9. C
10. D

272
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
11. A
12.D

13. D
14. B
15. A

Balikan dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang ada di akhir
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ------------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80%
anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang belum anda kuasai.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an 273


Hadits |
Daftar Pustaka
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992) Jilid 4, al-
Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988) Mahmud
Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: YPPQ, 1973)
al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-
Syarif Ustadzkholid.Wordpress.com al-Qusyairy al-Naysabury, al-Risalah al-
Qusyairiyah, (TT: Daral-Khair, Tth),
Republika, Hadiah, 3 Maret 2005

274
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits

Anda mungkin juga menyukai