Modul Al-Qur'an Hadis
Modul Al-Qur'an Hadis
PENDALAMAN MATERI
AL-QUR’AN HADIS
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin
dari penulis
DAFTAR ISI
Modul 2 .................................................................................................................. 33
Kegiatan Belajar 1 : Ayat-Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat ...........
35
Kegiatan Belajar 2 : Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an ..........................
42
Kegiatan Belajar 3 : Rasm Utsmani .........................................................
48
Kegiatan Belajar 4 : Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah ..................................
56
Daftar Pustaka ...........................................................................................
61
Glosarium ...................................................................................................
62
Modul 3 .................................................................................................................. 63
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Hadits dan Sinonimnya .....................
65
Kegiatan Belajar 2 : Struktur Hadis ........................................................
75
Kegiatan Belajar 3 : Pembagian Hadis dari Jumlah Periwayat ...........
84
Kegiatan Belajar 4 : Pembagian Hadis Dilihat dari Kualitas ...............
89
Daftar Pustaka ...........................................................................................
97
Glosarium ...................................................................................................
99
PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup ini.
Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk alQuran
dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman sesame
manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara akan
menjadi Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara akan
menjadi hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua hal ini
meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran hokum Islam,
al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu semua pelajar yang
berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari al-Quran dan Hadits
ini.
Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar terdapat beberapa
perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah bahasa Arab atau ilmu
nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa Arab ini para pelajar (muslim
atau non muslim) mustahil dapat memahami isi kandungan alQuran dan Hadits
dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal ini tidak
dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan pengenalan
al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Banyak
karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran dan Hadits lebih tepat
dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam Burhanuddin al-Zarkasyi.
Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin alSuyuti dan Manahil al-‘Irfan fi
Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani. Akan tetapi mayortias karya-
karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab. Oleh karena itu dibuat modul ini
dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang tidak dapat membaca kitab-kitab
Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab
Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini
Pokok-Pokok Materi
Pengertian Ulum al-Qur’an, ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan ulu>m
alQur’an, sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an. Pengertian al-Qur’an, nama-nama
al-Qur’an, garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an, pengertian wahyu,
macammacam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw dan perbedaan wahyu,
ilham dan Ta’lim.
Uraian Materi
1. Pengertian Ulum al-Qu’ran
Pengertian Ulum al-Qur’an harus ditinjau darti sisi makna idhafahnya dan
makna istilahnya. Dari segi makna idhafahnya adalah segala yang berkaitan dengan
al-Qur’an. Maka segala ilmu yang bersandar kepada al-Qur’an termasuk kedalam
ulum al-Qur’an seperti ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu Rasm al-Qur’an, ilmu I’jaz
alQur’an, ilmuu Asbab al-Nuzul, ilmu nasikh wa al-mansukh, Ilmu I’rab al-Qur’an,
Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, Pustaka Rizki Putra, Semarang : 2014, hlm.1
2 Pembahasan ilmu Nuzul Al-Quran ini berkaitan waktu dan tempat diturunkannya al-Quran.
ayat-ayat
yang diturunkan di kota Mekah (Makkiyah) atau di kota madinah (Madaniyyah). ketika nabi dalam
keadaan safar atau berdiam (tidak berpergian), diturunkan pada siang hari atau malam hari.
3 Tema ini berkaitan dengan penjelasan sebab-sebab diturunkannya al-Quran.
4 Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang pertama-tama diturunkan dan terakhir
diturunkan,
diturunkan berulang-ulang, diturunkan tidak berurutan dan diturunkan dalam satu kesatuan.
5 Ilmu beragam bacaan al-Quran (qira>‟at Nabi), para perawi dan hufadz al-Quran,
7 KaharMasyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992, hlm. 34-45
8Manna Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Maktabah, Riyadh: 1981,
hlm.20
َ ُُ ُ ع
َ َُُ َُ ُُ أ ’ َُق شُس ٱى ُؤ ُ ُ َُُ ٱى ُ˝ ُُ ت, ُ ُس َُ َُر ُا ٱ² ُُ َُ
ي ُُر ُ˚ ُ˚ َ ُ َ ُُ َ ُىق َُءا َُ ُدي ىي
٩ ُ أُ̊سا مبُ سا, ُُ ُُيحُ ُ ت أَُ ى² ُُُ ’ُ ٱىص
ُج ُ َُ ُ²
ُ
‚Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar‛. Q. S. al-
Isra, 9.
b. Al-Kitab
١٠ ُ’ ُُتَُ فُ ´ُ ذ ُمس ُم ُُ ُُ ُ ت َع ُُق² ىقَُ دَُ ُُ زى ُُ ىُ ن م
ُُ ’ي ُ“ُُ أفَُ َل ُ اََُ إ ُُ ُُ ̊بُا ُ َُأ
ُ
‚Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya‛. Q. S. al-Ambiya, 10.
c. al-Furqan
٠ ُُ ’ُ ُي َُ َُ ُ ’ سا ُ ُدۦُ َُ ى َن² ت َبا َُ َُز ك ٱى ’ ز ُ َُه سُقا َُ عي
ُُُر ُ² ع
َ ُُ ىي َُ َُىُ ع ُ ’ر ُي ٱ ُىف
ُب
‚Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Quran) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam‛ . Q. S. al-
Furqan, 1.
d. al- Dzikr
٩ ُ’ ُُ ُ’ ا ح ُ ’ ى ُُ اَُ س َ ˚ُ َُ حُُ ُظ
ُف² ُ’ ۥ
ىى إ ُُ َُ ُز ٱى ُ ’ر
ُ َُُم ا ُ
‚Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya‛. Q. S. al-Hijr, 9.
Al-Quran dan al-kitab lebih popular dari nama-nama yang lain. Dalam hal ini
Muhammad Abdullah Daraz ‚Ditulis‛ dengan pena. Kedua nama ini menunjukkan
makna yang sesuai dengan kenyataannya.‛
3. Maqasid al-Qur’an
Sangat banyak materi yang terkandung dalam al-Qur’an sangat banyak dan
beragam. Dimulai dari hubungan manusia kepada Allah swt (Hablum mina Allah).
hubungan antar manusia (Hablum mina al-Nas). Sebagian ulama memberikan intisari
dari kandungan al-Qur’an menjadi tiga hal, yaitu Pengetahuan tentang Akidah.
Pengetahuan tentang syari’ah dan Pengetahuan tentang akhlak.
Ada beberapa ulama lain mengatakan bahwa isi kandungan al-Qur’an ada tiga
macam yaitu mengatakan ketauhidan/ma’rifatullah, Hukum mu’amalah dan pemberi
kabar gembira dan Peringatan. Selain itu mereka memandang bahwa surah alFatihah
yang menjadi surah pembuka al-Qur’an merupakan intisari atau ringkasan dari pada
al-Qur’an.10
Menurut penulis memang masih banyak lagi isi kandungan al-Qur’an itu
sendiri. Seperti al-Qur’an berisikan tentang ilmu pengetahuan, sebagai ketauhidan
kepada Allah swt, peringatan dan pemberi kabar gembira. Dan banyak lagi isi
kandungan atau garis-garis besar al-Qur’an seperti masalah akidah, akhlak, sejarah,
hukum, ibadah, mu’a>malat, ilmu pengetahuan dan lain lain, karena al-Qur’an adalah
sebagai sumber ilmu pengetahuan.
4. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa Arab yang berarti ‚tersembunyi‛ dan ‚cepat‛.
Dikatan ‚wahaitu ilaihi‛ atau ‚auhaitu‛. bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak
diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui
pembicaraan atau rumus dan lambang dan terkadang melalui ‚suara semata‛ dan
terkadang pula melalui ‚isyarat dengan anggota badan‛.
Kata al-Wahyu adalah bentuk masdar (infinitive), dan materi kata itu
menunjukkan dua makna dasar, yaitu ‚tersembunyi dan cepat‛. Oleh sebab itu, wahyu
adalah pemberitahuan secara ‚tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan kepada
orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain‛.11
Jakarta: 2016,
5. Macam-Macam Wahyu
Macam-macam wahyu ada dua. Pertama al-Qur’an, karna al-Qur’an adalah
Wahyu yang Allah swt berikan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril dan dijadikan pedoman hidup. Kedua, hadits Nabi saw. Hadits adalah
‚ucapan, perbuatan dan pernyataan nabi saw.12
Karena segala perbuatan atau tingkahlaku nabi adalah timbul dari
wahyu/petunjuk dari Allah swt, bukan perbuatan yang didasarkan oleh hawa nafsu.
Rangkuman
Ulum al-Qur’an dalam adalah ilmu yang mencakup berbagai kajian yang
berkaitan dengan kajian-kajian al-Qur’an seperti pembahasan Asbab al-Nuzul,
pengumpulan al-Qur’an dan penyusunannya, masalah makiyah dan madaniyah,
Nasikh dan Mansukh, Muhkam dan Mutasyabihat dan lain-lain sebagainya.15
Ruang lingkup Ulum al-Qur’an adalah objek utama dari kajian ulum al-
hlm. 46
12
Said Hasan Khan, Hushu>l al-Makmul : 3, tahun : 1938 M, Maktabah Tija>riyyah
Kubraa, Mesir.” Kahar Masyhur, Op. cit., hlm. 55.
13 Manna Khalil al-Qattan, Op.cit., 38
14 Anshori, Op. cit., hlm. 49
15 Syaikh Manna‟ Al-Qathan, Mabahitsu fi Ulum al-Qur’an. (kairo: Maktabah Wahbah
2004), hlm.15-16
16 Ibid. hlm. 24
17 Al-Shadr, Muhammad Bakir, al-Madrasah al-Qur’aniyyah, Syariat, Iran,
1426H, hlm.213 18Asep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya 2011), hal 6. 19 Manna Khalil al-Qattan, Mabahits fi ulum Al-
Qur’an, (Riyadh:maktabah Ma‟rif,1981)hlm.2 20Abdul wahab khalaf, ilmu
ushul fiqh, (Jakarta: Dar al-manar,1973), hlm.23.
18 Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj dari Mabahits Fi Ulumil Qur‟an,oleh
19Sebagai sebuah ilmu yang mengajarkan manusia tentang kepercayaan yang pasti, wajib
dimiliki oleh
setiap orang di muka bumi ini. al-Qur‟a>n mengajarkan akidah tauhid kepada kita dengan
menanamkan keyakinan terhadap Allah swt yang Esa (satu) yang tidak pernah tidur, tidak
melahirkan dan dilahirkan.
20 Merupakan bentuk sifat menyerah, tunduk, patuh, taat. Menurut pengertian “ahli Fuqaha”,
ibadah
adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapat ridha dari Allah
swt. Dasar-dasar ibadah yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu,
membayar zakat, puasa di bulan suci Ramadhan dan beribadah Haji bagi yang mampu
menjalankannya.
21 Hukum-hukum yang ada di dalam al-Qur‟an adalah memberi perintah kepada orang
yang beriman untuk mengadili dan memberikan hukuman pada seseorang yang terbukti
bersalah. Hukum dalam Islam berdasarkan al-Qur‟an dan al-Sunah ada beberapa jenis atau
macam seperti jinayat, mu‟a>malat, muna>kahat, fara>idh dan jihad.
22 Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia
kepada Allah swt seperti siksa neraka atau al-wa‟i>d. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat syurga.
23 Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang
mendapatkan
kejayaan akibat taat kepada Allah swt serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak
taat atau ingkar terhadap Allah swt. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita
mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhtibar.
24 Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang
Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: pustaka Firdaus, 2004), cet. 16. hlm 8.
26 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qu’an, Jakarta: Rajawali pers, 2013. Cet.1. hlm, 85-
86.
Tugas mandiri :
1. Jelaskan pengertian Ulum al-Qur’an.
2. Jelaskan ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an.
3. Jelaskan sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an.
4. Jelaskan pengertian al-Qur’an.
5. Sebutkan nama-nama al-Qur’an.
6. Sebutkan garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an.
7. Jelaskan pengertian wahyu.
8. Sebutkan macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw.
9. Jelaskan perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim.
Tes Formatif
27Manna‟ Khalil Al-Qattan, Pengantar studi ilmu Al- Qur’an, (jakarta,pustaka Al-kautsar,
2012)hlm,42
Pokok-Pokok Materi
Nuzulu al-Quran dan Asbab al-Nuzul.
Uraian Materi
1. Pengertian Nuzul al-Quran
Kata nuzul berasal dari bahasa arab النزولyang secara etimologi berarti turun
dari atas ke bawah.
Imam al-Zarkasyi mengatakan bahwa ulama Ahlu al-Sunah sepakat bahwa
kalam Allah swt (al-Qura>n) itu diturunkan, namun mereka berbeda pendapat dalam
memaknai kata al-nuzul atau al-inzal (turun). Ada yang mengatakan bahwa nuzul al-
Qura>n berarti munculnya al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa nuzul Al-Quran
adalah pemberian pemahaman (al-i’lam) tentang al-Quran.
Terkait dengan tema nuzul al-Quran, para ulama berbeda pendapat yang jika
dikelompokkan akan berbagi menjadi dua pendapat utama. Pertama, berpendapat
bahwa nuzul al-Quran berarti turunnya al-Quran, tanpa harus memalingkan makna
lafazh nuzul dari maknanya yang hakiki ke makna majazi (metafor). Pendapat ini
dianut oleh Ibnu Taimiyah. Kedua, mengatakan bahwa nuzul disini harus dipalingkan
dari makna hakiki ke makna majazinya, seperti pemberitahuan, pemberian pemahaman
dan lainnya. Jadi, nuzul al-Quran adalah proses pemberian pemahaman tentang al-
Quran kepada malaikat atau Nabi Muhammad saw.28
ُ ُ
ُُُ ´ُ تُ ز ل ُ ث َ ˚ُ ُ ى² ُ ´ُ ىت ق سۥأ عيى ٱ ى َُء̊ا’ا سُق َُُ
ُ² ُ ُ َُ ُ َُ َُا َُ ُ²
ُ ُ ُُ ُف س ˚ُق
ُ ُز ُ ىعي ن ُ ُ ١١٠
س
‚Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian‛. Al-Isra, 106.
Rangkuman
Yang dimaksud dengan Nuzul al-Qur’an adalah turunnya al-Qur’an dari
Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril39. AlQur’an
turun sekaligus dari Allah swt ke lauh mahfudz atau suatu tempat yang merupakan
catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah swt. al-Qur’an diturunkan dari
lauh mahfudz ke bait al-Izzah atau tempat yang ada di langit di dunia. Dari bait al-
Izzah lalu kedalam hati Nabi Muhammad saw dengan jalan yang berangsur-angsur
sesuai dengan kebutuhan.40
Hikmah al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Meneguhkan hati
Nabi Muhammad saw. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an.
Meringankan Nabi saw dalam menerima wahyu. Mempermudah dalam menghafal al-
2004), hal.58.
41Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 74
42Aunur Rafiq Al-Muzani. Terj. Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-
Qur’an, (Jakarta:
pustaka al-Kautsar, 2011), cet 6. hlm. 150-151).
Kata riqqa dalam hadits adalah memberi gambaran sederhananya alat-lata yang
digunakan para
sahabat dalam mencatat ayat-ayat dipermukaan batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta
dan di lembaranlembaran kulit.
43 Ali bin Ahmad Al-wahidy, Asbab al-Nuzul, ( Jakarta: darul hadits,2003), hal 56
turunnya Q.S. al-Ikhlas: 1-4 ‚Katakanlah: Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah
tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada
pula di peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia. Ayat-ayat
yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik
makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah
setelah hijrah. Kedua, ‚Ta’adud al-Nazil wa al-Asbab
wahid‛.
Tugas mandiri
1. Jelaskan pengertian Nuzul al-Qur’an
2. Jelaskan tahapan Nuzul al-Qur’an
3. Bagaimana pengertian Asbab al-Nuzul
4. Sebutkan ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul
5. Jelaskan kegunaan Asbab al-Nuzul
6. Jelaskan kaidah-kaidah Asbab al-Nuzul
7. Jelaskan macam-macam Asbab al-Nuzul
Tes Formatif
Pokok-Pokok Materi
Surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Fungsi mengenal surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Uraian Materi
1. Ilmu Makkiyyah dan Madaniyah
Ada beberapa definisi tentang pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah. Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang turun
sebelum nabi saw hijrah ke kota Madinah. Dan ilmu Madaniyah adalah penjelasan
tentang ayat-ayat al-Qur’an yang turun sesudah Nabi hijrah ke kota Madinah. Ilmu
Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang turun di kota dan sekitarnya
Mekah sekalipun turun setelah nabi Hijrah dan ilmu Madaniyah adalah penjelasan
tentang ayat-ayat yang turun di kota Madinah dan sekitarnya. Ilmu Makkiyah adalah
penjelasan tentang ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada
penduduk kota Mekah, sedangkan ilmu Madaniyah penjelasan tentang ayat-ayat yang
khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah.36
Penulis menyimpulkan bahwa pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah ialah pengetahuan tentang ayat-ayat dan surat-surat yang turun sebelum
nabi saw hijrah ke kota Madinah dan setelah nabi saw hijrah ke kota Madinah, penelitian
riwayat-riwayat dan nash-nash hadis yang memperkuatnya, dengan bersandar kepada
fakta sejarah benar.
Klasifikasi ayat atau surat ke dalam ilmu makkiyah dan madaniyah. Untuk
mengklasifikasikan ayat atau surat ke dalam ilmu Makkiyah dan Madaniyah, para
ulama menyimpulkan ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah dan
madaniyyah.
1. Dengan sima’i (mendengar riwayat dari sahabat dan tabi’in) dan qiyas
(analogy). Yang dimaksud dengan sima>‛i adalah riwayat yang dinukil dari
Nabi saw dan sahabat yang melihat proses penurunan al-Qur’an.
2. Dimaksud denga qiyas adalah ciri-ciri umum yang mendominasi ayat-ayat
Makkiyah dan Madaniyah.37
36 Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016, hlm. 66.
37 Anshori, Opcit. hlm 119-120
Rangkuman
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan cara
berangsurangsur atau sedikit demi sedikit. Mengingat Nabi Muhammad Saw pernah
bertempat tinggal di dua kota ternama yaitu kota Makkah dan kota Madinah. Makkah
dan Madinah adalah tempat tingal Nabi Muhammad saw lahirlah salah satu cabang
ilmu pengetahuan dari ilmu-ilmu al-Qur’an yaitu Ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
Ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mempelajari ulum al-Qur’an
pada umumnya dan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an pada khususnya. Karna
hampir tidak ada buku-buku, ilmu-ilmu al-Qur’an yang tidak melibatkan Ilmu
Makkiyah dan Madaniyah.41
Klasifikasi ayat/surat dalam Makkiyah dan Madaniyah
adalah diturunkannya di Madinah, diturunkannya di Mekkah, ayat-ayat
Makkiyah dalam surah-surah Madaniah, ayat-ayat Madaniah dalam surat-suruh
Makkiyah, ditunkannya di kota Mekkah sedang hukumnya Madaniyah, diturunkannya
di kota Madinah sedang hukumnya makkiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di
kota Mekkah dalam kelompok Madani, yang serupa yang diturunkan di Madinah
dalam kelompok Makkiyah, yang dibawa dari kota Mekkah menuju kota Madinah,
yang dibawa dari kota Madinah ke kota Mekkah, yang diturnkan pada malam hari dan
di waktu siang hari, diturunkan dimusim panas dan di musim dingin, turun diwaktu
menetap dan dalam waktu perjalanan42.
Ciri-ciri umum surat-surat Makkiyah adalah ayat-ayatnya pendek-pendek dan
surat-suratnya juga pendek-pendek, Isi kandungannya mengandung seruan pokok-
pokok beriman kepada Allah, hari akhir atau hari kiamat dan menggambarkan
keadaan surga dan neraka, memerintahkan manusia agar berperilaku mulia, banyak
terdapat lafal sumpah, mendebat orang-orang musyrikin dan menerangkan kesalahan
penderitaan mereka.43
rizki
Tugas
1. Jelaskan pengertian ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
2. Jelaskan tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.
3. Jelaskan fungsi mengetahui surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.
Tes Formatif
Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian Qashash al-Qur’an.
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an.
3. Fiqih Qashash al-Qur’an.
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an.
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya.
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan.
Uraian Materi
1. Pengertian al-Qashash al- Qur’ani
Secara bahasa kata al-Qashashu berarti ‚mengikuti jejak atau mengungkapkan
masa lalu‛.Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari Qashsha-YaqushshuQashashan.45
Sebagaimana yang diungkapkan di dalam al-Qur’an.
٦١ ُ َُ ءاثاَُ ُاصُصا² ُ“ ُُ ب ُُغ ما َُ ُىل² َُ َُقا َُ َُه ذ
ُز َ ق َُ فٱ َُ ُزتدَُ ُ َُا ُ„ُا
ىعي
45 Lihat Manna al-Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th),
Al-Qashash dalam al-Qur’an sudah pasti dan tidak fiktif, sebegaimana yang
ditegaskan dalam al-Qur’an :
b. Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan
menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan,
kebenaran dan pertolongan-Nya serta menghancurkan kebatilan dan para
pendukungnya. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan dalam Q. S. Hud 120.
‚Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisahkisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surah ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orangorang yang beriman.‛.
c. Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka dan
mengabadikan peninggalan mereka.
d. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad saw dalam risalah dakwahnya
dengan memberitakan tentang keadaan orang-orang terdahulu dalam berbagai
macam level generasi yang berbeda.
e. Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang
mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab
mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana firman
Allah Ta’ala ‚Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan
makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan ada
makana yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu,
lalu bacalah dia jika kamu oprang-orang yang benar.‛ (QS Ali Imran [3]:
93).
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi
mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebutkan dalam Q. S.
al-Nisa, 160 dan surah al-An’am, 146.
f. Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam
berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa.
Rangkuman
Qashash bermakna urusan, berita dan keadaaan. Qashash al-Qur’an ialah
khabar-khabar al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian
masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.52 Di dalam al-Qur' an ada tiga
macam kisah. Pertama, Kisah Nabi-nabi dalam berdakwah. Mukjizatmukjizat yang
Tugas
1. Pengertian Qashash al-Qur’an ?
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an ?
3. Fiqih Qashash al-Qur’an?
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an ?
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya ?
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan ?
Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF
56 Mana>‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 151.
GLOSARIUM
al-Qur’an.
Asbab al-Nuzul.
Ilham Madaniyah.
Makkiyah.
Maqa>sid al-Quran.
Mufassir.
Nuzul al-Qur’an.
Qashash al-Qur’an.
Ta’lim.
Ulum al-Qur’an. Wahyu.
PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup ini.
Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk alQuran
dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman sesame
manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara akan menjadi
Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara akan menjadi
hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua hal ini
meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran hokum Islam,
al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu semua pelajar yang
berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari al-Quran dan Hadits
ini.
Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar terdapat
beberapa perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah bahasa Arab
atau ilmu nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa Arab ini para
pelajar (muslim atau non muslim) mustahil dapat memahami isi kandungan al-Quran
dan Hadits dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal ini
tidak dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan
pengenalan al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
Banyak karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran dan Hadits
lebih tepat dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam Burhanuddin al-
Zarkasyi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin alSuyuti dan Manahil al-
‘Irfan fi Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani. Akan tetapi mayortias
karya-karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab. Oleh karena itu dibuat modul
ini dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang tidak dapat membaca kitab-kitab
Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab
Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini
Pokok-Pokok Materi
Muhkamat dan Mutasyabihat.
Uraian Materi
1. Pengertian Muhkamat dan Mutasyabihat.
Kata muhkam diambil dari kata ‚ahkama‛ yang artinya mencegah. Al-
Hukmu artinya memisahkan antara dua hal. Seseorang dikatakan hakim karena ia
mencegah kezaliman dan memisahkan antara dua orang yang berselisih, membedakan
antara yang hak dan yang batil, antara benar dan dusta. Maka kata hikmah artinya
mencegah bagi pelakunya dari hal yang tidak layak. Dan kata muhkam artinya
diyakinkan dan dipastikan.57
Adapun beberapa pendapat atau definisi tentang muhkam. Amir Abd. Aziz
dalam Dirasat fi Ulum al-Qur’an mengumpulkan enam definisi mengenai pengertian
muhkam dan mutasyabih:
a. Definisi Amir Abd. Aziz dinyatakan sebagai pendapat ahlu sunah. Muhkam
atau muhkamat adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang atau
dengan melalui ta’wil, karena ayat yang perlu ditakwil itu memiliki
pengertian lebih dari satu kemungkinan. Adapun mutasyabihat adalah
ayatayat yang pengetiannya secara pasti hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.
Misalnya saat datangnya hari kiamat dan makna huruf tahajji, yakni
57 Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlm. 215.
Mutasyabih dari segi bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain. Dan syubhah adalah keadaaan dimana salah satu dari dua
hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara
keduanya secara konkret maupun abstrak. Dikatakan pula mutasyabih adalah
mutamatsil (sama atau serupa) dalam perkataan dan keindahaan. Oleh karena itu
tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan karena sebagiannya
membetulkan sebagian yang lain.59
Dengan demikian masih banyak pengertian atau definisi muhkam dan
mutasyabih. Adapun pengetian muhkam dan mutasyabih secara khusus terdapat
banyak berbagai pendapat atau banyak definisi. Yang terpenting diantaranya :
a. Muhkam adalah ayat yang mudah dikatehui maksudnya, sedangkan
muatsyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah Ta’ala sendiri.
b. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangakan
mutasyabih mengandung banyak wajah.
c. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa
memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian,
memerlukan keterangan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.4
2. Macam-Macam Mutasyabih
Para ulama membagi mutasyabih menjadi tiga macam :
58 Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT. Remaja
60M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati), hlm.427.
61Anshori, op.cit., hlm.
137. 7Ibid., hlm. 142.
Rangkuman
Secara bahasa kata Muhkam berasal dari kata ihkam yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Namun secara pengertian ini pada
dasarnya kata tersebut kembali kepada makna pencegahan.
kata muhkam merupakan pengembangan dari kata ‚ahkama, yuhkimu, ihkaman‛
yang secara bahasa adalah atqona wa mana’a yang berarti mengokohkan dan
melarang. Sedangakan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara
bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaan
antara dua hal. Tasyabaha dan isyabaha berarti dua hal yang masigmasing menyerupai
yang lainnya.
Secara istilah (terminologi) para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan
definisi muhkam dan mutasyabih. Di bawah ini ada beberapa definisi menurut
alZarqani.9
Menurut Abd. al-Jalal, ada tiga macam makna ayat-ayat Mutasyabihat.
Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia kecuali Allah swt.
Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan
pengkajian yang mendalam seperti pencirian mujmal, menentukan mutasyarak,
memuqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib. Mutasyabihat yang
hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua orang. Hal
ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah swt dan orang-orang yang
rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.10
Di bawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan
mutasyabih. Andai seluruh ayat al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan
sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang sudah jelas. Apabila
seluruh ayat al-Qur’an Mutasyabihat niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai
penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa al-
Qur’an seluruhnya dari sisi Allah swt, segala yang datang dari sisi Allah swt pasti
benar dan tidak mungkin bercampur dengan
62 Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid,
t.th), hlmn. 218. . 9Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1996) hlm 81-83 10Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya:
Dunia Ilmu, 2008.
’ ْ ُيث ُْقى
ج زت ِ’ك ا جال ُ ا ألِسا ِو
ُْك ُ ُْ ن ُِل
‚Dan kekallah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan‛. Q. S. al-Rahman, 27.
Dalam hal ini, Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama kedalam dua
mazhab. Mazhab Salaf yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifatsifat
mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka
mensucikan Allah swt dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah
swt dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan al-Qur’an serta menyerahkan
urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka menyerahkan
urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah, mereka disebut pula
Makna lahir dari kata istiwa jelas diketahui oleh setiap orang. Akan tetapi
pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksudkan oleh ayat. sebab pengertian
yang demikian membawa kepada tasyabuh (penyerupaan Tuhan dengan sesuatu)
yang mustahil bagi Allah. karena itu bagaimana cara istiwa’nya Allah swt di sini tidak
dapat diketahui. Selanjutnya, mempertanyakannya untuk mengetahui maksud yang
sebenarnya menurut syari’at dipandang bid’ah (mengadaada). Kesahihan mazhab ini
juga didukung oleh riwayat tentang qira’at Ibnu Abbas.
Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menkwilkan lafal makna lahirnya mustahil
kepada makna yang cocok dengan zat Allah swt, karena itu mereka disebut pula
Muawwilah atau Mazhab Takwil. Mereka memaknai istiwa` dengan ketinggian
yang abstrak, berupa pengendalian Allah swt terhadap alam ini tanpa merasa
kepayahan. Kedatangan Allah swt diartikan dengan kedatangan perintahnya, Allah
swt berada di atas hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi, bukan berada di suatu
tempat atau sisi. ‚wajah‛ dengan zat. ‚mata‛ dengan pengawasan. ‚tangan‛ dengan
kekuasaan dan ‚diri‛ dengan siksa. Demikian sistem penafsiran ayat-ayat
mutasyabihat yang ditempuh oleh ulama Khalaf. Alasan mereka berani menafsirkan
ayat-ayat mutasyabihat. Menurut mereka, suatu hal yang harus dilakukan adalah
memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang mengakibatkan kebingungan
manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin mentakwil
kalam Allah swt dengan makna yang benar, maka nalar mengharuskan untuk
melakukannya. Kelompok ini, selain didukung oleh argumen aqli (akal), mereka juga
mengemukakan dalil naqliberupa atsar sahabat, salah satunya adalah hadis riwayat
Ibnu al-Mundzir yang berbunyi:
ُ ع ُي
(يهُ ا ِل ُا هلالُ انا سخ ْ ُى ا ُْن ُِع ُْهى ُُُْ ُ ُْ ِن ىُ تأ ُ س في
ف ُ ِ ُْه
ق اي
سا ): ’ُِ
Tugas
1. Pengertian muhkam dan Mutasyabih.
2. Macam-macam mutasyabih.
3. Hikmah yang diturunkan ayat-ayat mutasyabih.
4. Pendapat ulama dalam menta’wil ayat-ayat mutasyabih dan
mengkompromikannya ?
Tes Formatif
64 RamliAbdul Wahid, “Ulumul Quran” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996)
hlm. 88-91
Pokok-Pokok Materi
Proses pemeliharaan al-Quran dan kodifikasinya.
Uraian Materi
1. Pengertian Pemeliharaan al-Qur’an
Pemeliharaan al-Qur’an dilakukan dengan dua metode yaitu dengan cara
menghafal dan menulis/mengkodifikasikannya. Dua metode ini biasa dikenal dengan
istilah jam’u al-Qur’an yang terjemahan bebasnya berarti pengumpulan alQur’an.
Untuk menyatukan persepsi tentang istilah Jam’u al-Qur’an harus dijelaskan terlebih
duhulu apa hakikat istilah tersebut.
a. Kata ‚pengumpulan‛ dalam arti penghafalannya.65 dalam lubuk hati, karena
pada masa Rasulullah al-Qur’an belum di satukan, masih banyak
penghafalpenghafal al-Qur’an dan Rasulullah masih ada.
b. Pengumpulan keseluruhan dari al-Qur’an seperti bentuk tulisan, yang masih
memisahkan masing-masing ayat/surah atau mengatur susunan ayat-ayat al-
Qur’an.66
Dalam bentuk penjelasan secara utuh dapat dipahami bahwa pemeliharaan al-
Qur’an pada zaman Abu Bakar. Setelah Rasullah saw wafat, pemerintahan islam
dipegang oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menjabat menggantikan Rasullah saw
menghadapi beberapa pristiwa-pristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagai
orang Arab. Karena itu beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkan untuk
memerangai orang-orang murtad itu. Salah satu peperangan yang terjadi adalah
peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H. yang melibatkan para penghafal
al-Qur’an. Dalam peperangan ini terdapat 70 hafiz al-Qur’an yang gugur. Umar bin
Khatab merasa resah dengan banyaknya para sahabat penghafal al-Qur’an wafat
terbunuh dalam peperangan, lalu Umar bin Khatta>b menghadap kepada Abu Bakar
dan menyampaikan berita tentang banyaknya qurra’ yang wafat. Setelah itu Umar bin
Khattab mengumpulkan agar al-Qur’an di dalam satu mushaf, karna itu Umar
khawatir banyaknya nanti para penghafal al-Qur’an terbunuh kembali dalam
peperangan selanjutnya. Pada awalnya Abu Bakar menolak pendapat Umar tersebut,
lantaran hal tersebut tidak pernah dilakukan Rasullah saw. Tetapi Umar menjawab
dan bersumpah ‚ Demi Allah, perbuatan itu baik‛ Umar pun terus memujuk Abu Bakar
dan terus memberikan alas an-alasan yang baik, terhadap apa yang sedang terjadi pada
umat islam ada waktu itu, dengan izin Allah swt hati Abu Bakar pun terbuka atas usul
yang telah Umar sampaikan kepadanya. Setelah itu Abu Bakar menujuk salah satu
sahabat yang membutuhkan al-Qur’an (mushaf ) yaitu Zaid bin Tsabit. Zaid pun pada
awalnya menolak, atas izin Allah swt hati Zaid pun terbuka dengan penjelasan dari
Abu Bakar, Zaid berkata ‚Demi Allah! ini adalah pekerjaan yang berat bagiku.
Seandainya aku di perintahkan untuk memindahkan sebuah bukit maka hal itu tidak
lah berat bagiku dari pada mengumpulkan Al-qur’an yang engkau perintahkan itu‛.
Zaid dalam usaha menngumpulkan ayat-ayat al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja
amat telliti.
Sekalipun beliau hafal al-Qur’an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan mengumpulkan
al-Qur’an yang sangat penting bagi umat islam itu, masih memandang perlu
mencocokan hafal atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan oleh dua
orang saksi. Dengan demikian al-Qur’an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit
dalam lembaran-lembaran yang diikatkan dengan benar. Tersusun menurut ayat-
69 Ibid, hal. 91-94
Rangkuman
Pemiliharaan Al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, dengan
pengumpulan dalam arti haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan
penulisan dalam arti kitabuhu atau menulisnya dan menyusunnya pada permukaan
batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta dan di lembaran-lembaran kulit.70
Di antara sahabat yang menuliskan ayat-ayat al-Qur’an adalah sahabat nabi
terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Muawiyah bin Abu Sufyan, Zaid
bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Khalid bin Walid. Penulisan tersebut diurut sesuai dengan
perintah nabi, setelah itu baru di simpan.71
70Aunur Rafiq Al-Mazni terj Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an”,
(Jakarta:
pustaka Al Kautsar, 2011). Cet 6. hlm.150-151.
71 Mudzakir AS. “Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an”. (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2004).
Hlm 180.
Tugas
1. Pengertian pemeliharaan al Qur’an
2. Pemeliharaan al Qur’an pada masa Nabi
3. Peliharaan Al Qur’an pada masa Khulafaul al Rasyidin
Tes Formatif
KEGIATAN BELAJAR 3
RASM UTSMANI
Pokok-Pokok Materi
Mengenal Rasm, kaidahnya dan faidahnya.
Uraian Materi
1. Pengertian Rasm Utsmani
Rasm Utsmani adalah rasm (bentuk ragam tulis) yang telah diakui dan diwarisi
oleh umat Islam sejak masa Utsman bin Affan. Pemeliharaan rasm Ustmani
merupakan jaminan kuat bagi penjagaan al-Qur’an dari perubahan dan penggantian
huruf-hurufnya. Seandainya diperbolehkan menuliskannya menurut istilah imlai’
disetiap masa, maka hal ini akan mengakibatkan perubahan mushaf dari masa ke
masa. Bahkan kaidah-kaidah ilmu itu sendiri berbeda-beda kecenderungannya pada
masa yang sama dan bervariasi pula dalam beberapa kata diantara satu negeri dengan
negeri lainnya.72
Adapun pengertian rasm Ustmani yaitu ‚penulisan al-Qur’an yang telah disetujui
oleh Utsman bin Affan yang berjumlah lima atau enam buah‛. Ulama berbeda
pendapat tentang jumlah mushaf tersebut dan yang dijadikan rujukan oleh Utsman
adalah suhuf Abu Bakar. Sementara suhuf Abu Bakar merupakan hasil pengumpulan
dari naskah-naskah para penulis wahyu Rasulullah SAW yang berarti rasm Utsmani
tidak bebeda dengan dengan rasm yang ditulis oleh para penulis wahyu rasulullah
SAW.73
Dengan demikian menurut pendapat penulis pada dasaranya model dan pola
penulisan ini bersumber pada tulisan yang dilakukan para penulis wahyu pada masa
Rasulullah saw dan berdasarkan bimbingannya. Jadi bukan berdasarkan rekayasa atau
ijtihad para sahabat di masa Utsman sebagaimana tuduhan kaum orientalis.
72 Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011),
hlmn. 217.
73 Anshori, op cit. hlm.156.
74 Ibid. hlm.145-147.
75Ibid. hlm.
159. 24 Ibid.
hlm. 161.
Rangkuman
Rasm Utsmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang
disetujui sahabat Utsman bin Affan (35 H/655 M) pada waktu penulisan mushaf. Cara
penulisan ini sebagaimana disebut oleh al-Zarqani memiliki karakter khusus yang
sering menyimpang dengan pola penulisan bahasa Arab konvensional pada umumnya.
Dalam sejarah kodifikasi Al-Qur’an, Rasm Mushaf masuk pada kajian marsumul
76 Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm.
118-120. 26Anshori, op.cit. hlm. 162.
77 Ibid. hlm.163.
Dengan demikian qira’ah sab’ah adalah qira’at yang berasal dari ketujuh
imam qiraat tersebut. Dalam satu riwayat, Nabi saw bersabda ‚Sesungguhnya
alQur’an ini telah diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah olehmu mana yang
mudah dari padanya‛. Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya
keseluruhan al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah
perbedaan berikut:
1. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’).
2. Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr).
3. Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam).
4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) .
5. Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan
dan
mengemudiankan).
6. Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata).
7. Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham, Izhar,
dan lain-lain78
Tes Formatif
Pokok-Pokok Materi
Tafsir. Takwil dan tarjamah.
Uraian Materi
1. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Arti tafsir menurut bahasa diambil dari kata ‚fassara-yufassiru‛ yang berarti
‚menjelaskan‛ atau dari kata ‚fasrun‛ yang berarti ‚membuka‛, ‚membedah sesuatu
yang rumit‛, secara linguistik tafsir dapat diartikan ‚usaha membedah problem yang
rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain‛. Pada dasarnya pengertian tafsir menurut
bahas tidak terlepas dari dari kandungan makna al-idhah (menejelaskan),al-
bayan(menerangkan), al-kasyf (mengungkapkan).81
Secara terminology, ‚tafsir‛ berarti ‚ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan penjelasan maknanya serta pengambilan
hukum dan makna-maknanya. Definisi lain tentang tafsir dikemukakan oleh Ali al-
Shabuniy ‚bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Qur’an dari segi
pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia‛.
Pengertian ‚takwil‛, menurut sebagian ulama sama dengan tafsir. Namun ulama
yang lain membedakannya bahwa ‚takwil‛ adalah mengalihkan makna sebuah lafaz
ayat kepada makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal.
81 Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, (Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo,tth), hlm. 313.
Adapun macam-macam ta’wil atau pengertian takwil menurut ulama salaf yaitu :
a. Takwil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya baik arti tersebut
sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.
b. Takwil adalah Esensi dari makna yang dikehendaki oleh satu kalimat. Maka
apabila kalimat itu berupa tuntutan, maka takwilnya adalah esensi dari
perbuatan yang dituntut dan jika berupa rangkaian kalimat berita maka
takwilnya adalah esensi dari sesuatu yang diberitakan.Adapun tarjamah dibagi
menjadi dua macam/lapangan yaitu tarjamah harfiyah dan tarjamah tasrifiyah.84
160.
Rangkuman
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan.
Adapun pengertian tafsir menurut para ulama yaitu sebagai berikut :
a. Menurut al-Kilabi tafsir adalah menjelaskan al-Qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan
isyaratnya atau tujuannya.
b. Menurut Syekh al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafadz
yang sukar dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafadz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan
salah satu dialah lafadz tersebut.
Takwil
Menurut bahasa takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun pengertian
takwil menurut para ulama yaitu sebagai berikut:
a. Menurut al-Jurzani takwil adalah memalingkan satu lafazh dari makna lahirnya
terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang
dipandangnya sesuai dengan ketentuan al-kitab dan al-Sunnah.
b. Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna
yang rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.
Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
‚Memindahkan bahasa al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan
mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti
85 Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011),
hlmn 460.
Klasifikasi Tarjamah
Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafazlafaz
yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa
kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Terjemah tafsiriyah atau
terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain
tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan
kalimatnya.
Klasifikasi Ta’wil
Pertama, ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim
(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang
kepadanya suatau kalam dikembalikan. dan kalam itu kembali dan merujuk kepada
makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam ada dua
macam, insya dan ikhbar, salah satu yang termasuk insya>i adalah amr (kalimat
perintah). Maka ta’wil amr adalah esensi perbuatan yang diperintahkan. Misalnya
hadist yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Ia berkata ‚adalah Rasulullah membaca di
dalam ruku’ dan sujudnya ‚subhanallah wabi hamdika Allahummagfir li‛. Beliau
menta’wilkan (menjalankan perintah) al-Qur’an yang berbunyi ‚maka bertasbihlah
memuji tuhanmu dan mohonlah ampun kepadanya. Sesungguhnya Dia Maha
penerima taubat. Q. S. al-Nasr, 3. Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan
menjelaskan maknanya. Pengertian inilah yang dimaksudkan Ibn Jabir At-Tabrani
86 Anwar, Rosihon. 2004. Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Tugas
1. Pengertian tafsir, ta’wil, dan tarjamah
2. Lapangan tafsir, ta’wil, dan tarjamah
3. Perbedaan tafsir, ta’wil, dan tarjamah
Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF
DAFTAR PUSTAKA
Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,
Jakarta: 2016
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
GLOSARIUM
Khulafau al-Rasyidin.
Muhkamat
Mushhaf Utsmani Mutasyabihat.
Pemeliharaan al-Quran.
Qira’ah tujuh.
Rasm Utsmani.
Rasm Utsmani.
Sab’atu Ahruf
Tafsir Takwil
Terjamah.
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 1 ini diharapkan memiliki kemampuan;
membedakan antara Hadits dan sinonimnya seperti; Sunah, Khabar dan Atsar
Pokok Bahasan:
• Pengertian Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
• Perbedaan antara Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
Uraian
Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi Hadis Sifat (Washfî),
Sejarah (Tarîkhî) dan Cita-cita (Hammî) Rasul. Hadis sifat (Washfî), baik sifat pisik
(khalqîyah) maupun sifat perangai (khuluqîyah). Sifat pisik seperti tinggi badan Nabi
yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek kulit Nabi putih kemerah-merahan
bagaikan warna bunga mawar, berambut keriting, dan lain-lain. Sedang sifat perangai
mencakup akhlak beliau, misalnya sayang terhadap fakir miskin dan lain-lain. Sejarah
hidup Rasul juga masuk ke dalam Hadis baik sebelum menjadi Rasul maupun
setelahnya. Menurut pendapat yang kuat/râjih jika setelah menjadi Rasul wajarlah
dimasukkan sebagai Sunah atau Hadis tetapi sejarah yang terjadi sebelum menjadi
Rasul, belumlah dimasukkan Sunah kecuali jika diulang kembali atau dikatakan
kembali setelah menjadi Rasul. Para ulama Syafi`îyah juga memasukkan bagian dari
Sunah apa yang dicita-citakan Rasul saw (Sunnah Hammîyah) sekalipun baru
rencana dan belum dilakukannya, karena beliau tidak merencanakan sesuatu kecuali
yang benar dan di cintai dalam agama, dituntut dalam syari`at Islam, dan beliau diutus
untuk menjelaskan syari`at Islam. Seperti cita-cita beliau berpuasa hari tanggal 9
Muharram, rencana beliau perintah para sahabat mengambil kayu untuk membakar
rumah orang-orang munafik yang tidak berjama’ah shalat Isya dan lain-lain. Sekalipun
ini baru merupakan cita-cita, tetapi telah diucapkan ucapan beliau itu Hadis qawlî yang
pasti benarnya dan alasan beliau belum mengamalkannya jelas, yakni berpulang ke
rahmat Allah
3. Khabar
Menurut bahasa Khabar diartikan = َُ ( النبَُ ُأal-naba’)= berita. Dari segi
istilah muhadditsîn Khabar identik dengan Hadits, yaitu segala sesuatu yang
disSaudararkan kepada Nabi (baik secara marfû` atau mawqûf dan atau maqthu`)
baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Di antara ulama memberikan
definisi :
َما
َ َت ابع
ََ َ نَي َر ََ ََ َم ن أص حابه أ َو ال
ب ي ص ىل هلال علي ه وس مل َو عَ َ َن الن
َجاءَ ع
ي أ َو ت اب َع
َ
َ
ي أ َو َ َ َت ابع
َ َ َ ال
َم َن َد َو َن َه َم
Mayoritas ulama melihat Hadits lebih khusus yang datang dari Nabi, sedang
Khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain, termasuk berita-berita
umat dahulu, para Nabi, dan lain-lain. termasuk berita-berita umat dahulu, para Nabi,
4. Atsar
Dari segi bahasa Atsar diaratikan = ا ˚لب َُقيُأ َُ ُ ت أ ˚و ُ تpeninggalan atau
ََُُ يأ الي
ُي َُ ُأ
bekas ُ
sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena Hadits itu peninggalan
beliau. Atau diartikan = ُُ ُ ( ال ̊منق ˚ُأyang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat :
الد عا ُء ا ˚ل َُم ث ُُ ˚ ُُ ُرdari kata Atsar artinya do`a yang dipindahkan dari Nabi .
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, Atsar sinonim Hadits. Kedua,
Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat (mawqûf) dan tabi`in
(maqthû`) baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama mendefinisikan :
Sesuatu yang disadarkan pada sahabat disebut berita mawqûf dan sesuatu
yang datang dari tabi’in disebut berita maqthu’. Menurut Ahli Hadits Atsar adalah
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw (marfû`), para sahabat (mawqûf), dan
ulama salaf. Sementara Fuqahâ Khurrasan membedakannya Atsar adalah berita
mawqûf sedang Khabar adalah berita marfû`. Dengan demikian Atsar lebih umum
dari pada Khabar, karena Atsar adakalanya berita yang datang dari Nabi dan dari yang
lain, sedangkan Khabar adalah berita yang datang dari Nabi atau dari sahabat,
sedangkan Atsar adalah yang datang dari Nabi, sahabat, dan yang lain.
RANGKUMAN PERBEDAAN
HADITS DAN SINONIMNYA
HADITS DAN SANDARAN ASPEK & SIFATNYA
SINONIMNYA SPESIFIKASI
Hadits Nabi Perkataan (qawlî), Lebih khusus dan
perbuatan (fi`lî), sekalipun
persetujuan dilakukan sekali
(taqrîrî)
Sunah Nabi dan para Perbuatan (fi`lî), menjadi tradisi
sahabat
Khabar Nabi dan Perkataan (qawlî), Lebih umum
selainnya Modul Pendalaman
perbuatan (fi`lî
MatPeG),ri P
Qur’an Hadit|s 69
Atsar Sahabat dan Perkataan (qawlî), Umum
tabi’in perbuatan (fi`lî),
َ فيما رواَ ََ ََ عنه/ َب صلى هلال عليه وسلم فَ َيماَي َر ََوي َه ع َن رب َه
ي قَ َو َل الن َ ي-2
... :
Artinya : ‚Rasulullah saw bersabda pada apa yang beliau riwayatkan dari
َع َن رب َه صلى هلالَ َعل َي َه َو َ
Allah swt…‛ ... َ ر َسو َل هل-3
:ي قَوَل
َ َسل م حيَكَي عَ َ َز َو َج ال
َ
ََل
Artinya : ‚Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya, Dia berfirman : …‛
Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah Hadis tanpa terulang-
ulang dalam sanad yang berbeda (ghayr mukarrar), ia tersebar dalam 7 Kitab Induk
Hadis. Mayoritas kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah, dan syari`ah. Di
antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan oleh Jumhûr
Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-A`la li Syu’ûn alIslâmîyah Lajnah
al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.
Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan lawan kata dari wahyu dan tidak ada alas
an untuk melarangnya. Lawan kata wahyu pada ayat tersebut adalah hawa. Nabi tidak
berkata dari hawa nafsu tetapi dari wahyu. Secara umum dari beberapa uraian di atas
dapat dikembangkan menjadi beberapa perbedaan antara Hadis Qudsî dan Hadis
Nabawî di antaranya sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sedang
pada Hadis Qudsî beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada Hadis
B. Rangkuman
Pengertian Hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan
atau perbuatan dan atau persetujuan. Sinonim Hadits adalah Sunnah, Khabar dan
Atsar. Jumhur muhadditsin menyatakaan sinonim antara hal itu. Sebagian mereka
membedakan, Hadits lebih khusus pada brita yang datang dari Nabi meliputi
perkataan, perbuatan dan persetujuan walupun sekali. Sedangkan Sunah bisa
menunjuk berita yang datang dari Nabi dan sahabat, yang berbentuk perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi tradisi. Khabar lebih umum baik berita
yang disandarkan dari Nabi maupun dari yang lain. Sedang Atsar adalah berita yang
disndarkan kepada para sahabat atau tabi’in. Hadis Nabawi hadis yang disandarkan
kepada Nabi, Hadis Qudsi perkataan Nabi yang disandarkan kepada Tuhan
sedangakan Alquran firman Allah yang disampaikan kepada Nabi melalui Jibril.
D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut ini !
1. Sebutkan Sinonim Hadis ?
2. Bagaimana saudara membedakan Hadits dengan Sunah, Hadits dengan Atsar ?
2. Bagaiamana Anda membedakan Hadis Nabawi dan HadisQudsi ?
D. Test Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 2 ini diharapkan memiliki kemampuan;
mengidentifikasi struktur Hadis, sanad matan dan mukharrij
Pokok Bahasan
• Struktur Hadis
• Sanad
• Matan
• Mukharrij/Perawi
Uraian materi
A. Struktur Hadits
Struktur Hadits terddiri dari beberapa bagian yaitu sanad, matan dan mukharrij.
Untuk memudahkan definisi istilah-istilah tersebut, terlebih dahulu Saudara diajak
memperhatikan contoh struktur Hadits sebagai berikut :
َصلى هلال
َ س ع َن َ ث ع َن اجلََع َد ع َن أ َ َع َب َد ال وار
َ س ََد َد ح َ َح ََد
َ ث ان َم
َعل َي َه النَ َ ي’ب ََب ر َجا َء ع َن اب َن عبا َ ََد
ث ان
ت َميتةَ جا
َ بَ َش ج َم َن َ َب َخ َر ص ر َ فَ َو َسل َم قا َل َم َن َك َر ََ ََ َم َن َش
َهلَي َما َرا َي لَي
س َلطا َنََ فإنهَ َم ال ََ ََ أ َم َير
َن ئا
َة )أخرجه
(البخاري
‚Memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami Abd
alWârits dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi saw bersabda
: ‚Barang siapa yang benci sesuatu dari pimpinannya (amir) maka hendaklah
sabar, sesungguhnya barang siapa yang keluar dari penguasa (sultan) satu
jengkal maka ia mati Jahiliayah‛. (HR. al-Bukhari)
Untuk lebih jelasnya masing-masing istilah ini akan dipaparkan secara terperinci
dalam uraian berikut :
1. Sanad Hadis
Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan, dan
pedoman.‛ Dan menurut istilah ahli Hadis ialah :
َ " َسل َسلةَ الر َجاَل املََو
ََ ََصل َة اىل امل
"ت
Artinya: ‚ mata rantai para periwayat Hadis yang menghubungkan sampai
kepada matan Hadis.‛
Sanad ini sangat penting dalam Hadis, karena Hadis itu terdiri dari dua unsur
yang secara integral tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yakni matan dan
sanad. Hadis tidak mungkin terjadi tanpa sanad, karena mayoritas Hadis pada masa
Nabi tidak tertulis sebagaimana al-Qur’an dan diterima secara individu (âhâd) tidak
secara mutawâtir. Sanad disebut juga Musnad dan dari Musnad muncul pula Musnid.
Musnad sandaran berita dalam proses periwayatan Hadis atau diartikan orang yang
disandari dalam periwayatan. Sedang Musnid adalah orang yang menyandarkan berita
itu kepada orang lain. Arti Musnad berkembang memiliki 3 pengertian :
a. Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw, disebut Hadis
Musnad
3. Matan
Kata ‚matan‛ menurut bahasa berarti ; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan
yang asli. Dalam perkembangannya karya penulisan seseorang ada disebut matan
dan ada syarah. Matan di sini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang yang
pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat sedang
syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci. Dimaksudkan
dalam konteks Hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan syarah atau
penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya Shahîh al-Bukhârî disyarah-kan oleh
al-`Asqalânî dengan nama Fath al-Bârî dan lain-lain.
5. Takhrij
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang dikemukakan oleh para
ulama, di antaranya sebagai berikut:
al-Mu’jam karena kata itu berasal dari kata َحب. Setelah ditelusuri kata
ب
َ
tersebut dapat ditemukan di al-Mu’jam juz 1 h. 408 dengan bunyi :
،165 ،1 حم،11 أدب،3 جه مقدمة،1 استئذان،54 ت صفة القيامة،131 د أدب،33 م اميان
Penlusuran Hadits ke berbagai buku induk dapat dilakukan menggunakan e-...
takhrij yaitu melalui internet atau CDR seperti al-Maktabah al-Syamilah, Kutub
altis’ah dan lain-lain. Setelah mendapat informasi dari Kamus tersebut kemudian
ditelusuri ke beberapa buku induk Hadits untuk danalisis baik dari segi kuantitas
maupun kualitas sanad dan matan.
Rangkuman
Pengertian Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan
atau perbuatan dan atau persetujuan. Struktur Hadis ini terdiri dari matan sanad dan
Tugas
1. Sebutkan struktur Hadis ?
2. Jelaskan perbedaan antara sanad dan mukharrij ?
3. Jelaskan pengertian kitab Musnad ? Berikan contohn
Test Formatif KB 2
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Berikut teks Hadis Nabi secara utuh:
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 3 ini diharapkan memiliki kemampuan menelaah
Hadis dilihat dari jumlah perawi melalui beberapa sanad Hadis
Pokok Bahasan
Hadis Mutawatir
Hadis Ahad; Masyhur, Aziz dan Gharib
Uraian Materi
A. Macam-macam Hadis
Hadits dilihat dari kuantitas jumlah periwayat dalam sanad terbagi menjadi
dua : Hadits mutawâtir dan Hadits âhâd. Hadits ahad dari segi kualitasnya terbagi
menjadi 3 ; shahih, hasan dan dha’if. Mari kita telaah dan kita pahami pengertian
macam-macam Hadits.
Untuk memperjelas pembagian Hadits ini dapat dipaparkan denah terlebih
dahulu secara sederhana sebagai berikut :
Mutawâtir Âhâd
`
Lafdzî Maknawi Masyhur Aziz Gharib
1. Mutawatir
Secara etimologi mutawâtir berarti al-mutatâbi` berarti, yang datang
kemudian, beriring-iringan, atau beruntun. Secara terminologi definisinya : ََ َرَوا َما
َ َ تواط َؤ َه َم عَلى ال َك َذ
ب ََجَ َع ع َن َجَ َع ت َي َل العَا َد ة
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak dari sejumlah orang
banyak pula yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong.
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ada 4 kriteria Hadits mutawâtir,
yaitu sebagai berikut :
a. Diriwayatkan sejumlah orang banyak pendapaat yang rajih menimal 10 orang.
b. Adanya jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
c. Mustahil sepakat bohong.
d. Sandaran berita itu pada panca indra.
Contoh Hadits mutawatir:
ْم ْدا فخليتب وأخ ْمقع ْدهُْ ْم ْن الن در¹ ت ع
ْ ب عل ي ُم
ْ ْم خن ك ذ
Barang siapa yang mendustakan atas namaku, maka hendaklah bersiap-siap
bertempat tinggal di neraka.‛(HR. Ahmad, Turmudzî, al-Nasâ’î, Bukhârî,
Muslim, dan Abû Dawûd)
2. Hadits Âhâd
Kata Âhâd bentuk plural (jamak) dari ahad ) ( آحاد َجع أحدdengan makna
wâhid= satu, tunggal, atau esa. Âhâd dengan dipanjangkan bacaan â-hâd
mempunyai makna satuan. Nilai angka satuan tidak mesti satu, tetapi dari 1-9,
misalnya angka 576, angka satuannya angka 6.
Menurut istilah Hadits Âhâd adalah : ‚Hadits yang tidak memenuhi
beberapa persyaratan Hadits mutawâtir.‛
B. Rangkuman
Macam-macam Hadits dilihat dari kuantitas perawi ada dua: mutawâtir dan
âhâd. Hadits mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan banyak orang pada seluruh
thabaqat sanad yang mustahil sepakat bohong. Hadits âhâd jumlah perawinya sedikit
tidak mencapai banyak seperti mutawâtir. Hadits ahad dibagi tiga; masyhur, azîz dan
gharîb. Sedangkan ditijau kualitas Hadits âhâd terbagi menjadi 3; shahih, hasan dan
dha’if.
Hadits Ahad, jumlah perawinya tidak mencapai jumlah mutawatir. Hadits ahad
ini dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut : Masyhur, jumlah perawi 3 orang atau lebih
yang tidak mencapai mutawatir, Aziz, jumlah perawinya 2 orang dan Gharib, jumlah
perawinya 1 orang. Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan.
C. Tugas
Setelah Anda membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut ini
!
1. Mengapa Hadits terbagi kepada beberapa macam ?
2. Mungkinkah Hadis memenuhi persyarata mutawatir ? Mengapa ?
D. Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
3. Hadis mutawatir tidak perlu diteliti tentang keadilan dan kedhabitan para
perawinya, karena ia memberi faedah kebenaran berita secara :
a. Ilmu dharuri c. Ilmu nazhari
b. Ilmu laduni d. Ilmu kasyaf
4. Menurut hasil penelitian al-Suyuthi, Hadis tentang angkat tangan dalam berdo’a
mencapai 100 periwayatan, adalah salah satu contoh Hadis :
a. Mutawatir lafzhi c. Mutawatir ‘Amali
b. Mutawatir Maknawi d. Mutawatir saja
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 4 ini diharapkan memiliki kemampuan membedakan
Hadis dilihat dari kualitas Sanad dan Matannya.
Pokok Bahasan
• Hadis Shahih
• Hadis Hasan
• Hadis Dhaif
Uraian Materi
A. Hadits Dilihat dari Segi Kualitas Sanad dan Matan Shahih
Hadis dilihat dari segi kualitas sanad dan matan terbagi menjadi dua makbul
(diterima) dan mardud (tertolak). Hadis makbul terbagi menjadi dua yaitu; Shahih dan
hasan sedang mardud hanya satu yaitu dha’if. Hadis Shahih dibagi menjadi dua;
shahih li dzatihi dan shahih li ghairihi. Demikian juga Hasan terbagi menjadi dua yaitu
hasan li dzatihi dan hasan li ghairi. Sedang dha’if dilihat dari cacatnya perawi dan
cacatnya matan terbagi menjadi beberapa bagian. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat
gambaran berikut:
Makbul Mardûd
Shahih Hasan
Lidzâtihi
Dha’if
Lighayrihi
1. Hadis Shahih
Kata shahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata alsaqîm
= orang yang sakit seolah-olah dimaksudkan Hadits shahih adalah Hadits yang sehat
dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Dalam istilah Hadits shahih adalah : َهو
و َخ َال م َل ع َن َمث َل َه
ضاب َط ض َبطا َكاَم ا
ََ ص َل سن َد ََ ََ ب َن قَ َل ال َع َد َل ال
َ َماات
َوالعَل َة ش َذ َو َذ
َ َ ن ال
Hadits yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan
dhâbith (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari
kejanggalan (syadz), dan cacat (`illat).
Dari segi persyaratan shahih yang terpenuhi dapat dibagi menjadi 7 tingkatan,
dari tingkat yang tertinggi sampai dengan tingkat yang terendah, yaitu ; 1) Muttafaq
`alayh, (disepakati al-Bukhari dan Muslim), 2) diriwayatkan oleh alBukharî saja, 3)
2. Hadits Hasan
Dari segi bahasa Hasan dari kata al-Husnu = keindahan. Menurut istilah
ش َذ َو َذ
ََ ص َل سن َد ََ ََ ب َن قَ َل العَ َد َل ال َذ َى ق ََلض َبطه وخ َال َم َن ال
َ َه َو َماات
Hadits Hasan adalah : َوالعل َة
Hadits Hasan adalah Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
orang adil, kurang sedikit ke-dhâbith-annya, tidak ada keganjilan (syâdz),
dan tidak ada `illat.
Para perawi Hadits di atas tsiqah semua kecuali Muhammad bin `Amr dia
adalah shadûq =sangat benar. Oleh para ulama Hadits nilai ta`dîl shadûq tidak
mencapai dhâbith tamm sekalipun telah mencapai keadilan, ke-dhabith-annya kurang
sedikit jika dibandingkan dengan ke-dhabith-an shahih seperti tsiqatun (terpercaya )
dan sesamanya.
Hadits Hasan terbagi menjadi dua macam, yaitu Hasan li Dzâtih dan Hasan li
Ghayrih. Hadits Hasan lidzâtih adalah Hadits yang memenuhi persyaratan Hadits
Hasan. Sedang Hadits Hasan li Ghayrih adalah ‚ Hadits Dha`if diriwayatkan
melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat.‛
Hadits Hasan dapat dijadikan hujah walaupun kualitasnya di bawah Hadits
Shahih. Semua Fuqahâ, sebagian Muhadditsîn dan Ushûlîyîn mengamalkannya
kecuali sedikit dari kalangan orang yang sangat ketat dalam mempersyaratkan
penerimaan Hadits (musyaddidîn). Bahkan sebagian Muhadditsîn yang
mempermudah dalam persyaratan Shahih (mutasâhilin) memasukkannya ke dalam
Hadits Shahih seperti al-Hakim, Ibn Hibban, dan Ibn Khuzaymah.
Dalam sanad Hadits di atas terdapat seorang dha`if yaitu Hakim al-Atsram
yang dinilai dha`if oleh para ulama. Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Taqrîb al-Tahzhîb
memberikan komentar ; dia orang lemah.
Cacat Hadis Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama,
terkait dengan sanad dan kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan
sanad bisa jadi karena tidak bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak
bertemu langsung dengan seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan dan
tidak dhâbith, terjadi adanya keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat yang
terkai dengan matan adalah karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat) tersebut.
Macam-macam cacat yang menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis dapat
digamabarkan pada skema berikut di bawah ini :
Hadits Dha`if tidak identik dengan Hadits mawdhû` (Hadits palsu). Hadits
dha’if hanya ada sifat kelemahan atau kurang dalam matan atau sanad sedang Hadits
Maudhu’ Hadits palsu, bukan dari rasul dibilang dari Rasul. Oleh kaarena itu para
ulama berbeda pendapat dalam pengamalan Hadits dha’if dan sepakat dosa besar
meriwayatkan Hadits maudhu’. Perbedaan para ulama dalam pengamalan Hadits
Dha`if ada 3 pendapat :
a. Hadits Dha`if tidak dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan amal
(fadhâil al-a`mâl) atau dalam hukum sebagaimana yang diberitakan oleh Ibn
Sayyid al-Nas dari Yahya bin Ma`în. Pendapat pertama ini adalah pendapat Abû
Bakar Ibn al-`Arabî, Bukhari, Muslim, dan Ibn Hazam.
b. Hadits Dha`if dapat diamalkan secara mutlak baik dalam fadhâil al-a`mâl atau
dalam masalah hukum (ahkam), pendapat Abu Dawûd dan Imam Ahmad.
Mereka berpendapat bahwa Hadits Dha`if lebih kuat dari pada pendapat para
sarjana atau profesor.
Pendapat pertama, dari tiga pendapat di atas pendapat pertama lebih selamat,
pendapat kedua lemah dan pendapat ketiga berhati-hati. Di antara kitab yang tersusun
secara khusus tentang macam-macam Dha`if adalah ; al-Marâsîl, karya Abi Dawûd,
al-`Ilal, karya al-Dâr Quthnî, al-Dhu`afâ karya Ibn Hibban dan Mîzân alI`tidâl karya
al-Dhahabî.
B. Rangkuman
Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan, Hadits Ahad dibagi menjadi 3 :
Hadits Shahih, muttashil sanadnya, adil dan dhabith para perawinya tidak ada syadz
dan illat. Hadits Hasan, sama dengan Hadits Shahih tetapi tingkat kedhabithan
perawinya ada yang kurang dibandingkan dengan Hadits kedhabithan Hadits Shahih.
Hadits Dha’if, tidak memenuhi persyaratan Hadits Shahih dan Hasan. Cacat Hadis
Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama, terkait dengan sanad dan
kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan sanad bisa jadi karena tidak
bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak bertemu langsung dengan
seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan dan tidak dhâbith, terjadi adanya
keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat yang terkai dengan matan adalah
karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat) tersebut. Macam-macam cacat yang
menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis dapat digamabarkan pada skema berikut
di bawah ini :
D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut ini !
1. Bagiamna menilai keshahihan Hadis ?
2. Mengapa terjadi Hadis Dha’if ?
G. Test Formatif 4
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Yang tidak termasuk persyaratan hadis Ahad Shahih adalah :
a. Adil dan dhabit para perawi c. Tidak ada syadz dan illat
b. Jumlah perawi banyak d. Muttashil sanad
DAFTAR PUSTAKA
‘Itr, Nuruddin, ‘Ulûm al-Qur’ân al-Karîm, Damaskus: Mathba’ah ash-Shabâh, 1996
Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub
al`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abduh, Muhammad, al-Manâr, Bairut: Dâr al-Fikr, t.th.
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.
Glosarium
Adâ= penyampaian periwayatan Hadis
01 C 01 A 01 c 01 b
02 C 02 B 02 c 02 a
03 B 03 A 03 a 03 a
04 A 04 B 04 b 04 b
05 A 05 D 05 d 05 b
06 b 06 C 06 d 06 a
07 c 07 A 07 c 07 a
08 c 08 D 08 b 08 a
09 a 09 A 09 b 09 d
10 b 10 B 10 a 10 a
Pendahuluan
Pada modul keempat ini anda diajak mempelajari tentang keotentikan alQur’an dan
Hadis setelah anda mempelajari istilah-istilah dan penggunaannya serta hubungan
antara keduanya. Keotentikan al-Qur’an sudah maklum tetapi anda tentunya harus
mengetahui bukti-bukti yang menunjukkan keotentikannya tersebut. Karena dalam
sejarahnya banyak di kalangan orang-orang kafir Jahiliyah menolak keotentikan al-
Qur’an dan mereka menolaknya. Bagi anda dan umat Islam tidak ada persoalan
tentang keotentikan al-Qur’an, karena al-Qur’an tercatat seluruhnya pada masa
Rasulillah saw dan diriwayatkan secara mutawatir.
Berbeda dengan Hadis dalam perkembangannya mengalami liku-liku sejarah
kehidupan umat Islam yang tidak stabil. Di antara mereka memalsukan Hadis dan di
antara periwayatnya memiliki sifat-sifat negatif yang membuat cacat dalam
periwayatan. Di samping itu, tidak seluruh Hadis tercatat seperti alQur’an bahkan
Rasulillah melarangnya karena khawatir tercampur aduk dengan alQur’an. Demikian
juga tidak seluruh Hadis diriwayatkan secara mutawatir bahkan mayoritas
diriwayatkan secara individu (ahad). Kondisi seperti ini justru membuat antusias para
ulama untuk mengadakan research guna menyelaksi dan menfilterisasi mana yang
otentik dan mana yang tidak.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan bukti
keotentikan al-Qur’an. Secara khusus setelah mempelajari BBM ini anda diharapkan
dapat :
1. Menyebutkan beberapa factor di antara bukti keotentikan al-Qur’an
2. Mendeskripsikan bukti-bukti keotentikan al-Qur’an dari segi keunikan redaksi
dan lafal, kemukjizatan, dan sejarah.
3. Mendeskripsikan sejarah perkembangan penulisan al-Qur’an
Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan keotentikan al-Qur’an dan Hadis
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
Pengantar
Pada Modul 3 telah dibahas mengenai pembagian Hadis berdasarkan jumlah
perawinya, dan pembagian Hadis berdasarkan kualitasnya. Kedua pembagian itu
menggambarkan tingkat keotentikan Hadis. Hadis Mutawatir lebih tinggi
keotentikannya dibanding Hadis Ahad. Begitu juga Hadis Shahih lebih otentik
dibanding Hadis Hasan dan Hadis Dla’if. Untuk lebih mengingat lagi silakan baca
modul 3. Pada Kegiatan Belajar ini anda akan mempelajari keotentikan al-Qur’an.
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di samping
berfungsi sebagi petunjuk (huda), pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia
juga sebagai mukjizat Nabi Muhmmad saw. Orang-orang kafir Arab tidak percaya
bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah
karangan Nabi sendiri. Padahal bukti telah cukup apa yang ada pada diri beliau.
Misalnya beliau bersifat al-Ummy tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis (QS.
al-Ankabut/29 : 48). Beliau tidak seorang kolektor buku-buku terdahulu dan bukan
seorang penulis, tetapi al-Qur’an menjelaskan kisah-kisah orang terdahulu dan segala
kejadian yang terjadi pada zaman sebelumnya. Tidak ada kesalahan dan kekurangan
dalam al-Qur’an baik dari segi redaksi maupun kandungannya. AlQur’an menantang
kepada mereka untuk menulis suatu karangan seperti al-Qur’an jika mereka mampu.
Tetapi kenyataannya mereka tidak ada yang mampu sekalipun bahu membahu satu
dengan lain.
Berbagai bukti keotentikan al-Qur’an ditunjukkan dalam berbagai penelitian yang
telah dilakukan baik oleh kaum muslimin sendiri maupun oleh kaum orientalis dalam
berbagai segi dan pandangan. Dalam KB 1 ini akan dipaparkan di antara bukti kunikan
lafal dan redaksinya, kemukjizatan dan kesearahan. Dari segi kemukjizatan akan
dipaparkan dari segi pemberitaan yang ghaib dan isyarat ilmiah. Sedangkan
kesejarahan akan dipaparkan dari kondisi sejarah masa turunnya al-Qur’an sampai
dengan masa pengkodifikasian dan percetakannya yang sampai kepada umat Islam
sekarang.
َ َرءا َن الأيتو
َلى أن أيتوا مبَث َل ىَ َذا ال ق
ع َت ا ََلنس َواجل
َ َئ َن ا َجت َمع
قل ل
َن مبَثل َو َولوَكا َن ََن
ب عض ظ َه َيرا
َ ض َه َم ل
َ بع
َ
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain".
2. Tantangan ditujukanm kepada mereka untuk menulis 10 ayat saja dalam QS.
Hud/11 : 13-14
Tiga tahapan tantangan al-Qur’an terhadap mereka yang tidak percaya bahwa
Kata ْْ ( الن ُْذ ْرal-nudzur) pada ayat di atas jamak dari kata al-nadzîr.
Sebenarnya harakat dhammah pada kata tersebut dirasa berat akibat berturut-
turutnya dhammah pada huruf nun dan dzal. Akan tetapi dalam alQur’an ia
justru sebaliknya yakni ringan dan mudah diucapkan di lisan. Di samping itu
coba kita camkan letak qalqalah pada huruf dal ( ) ْول ْق ْدdan qalqalah tha’
pada
lafal (ت ان
ْ ) بط ْشkemudian fathah yang beruntun dari ba sampai huruf waw pada
ْ ْت ان
kalimat (ف متْار وا ْ ) بط ْشyang diakhiri dengan mad layn supaya keberatan
dhammah di situ menjadi ringan sesudahnya, di samping agar dhammah itu
tepat pada tempatnya bagaikan makanan yang sudah masak layaknya.
2. Bukti kemukjizatan
Sesuai dengan di antara fungsi al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad
saw yang menunjukkan keotentikan al-Qur’an itu sendiri di samping menunjukkan
kebenaran kerasulan Muhammad saw. Ada beberapa segi kemukjizatan al-Qur’an
yang disebutkan oleh para pakar ahli Tafsir, antara lain kemukjizatan dari segi bahasa
(I’jâz lughawî), kemukizatan dari segi keilmuan (I’jâz ‘ilmî), kemukjizatan
perundang-undangan (I’jâz tasyrî’î) dan pemberitaan yang ghaib (I’jâz ghaybî).
Keindahan bahasa telah diterangkan nomor satu di atas. Berikutnya akan dipaparkan
contoh pemberitaan yang ghaib dan isyarat keilmuan.
a. Pemberitaan ghaib
Misalnya pemberitaan tentang Fir’aun yang mengejar Nabi Musa
diceritakan dalam QS Yunus/10 : 92
b. Isyarat ilmiah
Banyak sekali ayat-ayat yang memberi isyarat keilmuan yang ditemukan
dalam al-Qur’an. Misalnya QS. Yunus/10 : 5
َ ََ ىَ› َو ال َذي َجع َل ال
ب َم اَ ي
َ سن
َ ’ ش َمس ضيآءَ َوال َق َم َر نورا َعل َع َد َد ال
َواحلَ سا َخل َق ت َموا
َ َوق ََدرهَ َمناز َل ل
َ
ت ل َق َوَم ي
َ ص ل األَاي
َ
َ ’ َك إالََ ابحلََ’ق ي ف
َ هلالَ ذل
عل َمو َن
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui. (QS. 10:5)
Dalam ayat di atas penerapan kata dhiyâ (bersinar) pada matahari
sedang nûr (bercahaya) pada bulan. Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan bahwa makna dhiyâ adalah cahaya yang bersumber dari dirinya
sedangkan kata nûr adalah cahaya pantulan yakni dari matahari.
Sesuai dengan ilmu pengetahuan bahwa jenis kelamin anak adalah hasil
sperma pria yang memiliki kromozon x dan y sedang wanita sekedar mengandung
karena ia hanya bagaikan ladang yang hanya memiliki kromozon y.
3. Bukti Kesejarahan
Ada beberapa pendukung bukti sejarah yang menunjukkan otentisitas
alQur’an sebagaimana yang dikemukanan Quraysh Shihab, antara lain sebagai
berikut :
a. Masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an adalah masyarakat
yang tidak mengenal baca tulis (ummy). Karena itu satu-satunya andalan
mereka adalah hapalan. Dalam hal hapalan orang Arab bahkan sampai sekarang
dikenal sangat kuat.
b. Masyarakat Arab – khususnya pada masa turunnya al-Qur’an—dikenal sebagai
masyarakat sederhana dan bersahaja. Kesederhanan ini menjadikan mereka
memiliki waktu luang yang cukup , di samping menambah ketajaman pikiran
dan hapalan.
c. Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan, bahkan
mereka melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu
tertentu.
d. al-Qur’am mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat
mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh orang musyrik sering kali
secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat al-
Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin. Kaum muslimin di samping
mengagumi keindahan bahasa juga mengagumi kandungannya, serta meyakini
bahwa ayat-ayat al-Qur’an adalah petunjuk kebahagian dunia akhirat.
e. al-Qur’an, demikian juga Rasul saw menganjurkan kepada kaum muslimin
untuk memperbanyak membaca dan memepelajari al-Qur’an dan aturan
tersebut mendapat sambutan yang hangat.
f. Ayat-ayat al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan
dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab
pertanyaanpertanyaan mereka. Di samping itu ayat-ayat al-Qur’an turun sedikit
demi sedikit. Hal itu lebih mudah pencernaan maknanya dan proses
penghapalannya.
g. Dalam al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi saw ditemukan petunjuk-petunuk yang
mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati dalam
Walaupun Nabi dan para sahabat menghapal ayat-ayat al-Qur’an, namun guna
menjamin terpeliharanya wahyu tersebut beliau tidak hanya mengandalkan hapalan
saja, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun
Nabi saw selalu memanggil para sahabatnya yang yang dikenal pandai memnulis
untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterima sambil menyampaikan tempat atau
urutan setiap ayat dalam surah tertentu. Ayat-ayat tersebut mereka tulis di pelepah
kurma, batu, kulit binatang atau tulang-tulang. Kepingan naskah tulisan yang
diperintahkan Nabi saw baru dihimpun dalam bentuk kitab pada masa pemerintahan
Abu Bakar dan diseragamkan lagi pada masa Utsman.
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Sebutkan 3 tahapan tantangan al-Qur’an terhadap sastrawan Arab untuk
membuat satu karangan seperti al-Qur’an ?
2. Jelaskan keindahan redaksi QS al-Qamar/54 : 36 ?
3. Jelaskan kemukjizatan QS Yunus/10 : 92 ?
4. Sebutkan 4 orang sahabat yang terkenal sebagai penulis wahyu ?
5. Jelaskan perbedaan latar belakang penulisan mushaf pada masa Abu Bakar dan
Utsman bin Affan ?
Rangkuman
Ada 3 tahapa tantangan al-Qur’an terhadap orang-orang yang meragukan
kebenarannya mulai dari yang berat sampai dengan yang ringan. Pertama, menantang
mereka membuat suatu karangan seperti al-Qur’an (QS. al-Isra/ 17 :88). Kedua,
membuat suatu karangan 10 ayat saja menandingi al-Qur’an ( QS. Hud/11 : 13-14)
dan Ketiga, menulis satu surah saja dari al-Qur’an (QS. alBaqarah/2 : 23.
Paling tidak ada tiga hal bukti keotentikan al-Qur’an, yaitu dari segi keunikan
redaksi dan lafal (I’jâz Lughawî), kemukjizatan (I’jâz ghaybî dan isyarî), dan
kesejarahannya. Keunikan redaksi di antaranya sentuhan lafal-lafalnya, pengaruhnya
kepada umum dan khusus, kelioncahan mengatur dan kesinambungan bagian-
bagiannya dan dapat menghimpun antara keindahan dan kejelasan. Pemberitaan
ghaib seperti berita keutuhan jasad fir’aun sebelum ditemukan (QS Yunus/10 : 92)
sedang pemberitaan ilmiah seperti penerapan kata dhiyâ (bersinar) pada matahari
sedang nûr (bercahaya) pada bulan (QS. Yunus/10:5). Sedangkan bukti kesejarahan
adalah kondisi al-Qur’an yang terpelihara sejak masa turunnya sampai sekarang baik
dihapal maupun ditulis, dikodifikasikan dan cetak.
Test Formatif
Pilih salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Tiga tahapan al-Qur’an menantang kepada orang-orang yang meragukan
keotentikan al-Qur’an, yang tidak termsuk tahapan adalah :
a. mengarang separoh al-Qur’an c. mengarang seperti al-Qur’an
b. mengarang 10 surah d. Mengarang satu surah
2. Di antara contoh keindahan redaksi lafal adalah Kata ( النذ ُُ رal-nudzur)
pada ayat 36 dari Surah al-Qamar. Harakat dhammah beruntun terasa ringan
karena sebelumnya :
a. harakat kasrah beruntun c. harakat dhammah beruntun
b. harakat fathah beruntun d. harakat fathah beruntun dan diakhiri dengan lyn
3. Di antara keindahan lafal al-Qu’an, ia menyebut kata yawm (hari) relevan dengan
jumlah hari yuaitu sebanyak :
a. 363 kali c. 365 kali
b. 364 kali d. 333 kali
Kunci Jawaban
Pengantar
Al-Qur’an dan Hadis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Al-Qur’an adalah firman Allah sedangkan Hadis adalah kegiatan Nabi yang
didasarkan pada wahyu. Dari segi substansinya memang sama karena sama-sama
wahyu, tetapi juga berbeda karena Hadis adalah implementasi al-Qur’an yang lebih
terinci dan operasional yang merupakan penjelas terhadapnya. Wahyu Hadis yang
didasarkan pada ijtihad pemahaman wahyu al-Qur’an disebut Hadis Nabawi sedang
yang didasarkan wahyu selain al-Qur’an disebaut Hadis Qudsi.
Banyak orang mengira Hadis Qudsi itu mesti shahih bahkan dibilang paling
shahih di antara sekian banyak Hadis. Anggapan ini, karena mereka melihat kata suci
itu menunjukkan kesucian dan kesahehan. Atau karena melihat sandarannya kepada
Allah. Kedua Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi mempunyai kualitas yang sama, yakni
bergantung pada syarat-syarat yang dipenuhinya, ada shahih, hasan dan ada pula
dha’if. Istilah qudsi (suci) hanya dilihat dari penyandarannya bukan pada substansinya
yakni penyandarannya kepada Allah. Tetapi substansi sanad dan matan masih bisa
dipertanyakan, apakah memenuhi kriteria Hadis makbil atau tidak. Berikut paparan
tentang perbedaan Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi kemudian paparan tentang
perbedaan antara al-Qur’an dengan Hadis.
َ َ ََ
ي َيكَي َع ع َل َي َو ح صلى ع َ ت ر َسو َل َ َ فَ َ َح َدي
ث َم َعا َجب
قَو َ َن رب َو َز قَا َذ ب َن َل
الل َو الل َو َو َسل َم ََس
َل ل ج َل
َ َو َع
َ َ
ت َ َمبيت ل َل َمتبا َذل
ي يف َو َح َ ق ََ ت َ َ
ي يف َو َح َ قَ َمبيت للَ َمت َحاب َ َح َ َق
ََ ت
)اخرجو... َت زا َوري َن يفَ َمبيت ل َل َم
ََ
(أمحد
‚Hadis Mu`adz bin Jabal ia berkata : Aku mendengar Rasulillah saw
bersabda, bahwa Allah aw berfirman : ‚ Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku)
berhak bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, Kecintaan-Ku
(Mahabbah-Ku) berhak mereka yang merendahkan hati (tawâdhu’ ) karena
Aku, Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak bagi mereka yang saling
berziarah…‛. (HR. Ahmad )
Secara garis besar ada empat makna fungsi penjelasan ( bayân) Hadis terhadap
al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Bayân Taqrîr
Posisi Hadis sebagai penguat (taqrîr/ta’kid) keterangan al-Qur’an. Artinya
Hadis menjelaskan apa yang sudah dijelaskan al-Qur’an, sepert Hadis tentang shalat,
zakat, puasa, dan haji. Hadis berarti memperkuat keterangan al-Qur’an tersebut .
2. Bayân Tafsîr
Hadis sebagai penjelas (tafsîr) terhadap al-Qur’an dan fungsi inilah yang
terbanyak pada umumnya. Penjelasan yang diberikan ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Tafsîl al-Mujmal
Hadis memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-Qur’an yang masih
global (tafsîl al-mujmal= memperinci yang gelobal), baik menyangkut masalah
ibadah maupun hukum, sebagian ulama menyebutnya bayân tafshîl atau
bayân tafsîr. Misalnya perintah shalat pada beberapa ayat dalam al-Qur’an hanya
diterangkan secara global ‚dirikanlah shalat‛ tanpa disertai petunjuk bagaimana
pelaksanaannya berapa kali sehari semalam, berapa raka`at, kapan waktunya,
rukunrukunnya, dan lain sebagainya. Perincian itu adanya dalam Hadis Nabi,
misalnya sabda Nabi saw :
‚Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat ‚. (HR. al-Bukhari)
Dalam masalah haji al-Qur’an hanya menjelaskan secara gelobal,
rinciannya dijelaskan Hadis, Nabi bersabda : " " لتأ َخ َذ َوا َمنا َس َك َك َم
‚Ambilah (dari padaku) ibadah hajjimu ‚. (HR. Muslim)
b. Takhshîsh al-`Amm
c. Taqyîd al-Muthlaq
Hadis membatasi kemutlakan ayat-ayat al-Qur’an. Artinya al-Qur’an
keterangannya secara mutlak, kemudian ditakhshish dengan Hadis yang khusus.
Sebagian ulama menyebut bayân taqyîd. Misalnya firman Allah dalam QS.
AlMâidah : 38
Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara mutlak nama tangan tanpa
dijelaskan batas tangan yang harus dipotong apakah dari pundak, sikut, dan
pergelangan tangan. Kata tangan mutlak meliputi hasta dari bahu pundak, lengan, dan
sampai telapak tangan. Kemudian pembatasan itu baharu dijelaskan dengan Hadis
ketika ada seorang pencuri datang ke hadapan Nabi dan diputuskan hukuman dengan
pemotongan tangan, maka dipotong pada pergelangan tangan.
3. Bayân Naskhî
Menurut sebagian ulama, Hadis dapat juga me-nasakh (menghapus) hukum
yang diterangkan dalam al-Qur’an. Misalnya kewajiban wasiat yang diterangkan
dalam Surah al-Baqarah/2 : 180
‚Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tandatanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk
ibubapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas
orangorang yang bertakwa ‚.
Ayat di atas di-nasakh dengan Hadis Nabi :
ق
ثَ صيةَ ل وار
َ َ َل َو َ َو َو ا
َح َح َ ق َذي
()أخرحو النسائي ’َ
Akan tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa Hadis sebagai sumber hukum kedua
tidak dapat me-nasakh al-Qur’an sebagai sumber hukum yang tertinggi. Ayat
mengenai pembagian warisan dengan cara wasiat telah di-nasakh oleh ayat-ayat yang
menyebutkan bilangan pembagian warisan antara lain terdapat pada surat alNisa ayat
11 dan 12. Jadi dalam hal ini terjadi naskh ayat dengan ayat dan bukan naskh ayat
dengan Hadis.
4. Bayân Tasyrî`î
Hadis menciptakan hukum syari`at (tasyri`) yang belum dijelaskan oleh
alQur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi Sunah sebagai dalil pada
sesuatu hal yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Mayoritas mereka berpendapat
bahwa Sunah berdiri sendiri sebagai dalil hukum dan yang lain berpendapat bahwa
Sunah menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara implisit dalam teks al-
Qur’an. Misalnya keharaman makan daging keledai ternak, keharaman setiap
binatang yang bertelalai, dan keharaman menikahi seorang wanita bersama bibik dan
paman wanitanya. Hadis tasyri` diterima oleh para ulama karena kapasitas Hadis
juga sebagai wahyu dari Allah swt yang menyatu dengan al-Qur’an, hakekatnya ia
juga merupakan penjelasan secara implisit dalam al-Qur’an.
Jelasnya, hubungan antara Hadis dan al-Qur’an sangat integral keduanya
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena keduanya berdasrkan
wahyu yang datang dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan
kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan periwayatannya yang berbeda.
Sunnah mempunyai peran yang utama yakni menjelaskan al-Qur’an baik secara
eksplisit atau implisit, sehingga tidak ada istilah kontra antara satu dengan lain.
Dengan demikian sempurna pengetahuan anda tentang istilah-istilah dan
fungsi Hadis. Untuk mengetahui penyerapan anda dari bacaan di atas coba soal-soal
berikut anda jawab.
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda, silahkan
anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan pengertian Hadis Qudsi ?
2. Jelskan di antara perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi ?
3. Jelaskan perbedaan antara al-Qur’an dab n Hadis dari segi redaksinya ?
4. Mengapa Hadis berkedudukan nomor dua dalam dasar beragama?
5. Sebutkan 4 bayân fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ?
Rangkuman
Hadis Nabawi berbeda dengan Hadis Qudsi. Hadis Nabawi adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik perkataan, perbuatan dan persetujuan.
Sedangkan Hadis Qudsi adalah segala perkataan yang disandarkan Nabi saw kepada
Allah swt. Hadis qudsi disebut juga Hadis Ilahi dan Rabbani, tetapi semua inmi tidak
menunjukkan kualitas Hadis.
Al-Qur’an berbeda dengan Hadis, al-Qur’an mukjizat, mutawatir seluruhnya,
qath’iy al-wurûd, lafal dan maknanya dari Allah, wahyu jali dan matlû dan
membacanya dip[erhitungkan sebagai ibadah. Hadis berkedudukan sebagai dasar
hukum Islam kedudukarena Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an dan
mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût). Dalil kehujjahannya
adalah al-Qur’an, Hadis dan ijmak ulama. Sedangkan fungsinya terhadap al-Qur’an
sebagai penjelas (li al-bayân) sebagaimana QS. al-Nahl/16 : 44 . Ada 4 bayân Hadis
terhadap al-Qur’an yaitu bayan taqrîr (penguat), bayân tafsîr (menjelaskan secara
rinci), bayân naskhi (penghapusan hukum terdahulu) dan bayân tasyrî’ (menciptakan
hukum yang tidak ada dalam al-Qur’an). Bayan tafsîr terbagi menadi 3 yaitu tafshîl
al-mujmal (merinci yang gelobal), takhshîsh al-‘amm (mengkhususkan yang umum)
dan taqyîd al-mutlaq (membatasi yang mutlak).
Kunci Jawaban
1. c 6. a
2. d 7. c
3. c 8. c
4. a 9. b
5. d 10.b
Pendahuluan
Pada kegiatan belajar ini anda diajak mempelajari tentang cara mencari ayat
al-Qur’an dan Hadis. Sesuai dengan kurikulum al-Qur’an dan Hadis yang berlaku di
Madrasah Aliyah, kajian al-Qur’an Hadis menggunakan metode kajian tematik. Oleh
karena itu pada langkah awal anda diantar agar menguasai cara mencari ayat dan
Hadis dari buku induk. Mencari ayat dari induk al-Qur’an memang relatif lebih mudah
dibandingkan dengan mencari Hadis dari buku induknya, karena referensi buku induk
Hadis lebih banyak kamus dan bukubukunya. Tetapi dengan metode yang praktis
dan sistematis penelusuran itu akan memudahkan.
Kajian ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis adalah topik inti yang akan dibahas
pada modul ini yakni KB 2, setelah ditemukan bahan-bahannya atau materinya di
KB1. Terutama di sini dibahas bagaimana cara mengkaji suatu ayat atau Hadis agar
mendapatkan kemudahan dan memenuhi hasil yang optimal. Dengan tema tertentu
anda juga dapat menelusuri ayat-ayatnya atau Hadis-Hadisnya yang ada dalam buku
induk. Kemudian tinggal dianalisis relevansinya dengan tema dan susunannya secara
sistematik
Modul ini terdiri dari dua Kegiatan Belajar (KB). KB 1 akan membahas
tentang bagaimana mencari ayat atau Hadis yang berhubungan dengan tema.
Sedangkan pada KB 2 akan dibahas bagaimana cara pengkajian ayat-ayat dan Hadis
yang telah ditemukan.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat mengenal cara mencari
ayat dalam al-Qur’an, cara mencari Hadis dalam beberapa buku induk Hadis dan
cara mengkaji materi al-Qur’an Hadis. Secara lebih khusus setelah mempelajari BBM
ini anda diharapkan dapat :
1. Menyebutkan nama beberapa kamus untuk mencari ayat dalam al-Qur’an dan
beberapa Kamus Hadis untuk mencari Hadis dalam buku induk Hadis
2. Menggunakan kamus dan berbagai buku induk Hadis
3. Mempraktekkan cara mencari ayat atau Hadis dalam buku induk secara
terampil
4. Membaca dan menulis ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan dengan cara pengkajian ayat-ayat al-
Qur’an dan Hadis Nabi
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
3. Sebagai guru MAL dituntut untuk dapat menilai sendiri kemampuan diri
dengan jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain atau
keseluruahn isi setiap KB, kerjakan latihan-latihan atau test formatif yang
terdapat di setiap KB. Untuk melihat hasilnya, silahkan melihat petunjuk atau
rambu-rambu pengerjaan latihan dan kunci test formatifpada akhir BBM ini.
Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan andaterhadap
materi BBM yang telah anda pelajari.
Untuk mencari ayat tentu buku induknya adalah al-Qur’an, sedangkan untuk
mencari Hadis buku induknya minimal digunakan buku induk hadis 6 yang disebut
al-Kutub al-Sittah yaitu al-Jâmi’ al-Shahîh li al-Bukhâri, al-Jâmi’ al-Shahîh li Muslim,
Sunan Abi Dawd, Jâmi’ al-Turmudzî, Sunan al-Nasâî dan Sunan Ibnu Majah. Cara
mencari ayat atau Hadis ini sangat penting bagi anda, karena tentunya akan lebih
efeisiensi waktu dan tenaga dalam mencari ayat atau Hadis yang anda anggap penting
untuk dikaji atau untuk cheking ayat-ayat dan Hadis yang bertebaran di berbagai
media baik di majalah, koran buku dan lain-lain. Ayat atau Hadis itu terkadang ditulis
salah atau tidak jelas perawinya atau sumbernya.
Dengan menguasai ketrampilan mencari ayat dan hadis tersebut sangat membantu
Jika anda tidak memiliki cara mencarinya secara trampil anda akan membuangbuang
waktu yang kurang berarti dan kepayahan tenaga yang sia-sia. Bagaimana cara
mencarinya secara tepat dan cepat? Pertama anda dapat mencarinya secara elektrik
menggunakan komputer, yakni menginstal CDR yang sudah dipersiapkan
dijualbelikan di pasar-pasar baik Holy al-Qur’an, Kutub al-Tis’ah, Alfiyat alSunnah
dan lain-lain. Kedua, secara manual dengan menggunakan buku-buku kamus al-
Qur’an atau kamus Hadis. Dalam modul yang sederhana ini akan disajikan pencarian
ayat al-Qur’an dan Hadis secara manual.
1.Kitab فتح الرمحن لطالب آايت القرآنkarangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-
Hasaniy al-Maqdisî.
2.Kitab املعجم املفهرس أللفاظ القرآن الكرميkarangan Muhammad Fuad Abd al-
Bâqy.
Kitab pertama, ditulis pada masa pemerintahan Turki Utsmani Sultan Abdul
hamid Khan sekitar abad 18 M sedang kedua ditulis oleh orang sekarang Yaitu Dr. M
Fuad Abdul Bâqi, seorang peneliti al-Qur’an dan berbagai Hadis Nabi dari alAzhar
Cairo Mesir. Kamus pertama sangat populer di kalangan umat Islam, khususnya para
pelajar, santri dan mahasiswa dikenal dengan nama Fath alRahmân, adalah kitab
‚pedoman‛ pencari ayat-ayat Al-Qur’an. Kamus Fath alRahman ini secara garis besar
berisikan sebagai berikut :
a. Pendahuluan dari pengarang,
akar kata (entri) ُُ ُرفع. Maka akan ditemui tulisan: ُ مجامجا11 ُي َرف َع هلالَ الَذي َن
ءا َمنوا
(Surah Muadalah ayat 11)
b. Mencari dari awal kata ) ءَا َمنواâmanû) أَوتواatau ( ûtû) yaitu huruf hamzah,
sampai ke akar kata (entri) اتىdan ْْ ْْأ َم, maka akan ditemukan مجا
ْْ َن tulisan :ُ
ي َرف َع هلالَ الَذي َن
َ ُ11
َُُءا َمنوا
c. Bisa juga dengan mencari awal kata (al-’ilma) yaitu ‘ain, maka ia harus
membuka Bab al-‘Ayn pada akar kata (entri) علمsampai ketemu kata
الَعل َم, dan akhirnya akan ditemui juga tulisan seperti diatas : َ ْْ
11 ي
ُ ُمجا
ََرفَ َع هلال
َُُالَذي َن ءَا َمنوا
Lafal al-Jalâlah yakni Allah tidak disebutkan kecuali dalam Kamus al-A’lâm yang
hanya menyebutkan bilangannya saja, demikian juga kata al-ladzîna dan minkum.
Anda tidak bisa mencarinya melalui lafal-lafal tersebut.
Kitab kedua yaitu kitab Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdzil-Qur’an al-
ب املََو َج َو َد َة َ ي
َف َها َم َع ب اي َ ع َزَو األ َحا َدي
َ ث اىل ال َكت -3
َن احلَ َك َم عَل َي َها
ْْ ‚Menunjukkan asal beberapa Hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab Induk Hadis)
dengan menerangkan hukum/kualitasnya. »
Definisi pertama dilakukan oleh penyusunnya atau orang lain yang ingin
menyebutkan sumber pengambilan suatu Hadis, seperti di berbagai buku Hadis atau
syarahnya. Misalnya seseorang yang mengutip sebuah Hadis dari kitmengatakan pada
Definisi kedua sudah langka dilakukan orang pada era sekarang, karena
menyangkut keterbatasan dan kemampuan para ahli Hadis, di samping keterputusan
predikat sebagai periwayat Hadis. Kecuali jika dilakukan sesama Muhaddits atau
Thalib al-Hadîts dalam arti yang sederhana.
Sedangkan definisi ketiga masih terbuka lebar kesempatan bagi para peneliti
Hadis untuk mengadakan penelusuran dari sumber aslinya atau dari buku Induk
Hadis untuk diteliti sanad dan matan-nya sesuai dengan kaedah-kaedah Ilmu Hadis
Riwâyah dan Dirâyah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan yang
sama dengan peneliti lain tentang kualitas suatu Hadis. Buku Induk itu adakalanya
disebut Kutub Sittah (Buku 6) yakni al-Jami’ al-Shahih li alBukhari, al-Jami’ al-
Shahih li Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan alNasa’i, dan Sunan
Ibn Majah. Jika Kutub Sab’ah (Buku 7) di tambah satu yakni Musnad Ahmad dan jika
disebut al-Kutub al-Tis’ah (Buku 9) di tambah 2 buku, yakni Muwaththa’ dan
Mustadrak al-Hakim.
Berbicara tentang Takhrîj sebagaimana beberapa definisi di atas tentunya
sangat erat kaitannya dengan penelitian Hadis, baik penelitian awal maupun penelitian
lanjutan. Penelitian Hadis pada masa awal telah dilakukan oleh para ulama salaf yang
kemudian hasilnya telah dikodifikasikan dalam berbagai buku Hadis. Penyebutan
sekian banyak Hadis yang disertai sanadnya dan keterangan kualitasnya adalah
merupakan hasil penelitian ulama awal atau salaf. Kemudian ulama belakangan/khalaf
berkesempatan pula untuk mencari Hadis yang belum dikodifikasikan sebagai
pelengkap atau takhrîj/ meneliti kembali (back research) hasil takhrîj mereka atau
bagian-bagian yang belum selesai dianalisis mereka.
Qiyamah nomor urut bab 54 dan kitab isti’dzân nomor urut bab 1
d. 11 جو مقذمة9 أدب، = Sunan Ibn Majah kitab Mukaddimah nomor urut bab 9
dan kitab al-Adab nomor urut bab 11
e. ،165 حم1ْْ ،ْ = Musnad Imam Ahmad bin Hanbal juz 1 h. 165
Pengertian nomor-nomor dalam al-Mu’jam secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahîh alBukhârî
Sunan Abî Dawud, Sunan a-Turmudzî, Sunan al-Nasâ’î,
Sunan Ibn Mâjah dan Sunan al-Dârimî menmunjukkan angka bab
bukan angka Hadis.
2) Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahîh Muslim
dan Muwatha’ Mâlik menunjukkan angka urut Hadis bukan angka bab
3) Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih besar
menunjukkan angka juz kitab dan angka sessudahnya atau angka yang
biasa menunjukkan halaman. Hadis Musnad Ahmad yang berada di
dalam kotak bukan yang di pinggir atau di luar kotak.
َ ب العَ َل َم فري
ضةَ َعلى َك َ’ل م َ َل
ط
َسل َم
Coba anda buka kitab al-Jâmi` al-Shaghîr bab ْْ pasti anda temukan pada juz
ْط2 h. 54
البخاري
Langkah berikutnya no. 4 dan 5 analisis sanad dan matan Hadis dengan
memberikan kritik baik internal (matan) dan eksternal (sanad).. Yaitu
menjawab 5 pertanyaan sebagai standar kriteria kualitas Hadis:
a. Apakah sanad Hadis tersebut muttashil (bersambung sanadnya) ?
b. Apakah semua perawi dalam Sanad Hadis adil ?
c. Apakah semua perawi dalam sanad Hadis dhabit (kuat daya ingatnya) ?
d. Apakah sanad dan matan Hadis terdapat keganjilan (syadz) ?
e. Apakah sanad dan matan Hadis terdapat illat (cacat tersembunyi) ? (Lihat
keriteria Hadis Shahih pada Modul 3)
Untuk menjawab pertanyaan no. 1 sanadnya muttashil apakah tidak ada dua
cara ;
Pertama, memaknai lamabang-lambang periwayatan sebagaiman yang telah
diterangkan dalam sub pokok bahasan di atas tentang istilah-istilah dalam
periwayatan. Misalnya lambang haddatsana/ni, akhbarana/ni ; menunjukkan bertemu
langsung antara penyampai periwayatan dan penerimanya.
Kedua, dengan membaca biografinya apakah ada kemungkian bertemu dalam
suatu periwayatan antara kedua belah pihak dengan membaca buku-buku tentang
biografi para perawi. Ilmu yang mempelajari biografi ini disebut Ilmu Tawarikh al-
Ruwah di antara bukunya ; Tahdzîb al-Kamâl, karangan Jmaluddin bin Yusuf al-
Mizzî ( w. 742 H) dan Tahdzîb al-Tahdzîb, ditulis oleh Ibn Hajar al`Asqalanî (773 –
852 H)
Untuk menjawab pertanyaan ke 2 dan 3 yakni adil dhabithkah para perawi Hadis
dalam suatu sanad, mempelajari Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil yang menjelaskan sipa
perawi yang adil dhabith dan yang tidak. Di anatara bukunya ; al-Jarh wa alTa`dîl,
tulisan Ibn Abi Hatim al-Razî (w. 327 H), al-Târîkh al-Kabîr, karangan alBukhârî,
al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, karangan `Abdul Ghanî al-Maqdisî dan lainlain.
Untuk menjawab pertanyaan ke 4 dan 5 dengan mengadakan komparasi (studi
banding) antara beberapa sanad dalam suatu Hadis atau antara beberapa matan dalam
suatu Hadis. Di sana akan ditemukan keganjilan-keganjilan (syadz) dan cacat yang
tersembunyi (illat). Keganjilan terjadi ketika periwayatan orang tsiqah (kredibel
dalam keadilan dan kedhabitan) berlawanan atau terjadi benturanbenturan dengan
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda, silahkan
anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Sebutkan kitab/kamus apa saja yang engkau ketahui untuk mencari ayat
alQur’an dan Hadis Nabi.
2. Bagaimana cara mencari ayat dalam al-Qur’an menggunakan kamus Fath al-
Rahman?
3. Pencarian Hadis ke dalam buku induk Hadis sering disebut Takhrij, jelaaskan
pengertiannya.
4. Sebutkan 5 metode takhrij.
5. Jelaskan tujuan takhrij.
Rangkuman
Ada dua kamus yang diadikan mencari ayat dalam al-Qur’an dalam surah apa dan
ayat berapa yaitu Fath al-Rahman karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-
Hasaniy al-Maqdisî. Dan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an alKarîm
karangan M Fuad Abd al-Baqî. Cara menggunakannya dengan mengambil satu kata
jadian/kata dasar yang musytaq atau yang dapat ditashrif dari ayat yang ingin dicari
kemudian ditelusuri ke dalam buku tersebut. Buklu kedua al-Mu’jam lebih mudah
karena di dalamnya tidak menggunakan simbul/rumus seperti dalam kiotab pertama.
Dalam penelusuran Hadis disebut takhrij. Ada beberapa pengertian takhrij, namun
yang masih dapat dilakukan sampai sekarang adalah penelusuran Hadis di berbagai
buku induk melalui metode tertentu untuk dianalisa kualitas. Ada 5 metode Takhrij
yaitu ; Takhrij dengan lafaz (bi al-Lafdzi), Takhrij dengan tema (bi al-Maudhu’),
Takhrij dengan permulaan matan (bi Awwal al-Matn), Takhrij dengan sanad pertama
(bi al-Rawi al-A’la) dan Takhrij dengan sifat tertentu (bi al-Sifat).
Ada beberapa langkah dalam Takhrij :
a. Penelusuran suatu hadits ke berbagai buku induk hadits
b. Menghimpun hadits dari buku-buku tersebut dengan sanad lengkap
c. Analisis sanad
d. Analisis matan
e. Kesmipulan
Analisa keshahihan Hadis menggunakan standar keiteria Hadis Shahih yakni
muttashil sanad, adil dan dhabith para perawinya, tidak ada syadz dan illat.
Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut anda paling
benar !
Pengantar
Secara garis besar materi al-Qur’an Hadis yang diajarkan di Madrasah Aliyah
adalah ayat-ayat atau Hadis tentang sikap atau kepribadian yang harus dimiliki
seorang muslim baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar.
Kepribadian muslim yang diajarkan antara lain: ikhlas, syukur nikmat, sabar terhadap
cobaan, kompetisi dalam kebaikan, berlaku adil dan jujur, hidup sederhana, cinta ilmu
pengetahuan, makan yang halal dan baik dan etos kerja. Sedangkan sikap terhadap
lingkungan sekitar yang diajarkan adalah seperti: menjaga kelestarian lingkungan,
amar makruf nahi munkar, berdakwah baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat, toleransi dan adab bergaul.
Dalam KB 2 ini akan lebih difokuskan pada metode pengkajiannya bukan
pada materi kajian. Materi kajian hanya dipaparkan satu tema dari materi Madrasah
Aliyah yakni syukur nikmat sebagai suatu contoh kajian yang diharapkan karena
keterbatasan penulisan modul ini. Karakteristik muslim lain tentunya mengikuti cara-
cara pengkajian contoh yang ada baik dalam pengkajian maupun dalam
pembelajarannya..
A. Metode Pengkajian
Metode penyajian al-Qur’an dan Hadis yang digunakan oleh pakar ahli Tafsir
atau Hadis pada umumnya menggunakan dua metode yanitu metode tahlîlî dan
metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah metode terurai sesuai dengan urutan ayat
B. Syukur Nikmat
1. berbagai nikmat Allah
Berbagai nikmat yang Allah berikan kepada manusia yang disebutkan dalam QS al-
Zukhruf/43 :9-13 mulai dari bumi dan segala sarana di atasnya, hujan yang turun dari
langit dan menumbuh suburkan bumi, ciptaan alam yang berpasang-pasangan,
kendaraan dan lain-lain. a. Teks ayat
( ال9) ت َه َم َم َن خ ََل َوا َألرض يل ق َول َخل َق َه ََن ال َعزي َز ال َعلي َم َ َولئ َن َسأل
َذي ج َع َل ل َك َم ََن َ س ما وا
ت َ َ ََ َق ال
ََ ( َوالذي َن ز َل َم َن ال10) ت َهت َدو َن
س َ ا َألرض َم َه َدا َو َج َع َل ل َك َم في َهاسب َال ل
َ َما َء ََ َماءَ ب َق َدر فأن
ش َران َل َك َم ع
ج َكل َها َو َجعَ َل ل َك َم َ ( والذ َي خل َق ا َألزَوا11) ََ ك ختَر َجو َن َ بو ب لَ َد َة َميَتا َك َذل
َم َن ال َفلَك َوا َأل َن عام َما
َت
ت َو َي َ م َ ت َووا عَلى ظ َهورَه مثََ تذ َكروا ن َع َمةَ رب َك َم إذا ا َس َ ( لت َس12) ت رَكبو َن َ
ت قَولوا س َب َحا َن َ عَل َيو َو
الََ َذي س خ َر لنا ىَ َذا َوَما
(13 – 9 :( )الزخرف13) ي َ ََك ان ل َو َم َقرن
َ
b. Terjemah
9. Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". 10. Yang menjadikan bumi untuk
kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk
kamu supaya kamu mendapat petunjuk.11. Dan yang menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).12. Dan yang
menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan
binatang ternak yang kamu tunggangi.13. Supaya kamu duduk di atas
punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk
di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah
menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
d. Penjelasan
2. Implemmentasi Bersyukur
Kalau pada ayat-ayat sebelumnya menampakkan berbagai nikmat yang dinerikan
kepada manusia, berikut QS al-’Ankabuut/ 29 :17 menjelaskan bagaimana
implementasi bersykur terhadap nikmat tersebut.
Teks ayat
Terjemahan
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan
sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan
dikembalikan.
Penjelasan
Pada Surah al-‘Ankabut/29 : 17 ini Allah menjelaskan bahwa berhala, patung atau
benda lain yang disembah selain Allah pasti sia-sia. Mereka tidak bisa berbuat apa-
apa kepada manusia terlebih memberi rizki untuk kehidupan mereka. Rizki hanyalah
karunia Allah. Oleh karena itu kita hendaknya menyembah dan bersyukur hanya
kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu benda.
Ayat di atas ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan bersyukur
a. Terjemahan
Dari Nu’man bin al-Basyir berkata : Rasulullah saw bersabda di atas minbar :
‚Barang siapa yang yang tidak bersyukur yang sedikit, maka tidak bersyukur yang
banyak. Dan barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka tidak
bersyukur kepada Allah. Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan
meninggalkannya adalah kufur. Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah
azab‛. (HR. Ahmad)
b. Penjelasan
Pada Hadis di atas Rasulullah saw mewajibkan bersyukur kepada kita di atas minbar.
Minbar adalah salah suatu tempat khusus untuk berpidato, berceramah, berkhuthbah
dan mengajar. Ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan di sekitarnya lebih
disiplin, lebih formal dan lebih diperhatikan apa yang disampaikan Rasulullah saw.
Sebagaimana pula perkembangan berikutnya seperti di masjid, mushalla, tempat
pengajian dan ruang kelas di sekolah-sekolah, selalu disediakan tempat khusus bagi
guru atau imam untuk menyampaikan pengajaran, ceramah atau khuthbahnya.
Minbar tempat duduk penceramah atau khuthbah itu pada umumnya lebih tinggi dari
tempat jama’ahnya, karena dengan demikian jamaah atau murid akan dapat melihat
langsung kepada guru atau penceramahnya dan akan dapat lebih memahami isi
ceramah atau pengajarannya.
Isi pengajaran Nabi saw dalam Hadis di atas di antaranya:
3) Memberitakan nikmat
Di antara syukur adalah memberitakan nikmat kepada orang lain tidak
menyembunyikannya. Jadi orang yang bersyukur menunjukkan nikmat kepada
orang lain bahwa nikmat itu dari Allah, bukan karena kesombongan dan
kehebatan dirinya. Sebagaimana sabda Rasul saw : التحدث بنعمة هلال شكر وتركها كفر
‚Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah
kufur‛.
Hadis ini bertentangan dengan watak manusia pada umumnya. Karena pada
umumnya orang kalau mendapat nikmat diam saja, mungkin khawatir kalau orang
lain ikut tahu akan minta bagian dan kalau tertimpa musibah walaupun kecil
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda, silahkan
anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan perbedaan dua metode pengkajian ayat dan Hadis tahlîlî danb
mawdhû’î ?
2. Jelaskan beberapa keistimewaan metode mawdhu’î ?
3. Sebutkan sistematika pengkajian suatu ayat atau Hadis ?
4. Jelaskan hubungan antara ayat 9 dan 10 pada QS Zukhruf/43 ?
5. Jelaskan cara bersyukur yang sebenarnya dengan 3 unshur ?
Rangkumnan
Metode pengkajian al-Qur’an dan Hadis pada umumnya yang digunakan ada
dua metode yaitu metode tahlîlî dan metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah
metode terurai sesuai dengan urutan ayat demi ayat atau urutan surah demi surah)
sedangkan metode maudhu’î adalah metode tematik, pembahasan sesuai tema yang
ditentukan tidak bergantung pada urutan ayat atau surah. Kajian-kajian kontemporer
lebih cenderung menggunakan metode mawdhu’î ini karena ia lebih mampu
menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat dan lebih peraktis serta aktif.
Sistematika penyajian dan pembelajaran metode maudhu’î terlebih dahulu
menentukan temanya kemudian mencari teks ayat dan Hadisnya. Setelah iru dikaji
secara sistematik yang mencakup teks ayat atau Hadits, kosa kata (mufradât),
terjemahan , penjelasan atau penafsiran kandungan, pelajaran yang dipetik, asbâb al-
Nuzûl atau Asbâb Wureûd al-Hadis jika didapatkan dan biografi singkat tentang
sahabat yang meriwayatkan Hadis.
Berbagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia seperti bumi dengan
segala sarana di atasnya, hujan yang dapat menyuburkannya, segala ciptaan yang
berpasang-pasangan dan kendaraan dengan segala bentuknya. Segala nikmat tersebut
hendaknya dijadikan jalan memperoleh petunjuk Tuhan dan untuk mengingat nikmat
Tuhan. Kewajiban bersyukur dimulai dari yang kecil dan yang ringan terlebih dahulu
baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah swt.
Test Fomatif 2
1. Pengkajian dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis dari berbagai
surah, ayat dan dari berbagai Hadis yang berkaitan dengan persoalan atau topic
tertentu kemudian dinalisis kandungannya disebut :
a. Metode I’jâzî c. Metode tahlîlî
b. Metode mawdhû’î d. Metode qiyâsî
2. Di antara kelemahan metode tahlîlî di samping tidak menjawab suatu persoalan
juga :
a. Bersifat positif c. bersifat negatid
b. Bersifat praktis d. Bersifat teoritis
3. Di antara kelebihan metode mawdhû’î adalah pengkaji :
a. lebih aktif c. lebih pasif
b. lebih verbalis d. lebih cerdik
4. Di antara tujuan kosa kata (mufradât) dalam pengkajian adalah agar pengkaji :
Kunci Jawaban
1. b 3. a 5. d 7. c 9. d
2. d 4. b 6. b 8. b 10. a
KEGIATAN BELAJAR 1
ETOS KERJA
Capaian Pembelajatan
Setelah mempelajari KB 1 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits pilihan tentang etos kerja dan tanggung jawab
dan diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadits-Hadis pilihan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Pokok Bahasan
• Etos Kerja dalam Alquran Hadis
• Betanggung Jawab dalam Alquran Hadis
َ َ َ
ب َ َ ذ َك َر ا َلل َوذروا ال
ي َوم اجلَ َم ىل َ ي للَ ايأي َها ال ذي َن ءا َمنوا إذا نو د
يَ َع ذل َك َم َ َة فا َس ع
َ َوا إ صال َة َمن ع ََ
ص ََالَ َة فا َن ت َشروا يف األر’ ت الَ { فإذا قض ََي9} ت عل َمو َن َ َخ َي َر ََ ل َك َم
ب ت غوا َ ض َوا َ إن َكنت َم
{ َوإذَا رأ َوا ت َج ََ ََار ة10} ت ف ََحلَو َن
َ َ َ َو ََاذ َكرَوا هلالَ َكثريَا لعَل ض َل ا َللَ َمن ف
َل
ضوا إ يََ أَ َو هلََوا ان َف ََ َك َم
ت رَكو َك قآئ َما ق َل َماعن َ َها َو
{11} ن
َد هلال
َ َخ َي َر الرازقي
َخ َي َر ََ ََ ََ َ’م َن الل َهو
َ
ََوم َن الت َجار ة َوهلال
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada
hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (QS. 62:9) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyakbanyak supaya kamu beruntung. (QS. 62:10)
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar
untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah:"Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik
daripada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik-baik Pemberi rezki.
(QS. 62:11)
2. Keharusan Bekerja
Perintah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada ayat di
atas Q.S. al-Jumu’ah/62: 10 bukanlah printah wajib. Dalam kaidah ulama-ulama
dinyatakan:‛Apabila ada printah yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah
sesuadahnya, maka yang kedua itu hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut
dilaksanakan. Ayat 9 Surat al-Jumu’ah memerintahkan orang-orang yang beriman
untuk menghadiri sholat jum’at, printah yang bersifat wajib, dengan demikian printah
bertebaran bukan printah wajib. (M.Quraish Shihab, 2000 : 233 Vol.4)
Sekalipun demikian keseimbangan antara kepentingan dunia dan
kepentingan akhirat juga diperintahkan sekalipun tidak sebarat perintah mencari
akhirat sebagaimana dalam QS. Al-Qashah/40 : 77
Dalam Hadis yangdiriwayatkan oleh al-Nukhari sebagai berikut:
َجالَ في َسألهَ أ
ب لهَ في َحت َطب عل َى ظ َه َر ََ ََ خريَ لهَ َم َن أ َن أييتَ ر
َ َح
َعطاَ ََ أ َو َم
Pekerjaan mengambil kayu bakar di hutan, diikat dan dipikul untuk dijual ke
pasar sehingga mendapatkan hasil untuk mencukupi kehidupannya sekalipun paspasan
lebih baik dari pada bekerja minta-minta baik dikasih atau tidak.
Pekerjaan minta-minta adalah pekerjaan yang rendah dan terhina sekalipun
dikasih, apalagi tidak dikasih. Kerendahan martabat peminta-peminta terutama ketika
tidak dikasih atau ketika dikasih orang yang hartanya pas-pasan atau dalam keadaan
sempit. Orang yang punya harga diri tidak akan mau minta-minta dalam kehidupannya
tetapi selalu berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuannya. Menurut al-Syafi’i
orang yang hidupnya minta-minta padahal ada kemampuan untuk bekerja haram
hukumnya. Kecuali jika seseorang tidak ada kemampuan sama sekali untuk bekerja
baru boleh minta-minta ala kadarnya tidak boleh berlebihlebihan. Pada era sekarang
ada di antara saudara kita yang sudah kecukupan hidupnya, punya sawah dan kebon,
tetapi profesinya di luar daerah minta-minta menjadi pengemis, seperti inilah yang
dilarang Hadits di atas.
Sabda Nabi saw bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan kemudian
dijual ke pasar lebih baik dari minta-minta, tidak boleh dijadikan alasan bahwa
pekerjaan yang baik adalah mengambil kayu, dipikul dan dijual di pasar. Hadits ini
harus dipahami secara kontekstual yakni berkaitan dengan perbandingan dari pada
minta-minta. Hadits ini menunjukkan hinanya pekerjaan minta-minta, dan
menunjukkan keutamaan berdikari dalam bekerja di atas keringatnya sendiri sekalipun
rendah tetapi terhormat karena tidak minta-minta. Dalam kitab Fath alBâry, dikatakan
bahwa kata ‛lebih baik baginya‛ pada Hadits di atas bukan bermakna af’al tafdhil
(superlative) karena tidak ada kebaikan bagi orang yang minta-minta padahal ada
kemammpuan bekerja.
Pekerajaan minta-minta memang tidak ada kebaikannya kecuali bagi orang
yang diperbolehkan. Atau minta dana bukan untuk kepentingan peribadi akan tetapi
untuk kepentingan sosial dan keagamaan, tentunya banyak kebaikannya. Hadis
menganjurkan bekerja atau usaha yang halal sekalipun rendahan dan larangan
menjadi penganggur dan pamalas. Hadis juga melarang minta-minta kecuali terpaksa,
seperti orang lemah atau cacat tidak mampu bekerja selain mintaminta. Bekerja
rendahan yang halal lebih baik dan lebih terhormat dari pada pekerjaan minta-minta.
Malaikat yang disifati dengan غالظartinya kasar bukanlah dalam arti kasar
jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena Malaikat adalah
makhluq-makhluq halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut harus
dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah diciptakan
Allah khusus untuk menangani neraka. Hati mereka tidak iba atau tersentuh oleh
rintihan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan Allah dengan sifat
sadis, dan karena itulah maka mereka شدادartinya makhluqmakhluq yang keras hatinya
dan keras pula perlakuannya. (M.Quraish Shihab, 2000 : 327 Vol.14)
Q.S.al-Tahrim/66 :6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan
harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum
pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju
kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan Ibu). Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. (M.Quraish
Shihab, 2000 : 327 Vol.14)
Hadits di atas menjelaskan tanggung jawab seorang pimpinan terhadap yang dipimpin
baik keluarga maupun masyarakat dan bahkan terhadap diri sendiri. Semua orang
pasti menjadi pimpinan minimal terhadap diri sendiri. Dalam Hadits ada 5 yang
menjadi pimpinan yaitu; setiap orang, pimpinan masyarakat, suami, istri dan
pembantu. Dari lima pimpinan ini secara garis besar ada 3 wilayah kepemimpinan
yaitu terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat dan terhadap keluarga:
1. Pimpinan terhadap diri sendiri Kepemimpinan terhadap diri sendiri diungkapkan
pertama dalam Hadits di atas :
= كل َك َم َرا َع وَكل َك َم َم َسئو َل ع َنSetiap kalian adalah pimpinan dan setiap kalian
ر َعيت ه
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Setiap orang memimpin dirinya sendiri yakni terhadap beberapa anggauta tubuh diri
yang dimiliki, terdiri kepala dengan beberapa organnya, tangan, kaki dan perut
seisinya. Salah satu organ tubuh yang ditunjuk menjadi pimpinan adalah hati (al-
qalbu). Sebagaimana Hadits Nabi saw :
س َد اجلس
َتفَ َت صلح اجلس َد كله
َ َ َضغة
صل َ س َد َمَ أَ َوإ ََن يف اجل
ََد كلهَ أ س َد
َ وإذاَ ف إذاَ َح
(ب )متفق عليه
َ وهي القل
Ingatlah bahwa pada tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika ia baik
maka baiklah seluruhnya dan jika ia buruk maka buruklah seluruhnya.
Ingatlah dia adalah hati. (HR. Muttafaq ‘Alayh)
2. Pimpinan masyarakat
Kepemimpin terhadap orang lain atau masyarakat sebagaimana yang
disebutkan Nabi dalam Hadits berikutnya :
= َوالر َجلَ را َع َيف أ َهلَ َه َو َه َو َم َسئو َل ع َنSeorang suami pimpinan terhadap keluarganya
ر َعيت َه
(anak, istrinya dan pembantu kalau ada) da akan dimintai pertanggung jawaban
terhadap kepemimpinannya.
َ = َواملََرأةَ را َعيَةَ َيف ب يَ ت زَو ََج َها َوَم َسئولةSeorang istri menjadi pimpinan di dalam
عَ َن ر َعيتَ َها
rumah suaminya (anak, pembantu jika ada dan harta benda suami).
= واخلَا َد َم را َع َيف َما َل سي َد ََ ََ َوَم َسئو َل ع َنDan pembantu pimpinan terhadap harta
ر َعيََت َه
tuannya dan akaan dimitai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya.
C. Rangkuman
Ketika adzan dikumandangkan pada hari Jum’at, umat Islam diperintahkan
menghentikan segala aktifitas, karena pada masa Nabi saw, hanya dikenal azan satu
kali. Namun pada masa Sayyidina Utsman kaum muslimin tersebar di seluruh kota,
maka Utsman memerintahkan azan dua kali. Azan pertama untuk mengingatkan
ummat Islam yang jauh. Namun pada masa Ali di Kufah beliau memerintahkan hanya
satu kali sesuai tradisi Nabi saw, Abu Bakar dan Umar. Tetapi pada pemerintahan
Hisyam Ibnu Abdul Malik, azan dilakukan dua kali lagi sebagaimana yang dilakukan
Utsman.
Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya bukanlah
printah wajib. Karena dalam kaidah ulama-ulama dinyatakan:‛Apabila ada printah
yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah sesuadahnya, maka yang kedua itu
hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut dilaksanakan.
Berdakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau
secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya
tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan Ibu).
Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan
masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya
Hadis perintah umat Islam bekerja atau usaha yang halal sekalipun
rendahan dan melarangan menjadi penganggur atau pamalas. Hadis juga melarang
umatnya bermental suka minta-minta. Bekerja minta-minta tidak boleh dalam Islam
kecuali terpaksa, seperti orang lemah atau cacat tidak mampu bekerja selain minta-
minta. Siksaannya besuk hari kiamat ada titik hitam di mukanya sebagai Anda yang
buruk bagi orang yang tidak mengenal rasa malu. Hanya 3 orang yang diperbolehkan
minta yaitu ; orang yang sangat fakir, orang yang bangkrut karena hutang dan terkana
denda yang memberatkan.
Hadis menyatakan bahwa semua orang menjadi pimpinan dan semua
pimpinan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Pimpinan masyarakat, Suami,
istri dan orang tua bertanggung jawab terhadap yang dipimpin. Istri bertanggung
jawab terhadap rumah suaminya dengan segala kebutuhan seperti pendidikan,
bimbingan, sifat amanah dan memlihara diri. Suami istri berserikat dalam tanggung
jawab dalam membangun kehidupan keluarga yang harmonis. Masing-masing
melaksanakan kewajibannya terhadap yang lain.
D. Tugas
Dibawah bimbingan Instruktur, coba Saudara bagi anggota kelas Saudara ke
dalam 2 kelompok. Kelompok Pertama membahas tentang ayat-ayat pilihan dan
Hadits yang berkaitan dengan etos kerja, kelompok Kedua membahas ayat-ayat dan
Hadits pilihan yang berkaitan dengan tanggung jawab. Setelah masing-masing
kelompok mempresentasikan dan menanggapi terhadap kelompok lain. Di akhir
kegiatan, masing-masing kelompok mencatat kesimpulan.
dalam ;
a. Fisiknya b. pukulannya
c. Perlakuannya d. badannya
5. Pimpinan dalam diri seseorang sebagai penggerak segala aktifitas adalah ;
a. Hati c. kepala
b. tangan d. badan
6. Sabda Nabi, bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan kemudian dijual
di pasar adalah pekerjaan terbaik. Maksudnya ... : a. pekerjaan terbaik pada
waktu itu
b. pekerjaan terbaik jika dibandingkan dengan minta-minta
c. pekerjaan terbaik untuk yang bersangkutan
d. pekerjaan terbaik menurut Allah
7. Maksud pekerjaan mengambil kayu di hutan kemudian dijual di pasar adalah
selain...
a. keutamaan bekerja mandiri sekalipun rendahan
b. bekerja halal sekalipun rendahan
c. pekerjaan terhormat karena tidak minta-minta
d. rendahnya pekerajan
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 2 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran ayat-
ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang toleransi dan etika pergaulan, diharapkan
dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam kehidupan sehari-
hari
Pokok Bahasan
• Toleransi dalam Alquran Hadis
• Etika Pergaulan dalam Alquran Hadis
Uraian
A. Toleransi dalam Q.S.al-Kafirun/ 109 : 1-6
{ وآلأنت َم عاب َدو َن َم آأ َعب َعاب َد2} َعب َدو َن { آلأ َعب َد َما1} ق َل ايأي َها ال َكاف َرو َن
{ وآلأان3} َد تَ
{ ل َك َم دينَ َك5} { َوآلأنت َم عَابَ َدو َن َمآأ َعب َد4} َتََماعَبد م
{6} َل دينَم َو ي
(1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (2). aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah.(3). dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah.(4). dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,(5). dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.(6). untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.
Itu semua menunjukkan bahwa Islam tidak memaksakan orang lain, tapi memberi
kebebasan orang lain untuk memilih agama dan kepercayaannya. Toleransi dalam
akidah. Toleran sebatas dalam muamalah dan mu’asyarah, bukan dalam masalah
akidah atau ibadah dalam beragama. Dalam masalah akidah atau agama tidak ada
toleran dan tawar menawar.
Sebagaimana riwayat yang menjadi sebab turunnya (Asbâb Nuzûl al-Ayat). Surah
al-Kafirun/109 : 1-6. Kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw dengan
menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota
Mekah dan dikawinkan dengan seorang wanita yang dikehendaki. Usaha ini
disampaikan dengan berkata: Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad,
dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya atau
sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun‛. Nabi menjawab : ‛Aku akan menunggu
wahyu dari Tuhanku‛. QS. Al-Kafirun turun berkenaan dengan peristiwa tersebut di
mana kafir Quraisy mengharapkan kelapangan dan toleran Nabi. Kemudian turunnya
Surah ternyata perintah Nabi menolak segala tawaran kaum kufar tersebut secara tegas
: َل َدي َن
ل َك َم َدين َك َم َو ََ ي
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. (QS. Al-Kafirun/109 : 6)
Islam mengajarkan berakhlak yang baik dengan sesama manusia baik dalam
mu’asyarah maupun mu’amalah. Di antara sifat yang baik adalah sifat toleran,
artinya menerima alasan yang dikemukanan oleh saudaranya, bersifat pemurah dan
mengalah tidak menangnya sendiri. Dalam Hadits orang yang bersifat toleran
mendapat do’a rahmat dari Rasulillah saw dalam sabdanya : حا َ
َ = َر ح َم هلالَ ر َج َالsemoga
َََس
Allah merahmati seoarng yang bersikap
tolerSaudaran pemurah.
Maksud toleran yang disebutkan dalam Hadits adalah toleran dalam masalah
muamalah yakni dalam masalah transaksi jual, beli, menagih hutang dan sesamanya
yang semata berkaitan dengan materi harta benda. Atau berkaitan dengan masalah
mu’asyarah yang berkaitan dengan gengsi dan kehormatan. Untuk lebih jelasnya,
berikut dpaparkan macam-macam toleran:
Seseorang yang memiliki sifat toleran dan pemurah dalam jual dan beli akan
diberi rahmat oleh Allah swt. Sifat toleran dan pemurah ini dapat dilaksanakan dengan
baik manakala kedua belah pihak penjual dan pembeli memiliki sifat yang sama dan
seimbang, keduanya dirahmati Allah. Celakanya jika salah satu pihak tidak jujur atau
terjadi penipuan baik dalam harga maupun pada kualitas barang dagangan, kondisi
yang seperti ini perlu kewaspadaan.
Dalam riwayat lain orang yang bersikap toleran bukan hanya penghutang yang
menagih hutang tetapi juga piutang ketika membayar hutang. Toleran hanyalah dalam
muamalah dan mu’asyarah sebagaimana dalam Hadits di atas bukan dalam masalah
akidah dan ibadah. Orang yang bersikap toleran dalam muamalah berakhlak yang
tinggi, tidak pelit dan tidak meperduli orang sulit mendapat rahmat dari Allah swt dan
diberkahi harta bendanya.
Hadis di atas menganjurkan bersikap toleran dalam muamalah dan berakhlak yang
tinggi serta meninggalkan sifat buruk seperti; pelit atau kikir, mempersulit urusan
orang dan lain-lain. Anjuran bersikap toleran, pemurah dan lapang dalam muamalah
dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam pergaulan sehari-
hari sehingga mendapat rahmat dari Allah swt.
Ayat 13 surat al-Hujurat, menegaskan bahwa manusia di hadapan Allah itu sama,
yang membedakannya hanya ketaqwaannya kepada Allah. Karena kemuliaan yang
dimaksud kemuliaan yang abadi dan untuk mencapainya adalah dengan melaksanakan
printah-Nya dan menjauhi larangan-Nya itulah yang disebut taqwa.
Etika pergaulan juga disebutkan dalam Hadits Rasulillah SAW riwayat Muslim:
Hadits di atas mengajarkan kepada kita agar memelihara pergaulan yang baik dan
indah dengan sesamanya yakni dengan etika dan akhlak yang baik. Pergaulan yang
baik terhadap siapapun, tidak terbatas kepada orang yang berbuat baik kepada kita
saja, akan tetapi sekalipun terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita. Hadits di
atas menjelaskan kepada kita tentang suatu kasus yang dihadapi oleh seorang sahabat,
dimana ia mempunyai kerabat atau sanak famili yang selalu berbuat jahat kepadanya,
Rasulullah menenangkannya dengan pesan beliau agar tetap berbuat baik sekalipun
dibalas dengan kejahatan.
Ada tiga etika pergaulan yang dilakukan seorang sahabat terhadap sesamanya yang
dijelaskan pada Hadits di atas yaitu sebagai berikut :
a. Bershilatur rahim
Ada dua kata yang membentuk shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat
artinya ; menyambung dan rahim artinya ; tempat mengandung anak kemudian
Kondisi yang seperti ini memang berat, karena perbuatan baik itu berat. Tetapi
seberat apapun suatu kebaikan akan berdampak positip, di antaranya dapat meredam
suasana yang panas dan hubungan yang hampir terputus. Jalan yang paling baik
adalah menyambung hubungan yang akan terputus bukan malah diputus atau
disambut dengan suasana yang panas pula. Rasulullah saw bersabda menjelaskan
shilatur rahim yang sesungguhnya :
َ َ ب َن ع َمرو عن الن َيب صلى هلال عليه وسلم قا َل ليس ال وا
ص َل ابملَ َكاف َئ ولك ََن الواص عن عب َد ا َلل
َ ’
َل ال َذي
(صل َها )أخرجه البخاري َ َ إذا ق َطع
َ ت ر محَهَ َو
Dari Abdillah bin Amr dari Nabi saw bersabda : ‚Tidaklah orang yang
bershliatur rhim (washil) itu karena membalas budi, akan tetapi ia apabila
diputus malah menyambungnya (dengan bershilatur rahim). (HR. al-Bukhari).
Shilatur rahim yang murni adalah bukan berharap balasan dan bukan karena
membalas budi orang lain. Ia sesungguhnya perbuatan baik yang murni karena Allah,
bukan karena yang lain.
b. Berbuat baik
Berbuat baik di sini secara mutlak, kebaikan apa saja yang dapat kita perbuat dan
dapat kita lakukan kepada sesama kita yang penting bermanfaat dan halal. Demikian
juga obyeknya terhadap siapa saja, bukan hanya terhadap orang yang berbuat baik
kepada kita saja, terhadap orang yang berbuat jahatpun kita diperintahkan berbuat
baik. Sebagaimana yang dilakukan seorang sahabat yang disebutkan dalam Hadits di
atas :
َ س أن َفع َه َم للنا
(س )أخرجه البيهقي والطرباين َ َخ َي َر النا
Sebaik manusia adalah yang paling berbuat manfaat kepada manusia. (HR.
Bayhaqi dan Thabarani)
Tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pada berbuat sesuatu yang bermanfaat
kepada sesamanya dan menjauhi segala perbuatan yang merugikan kepadanya.
Perbuatan baik inilah yang menjadi syarat mausia terbaik. Manusia terbaik dalam
masyarakat sosialnya adalah manusia yang paling manfaat terhadap manusia lainnya.
Sikap ini adalah sikap terpuji, salah satu sifat yang hanya dimiliki oleh hamba
Allah yang diberi gelar Ibâd al-Rahmân (Hamba Allah yang Maha Pengasih)
sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Furqan/25 : 63
Seseorang yang selalu bershilatur rahim sekalipun diputus, berbuat baik
sekalipun dijahati dan bersikap santun sekalipun dibalas dengan perbuatan bodoh
sama dengan memberi makanan bara yang sangat panas, sebagaimana sabda Nabi saw
ت فَ َكأمنَا ت َس َ َف َه َم املَ ََل
َ َت َك َما ق ل
َ َ =لئ َن َكنJikalau engkau sebagaimana yang engkau
:
katakan, maka perumpamaan-nya engkau sama halnya memberi makanan bara
yang amat panas kepada mereka.
Sedangkan engkau yang berbuat baik tidak mengapa, justru mendapatkan pahala
yang amat besar di sisi Allah dan mendapat pertolongan dari pada-Nya.
تَ ك َم َن هلال ظ َهريَ علي َه َم َما دَ َم
َ = َو ََ ََ ي َزا َل َم َعKamu senantiasa mendapatkan
كَ َل عَلى ذ
pertolongan dari Allah selama engkau berbuat yang demikian.
Pertolongan yang didapatkan orang yang berbuat baik adakalanya di dunia dan di
akhirat. Di dunia mendapatkan kemenangan berkat kesabarannya dan di akhirat
mendapat pahala yang besar.
Hadis di atas menganjurkan selalu berbuat baik kepada orang lain terutama
terhadap kerabat seperti shilatur rahim, membantu orang lain, santun, pemaaf dan
tidak dendam dalam hati. Hadis juga menganjurkan berbuat baik kepada orang lain
terutama pada saat suasana pergaulan keruh dan tidak sehat. Berbalas budi orang lain
memang suatu kebaikan, tetapi kebaikan yang lebih tinggi adalah berbuat baik
terhadap orang yang berbuat jahat. Orang yang berbuat jahat mendapat siksaan yang
pedih di dunia dan diakhirat. Di dunia mendapat kehinaan yang sangat rendah sebab
kebaikan orang lain, bagaikan penyuapan bara api yang panas dan akhiratnya
mendapat siksaan yang yang amat pedih pula yaitu makan bara api neraka .
C. Rangkuman
Srah al-Kafirun turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah.
Tema utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran agama
dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Hubungan sesama muslim itu bagaikan hubungan persaudaraan seketurunan
sekalipun tidak berdampak dalam kewarisan, sebagaimana hubungan anak, ibu dan
ayah yang berdampak dalam kewarisan. Al-Quran melarang orang-orang beriman
saling mencela, karena bisa jadi orang-orang yang dicela itu hakekatnya lebih baik.
Dan dilarang mengejek diri sendiri yang maksudnya mengejek orang lain. Begitu juga
dilarang saling memanggil dengan panggilan yang jelek, dan sejelek-jelek panggilan
adalah kefasikan setelah beriman.
Demikian juga Al-Qur’an melarang prasangka buruk terhadap sesamanya yang
tidak ada fakta atau bukti dan melarang mencari-cari kesalahan orang lain,
menggunjing atau membicarakan aib orang lain. Manusia di hadapan Allah itu sama,
yang membedakan hanya ketaqwaannya kepada Allah.
E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Dalam toleransi antar ummat beragama. Ummat Islam boleh kerjasama kecuali...
a. Transaksi jual beli dengan non muslim
b. Ibadah bersama
c. Mengadakan bakti sosial bersama non muslim
d. Mengadakan wisata dengan non muslim
KEGIATAN BELAJAR 3
BERSIKAP JUJUR DAN ADIL
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 3 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran ayat-
ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang bersikap jujur dan adil. Anda diharapkan
dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam kehidupan
sehari-hari
Pokok Bahasan
• Jujur dalam Al-Qur’an Hadis
• Adil dalam Al-Qur’an dan Hadis
Uraian
A. Jujur dalam QS. Al-Taubah/9:119
صا
ََ َت قَوا هلال
ََ َها ال َذي َن ي
ََ ايأ
َو كونوا م ع ال َدق ءا َمنوا ا
ََ َ
ي
َ
َ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadikanlah
engkau bersama orang-orang yang jujur (QS.9 : 119)
Ayat ini perintah bertakwa dan jujur. Redaksi kalimat perintah takwa
didahulukan dari pada perintah kerujuran, seolah takwa menjadi prasyarat dan menjadi
dasar kejujuran. Perintah bersama orang-orang yanga jujur maknanya perintah menjadi
orang jujur pula. Perintah bersama orang jujur adalah proses menjadi jujur yakni
dengan pergaulan, lingkungan dan belajar dengan orang-orang yang jujur. Setelah
menjadi orang jujur maka ia bersama orang-orang jujur.
ص َد َق ي َه ’َ صلى هلالَ عَل َي َه َو َسل َم قا َل إ ََن الَ ض َي هلالَ َع َنهَ ع َن َ َع َن ع َب َد هلال ر
الن َي’ب
َ’ َوإ ََن الربََي َدي إ ىل ال رب
بي َه َدي إىل ال َف َ ص ال َك َذ َ ب َهلالَ َح َه ََ َدي إىل ا جل
ََن َة َوإ ََن الر َج َل لي
َجوَر َوإ ََن ’َدي َقا َت ي َع َن
ص َد َق َ ى َ
َوإ ََن تكَ
َد
ب َع َن َد ا َلل
َ َك ََذا َاب َ ب حىت ي َكتَ ال َف َجوَر ي َهدي إىل النار َوإ ََن الر َج َل لي َكذ
()أخرجه البخا ري ومسلم
Dari Abdillah ra dari Nabi saw bersabda : ‚Sesungguhnya kebenaran itu
membawa kepda kebaikan dan kebaikan membawa ke surge dan
sesusngguhnya seseorang yang selalu benar sehingga ditulis sebagai orang
yang ahli benar. Sesungguhnya dusta membawa kepada kecurangan dan
kecurangan itu membawa kedalam api neraka dan sesungguhnya seseorang
yang selalu dusta sehingga ditulis sebagai pendusta‛. (HR. Bukhari Muslim)
Kebaikan atau baik adalah sebuah kata yang universal mencakup segala
kebaikan. Ada dua kata kunci penting di sini yaitu jujur dan baik. Orang yang jujur
pasti membawa kebaikan. Kebaikan di sini bersifat umum dalam segala hal, baik
terhadap dirinya dan baik terhadap orang lain, baik dalam hidup dan kehidupannya,
dan baik akibatnya di buinia dan di akhirat. Orang yang jujur berakibat baik, mulia,
aman dan bahagia. Negara yang para pimpinan dan aparaturnya jujur dan dapat
Surga adalah tempatnya orang-orang baik atau orang yang beramal shaleh
karena patuh kepada Allah. Banyak janji surga dalam al-Qur’an yang akan diberikan
kepada orang-orang yang beramal shaleh. Banyak ayat-ayat al-Qu’an setelah
menyebut kalimat آهناkemudian عول ُا الصلحتsetelah menyebut ‚orangorang
yang beriman‛ kemudian menyebut ‚dan mereka beramal shaleh‛. Misalnya dalam
: 107 َ ت ال َف َر َد َو
َََ س ن ز َ ت هلََم جنا َ ََا
َ ت َكان إ ََن ال َذي َن ءا َمنوا َوعَ َملوا الصا حل
QS. al-Kahfi/ 18
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (QS. 18:107)
Jadi amal shaleh atau amal al-birr adalah menjadi tiket surga, tidak mungkin
orang yang tidak baik dapat masuk surga, kecuali mendapat pengampunan dari
Allah. Benar apa yang disabdakan Nabi saw bahwa kebaikan membawa ke surga.
Kemudian Nabi saw memperjelas :
َ َ َحىت يَ َكت
ص ’َدي َقا صَ = َوإ ََن الرDan seseungguhnya seseorang yang
له
ب َعن د َج َل لي َد
َ َ ال
َق
selalu jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang ahli jujur.
’َ ي َوال
ص َ َعلي َهم َ’م َن النبي
َ ك َم َع ال َذيَ َوَمن ي َط َع هلالَ َوالر َسو َل فأ َو ََ ئ
ش َه َدآ َء
ََ ي َوال َ َدي َق ََن أ َن عَ َم هلال
َ ’
كَ س َن أ َو ََ ئ َ َصاحل
َ ي َو َح
َ ََ َوال
َر ََفي َقا
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.
Dalam ayat ini tingkatan orang-orang yang ahli benar menempatai rengking
yang tinggi yakni setelah para Nabi kemudian baru syuhadâ dan shalihîn. Sungguh
beruntung orang yang memiliki kepribadian jujur. Makna ditulis disamping diberi
pahala akhirat juga diberi pahala dunia. Kebenaran itu ditampakkan kepada seluruh
Sebab dusta hancurlah suatu rumah tangga, sebab dusta hancurlah suatu
perusahaan, sebab dusta hancurlah suatu perdagangan dan seterusnya sebab dusta
hancurlah kepercayaan. = الفجرkecurangan, menurut al-Râghib al-Fujûr dari kata
al-Fjar: berarti membelah tutup agama yang cenderung kemudian diucapkan kepada
kecenderungan berbuat kerusakan atau cenderung berbuat maksiat. Dia mencakup
segala kejahatan.
Sungguh berbahaya berlaku bohong karena menyebabkan kehancuran dan
kerusakan.
= َوإ ََن ال َف َجوَر ي َه َدي إ َىل النا َرDan sesungguhnya kecurangan atau keburukan itu
membawa ke dalam neraka.
ََلى أ ع َيرَمن َشنئا َقَق َ َش َه َدآءَ َط ج ََ َها ال َذي َن ياأي
و َك َم َن ََ و ََََ ت َ ل
َ
ل
َ َ ابل قس ءا َمنوا َكونوا ََوا
َم َََ َ َم
ي
َ
{ َو َع8} ََ ت قَ› َوى َخبريَ مبَا ت ع َملو َن ََ ب لل َ ََ َه َو أ َق َر َع َدلوا ا َع َدلوا
َد هلالَ الذي َن َت قَوا هلالَ إ ََن هلال ََ َوا
{ َوا ََل ََذي َن َك َفروا وَك9} ََ ََ َصاحلَات هلَم ََمغَفرة ََ ءَا َمنوا َو ََعَ ََملوا ال
كَ ََذبوا بئاايتَنآأ َو ئ ََ ََ َ َظي َمََ َوأ َج َر ع
{10} ب اجلَحيم َ ص َحا َ أ
Orang adil dicintai Allah dan diberi kedudukan yang tinggi besuk di akhirat
yakni minbar yang terdiri dari cahaya di sisi kanan Allah. Hadits ini menjelaskan
sifat Allah yang tergolong mutasyabbihat yakni sifat Allah yang serupa dengan sifat
makhlauk. Para ulama berbeda pendapat tentang makna minbar yang disebutkan
dalam Hadits tersebut. Al-Qadhi berkata dalam Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawi, bahwa makna minbar ada dua kemungkinan makna.
Pertama, makna hakekat yaitu makna lahirnya Hadits. Minbar diartikan minbar
yang sebenarnya yakni tempat yang tinggi orang yang adil duduk di situ.
Kedua, makna sindiran, minbar diartikan kedudukan yang tinggi.
Menurutnya, makna pertama lebih kuat dan mengandung makna yang kedua. Tempat
mereka orang yang adil di minbar yang tinggi dan kedudukannya juga tinggi.
Sedangkan di sebelah kanan Tuhan yang Maha Pengasih maknanya para ulama
juga berbeda.
1. Pendapat mayoritas ulama dan segolongan mutakallimin. Mereka hanya
mengimani ‛kanan Tuhan‛ dan tidak berbicara penakwilannya. Mereka tidak
Adil yang disebutkan Hadits di atas dalam 3 wilayah, yakni dalam hukum,,
terhadap keluarga dan dalam wilayah kekuasaan :
1. Adil dalam hukum
Adil dalam hukum putusan apapun, tak membedakan antara terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain dan tak membedakan antara satu dengan lainnya.
Katakan dan lakukan yang benar sekalipun pahit terhadap diri dan keluargamu.
2. Adil terhadap keluarga
Adil dalam memberi hak kepada keluarga, seperti memberi nafkah, papan, Sandang
dan pangan sesuai dengan kemampuan.
3. Adil dalam wilayah kekuasaan bagi yang mempunyai kekuasaan, seperti
pimpinan pemerintahan, pimpinan yayasan, pimpinan ormas dan lain
sebagainya.
C. Rangkuman
Q.S.al-Maidah/5: 9-10 Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal
sholeh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar, dan sebaliknya bagi
orangorang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan diberikan neraka jahim.
Perintah Allah adil dan ihsan, adil berarti keseimbangan, konsisten dan
cenderung kepada yang hak (benar). Ihsan lebih tinggi daripada adil, karena adil itu
seimbang/sepadan, sedangkan ihsan itu membalas yang lebih baik yakni keburukan
dibalas dengan kebaikan.
Hadis menggemarkan sifat jujur, sesungguhnya jujur menjadi penyebab segala
kebaikan dan menjadi penyebab masuk ke dalam surga. Sebaliknya bohong menjadi
penyebab segala kejahatan dan menjadi penyebab masuk ke dalam neraka. Seseorng
yang terkenal dengan sifat jujur atau bohong boleh saja dipanggil dengan sifat ahli
benar atau pembohong. Pahala surga atau siksa neraka bergantung pada amal
perbuatan manusia baik atau buruk
Hadits juga menganjurkan bersikap adil terhadap dirinya dan orang lain.
Keutamaan sifat adil besuk hari kiamat mendapat kedudukan yang sangat tinggi di
sisi Allah yakni minbar dar cahaya. Bersikap adil sangat diperlukan terutama para
pimpinan dan semua orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain.
D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama
membahas tentang ayat-ayat jujur. Kelompok Kedua membahas tentang Hadits
pilihan yang berkaitan dengan jujur. Kelompok Ketiga membahas tentang ayatayat
pilihan berkaitan dengan adil. Kelompok Empat membahas tentang Hadits pilihan
berkaitan dengan jujur. Masing-masing kelompok mempresentasikan kajiannya,
menanggapi kelompok lain dan mecatat kesimpulannya.
8. Menurut al-Nawawi makna yang kuat kalimat ‚di sisi kanan Tuhan‛ pada
Hadits Nabi : ‚ Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah
kedudukannya di atas minbar dari cahaya di sisi kanan Tuhan‛ Adalah :
a. Minbar Nabi yang sebenarnya
b. Kedudukan yang terhormat
c. Minbar kehormatan
d. Minbar dari cahaya
9. Berikut yang tidak termasuk pengertian adil adalah :
a. Memberi hak yang sama (al-taswiyah)
b. Meberi sesuatu sesusi dengan kondisi kebutuhan,
c. Menghukumi benar kepada yang benar dan menghukumi salah kepada
yang bersalah
d. Membagi uang sekolah yang sama kepada anak-anaknya
10. Keadilan dalam hadis Muslim dari Abdillah bin Amr memberikan hak keadilan
dalam tiga wilayahlah satu. Berikut yang bukan salah satu wilayah tersebut.
a. Adil dalam harta warisan*
b. Adil dalam wilayah hukum
c. Adil terhadap keluarga
d. Adil dalam kekuasaan
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 4 ini Anda diharapkan mampu mendeskripsikan
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis-Hadis tentang sikap kritis dan demokratis
dan diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
Pokok Bahasan
• Berskap Kritis dalam Alquran dan Hadis
• Bersikap Demokratis dalam Alqur’an dan Hadis
Uraian
A. Bersikap Kritis dalam QS. Ali Imran/3: 190-191
ْ ض وا
ف اللْي ْل ْوال ْْن ْها ْر ْل ْْ ْْاي ْ ت ْوا ْل ْْ ْر ْ إ ْْن ف ْْ خ ْل ْق الس ما وا
ْْ
ْْ بْ ت ْل ْْوْل ا ْل ْْلْبا ْ ْخت ْال
ب ْْ ْم ْوي ت فْ ْْكرو ْن ف ْ ُْجنو ْي ْن يذ ُْكرو ْن هلالْ قيا ْما ْو ُْق عو ْدا ْوعْلى
( ال ذ190)
تْ خ ْلق الس ماوا
ْ
ْوا ْل ْْ ْرض رب ان ْم ت
ْ ا خل ْق
Kritis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bersifat tidak lekas
percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam dalam
penganalisisan.89 Maknanya kritis sama dengan cerdas, berfikir kritis adalah berfikir
cerdas, tajam, dan pandai. Cendekia diartikan sebagai cepat mngerti situasi dan
pandai mencari jalan keluar. Sedangkan cendekiawan adalah orang yang cerdik
pandai, orang intelek atau orang yang memiliki sikap hidup yang terus menerus
meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami
sesuatu.90 Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut sebagai Ulil Albab
yang berarti orang berakal cerdas. Kata Ulil Albab disebut 16 kali dalam al-Qur’an
salah satunya disebutkan dalam QS. Ali Imran/3: 190. Bersikap kritis adalah orang
yang minimal memadukan dua sikap berdzikir dan berpikir . Berdzikir selalu ingat
kepada Allah dalam segala keadaan, baik dalam keadaan berdiri, duduk, tiduran
berbaring dan lain-lain. Berpikir tentang ciptaan Allah yang sangat indah ini untuk
memperkuat keimannannya kepada sang penciptanya yaitu Allah swt.
2) Berfikir Kritis
89 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, http://pusat bahasa.
diknas.go.id/kbbi/
ت
َ ك فا َعف َع َوا َس َ ضوا َح ََ ظ ال َق َل َ ت هلََم
َ ت فظا غلي َ َمَ َة َم َن هلال ل َن
فب َما ر ح
َن َه َم َ َم َن َب ن فَ َول َو َك َن
ول
َ َت و’كَل
ي
َ ََ َ إ َح
َ َب امل هلال ف ت وََك َ َغ َف َر هلََم َو َشاور َه َم يف ا َأل َم
ََن ي َل عل َى ت َر فإ ذ
َ َا عَ َزَم
َهلال
Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an|Had1it9s5
)159(
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
ب ي ن ه َوََمََا رز َق ان
َ َشور َمره َ َوال َذي َن ا َست َجابوا ل َرهبَ َم َوأقا َم
ى صا
َ وا ال
َم َه َم ين َف َقو َن َم {38}
ل
َوأ
َة
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabbnya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka. (QS. 42:38)
Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali Imran
/3: 159 yaitu:
1. Sikap lemah lembut
Seorang pimpinan dan atau yang melakukan musyawarah harus menghindari
tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. Jika mereka bersikap seperti itu
maka anggota musayawarah akar berlarioan dari padanya: َ ت فظا غلَي
ظ َ َول َو َكن
َ ضوا َم َن ح َول
ك َ ال َق َل
ََ َبَ ََ َن ف
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
2. Memberi maaf
Maaf secara harfiah berarti menghapus . memaafkan berarti menghapus bekas
luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang dinaiali tidak wajar. Sikap pemaaf
adalah sikap yang baik untuk memberi support kepada anggota musyawarah
yang bersalah untuk melanjutkan musyawarahnya untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
3. Memohonkan ampunan
C. Rangkuman
Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut sebagai Ulil Albab
yang berarti orang berakal cerdas. Bersikap demokratis berarti sikap pandangan hidup
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban atau perlakuan yang sama bagi semua
warga Negara. Berfikir kritis memiliki tiga tuntutan besar yang merupakan cirri-
cirinya yaitu: berdzikir, berfikir kritis dan berusaha dan berkreasi. Bersikap
demokratis. Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali
Imran /3: 159 yaitu: lemah lembut, member maaf dan memohonkan ampunan. Ada
tiga tahapa menuju bangsa yang demokratis. Tahapan menuju bangsa yang demokratis
yaitu:
1. Tahapan pengembangan institusi yang demokratis
D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama membahas
tentang ayat-ayat pilihan yang berkaitan dengan sikap kritis. Kelompok Kedua
membahas tentang Hadits pilihan yang berkaitan sikap kritis. kelompok Ketiga
membahas tentang ayat-ayat pilihan berkaitan dengan sikap demokratis. Kelompok
Empat membahas tentang ciri-ciri sikap kritis dan demokratis. Masingmasing
kelompok mempresentasikan kajiannya, menanggapi kelompok lain dan mecatat
kesimpulannya.
E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Saudara tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Bersikap kritis dalam QS. Ali Imran : 159 disebut:
a. Ulin-Nuha c. Ulul-Abshar
b. Ulul-Albab d. Ulil-Abshar
2. Sikap kritis pada ayat tersebut adalah yang memadukan minimal dua sifat yaitu:
a. Berfikir dan dzikir c. Berfikir dan aktif
b. Berfikir dan kreatif d. Berfikir dan inovatif
3. Lebih rinci lagi ada tiga sifat yang menjadi ciri-ciri bagi orang yang bersikap kritis
yaitu :
a. Berfikir, dzikir, berusaha dan berkreasi
b. Berfikir, dzikir dan aktif
c. Berfikir, dzikir dan kreatif
d. Berfikir , dzikir dan inovatif
Jika tingkat penguasaan Anda mencapai minimal 80%, maka Anda dapat meneruskan
untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika nilai tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang KB ini,
terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub
al`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Al-Dzahabi, Husein, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Kairo: Maktabah Wahbab, 2003
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir : Wizârah al-Tarbiyah
wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-Idârah al-
‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts, 1988
-------, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân, Kairo: Dâr at-Tirâts, t.th.
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh
al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-
`Azîz bin `Abd Allâh bin Bâz dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo:
Maktabah al-Aymân, tth. Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats,
Sunan Abî Dawûd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo: Dâr
al-Hadîts, 1999
Glosarium
berfikir kritis : berfikir cerdas, tajam, dan pandai.
Cendekia : cepat mngerti situasi dan pandai mencari jalan keluar.
Jurur = pemberitaan sesuai dengan realita kenyataan
Rahim = tempat mengandung anak kemudian diartikan sanak famili atau kerabat,
karena ia dilahirkan dari rahim. Shiddiq = orang yang sangat benar shilatur
rahim = menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak
famili dengan perbuatan yang baik
shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat artinya ; menyambung rahim
01 C 01 b 01 c 01 b
02 A 02 a 02 a 02 a
03 C 03 b 03 c 03 a
04 C 04 d 04 c 04 d
05 A 05 a 05 a 05 a
06 B 06 b 06 a 06 d
07 C 07 b 07 c 07 d
08 C 08 a 08 b 08 c
09 C 09 d 09 d 09 d
10 A 10 d 10 a 10 d
204
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
MODUL 6 AL-QUR’AN HADITS
Tujuan
Diharapkan dari Kegiatan Belajar ini pemahaman terhadap ajaran Hadis
Rasulullah tentang menuntut ilmu, yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa
kompetensi dasar yaitu membaca dan menyebutkan arti Hadis tersebut serta
menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya. Kompetensi yang terbentuk pada
diri siswa tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang menanamkannya.
Untuk itulah, Kegiatan Belajar ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menambah wawasan guru al-Qur’an Hadis mengenai makna Hadis-Hadis
tentang ilmu, fungsi ilmu, dan keistimewaan orang berilmu.
2. Menjelaskan kualitas Hadis-Hadis tentang ilmu, fungsi ilmu, dan kedudukan
orang berilmu.
3. Memberikan ketrampilan penggunaan media untuk mencari Hadis-Hadis
seputar ilmu.
Uraian Materi
Pepatah mengatakan: ‚Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu
hidup menjadi mudah, dan dengan seni hidup menjadi indah‛. Begitulah peran ilmu
dalam kehidupan yang dianggap sebanding dengan peran agama, meskipun memenuhi
aspek kebutuhan yang berbeda dari kehidupan manusia. Ilmu itu tak ubahnya cahaya
dalam pekatnya malam, memberikan sinar terang bagi mereka yang mengamalkannya.
Selain memberikan begitu banyak kemudahan bagi manusia dalam
menghadapi persoalan hidup, ilmu juga menempatkan orang-orang yang memilikinya,
bahkan mereka yang masih beruasaha mempelajarinya, pada derajat yang tinggi
sehinga mereka menjadi kelompok yang terhormat di masyarakatnya bahkan di
Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sahabat
terdekat Rasulullah ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di Sunan Ibn
Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang paling mu’tabar
(paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik, sahabat Rasulullah
yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu Said al-Khudri sebagaimana disebutkan
dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena
banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun sangat sering
dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun tulisan popular serta seminar
dan ceramah-ceramah.
Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if
(lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada
206
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matnnya sejalan
dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan,
antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, hadis ini
mengandung ajaran untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik yang disebut
fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung ajaran fadla’ilul
a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, menurut para ulama hadis boleh dijadikan
dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin
Hanbal.
Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga
sejak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas belajar dan mengajar sangat
intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah ke berbagai tepat seperti
Yaman, Syam, dan Mesir untuk memberikan pengajaran. Setelah itu, di masa tabiin
banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah ilmiyah yakni perjalanan untuk mencari
ilmu.
Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan
pengetahuan yang diperoleh dari belajar kepada sedikit guru. Karena itu mereka tidak
segan-segan melakukan perjalanan jauh untuk belajar pada guru di kota-kota yang
mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak
hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi
kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka
kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan berpindah
dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian
aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat belajar).
Kesediaan melakukan perjalanan jauh sekalipun untuk mencari ilmu tidak
terlepas dari dorongan Rasulullah saw dalam sebuah hadis:
اطلبوا العَلَ َم َول َو ابل:عن أنس بن مالك قال قال رسول هلال صلى هلال عليو وسلم
صَي ’َ
()مسند البزار
Dari Anas bin Malik, dia berkata Rasulullah saw bersabda: ‚Carilah ilmu
walau sampai ke negeri Cina‛
Hadis ini mengisyaratkan bahwa mencari ilmu itu harus dilakukan walaupun
untuk memperolehnya seseorang harus melakukan perjalanan jauh. Sebab siapa yang
tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan menjalani sisa hidupnya dalam
kebodohan, dan siapa yang bersabar dalam mencari ilmu maka dia akan meraih
kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Selain berimplikasi pada aktifitas mencari ilmu secara individual, hadis
Rasulullah tentang kewajiban belajar ini mendorong lahirnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam baik yang formal maupun informal. Perbedaan antara formal dan
informal dalam pendidikan Islam di masa klasik terlihat pada hubungannya dengan
Negara. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh
Negara untuk mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar menguasai pengetahuan
Hadis yang dinilai shahih oleh Imam al-Turmudzi ini menjelaskan bahwa
kiamat, kehancuran alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi penduan
kehidupan manusia. Sebaliknya, hilangnya ilmu merupakan salah satu syarat akan
datangnya hari kehancuran tersebut. Sebab hilangnya ilmu itu akan merembet pada
208
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kebodohan manusia, dan kebodohan manusia itu akan menyebabkan mereka
melakukan pelanggaran dan pengrusakan. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh
Jadi menurut hadis ini, ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan,
dan menghindarkan komunitas manusia dari kepemimpinan orang-orang yang bodoh
yang akan menjerumuskan mereka ke jalan yang salah.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fungsi ilmu secara umum
adalah menghindarkan manusia dari kebodohan, pelanggaran dan kesalahankesalahan
yang lain. Fungsi ilmu tentu tidak hanya secara masal, akan tetapi fungsi ilmu dapat
dilihat secara individual, yaitu mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan
ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal itu disebutkan dalam hadis:
210
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang
mendoakannya. (diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi, Nasai dll)
Jadi salah satu fungsi ilmu adalah mengalirkan pahala kepada orang yang
mengajarkan ilmu tersebut, dan dimanfaatkan oleh orang yang belajar darinya.
صلََى الل َو َو َسل َم ي َم َن سل َ الل تَ َ َن أَب ال ََدر َدا َء قا إين َََس َعع
كَ قَو َل عل َي َو َو ر َسو َل َل
212
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kenikmatan, kedamaian, kesejahteraan, kenyamanan dan sebagainya. Orang
yang sedang berusaha dengan sungguh-sungguh mencari ilmu dan bersabar
serta tabah menghadapi segala kesulitan yang ada, akan dibantu oleh Allah
sehingga dia berhasil menikmati buah ilmu itu di dunia maupun akhirat.
Bangsa-bangsa yang makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang hidup
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
2. Diridhoi oleh para malaikat
Malaikat selalu memberikan ilham, inspirasi dan bimbingan ke arah yang
positif kepada manusia, sebaliknya syaitan selalu membisikan hal-hal jahat dan
negative. Dengan ridho dari malaikat, pencari ilmu yang sungguhsungguh akan
cenderung kepada hal-hal yang positif.
Orang yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai
tanaman yang berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam
penampung air yang sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia,
binatang ternak dan untuk menyirami tanaman. Singkat kata orang yang berilmu
manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak hanya untuk dirinya, tapi juga
berguna bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.
Karena pentingnya ilmu itu, firman Allah yang pertama kali diturunkan
kepada utusan-Nya adalah perintah membaca. Membaca adalah salah satu metode
untuk memperoleh dan mempelajari ilmu. Membaca tidak terbatas pada tulisan yang
ada di dalam buku, akan tetapi membaca juga mengamati fenomena sosial dan gejala-
gejala alam. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, misalnya surat al-
Baqarah ayat 164: ‚sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada
pergantian malam dan siang, pada kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang
bermanfaat bagi manusia, dan pada apa yang diturunkan oleh Allah dari langit berupa
air (hujan) lalu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di bumi
itu bermacam-macam binatang, dan pada perkisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi, semua itu sungguh merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir‛. Oleh karena itu pada surat Yunus
214
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
ayat 101 Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan pengamatan
(observasi) terhadap gejala-gejala alam tersebut.
Ayat-ayat tersebut memberikan pemahaman kepada kita untuk senantiasa
belajar, dan menganalisa segala persoalan yang ada di sekitar kita. Dan sekaligus
membuka mata kita bahwa belajar itu tidak hanya dengan cara bergelut dengan buku
dan di bangku sekolah, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan cara menganalisa
fenomena-fenomena (gejala-gejala) yang ada di lingkungan kita.
216
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kedokteran, ilmuwan Muslim juga mencapai kemajuan. Dalam bidang ini dunia
mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya al-Qanun fi al-Thibbi diterjemahkan
ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman
Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa. Ar Razi (Razes) adalah
seorang jenius multi disiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof,
ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli
dalam filsafat. Maka tidaklah heran jika produser film
Robin Hood the Prince of Thieves menyisipkan adegan keterkejutan Robin Hood
dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor.
Sayangnya kejayaan ummat Islam di abad pertengahan itu hanyalah masa
lalu. Ummat Islam hanya bisa mengenang dan membaca sejarahnya. Hanya bisa
berbangga dengan kejayaan pendahulunya. Tetapi belum mampu berbicara banyak
dalam pentas dunia. Bahkan ketika ummat Islam mengabaikan perintah Allah yang
saru ini (ilmu) ummat Islam terperosok dalam jurang keterbelakangan, dan tidak
mampu bangkit dari ketertinggalannya.
Umat Islam semakin jauh dari ajaran agamanya, semakin jauh dari al-Quran
dan hadits Nabi, semakin jauh dari pengamalan para salaf al-saleh, mereka tidak
memahami bahwa menuntut ilmu dan menjadi orang berilmu adalah perintah Allah
dan perintah Nabi, sebagaimana halnya perintah shalat, sedekah dan yang lainnya.
Maka tidak ada alasan lagi bagi kita semuanya kecuali menggiatkan diri
dengan belajar dan menuntut ilmu. Menjadikan masyarakat Islam sebagai masyarakat
pencinta ilmu dan pembelajar adalah agenda izzah dan proyek kesalehan besar yang
harus ditunaikan. Karena kebangkitan ummat akan terwujud dengan kebangkitan ilmu
pengetahuannya.
Rangkuman
Islam bukanlah agama yang mengajarkan keimanan kepada kebesaran dan
kekuasaan Allah tanpa argument rasional. Karena itu Islam menganjurkan umatnya
untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam untuk memperoleh ilmu guna
menambah keyakinan akan kemahakuasaan Allah.
Orang yang berilmu ditempatkan pada derajat yang tinggi dan mendapat
keistimewaan seperti diiringi langkahnya oleh Allah berjalan menuju surga, diridhoi
oleh para malaikat, didoakan oleh makhluk-makhluk Allah yang lain, ditempatkan
lebih utama dibanding ahli ibadah, dan dijadikan pewaris para nabi. Untuk
mendapatkan keistimewaan itu, seorang yang mencari ilmu harus sabar dan tabah
menghadapi segala hambatan.
Ilmu telah mengantarkan umat Islam pada puncak kemajuan peradaban dan
kebudayaan di masa lampau, tetapi sekarang umat Islam tengah berada pada
kemunduran.
Tes Formatif:
Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c,
atau d, pada pilihan jawaban yang ada di bawah ini.
1. Manusia adalah khalifah Allah di bumi. Khalifah berarti:
a. Raja
b. Pemimpin
c. Wakil
d. Sultan
2. Malaikat dan jin diperintahkan untuk sujud (tunduk) kepada Adam, karena adam
memiliki kelebihan yang berupa: a. Iman yang kuat kepada Allah
b. Manusia pertama yang diciptakan Allah
c. Sabar dan taat menjalankan perintah Allah
d. Ilmu yang diajarkan Allah 3. Lengkapi hadis di bawah ini
ع ̋ل كل ف ُِرa. ف ُْرُ ض ع ̋ل كل مسلم طلب العلم
ضتمسلم ُ ُْي
d. ض ع ̋ل كل مسلم ومسلمت ُع ̋ل كل مسلم ومسلمت ف ُْر ف ُِرُ ُْيb.
ضت
c.
4. Kualitas hadis yang berarti ‚mencari ilmu adalah wajib atas setiap Muslim, adalah
a. Shahih
b. Hasan
c. Dlaif
d. Maudlu
5. Kelemahan hadis tersebut terletak pada:
a. Rawi
b. Sanad
c. Matn
d. Mukharrij
6. Meskipun hadis tersebut lemah, tetapi boleh diamalkan karena anjuran di
dalamnya termasuk: a. Amalan sunnah
b. Fadhail al-a’mal
c. Perbuatan terpuji
d. Sejalan dengan al-Qur’an
218
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
7. Dalam merespon perintah mencari ilmu, banyak tabi’in melakukan rihlah
ilmiyah, yaitu:
a. Karya wisata
b. Perjalanan jauh
c. Pergi ke negeri Cina
d. Perjalanan mencari ilmu
8. Siapa yang tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan ….
a. menjalani sisa hidupnya dalam kesulitan.
b. menghadapi bahaya kekafiran.
c. menjalani sisa hidupnya dalam kebodohan.
d. menjalani sisa umurnya dalam kegelapan.
9. Secara kelembagaan, perintah Rasulullah untuk mencari ilmu melahirkan:
a. Undang-Undang Pendidikan
b. Institusi-Institusi Pendidikan
c. Kode Etik Pendidikan
d. Adab Ta’lim wa Muta’allim
10. Yang tidak termasuk lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terbentuk di masa
klasik adalah: a. Madrasah
b. Kuttab
c. Halaqah
d. Observatorium
11. Hilangnya ilmu merupakan salah satu pertanda dari:
a. Akan datangnya jahiliyah modern
b. Merebaknya kemaksiatan
c. Adzab Allah yang disegerakan di dunia
d. Akan datangnya hari kiamat
12. Salah satu cara Allah menghilangkan ilmu adalah dengan:
a. Menjauhkan manusia dari majlis-majlis ilmu
b. Mewafatkan para ulama
c. Diangkatnya orang-orang bodoh menjadi pemimpin
d. Banyaknya fatwa tanpa dasar ilmu
13. Seorang alim lebih utama dari seorang abid, karena:
a. Seorang alim lebih dipuji oleh orang banyak dari pada seorang abid
b. Seorang alim lebih dirasakan manfaatnya oleh orang lain dari pada abid
220
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
70% - 79% = cukup
<70% = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2 terutama bagian yang
belum anda kuasai.
Daftar Pustaka
CD, Maktabah Syamilah
CD, Barnamaj al-Kutub al-Sittah
Cahaya Qalam, Islam dan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan, Google 7 Maret 2009
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terjemah oleh Affandi
dan Hasan Asari, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1994
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Dalam KB 2 ini anda akan mempelajari Hadis Nabi Muhammad saw tentang pahala
bagi orang yang menanggung hidup anak yatim dan uraian yang terkait dengan anak
yatim. Sebagai mahasiswa sekaligus guru yang akan mengajarkan kembali hadis ini
kepada siswa, anda dituntut untuk mampu menghafal Hadis yang pendek ini, dan
mampu mengakaitkannya dengan realitas kehidupan.
Silakan mulai belajar dengan membaca hadis di bawah ini, memahami arti
kata-kata penting, memahami terjemah Hadis kemudian membaca uraian berikutnya.
Hadis Nabi:
يف اجلَن َة س ََ َع َد ع َن النََ َي’ب صلى الل َو عَل َي َو و َسل َم
َ ب ع َس
ىَ َك َذا قا َل أان وَكاف َل اليتي َم َ ََ َن َه
ن َل-
َوقَا
َل
َوال َو َسطَى )رواه البخاري و ب َع الس اببة َ ص
َ أب
Arti kata-kata (الرتمذي َي
ْكاف ُْل اْليتيم و
= yang menanggung anak yatim
ىْ ْك ص ُْب
= seperti ini ْ ْب =
ْذ ْْ ا ْعيو
Terjemah Hadis:
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah saw bersabda: Saya dan orang yang menanggung
hidup anak yatim akan berada di surga seperti ini –Rasulullah bersabda demikian
dengan sambil merekatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR Bukhari dan
222
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Turmudzi)
1988) h. 258
224
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
lingkungannya. Ibarat kertas yang masih putih bersih, apa saja bisa digoreskan di
atasnya, tulisan yang indah, gambar yang elok, atau sebaliknya coretan-coretan yang
tidak jelas, maupun lukisan yang buruk dapat dituangkan diatas kertas tersebut.
Begitulah, setiap anak sedikit banyak terpengaruh oleh orang tua atau lingkungannya
di waktu kecil. Seorang anak yang dibesarkan oleh orang yang baik dan di lingkungan
yang baik, maka akan terbentuk pada dirinya kepribadian yang baik. Sebaliknya jika
dibesarkan oleh orang yang berkepribadian buruk dan tinggal di lingkungan yang
buruk, maka akan lahir darinya kepribadian yang buruk. Setiap anak memiliki karakter
khas yang merupakan hasil bentukan di masa kecil. Bisa berupa karakter yang baik,
bisa juga berupa karakter yang kurang baik. Bisa berupa karakter yang sulit diubah,
bisa juga karakter yang mudah sekali untuk diubah.
Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang orang tua akan berbeda dengan
karakternya dengan anak yang tidak atau sedikit mendapatkan kasih sayang orang
tuanya karena telah meninggal. Karena itulah kita sangat dianjurkan untuk mau
memberikan kasih sayang kepada anak yatim dengan berbagai cara sesuai dengan
kebutuhan mereka. Dalam hal ini harus disadari bahwa anak yatim adalah anak belum
menemukan pijakan yang utuh kepada siapa dia seharusnya menyandarkan kehidupan
dan mengharapkan kasih sayang. Oleh karenanya, dia perlu dihibur, dikuatkan
mentalnya, dan ditunjukkan kepada hakikat cinta dan kasih sayang yang bermuara
kepada Allah SWT.
Anak yang tidak atau jarang mendapatkan sentuhan kasih sayang, adakalanya
memiliki karakter yang kurang kondusif bagi kemajuan atau kesuksesan hidupnya di
masa depan. Salah satu penyebabnya adalah karena telah terbentuknya zona aman
(comfort zone) atas karakter yang telah tertanam pada dirinya sejak kecil itu. Sebagai
misal persepsi anak tentang sabar. Telah tertanam dalam dirinya bahwa apa-apa yang
dialaminya adalah bagian dari takdir Allah SWT yang harus diterima dengan sabar.
Namun karena penanaman yang kurang tepat, kesabarannya itu tidak berbuah pada
kegigihan/kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dia mengidentikan sabar dengan
pasrah atau nrimo yang berkonotasi pasif. Dan dia memiliki persepsi bahwa sabar itu
hanya dilakukan di kala menerima musibah saja. Padahal kapan pun, baik di kala
susah maupun senang, seorang hamba Allah dituntut untuk bersabar.102
Namun apakah anak yang kurang mendapat sentuhan kasih sayang orang
tuanya akan selalu tumbuh dengan kepribadian yang tidak mendorong pada
kesuksesan? Data empiris menunjukkan tidaklah selalu demikian. Hal ini dikarenakan
apa yang berpengaruh pada dirinya tidak terbatas dari kedua orang tuanya, melainkan
juga lingkungan hidupnya dan pendidikan yang diperolehnya. Sebaliknya kita
menyaksikan banyak anak yang tumbuh dengan belaian kasih sayang orang tua yang
"berlebih", malah tumbuh dengan kepribadian yang labil.103
Riwayat hidup Nabi Muhammad SAW yang ketika lahir sudah menjadi yatim
karena ayahnya telah wafat pada saat dia masih dalam kandungan ibunya, kemudian
6 tahun sesudah itu ibunya wafat menyusul kepergian sang ayah, adalah kisah yang
patut menjadi cerminan dan sumber motivasi. Dia hanya sebentar mendapat sentuhan
dan belaian kasih sayang dari ibunya, namun dia dibesarkan di tengah keluarga
102 Muhammad Rizqon, Ibu Bagi Anak Yatim, Multiply.com
103 Ibid.
104 Ibid
105 Sri Suhandjati Sukri, Ramadan Angkat Kaum Duafa, Google
226
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
fisik, disertai pula dengan komunikasi pribadi yang intens untuk memahami
kebutuhan psikologis maupun pengembangan bakat minat anak yang bermanfaat bagi
masa depannya. Yang termasuk dalam pengertian anak yatim, tidak hanya yatim
biologis (yang ayah/ibunya meninggal), tetapi ada pula yatim psikologis yakni yang
orang tuanya masih hidup, tetapi tidak pernah memberi perhatian atau kasih sayang
kepada anaknya, sehingga mereka telantar. Anak-anak semacam ini, belum mendapat
perhatian dari umat Islam sebagaimana yatim biologis.106
106Ibid.
107Koran Terbit, Jakarta 27 Januari
2007 11 Ibid
228
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
menjawab: ‚Syirik, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari
dari medan perang, dan menuduh zina terhadap orang-orang perempuan
yang menjaga kehormatannya‛.
ِى ِ ب
ِِلغ أحِسن ِتح ِِلا تِِ ه ِِِ إتِ ل
م الِ ِلام ِ ر
ِ ب ِ وا ولِ تِ ق
(152 : )األنعام...ِه
أشِ د
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat), hingga sampai ia dewasa…(al-An’am: 152)
230
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Keimanan terhadap agama Allah itu tidaklah dapat dinilai hanya dengan
shalat atau ibadah lain semata-mata, sebab Islam bukanlah agama kulit dan agama
232
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
108 Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008
Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam
kegiatan belajar 1 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian ‘yatim’ dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab!
2. Jelaskan berbagai upaya untuk menghapus derita anak yatim!
Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yang tidak mempunyai ayah
atau ibu karena ditinggal mati disebut ‚yatim‛. Tetapi menurut al-Khuly, yatim adalah
anak yang ditinggal mati ayahnya, dan kata yatim juga bisa dipakaikan untuk hewan
yang ditinggal mati induknya.
Kalau dalam Terminologi (istilah) Bahasa Arab dikatakan bahwa kata yatim
hanya diperuntukkan bagi anak yang ditinggal mati ayahnya, hal itu – sebagaimana
dikatakan al-Jurjani—dikarenakan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah, bukan
ibu. Karena itu pula anak binatang yang ditinggal mati induknya disebut yatim pula
karena induknyalah yang bertanggung jawab memberi makan kepadanya.
Di lingkungan tempat tinggal kita, sangat mungkin kita jumpai seorang atau
beberapa orang anak yang hidup sebagai yatim karena telah ditinggal mati ayah atau
ibunya. Anak yang mengalami nasib demikian tentu merasakan derita khususnya yang
timbul karena berkurangnya kasih sayang dan bimbingan. Karena itu menyayangi dan
memberi bantuan kepada anak yatim tidak terbatas pada anak yatim yang ditinggal
mati ayahnya, dan tidak terbatas pada pemberian bantuan materi. Anak yatim yang
ditinggal mati ibunya, meskipun ayahnya mampu memenuhi semua kebutuhan
materinya maupun pendidikannya, tetap perlu mendapatkan bantuan berupa kasih
sayang dan kelembutan.
Hal ini seseuai dengan doktrin agama Islam yang mengajarkan untuk sayang
kepada anak yatim dan memberi kepada mereka yang membutuhkan bantuan, baik
yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun hadits.
Tes Formatif
234
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat! 1. Tentang anak yatim, ada sebuah hadis yang menerangkannya sebagai berikut:
اَل َجن َة اليتي أان قا َو صلى َعل َس َع الن َع ََ َن س َه َل ب
َ
يف َم ََل وَكاف الل َو َي َع ن َي’ب َ
َسل َ
َل َو َد ن
َم
َوقا َل- ىَ َك َذا
َوال َو َسطى )رواه البخاري و ال ب ع َيو
َ ص
َ أب
Maksud hadis di atas adalah: (الرتمذي سباب
ََ
َة
a. Keutamaan memelihara anak yatim
b. Balasan surga bagi orang yang menanggung hidup anak yatim.
c. Kecaman terhadap orang yang mencelakai anak yatim.
d. Keharusan adanya kepedulian terhadap nasib anak yatim.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yatim didefinisikan sebagai anak
yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. tidak mempunyai ayah atau ibu karena ditinggal mati.
c. tidak mempunyai ayah karena ditinggal mati.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
3. Dalam pengertian lain menurut Al-Khuly, yatim adalah anak yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. ditinggal mati ayah atau ibu.
c. ditinggal mati ayahnya.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
4. Setiap anak lahir dengan membawa potensi-potensi sebagai berikut:
a. fisik dan psikis
b. fisik, psikis, moral, intelektual, dan spiritual
c. fisik, psikis, moral, dan intelektual.
d. fisik, psikis, moral, dan spiritual
5. Hal-hal yang berpengaruh dalam kehidupan seorang anak adalah:
a. pembawaan dan kehidupan orang tuanya.
b. lingkungan dan pendidikannnya.
c. kedua orang tuanya.
d. kedua orang tuanya, lingkungan hidupnya dan pendidikan yang diperolehnya.
236
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. wajar.
c. normal.
d. labil.
7. Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk bersikap lembut dan penuh perhatian
kepada anak yatim, yang digambarkan dengan: a. usapan atau belaian sayang pada
kepala anak.
b. memberikan makanan dan pakaian yang layak.
c. memberikan perlindungan fisik dan psikisnya secara memadai.
d. tidak mengardik dan menindasnya.
8. Dalam riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, beliau sudah menjadi yatim pada
saat:
a. masih dalam kandungan ibunya.
b. usia 6 tahun.
c. usia sebelum dewasa.
d. sepanjang hidupnya.
9. Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad saw dipelihara oleh:
a. Kakeknya yang bernama Abdul Muttalib.
b. Pamannya yang bernama Abu Talib, yang bekerja sebagai seorang pedagang.
c. Ikut dalam keluarga besarnya dari pihak bapak.
d. Ikut dalam keluarga besarnya dari pihak ibu.
10. Pada dasarnya yang mempunyai tanggung jawab dalam mengangkat harkat anak-
anak yatim di daerah tempat tinggalnya adalah:
a. pihak keluarga dari bapak.
b. seluruh kerabat dekat saja.
c. seluruh kaum muslimin
Dalam d. yayasan atau panti asuhan yatim piatu.
َ ت َويل ي َوَم الز َح
ف َوق َذ ََ َو ََأ َكلَ َما َل اليتي َم َوال potongan hadis berikut ini:
تَ صناَ ف املَ َح
َ
َ املََؤَمنا
َ َت الغافَل
(ت )رواه البخاري
adalah menggambarkan tentang:
a. yayasan atau panti asuhan yang memakan harta anak yatim.
b. memakan harta anak yatim termasuk dosa besar.
c. larangan memakan harta anak yatim.
238
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
15
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80%
anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
1. B 2.
B 3. C
4. B
5. D 6.
D
7. A 8.
A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. C
14. C
15. A
Kegiatan Belajar 3
KEUTAMAAN MEMBERI
240
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan yang
tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini jika diantara
teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk saling membantu,
segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi maka sikap individualis
dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan berakibat setiap orang tidak
peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.
Hadis Nabi:
َعَن َع َب َد الل َو ب َن ع َم َر أ ََن ر َسو َل الل َو صلى الل َو عليَ َو َو َسل َم قا
ى َو يذ َك َر َ َ َوَل َوىَ› َو على املََن رب
الي َد الع َليا خ َي َر َم َن الي َد ال:َ ن املَ َسأل َة
ع ص َدقةَ َوال َ َع
َ َ ال
َ َ
َس َفلى َوالي َد العلَيا املَنَ َف َقة ََ
ت ف
َ
ف
َ
سائلةَ )رواهََ س َفلَى ال
ََ َوال
Arti kata-kata: (مسلم
ْالي ُْد الع ْلي ا =Tangan yang di atas
=Yang meminta
Terjemah Hadis:
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, Rasulullah saw berada di atas mimbar
berbicara tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta kemudian beliau
bersabda: ‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang
diatas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta‛
(Hadis Riwayat Muslim)
Penjelasan Hadis:
Dalam hadis di atas, orang yang memberi digambarkan dengan tangan di atas,
sebaliknya orang yang meminta diibaratkan dengan tangan di bawah. Pengibaratan
seperti itu merupakan kinayah atau perumpamaan yang dapat dipahami secara
242
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
kepadanya secara otomatis tangannya berada di atas tangan pengemis atau pengamen
itu.
Akan tetapi sekarang ini kegiatan meminta atau memberi tidak selalu
berlangsung dalam interaksi fisik seperti itu. Misalnya pemberian bantuan uang
melalui pengiriman wesel, melalui rekening tabungan, bahkan pemberian bantuan
pulsa telepon yang tidak terlihat wujud barangnya dapat dilakukan dengan cara
memberitahu nomor voucher melalui kontak atau sms kepada orang yang akan
diberinya. Dalam interaksi meminta dan memberi seperti ini tentu tidak ada pertemuan
tangan peminta dan pemberi, tidak ada tangan yang di bawah maupun yang di atas.
Karena itu al-Nawawi memberikan penjelasan terhadap hadis itu dengan mengatakan
bahwa yang memberi lebih tinggi derajatnya dari pada yang meminta, demikian pula
yang tidak meminta-minta lebih tinggi derajatnya dari yang meminta-minta.109
Hadis diatas selain menganjurkan orang untuk memberikan sebagian hartanya
kepada orang yang membutuhkan, juga mengajarkan orang untuk mandiri, hidup
dengan usaha dan jerih payah sendiri, tidak menggantungkan hidupnya pada
pemberian dan bantuan orang lain. Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda:
()رواه البخاري
‚Dari Miqdam ra, Rasulullah saw bersabda: ‚Tidak ada seseorang yang
makan, yang lebih baik dari orang yang makan dari hasil usahanya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri.‛ (HR. Bukhary)
Keutamaan-Keutamaan Memberi
Selain pada hadis di atas, dalam beberapa hadis lain Rasulullah menjelaskan
keutamaan-keutamaan orang-orang yang memberi, di antaranya: "Allah Swt Maha
Dermawan dan menyukai hamba-Nya yang dermawan." (HR.
Baihaqi);
"Bersedekah dapat menghapuskan dosa." (HR. Bukhari);
"Bersedekah dapat mencegah datangnya musibah dan menghilangkan murka
Allah." (HR. Thabrani dan Baihaqi);
"Memberi dapat menghilangkan permusuhan." (HR. Tirmidzi, Ahmad);
"Memberi hadiah dapat menambah pahala." (HR. Ibnu 'Adi);
"Yang memberi dan menerima sama-sama mendapatkan pahala dan meningkatkan
kasih sayang." (HR. Thabrani)
244
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Ada tatacara (adab) dalam memberi dan menerima, sebaliknya ada juga
larangan-larangan dalam memberi dan menerima. Tata cara pemberian antara lain
sebagai berikut:
1. Pemberian yang paling utama adalah dalam keadaan sehat, takut miskin, dan
sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan (HR. Bukhari). Maksudnya
pemberian dari orang yang sebenarnya masih sangat berhajat kepada barang
yang diberikannya dan masih punya rencana untuk memanfaatkannya.
2. Pemberian yang kurang baik adalah ketika ajal sudah dekat, kemudian baru
memberikan harta atau menyedekahkannya (HR. Bukhari). Dengan kata lain
pemberian di saat dia sendiri sudah tidak membutuhkannya.
3. Pemberian hendaknya didahulukan kepada orang yang terdekat atau tetangga
yang terdekat pintunya dengan pintu rumah kita (HR. Bukhari, Muslim).
Rasulullah saw sangat menekankan terjadinya hubungan silaturrahmi diantara
orang-orang yang bertetangga. Beliau bersabda, siapa yang menyatakan
beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah berbuat baik kepada tetangga
dan tidak menyakitinya. Bahkan beliau menganjurkan agar memperbanyak
sayuran yang dimassak agar bias dibagikan kepada tetangga. Hubungan antara
tetangga yang baik akan memperkokoh hubungan ada komunitas yang lebih
besar lagi yaitu kampung, kemudian desa, lalu kecamatan dst sehingga akan
terbentuk bangsa yang memiliki solidaritas kuat, saling tolong menolong, tidak
memanfaatkan musibah orang lain untuk keuntungannya sendiri.
4. Pemberian sebaiknya diberikan secara rahasia, agar lebih selamat dari riya,
sehingga seolah-olah tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh
tangan kanan (HR. Bukhari). Ikhlas lillahi Ta’ala (hanya mengharap ridlo Allah
semata) adalah tuntutan mutlak dalam setiap amal yang dilakukan oleh seorang
Muslim, baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam bermu’amalah
dengan sesama manusia. Riya atau mengharap supaya orang lain melihat atau
memuji kebaikan yang dilakukan, merupakan syirik kecil yang merusak
keikhlasan. Karena itu, setelah memberikan sesuatu, tidak boleh hal itu
diceritakan kepada orang lain dengan maksud mendapat pujian
itu. Tetapi dalam rangka menjawab pertanyaan, atau memberi contoh kepada
yang lain, tidak termasuk riya.
5. Berikanlan kepada orang yang meminta-minta, walaupun meminta dengan
kata-kata kasar atau memaksa (HR. Muslim). Sekarang ini, karena semakin
banyak orang mengalami kesulitan ekonomi, makin banyak pula orang
meminta-minta bahkan dengan menempuh berbagai macam cara yang mungkin
mengganggu ketenangan dan kenyamanan. Ada yang sambil menyanyi atau
memutar nyanyian dari tape recorder, ada yang sendirian ada pula yang
beromongan, ada yang baca puisi, ada yang menggendong bayi, ada yang
merintih kesakitan atau terlihat sakit pada anggota badannya, ada yang
mengucapkan salam berkali-kali di depan pintu rumah, ada yang menyodorkan
list, dan ada pula yang menyampaikan proposal dsb. Kalau memang kita
mampu memberikan pertolongan, maka sepatutnya pertolongan itu diberikan
dengan tidak mempedulikan cara memintanya.
Adab Menerima
1. Hendaklah berterima kasih kepada orang yang memberi dan bersyukur kepada
Allah Swt."Barang siapa tidak pandai berterimakasih kepada manusia, ia tidak
pandai berterimakasih kepada Allah." (HR. Baihaqi)
Meskipun orang yang memberi itu ikhlas, tidak mengharapkan balasan apapun
dari yang diberi, alangkah baiknya bila yang diberi menyampaikan kata-kata
terima kasih atau dengan ungkapan-ungkapan lain yang memuji orang yang
memberi seperti ‚Ibu memang orang baik‛ dsb.
2. Hendaknya selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, jangan merasa kurang.
(HR. Ahmad, Baihaqi)
Sangat tidak baik apabila setelah mendapat pemberian, seseorang malah berujar
‚Loh, kok cuma sedikit‛. Kata-kata itu selain dapat menyakiti pemberi, juga
menunjukan ketamakan peminta.
3. Setelah diberi sesuatu disunnahkan mengucapkan kalimat:
ج ُزاُكُم هلال خُْي ˝را كث ُِي ˝ر اArtinya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang
banyak (HR. Tirmidzi). Doa seperti ini tentu akan membuat pemberi merasa
senang dan terdorong untuk memberi lagi di lain waktu.
4. Sebaiknya jangan meminta hadiah dari non Muslim. (HR. Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Hakim)
Sungguh pemandangan yang tidak menyenangkan sebagaimana dapat
disaksikan pada masa sekarang ini, apabila di saat orang-orang non Muslim
merayakan hari-hari besar mereka seperti Natal ataupun Imlek, banyak orang-
orang Muslim berkumpul di halaman gereja atau klenteng mengharapkan
hadiah-hadiah atau pemberian. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi
orang-orang Muslim yang mampu ataupun organisasi keagamaan Islam agar
lebih memperluas dan meningkatkan santunan kepada orang-orang Muslim
yang tidak mampu, dan agar lebih teliti menyalurkan dana zakat, infaq ataupun
sedekah supaya tidak jatuh ke tangan yang tidak berhak atau dialokasikan ke
pembiayaan-pembiayaan yang tidak penting.
5. Jika menyukai pemberian seseorang hendaknya kita makan, dan jika tidak suka
dapat disedekahkan lagi. (HR. Muslim, Abu Dawud, Hakim)
246
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Orang yang memberi tentu akan senang jika pemberiannya benar-benar
dimanfaatkan oleh orang yang diberinya. Akan tetapi mungkin saja terjadi
seseorang memberikan sesuatu kepada orang yang tidak benar-benar
membutuhkannya. Dalam hal ini, orang yang diberi tidak perlu menolaknya
akan tetapi dia dapat menerimanya dan kemudian dia berikan kepada orang lain
yang lebih membutuhkan. Dengan demikian pahala pemberian itu menjadi
berlipat ganda.
آيأيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم وَما أخرجناكم من الَرض وال تيمموا
(267 :)البقرة... اخلبيث منو تنفقون ولستم آبخذيو
Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagaian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang jelek-jelek lalu infakkan
(kepada orang lain) sedangkan kamu sendiri tidak mau
mengambilnya…(Al-Baqarah: 267)
248
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
5. Diharamkan memberi suatu sedekah dan diserta kata-kata yang menyakitkan
penerima. Perbuatan itu akan menjadikan pahala sedekahnya hilang
sebagaimana difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 264:
)264:)البقرة... يآأيهاالرين آمنىا التبطلىا صدقاتكم بالمن واألذيartinya: ‚Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima.
250
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
bersilaturahmi dan memberikan hadiah kepadanya. Jangan hanya kepada orang yang
kita sukai, atau yang sering berbuat kebaikan kepada kita.
Sekali-kali, kunjungilah orang yang benci dan menjauhi kita, berilah hadiah
yang berarti baginya. Hadiah yang kita berikan tidak harus selalu barang mahal, tapi
bisa pula yang sederhana tapi bermanfaat. Yang paling utama adalah suasana batin
dan keikhlasan kita dalam melakukannya. Itulah yang akan berbekas. Tidak akan
pernah rugi bila kita melakukan semua ini. Bila kita belum mampu beribadah dengan
baik, jarang tahajud, atau puasa sunnat, maka alangkah baiknya bila kita selalu berbuat
baik pada sesama. Allah pasti akan menolong kita. "Akulah ArRahman dan Ar-
Rahiim. Aku petikkan baginya dari nama-Ku. Barangsiapa yang menghubungkan,
niscara Aku menghubunginya; dan barangsiapa memutuskannya, niscaya Aku
memutuskan hubungan dengannya".
Rasulullah SAW pun dengan indahnya berpesan kepada kita, "Orang yang
pemurah itu dekat kepada Allah SWT, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan
jauh dari api neraka. Sedang orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari
surga, dan dekat kepada api neraka". Wallahu a'lam bish-shawab.
Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam
kegiatan belajar 2 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut: 1.
Jelaskan hadis tentang keutamaan memberi!
2. Jelaskan mengapa agama Islam mengajarkan untuk memberi kepada merek yang
membutuhkankan!
Rangkuman
Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau
bantuan oleh seseorang yang sedang mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun pasti
pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan yang
tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini jika diantara
teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk saling membantu,
segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi maka sikap individualis
dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan berakibat setiap orang tidak
peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.
Akan tetapi ada tata cara memberi dan menerima serta larangan-larangan yang
harus diperhatikan oleh setiap orang Muslim yang dermawan, murah hati dan gemar
memberi. Menurut Rasulullah saw, orang yang pemurah itu dekat kepada Allah, dekat
Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Hadis yang artinya ‘‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.
Tangan yang di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah
adalah yang meminta‛ diriwayatkan oleh: a. Bukhari Muslim
b. Bukhari
c. Muslim
d. Muttaffaq alaih. 2. Rasulullah pernah bersabda sebagaimana hadis
berikut:
252
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
c. sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan.
254
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. dibuang saja.
c. dapat disedekahkan lagi
d. menolak pemberian dari pada mubazir.
12. Jangan memberi sesuatu yang tidak kita sukai, demikian hadis riwayat Bukhari,
Muslim, dan Ahmad. Hadis ini didukung pula oleh ayat al-Qur’an dalam surat: a.
Al-An’am ayat 12
b. Al-Baqarah ayat 267
c. Ali Imron ayat 8
d. Al-Mujadalah ayat 15.
13. Pada dasarnya, hadiah, sedekah, maupun suap bermakna sama yaitu memberikan
sesuatu kepada orang lain. Hal yang membedakan ketiganya adalah:
a. wujud pemberian.
b. niat.
c. kedudukan si penerima.
d. status pemberi.
14. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan An-Nasai, Turmudzi, dan Hakim,
Rasulullah SAW bersabda bahwa memberi sedekah kepada orang miskin bernilai
satu, sedangkan sedekah kepada sanak keluarga:
a. memiliki dua keutamaan, yaitu sebagai sebuah sedekah dan sebagai penguat
hubungan kekerabatan.
b. sama saja keutamaannya.
c. mendapatkan anugerah berlebih.
d. memiliki pahala yang berlipat ganda.
15. Berikut ini adalah di antara fungsi hadiah, kecuali:
a. sebagai alat untuk mempererat persaudaraan antara dua pihak yang telah
bersaudara.
b. hadiah bisa mencairkan ketegangan antara dua pihak yang sedang
bermusuhan.
c. sebagai alat untuk memperoleh simpati dari musuh.
d. hadiah bisa menyambungkan kembali hubungan yang telah lama terputus.
Kunci Jawaban
Tes Formatif
1. A
2. C
3. D 4. D
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan modul selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80%
anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum anda kuasai.
Daftar Pustaka
Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, Tth).
Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008
Ahwadzi, Syarh Sunan al-Turmudzi, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Ali Ibn Muhammad al-jurjany, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Lmiyah,
256
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
1988) al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-
Hadis al-Syarif
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) edisi III, h.
Republika, Hadiah, 3 Maret 2005
Kegiatan Belajar 4
MAKNA TAKWA
Kata takwa yang sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Arab تـ ُقـ ُْىُي. Secara etimologis, kata ini merupakan derivasi atau kata
bentukan dari akar kata ق- ُُ ˝ وقـyang berarti memelihara atau menjaga. Kemudian
terbentuk dari akar kata itu, kata ُُ ُ ُ تـىُقـdan ُُ ˝ ا ُِتـقُُـyang berarti takut kepada
sesuatu.
Adapun secara terminologi, kata takwa memiliki banyak pengertian, sebagaimana
disebutkan oleh al-Jurjani. Menurutnya, kata takwa berarti ikhlas bila dikaitkan
dengan ketaatan kepada Allah, dan berarti meninggalkan dan menghindari
kemaksiatan. Takwa bisa juga berarti menjaga peraturan-peraturan syari’at dan
menghindari apa-apa yang menjauhkan diri dari Allah swt, dan dapat pula diartikan
meneladani Nabi saw dalam kata-kata maupun perbuatan.
Sedangkan imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa
berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga
dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri dari
perbuatan dosa. Dengan demikian maka bertakwa kepada Allah adalah rasa takut
kepadaNya dan menjauhi kemurkaanNya. Seakan-akan kita berlindung dari
kemarahan dan siksaanNya dengan mentaatiNya dan mencari keridhoanNya. Takwa
merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti keinginan
dan hawa nafsunya.
Berikut ini beberapa ungkapan para sahabat Rasulullah saw dalam
menggambarkan ketakwaan ekspresi ketekwaan seseorang:
1. Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin
Ka’ab tentang takwa. Lalu Ubai balik bertanya: Wahai amirul mukminin,
Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya.
Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti
dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya
ت قَات َو
َ ت قَواَ الل َو َح
ََ اdengan menyatakan bahwa sebenar-benar takwa adalah
َ
َق
taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.
Selain dari para sahabat Rasulullah, patut pula dicermati pendapat para ulama tentang
takwa. Antara lain:
1. Al-Qusyairy mengatakan bahwa takwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan,
dan hakekatnya adalah seseorang melindungi dirinya dari hukuman Tuhan
dengan ketundukan kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga diri dari
syirik, dosa, kejahatan dan syubhat.
2. Al-Nashr Abadzy menjelaskan bahwa takwa adalah waspada terhadap segala
sesuatu selain Allah. Siapa yang menginginkan takwa yang sempurna,
hendaknya menghindari setiap dosa.
3. Ibn ’Atho mengatakan: takwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi
lahirnya adalah pelaksanaan syariat, dan dimensi batinnya adalah niat dan
mujahadah.
4. Abu Hafs berkata bahwa takwa adalah sikap seseorang membatasi diri hanya
pada hal-hal jelas-jelas halal saja.
Hadis Nabi:
َ ات َق َح َي َك َن
ت َو صل َى الل َو
َ قا َل يل ر الل َرأَب ذ َعَن
َهلال ›ث َسل عل َي َو َسو َل ََ َو قا َل
َما َم
سن
َ
(َح )رواه الرتمذي س خبَلق
َ النا
258
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
سنةَ متَ َح
َ َسيئةَ احل
ََ َوأتب َع ال َ ه ا َو َخالق
Arti Kata-Kata: bertakwalah kepada Allah = ا ت ْق ال ْلdimanapun
kamu berada = ت
ْ ْح ُْكن iringilah =
يْث
ْما
Terjemah Hadis
Dari AbuDzar ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda: ‚Bertakwalah kamu kepada
Allah dimanapun kamu berada. Iringilah perbuatan yang jahat dengan perbuatan yang
baik, niscaya yang baik itu akan menghapus yang jahat. Pergaulilah manusia dengan
akhlak yang baik (HR. Turmudzi)
Penjelasan Hadis:
Al-Ahwadzi dalam menjelaskan hadis ini mengatakan bahwa takwa kepada Allah
adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban serta berhenti menjalankan segala
kemungkaran. Takwa harus ditegakkan baik dalam keadaan sepi ataupun ramai, dalam
keadaan senang maupun susah, sebab Allah Maha Mengetahui perbuatan-
perbuatanmu yang tersembunyi ataupun yang nampak oleh orang banyak. Karena itu
takutlah kepada Allah sebab Allah selalu mengawasimu. Apabila telah terlanjur
berbuat dosa maka segeralah melakukan kebaikan seperti shalat, sedekah, dan mohon
ampunan. Niscaya kebaikan itu menolak dan menghapus yang jahat. Ibarat penyakit
disembuhkan dengan obat, maka kejahatan akan hilang dengan kebaikan.
Setelah memerintahkan takwa dalam semua keadaan, Rasulullah menganjurkan pula
untuk mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, lemah lembut, solidaritas atau
merasakan kesusahan bersama. Dengan cara demikian manusia akan memperoleh
keberuntungan di dunia dan keselamatan di skhirat.
260
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
pula yang menyebabkannya masuk neraka, maka jawabannya sebagaimana tercantum
pada hadis berikut:
صلى الل َو عَل َي َو َو َسل َم ع َن أ َكث َر َما َ َ قا َل سئ َل ر َسو َل
َ َن أ َب ى›َ َر َي ر ة
ع
َس اجلَنة َ الل َو
َ ي َد خلَ النا
َ
َ َ َن أ َكث َر َما ي َد خلَ النا
س ف قَا َل ت قَ› َوى الل َو َو َح َس َن اخلَل َق َو َسئ َل عَ
ج
َ النا َرف قَا َل ال َف َم َوال َف َر
()رواه الرتمذي
‚Dari Abu Hurairah ra.,dia berkata: Rasulullah saw ditanya tentang apa yang
paling banyak menyebabkan orang masuk surga, maka beliau menjawab:
‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik’. Lalu beliau ditanya tentang apa
yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka, maka beliau
menjawab: ‘Mulut dan kemaluan’.(HR.Turmudzi)
Ayat-ayat di atas tidak menawarkan hal-hal yang aneh dan luar biasa. Ayat-ayat di
atas tidak untuk ditafsirkan bahwa kalau orang rajin salat lima waktu beserta sunah-
sunah rawatibnya, atau rajin shalat tahajud setiap malam dan shalat dluha setiap pagi,
nanti tiba-tiba dia dapat mengerjakan setiap soal ujian kelulusan sekolah, atau tiba-
tiba di bawah kasurnya akan ada sekarung uang. Ketiga ayat di atas mengisyaratkan
bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang mau berusaha mengatasi
permasalahannya, bukan orang yang berpangku tangan, pasrah pada nasib. Orang
yang bertakwa adalah orang berpikir positif dalam menghadapi urusan-urusan, bukan
orang yang lari dari tanggung jawab.
Perlu diketahui pula bahwa ayat-ayat tersebut berada pada rangkaian ayat
yang membahas persoalan cerai antara suami isteri yang memerlukan kecermatan dan
262
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
Tempat Takwa Adalah di dalam Hati
Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar
Allah Ta’ala: )32 َ َائ َر الل َو فإن َها َم َن ت قَ› َوى ال َقلو
:ب )احلج ك َوَم َن ي عظ َم ش ع
َ ذل
firman
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (al-Hajj: 32)
Sedangkan dalil dari hadits Nabi n tentang hal ini adalah sabda beliau:
َ َم َ َرا
ت( حبَ َس ص َدرَه ت قَ› َوى ىَ› َهنا وي
ََ تََ ت قَ› َوى ََ ال...
َ
ثَ )ثل َش َي ََ َر إىل ›َقَ› َوى ى
ب ا َمرى َء َم َن
َ ىَ› َهنا ال ال
َهنا ال
ََ
ش
’َر
س مل عَلى املَ َسلم ح َرا َم َد َ َم َو َ
َ َأ َن حي ق َر أ َخا َه املَ َسل َم ك ََل امل
( )رواه مسلم...ض َوَ َو َع َر
‚…Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau
mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah berbuat
jelek dengan merendahkan saudara muslimnya. Setiap muslim diharamkan
atas muslim lainnya dalam darah, kehormatan dan hartanya. (HR Muslim ).
Juga hadits Qudsi yang masyhur dan panjang dari Abu Dzar. Diantara isinya adalah:
ب ر َج َل َوا َح َ اي َعبا َدي ل َو أ ََن أ َ َول َك َم َوآ َخرَك َم َوإن َكان َعلى
َ َت َق ل
أ قَى س َك م و َجن َك م وا
َد َمن َك َم َما َ ََ َ
(ك يف َملَكي ش َيئا )رواه مسلم
َ زا َد ذل
Wahai hambaKu, seandainya seluruh kalian yang terdahulu dan yang akan
datang, manusia dan jin seluruhnya berada pada ketakwaan hati seorang dari
kalian tentulah tidak menambah hal itu sedikitpun pada kekuasaanKu. (HR
Muslim)
Dalam hadits ini ketakwaan disandarkan kepada tempatnya yaitu hati. Namun
walaupun ketakwaan adalah amalan hati dan adanya dihati, tetap saja harus dibuktikan
dan dinyatakan dengan amalan anggota tubuh. Siapa yang mengklaim bertakwa
264
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Itulah sebabnya Allah swt berfirman: )16
: )التغابن...فا ت قَوا هلالَ ما استطعتم
Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian…(al-Taghabun: 16)
Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam
kegiatan belajar 1 modul 5 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian takwa berdasarkan hadis-hadis yang ada!
2. Jelaskan berbagai perbuatan yang dikategorikan takwa!
Rangkuman
Kata takwa yang berasal dari bahasa Arab sudah lama digunakan bahkan
sudah menjadi kosa kata dalam Bahasa Indonesia. Kata takwa itu tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dalam Undang-Undang Hak
Asasi Manusia 1999, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan dokumen-
dokumen negara yang lain. Kata takwa juga sudah dilafalkan ribuan kali oleh anak-
anak sekolah ketika mereka membaca Dasa Dharma Pramuka.
Kata takwa jika dilekatkan kepada seseorang (yakni orang yang bertakwa / al-
Muttaqi dalam bahasa Arab) menggambarkan orang yang tunduk dan patuh kepada
Allah. Orang yang bertakwa selalu menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi
larangan-larangaNya. Dia selalu menjalankan ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat.
Dia berperilaku baik, jujur, lemah lembut kepada orang lain. Dia tidak menyakiti
kawan, tetangga maupun orang-orang yang tidak dikenalnya sekalipun. Dia tidak akan
bermaksiat, melanggar larangan Allah. Demikianlah gambaran orang yang benar-
benar bertakwa.
Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Di bawah ini merupakan pengertian takwa secara terminologi menurut Al-
268
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. hati dan perasaan.
c. mulut dan kemaluan.
ْ ص ْدرهْ )ثال
ث مرا ت( ب ْ ت قْوى ْْ ْ ُْهناْ ال. ْوى ى.ْت قْْ ْ ُْهنا ال.ت قْوى ىْْ ال21
ْ ْْ ْس
ب ْْ ْ ُْهنا وي ْش ْي ُْر إ ْل.ى
ْحرا ْم ْد ُْ ْم ُْو ْر أ ْن ْي ْْ ْْقْْر أ ْخاه ُْ امل ْسل ْم ُك ُْْل امل¹ا ْمرى ء ْم ْن الش
ُْ
)رواه...ْو ْوعر ُض
ُ ْ ْسلم ع ىل امل ْس ْل ْْم
(مسلم ُْ ُْْ
dalam hadis ini di samping menerangkan tentang ketakwaan, juga dijelaskan
bahwa setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya, kecuali
dalam:
a. darah.
270
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
b. kehormatan.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. D 2.
D
3. A
4. C
5. B
6. A
7. B 8.
C
9. C
10. D
272
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits
11. A
12.D
13. D
14. B
15. A
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80%
anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang belum anda kuasai.
274
| Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits