MODUL 1
AKIDAH DAN RUKUN IMAN
Penulis:
Dr. Zainal Arifin, M.S.I
Dr. Sangkot Sirait,
Hafidh ‘Aziz, M.Pd.I
DAFTAR ISI
Table of Contents
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
Rasional dan Deskripsi Singkat .......................................................................................... 4
Relevansi ............................................................................................................................... 4
Petunjuk Belajar ................................................................................................................... 4
GLOSARIUM ................................................................................................................ 86
PENDAHULUAN
Relevansi
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari Akidah merupakan perkara yang sangat
penting, karena ini berkaitan dengan Usul atau dasar dari agama islam. Kajian Akidah bertujuan
untuk memberikan bagaimana agama islam itu dibangun berdasarkan konsep keyakinan yang
benar dan sejalan dengan fitrah manusia, Akidah sebagai dasar dan substansi ajaran islam
menjadi dasar sekaligus menjadi ruanglingkup aktifitas seorang muslim baik dalam aktifitas
ibadah maupun sosialnya.
Kajian tentang Akidah Islam ini didasarkan pada dalil-dalil Naqli yang bersumberkan
pada Al-Qur’an dan Hadis serta didukung dengan dalil Aqli yang bersumberkan pada
rasionalistas akal manusia. Kedua sumber ini penting agar kajian Akidah Islam tidak hanya
terjebak pada kajian normatif tanpa dibuktikan dengan bukti-bukti rasional.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi sifat-sifat wajib bagi Allah, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian
yang menurut Anda sangat penting.
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. AKIDAH ISLAM
1. Definisi Akidah
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Malaikat Jibril pernah dating kepada
Rasulullah dengan menyerupai manusia dan bertanya tentang tiga hal yaitu Iman, Islam
dan Ihsan.
Tiga hal yang merupakan dimensi ajaran (syariat) islam, Keimanan merupakan
konsepsi akidah islam yang menjadi Usul (Dasar) dari agama Islam, sedangkan Islam
dalam penjelasan hadits tersebut menjelaskan domain Syariah dan atau Ibadah
Amaliyah yang didasarkan pada akidah, kemudian dari akidah dan ibadah tersebut bila
dilakukan dengan benar akan melahirkan Ihsan dan akhlak mulia yang merupakan misi
besar Rasulullah “ Innama Bu’itstu liutammima makarimal akhlak”.
Tiga hal tersebut bila dianalogikan maka ibarat pohon akidah (Iman) sebagai
akarnya, Islam (fiqih dan Ibadah) sebagaai batangnya dan ihsan sebagai bunga dan
buahnya.
Berdasarkan riwayat diatas Syariah dapat dibagi menjadi dua yaitu: I’tiqodiyah
dan ‘amaliyah.
Maka dari itu keimanan dalam pembahasan ini merupakan dimensi akidah.
Akidah secara Bahasa Akidah diambil dari kata al ‘aqdu yang merupakan bentuk
infinitive (masdar) darai kata ‘aqoda ya’qidu yang berarti mengikat sesuatu. Akidah
merupakan “amalun qolbiyun” atau keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan dia
membenarkan hal tersebut. Akidah mengikat hati seseorang dengan yang diyakininya
sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib disembah yang merupakan pencipta
dan pengatur alam semesta beserta isinya. Ikatan yang kuat tanpa ada keraguan
sedikitpun.
Sedangkan secara istilah aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus
diimani dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan
menerima sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau
secara sederhana aqidah islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab
Allah, Rasul-rasul
Allah, Hari akhir serta qada’ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman.
Akidah sebagai hal pertama yang harus diyakini seorang muslim ini menjadikannya
sebagai dasar atas praktek beragama seorang muslim juga menjadi dasar dari sahnya
amal seorang muslim, dalam kata lain benar atau sahnya suatu amal didasarkan juga
pada benarnya akidah.
permusuhan anatar umat islam. Lalu kemudian pada zaman tabiin ulama ahli hadits
Imam Abu Bakar Al –Baehaqi menyusun buku Syu::ab al-iman yang jumlah rukunnya
ada 77 , menurut ulama tabiin yang lain seperti Abu Hatim bin Hibban r, a beliu
berpendapat stelahnya meneliti seluruh ayat al-Qur an dan al-Hadits beliau berpendapat
bahwa jumlah rukun iman itu ada 79. . Oleh karena itu keimanan dalam agama Islam
merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun syariat Islam. Antara keimanan
dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya saling berkaitan erat, tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya seperti dua sisi mata uang. apabila akidah
dan syariat islamnya dilaksanakan secara sempurna maka akan melahirkan akhlaq yang
terpuji
2. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad (dengan kemampuan akal
yang sehat), sehingga mayoritas ulama pada zaman kemunduran dan perpecahan umat
isiam berpendapat bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah
dalam al-Qur’an sebagaimana firmanNya dalam Surah al-Baqarah: 177
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……
Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis
nabi, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab
أأن تؤمن ابهلل ومالئكته وكتبه ورسهل واليوم ا أخلر وتؤمن ابلقدر خريه ورشه
Artinya:
Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
rasulrasulNya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada qadar baik
maupun buruk.
Adapun dasar hadits yang dijadikan pedoman para Tabiin adalah sabda Rasulullah yang
diriwayatka oleh Bukhari dan Muslim “bDari Au Huraerah r.a dari Nabi saw bahwa
beliau bersabda: iman mempunyai 60 rukun atau/dan/kali70 rukun lebih mendzikirkan
kalimat “lailaha illallah sampai mengenal Allah adalah rukun iman yang paling awal/
tinggi,/utama dan rukun iman yang paling rendah adalah menghilangkan gangguan
yang terdapat di jalan atau di saluran air, malu berbuat dosa sehingga ia
meninggalkannya adalah bagian dari rukun iman “
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi
keimanan kepada Allah yang wajib dipatuhi. Dalam rangka mengubah kehidupan
manusia.dari yang belum sholeh menjadi shaleh dari yang belum madani menjadi
madani Nabi Muhammad saw. terus menerus menyeru manusia agar mempercayai
dengan sepenuh hati dan mengamalkannya denagn tulus ikhlash bahkan nikmat
mengamalkan rukun rukun iman tersebut sehingga melahirkan amal shaleh amal yang
berkwalitas dan berguna baik untuk diri seseorang atau untuk orang lain oleh karena itu
nabi Muhambad dan ummatnya bertugas dibumi ini untuk menyebarkan rahmat/kasih
sayang keseluruh alam baik yang lahir maupun yang batin, umat islam mengemban
amanah untuk menjadi umat teladan( wasatha ) dan harus ikut berpartisipasi mengawal
peradaban duni ini adalah merupakan tujuan iman umat islam secara sosial adapun butir
butir rukun iman selain yang enam, adalah; percaya sepenuh hati tanpa ragu terhadap
;7. Bangkit di alam kubur 8.padang mahsyar. 9. Surga dan neraka.10.mencintai Allah
11,hormat dan takut kepada Allah. 12 tawakkal kepada Allah setelahnya maksimal
berusaha dan doa 13 menghaujuarp ridla Allah 14, mencitai Nabi Muhammad15
menghormati Nabi16 setia pada Islam 17 menuntut ilmu 18 menyebarkan ajaran islam
19 memuliakan dan mencintai Al Qur an seperti nabi dan shahabatnya 20 suci jasmani
dari najis,suci ruhani dari sifat tercela, suci pebuatan dari dosa 21 iman dan amal sholeh
dilakukan karena Allah 22 jujur dll, mengikuti dan mentaati agama yang diturunkan
Allah merupakan tujuan utama beriman . adapun tujuan tujuan perinciannya secara
individu adalah ;
2. Akidah islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang
telah menyimpang
3. Akidah islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah
dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS.
Al-A’raf: 172
ايحَت َُ حوأَ ْشهح حد ْه َُ َِ عح ح ْ حبن َِ حءا حد مح ِمن ُظه ُِور ْ ِه َِ َِ ُذ ِذر ِ حك ِم ۢن ُّ حو ِا ْذ أَ حخ حذ حرب
حن ۛ أَن حت ُقو ُلو ۟ا
َّ ْحقالو ۟ا حب ح ىل ۛ حشهِِد
ُ ۖ َُ ْحلس ُت ِب حربِِذ ك ْ َىل أَن ُف ِ ِس ْ ِهم َِ أ
4. Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan
pertentangan di dalamnya.
1. Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah semata, karena Allah itu satu dan
tiada sekutu bagiNya
2. Memberikan Batasan kepada akal dan fikiran dari tindakan diluar petunjuk yang
menyebabkan kerusakan
3. Keteangan jiwa dan pikiran, sehingga jiwa tidak gundah dan pikiran tidak kacau
4. Selamatnya tujuan dan perbuatan manusia dari penyimpangan didalam beribadah
kepada Allah maupun dalam pergaulan dengan makluk
5. Keteguhan hati dan kesungguhan dalam segala urusan amal sholih
Akidah dan akhlak adalah bagian penting dalam syariat islam, keduanya
merupakan kesatuan dan memiliki hubungan timbal balik. Pola hubungan akidah dan
akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Akidah melahirkan Akhlak,
sebagaimana dijelaskan dalam kaitan Iman Islam dan Ihsan, akidah merupakan Usul
(dasar) yang menjadi Pondasi Amaliyah Ibadah maupun akhlak, oleh kerenanya Akidah
yang benar akan melahirkan akhlak yang baik. Terlebih lagi akidah sebagai konsepsi
keimanan tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, melainkan juga harus diikrarkan
dengan lisan serta diwujudkan dalam tindakan, maka ketika seorang muslim meyakini
bahwa Allah dan RasulNya harus lebih dicintai melebihi yang lainnya maka keyakinan
ini tidak cukup hanya di dalam hati tetapi harus diwujudkan dalam ucapan dan
perbuatannya. Oleh kerena itu seringkali Allah dalam al-qur’an selalu menghubungkan
antara iman dan amal sholeh.
Kedua, akhlak karimah menambah keimanan kepada Allah. Karena iman bisa
berkurang dan bisa bertambah, berkurangnya karena maksiat dan bertambahnya dengan
ketaatan, maka sudah seharusnya manusia meningkatkan keimanannya dengan
senantiasa taat kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang
salah satunya adalah akhlakul karimah, oleh karenanya dengan membiasakan kahlakul
karimah akan menambah keimanan kita karena kita taat dengan perintah Allah.
Iman kepada Allah adalah bagian terpenting dalam akidah islam. Iman kepada
Allah ini merupakan pesan dakwah Rasul yang pertama kali didakwahkan Rasulullah,
rasulullah datang menyampaikan wahyu menyeru manusia untuk beribadah
menyembah Allah semata, melarang segala penyekutuan Allah dengan suatu apapun
maka tradisi arab jahiliyah yang menyembah berhala ditolak oleh Islam.
Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu
dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu
satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupaiNya
suatu apapun termasuk dalam sifat dan asma’Nya inilah tauhid yang merupakan pokok
dari keimanan kepada Allah.
2. Tauhid
Asli makna tauhid adalah: keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu
bagiNya,
Secara Bahasa tauhid bentuk infinitif dari kata wahhada yuwahhidu tauhiidan
yang berarti mengesakan. lebih rinci lagi tauhid adalah ilmu yang membahas tentang
wujud Allah, sifat-sifat Wajib Allah, sifat yang Jaiz bagi Allah dan sifat sifat mustahil
bagi Allah yang harus dinafikan, serta membahas tentang Rasul dan ketetapan
risalahnya apa yang wajib bagi rasul, Jaiz dan apa yang tidak boleh ada pada Rasul.
Tauhid atau keesaan Allah adalah bentuk puncak dari pengenalan hamba
kepada Allah bahkan ketika Allah mengenalkan dirinya kepada makhlukNya adalah
mengenalkan bahwa Allah maha esa. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di
dalam surat al-ikhlas ayat 1 - 4.
Dalam surat al-ikhlas Allah mengenalkan dirinya sebagai dzat yang Maha Esa
(ahad). Kata Ahad yang digunakan dalam surat Al Ikhlas memiliki makna yang berbeda
dengan kata Wahid. Jika seseorang mendengar kata Wahid maka akan terlintas dalam
pikirannya 2 dan seterusnya atau terlintas dalam benaknya ketiadaan. Tetapi jika kata
Ahad yang dialami yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan Yang Maha Esag Maha
Esa. Tidak akan terbayang kecuali yang “satu ini” (Shihab, 2018: 34-35)
Karena pentingnya tauhid dalam syariat islam maka ilmu akidah disebut juga
dengan ilmu tauhid. Penamaan ilmu akidah dengan ilmu tauhid ini mengingat Tauhid
adalah bagian paling penting dalam akidah, karena membahas ke-Esaan Allah di dalam
Dzat maupun sifat Nya dalam menciptakan Alam semesta, dan Allah adalah satu
satunya tempat kembali dan akhir segala tujuan. Inilah tujuan besar diutusnya Nabi
Muhammad SAW.
Tauhid atau meng-Esakan Allah adalah misi dari para Rasul, setiap rasul diutus
untuk menyeru kaumnya kepada tauhid. Hingga nabi Muhammad saw diutuspun esensi
dari ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah tauhid. Tauhid sebagai esensi
dari islam mengandung arti bahwa setiap aktifitas manusia senantiasa berorientasikan
transcendental, mengharap ridho Allah semata. Dan sebagai pengalam keagamaan maka
tauhid menjadi inti dari aqidah islam (iman)
Di terangkan di atas bahwa tauhid adalah misi dari para Rasul, sehingga tauhid
juga merupakan landasan dari agama agama samawi, al-qur’an menjelaskan bahwa para
nabi dan rasul menyeru untuk meng-Esakan Allah, missal nya salam Q.S. al-A’raf (7):
59,65,73 dan 85. Serta masih banayak lagi lainnya. Al-qur’an dalam menerangkan
tentang tauhid dengan beberapa bentuk antara lain: Al-Qur’an mengabarkan tentang ke
Esaan Allah; al-qur’an menyeru untuk menyembah dan beribahadah hanya kepada
Allah semata; dalam al-Qur’an menerangka Perintah Allah (yang harus ditaati) juga
larangan-larangan Allah (yang harus dijauhi) serta kewajiban taat kepada Allah yang
hal ini adalah manifestasi dari nilai tauhid; serta dijelaskan didalam al-Qur’an balasan
bagi Ahli Tauhid maupun orang yang melenceng dari tauhid.
ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu kalam, hal ini karena masalah yang paling
masyhur yang menjadi perbedaan pendapat di antara para ulama adalah permasalahan
tentang kallamullah apakah baru atau Kodim. Atau karena ilmu ini membangun
argumentasinya dengan dalil rasional akal.
Tujuan akhir dari ilmu tauhid adalah makrifatulloh dengan segala sifat-sifatnya
yang wajib dan mensucikan dari sifat-sifat yang mustahil bagi Allah serta membenarkan
para Utusan utusan Allah dengan penuh keyakinan yang dapat menentramkan jiwa yang
bersandar pada dalil tidak hanya sekedar taqlid.
Arti kata Rabb, merupakan bentuk infinitive (Masdar) dari kata Rabba
Yarubbu yang berarti, sesuatu yang tumbuh dari satu kedaan menuju keadaan yang
sempurna. Jadi pengertian Rabb adalah Allah menciptakan makhluk dengan Fitrah
Tauhid dan mengenal Tuhannya. QS. Ar-Rum: 30,
الت َِ حف حط حر أ لناا حس ِ حفأ َّق َِ ْم حوح ْج َْ حك ِل ذ ِل َِ ِين ححنِيفًا ۚ فِ ْطح ر حت أ ال ِل ََِ أ
ذي َِ َِ حوحلَٰ ِك ان
ُّ حذ ح ِل َِ أ ذ ِلَ ُين أ ل ْقح ِ عحلحي َْحا ۚ حل حت ْب ِدي حل ِل
َٰ ۚ ََِ حخلق َْ أ ال ِل ْ
ِِ أَكْ ح حث أ
لنااس حل حي ْعلح ُمو ح ن
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui,
ايحتَ ْم حوأَ ْشهح حد ْه َُ َِ عح ح ُ حبن َِ حءا حد مح ِمن ُظه ُِور ْ ِه َِ َِ ُذ ِذر ِ حك ِم ۢن
ُّ حو ِا ْذ أَ حخ حذ حرب
حن ۛ أَن حت ُقو ُلو ۟ا
َّ ْحقالو ۟ا حب ح ىل ۛ حشهِِد
ُ ۖ َُ ْحربذك ِ حلس ُت ِب ْ َىل أَن ُف ِ ِسهِ ِْم أ
Pengakuan atas ke Esaan dan Rububiyah Allah adalah Fitrah manusia, dan
sebaliknya Syirik merupakan sesuatu yang baru (bukan fitrah Manusia). Jadi
seandainya Fitrah manusia ini tidak terpengaruh hal-hal yang menyimpang pasti
akan mengarah pada Tauhid sebagaimana ajaran yang dibawa Rasulullah, akan
tetapi karena Pendidikan dan lingkungan yang menyimpang dari ajaran islam
sehingga merubah arah fitrah manusia mengikuti Pendidikan atau lingkungannya.
Demikian disampaikan oleh Rasulullah SAW:
حفأبح حوا ُه ُي َُح ِذو،َُُ حح ِات ي ُع َْر ح ِب حع ْن ُه ِل حسانه،محو ْلو َُ ٍد ْيو َُح ُلَ عحح ل ا ِلف َْ ْط حر ِة
ْ َُ َُ ُّك
ذج حسا ِن ِه
ِ ِ حص َِا ِن ِه أَ ْو ي ُمح
ِ حدا ِن ِه أَ ْو ينُح ذ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka
kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani)
Makna Tauhid Rububiyah
Allah juga pemberi rizki kepada setiap makhluk manusia atau lainnya QS
Hud 6,
ْ حوحام ِمن حدااب ٍة ِ ِف َِ أ ل َْ ْر ِض ِاال عح حل أ ال ِل ََِ ِر ْزقُهحا حوحي ْع ح ُلَ ُم ْس حتقح ار هحا حو ُم ْس
حتو
حد حعهحا ۚ كٌّ َُ َُ ِف َِ ِك حتَٰ ٍب ُّمبِ ٍِيي
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh).
serta meyakini bahwa Allah adalah raja dari segala raja yang mengatur alam
seluruhnya, maha kuasa atas segala sesuatu QS. Ali Imran 26-27.
حل َِ ِم امن
ْ َُْ قُ ِل أ لالهُا م محَٰ ح ِل َِ أ مل َُْ ِل َْ َِ ت ْؤ َُ ِت َِ أ مل َُْح ْل َِ محن حت حشا ُء حوحتزن ِع َُ أ مل
حت حشا ُء حوت ُّع َِ ُّز محن حت حشا ُء ح وت ُّذ َِ ُّل محن حت حشا ُء ۖ ِب حي ِد حك أ ل حخ ْ ُْري ۖ ِان حاك عح ح
ۖ ُتول ِ ُج أ اليْح ل ِ ِف َِ أ ل َّاَّن ِار حو ُتول ِ ُج أ ل َّاَّنا حر ِ ِف َِ أ اليْ ِل. 62 حقدي ر
ِ حشَ ٍء ِ ىل
ْ َُ َُ ذك
ۖ حح ذ ِى
ْ ذي حت ِم حن أ ل ْ حح اى ِم حن أ ل ْمح ذي ِ ِِت
ِ حوت َُ َُ ِر ُج أ ل ْمح ْ حوت َُ َُ ِر ُج أ ل
ْ
حوحتر ُز ُق محن
ْ
27 حساب
ٍ ِ ْ ِ حت حشا ُء ب
ِغحري ِ ِح
b. Tauhid Uluhiyah
Arti kata ilah,yang terdiri dari tiga huruf Hamzah, lam dan ha’ dalam
mu’jam al-lughoh memiliki arti antara lain:
Dalam kaidah Bahasa arab kata yang memiliki materi (huruf yang
membentuknya) yang sama maka memiliki keterkaitan diantaranya. Begitu juga
dengan kata-kata di atas jika diamati memiliki keterikatan makna bahwa tuhan
adalah tempat kita merasa aman dan tentram untuk meminta pertolongan dan
perlindungan kepadaNya yang kita cintai, rindukan dan disembah. Maka makna
laailaha illallahu menganduk makna tersebut.
أ ال ِيح ن حت حت حوفاىهى ُم َُ أ ل ْمحلحَٰ ِئ حك ُة حط ذي ِ ِِب ح ۙ حي ُقو ُلو حن حسلحَٰ م عحلح ْي ُك َُ أ ْدخ ُُلو ۟ا أ ل
محلو ح ن ُ ْجحنا حة ِب حام ُكن ْت َُ َُ حت ْع
Artinya: (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para
malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah
kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".
4. Sifat Allah
Salah satu bentuk perwujudan dari iman kepada Allah adalah percaya akan ke-
Esaan Allah dalam Asma’ dan SifatNya, yaitu bahwa tidak ada suatu apapun yang
menyerupai Allah baik dalam Wujud, Dzat maupun SifatNya.
Tabel.1
Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah Swt.
Sedangkan Sifat jaiz Allah Swt. berarti sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak terikat
oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi Allah
Swt. Sifat jaiz bagi Allah Swt hanya satu, yaitu: حتر ُك ُه ْ ذك َُ َُ ُم ْم كِ ٍن
ْ حاو ِ فِ ْع ُل
(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu yang
mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk meninggalkannya.
Sifat jaiz bagi Allah Swt dijelaskan dalam salah satu firman-Nya, Q.S. al-
Qashash [28]:
حار ََُ حام حك حن حله ُم َُ أ لِ َۡ ح حري ُةۚ ُس
ُ حَت ۡ حَ ُلق َُ حام حي حشا ُء حو ُّ حوحرب68
ۡ حك
٦٨ ۡب ححَٰ حن أ ال ِل ََِ حوحت حعَٰ ح ىل ح اعا ُيش َۡ َۡ ِك َُو حن
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka
(manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.”
Rangkuman
1. Akidah merupakan konsep keimanan yang menjadi dasar akidah islam, yang terkait
dengan dua aspek lainya yaitu Islam dan Ihsan, membentuk satu kesatuan utuh ajaran
agama islam. Maka makna Akidah adalah: sesuatu yang pertama kali harus diimani
dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima
sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana
aqidah islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul
Allah, Hari akhir serta qada’ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman
2. Antara akidah dan akhlak memiliki hubungan yang saling terkait, yaitu bahawa akidah
sebagai dasar ajaran islam menjadi dasar sekaligus melahirkan akhlak islam, sebaliknya
menghiasi diri dengan akhlak islam akan mempertebal keimanan sebagai unsur akidah.
3. Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu
dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu
satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupaiNya
suatu apapun termasuk dalam sifat dan asma’Nya inilah tauhid yang merupakan pokok
dari keimanan kepada Allah
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Akidah dan Iman Kepada
Allah. agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1,
buatlah peta konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih
mudah dipahami.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
a. Menyatukan
b. Menunggalkan
c. Menetapkan
d. Menentukan
b. diterima hati
c. diikuti hati
d. diragukan hati
.5 (180 وهلل األسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في أسمائه سيجزون ماكانوا يعملون )األعراف
a. Rububiyah
b. Uluhiyah
c. Mulkiyah
d. Asma wa sifat
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda dipersilakan mempelajari kembali
Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang kurang Anda kuasai.
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. IMAN KEPADA MALAIKAT
1. Pengertian malaikat Allah
Kata ‘malaikat’ berasal dari kata malak, bentuk jamaknya adalah malaikah.
Kata malak memiliki arti ‘risalah’ atau ‘mengemban amanat’. Dari makna tersebut
malaikat berarti utusan Allah yang dengan patuh dan tunduk mengemban semua amanat
Allah yang diberikan kepadanya. Malaikat termasuk makhluk Allah yang bersifat ghaib
yang tercipta dari substansi cahaya dan ruh yang berfungsi dan bertugas sebagai
perantara antara Tuhan dan alam nyata. (sirait, 2013: 69) Hanya Allah yang dapat
mengetahui hakikat malaikat (QS. an-Naml (27): 65).
(QS. at-Tahrim (66): 6). Dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa malaikat itu
tetap mematuhi perintah Tuhan dan tidak pernah membantah perintah yang dibebankan
kepadanya.
Dalam beberapa ayat Al Quran menggambarkan sifat dan tugas malaikat antara
lain: a. malaikat senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah, b. diantara Malaikat ada
yang bertugas menyampaikan wahyu, c. disebutkan juga bahwasanya malaikat
membantu dalam pertempuran, d. ada di antara malaikat yang menyampaikan berita
gembira terhadap orang beriman bahwasannya dia akan masuk surga, e. Malaikat akan
dating membantu orang yang sabar dan bertakwa, f. Malaikat Juga digambarkan
sebagai tantara yang tidak terlihat, g. Malaikat Juga disebutkan sebagai pengiring
manusia, dan lain sebagainya (Sirait, 2013:70-71)
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kokoh bahwa Allah memiliki
malaikat yang diciptakan dari cahaya, tidak pernah berma’siat kepada Allah dan
senantiasa menjalankan perintah Allah, senantiasa bertasbih kepada Allah siang dan
malam tanpa berhenti. Tidak ada yang mengetahui jumlah pastinya kecuali Allah, yang
mengemban tugas yang berbeda beda.
Dari jumlah malaikat yang banyak tersebut ada sepuluh yang hendaknya
diketahui oleh seorang muslim beserta dengan tugas tugasnya. Adapun di antara
tugastugas malaikat adalah membagi rizki, menyampaikan wahyu, mencabut nyawa,
dan lain sebagainya. Ada sepuluh malaikat yang wajib kita ketahui dengan tugas-tugas
khususnya, yaitu:
1. Malaikat Jibril, tugasnya adalah menyampaikan wahyu kepada para Nabi.
2. Malaikat Mikail, tugasnya membagikan rezki.
3. Malaikat Israfil, tugasnya meniup terompet pada hari akhir sebagai tanda datangnya
qiyamat.
4. Malaikat Izrail, tugasnya mencabut nyawa.
5. Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal baik manusia. 6. Malaikat Atid, tugasnya
mencatat amal buruk manusia.
7. Malaikat Munkar, tugasnya menanyai manusia di alam kubur.
8. Malaikat Nakir, tugasnya menanyai manusia di alam kubur.
9. Malaikat Malik atau Zabaniyah, tugasnya menjaga neraka.
10. Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga surga.
ُ حكِتِِ ِه حو ُك ُت ِب ِه
"حور ُس ِ ِهل حوال ح ْي ْو ِم الْ ِخ ِر حفقحدْ حض ال حضالل حب ِ ِعيد ًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya
QS. Al-Baqarah(1): 97-98
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orangorang yang beriman.
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
tentang hal ini. Untuk membantu kalian dalam hal ini, akan dikemukakan beberapa
hikmah tersebut, yaitu:
1. Seseorang akan terhindar dari keragu-raguan tentang kitab suci yang diberikan
Allah Swt. kepada para nabi, karena diyakini bahwa semua itu berasal dari Allah
Swt.
2. Seseorang akan terhindar dari keputusasaan, karena para malaikat senantiasa
memberikan semangat dan dorongan kepadanya, baik dalam bentuk pemberian
rizki, rahmat, memohonkan ampunan, dan memberi kabar gembira.
3. Seseorang akan menjadi lebih berhati-hati dalam berbuat, karena ada malaikat yang
mencatat semua perbuatan yang dikerjakan.
B. IMAN KEPADA HARI AKHIR
1. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir.
Satu diantara rukun iaman adalah iman kepada hari akhir, iman kepada hari akhir
merupakan aspek akidah dan terkait dengan iman kepaga yang Ghaib.
Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah Hari kiamat, hari dimana manusia
dibangkitkan dari kuburnya untuk dilakukan perhitungan amalnya dan diberikan
balasan perbuatannya, jika perbuatannya baik dibalas baik (pahala) jika perbuatannya
jelek dibalas jelek (dosa dan siksa) yang selanjutnya dari perhitungan amal tadi
ditentukan balasannya apakah surga atau neraka.
Oleh karena itu Iman kepada Hari Akhir ini setidaknya meliputi tiga aspek
penting yaitu: Al-Ba’tsu (Dibangkitkan dari kubur), Al-Hisab wal Jaza’ (Perhitungan
Amal dan Balasannya), serta Al-Jannah wa an-Nar (surge dan neraka). Hari akhir
disebut juga dengan hari kiamat atau Yaumul Ba’ats (hari Kebangkitan) Yaumul
Mahsyar yaitu (hari dikumpulkannya manusia dipadang Mahsyar) disebut juga Yaumul
Mizan (hari pertimbangan Amal) atau disebut juga Yaumul Hisab (hari perhitungan
amal hari akhir) disebut juga dengan Yaumul jaza (Hari pembalasan). (Sirait: 2013)
Orang yang tidak beriman seringkali bertanya adakah kehidupan setelah
kematian? ini adalah pertanyaan yang selalu timbul dalam pikiran manusia bahkan
inilah soal yang telah dicoba dipecahkan oleh manusia sejak dia pandai mempergunakan
akal pikirannya bukan saja dalam pemikiran agama tetapi juga dalam dalam pikiran
filsafat Adakah nyawa yang dipunyai seseorang akan hilang begitu tubuh manusia mati
dan masuk dalam kubur diskusi tentang hilangnya nyawa Bersama hilangnya tubuh atau
ke kanan nyawa adalah diskusi yang sangat tua dan sangat sulit kiranya mengkaji hal
ini Jika seseorang hanya menggunakan kekuatan piker Semata.
menghindarkan diri dari perbuatan buruk karena kita sadar bahwa nanti kita akan
dituntut di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita.
Hari kiamat yang kita yakini pasti akan datang digambarkan oleh beberapa
penulis merupakan peristiwa yang sangat dahsyat sebagaimana juga dilukiskan di dalam
al-quran surat At Takwir ayat 1 sampai 7 yang artinya kurang lebih:
dipersatukan
maka dari ayat tersebut dijelaskan menurut Jamaluddin bahwa kehancuran total
Apa yang disebut dengan kiamat dimulai dengan berkontraksinya alam semesta kalimat
apabila matahari digulung menggambarkan saat alam semesta mulai mengerut sehingga
galaksi galaksi saling mendekat termasuk tata surya saling bertumbukan sehingga jatuh
menimpa satu sama lain alam semesta semakin mengecil hingga akhirnya kembali
menjadi satu kesatuan seperti awal penciptaannya yang dalam dunia sains dikenal
dengan sebutan Ikram atau keruntuhan besar sebagai kebalikan dari Big Bang yaitu
ledakan besar yang menjadi awal tercipta terciptanya alam semesta.
Dahsyatnya hari kiamat juga digambarkan dengan gunung-gunung yang
dihancurkan betapa mengerikan menggambarkan gunung dihancurkan sementara kita
melihat gunung Meletus saja sudah membawa akibat yang luar biasa sedangkan di hari
akhir nanti gunung-gunung tidak hanya satu tidak hanya Meletus tetapi dihancurkan
gunung yang menjadi pasak dari bumi dihancurkan sehingga bumi kehilangan
keseimbangan nya yang akhirnya ikut hancur karena ya itulah gambaran dahsyatnya
hari kiamat.
Kiamat yang digambarkan demikian Dahsyat ini berakibat pada musnahnya
seluruh makhluk. Di antara manusia yang ingkar dengan hari akhir mencoba
menyanggah kebenaran hari akhir sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di dalam
surat Yasin 36 ayat 78-83
ُ ِان حاما أَ ْم ُر ُهۥ ِا حذا أَ حرا حد حش ْيـ ًٔا أَن حي ُقو ح ل ح ُلَۥ ُكن حف حي ُك
ون
Artinya: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
pertama, keberadaan kembali sesuatu setelah kepunahannya adalah bisa atau mungkin
karena menghimpun sesuatu yang telah berpisah pisah atau mengadakan sesuatu yang
tadinya belum pernah ada lebih mudah dari pada mewujudkan yang pertama kali,
meskipun sesungguhnya bagi Allah Tidak ada istilah lebih mudah atau lebih sulit karena
jika Allah menghendaki maka Allah berkata “jadilah! maka jadilah, Kedua, kehadiran
atau wujud sesuatu dari sumber yang berlawanan dengan nya mungkin terjadi
Bagaimana terciptanya api dari daun hijau (yang mengandung air). hal ini
diinformasikan oleh ayat yang berbunyi “yang menjadikan untukmu api dari kayu yang
hijau”, Ketiga, menciptakan manusia dan menghidupkannya setelah kematiannya lebih
mudah bagi Allah daripada menciptakan alam raya yang sebelumnya tidak pernah ada
hal ini dapat dipahami dari firman Allah dan tidak kah tuhan yang menciptakan langit
dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu, keempat, untuk
menciptakan dan atau melakukan sesuatu betapapun besar dan Agungnya ciptaan itu
Bagi Tuhan tidak diperlukan adanya waktu atau materi ini jelas berbeda dengan
makhluk yang selalu membutuhkan keduanya hal ini bisa dipahami dari firman Allah
jadilah maka terjadilah. (sirait, 2013:245-246)
Maka iman kepada hari akhir ini menjadi salah satu pembeda antara orang
mukmin dan orang yang tidak mukmin. Orang yang beriman yakin dengan kehidupan
setelah kematian.
Sebagaimana telah dibahas dalam pembahasan iman kepada malaikat, salah astu
malaikat Allah ada yang bertugas meniup sangkakala, tiupan pertama adalah sebagai
tanda kiamat dimana semua makhluk binasa. Sedangkan pada tiupan kedua manusia
yang telah meninggal dunia dibangkitkan dari kuburnya.
Aspek keimanan yang masuk dalam lingkup iman kepada Hari akhir yang
pertama adalah Al-Ba’tsu. dimaksud dengan Al-Ba’tsu adalah dibangkitkannya
manausia dari kematian di hari kiamat kelak.
Kebangkitan dari kematian pada hari kiamat kelak atau yang disebut dengan
Al ba’tsu, adalah benar adanya yang didasarkan dari dalil-dalil Alquran as-sunnah serta
ijma’ para ulama.
Para ulama bersepakat tentang kebenaran hari akhir juga kebangkitan manusia
dari kuburnya di hari akhir kelak.
Hal kedua yang terkait dengan iman kepada hari akhir adalah iman dengan
hisab dan jaza’, yaitu perhitungan amal perbuatan manusia dan pembalasan atas
perbuatan-perbuatan manusia. Hal ini juga benar adanya didasarkan pada dalil-dalil
dari Al-quran sunnah serta ijma’ para ulama.
Hal ketika yang juga berkaitan dengan iman kepada hari akhir adalah percaya
tentang adanya surga dan neraka sebagai tempat kembali yang abadi bagi makhluk.
Surga adalah tempat dari segala kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah bagi
hamba-hambanya yang Mukmin yang bertaqwa yang beriman dengan segala sesuatu
yang wajib diimani serta senantiasa taat kepada Allah dan rasulnya ikhlas karena Allah
mengikuti Rasulullah di dalamnya ada bermacam-macam kenikmatan kenikmatan yang
belum pernah dilihat oleh mata belum pernah didengar oleh telinga bahkan belum
pernah terbersit dalam hati manusia.
Sedangkan Neraka adalah tempat yang berisi dengan siksa yang dijanjikan dan
disediakan Allah bagi orang-orang kafir orang-orang obrolin orang-orang yang
mengingkari Allah dan dan menentang Rasul Nya di dalamnya bermacam-macam siksa
siksa yang belum pernah terbesit dalam hati manusia.
Disamping tiga hal yang disebutkan di atas ada beberapa hal yang terkait
dengan iman dengan hari akhir yaitu iman dengan segala sesuatu yang terjadi setelah
mati diantaranya adalah:
1. fitnatul qobri atau fitnah kubur yaitu pertanyaan kepada mayit setelah dikuburkan
tentang siapa Tuhannya Apa agamanya dan siapa nabinya makalah menetapkan
bagi orang-orang yang beriman dapat menjawab pertanyaan tersebut dan
mengatakan Allah Tuhanku Islam agamaku dan Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam nabiku sementara orang-orang yang dholim dan orang-orang kafir tidak
akan mampu menjawab atau menjawab tidak tahu sedangkan orang-orang munafik
menjawab tidak tahu aku pernah mendengar orang mengatakan sesuatu lalu aku
bunuh.
2. siksa dan nikmat kubur. Adapun siksa kubur diberikan atau untuk orang-orang
yang zalim orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Sedangkan nikmat kubur
diberikan kepada orang-orang Mukmin.
Maka sesungguhnya iman kepada hri akhir ini meliputi iman kepada segala hal yang
akan terjadi kelak setelah manusia meninggal, bahwa ada kehudupan setelah kematian
dan ada urut-urutan kejadian di dalamnya. Urutannya dimulai dengan kematian
manusia.
1. Mati.
Kematian adalah fase pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat. Kematian
adalah suatu yang pasti dan tidak dapat di hindari:
.[185 :ا ُّلَ ن ح ْيا ِاال محتحا ُع الغ َُْ ُر ِور{ ]أل عران
Mati adalah berpisahnya Ruh dari raga, berpisahnya anak dari orang tua dan dunia
yang fana ini.
2. Kubur
Setelah manusia meninggal maka dikuburkan, dimpat yang sempit dan gelap gulita.
Di dalam kubur orang yang meninggal akan ditanya sebagaimana telah diterangkan
pada pembahasan sebelumnya, juga didalam kubur ada nikmat qubur bagi orang
mukmin yang beramal sholeh, sebaliknya orang yang kafir akan mendapatkan siksa
qubur.
3. Al-Ba’tsu wal Hasyru (Dibangkitkan dan dikumpulkan)
Telah diterangkan sebelumnya iman kepada hari akhir di dalamnya meliputi pula
kayakinan tentang kebangkitan kembali. Yakni setelah kiamat terjadi maka
manusia akan dibangkitkan (dihidupkan) kembali inilah yang disebut al-Ba’tsu.
Kemudian dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan seperti ketika
dilahirkan, tanpa pakaian tanpa alas kaki. Inilah al-hasyru.
َِ حومحن ِ ِف
ْ محن ِف َِ ال اس حام حو ِات ُّ َِ }ح و ُّنف َِ حخ ِ ِف:قال تعاىل
ْ الص ِور حف حصع ِ حق
محن حشا حء ا ال ُّلَ ُاث َُ ُّنف َِ حخ فِي ِه أُخْ حرى
ْ ال َْ ْر ِض ِاال
.[2 ،1 :]احلج
4. Al Hisab (Perhitungan Amal)
Setelah dikumpulkan maka dilakukan perhitungan amal dan pembalasan semua
perbuatan manusia selama di dunia, serta diserahkan buku catatan amalnya.
(sebagaimana keyakinan umat islam bahwa ada malaikat yang ditugaskan
mencatat amal perbuatan manusia yaitu rokib dan atit), kemudian ditimbang
perbuatannya mana yang lebih berat pahala atau dosanya (mizan). kemudian
diberikan balasan sesuai dengan perbuatannya jika amalnya sholeh dibalas
demham surga, dan jika amalnya buruk di lemparkan ke neraka.
ُ ِحوو ِض حع الْك
تحاب حف ح حَت امل َُْ ْجر ِم َِ َِ ح ُم ْش ِف ِق ح ِما ما ِفي ِه حوحي ُقو ُلو حن ُ } :قال تعاىل
حذر ُ ااتحقوا حوحن ْ ذّج ا ِاّل حنِ حو ِار ُد هحا حك حن عح حل حربِِذ حك حح ْت ًما مح ْق ِضياًّ * ُاث َُ ن ُنح
ال ا ظال ِ ِم ح فِ ْيحا ِجثِي ًّا
.[72 ،71 :]مرمي
6. Surga dan Neraka
Telah dibahas pula dalam bab sebelumnya tentang surga dan neraka. Bagi orang
muslim, mukmin dan sholeh yang pahala amal sholehnya lebih banyak dari dosanya
akan menjadi ahli surga. Sebaliknya orang yang kafir dan banyak dosanya akan
masuk neraka.
Gambaran alur perjalan hidup manusia hingga kelak sampai di surge atau neraka
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar.1
Tahapan perjalan hidup manusia
Sumber: https://mentari9.files.wordpress.com/2017/09/kehidupan-dunia_akhirat_agunkzscreamo-blog.jpg
حسهم َُ حوحي ُقو ُلو حن ْ ق ِل َُ اا ِّل حف حط حركْ َُ َُ أَ ا و حل مح ار ٍة ۚ حف حسي ُن ْ ِغ َِضُ و حن ِا
ْ حلي حك ُر ُءو
ِ مح ح
ىت هُ حو ۖ قُ ْل
Artinya: Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan
benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali
sebagai makhluk yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau
suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu”. Maka
mereka akan bertanya: “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah:
“Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan
menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: “Kapan itu (akan
terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”,yaitu pada hari
Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya dan kamu mengira,
bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.[al Isra`/17:49-52].
Adapun bantahan secara indrawi kepada orang yang mendustakan kehidupan setelah
kematian adalah apa yang disampaikan oleh Allah di dalam Al-quran Bagaimana Allah
memperlihatkan kepada hamba-hambaNya bagaimana Allah menghidupkan kembal
yang sudah mati di dalam dunia ini. contohnya di dalam surat al-baqarah ada beberapa
ayat yang menunjukkan tentang hal tersebut.
Yang pertama, adalah kisah kaumnya Nabi Musa ketika mereka berkata kepada
Nabi Musa kami tidak percaya kepadamu sehingga kami bisa melihat Allah secara nyata
dengan kasat mata makalah mematikan Mereka kemudian menghidupkannya kembali
hal ini diceritakan oleh Allah di dalam al-quran:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar
halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. (QS:Al-Baqarah : 55).
حتش ُك ُرو ح ن
ْ َُ ُْاث َُ حب ح عث ْنحاكْ َُ َُ ِم ْن حب ْع ِد مح ْوتِ ْك َُ حل ح عالك
Artinya: “Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu
bersyukur.” (QS:Al-Baqarah : 56).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang kebenaran
hari akhir Bahwasanya Allah kuasa untuk menghidupkan yang telah mati seperti kisah
orang yang terbunuh yang menjadi sebab perselisihan Bani Israil yang kemudian Allah
memerintahkan untuk menyembelih seekor sapi maka mereka memukulkan dengan
sebagian dari sapi itu agar orang yang meninggal itu hidup kembali dan mengabarkan
Siapa yang membunuhnya hal ini termuat di dalam al-quran:
ِ حيك ح ف ْت َُ َُ ِي َِ ال ْمح ْو ح
ىت ۖ حقا ح ل أَ حوحل ْم ْ َِ ذب أَ ِر ِن ُّ ِ حو ِا ْذ حقا ح ل ِا ْب ح ر
ِ اّه حر
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman:
“Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi
agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian)
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):
“Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS:Al-Baqarah: 260).
kemudian tumbuhlah tumbuhan-tumbuhan hijau. Maka Allah Yang Maha kuasa untuk
menghidupkan bumi mampu pula untuk menghidupkan yang mati.
Rangkuman
1. Iman Kepada malaikat berarti kalian harus mengakui wujud malaikat, meskipun tidak
dapat melihatnya. Malaikat memiliki wujud, bukan maya (bayangan semu), bukan ilusi
(angan-angan), dan bukan pula sesuatu yang menyatu dalam diri manusia. Mengimani
malaikat juga berarti mengakui keberadaan malaikat yang selalu taat kepada Allah dan
melaksanakan semua perintah-perintah-Nya dan tidak pernah membangkang atau
durhaka kepada Allah. Dengan demikian, mengimani malaikat Allah berarti meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan salah satu makhluk-Nya yang
bernama malaikat yang memiliki sifat-sifat tertentu dan tugas-tugas tertentu
2. Iman kepada hari akhir meliputi makna bahwa di suatu saat nanti Allah akan
menciptakan suatu masa yang disebut hari kiamat dan itu menjadi keyakinan yang
dipegang Teguh. Hari kiamat adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur
untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatannya di hadapan Allah
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Iman Kepada Malaikat allah
dan Iman Kepada Hari Akhir. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 2, baca ulang dengan cermat serta pahami dengan baik, lalu ambillah poinpoin
pentingnya dan susun dalam bentuk power point yang efektif dan menarik.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Perhatikan nama-nama malaikat dan tugasnya dibawah ini : 1. Jibril 2. Izrail
3. Israfil 4. Mikail
a. mencabut nyawa semua makhluk yang hidup
b. meniup sangkakala pada tiga peristiwa
c. menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya
d. mengatur pembagian rizki kepada semua mahluk-Nya Hubungan yang benar
ditunjukkan oleh nomor :
a. 4a
b. 3a
c. 2a
d. 1a
.4 شيْـا ًٔ أنَ يقَ ُو َل لهَۥُ كُن فيَكَ َُ ون َ َ ٓ إنِ َّمََ آ أ ْمََ ُر ُٓهۥ إِذاdalam kaitan dengan iaman kepada hari akhir ayat
َ َأرََ اد
ini mengandung pengertian bahwa..
a. Allah memiliki kehendak
b. Dalil bahwa Allah memiliki Sifat Iradah
c. Allah Maha kuasa menghidupkan orang yaang telah mati
d. Kehendak Allah pasti terjadi
5. Yang tidak termasuk dari iman kepada malaikat secara terperinci adalah….
a. Iman terhadap sifat-sifat malaikat
b. Iman bahwa malaikat benar ada
c. Mengimani tentang jumlah malaikat
d. Mengimana tentang penciptaan malaikat dan materi penciptaannya
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. IMAN KEPADA KITAB ALLAH
1. Pengertian Iman Kepada Kitab Allah a. Arti Kitab
Kitab dalam Bahasa Arab dengan bentuk Pluralnya Kutub, merupakan bentuk
mustaq dari kata kerja “kataba” yang memiliki arti “ dhomma syaiu ba’duhu ila
ba’din. (menumpulkan sesuatu sebagian dengan bagian yang lain)
Yang dimaksud dengan kitab dalam pembahasan iman kepada Kitab Allah adalah
yang mendekati makna aslinya, sehingga iman kepada kitab diartkan iman dengan
segala sesuatu sesuatu yang dikumpulkan (dihimpun ) dalam Kitab yang diturunkan
Allah kepada para NabiNya. (al-juhny, 1433: 8)
Akan tetapi kadang yang dimaksud dengan kitab adalah segala sesuatu yang
diturunkan Allah berupa wahyu kepada utusannya baik dikumpulkan dalam Kitab
maupun tidak. (Al-Juhny, 1433)
Gaya bahasa Al-Qur’an dalam menerangkan Tentang Kitab Kitan Allah:
1. Allah menyebut dengan Al-Kutub, (maknanya telah kita bahas di atas) seperti
didalam ayat: berikut
ول ِب حام أُنْز ح ِل ِاحل ْي ِه ِم ْن حربِِذ ِ ِه حوامل َُْؤْ ِم ُنو حن ۚ كٌّ َُ َُ أ مح حن ِاب ال ِل ََِ حومح حال ِئ حكتِِ ِه
ُ ارس
ُ أ مح حن ال
ح أَ حح ٍد ْ حف ِذر ُق حب ُ حو ُك ُت ِب ِه
ُ حور ُس ِ ِهل حل ن
2. Allah Menyebutnya juga dengan Al-Kitab, yang memiliki arti sama dengan
kutub,
َٰمحن حءا مح حن بِِأ ال ِل ََِ حوأ ل ح ْي ْو ِم أ ْل حءا ِخ ِر حوأ ل ْمحلحَٰ ّئكِ ِة حوأ ِّل َْحت
ْ َِ َْ حوحلَٰ ِك ان أ ل ِاب
ِب حوأ لان ِب ِيِذ ح
3. Disebut juga “Az-Zubur” dan zabur. Az-Zubur merupakan bentuk plural dari
kata zabur, seperti dalam Q.S. As-Syuara ayat 196, dan al-Anbiya 105:
Iman kepada kitab-kitab Allah maksudnya kita harus yakin dan percaya sepenuh
hati tentang adanya kitab Allah yang diturunkan kepada umat manusia lewat para Rasul.
Ada 4 kitab yang wajib kita percayai, yakni:
1. Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Musa a.s.
2. Zabur yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Daud a.s.
3. Injil yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Musa.
4. Qur’an yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw.
Dalam al-Qur’an
حوحان حز حل
ْ ْ ذق ُمح ص ذ ِدق ًا ِّل حام حب
َِ ح حي حدي ْ ِه ْ اّل َْىت حب ِابل
ِ حح ِ عحلحي حك ْ حن از حل
لتاوىرى حة حوا ِل ََْ ْ ِن ِْي ح ۙل
ْ ا
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia; Yang Maha hidup Yang terus menerus
mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan kitab al-Quran kepadamu Muhammad, yang
mengandung kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil. (QS Ali Imran: 2-3)
حسَا ِعي ِ ُقو ُلوا حأ محناا ِاب ال ِل ََِ حوحام أُ ْنز ح ِل ِاحل ْينحا حوحام أُ ْنز ح ِل ِا حىل ِا ْب حرا ِ ِه
ْ ح حو ِا
حت َِ ُمو حس حو ِعيح ِس ِ حس َِا حق حوحي ْع ُقو حب حوال َْ ْس
ِ حباط حوحام أُو ْ حل حو ِا
Katakanlah (Muhammad): “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma;il, Ishak, Ya’kub
dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya
kepadaNya kami berserah diri”. (QS al-Baqarah: 136).
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir diturunkan. Tidak ada lagi wahyu
yang datang kemudian. Ini artinya, semua permasalahan yang terkait dengan kehidupan
manusia sebenarnya bisa dipecahkan dengan mempelajari makna-makna ayat-ayat
alQur’an secara mendalam.
Peristiwa turunnya al-Qur’an atau wahyu yang pertama disebut Nuzulul Qur’an.
Peristiwa itu terjadi pada malam 17 ramadhan tahun ke-40 dari kelahian Nabi Muhammad atau
bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Wahyu pertama turun melalui Malaikat Jibril di Gua Hira
yang terletak di Jabal Nur, kota Makkah. Wahyu pertama yang turun adalah surat al-‘Alaq ayat
artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Wahyu yang terakhir diturunkan adalah ketika nabi Muhammad saw sedang
melaksanakan haji wada’, yakni ayat yang ditemukan dalam surat al-Maidah ayat 3
Hukum beriman kepada Kitab Allah adalah Wajib, bahkan sangat diwajibkan
karena mengingkarinya bisa merusak keimanan.
Dasar dasar iman kepada kitab Allah dapat kita pahami dari firman Allah dalam
al-Qur’an dengan beberapa bentuknya, antara lain:
1. Allah mengabarkan Bahwa Allah telah menurunkan Kitab kepada UtusanNya. QS. Al
Baqarah (1): 213
حن كٌّ َُ َُ حءاح م حن بِِأ ال ِل ََِ ول ِب حام ُأ ِنز حل ِاحل ْي ِه ِمن اربِِذ ِ ِهۦ حوأ ُمل َْؤْ ِم ُنو ۚ ارس ُ
حءا مح حن أ ل ُ
حسَ ْعنحا حوحقالو ۟ا ِ
ُ ح أَ حح ٍد ذ ِمن ُّر ُس ِ ِهل ۚۦ حف ِذر ُق حب ْ حور ُس ِ ِهلۦ حل ن ُ حومحلحَٰ ِئ حك ِت ِهۦ حو ُك ُت ِب ِهۦ ُ
ِحلي حك أ ل ْمح ِص ُير حوأَ حط ْعنحا ۖ غُ ْف حراحن حك حرابَّنا حوا ْ
5. Allah menegaskan bahwa ingkar kepada Kitab Adalah kesesatan yang Nyata QS.
AnNisa (4): 136
ا
حوب حام أَ ْر حسل ْنحا ِب ِهۦ ُر ُسلحنحا ۖ حف ْ
حسو حف أ ل ِيح ن حك ُ
اذبو ۟ا بِِأ ِّل َْحتَٰ ِب ِ
حي ْعلح ُمو حن
Bagaimana keyakinan seorang muslim terhadap kitab Taurat dan Injil yang ada
sekarang?
Sebagaimana menjadi keyakinan umat islam dan dijelaskan pula dalam al-Qur’an bahwa
orang yahudi dan nashrani telah merubah sebagian dari isi Taurat dan Injil.
Seperti dalam QS. An-Nisa’ (4): 46
ْ ُ حخريا
الُه حوأَ ْق َّ حسَ ْع حوأ ُنظ ْر
ً ْ حن حلح ك حن ِ حقالو ۟ا
ْ حسَعْنحا حوأَح ط ْعنحا حوأ ُ حوحلو أَ ُانَ ْم
ْ
حو مح حوحلَٰ كِن ال حع حَّنَّ ُ َُ أ ال ُّلَ ِبِ ُك ْف ِر ْ ِه َِ َِ حف حال ي ُؤ َْ ِم ُنو حن ِاال حقل ِ ًيال
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka
berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka
mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa.
Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah,
dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi
Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman
yang sangat tipis.
حتح حس بُو ُه ِم حن أ ِّل َْحتَٰ ِب ْ َّنحَت بِِأ لْكِتحَٰ ِب ِل ُ حو ِا ان ِم ْ ِنَ ْم َُ حل حفريِِق ًا
ُ َْ حيلو َْۥ حن أَ ِلس
حوحام ُه حو ِم حن أ ِّل َْحتَٰ ِب حوحي ُقو ُلو حن هُ حو ِم ْن ِع ِند أ ال ِل ََِ حومحا
ُه حو ِم ْن ِع ِند أ ال ِل ََِ حوحي ُقو ُلو حن عح حل أ ال ِل ََِ أ ل ح ْك ِذ حب حو ْه َُ َِ حي ْعلح ُمو حن
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca
Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal
ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi
Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui.
حف حوي ْل ِّل ا ِل ََِي حن حي ْكتُ ُبو حن أ ِّل َْحتَٰ حب بِِأي ِْد َِ ِي َُ ْم ُاث َُ حي ُقو ُلو حن حهَٰ حذا ِم ْن ِعن ِد أ
ْ
حتبحت حتَو ۟ا ب ِ ِهۦ حث ح من ًا حقل ِ ًيال ۖ حف حوي ْل ال ُُه ذ ِم اما حك
ُ يحش ْ ِ ال ِل ََِ ل
َأ ِْيد َِ ِي َُ ْم حو حوي ْل ال ُُه ذ ِم اما حي ْك ِس بُو حن
Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Dari ayat ayat di atas dapat kita Tarik kesimpulan bahwa mereka (orang Yahudi dan
Nasrani) telah melakukan perubahan dalam Taurat dan Injil, namun dalam al-
Qur’an tidak dijelaskan dimana perubahannya. Maka sikap kita adalah sebagaimana
diajarkan oleh Rasulullah dalam menanggapi perkataan orang Yahudi dan Nasrani,
yaitu tidak membenarkan dan tidak mendustakan tetapi mengatakan “Aku beriman
kepada Allah dan Apa (Kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepada kalian”
أمنا ابهلل وما أأن زل الينا وما: وقولوا،ل تصدقوا أأهل الكتاب ول تكذبو ِه: « قال رسول الل صل الل عليه وسل
» وهذا احلديث تف ارد به البخاري. ونن ل مسلمون، و الهنا و الهك واحد،أأن زل اليك
Rasulullah saw. Bersabda: jangan membenarkan ahli kitab dan jangan mendustakannya
dan ucapkanlah: Kami beriman kepada Allah dan apa (Kitab) yang diturunkan kepada
kami dan apa (kitab) yang diturunkan kepada kalian, dan tuhan kami dan tuhan kalian
satu, dan kami kepadanya berserah diri (HR. Bukhari).
Demikian ini adalah bentuk kehati-hatian untuk menjaga keimanan kita, sehingga
seandainya yang disampaikan oleh ahlul kitab dati kitab mereka itu benar sebagaimana
yang diturunkan Allah kita tidak mendustakannya, dan sebaliknya jika salah dan tidak
sesuai dengan yang diturunkan Allah maka kita tidak termasuk membenarkannya.
2. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. yaitu tidak bisa hangus dalam api ketika dibakar oleh Raja
Namrud.
3. Mukjizat Nabi Musa a.s. yaitu tongkatnya dapat berubah menjadi ular besar dan dapat
membelah Laut Merah menjadi jalan.
4. Mukjizat Nabi ‘Isa a.s. yaitu dapat membuat burung hidup dari tanah, dapat
menghidupkan orang mati walaupun sebentar dan dapat meyembuhkan beberapa
penyakit yang sulit disembuhkan waktu itu.
5. Mukjizat Nabi Muhammad yaitu dapat membelah bulan tampak menjadi dua, jari-jari
tangannya yang bisa memancarkan air untuk menghilangkan haus dahaga
sahabatsahabatnya, serta al-Qur’an yang merupakan kitab suci yang paling lengkap,
menyeluruh dan asli sepanjang masa.
Ajaran seluruh para nabi itu sama, yakni mengajak manusia untuk beriman kepada
Allah, melakukan kebajikan terhadap makhluk Allah serta punya kewajiban
melindunginya. Kendati kitab-kitab itu bentuk tulisannya berbeda, dan diturukan kepada
nabi dan tempat yang berbeda pula, tetapi isinya sama, karena turun dari Allah, Tuhan
yang satu.
Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan) “Sembahlah Allah dan jauhulah taghut Kemudian di antara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahn orang yang
mendustakan rasu-rasul itu. (QS an-Nahl: 36).
Ajakan beriman oleh para Rasul itu, pada dasarnya sama dengan ajakan iman secara
umum, yakni diawali dengan peng-esaan Tuhan dan hanya kepada-Nya semua manusia
menyembah dan minta pertolongan. Dalam pembelajaran iman kepada semua rasul
Tuhan, seharusnya seorang guru sedikit banyaknya harus pula mempelajari dan
menyampaikan tentang ajaran pada rasul itu. Pada umumnya, seorang guru yang
mengajarkan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam misalnya, memulai lakonnya dari
sejarah Nabi Muhammad. Padahal, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad itu sebenarnya
kelanjutan dari tradisi atau ajaran yang dibawa nabi sebelumnya. Jadi, dengan demikian
sebaiknya seorang guru tidak langsung meninggalkan untuk mempelajari sejarah agama
atau keimanan terdahulu, setelah itu baru masuk kepada menjelaskan tentang Nabi
Muhammad beserta ajaran yang dibawanya.
5. Mengimani nama nama nereka sebagaimana yang disebutkan allah dalam al-Qur’an
atau disampaikan oleh Rasulullah.
Mu’jizat Rasul
Salah satu khususiyah dari Rasul adalah dengan diberikannya Mu’jizat. Mu’jizat
didefinisikan sebagai perkara yang diluar kebiasaan akal sehat manusia yang khusus
diberikan kepada seorang Rasul sebagai bukti risalahnya. Maka percaya kepada rasul juga
berarti percaya adanya mu’jizat yang diberikan Allah kepada UtusanNya.
Daftar nama rasul dan mu’jizatnya:
NO. NAMA RASUL MU’JIZAT
1.
Siddiq • Berkata benar Kidzib • dusta
2. Amanah • Dapat Khianat • tidak dapat
dipercaya dipercaya
3. Tabligh • Menyampaika Kitman • menyembuny
n wahyu ikan wahyu
4. Fathanah • Cerdas Baladah • bodoh
Tugas-Tugas Rasul
Diantara tugas-tugar Rasul adalah:
1. Menyampaikan Risalah (wahyu)
2. Da’wah (menyeru) untuk beribadah dan menyembah kepada Allah
3. Memberi kabar gembira (bagi orang yang beriman) dan memberi peringatan (bagi
orang yang ingkar)
4. Memperbaiki jiwa dan membersihkannya (mensucikannya)
5. Meluruskan pikiran dan akidah yang menyimpang dan sesat
6. Memberikan Hujjah
7. Mengatur dan memimpin umat
Rangkuman
1. Hukum beriman kepada Kitab Allah adalah Wajib, bahkan sangat diwajibkan karena
mengingkarinya bisa merusak keimanan., Iman kepada kitab-kitab Allah maksudnya kita
harus yakin dan percaya sepenuh hati tentang adanya kitab Allah yang diturunkan kepada
umat manusia lewat para Rasul. Seorang mukmin yang beriman dan meyakini kebenaran kitab
Allah hendaknya pada diri mereka ada dua hal: Mengamalkan apa yang ada dalam Kitab Allah.
Dan Mengagungkanya. Dalam hal ini meliputi; khusyu’, khudu’ dan Buka’ (menangis) ketika
membaca dan mendengarkannya.
2. Rasul adalah manusia biasa yang memperoleh wahyu dari Allah SWT dan wajib
menyampaikan kepada ummatnya. Jadi perbedaan antara nabi dengan rasul terletak pada
wajib/tidaknya menyampaikan wahyu yang diterima kepada ummatnya; Iman kepada
Rasul artinya kita wajib percaya bahwa utusan Allah itu ada dan mereka semua adalah
manusia pilihan Allah. Para Rasul tersebut membawa pesan-pesan kebenaran dari Allah
untuk disampaikan kepada umatnya. Kewajiban iman kepada rasul juga dapat dipahami
sebagai
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Memahami dan menghayati
Iman Kepada Kitab dan Rasul Allah. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat
pada Kegiatan Belajar 3, buatlah peta konsep yang menjelaskan tentaang hakikat Iman kepada
Kitab dan Rasul Allah
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Orang yang diberi wahyu dan tidak wajib menyampaikan kepada ummatnya disebut ...... a.
Nabi
b. Rasul
c. Malaikat
d. Sahabat
2. Salah satu bentuk kita mengagungkan al-qur’an (sebagai Kitab Allah) adalah...
a. Menyimpannya di tempat yang indah
b. Membaca dan mendengarkannya dengan khusyu’ dan khudu’
c. Membawa nya kemanapun kita pergi
d. Melagukan dalam membacanya
3. Suatu kemampuan yang luar biasa yang tidak dapat ditiru oleh manusia dan terjadi atas ijin
Allah SWT, disebut ......
a. karamah
b. maunah
c. mu’jizat
d. hidayah
4. Sedangkan orang yang diberi wahyu dan wajib menyampaikan kepada ummatnya disebut
...... a. Nabi
b. Rasul
c. Malaikat
d. Wali
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
KEGIATAN BELAJAR 4:
HAKIKAT IMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. KONSEP IMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Iman kepada Qada’ dan Qadar merupakan aspek penting dari Akidah dan merupakan
salah satu dari rukun iman yang enam. Keimanan seorang mukmin tidak akan sempurna
tanpa menimani Qada’ dan Qadar.
1. Makna Qada’ dan Qadar
a. Makna Qadar.
Secara Bahasa Qadar berarti: Taqdiir (Kepastian), Tafkir Fii Taswiyatil
umuur (berfikir/reflesi dalam menyamakan suatu hal), Mablaghu Sayi I
(ukuran/Jumlah sesuatu/benda) dan Hukum.
b. At-Ta’dhim (mengagungkan)
d. At-Tadbir (mengatur)
e. At-Tahdid (membatasi)
f. Al-Iradah (kehendak)
b. Makna Qada’
Sedangkan Qada’ secara Bahasa berarti: Al-Hukmu, As-Shan’u, Al-Hatmu,
al-bayan.
Sedangkan secara Istilah adalah hukum atau ketentuan Allah atas
makhluknya dan perwujudan atau realisasi dari ketentuan Tersebut
Kata Qadar dalam al-quran digunakan dalam menunjukkan beberapa ari
antara lain:
a. Al-Wasiyah wal Amr (wasiat dan perintah)
b. Al-Ikhbar (mengabarkan)
c. Al-Faragh (selesai/menyelesaikan)
َ َ]فَإ ِذا َ ق
َّ ضيْت ْمَُ ال
.103:صالة َ[ سورة النساء
d. Al-Fi’lu (melaksanakan)
ٍ َأنََ تَ ق
.72 :اض[ سورة طه ِ ]فَا ْق
ْ ض َما
َ َُقض
.[ي األ ْمََ ُر ِ ]و
َ
ِ ََِتف َْتي
.41:ان[ سورة يوسف ْ ي األ ْمََ ُر الَّذِي فيِ ِه
َ ََتس َ َُ]قض
ِ
g. Al-Itmam (menyempurnakan)
h. Al-Fasl (pemisah)
ِ بي َْنهََُ ْم بِا ْل َح
.69 :ق[ سورة الزمر َ يَ َُقض
ِ ]و
َ
i. Al-Kholqu (penciptaan/menciptakan)
j. Al-qotlu (membunuh)
3. Bahwa dua kata tersebut adalah sama tidak berbeda sama sekali.
3. Rukun Iman Kepada Qada’ dan Qadar
Ada empat tingkatan yang menjadi prinsip dasar atau rukun dari iman kepada
Qada’ dan Qadar yaitu:
1. al-‘ilmu yaitu percaya dengan ‘ilmu (Pengetahuan) Allah yang mendahului segala
kejadian. Meyakini bahwa Ilmu (pengetahuan) Allah itu sangat luas meliputi segala
sesuatu yang ada di alam semesta, apa yang belum terjadi dan apa yang akan terjadi.
Serta hal-hal spesifik yang ada pada makhluk seperti Rizki dan usia. Dalam hal ini
Allah Berfirman:
ع ل ًما
ِ ٍش ي ء َ أ َح ََا
َ ط بِكُ ِ ِل
2. al-Kitabah
Yaitu percaya dan yakin bahwa Allah telah menuliskan segala sesuatu sebelum segala
sesuatu tersebut terjadi. Meyakini bahwa Allah telah menuliskan segala sesuatu bahkan hal-
hal spesifik pada setiap makhlukNya di Lauh mahfudz sejak sebelum dilahirkan hingga
nanti di hari kiamat
3. Al-Masyi’ah
Yaitu Percaya Kehendak Allah yang berlaku pada setiap makhlukNya. Yaitu percaya
bahwa kehendak Allah yang menjadi penentu atau pengendali nasib setiap makhluk, apa
yang dikehendaki Allah terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak terjadi. Segala
sesuatu terjadi dengan kehendak Allah.
Firman Allah:
[82
ْ َحك حذ ح ِل َِ ا ال ُّل
]40 :حيف حع ُل حام حي حشا ُء [أل عران
4. Al-Khalqu (penciptaan)
Yaitu Percaya bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Bahwa semua yang ada
di alam semesta ini adalah ciptaan atau makhluk Allah. Yang diciptakan oleh Allah
dari tiada.
Lebih dahulu lahirlah seseorang manusia ke atas dunia ini. Dia lahir
tidaklah atas kehendaknya sendiri. Bahkan orang tua, lingkungan, zaman dan
tempat dia dilahirkanpun tidak bisa diusahakan. Rupa dan bentuk bukanlah pilihan
kita. Demikian tinggi dan rendahnya ukuran badan kita. Orang yang datang
belakangan hanyalah menuruti hukum ”sebab akibat” yang telah berlaku lebih
dahulu pada orang tua yang melahirkannya, dan orang tuapun menerima hukum
”sebab akibat” yang dahulu daripadanya. Pada diri seseorang, ada yang disebut
pribadi. Kadang-kadang kita ingin serupa dengan pribadi orang lain. Keinginan
tinggal keinginan dan kita masih tetap kita juga. Banyak manusia, walaupun di
tempat dan lingkungan mana dia hidup, ingin hendak berpindah ke dalam suasana
yang lain, tetapi dia tidak dapat mencapai itu. Dia tetap dia, dan kesan lingkungan
tidak dapat dibantah atau dilawannya. Banyak pula pekerjaan yang dilakukan
dengan suatu usaha sengaja, dan tidak disengaja. Tetapi setelah dilihat dan
diperhitungkan, ternyata yang tidak disengaja kadang-kadang lebih dominan
nilainya. Sebab yang tidak disengaja tadilah yang sebenarnya tertulis buat dilalui.
Oleh sebab itu, sejak zaman purbakala sudah ada kesan pada manusia
tentang adanya yang disebut sebagai ’fatum’ atau karma, sampai-sampai
dikatakan orang bahwasanya manusia ini hanyalah menjalankan suatu lakon
sandiwara, tidak lebih dari itu. Dia memainkan peranannya, menurut yang telah
tertulis lebih dahulu oleh sutradara, yang kekuasaannya lebih daripada kekuasaan
si pemain itu sendiri.
Manusia adalah suatu ”alam kecil” di samping alam yang besar, matahari,
bumi, bulan dan bintang-bintang. Lautan, daratan, gunung-gunung dan lain-lain
sebagainya. Dapatlah kita lihat pada semuanya itu ”taqdir” yang tidak dapat
dilanggarnya. Matahari terbit dan terbenam adalah menurut jangka waktu yang
sudah tertentu. ”Matahari tidak boleh mendahului bulan, dan malam tidak boleh
memotong jalan siang”. Semuanya tidak ada yang bebas. Bagaimana manusia
kecil ini akan dapat menda’wakan kebebasannya? Padahal di kiri kanannya dapat
disaksikannya sendiri, bahwa semuanya tidak ada yang bebas.
Cobalah lihat ketakutan orang kepada maut. Padahal sudah ada ketentuan
yang tidak dapat dibantah, bahwasanya segala yang bernyawa pasti mati. Dan mati
tidak memandang bulu dan tidak menghitung waktu. Kalau sekiranya bolehlah
mati menurut ketentuan manusia, tidaklah akan terdapat bermiliun orang yang
bosan hidup, padahal belum mati juga. Dan tidaklah akan terdapat orang yang
takut akan mati, tetapi mati juga. Kecil mati, muda mati, tuapun mati.
Rezekipun demikian pula. Ada orang yang kerja keras siang malam
mencari rezekinya, rezeki itu tidak juga datang. Ada orang yang hanya goyang
kaki saja, namun rezeki datang mengejar dia. Ada orang yang tidak puas lagi
dengan keadaan hidupnya, kemudian ingin hendak berubah nasib itu kepada yang
lebih baik; tetapi usianya hanya habis dalam angan-angan. Pangkat dan
kedudukanpun demikian pula. Orang yang patut menjabat suatu pangkat,
kadangkadang tidak disentuh oleh pangkat itu. Sebaliknya, orang yang tidak patut,
yang tidak cakap, yang hanya menimbulkan tertawa orang bila dia naik, namun
dia naik juga. Ada yang payah-payah mengejar, tidak mendapat, dan ada yang
hanya duduk-duduk saja, pangkat itu diberikan kepadanya.
Dalam masyarakat pun telah tampak ketentuan ”taqdir” itu. Ia tampa pada
tingkat akal, budi, kesanggupan dan kepandaian, kepintaran dan kebodohan.
Tidak semuanya orang pintar, tidak semuanya orang bodoh, bertingkat akal,
bertingkat kesanggupan. Ada yang selama hidupnya, hanya dapat posisi di bawah,
dan ada yang setia buat di atas.
Berlainan warna kulit karena berlainan tempat tinggal dan kelahiran. Satu
bangsa sipit matanya dan hitam halus rambutnya, bukan dia yang meminta begitu.
Satu bangsa berwarna hitam dan keriting rambutnya; pun bukan dia yang
menentukan. Satu bangsa berambut putih, rambutnya warna rambut jagung; dia
hanya menerima keadaaan begitu saja. Sekarang terdengarlah kalimat
”demokrasi”. Dalam satu negara demokrasi, semua orang berhak untuk mendapat
kedudukan. Tetapi yang telah ada ketentuan naik lah yang akan naik. Yang lain
walaupun sampai mati menunggu giliran tidaklah akan kesampaian.
Ada orang yang telah berusaha menjadi orang baik-baik. Tiba-tiba dalam
separoh perjalanan hidupnya, berbeloklah langkahnya kepada jalan jahat,
sehingga dia jadi orang jahat. Kadang-kadang teringatlah dia kembali hendak
menjadi orang baik. Namun ingatan tinggal hanya ingatan. Sebab, terjerumusnya
seseorang ke jalan itu kadang-kadang bukanlah karena perkara yang disukainya
atau dipilihnya. Dia sendiri merasa jijik akan perbuatannya itu.
sebelah rumahnya. Bunyi ayat itu: belum jugakah datang masanya bagi
orangorang yang beriman, untuk menundukkan hatinya mengingat Allah. (Al-
Hadiid; S. 57 : 16) Tertegun dia mendengarkan ayat itu, dan timbul
penyesalannya, lalu terbuka jalan baru, dan terbentanglah Nur Allah di
hadapannya, sehingga sejak malam itu berubahlah jalan hidupnya ke jalan yang
baik.
Perdebatan masalah ini akhirnya menjadi salah satu objek penting dalam
aliran ilmu kalam yang memunculkan beberapa kelompok pandangan, antara lain:
kelompok yang mengatakan manusia ini dalam perbuatannya terikat dan hanaya
seperti ”wayang” yang mengikuti dalang yang dikenal dengan Jabariyah,
kelompok kedua, berpendapat sebaliknya bahwa manusia ini punya kebebasan
dan kekuasaan dalam perbuatannya, ini adalah kelompok qodariyah, yang ketiga
adalah kelompok yang mengambil jalan tengah, bahwa manusia punya kehendak
akan tetapi manusia juga terikat dengan ketentuan dan ketetapan ) Qada’ dan
Qadar Allah. Inilah yang dianut oleh Ahlu sunnah Wal Jama’ah
Nabi Muhammad s.a.w menjadi Rasul, karena memang sudah ada lembaga
yang menunggunya. Dia dilahirkan di Mekah, di dekat Ka’bah, yang memang
sedia telah menjadi pusat keagamaan sejak dahulu. Nenek moyangnya sejak Nabi
Ibrahim, Isma’il sampai kepada Qushai dan bahkan sampai pada Abdul Muttalib
telah ada juga dasar agamanya.
Bila mana hukum ”sebab akibat” itu kita teliti sampai kepada hulunya,
tentu mau tidak mau kita akan bertemu dengan sebab pertama. Itulah yang
bernama ”Yang menyebabkan segala sebab” atau ”Musabbibul Asbab”. Pada
akhirnya kita akan mengakui bahwa masih ada pencipta yang disebut sebagai
Sebab Pertama Yang Maha Berkuasa menentukan pembahagian sebab. Pada-Nya
terhimpun segala qudrat. Kesanggupan kita hanya menelaah saja, tetapi tidak
sanggup turut menentukan sebab pertama itu. Sebab akibat yang dapat kita
ketahuipun hanyalah yang dapat kita lihat. Alangkah kecilnya diri kita, buat
sanggup melihat segala soal didalam alam yang maha luas ini.
Bukan itu saja bahkan berkali-kali, beratus ribu kali manusia berbuat
seakan-akan dia pun berkuasa. Fir’aun justru pernah mengatakan dirinya ”Ana
Rabbukum-ul a’la”, sayalah Tuhanmu yang paling tinggi. Akan tetapi keruntuhan
manusia-manusia seperti itu juga akhirnya sangat menyedihkan. Dengan demikian
jelas bahwa dia sendiri tidak punya kuasa apa-apa menahan perjalanan takdir
yang sudah tertentu. Dia dapat awas buat beberapa waktu, tetapi bilamana taqdir
datang, tidak ada kesanggupannya sedikitpun jua buat menahannya. Apa yang
dikerjakannya serba salah. Apa program yang diaturnya serba tidak tepat.
Memang, apabila kita berpikir sementara atau selintas seakan-akan ada kekuasaan
pada kita, seakan-akan kita mempunyai kebebasan bertindak. Tetapi marilah kita
lepaskan sejenak kehidupan ramai ini, dan pergi ketempat yang lebih luas atau
lebih tinggi. Di sana kita akan mendapat kesan: ”Apalah artinya manusia ini ”.
Ibarat kita naik kepada sebuah kapal besar hendak berlayar, mulanya kita merasa
kagum dan tercengang melihat kepintaran manusia yang membuat kapal itu.
Cukup segala alat-alat kehidupan selama dalam pelayaran dengannya. Kemudian
datang waktunya kitapun berlayar. Kian lama kapal itu kian ketengah lautan.
Mulailah terasa betapa kecilnya tanah daratan, kian lama kian hilang. Dan kitapun
berada dalam lautan besar. Allahu Rabbi besar dan luasnya lautan itu.
Setelah kita perhatikan segala hal itu dengan seksama, niscaya kita akan
mengaku bahwa kita tidak ada kuasa apa-apa. Kebebasan kita sangat terbatas. Kita
bebas hanyalah dalam lingkungan qudrat dan iradat Tuhan Sebagaimana telah
disampaikankan lebih dahulu, soal bebas atau tidaknya manusia di dalam alam ini
sudah lama menjadi bahan diskusi ahli-ahli pikir, baik dalam dunia filsafat
ataupun dalam dunia agama.
Di dalam Islam, ada dua aliran besar yang begitu intens membicarakan hal
tersebut, yakni Qodariyah dengan Jabariyah. Kaum Qadariyah meskipun namanya
kaum Qadar, yang awalnya menolak adanya qadar dalam diri manusia,
belakangan berubah pengertian, yakni berpandangan bahwa manusia bebas
mempergunakan pikiran dan berbuat sendiri. Buruk dan baik nasib kita, janganlah
selalu dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. “Nasib kita adalah di tangan kita
sendiri”. Karena kita tidak belajar dari kecil, lalu setelah dewasa kita menjadi
orang bodoh, janganlah Tuhan disesali. Kita bergaul dengan orang-orang jahat,
lalu kita menjadi penjahat pula. Itu adalah kesalahan kita sendiri. Oleh sebab itu
yang buruk janganlah dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Demikianlah
kirakira kesimpulan dari kaum Qadariyah.
Adapun kaum Jabariyah, mencabut segala daya dan upaya dari diri
manusia. Kita di dunia ini hanyalah ibarat kapas diterbangkan angin. Angin takdir
yang mutlak dan seragam. Sehingga jika kita baik, adalah baik karena taqdir
Tuhan, bukan karena ikhtiar usaha kita. Jika kita menjadi jahat, adalah karena
ditaqdirkan jahat oleh Tuhan. Miskin dan kaya, naik dan jatuh, mulia dan hina,
semuanya mutlak di bawah kuasa Tuhan Semesta Alam.
Tetapi kalau kita telusuri lebih jauh kitab yang besar-besar dari sejarah
alam pikiran filsafat Islam, sebenarnya tidak ada perbedaan itu. Apalagi, alQur’an
sendiri sebagai pedoman hidup seorang Muslim sudah menunjukkan sudut-sudut
daripada kedua jalan pikiran itu. Seluruh kekuasaan itu adalah ditangan Tuhan:
Sesungguhnya Allah, adalah atas tiap-tiap sesuatu maha berkuasa (Al-
Baqarah.S.2: 20). Demikian nyatanya bahwa kekuasaan Tuhan itu tidak terbatas.
Sehingga kita telah mengurangi kekuasaan Tuhan, kalau kita katakan bahwa
Tuhan tidaklah menjadikan yang buruk, tidaklah menjadikan miskin, dan tidaklah
menjadikan bodoh. Tetapi untuk ”ta’adduban”, untuk sopansantun kita kepada
Ilahi, ada pula caranya sendiri yang harus kita lalui. Banyak kejadian yang
memang Tuhan menjadikan, sekali-kali tidak kuasa orang lain menjadikannya,
tetapi tidaklah sanggup mulut orang yang beradab mengatakan bahwa itu
dijadikan Tuhan. Dan memanglah amat janggal kalau sekiranya seorang durjana,
yang ketika hendak di potong tangannya, menjalankan hukum pencuriannya, dia
mengatakan tak usah hukum dijalankan, sebab dia mencuri ini adalah atas
kehendak qudrat iradat Tuhan.(Hamka, 1978: 304-305)
yang tidak boleh diketahui oleh rakyat banyak. Tuhanpun seperti demikian atas
hamba-hamba-Nya.
Siapa sebenarnya yang empunya akal itu? Ibarat barang yang lain yang
ada pada diri manusia, mungkin seseorang akan mengatakan bahwa dialah yang
empunya. Tetapi, kalau dipikirkan lebih dalam, tidak ada yang dipunyai menusia
secara mutlak. Akal itu sendiri, sepintas lalu, boleh dikatakan sebagai alat
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan barang itu tidak lebih dari
sebuah pinjaman dari Tuhan. Akal adalah kepunyaan Allah yang dipinjamkanNya
kepada diri manusia, karena akal itu akan dipergunakan oleh manusia dalam
memahami Allah, yakni qudrat iradat-Nya yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih
jauh dalam keseluruhannya.
Ada orang yang telah bersusah payah berusaha, namun dia masih miskin
juga. Ada pula orang jujur, tetapi hidup teraniaya. Ada orang ”pengadu untung”,
dalam segala zaman dia memperoleh kedudukan. Apakah ini adil ?
Jika caranya manusia berpikir hanya menurut ukuran diri sendiri, tidak
dibawa kepada ukuran yang lebih besar, segala sesuatu akan tampak tidak adil.
Ketidakadilan bukanlah terdapat dalam soal itu sendiri, akan tetapi terdapat dalam
jiwa manusia, karena manusia bersangkutan egoistis sendiri. Contoh sederhana,
yaitu pada setiap tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia memperingati Hari
Kemerdekaan RI dan menjadikannya Hari-Besar Nasional. Hari itu merupakan
hari di mana bangsa Indonesia dibebaskan dari penjajah. Tetapi dalam hati
bangsaBelanda, justru hari itu adalah hari perkabungan.
Kasus serupa bisa dilihat pada berdirinya negara Israel. Bangsa Arab
memandang bahwa berdirinya bangsa Israel adalah suatu hal yang tidak adil.
Tanah Palestina telah mereka terima turun-temurun 2000 tahun lamanya. Tibatiba
datang saja sekelompok orang-orang dari seluruh penjuru dunia memancang atau
mematok tanah itu dan mengatakan ini adalah negara mereka. Sebab sebelum
2000 tahun yang lalu nenek moyang mereka telah berdiam di sana.
Manusia diberi akal. Tetapi kebebasan dan kemerdekaan itu amat terbatas.
Kekuasaan tertinggi dan mutlak tetaplah di tangan Tuhan. Kalau Tuhan
berkehendak, ditujukannya akal manusia itu kepada suatu jurusan, atau
dicabutnya dari jurusan lain. Kadang-kadang manusia tidak sadar akan hal itu. Itu
sebabnya Tuhan mendatangkan para Rasul, Nabi dan Kitab-Kitab, buat menuntun
kesadaran manusia tadi. Akal itu adalah pemberian Allah kepada manusia untuk
dijadikan sebagai alat mencapai rahasia Sunnah Allah yang maha besar dan maha
luas. Pergunakanlah akal itu dengan sebaik-baiknya!
Kalau manusia tidak berkekuasaan penuh, bukanlah itu berarti tidak adil.
Sebaliknya, jika berkuasa penuh, maka justru itulah yang lebih tidak adil. Sebab
hal itu akan menimbulkan pecahnya kesatuan ”komando” alam dan timbullah
kekacauan yang lebih-lebih tidak dapat dipikirkan. Ini seandainya jika manusia
itu turut berkuasa semua. Kalau dia berkuasa, berdiri sendirikah kekuasaan itu
atau bergabungkah ia dengan kekuasaan Tuhan? Kedua-duanya tidak mungkin.
Kalau dikatakan kekuasaan yang berdiri sendiri, nyata bahwa kita tak sanggup
keluar dari batas kita. Memakai akal sendiripun nyatalah tidak sanggup keluar dari
batas ”pandangan akal” itu. Pendeknya mustahil.
Kalau bergabung, itupun mustahil. Tak dapat diterima oleh akal. Sebab,
yang demikian harus terlebih dahulu menolak bahwa akal itu dari Allah. Yakni,
bahwa akal itu adalah ciptaan manusia sendiri. Dan akal itupun sebanyak manusia
itu sendiri dan berbagai ragam pula. Ini juga dapat menimbulkan chaos
(kacaubalau). Jalan pikiran yang sehat adalah kesatuan kekuasaan, kesatuan
qudrat dan iradat, kesatuan qadla dan qadar. Semua, seratus persen, dalam
kekuasaan-Nya. Tetapi, kita tidaklah ibarat kapas diterbangkan angin semau-
maunya. Manusia sudah diberi amanat oleh Tuhan dan diberi bekal, yakni akal.
Ini semua sebagai sarana menggapai sunnah-Nya.
Ada orang yang dinaikkan Tuhan, pada masa lahirnya. Ada yang miskin,
yang bodoh, yang jahat. Ada yang nasibnya dalam lahirnya kelihatan baik.
Padahal pada batinnya hanya sama semuanya. Apa perbedaan antara hamba Allah
yang kaya dengan yang miskin? Apa perbedaan di antara yang bodoh dengan yang
pintar? Kadang-kadang orang kaya lebih banyak keperluannya, sebab itu dia tidak
merasa tenteram dengan kekayaan. Oleh sebab itu, ukuran susahnyapun sama
dengan orang miskin. Kadang-kadang orang pintar sampai ”darah tinggi”, karena
terlalu banyak yang dipikirkan, dan orang bodoh hanya duduk bersiu-siul.
Oleh sebab itu, supaya pikiran sendiri jangan bertele-tele dan tidak ada
ujungnya, maka tidak ada jalan lain lagi kecuali mempergunakan akal pemberian
Allah itu. Karena kalau engkau tidak diberiNya akal, misalnya engkau
ditaqdirkan-Nya gila, tidak pulalah diwajibkan-Nya engkau berpikir lagi.
Pergunakan akal itu. Pergunakan pikiran itu! Lalu serahkan kepada Tuhan,
gantungkan kepada Tuhan, tawakal kepada Tuhan, taqwa kepada Tuhan.(Hamka,
1978: 308)
Engkau adalah makhluk asal dari tanah, bersama dengan yang lain. Tetapi
engkau bukanlah kapas diterbangkan angin. Dan engkau berbeda dengan binatang
lain. Keutamaanmu adalah karena akal itu. Karena akal, engkau sadar bahwa
engkau ada. Engkau sadar bahwa adamu jauh berbeda dengan adanya makhluk
yang lain.
1. Ayat-ayat taqdir:
Telah mengunci Allah atas hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan
atas penglihatan mereka telah tertutup, dan bagi mereka azab yang berat
(AlBaqarah : 7)
Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana (Q.S Ad-Dahr :
30)
2. Ayat-ayat ikhtiar
Sesungguhnya kami, telah menunjukkan kepadanya jalan lurus. Ada yang
bersyukur dan ada pula yang kufur (Q.S Ad-Dahr : 3)
Sungguh, inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah oleh kamu akan di. Dan
janganlah mengikut jalan-jalan lain,yang akan menceraiberaikan kamudari
jalanNya. Demikianlah diwasiatkaNya kepadamu supaya kamu bertaqwa
(Q.S al-An’am: 153)
kesulitan dirinya sendiri. Dan adalah Allah Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana” (Q.S An-Nisaa’ : 110-111)
Sesungguhnya Allah tidaklah akan merobah apa yang ada pada suatu kaum,
sebelum mereka merobah apa yang ada pada diri mereka (Q.S Ar-Ra’d : 11)
Kedua pasangan ayat ini, lima ayat taqdir dan lima ayat ikhtiar, adalah benar.
Keduanya dalam al-Qur’an, dan tidak ada perlawanan. Kalau timbul persangkaan
bahwa dia berlawanan, bukanlah seperti yang demikian adanya, melainkan
pikiran kita yang memikirkannya justru yang berlawanan. Janganlah sebahagian
saja dipegang, tetapi peganglah dalam keseluruhannya.
5. Iman kepada Qda’ dan Qadar dapat menjauhkan diri dari perbuatan Syirik, karena
orang yang beriman kepada Qada’ dan Qadar meyakini bahwa alam semesta beserta
isinya ini berasal dari tuhan Yang Esa dan satu-satunya Tuhan yang Wajib
disembah.
Rangkuman
Iman kepada Qada’ dan Qadar merupakan aspek penting dari Akidah dan merupakan salah satu
dari rukun iman yang enam. Keimanan seorang mukmin tidak akan sempurna tanpa menimani
Qada’ dan Qadar, Iman kepada Qada’ dan qadar mengandung pengertian bahwa Allah maha
kuasa lagi Maha Mengetahui segala sesuatu, Allah telah menentukan ketetapan atas
makhlukNya sejak zaman azali. Manusia tunduk dan patuh atas ketetapan Allah ini, apa yang
dikehendaki manusia jika Allah tidak menghendaki maka tidak akan terjadi.
Tugas
Selamat !, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Iman kepada Qada’ dan Qadar.
Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 4, buatlah Power
point yang efektif tentang materi Iman kepada Qada’ dan Qadar.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berikut ini adalah rukun dari iaman kepada Qada’ dan Qadar kecuali…… a. yakin
b. ‘Ilmu
c. Masyi’ah
d. Kitabah
2. Pembahasan Qada’ dan Qadar didalamnya membahas tentang kehendak dan perbuatan
manusia, yang dalam perdebatan masalah ini menimbulkan beberapa kelompok dengan
pandangan yang berbeda, salah satunya adalah fatalism, yang mengatakan yang kurang
lebih maknanya adalah bahwa, manusia ini seperti wayang yang hanya mengikuti dalang,
pendapat ini adalah pendapat dari aliran…..
a. Qodariyah
b. Salafiyah
c. Jabariyah
d. Ahlu Sunnah
3. Di dalam Al-qur’an kata Qadar disebut dalam beberapa ayat yang berbeda, dengan arti
dan maksud yang berbeda, berikut ini yang bukan termasuk maksud dari kata Qadar yang
sebut dalam al-Qura’an adalah….
a. Al-Wasiyah wal Amr
b. Al-Ikhbar
c. At-Tadhyiq
d. Al-faragh
4. percaya bahwa kehendak Allah yang menjadi penentu atau pengendali nasib setiap
makhluk, apa yang dikehendaki Allah terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak
terjadi. Segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah.
a. Al-ilmu
b. Al- kitabah
c. Al-khalqu
d. Al-masyi’atu
5. Salah satu hikmah dari iman kepada Qada’ dan Qadar adalah menjadikan manusia
memiliki sifat Tawakkal hal ini dikarenakan……
a. Hal tersebut adalah ketentuan dari Allah
b. Telah dituliskan di lauh mahfudz bahwa manusia tersebut memikili sifat tawakkal
c. Yakin bahwa segala sesuatu terjadi pada hakikatnya karena kehendak allah
d. Tidak menggantungkan pada amal.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah peta konsep
dari materi Akidah Islam dan Rukun Iman disertai dalil-dalilnya dan Dalil serta hikmahnya
bagi seorang mukmin, lengkapi dengan contoh manifestasi iman dalam perilaku sehari-hari !
TES SUMATIF
Pilihlah Jawaban Yang Tepat dari Pertanyaan Berikut Ini!
1. Menurut bahasa akidah berarti :
a. Ikatan
b. Kuat
c. Percaya
d. Yakin
2. Sinonim kata Akidah adalah :
a. Iman
b. Islam
c. Ihsan
d. Istihsan
3. Sumber akidah Islam adalah :
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadis
c. Al-Qur’an , al-Hadis dan akal sehat yang sesuai dengan wahyu.
d. Ijma
4. Al-Qur’an yang berbicara tentang rukun iman adalah :
a. Surat al-Baqarah ayat 1-5
b. Surat al-Nisa ayat 7
c. Surat al-Imran ayat 77
d. Surat al-Baqarah ayat 177
5. Rukun iman yang keberapa yang ditambahkan oleh al-hadis
a. 1
b. 3
c. 5
d. 6
6. Menurut bahasa iman berarti:
a. Pembenaran hati
b. Pembenaran lisan
c. Anggota badan
d. Semuanya benar
7. Islam menurut bahasa berarti :
a. Percaya
b. Yakin
c. Tunduk dan patuh
d. Berbuat baik
8. Seseorang yang mengakui bahwa Allah adalah Maha Pencipta segala sesuatu,
termasuk kategori:
a. Tauhid uluhiyah
b. Tauhid rububiyyah
c. Tauhid Ilmiyah
d. Tauhid Sifat
.9 شيْـا ًٔ أنَ يقَ ُو َل لهَۥُ كُن فيَكَ َُ ون َ َ إنِ َّمََ آ أ ْمََ ُر ُٓهۥ ِإذ ٓاdalam kaitan dengan iaman kepada hari akhir
َ َأرََ اد
ayat ini mengandung pengertian bahwa..
3. Bagaimana sikap saudara, jika seseorang mengatakan bahwa kita tak perlu meyakini
takdir, yang penting kita berusaha. ?
4. Apakah hikmah dari beriman kepada Hari Akhir?
5. Apakah kelebihan akidah islam dibandingkan akidah agama lain? Sebutkan dasar
dalilnya!
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3 Formatif 4
1 B 1 C 1 A 1 A
2 D 2 D 2 B 2 B
3 A 3 A 3 C 3 C
4 A 4 C 4 B 4 D
5 B 5 B 5 B 5 C
Tes Sumatif
Bagian A
No soal Jawaban No soal Jawaban
1 A 6 A
2 A 7 C
3 C 8 B
4 D 9 C
5 D 10 B
1. Takdir Tuhan tidak akan bertentangan dengan perintah-Nya. Artinya, seseorang yang
ditakdirkan masuk surga, ia akan mudah melaksanakan perintah solat. Jika ia sulit untuk
menerima perintah solat, barangkali ia memang ditakdirkan sebagai ahlu neraka. Namun
demikian, tidak satu pun di antara manusia yang mengerti, dia akan ditakdirkan apa. Di sinilah
fungsinya usaha dan do’a bagi manusia beragama. Solat merupakan salah satu bentuk do’a.
Bahkan lebih jauh dikatakan, bahwa takdir Tuhan tidak bertentangan dengan hukum alam.
Pelaksanaan takdir Tuhan seiring dengan perjalanan hukum alam. Seseorang tidak akan panen,
tanpa ia bersawah; seseorang tidak akan menjadi sarjana tanpa ia kuliah. Masih banyak ibarat
yang lain.
2. Allah menurunkan berbagai macam kitab suci, karena Allah juga menciptakan manusia dengan
berbagai macam karakter dan kulturnya. Misalnya, Allah menurunkan kitab suci masing-masing
sesuai dengan bahasanya. Semua ini bertujuan agar mereka yang membacanya lebih mudah
memahami dan lebih komuniatif. Akan tetapi, yang demikian tidak langsung diartikan bahwa
al-Qur’an itu hanya untuk orang yang berbahasa Arab, sebab isi perintah-Nya diperuntukkan
bagi semua umat manusia.
3. Keyakinan terhadap Qada dan Qadar adalah bagian iman yang tidak boleh diabaikan. Oleh
karenanya taqdir yang merupakan bagian dari iman kepada Qada’ dan Qadar harus diyakini,
yaitu bahwa Allah bisa melakukan sesuatu apa saja terhadap seseorang tanpa diketahui secara
pasti sebelumnya oleh manusia. Namun mengimani takdir yang berakibat seseorang menjadi
malas dan pasrah, adalah sikap keberimanan yang kurang tepat. Beriman kepada takdir
maksudnya ialah seseorang harus terlebih dahulu bekerja dan berusaha semaksimal mungkin,
kemudian baru lah ia menyerahkannya kepada Tuhan.
4. Dengan beriman kepada hari akhir kita akan mendapatkan hikmah yang besar diantaranya
adalah: Pertama, cinta di dalam melakukan ketaatan serta senantiasa menjaga perilaku taat
dengan mengharap pahala untuk bekal di hari akhir, Kedua, takut untuk melakukan perbuatan
maksiat serta Ridho meninggalkan perbuatan tersebut karena takut akan siksa Allah di hari
kiamat kelak. Ketiga, sebagai hiburan bagi orang mukmin atas apa yang telah dilewatkan nya
di dunia bahwasanya kelak di akhirat dia akan mendapatkan nikmat dan pahala.
5. Beberapa keelebihan akidah islam dibandingkan akidah akidah yang lainya antara lain:
Pertama, Akidah islam terjaga keasliannya sebagaimana diturunkan kepada nabi
Muhammad QS. aL-Hijr : 9
Kedua, Akidah islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang
telah menyimpang
Ketiga, Akidah islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah
dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS. Al-
A’raf: 172
Keempat, Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan
pertentangan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam.. Ringkasan Ihya Ulumuddin terj. Zeid Husein Al-Hamid. Jakarta: Pustaka
Amani 2007
Akbar S. Ahmed, Living Islam, From Samarkand to Stornoway, New York: Fact on File Inc.,
1994.
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1995.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas X, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas XII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga
Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Masan AF., Aqidah Akhlak, Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah, Kls. 1, Semarang: Toha
Putra, 2004.
Majid, Nurcholish et.al. Nd Khazanah Intelektual Islam Jakaarta: Bulan Bintang.
Mu’ti, Mahyan Imam. Et.al.. Akidah akhlak 1. Jakarta: Departemen gama RI 2001
Rahmad, Jalaluddin et.al,. Petualangan Spiritualitas Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan
Abadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008
Shihab, quraish,. Islam Yang Saya Pahami, Tanggerang: Lentera Hati 2018
Sirait, Sangkot.. Rukun Iman antara Keyakinan Normatif dan Penalaran Logis. Yogyakarta:
Suka Press 2014
GLOSARIUM
‘amaliyah : sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana perbuatan manusia
seperti shalat, zakat, puasa dan haji
Al-Ba’tsu : Dibangkitkan dari kubur kelak di hari kiamat
Al-Hisab wal Jaza’ : Perhitungan Amal dan Balasannya
al-‘ilmu : ‘ilmu (Pengetahuan) Allah yang mendahului segala kejadian
al-Kitabah : Yaitu percaya dan yakin bahwa Allah telah menuliskan segala
sesuatu sebelum segala sesuatu tersebut terjadi.
Al-Khalqu : Yaitu Percaya bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu
Akidah : suatu kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh
keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat
kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari
aqidatul Khomsuun : Akidah 50, yang terdiri keyakinan atas 20 sifat wajib Allah, 20
sifat mustahil bagi allah, satu sifat jaiz allah, 4 sifat wajib rasul, 4
sifat mustahil rasul, dan 1 sifat jaiz bagi rasul
Fitnatul Qobri : Pertanyaan kepada mayyit saat dalam kubur, tentang siapa
tuhanmu, siapa nabimu, apa agamamu
I’tiqodiyah : sesuatu yang menjadi dasar bagaimana perbuatan manusia, atau
kepadanya didasarkan bagaimana perbuatan manusia, seperti
keyakinan akan Ke-esaan Allah dan kewajiban menyembah allah
Iman : keyakinan yang selaras antara hati, lisan dan perbuatan
Mahsyar : Dikumpulkannya manusia pada satu tempat setelah dibangkitkan
pada hari kiamat
Masyi’ah : Kehendak Allah yang berlaku pada setiap makhlukNya
tauhid : keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu bagiNya
Tauhid Asma’ wa : bahwa tidak ada suatu apapun yang menyerupai Allah baik dalam
Sifat Wujud, Dzat maupun SifatNya
Tauhid Rububiya : meng-Esakan Allah ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan
meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta segala
makhluk
Tauhid uluhiyah : meng-Esakan Allah dalam setiap perbuatan (ibadah) manusia yang
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat,
Ulul ‘azmi : para Rasul Allah yane memiliki ketabahan dan keuletan luar biasa
dalam menyampaikan risalah yang diembannya
Qada’ : ketetapan Allah sejak zaman azali
Qadar : kejadian yang menimpa makhluk sesuai dengan ketetapan Allah
MODUL 2
AKHLAK ISLAM
Penulis:
Dr. Zainal Arifin M.S.I
Dr. Sangkot Sirait
Hafidh ‘Aziz, M.Pd.I
DAFTAR ISI
Table of Contents
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
2 Pendalaman Materi Akidah Akhlak
Rangkuman ......................................................................................................................... 65
Tugas ................................................................................................................................... 65
Tes Formatif ........................................................................................................................ 65
GLOSARIUM ................................................................................................................ 78
PENDAHULUAN
Relevansi
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari Akhlak merupakan perkara yang sangat
penting, karena aklak merupakan salah satu aspek dasar dari agama islam. Kajian Akhlak
bertujuan untuk memberikan bagaimana agama islam itu dibangun berdasarkan konsep
keyakinan yang benar dan sejalan dengan fitrah manusia yang pada ujungnya melahirkan
akhlak yang mulia pada diri setiap mukmin. Akhlak merupakan dimensi Ihsan dalam ajaran
islam yang merupakan kesatuan dari tiga aspek islam
Kajian tentang Akhlak Islam ini didasarkan pada dalil-dalil Naqli yang bersumberkan
pada Al-Qur’an dan Hadis serta didukung dengan dalil Aqli yang bersumberkan pada
rasionalistas akal manusia. Kedua sumber ini penting agar kajian Akhlak Islam tidak hanya
terjebak pada kajian normatif tanpa dibuktikan dengan bukti-bukti rasional.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi Akhlak dalam Islam, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian yang
menurut Anda sangat penting.
4. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
5. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah membaca
modul ini secara teliti dan berurutan.
KEGIATAN BELAJAR 1:
HAKIKAT AKHLAK ISLAM
Pokok-Pokok Materi
1. Definisi Akhlak
2. Pembagian Akhlak
3. Dalil dalil akhlak menurut islam
Uraian Materi
Perkataan akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya khuluqun ) ( خلقyang menurut logat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku,karakter atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan”Khalkun” ) ( خلقyang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan “Khaliq” ) ( خالقyang berarti pencipta dan “Makhluk” (مخلوق
)yang berarti diciptakan.
Pendapat ketiga menjelaskan bahwa akhlak adalah ilmu tentang baik dan
buruk. Akhlak juga diartikan sebagai studi tentang wajib dan kewajiban.
Pengertian ini terlalu ringkas karena mengabaikan Sisi yang terpenting dari aspek
ilmu yaitu nilai-nilai dari perbuatan manusia yang berubah nilai baik dan buruk. (
mu’ti et.al, 2001:34)
Bagaimana manusia menghiasi diri dengan sifat-sifat utama serta menjauhkan diri
dari sifat-sifat buruk dan tercela serta menerangkan contoh-contoh metode untuk
mencapai hal tersebut. ( mu’ti et.al, 2001:33-34)
dikehendaki oleh Allah dan yang tidak dikehendaki-Nya dapat pula diperoleh
melalui akal, jiwa dan hati yang jernih
Akhlak yang jamaknya adalah Huluk secara Bahasa menurut ibnu mundzir:
berarti Ad-diin wa at-tab’u, wa sajiyah. Sementara Azhari mengatakan At-tabi’atu
dan kholiqotu serta saliqotu mempunyai makna yang sama.
Sedang menurut istilah ada beberapa definisi tentang akhlak yang pertama
adalah kemampuan yang menimbulkan pekerjaan pekerjaan dengan mudah tanpa
harus berfikir dan terbebani (al-abd, Nd)
Definisi yang ketiga akhwat adalah perumpamaan dari kondisi jiwa yang
bersih yang memunculkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran jika keadaan jiwa itu menimbulkan perbuatan yang baik baik
secara akal maupun syariat dengan mudah maka akhlak itu disebut dengan akhlak
yang baik dan jika yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka disebut dengan
akhlak yang buruk.
tata karma dan karakter (versi bahasa Indonesia) sedang dalam Bahasa Inggrisnya
disamakan dengan istilah moral atau etic.
Begitupun dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos
atau ethikos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti “Etika
adalah bahasa indonesia untuk menakai akal budi dan daya pikirnya dalam
memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Dan
etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Dalam sebuah kitab yang ditulis
عرف بعضهم اخللق أبنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة إذا اعتادت شيئا فعاندهتا هي املسماة.3
ابخللق
Artinya :
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan( karakter). Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan
itu dinamakan akhlak”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan
manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang
diulangulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu
menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama
akhlak.
Oleh karena itu metode yang paling tepat untuk memperbaiki perilaku
manusia adalah dengan memperbaiki jiwa-jiwa nya dan mensucikan Nya serta
menanamkan akhlak akhlak yang utama bahkan agama Islam sudah menjelaskan
bahwa perubahan keadaan seseorang itu mengikuti perubahan jiwanya Allah
berkata dalam Surat Ar Radu ayat 11
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
1. Iman dan percaya kepada Allah (bahwa Allah itu ada dan nyata) yang
menciptakan mati dan hidup, manusia dan alam semesta, Dialah Allah yang
maha mengetahui segala sesuatu, yang telah lalu, saai ini dan yang akan dating.
2. Sesunggguhnya Allah sejak menciptakan manausia di Dunia ini telah
mengenalkannya kepada Diri (jiwa) nya, dan mengenalkannya jalan yang baik
dan buruk, mengenalkan yang haq dan yang batil melalui risalah dan wahyu.
Allah juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk memahami hakikat
tersebut, serta memberikan petunjuk kaarah hal tersebut di dalam alam ini yang
barang siapa mau merenungkannya dan mencarinya maka akan dapat
menemukannya.
3. Adanya kehidupan setelah mati, kehidupan setelah mati ini ada yang penuh
kenikmatan namun sebaliknya ada juga yang penuh derita. Kenikmatan setelah
mati dapat diperoleh dengan mengikuti kebenaran. Sedangkan mereka yang
mengikuti kebatilan akan mendapatkan kehidupan setelah mati yang sangat
pedih.sehingga akhlak islam mengarahkan manusia untuk mengikuti yang
benar guna meraih kebahagiaan di dunia dan setelah mati (Yaljin, 1392:
119121).
Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang era tantara perilaku (perbuatan)
manusia dengan Tabiat (penrangai) manusia, maka untuk dapat membentuk akhlak
yang baik para ulama menaruh perhatian pada aspek tabiat manusia.
Akhlak manusia secara umum dibagi menjadi tiga, akhlak manusia dengan
Tuhannya, akhlak manusia dengan dirinya, dan akhlak manusia kepada masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu tanggunng jawab akhlak adalah mengarahkan manusia
pada nilai nilai dan usaha usaha dalam perbuatannya baik positif atau negative
untuk dipertanggung jawabkan dihadapan Allah, dirinya sendiri dan dalam
masyarakat sosialnya (yaljin, 1392: 327).
Maka nilai tanggung jawab akhlak ini didasarkan pada tiga dasar:
1. Iman kepada Allah, karena pilihan untuk berpegang pada akhlak yang utama dan
meninggalkan akhlak tercela tidak dapat terwujud kecuali dengan keyakinan
yang mantap yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Begitu juga
pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan tidak akan muncul kecuali
dengan keyakinan yang bersih, dan keyakinan ini adalah Iman kepada Allah.
2. Dasar Rasional (akal). Hal ini karena akal diciptakan bagi manusia agar dapat
membedakan perkara benar dan salah, baik dan buruk sehingga manusia siap
menerima perintah dan larangan juga manusia dapat akibat akibat dari
perbuatannya (AlMuhasibi, 1420: 252). Akal juga bisa memberikan isyarat dan
menunjukkan pada kebenaran (al-asfahany, 1408: 102). Akal juga menjadi
media untuk membuat pertimbanagan dalam menentukan pilihan.
3. Dasar intuisi (hati), hati bisa menjadi dasar pertimbangan perbuatan manusia,
seseorang yang mau merenungkan perbuatannya dengan bertanya pada hatinya
maka akan menemukan keteangan dalam hatinya jika dia melakukan perbuatan
baik. Atau hatinya menjadi bingung dan takut perbuatannya diketahui orang lain
jika melakukan perbuatan buruk.
menyatakan:
و يشرح الغاية الىت ينبغي،اخلي و الشر و يبني معاملة الناس بعضهم بعضا
ْ علم يوضح معىن
. أن يقصدها ما ىف أعماهلم و يبني السبيل لعمل ما ينبغي
Artinya:
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang
harus diperbuat oleh sebagian manusia terhdapap sesamanya dan menjelaskan
tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dan perbuatan mereka dan menunjukkan
yang lurus yang harus diperbuat”.
hubungan ini, Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “etika itu menyelidiki segala
perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk”. J.H. Muirhead
meyebutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) etika adalah penyelidikan
tentang tingkah laku dan sifat manusia. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa
daerah pembahasan ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik
sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok (masyarakat).
Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat dibagi dalam
tiga macam perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk perbuatan akhlak dan ada
yang tidak masuk perbuatan akhlak.
1. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat dan
disengaja. Jelas, perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa baik atau buruk,
tergantung pada sifat perbuatannya.
2. Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar
diwaktu dia berbuat, tetapi perbuatan itu diluar kemampuannya dan dia tidak bisa
mencegahnya. Perbuatan demikian bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua
macam:
a. Reflex action, al-a’maalu-mun’akiyah
Umpamanya, seseorang keluar dari tempat gelap ketempat terang, matanya
berkedip-kedip. Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada hukumnya, walupun dia
berhadap-hadapan dengan seseorang yang seakan-akan dikedipi. Atau seseorang
karena digigit nyamuk, dia menamparkan pada yang digigit nyamuk tersebut.
b. Automatic action, al-a’maalul’aliyah
Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.
Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah perbuatan
diluar kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk perbatan akhlak.
3. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat.
Yang dimaksud samar-samar/tengah-tengah, mungkin suatu perbuatan dapat
dimasukkan perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak. Pada lahirnya bukan perbuatan
akhlak, tapi mungkin perbuatan tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga
berlaku hukum akhlak baginya, yaitu bahwa perbuatan itu baik atau buruk.
Perbuatan-perbuatan yang termasuk samar-samar, umpamanya lupa, khilaf,
dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya. Terhadap perbuatan-perbuatan
tersebut ada hadis-hadis rasul yang menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan lupa,
khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya, tidak termasuk perbuatan
akhak.
Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul dengan
kehendak dan disengaja hingga dapat dinilai baik apa buruk ada beberapa syarat
yang perlu diperhatikan: (1) situasi dalam keadaan bebas, sehingga tindakan
dilakukan dengan sengaja dan (2) pelaku tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai
nilai baik buruknya. Oleh sebab itu, suatu perbuatan dapat dikatakan baik buruknya
manakala memenuhi syarat-syarat diatas. Kesengajaan merupakan dasar penilaian
terhadap tindakan seseorang. Sebagai contoh, seorang prajurit yang membunuh
musuh dimedan perang tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa
oleh situasi perang. Seorang anak kecil yang main api didalam rumah hingga
berakibat rumah itu terbakar, tidak dapat dikatakan bersalah, karena ia tidak tahu
akibat perbuatannya itu. Dalam Islam factor kesengajaan merupakan penentu dalam
penetapan nilai tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa
karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum
Islam.
Erat kaitannya dengan permasalahan diatas Rasulullah saw. telah
memberikan penjelasan bahwa kalaulah suatu tindakan itu dilakukan oleh
seseorang yang didasari karena kelalaian (diluar kontrol akal normal) atau karena
dipaksa, betapapun ada ukuran baik/buruknya, tidak dihukumi sebagai berdosa.
Ini berarti diluar objek ilmu akhlak. Dalam hubungannya dengan problem di atas
Rasulullah saw. Telah mengeluarkan sabdanya yang diriwatkan oleh Ahmad, Abu
Daud dan Hukum dari Umar bahwa Rasulullah saw. berdabda: رفع القلم عن اجملنون
املغلوب على عقله حىت يربأ و عن النائم حىت يستيقظ و عن الصب.حيت حيتلم
Artinya:
“Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila hingga
sembuh dari gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun dan (3) seorang anak
hingga ia dewasa”.
Berdasarkan hadis tersebut, perbuatan lupa atau khilaf tidak diberi hukum
dan tidak termasuk perbuatan akhlak. Perbuatan persebut umpamanya perbuatan
diwaktu tidur dan yang dipaksa. Namun, menurut ayat Al-Qur’an, kita
diperintahkan berdoa kepada Allah, untuk minta ampun, agar Allah tidak
menghukum dan menyiksa kita apabila kita berbuat lupa dah khilaf yang dianggap
salah, sehingga mendapat hukuman siksa. Jadi meskipun lupa atau khilaf termasuk
perbuatan akhlak. Dalam hal ini para ahli etika menyimpulkan bahwa perbuatan
lupa dan khilaf dan sebagainya ada dua macam:
a. Apabila perbuatan itu sudah dapat diketahui akibatnya atau patut
diketahui akibat-akibatnya, atau bisa juga diikhtiarkan untuk terjadi atau tidak
terjadinya. Oleh karena itu, perbuatan mutasyabih demikian disebut perbuatan
ikhtiari atau ghair ta’adzur, sehingga dimasukkan perbuatan akhlak. Umpamanya,
kalau kita tahu bahwa dikhawatirkan kalau tidur akan berbuat yang tidak
diinginkan, maka hendaknya sebelum tidur kita harus menjauhkan benda-benda
yang membahayakan, senjata harus diamankan, api dipadamkan, pintu-pintu
dikunci dan sebagainya.
b. Apabila perbuatan ini tidak kita ketahui sama sekali dan diluar
kemampuan manusia, walaupun sudah diikhtiarkan sebelumya, tapi toh terjadi juga,
perbuatan demikain disebut ta’adzury (diluar kemampuan manusia). Perbuatan
demikian tidak termasuk perbuatan akhlak.
Sebagaimana Rasulullah saw. Telah mengisyaraktkan sebagai berikut:
.اهلل تعاىل حتاوزىل و عن امىت اخلطأ و النسيان و ما استكرهوا عليه
ّ إن
Artinya:
“Sesungguhnya Allah member maaf bagiku dari umatku yang khilaf, lupa dan
terpaksa”.
Sebagaimana ajaran Islam yang bersumber dari al-qur’an dan Hadits maka
akhlak islam juga demikian bersumber pada dua sumber ajaran islam tersebut yaitu:
Al-Qur’an dan Sunnah.
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR.
Muslim)
{أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا وخياركم خياركم لنسائهم }رواه الترميذي
Artinya: oaring mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya, dan yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik
(perlakuannya) kepada wanita (istri)nya. (HR. Tirmidzi)
Akhlak yang diberi penekanan cukup besar dalam agama Islam tentu
memiliki tujuan yang ingin dicapai diantara tujuan dari akhlak adalah:
yang beriman dan mengerjakan amal saleh, amak bagi mereka pahala yang tidak
putus-putusnya”.
Menurut Iman Al-Ghazali dalam bukunya Mukasyafatul Qulub, Allah telah
menciptakan makhluknya terdiri atas tiga kategori. Pertama, Allah menciptakan
malaikat dan diberikan kepadanya akal dan tidak diberikan kepadanya elemen nafsu
(syahwat). Kedua, Allah menjadikan bintang dan tidak dilengkapi dengan akal,
tetapi dilengkapi dengan syahwat saja. Ketiga, Allah menciptakan manusia (anak
Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwatn(nafsu). Oleh karena itu, barang
siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya, maka hewan melata misalnya
lebih baik dari manusia. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat
mengalahkan nafsunya, derajatnya diatas malaikat. Sedangkan menurut Prof. John
Oman, Morality without religion lacks awide heaven to bearth in (moral tanpa
agama kehialangan tempat yang luas untuk bernafas).
Akhlak sangatlah urgen bagi manusia. Urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan
oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa
atau bernegara. Akhlak adalah mustika hidup yang membedakan makhluk manusia
dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak adalah manusia yang telah
“membinatang”, sangat berbahaya. Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada
binatang buas sendiri.
Jika akhlak telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan ini akan
kacau balau, masyarakat menjadi berantakan. Orang tidak lagi peduli soal baik atau
buruk, halal atau haram. Dalam Al-Qur’an ada peringatan menjadi hukum besi
sejarah (sunnatullah), yaitu firman Allah dalam surat Al-Araf Ayat: 182 وأ ه ِل ََِين
هذبو ۟ا بِِـايََ تِنا س ْنسَ تدْ ِر ُج َُ َُم ِم ْن ح ْي ُث لَ يع َْل ُمَون
ُ ك
Artinya:
“(dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, akan kami lalaikan mereka
dengan kesenangan-kesenangan dari jurusan yang mereka tidak sadari dan
mengetahui)”.
Rasulullah saw. pun diutus diantara misinya membawa ummat manusia
kepada akhlakul karimah. Dalam sabdanya disebutkan: إهنّا
بعثت ألمتم مكارم األخالق
Artinya:
Artinya:
“Bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka memiliki akhlak. Bila akhlak telah
lenyap dari mereka, merekapun akan lenyap pula”.
Berdasarkan definisi ilmu akhlak, faedah mempelajari ilmu akhlak sebagai
berikut:
Dualisme bentuk akhlak yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk
membawa konsekwensi yang berbeda bagi pelakunya. Masing masing perbuatan
akhlak manusia akan mendapatkan balasannya baik atau buruk. Sebagaimana
dijelaskan diatas akhlak seseorang dibagi menjadi tiga, akhlak terhadap Allah,
terhadap diri sendiri dan masyarakat. Maka balasan dari akhlak juga dari tiga ini.
Balasan dari Allah untuk akhlak manusia berupa Pahala untuk orang yang
berakhlak baik dan hukuman bagi yang berakhlak buruk, balasannya bisa di dunia
atau kelak di akhirat. Bagi diri sendiri maka balasan dari akhlak seseorang adalah
situasi hatinya setelah melakukan sesuatu perbuatan jika perbuatan dan akhalaknya
baik hatinya merasa tenang dan nyaman, dan sebaliknya keadaan dan perasaan
hatinya buruk dan tidak baik jika perbuatan dan akhlaknya jelek. Sedangkan balasan
dari masyarakat adalah berupa sanksi social sesuai dengan aturan yang berlaku
didalam masyarakat.
a. Akhlak Mahmudah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat
yang terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepda
rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh
kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala
musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu
dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim,
menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka
bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup
bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam. Selain itu terdapat pula
sikap untuk menilai orang lain yang disebut dengan husnuzzan. Husnuzzan artinya
berprasangka baik. Sedangkan huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti
selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap
hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba
berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada
orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah
prasangka Allah kepada orang tersebut.
b. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad,
takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat,
tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor,
mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Rangkuman
A. Menurut bahasa akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Objek
pembahasan adalah semua perbuatan manusia sedangkan objek pembahasan ilmu akhlak
ialah tindakan-tindakan yang dapat diberikan nilai baik/buruk, yaitu perkataan dan
perbuatan yang termasuk kedalam kategori perbuatan akhlak. Ilmu akhlak bukanlah
jaminan seseorang menjadi orang yang berakhlak mulai bersih dari sifat tercela. B. faedah
mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut:
1. Dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang
dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.
2. Dapat menjelaskan kepada orang sebab atau illat memilih perbuatan yang baik
dan lebih bermanfaat.
3. Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap
kepada keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang
positif dengan menguatkan unsure iradah.
4. Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab melakukan
atau tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia akan memilih pekerjaan
atau perbuatan yang nilai kebaikannya lebih besar.
5. Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan menghadapi perbuatan
itu dengan penuh minat dan kemauan.
6. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis perilaku orang
banyak dan tidak akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan yang
matang lebih dulu.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Akhlak Islam. agar Anda dapat
lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta konsep (mind map)
ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih mudah dipahami. Serta buatlah table
untuk menidentifikasi akhlak terpuji dan tercela.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Akhlak sebagai ilmu didefinisikan dengan bayak definisi, berikut ini yang bukan definisi
akhlak adalah….
a. Ilmu tentang manusia
b. Ilmu Tentang Kebiasaan
c. Ilmu Tentang baik dan Buruk
d. Ilmu tentang akal
2. Seorang yang berperilaku dengan akhlak yang buruk maka sanksinya atau konsekuensi
yang dia peroleh dalam hatinya adalah
a. Siksa
b. Gundah dan tidak nyaman
c. Sanksi sosial
d. Dosa
4. Maksud dari kata “menghidupkan kamu” dalam surat al-anfal:34 menurut Prof. Quraish
Shihab adalah….
a. bahwa Allah menganugerahi manusia apa yang berpotensi mencapai
kesempurnaannya
b. menghidupkan setelah mati
c. meniupkan Ruh atau nyawa pada maanusia
d. menyelamatkan kamu
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda dipersilakan mempelajari kembali
Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang kurang Anda kuasai.
Pokok-Pokok Materi
1. Akhlak terpuji
2. Akhlak terpuji terkait diri sendiri
3. Adab kepada orang tua
4. Akhlak terpuji dalam kehidupan social, bernegara dan berbaangsa
Uraian Materi
A. AKHLAK MHMUDAH
Masih ingat dalam kegiatan belajar sebelumnya, akhlak dibagi menjadi dua mahmudah dan
madzmumah, sekarang kita akan membahas tentang akhlak mahmudah. “Akhlak mahmudah
adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah
atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”. Diantara akhlak akhlak
terpuji adalah:
1. Hidup Bersih
Hidup bersih adalah menjalani kehidupan dengan selalu menjaga kebersihan. Anjuran untuk
hidup bersih merupakan perintah agama dan perintah sosial. Dalam agama, hidup bersih
merupakan bagian keimanan itu sendiri. Dalam kehidupan social, terutama perintah
kesehatan dan lingkungan, hidup bersih juga sebagai keharusan. Dengan demikian, kita
wajib hidup bersih, karena hal itu merupakan tuntutan keduanya.
Hidup bersih mengandung dua pengertian; yakni bersih dalam pengertian fisik (jasmani)
dan bersih dalam pengertian rohani. Dalam pengertian fisik, bersih mencakup bersih badan,
bersih pakaian, bersih tempat tidur, bersih ruang kelas, bersih tempat tinggal dan lingkungan,
bersih tempat ibadah.
Bersih badan ini bisa dilakukan dengan kegiatan sehari-hari seperti mandi dua kali sehari
dengan bersabun, menyikat gigi setelah bangun tidur, makan dan menjelang tidur, mencuci
tangan sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur dan menghindari tempat-tempat kotor.
Bersih pakaian maksudnya memelihara kebersihan pakaian dari kotoran dan najis. Dari segi
agama dan kesehatan, kita dianjurkan untuk memakai pakaian bersih. Sebab pakaian kotor
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Bersih pakaian juga mengandung arti bahwa
pakaian itu tidak diwarnai dengan cat, pilok, tulisan, gambar dan lambang-lambang apa pun.
Sebab hal itu akan menjadikan pakaian yang dipakai justru menjadi simbol kenakalan.
Bersih tempat tidur, artinya bantal dan kasur yang kita pakai tidak mengandung debu dan
jenis kotoran lain, penerangan lengkap, udara masuk, dan juga tidak lembab. Bersih tempat
tinggal dan lingkungan artinya memelihara kebersihan dengan menyapu lantai setiap hari,
menyediakan tempat sampah, tidak membuang sampah di sembarang tempat, saluran air
kotoran selalu dibersihkan, tidak mencorat-coret tembok rumah, tembok sekolah, jembatan
dan bahu-bahu jalan.
Termasuk kepada bersih lingkungan dalam wilayah yang lebih luas adalah menjaga dan
memelihara ciptaan Allah yang ada di sekitar kita, seperti tumbuh-tumbuhan, hutan, laut,
binatang-binatang dan sebagainya. Semua ini termasuk akhlak yang terpuji.
Hutan merupakan faktror yang sangat penting untuk menopang kehidupan. di bumi.
Kenyataannya, luas hutan hanya seperempat bagian dari daratan bumi. Hutan memberikan
peerlindungan kepada kestabilan tanah, iklim lokal, dan menyerap pemanasan global. Hutan
juga menjadi habitat berbagi jenis flora dan fauna. Dari sudut pandang ekonomi, hutan tidak
hanya menghasilkan kayu industri dan kayu bakar, akan tetapi juga obat-obatan dan tanaman
bermanfaat lainnya. Bila pengelola tidak baik, maka banyak kawasan hutan yang rusak.
Kayu adalah satu sumber daya alam tertua. Bangunan, perahu, mebel, batang korek api, dan
kertas adalah beberapa benda yang dapat dibuat dari kayu yang berasal dari berbagai jenis
pohon. Dan Dialah Allah yang menjadikan bagimu dari yang diciptakan-Nya keteduhan,
dan dari gunung-gunung Ia menjadikan bagimu tempat berlindung, dan Ia menjadikan
bagimu pakaian yang melindungi dari kekerasan. Demikianlah ia lengkapkan nikmat –Nya
bagimu supaya kamu tunduk pada kehendak-Nya dalam Islam. (QS. an-Nahl: 81)
Selingan:
Seorang kakek tua membuat sebuah kebun buah pada usia delapan
puluh tahun, para tetangga mengira ia sudah gila. Pada suatu hari
para tetangga melihat si kakek tua sedang sibuk menanam pohon di
tanah lapang dekat rumahnya. Orang-orang berkerumun dan mulai
mentertawakannya. Mereka bertanya: Apa yang telah merasukimu
sehingga kau mulai menanam pohon pada usiamu sekarang? Kau tak
akan sempat melihat pohon-pohon itu tumbuh besar dan berubah.
Sang kakek tetap meneruskan pekerjaannya. Setelah beberapa sa’at,
ia menegakkan badannya dan memperhatikan orang-orang itu. “Tak
terpikirkan oleh kalian, bahwa aku sedang menanam pohon untuk
generasi sesudahku?”, lalu ia membungkuk dan meneruskan
pekerjaannya. Orang yang menanam pohon tidak selalu makan
buahnya.
Samudera yang luasnya sekitar 362 juta km2 menutup lebih dari 2/3 permukaan bumi.
Berarti lebih dari dua kali luas daratan. Samudra menyim pan 90% air di dunia. Samudera
sangat berpengaruh kepada system cuaca harian dan iklim jangka panjang bumi. Hampir
75% panas dari matahari yang mencapai bumi tersimpan oleh samudera. Laut merupakan
sumber kehidupan manusia. Di laut orang bisa mengambil ikan, berlayar, mengambil energi,
dan masih banyak lagi kepentingan lain. Oleh karena itu kita wajib melindungi laut dari yang
merusak ekosistemnya. Dialah yang menundukkan lautan, supaya dari situ kamu dapat
memakan daging yang segar dan lembut, dan dapat kamu keluarkan dari dalamnya
perhiasan guna dipakai, dan kamu lihat kapal berlayar melelui ombak supaya kamu
mencari karunia Allah dan kamu bersyukur (QS. An-Nahl: 14).
Sayang, banyak orang memperlakukan laut dan samudera dengan ceroboh. Mereka
merusak habitat laut, maracuni makhluk hidup laut, dan menggunakan laut sebagai mtempat
pembuangan sampah yang mengancam kesehatan orang-rang yang tergantung pada laut.
2. Kasih Sayang
Selain bersih fisik, seperti yang disebutkan di atas, ada pula bersih rohani. Bersih rohani
artinya bersih dalam bersikap seperti menyayangi orang lain, berperilaku bagus dan rukun
dengan tetangga, menasehati teman yang melakukan kejahatan, menghormati kedua orang
tua dan mengikuti perintahnya, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan terpuji sebagai
indikator seseorang itu dapat disebut memiliki rohani yang bersih.
Ahmad dan Rusli sekarang sama-sama duduk di kelas satu SD. Mereka
adalah dua sahabat yang bertetangga dan akrab sekali. Pada suatu hari,
Rusli, teman sekelas Ahmad tidak bisa hadir di sekolah karena sakit.
Sudah barang tentu, Rusli terpaksa tinggal pelajaran hari itu. Sehari
kemudian, Rusli sudah sembuh. Bahkan esok harinya Rusli sudah bisa
masuk sekolah seperti biasa. Ketika Rusli pulang dari sekolah, tiba-tiba
Ahmad, teman akrabnya, memanggilnya. “Rusli, kamu sudah sehatkan
bukan? O ya, sahut Rusli. Kemudian Ahmad berkata lagi: “syukurlah,
kamu dua hari yang lewat sakit bukan? Jadi, saya ingin bantu kamu untuk
mengulang dan menerangkan kembali pelajaran pada hari dimana kamu
sakit waktu itu, kamu setuju bukan?” O ya, saya sangat setuju, jawab
Rusli. OK, nanti malam selesai sholat magrib kita belajar bersama saja.
Alhamdulillah, kamu Ahmad adalah teman saya yang penyayang sama
temannya, ujar Rusli dengan wajah ceria.
Kasih sayang, seperti tergambar dalam cerita pendek di atas, juga dapat terujud dengan
sikap penolong Ahmad atas temannya Rusli. Demikian memang, manusia adalah sebagai
makhluk sosial. Pada dasarnya, ia tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan teman dalam
hidupnya. Si Amad, yang sehat sekalipun tidak bisa hidup ceria tanpa temannya Rusli, yang
pada waktu itu sakit. Ahmad butuh teman bicara, bermain, bercanda dan masih banyak
bentuk kebutuhan lainnya. Siapa pun yang hidup di tengah masyarakat, tidak akan bisa lepas
dari sikap tolong menolong. Seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri, untuk
kepentingan dirinya sendiri, apalagi sampai mengorbankan orang lain.
Seorang guru bisa saja mengungkapkan manfaat tolong menolong, seperti: disayang Allah,
disayang orang tua maupun teman, hidup tenang dan bahagia, bisa membantu orang lain
untuk lepas dari suatu kesulitan dan masih banyak manfaat langsung yang bisa dirasakan
para siswa dalam kehidupan realnya. Untuk mengetahui siswa aktif, guru bisa pula
mengajukan pertanyaan seperti:
3. Disiplin
Disiplin dapat diartikan melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan, petunjuk,
kesepakatan atau jadual. Dalam agama Islam, , disiplin merupakan ajaran yang sangat
penting. Pentingnya menghargai waktu misalnya, dapat dibaca dalam al-Qur’an surat
al‘Ashr, ayat 1-3 yang menyebutkan: Demi waktu, Sungguh manusia dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Ada beberapa hal yang bisa disampaikan di sini terkait dengan hal kedisiplinan, yakni
disiplin belajar atau di sekolah, disiplin bermain, disiplin nonton televisi, disiplin di
tempattempat umum dan kenderaan umum.
Disiplin belajar atau disiplin di sekolah merupakan hal yang rutin dilakukan dan bisa diawasi
setiap saat. Hanya saja disiplin belajar di luar sekolah, seperti di rumah, selalu mendapatkan
kendad atau kesulitan. Secara teoritis, orang tua dan lingkungan harus berperan. Akan tetapi
dalam kenyataan, banyak sekali orang tua siswa yang merasa kesulitan untuk membimbing
anak disiplin belajar di rumah. Akhirnya, guru tetap saja sebagai sosok tempat mengadu
orang tua. Oleh karena, ada satu strategi yang bisa dilakukan guru untuk menambah tingkat
disiplin anak di rumah, yakni dengan menekankan kepada anak untuk
membacakan/mempresentasikan kembali isi pelajaran yang didapatkan di sekolah, yakni
membacakan di depan orang tuanya atau kolega lain. Hal ini bisa dilakukan berlangsung
rutin setiap hari. ‘Menekankan’ artinya ada evaluasi, indikator dan sanksi yang jelas dan
tegas dari guru bila hal ini tidak dilakukan. Dalam kenyataan di lapangan, apa yang dikatakan
guru (perintah atau larangan) ‘lebih ampuh’ dari perkataan orang tua.
Dewasa ini, jenis permainan anak cukup berkembang pesat, yakni dari yang paling murah
hingga yang paling mahal. Dari bermain petak umpat di kampung-kampung sampai ke Time
Zone di Super Market. Barangkali, permainan-permainan seperti ini masih dalam kategori
bisa diawasi dan terjadual secara baik. Artinya, masih besar kemungkian untuk membentuk
kedisiplinan anak dalam melakukan permainan itu. Terutama, dewasa ini, kesempatan untuk
bermain anak sudah sangat terbatas oleh jam kesibukan belajar, yang menurut sebagian ahli
pendidikan, sudah melanggar hak anak-anak. Ini juga harus dimaklumi oleh orang tua dan
pengelola pendidikan sendiri.
Berbeda dengan menonton televisi, tampaknya, tidak ada jadual yang jelas kapan seorang
anak menonton televisi, kemudian dalam acara apa misalnya. Sudah barang tentu, ada
beberapa orang tua yang sudah melakukan penjadualan secara ketat tentang kapan seorang
anak nonton televisi di rumah. Namun, kebanyakan belum bisa melakukan itu secara
konsisten. Sudah banyak guru yang menyampaikan himbauan ini di dalam kelas, tetapi
belum secara maksimal dilakukan anak. Satu acara yang cukup menarik seperti Smack
Down, belakangan ini sudah tidak banyak dilihat siswa tertentu, karena ada beberapa sekolah
yang secara tegas mengatakan bahwa permainan itu haram, dan menontonnya pun berarti
berdosa. Memang, pendekatan-pendekatan normatif dalam hal tertentu penting dilakukan
untuk menjadikan anak lebih berhati-hati. Cara seperti ini, juga bisa dilakukan untuk
acaraacara lain, bukan hanya Smack Down
Dari seluruh ajaran yang terkait dengan aqidah dan akhlak, pedekatan dengan pembiasaan
merupakan strategi yang dianggap lebih tepat. Para siswa tidak harus banyak dituntut untuk
menghafalkan, akan tetapi membiasakan diri untuk melakukan. Yang ingin disampaikan di
sini adalah seharusnya perbuatan-perbuatan baik yang dilakukian itu merupakan hasil
pembiasaan, yang pada gilirannya menjadi budaya masyarakat (peserta didik). Apakah yang
demikian akan mendapat pahala Tuhan, barangkali penekanan aspek normatif ini dijelaskan
di belakang. Demikianlah, strategi ini bisa ditarapkan terhadap perbuatan-perbuatan yang
dilarang (tercela).
Al-Quran pada dasarnya sudah memberikan contoh minimal atas apa yang tidak boleh
dilakukan terhadap orang tua (bapak dan ibu). Di sana disebutkan “janganlah kamu
mengatakan ‘ah’ kepada kedua orang tua kamu, akan tetapi katakanlah kepada mereka
katakata yang mulia. Adab kepada orang tua tidak semata dalam bentuk kata seperti itu, akan
tetapi juga terkait dengan tingkah laku maupun sikap. Sebab, sering ditemukan kata-kata
yang kelihatan halus dan hormat, akan tetapi dapat berimplikasi menyakitkan hati orang tua.
Oleh karena itu, faktor budaya dalam masyarakt juga harus mendapat pertimbangan.
Adab kepada orang tua bisa dilakukan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Seorang anak harus dilatih untuk berbakti kepada kedua orang tua. Demi tujuan ini,
hendaknya ia diberi beberapa tugas yang dapat dilaksanakan. Setiap dia mentaati
kedua orang tuanya, hendaknya ia diberi pujian agar nilai semcam ini semakin
tertanam.
b. Berbicara dengan orang tua dengan sopan dan tidak mengeraskan suara. Allah
berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 24: Dan rendahkan lah dirimu terhadaop mereka
(dua orang tua) dengan enuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidik aku diwaktu kecil’.
c. Anak dibiasakan agar tidak memandang dengan tajam terhadap kedua orang tuanya,
serta duduk dengan sopan di hadapan mereka.
d. Anak dibiasakan agar tidak keluar rumah tanpa seizing orang tuanya, sert atidak boleh
pulang terlambat kecuali mendapatka izinnya.
e. Sejak kecil anak dibiasakan untuk mendo’akn kedua orang tuanya. Metode terbaik
dalam hal ini apabila anak selalu mendengan orang tuanya berdo’a untuk kakek
neneknya. Dengan cara ini, insya Allah, akan tertanam pada diri anak untuk selalu
mendo’akan kedua orang tuanya.
Pada umumnya, tindakan anak sangat dipengaruhi kebiasaan orang tuanya. Oleh karena itu,
aspek keteladanan merupakan hal paling utama dalam pembinaan anak-anak. Keteladanan
merupakan metode terbaik dalam pendidikan moral. Diperingatkan kepada dua orang tua,
bahwa mereka selalu diawasi oleh putra-putrinya dalam keluarga. Bahkan, segala prilaku
mereka akan selalu direkam dalam hati anak yang masih bersih dan suci, hati yang
merupakan amanat Allah yang ada pada diri anak. Pada aspek keteladanan, sikap yang harus
dituntut adalah konsistensi serta kelangsungan, baik dalam perbuatan ataupun budi pekerti
yang luhur dari dua orang tua.
Adab kepada guru sebenarnya tidak jauh berbeda dengan adab kepada dua orang tua. Hanya
saja guru dan anak bertemu di sekolah dengan waktu tertentu, sementara orang tua biasanya
di rumah.
Adab kepada teman, biasanya tampak ketika anak-anak sedang bermain, belajar bersama
dan jalan bersama. Suatu hal penting dalam pendidikan adab kepada sesama teman ialah
etika dalam bergaul. Hal ini penting terutama bagi anak-anak yang dalam kelompok bermain
mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Etika di sini tidak hanya menyangkut masalah
baik dan buruk, tetapi juga terkait dengan tepat atau tidaknya suatu perbuatan dilakukan
waktu itu. Demikian pula, tindakan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing.
Aspek penting yang ditanamkan kepada anak-anak adalah mengucapkan terima kasih, saling
menghormati pendapat temannya, bermusyawarah, saling menolong dan lain sebagainya.
Toleransi berasal dari Bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap bertahan
hidup tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau
disenangi. Dalam kamus Bahasa Indonesia toleransi berarti kelapangan dada dalam arti
suka rukun kepada siapapun membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain.
Sikap toleransi ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang baik social maupun
keagamaan namun dalam pembahasan ini kajian tentang toleransi akan kita fokuskan
dalam masalah agama.
Poin yang dituangkan dalam Piagam Madinah antara lain berisi bahwa umat Islam dan
orang-orang Yahudi harus mempertahankan Yatsrib atau Madinah apabila diserang oleh
musuh serta mengukuhkan kebebasan keluar dari kota Yatsrib bagi yang menghendaki
dan mempersilahkan berdiam diri bagi yang ingin mempertahankan kehormatannya
Toleransi sebagai bentuk kemauan untuk menerima perbedaan berarti sejalan dengan
sunnatullah yang menciptakan manusia bersuku suku berbangsa bangsa agar saling
mengenal saling berinteraksi satu sama lain.
Bahkan ajaran Islam dengan tegas mengatakan bahwasanya di dalam beragama tidak
ada paksaan maka manusia bebas memilih jalannya masing-masing yang tentunya nanti
akan bersedia menerima konsekuensi dari pilihannya. Meskipun manusia berbeda
keyakinan namun Islam mengajarkan untuk saling menghormati saling berbuat baik
dalam kehidupan social bermasyarakat Sedangkan untuk urusan kyakinan
keagamaannya diserahkan kepada masing-masing lakum dinukum waliyadin.
Dewasa ini di tengah hiruk pikuk isu politik nasional yang mulai mengarah pada politik
identitas sehingga sesame bangsa Indonesia terpisah oleh sekat-sekat karena perbedaan
pilihan politik dan tidak jarang Hal ini menimbulkan perselisihan di antara saudara
sebangsa saling mencaci saling menghargai dan saling menjatuhkan.
Dalam situasi seperti ini maka toleransi menjadi penting untuk dikedepankan dalam
akhlak pergaulan hak sesame muslim maupun dengan saudara yang non muslim
sebangsa setanah air demi menjaga kerukunan kedamaian serta persatuan dan kesatuan
bangsa. Karena yang demikian ini sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Allah
maupun Rasulullah sebagaimana disebutkan di pembahasan di atas.
Untuk mewujudkan toleransi Ndak nya kita senantiasa memahami bahwa dalam
kehidupan selalu terdapat perbedaan bahkan perbedaan-perbedaan itu adalah
sunnatullah, dan enaknya kita sebagai Muslim mampu menyikapi perbedaan-perbedaan
itu dengan baik sehingga perbedaan bisa menjadi rahmat Bukan sebaliknya karena
perbedaan menyebabkan perpecahan. Hal lain yang bisa kita usahakan untuk
menumbuhkan perilaku toleransi adalah dengan membuka diri untuk menerima saran
dan masukan dari orang lain didasari pada kenyataan bahwa Sanya kita adalah manusia
yang penuh kekurangan dan kelemahan tempatnya salah dan lupa. Dengan menyadari
kelemahan Kita sebagai manusia ini akan mengikis kesombongan Dani goyang apa yang
ada pada diri kita sehingga kita bisa memproses ikan diri di hadapan manusia yang lain
tanpa merendahkan dan memaksakan kehendak.
Maka ketika nilai-nilai dan praktek toleransi ini dapat kita lestarikan dalam relasi social
kita maka kita akan mendapatkan hal-hal positif dari nya diantaranya adalah:
Secara etimologi musawah diartikan sebagai sama tidak kurang dan tidak lebih.
Sedangkan secara istilah musawah berarti persamaan seluruh manusia dalam hak dan
kewajiban tanpa ada pemisahan atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan
kelas aliran kelompok keturunan pangkat atau harta dan hal-hal lainnya.
Ajaran Islam yang mengedepankan persamaan menjadi daya Tarik pada awal dakwah
dakwah Rasulullah. Mereka orang-orang yang tidak mampu dan para Bunda yang
awalnya sering ditindas setelah mengakui prinsip musawah di dalam Islam maka
mereka tertarik dan berbondong-bondong untuk menyatakan keislamannya. Prinsip
musawah atau persamaan derajat ini salah satunya dikukuhkan oleh Rasulullah dalam
peristiwa Haji Wada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “wahai
segenap manusia Ingatlah bahwa Tuhan kalian sama ayah kalian sama kalian adalah
keturunan Adam dan Adam berasal dari tanah tidak ada perbedaan bagi orang Arab
atau non Arab orang yang berkulit merah dan orang yang berkulit hitam atau
sebaliknya kecuali ketakwaannya Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian
adalah orang yang paling bertakwa”.
Contoh lain dari prinsip musawah di dalam Islam adalah peristiwa ketika Usamah bin
Zaid ingin membantu untuk meloloskan seorang wanita dari suku Quraisy agar
terbebas dari jeratan hukum maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Apakah engkau wahai Usamah akan membantu meloloskan seseorang dari hukum
Allah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpidato dan berkata Wahai segenap
manusia sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah hancur sesungguhnya
mereka Apabila ada di antara orang yang terhormat dari Mereka mencuri maka
mereka membiarkan dan apabila ada orang yang lemah mencuri maka mereka
tegakkan hukuman demi Allah seandainya Fatimah binti Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam mencuri maka niscaya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam akan
memotong tangannya” (Hadits Riwayat Bukhari.)
Prinsip prinsip musawah di dalam Islam tidak hanya terbatas dalam hubungan social
atau di dalam urusan hukum semata akan tetapi di dalam beribadah juga terkandung nilai-
nilai persamaan nilai-nilai musawah contohnya adalah antara lain di dalam salat tidak ada
perbedaan dalam ibadah salat antara orang yang kaya orang yang miskin punya hak yang
sama berdiri membentuk Sofyan lurus yang sama tanpa membedakan kaya miskin kuat
lemah. Pun demikian di dalam ibadah haji Jamaah Haji menggunakan pakaian yang sama
Tiada Beda antara si kaya dan si miskin. Inilah di antara prinsip-prinsip musyawarah di
dalam ibadah yang diajarkan oleh agama Islam. c. Ukhuwah
Di samping toleransi dan dan musawah satu hal lagi yang penting untuk senantiasa kita
tanamkan pada diri kita adalah Ukhuwah ukhuwah secara Bahasa artinya adalah
persaudaraan. Ukhuwah adalah persaudaraan kerukunan persatuan dan solidaritas
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.
Ukhuwah Islamiyah serta perintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah salah
satu aspek yang ditekankan oleh ajaran Islam Allah menjelaskan dalam firmannya
Alquran surat al-hujurat ayat 10 orang-orang yang beriman itu sesungguhnya
bersaudara oleh karena itu damaikanlah atau perbaikilah hubungan antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Bahkan Rosulullah mengumpamakan persatuan dan persaudaraan umat Islam itu ibarat
tubuh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “ perumpamaan orangorang
beriman di dalam kecintaan kasih saying dan kelembutan seperti satu tubuh Apabila
salah satu anggota tubuh mengeluh karena sakit m maka seluruh anggota tubuh lainnya
merasakan sakit dan tidak dapat tidur serta demam Hadits Riwayat Muslim.
Dari sini dapat kita garis bawahi bahwasanya ukhuwah atau persaudaraan di dalam
kehidupan manusia secara umum didasari pada dua hal:
Macam-macam Ukhuwah
Di atas dijelaskan bahwa sannya ukhuwah terwujud karena adanya persamaan yang
melatarbelakangi satu orang dengan orang lain untuk saling bersaudara dan bersatu.
Maka persamaan keyakinan dan agama mendorong manusia untuk bersatu dan
bersaudara yang di dalam Islam kemudian melahirkan ukhuwah Islamiyah. Dan di
samping kesamaan agama masih ada factor-faktor yang menjadi latar belakang
manusia untuk saling bersaudara dan bersatu. Dalam konteks agama Islam dan kaitan
nya dengan kehidupan social kemasyarakatan di dalam berbangsa dan bernegara
setidaknya setidaknya ada tiga bentuk ukhuwah yang punya peran besar dalam
kehidupan masyarakat.
1. Yang pertama ukhuwah Islamiyah yang didasarkan pada kesamaan agama Islam
2. Yang kedua ukhuwah Wathoniyah, ukhuwah wathaniyah berarti persaudaraan
kebangsaan. Maka dalam konteks Indonesia seluruh warga negara Indonesia
adalah bersaudara.
Tiga hal ini toleransi musawah dan Ukhuwah menjadi pilar untuk membangun tatanan
masyarakat yang adil makmur aman dan damai.
Rangkuman
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”. Akhlak
terpuji meliputi akhlak terhadap diri sendiri, terhadap allah dan juga terhadap lingkungan dan
social bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Akhlak terpuji dalam Islam banyak sekali
bentuknya, Diantara akhlak terpuji yang hendaknya dibiasakan antara lain: hidup bersih, kasih
sayang, disiplin, dan sebagainya. Termasuk akhlak yang terpuji adalah budi pekerti yang baik
kepada orang tua. Akhlak islam juga mengajarkan untuk membangun komunitas masyarakat
yang adil aman tentram dan damai, maka islam mengajarkan toleransi, tawasut, dan musawah.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Akhlak Terpuji menurut Islam.
Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 2, baca ulang
dengan cermat serta pahami dengan baik, lalu ambillah poin-poin pentingnya dan susun dalam
bentuk power point yang efektif dan menarik.!
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Dalam mewujudkan kehidupan bernegara yang aman tentram dan damai hendaknya
manusia menghiasi diri dengan akhlak berikut kecuali…
a. Ukhuwah
b. Musawah
c. Tasamuh
d. Disiplin
a. Ukhuwah Islamiyah
b. Ukhuwah Diniyah
c. Ukhuwah Wathaniyah
d. Ukhuwah Insaniyah
3. Hilangnya sifat dengki fitnah Kebencian Dendam dan permusuhan dalam hidup
bermasyarakat adalah salah satu hikmah dari…..
a. Disiplin
b. Toleransi
c. Ukhuwah
d. Ukhuwah wathaniyah
4. Salah satu cara yang baik untuk menanamkan adab yang baik seoarang anak kepada orang
tuanya adalah…..
a. Menuruti semua keinginannya
b. Bersikap santun dan lemah lembut kepada semua orang serta tidak membeda-
bedakan ras, agama, dan suku.
c. Memeberikan tugas tertentu untuk dikerjakan.
d. Memukul jika anak melakukan kesalahan.
5. Disiplin dapat diterapkan dalam banyak hal, yang termasuk disiplin dalam bermain dan
menonton TV adalah…
a. Membuat filter materi tontonan dan mainan anak dan mengatur waktunya
b. Melarang anak menonton TV dan bermain Gawai
c. Mendikte dan memaksa anak menonton tontonan kesukaan orang tua
d. Membebaskan anak memilih tontonannya sendiri
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Pokok-Pokok Materi
1. Akhlak tercela
2. Macam macaam akhlak tercela: Berjudi,
3. Hikmah dilarangnya akhlak tercela
Uraian Materi
A. AKHLAK MADZMUMAH
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa “Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela
atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut,
kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong,
putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Akhlak tercela dapat diartikan sebagi sikap dan perbuatan yang buruk menurut
pandangan agama dan buruk menurut masyarakat pada umumnya. Penilaian suatu perbuatan
harus didasarkan dua kekuatan tersebut. Jika, salah satu saja yang dijadikan ukuran, maka
kemungkinan akan muncul sikap dan tingkah laku yang apologis di kalangan anak didik.
Seseorang akan mengatakan, “yang penting baik menurut pandangan Tuhan atau agama”. Jadi
manusia sekitar tidak dipentingkan atau tidak perlu dipertimbangakan. Demikian pula, jika
yang dijadikan ukuran hanya masyarakat semata, kemudian menafikan norma-norma atau
seruan-seruan agama, maka hal ini akan melahirkan sikap maupun tingkah laku yang kosong
dari etika agama dan terasa hampa, khususnya anak-anak.
Dari sekian banyak akhlak tercela, sebaiknya seorang guru harus melakukan observasi
terdahu dulu mengenai akhlak tercela yang paling dominan (reel) yang ditemukan pada siswa.
Tidak semua akhlak tercela ditemukan pada anak-anak yang sedang dihadapi di kelas. Jangan
sampai ada materi-materi yang diajarkan sama sekali tidak terkait dengan perilaku atau
kebiasaan buruk anak di kelas (reel). Jika hal ini dilakukan, maka besar kemungkinan anakanak
tidak akan merespon dan mengapresiasi proses pembelajaran.
Secara umum, perbuatan yang tercela dan dominan dilakukan anak-anak didik, antara
lain dapat dilihat seperti yang disampaikan di bawah ini:
1. Hidup Kotor
Hidup kotor dapat diartikan secara fisik dan secara rohani. Secara fisik, seseorang
dikatakan kotor bila yang bersangkutan terlihat menjijikkan, bau busuk, lusuh, semraut dan
sebagainya. Hal itu dapat dilihat dari pakaian yang dipakainya maupun dari badannya sendiri.
Hidup kotor seperti itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Rugi bagi dirinya,
karena besar kemungkinan, ia akan sakit dan dijauhi orang lain. Rugi bagi orang lain, karena
orang lain itu tidak merasa nyaman atas kehadirannya. Oleh karena itu, jika kita ingin dianggap
sebagai orang yang beriman, maka kita harus hidup bersih. Nabi Muhammad bersabda:
“Kebersihan itu merupakan bagian dari iman.”
Dengan cara penjelasan seperti itu, seorang anak secara tidak langsung dididik peka
terhadap kepentingan lingkungan. Artinya, bukan saja ia harus bersih, akan tetapi ia juga
bertanggung jawab untuk melindungi orang yang berada di sekitarnya agar tidak terganggu
atas kehadirannya yang kotor itu.
Hidup kotor juga dapat dimaknai rohani. Kejahatan yang dilakukan dalam hidup
merupakan salah satu akhlak tercela. Akhlak tercela misalnya kejahatan moral. Kejahatan
moral adalah suatu peristiwa yang berkaitan dengan prilaku manusia yang dianggap tidak sesuai
atau menyimpang dari norma moral yang berlaku, baik yang berakibat langsung maupun tidak
langsung terhadap orang lan. Ituah kejahatan dalam terminologi al-Qur’an yang sering disebut
antar lain dengan kata: syarr, fasad, su’. Setiap kejahatan manusia mempunyai akibat yang
kembali kepada dirinya, baik langsung maupun tidak langsung. Allah akan membalas perbuatan
tersebut. Setiap perbuatan manusia akan mendapat balasan. Perbuatan baik akan dibalas baik
(pahala) dan perbuatan jahat akan dibalas dengan siksa.
“Dari Ibn Umar bin Zubair bin Abdullah diterangkan bahwa Rasulullah saw telah
bersabda: “orang yang mempelopori melakukan perbuatan yang baik dalam Islam, dia akan
akan mendapat pahala dan pahala orang-orang yang mengerjakannya saesudahnya, tanpa
dikurangi sedikitpun dari pahala oraang-orang yang ikut mengerjakannya., dan orang yang
mempelopori melaksanakan perbuatan yang buruk, ia akan menanggung dosa-dosa dan dosa
orang yang ikut mengerjakannya sesudahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa
orang ikut mengerjakannya”. (Hadis Riwayat Muslim).
Dalam buku-buku yang dijadikan sebagai bahan rujukan pembelajaran tentang aqidah
dan akhlak, ada beberapa perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan buruk atau akhlak
tercela, seperti dusta dan hidup kotor. Hidup kotor dalam buku tersebut mengandung
pengertian kotor dalam arti fisik maupun kotor dalam pengertian rohani. Tetapi yang penting
tampaknya bagaimana sikap kotor ini dapat dijadikan sebagai kebiasaan yang harus dihindari,
seperti halnya akhlak terpuji menjadi budaya anak didik nantinya. Jadi, suatu perbuatan itu
dilakukan atau ditinggalkan atas dasar nurani dan kontrol sosial.
Menceritakan suatu kisah yang nyata dalam masyarakat dapat memberikan dampak
yang lebih positif terhadap anak-anak didik. Kendatipun demikian, tidak berarti cerita-cerita
yang tidak Nyata tidak berpengaruh sama sekali, asal yang demikian dibangun dengan
kerangka logis. Sebagai contoh: “Dadu siswa kelas satu. Ia anak yang malas. Ia sering tidak
masuk sekolah Alasannya sakit, padahal tidak sakit. Ia berbohong kepada ibu dan ayahnya. Ia
berbohong juga kepada guru. Di sekolah Dadu juga sering berbohong, misalnya mengaku
pensilnya hilang. Padahal ia tidak membawa pensil. Ketika teman-temannya sibuk membantu
mencarikan pensilnya, ia tersenyum saja. Ketika jajanpun ia suka berbohong, makan kue dua
potong mengaku hanya sepotong. Akibatnya si Dadu rugi sendiri. Iia tidak naik kelas,
disebabkan sering tidak masuk sekolah, di samping itu pula, ia dijauhi oleh teman-temannya,
tidak dipercaya orang dan dibenci orang.” Cerita ini bagus, logis. Akan tetapi tidak reel, artinya
mana si Badu yang tidak naik kelas itu dsb, dsb.
Di antara akhlak yang tidak terpuji dapat kita temukan bagi seseorang yang tidak pernah
berterima kasih dan bersyukur. Dalam al-Qur’an, Allah telah melukiskan orang yang tidak
pernah berterima kasih, yakni: Dialah yang memungkinkan kamu menjelajahi daratan dan
lautan, sampai bila kamu di dalam kapal dan berlayar dengan tiupan angin yang baik, dan
bergembira karenanya, tiba-tiba datang angin keras dan gelombang pun datng dari
segenap,penjuru, dan mereka mengira sudah terkepung, ketika itu mereka berdo’a kepada
Allah dengan tulus ikhlas sebagai pengabdian kepadaNya sambil berkata, “ kalau Engkau
selamatkan kami dari bencana ini, niscay kami akan sangat berterima kasih. Tetapi ketika
mereka diselamtkanNya, tiba-tiba mereka melanggar peraturan di bumi tanpa alasan yang
benar. Hai manusia! Pelanggaranmu akan menimpa dirimu sendiri, suatu kesenangan hidup
di dunia. Kemudian kepada Kami kamu kembali, dan saat itu Kami berithukan kepadamu apa
yang telah kamu lakukan. (QS Yunus: 22-23)
2. Suka berbohong
Selain hidup kotor, akhlak tercela juga dapat ditemukan pada sikap suka berbohong.
Berbohong artinya mengatakan sesuatu yang tidak sama dengan apa yang ada dalam hatinya.
Berbohong merupakan perbuatan yang dapat merusak kejiwaan seseorang. Berbohong, berarti
memupuk pertentangan dan konflik dalam hati dan nurani seseorang. Semakin banyak
berbohong, semakin banyak pula konflik kejiwaan pada diri seseorang. Padahal konflik
kejiwaan salah satu penyakit yang sangat berbahaya dan bisa membinasakan. Jika suka berkata
bohong, ini artinya, seseorang membunuh dirinya sendiri secara pelan-pelan.
3. Pasif
Pasif dapat diartikan sebagai malas, tidak giat, tidak punya keinginan maju, baik
dalam belajar maupun bekerja. Termasuk juga dalam sifat pasif ini adalah orang-orang yang
tidak memiliki kepedulian terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Ada
seseorang yang ingin pintar, tetapi tidak mau peduli untuk belajar atau hanya bermalas-malas,
ini juga disebut pasif.
Lawan dari pasif adalah aktif. Aktif artinya rajin, punya keinginan untuk maju dan
berlomba dengan temannya. Salah satu contoh murid yang aktif adalah ditandai dengan banyak
membaca, sering bertanya kepada guru, tidak malu-malu dalam kelas, membimbing temannya
di kelas, kemudian melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan oleh guru secara tepat.
Untuk menjadikan siswa aktif dalam kelas, seorang guru pun harus menggunakan
pendekatan belajar aktif (active learning) dalam proses pembelajaran di kelas. Jika tidak
demikian, sulit dibayang akan munculnya siswa yang aktif dan kreatif. Pembelajaran yang aktif
adalah proses pembelajaran di mana siswa lebih banyak terlibat secara langsung dan dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Mata pelajaran yang banyak terkait dengan
problem solving, sangat menarik bila disampaikan dengan metode pembelajaran akti tersebut.
Bisa saja setiap mata pelajaran dengan kreativitas masing-masing guru.
Termasuk unsur penting dalam pendidikan nilai adalah menghargai waku. Pepatah
orang Inggris mengatakan, time is money (waktu adalah uang). Orang arab pun punya ungkapan
sendiri yang menunjukkan betapa penting waktu. Yakni, waktu itu ibarat pedang. Jika engkau
tidak memotongkannya, maka ia akan memotongmu. Dalam tradisi bangsa kita, menghormati
waktu ini merupakan pekerjaan yang cukup berat. Menghormati waktu berarti bukan kita diam,
tetapi justru kita harus bekerja untuk mengisinya.
Contoh yang sering ditemukan dalam masyarakat adalah, jika ada rapat atau pertemuan
misalnya, maka biasanya acara pasti ditunda dari waktu yang ditetapkan, karena para undangan
banyak yang pasti datang terlambat. Oleh karena itu, para siswa tidak boleh meniru kebiasan
yang tidak baik tersebut. Seorang siswa harus betul-betul memanfaatkan waktu yang ada,
khususnya, untuk kepentingan belajar dan membaca. Dalam konteks ini, paling tidak, kita bisa
melihat dua surat al-Qur’an yang dimulai dengan ungkapan wal’ashr (demi waktu) dan iqra’
(bacalah). Menghargai waktu dan membaca merupakan kegiatan yang penting dalam
kehidupan. Hanya dengan menggunakan waktu seefektif mungkin dan membaca sebanyak
mungkin, seseorang akan menjadi manusia sukses. Nabi Muhammad sendiri mengajarkan
sebuah do’a kepada umatnya, yakni mengatakan: Ya Allah Tuhanku, aku sungguh berlindung
kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan pemalas, dari penakut dan bakhil,
dari lilitan hutang dan penindasan orang lain. (Hadis Riwayat Bukhari).
a. Larangan Judi
Pada ayat tersebut kata al maisir yang artinya mudah, yakni mengambil harta orang
lain dengan mudah tanpa susah payah, dan secara spesifik hal ini disebut dengan
berjudi. Atau diambil dari kata al yasaraa yang berarti merampas harta temannya.
Ibnu Abbas berkata : al maisir disebut juga al qimaar artinya taruhan atau judi. Sedang
menurut Imam Syaukani : setiap permainan yang tidak lepas dari merampas harta
orang lain atau merugikan orang lain dinamakan almaisir atau berjudi. Sehingga dari
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa berjudi adalah suatu aktifitas yang
direncanakan ataupun tidak dengan melakukan spekulasi ataupun rekayasa untuk
mendapatkan kesenangan dengan menggunakan jaminan atau taruhan, sehingga yang
menang akan diuntungkan dan yang kalah akan merasa dirugikan. Dinyatakan oleh
ibnu abbas bahwa “orang laki-laki pada zaman jahiliyyah berjudi dengan taruhan istri
dan hartanya, sehingga bagi yang menang berhak mengambil istri dan harta orang yang
kalah, kemudian turun surat al Baqoroh ayat 12 yang membahas tentang perjudian.
Ibnu menyatakan apabila kita ragu-ragu atas suatu hukum sebuah perkara itu halal atau
haram maka lihatlah aspek mudhorot dan manfaatnya. Jika mudhorotny alebih banyak,
mustahil Allah memerintahkannya atau menghalalkannya.
Selain memberi hukum terhadap perbuatan judi, para ulama juga memberi ketentuan
sanksi bagi penjudi atau pelaku perjudian yakni :
b. Bahaya perjudian :
1. Masuk dalam lingkaran syaiton yang merugikan pribadi dan orang lain
2. Merugikan ekonomi karena ketidak pastian usaha yang dilakukan
3. Menimbulkan permusuhan dan kedengkian.
4. Menyebabkan kelalaian terhadap melaksanakan kewajiban
5. Menutup kepekaan rasa manusiawi
6. Menjadikan orang malas bekerja
7. Menjadi penyebab terjadinya perbuatan yang dilarang agama
8. Menghancurkan kestabilan, kerukunan, dan keharmonisan keluarga
9. Menghilangkan rasa malu dan kasih sayang
1. Orang akan dapat istiqomah menjalankan tanggung jawab yang diemban dalam
kaitannya dengan Allah ataupun sesama manusia
2. Perekonomian keluarga akan dapat distabilkan dengan berbagai usaha yang
nyatanyata halal dan menghasilkan rizqi yang barokah
3. Melatih diri untuk sabar dan tenang dalam menghadapi berbagai tipuan dunia
4. Mantap dan khusyu’ dalam berdzikir dan beribadah kepada Allah
5. Menyebabkan orang konsisten menjalankan kewajiban terhadap diri, orang lain
dan Penciptanya
6. Menjadikan orang tekun dan bersemangat untuk terus berusaha sesuai dengan
kebenaran yang diyakini
2. Berzina
a. Pengertian
Zina adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan
(dalam persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya, bukan karena subhat
dan perempuan itu mendatangkan syahwat.
Adapun yang dimaksud dengan persetubuhan yang haram menurut zat perbuatannya
dalam pengertian di atas ialah bercampur dengan perempuan yang bukan istrinya dan
bukan pula budaknya. Dengan demikian persetubuhan antara suami istri atau antara
laki-laki dengan budaknya tidak termasuk zina, walaupun dilakukan apda waktuwaktu
yang haram, seperti dalam keadaan haid, pada siang hari bulan puasa atau sedang
ihram. Dalam waktu-waktu tersebut persetubuhan antara suami istri atau antara laki-
laki dan budak perempuan hukumnya adalah haram, tetapi disini bukan lantaran zat
perbuatannya, melainkan karena sebab lain. Oleh karena itu tidak termasuk kategori
zina, walaupun pelakunya berdosa.
Begitu juga, tidak termasuk kategori zina, persetubuhan yang terjadi karena subhat
(karena khilaf atau dipaksa), sebab persetbuhan demikian itu tidak haram. Adapun
yang dimaksud dengan perempuan yang mendatangkan syahwat adalah manusia yang
masih hidup dan berjenis kelamin perempuan baik yang masih kecil maupun sudah
dewasa. Dengan demikian tidak termasuk kategori zina persetubuhan dengan mayat
atau dengan binatang, walaupun hukumnya haram.
b. Hukuman Berzina
Hukuman bagi orang yag berzina dapat dilanjutkan apabila yang bersangkutan
benarbenar melakukannya. Untuk memastikan yang bersangkutan benar-benar
melakukan perbuatan zina, maka diperlukan penetapan hukum secara syara’.
Rasululloh sangat berhati-hati melaksanakan hukuman bagi pelaku zina. Beliau tidak
menjatuhkan hukuman sebelum yakin bahwa yang dituduh atau yang mengaku berzina
itu benarbenar berbuat.
Secara garis besar, hukuman zina ada dua macam, yaitu : (a) Rajam, jenis hukuman
mati dengan cara dilempari batu sampai terhukum meninggal dunia, (b) Dera atau
taghrib. Dera yang disebut dengan jilidm adalah jenis hukuman yang berupa
pencambukan terhadap pelaku kejahatan, sedangkan taghrib ialah jenis hukuman yang
berupa pengasingan ke suatu tempat terasing yang jauh dari jangkauan. Bentuknya
yang sekarang adalah hukuman penjara.
Menuduh berzina (qadzaf) adalah salah satu kejahatan yang hukumnya haram, bahkan
merupakan salah satu dosa besar. Penegasan bahwa qadzaf adalah dosa besar terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Firman Allah SWT : Artinya : “Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik, yang lengah (dari perbuatan
keji) lagi beriman (berzina), mereka kena laknat di dunia dan di akhirat, dan bagi
mereka adzab yang besar”(QS An-Nur: 23)
Perbuatan menuduh zina, diancam dengan sangsi hukum berupa jilid (dera) sebanyak
delapan puluh kali jika pelaku penuduh zina itu merdeka dan setengahnya (empat
puluh kali jika pelakunya budak hamba sahaya). Hukuman menuduh berzina dapat
gugur, dalam arti si penuduh dibebaskan dari hukuman qadzaf, jika terjadi tiga keadaan
sebagai berikut : a) penuduh dapat mengemukakan empat orang saksi bahwa tertuduh
betul-betul berzina, b) li’an, jika tertuduh adalah istri penuduh. Jika seseorang suami
menudh istrinya berzina tetapi tidak dapat mengemukakan empat orang saksi, ia dapat
bebas dari had qadzaf dengan jalan meli’ankan istrinya, c) tertuduh memaafkan.
dibiarkan terbuka oleh berbagai bentuk serangan kanker yang berasal dari beberapa sel
abnormal yang ikut memanfaatkan peluang ini untuk memperbanyak diri maupun
terhadap infeksi biasa, yang ada dalam keadaan normal sebelumnya tidak terlalu
membahayakan. Penderita HIV, pada umumnya dijauhi oleh masyarakat,
kehadirannya dipandang merugikan dan membahayakan kesehatan orang banya. Sikap
masyarakat yang seperti itu menjadikan mentalitas HIV rapuh, tiada gairah hidup lagi.
Zina merupakan sumber kejahatan dan penyebab pokok kerusakan dan termasuk dosa
besar. Hikmah diharamkannya antara lain :
1) Memelihara dan menjaga keturunan dengan baik. Karena adanya anak dari
hasil zina, umumnya tidak dikehendaki dan kurang disenangi.
2) Menjaga dari jatuhnya harga diri dan rusaknya kehormatan keluarga
3) Menjaga tertib dan teraturnya urusan rumah tangga. Biasanya seorang istri,
apabila suaminya cenderung melakukan perbuatan zina timbul rasa benci dan
ketidak harmonisan dalam rumah tangga.
4) Timbulnya rasa kasih sayag terhadap anak yang dilahirkan dari pernikahan
yang sah.
5) Terjaganya akhlak islamiyah yang akan mengangkat harkat dan martabat
manusia dihadapan sesame dan sang Kholik (Roli A. Rahman, dan M.
Khamzah, 2008 : 56-59) .
3. Mabuk-mabukan
Pemberian nama pada bermacam-macam minuman keras , dapat dibagi menjadi beberapa
golongan sesuai dengan bahan baku yang digunakan.
Jika bahan dasarnya dari sari buah-buahan seperti : anggur, nanas, apel d, maka disebut
wine. Jika miras itu dibuat dari pati disebut Bir. Bir yang paling banyak diperdagangkan
adalah bir yang dibuat dari malt (barley). Jenis bir lainnya adalah sake yang dibuat dari
beras kuning.
Nama-nama lain seperti rum, wisky, cognac drai Perancis, gin dari Irlandia, vodka dari
Rusia, merupakan miras yang diperoleh dengan cara distilasi (penyulingan) prodak
fermentasi alkoholik, sehingga kadar alkoholnya tinggi, hingga bisa mencapai 35-40 %.
Secara tradisional, orang telah mengetahui bahwa nira aren atau nira kelapa dapat
dijadikan miras dengan nama tuak, dengan cara membiarkan (inkubasi) selama satu hari
atau lebih. Selama inkubasi terjadilah proses fermentasi nira oleh saccharomycs. Bibit
saccharomycs ini sudah secara alami terdapat dalam nira sendiri, dam bercampur bersama
mikroba-mikroba lain yang turut melakukan fermentasi, sehingga rasanya bisa
bermacam-macam. Sedangkan bibit yang digunakan dalam fermentasi industrial adalah
bibit murni.
Sudah menjadi ijma’ ulama bahwa minuman keras (khamar) itu hukumnya haram,
meminumnya termasuk salah satu dosa besar. Haramnya minuman keras ini didasarkan
kepada dalil nash yang qath’I (pasti) yaitu ayat Al-Qur’an, yang artinya : ”Hai
orangorang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan
.“(Al-Maidah : 90)
4. Narkoba
Konsumsi narkoba dalam Bahasa Arab disebut dengan kata ( ُم خ ِذ رات,) ُم خ ذِر
“Mukhaddirun,
Mukhaddiraatun”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumsi Narkoba diartikan
: “obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa
mengantuk atau merangsang”. Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunani “narke”
yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Narkotika dapat dimafaatkan
untuk pengobatan, asal sesuai petunjuk ilmu kedokteran dan dalam keadaan terpaksa,
karena obat halal tidak didapat. Namun, jika digunakan untuk mendatangkan kerusakan
pada mental dan fisik pemakainya, maka hal ini dianggap penyalahgunaan narkotika.
Narkotika sebagai zat perusak jasmani dan rohani manusia. Narkotika dapat merusak akal
dan menghilangkan stabilitas diri. Narkotika dan khamar merupakan saudara kembar
dalam menimbulkan kejahatan dan kerusakan pada masyarakat serta merusak kesehatan
pelakunya. Penyalahgunaan Narkoba merupakan pola penggunaan yang bersifat
Phatologik, yang berlangsung pada jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan
fungsi moral dan fungsi sosial. Narkoba sangat membahayakan hidup manusia, karena
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan mental emosional penderita. Islam terhadap
khamar dan Narkotika atau yang sejenisnya semuanya diharamkan, dan memberi sangsi
hukuman terhadap pemakainya.
Keharaman narkoba ini dikarenakan unsur memabukkan yang ada pada narkoba,
sedangkan segala sesuatu yang memabukkan dalam islam termasuk khamer, dan khamer
hukumnya haram dikonsumsi. Dalam hadits disebutkan:
“setiap yang memabukkan adalah khamer, dan setiap (segala jenis) Khamer adalah
haram)”
Islam telah menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka minuman
khamar ataupun mengkonsumsi Narkoba, demi untuk menjaga masyarakat dari bahaya
yang ditimbulkan. Undang-undag non-Islam juga menyadari bahaya yang ditimbulkan
akibat terganggunya akal. Oleh karena itu, undang-undang tersebut menghukum siapa
saja yang mengkonsumsi ganja atau Narkotika. Karena bahaya yang ditimbulkan
Narkotika dapat merusak akal dan menghilangkan stabilitas diri. Khamar dan ganja
adalah saudara kemba dalam menimbulkan kejahatan dan kerusakan pada masyarakat di
samping merusak kesehatan pelakunya.
Menurut tinjauan medis, Narkoba akan menimbulkan gangguan fisik manusia mulai dari
gangguan menstruasi, impotensi, kontipasi kronik, mudah terserang infeksi,
memperburuk aliran darah koroner dan dalam jangka panjang akan berakibat pada
anemia, timbulnya komlikasi seperti gangguan lambung, kanker usus, gangguan usus,
gangguan liver, gangguan pada otot jantung dan saraf, cacat janin, gangguan seksual, dan
bisa terjadi pendarahan pada otak. Kesemuanya menjadi penyebab kematian dini.
Na'uzubillahi mindzalik.
Bahaya Narkotika terutama menimpa pada orang yang menyalahgunakan bahkan dapat
pula menimpa keluarga pemakai, masyarakat, bangsa dan negara. Bahaya Nakotika
terhadap pemakainya anatara lain sebagai berikut :
Meninggalkan Minuman Keras dan Narkotika banyak mengandung hikmah antara lain :
5. Mencuri
a. Pengertian Mencuri
Dengan pengertian di atas jelas bahwa mencuri yang diancam dengan syarat sebagai
berikut :
Walaupun perbuatan mencuri yang diancam dengan had mencuri terbatas pada
perbuatan terentu seperti telah dijelaskan di atas, tidak berarti bahwa perbuatan
mengambil harta orang lain selain mencuri, diperbolehkan dalam agama. Baik mencuri,
maupun perbuatan mengambil harta orang lain secara tidak sah lainnya seperti
mencopet, merampas, korupsi, semuanya termasuk perbuatan dosa yang diancam
dengan adzab di akhirat.
1) Seseorang tidak mudah dengan begitu saja mengambil barang milik orang lain,
karena berakibat buruk bagi dirinya. Sanksi moral bagi dirinya adalah rasa malu,
sedangkan sanksi yang merupakan hak adam adalah had.
2) Hak milik seseorang benar-benar dilindungi oleh hukum Islam. Karunia Allah tidak
terbatas bilangannya akan tetapi apabila seseorang telah memilikinya dengan cara
perolehan yang halal, maka haknya dilindungi.
3) Menghindari sifat malas yang cenderung memperbanyak pengangguran. Mencuri
adalah cara singkat untuk memperoleh sesuatu dan memilikinya secara tidak sah.
Perbuatan seperti ini disamping tidak terpuji karena membuat orang lain tidak
aman, juga cenderung pada sikap malas tidak mau berjuang. Sifat ini bertentangan
dengan ajaran Islam.
Rangkuman
Akhlak tercela atau Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu
domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Akhlak Madzmumah Agar
Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah peta konsep
yang menjelaskan tentaang hakikat akhlak tercela, serta buatlah Tabel akhlak tercela dan dalil
yang menjelaskannya
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Permainan judi/mengadu nasib dilarang karena alasan:
a. Semua jawaban benar
b. Larangan agama
c. Merugikan masyarakat
d. Tidak ada kepastian di dalamnya.
2. Berdusta salah satu sikap yang bertentangan dengan akal sehingga orang-orang beriman
sebaiknya:
a. Menjauhi perbuatan dusta karena dapat merusak hati manusia.
b. Menjauhi perbuatan dusta karena telah membohongi pikiran manusia.
c. Menjauhi perbuatan dusta karena mengakibatkan tidak percaya diri.
d. Menjauhi perbuatan dusta kerena telah menipu Tuhan.
3. Tujuan Islam menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka meminum
khamar ataupun mengkonsumsi narkoba adalah demi….
a. Untuk menjaga diri
b. Untuk mendapatkan kesenangan dan keamanan
c. Untuk mendapatkan kedamaian dalam hidup berumah tangga
d. Untuk menjaga masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
1. Makna Syirik
Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara
zat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini
bahwa zat Allah seperti zat makhlukNya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat
& martabat manusia. Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah
adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dg sesuatu yang lain. Orang yang
melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ََِ ا هن ا هل َّلَ لَ يغ َْفِ ُر أَ ْن يش َُ َْ َْك ِب ِه ويغ َْفِ ُر ما دُون ذ َّل َِ َِ ل ِم ْن يشَا ُء وم ْن ِيش َُ َْ َْكْ ِب َِ هل ِل
ِ
فقَ ِد ا فْتََى ا ًمث َْا ع ِظيم ًا
ِ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS. An
Nisa: 48) Nabi Ibrahim alaihissalam pernah mengucapkan berkata:“.. dan
jauhkanlah Aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS.
Ibrahim: 35)
Diriwayatkan oleh shohabat Jabir rodiAllahu anhu bahwa Rosululloh sholAllahu alaihi
wa sallam bersabda: “Barangsiapa menemui Allah dalam keadaan tidak berbuat syirik
kepada-Nya sedikitpun, pasti masuk surga. Sedangkan barangsiapa menemui-
Nya dalam keadaan berbuat sesuatu kesyirikan kepada-Nya, pasti masuk neraka.”
(HR. Muslim)
Jadi syirik terbagi menjadi dua macam; yaitu syirik akbar (besar): memperlakukan
sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus
baginya. Syirik asghor (kecil: perbuatan yang disebutkan didalam Al Qur’an dan
Hadis sebagai suatu kesyirikan tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar.
Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk ciptaan Allah
subhanahu wa ta’ala. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada
Allah sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa meninggal dalam
keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk neraka jahannam, sekalipun
banyak sekali peribadatan yang telah ia kerjakan. Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi
Ibrohim memohon kepada Allah untuk dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan
dari perbuatan menyembah berhala. Nabi Ibrahim mengambil pelajaran dari keadaan
sebagian besar manusia, yaitu: bahwa mereka itu adalah sebagaimana kata beliau;: “Ya
Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada
manusia…..(QS. Ibrahim: 36)
2. Macam-Macam Syirik
1. Syirik dalam rububiyah, yaitu meyakini ada pencipta dan pengatur alam semesta
selain allah.
2. Syirik dalam uluhiyah, yaitu meyakini ada tuhan lain, selain Allah yang berhak
disembah,
3. Syirik dalam Asma’ dan Sifat, yaitu menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Padahal Allah tidak sama dengan makhluk “laisa kamislihi syaiun”
Berdasarkan bentuknya syirik ada tiga macam, yaitu: pertama, syirik dalam keyakinan
(I’tiqad) yaitu syirik dalam keyakinan. Artinya meyakini adanya tuhan selain Allah
yang mampu mendatangkan manfaat atau madharat. Syirik dalam perkataan, seperti
bersumpah dengan selain nama Allah. Ketiga, syirik dalam perbuatan, melakukan
halhal yang mengandung kemusyrikan seperti beribadah dan menyembah kepada
selain Allah, sujud menyembah batu misalnya.
3. Bahaya Syirik.
Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah: Pertama: syirik
merendahkan eksistensi kemanusiaan. Syirik menghinakan kemuliaan, menurunkan
derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di
muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkan seluruh nama-nama, lalu
menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya. Allah telah
menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak
mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk
Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak
dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang.
(Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui
bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan”. (Al-Hajj: 20-21)
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”.
(AlHajj: 31)
Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan Dalam sebuah masyarakat
yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun, tukang nujum, ahli
nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang
sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah.
Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap
hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil
selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan
terhadap diri sendiri
Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan Orang yang
akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak
obyek yang anggap tuhan. Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali
mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”.
(Ali-Imran: 151)
5. Sebab-sebab Syirik
nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS. Al-Maidah (5): 104].
Rangkuman
A. Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara zat, sifat,
perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa zat Allah
seperti zat makhlukNya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat & martabat manusia.
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dg sesuatu yang lain. Orang yang melakukan perbuatan syirik
disebut musyrik.
B. Bahaya akibat perbuatan syirik adalah:
1. Pertama: syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan
2. Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan
3. Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap hakikat yang
agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
4. Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
5. Kelima Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
6. Keenam: Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka
7. Ketujuh: Syirik memecah belah umat
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang syirik sebagai bentuk perbuatan
dan akhlak yang sangat tercela. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 4, buatlah peta konsep yang efektif tentang materi syirik sebagai akhlak yang
paling tercela.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
ْا هن ا هل َّلَ لَ يغ َْفِ ُر أَ ْن يش َُ َْ َْك ِب ِه ويغ َْفِ ُر ما دُون ذ َّل َِ َِ ل ِم ْن يشَا ُء وم ْن ِيش َُ َْ َْك
ِ
.1 ِب َِه ل ِل ََِ فقَ ِد ا فتَ ََْى ا ًمث َْا ع ِظيم ًا
ِ
Ayat di atas mengandung pengertian berikut ini kecuali……..
a. Dosa syirik tidak diampuni jika dibawa mati
2. Orang yang meyakini bahwa yang mendatangkan musibah adalah Bukan Allah
melainkan makhluk tertentu. Maka dalam hal ini orang tersebut masuk dalam kategori
…….
a. Uluhiyah
b. Rububiyah
c. Asma’ wa sifat
d. Perbuatan
4. Manusia bisa terjerumus kepada perbuatan syirik disebabkan oleh beberapa hal
berikut kecuali….
a. Kebodohan dan minimnya ilmu
b. Taqlid buta
c. Lemahnya iman
d. Pengaruh budaya
5. Syirik dibagi menjadi dua syirik besar dan syirik kecil, perbedaan diantara keduanya
antara lain adalah rusaknya perbuatan manusia, jika syirik akbar maka sumua
perbuatannya rusak karena syiriknya tersebut, bagaimanakah dengan perbuatan yang
disertai syirik asghar?
a. Syirik asghar menyebabkan semua amal manusia rusak
b. Syirik asghar tidak merusak amal
c. Syirik asghar hanya merusak perbuatan yang disertainya.
d. Semua jawaban benar.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah peta konsep
dari materi Akhlak Menurut Islam disertai dalil-dalilnya dan identifikasi akhlak akhlak terpuji
dan tercela dalam kehidupan sehari hari.!
TES SUMATIF
Pilihlah Jawaban Yang Tepat dari Pertanyaan Berikut Ini!
1. Suatu perbuatan disebut bernilai akhlak, jika ia dilakukan dengan:
A. Senang
B. Disengaja
C. Spontanitas
D. Refleks
2. Suatu perbuatan disebut baik, jika ia sesuai dengan: A.
Agama, budaya setempat dan nalar sehat
B. Agama dan nalar saja.
C. Agama saja
D. Nalar dan budaya saja, sebab agama hanya Tuhan yang tahu.
3. Munculnya akhlak tidak terpuji di kalangan remaja Muslim disebabkan antara lain:
A. Tidak paham agama
B. Tidak berfungsinya hukum secara baik
C. Karena pengaruh lingkungan
D. Semua jawab benar
4. Baik atau buruk merupakan aspek yang terkait dengan:
A. Siapa yang melakukan
B. Bagaimana cara melakukan
C. Apa hasil perbuatan
D. Bagaiman nilai perbuatan
5. Benar dan salah merupakan aspek yang berhubungan dengan:
A. Norma perbuatan
B. Cara melakukan
C. Siapa yang melakukan
D. Kapan dilakukan.
6. Dalam akhlak, adat-istiadat merupakan yang tidak bisa lepas dari masyarakat. Oleh
sebab itu adat-istiadat:
A. Perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan nilai perbuatan
B. Tidak perlu, karena adat ada yang baik dan ada yang buruk
C. Perlu karena, adat bahkan bisa mengalahkan kebenaran agama
D. Semua jawaban benar
7. Surat dalam alqur’an yang terkait dengan dilarangnya permainan judi terdapat pada:
A. Al-Anbiya’, ayat 5.
B. Al-Baqarah, ayat 15
C. Al-Baqarah, ayat 17
D. al Baqarah, ayat 12
8. Bentuk jamak dari Akhlak adalah…
A. Khuluqun
B. Khaliqun
C. Khalaka
D. Khalaqun
12. Ilmu akhlak mengandung unsur antara lain : A. Menjelaskan pengertian baik dan
buruk
B. Menjelaskan mana yang patut diperbuat
C. Menunjukkan jalan lurus yang harus dilewati
D. Semuanya benar
13. Syarat untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk adalah :
A. Semua perbuatan dapat dinilai baik dan buruk
B. Dilakukan dengan sengaja
C. Pelaku tidak tau apa yang dilakukannya
D. Semua benar
16. Ilmu akhlak menjamin seseorang untuk : A. mengetahui perbuatan baik dan buruk
B. berakhlak mulai
C. masuk surga
D. semua benar
17. Tujuan Islam menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka
meminum khamar ataupun mengkonsumsi narkoba adalah demi….
A. Untuk menjaga mengatur masyarakat
B. Untuk mendapatkan kesenangan dan keamanan
C. Untuk mendapatkan kedamaian dalam hidup berumah tangga
D. Untuk menjaga masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan
19. Salah satu cara yang baik untuk menanamkan adab yang baik seoarang anak kepada
orang tuanya adalah…..
A. Menuruti semua keinginannya
B. Bersikap santun dan lemah lembut kepada semua orang serta tidak
membedabedakan ras, agama, dan suku.
C. Memeberikan tugas tertentu untuk dikerjakan.
D. Memukul jika anak melakukan kesalahan.
20. Orang yang meyakini bahwa yang mendatangkan musibah Bukan Allah melainkan
makhluk tertentu. Maka dalam hal ini orang tersebut masuk dalam kategori …….
A. Uluhiyah
B. Rububiyah
C. Asma’ wa sifat
D. Perbuatan
KUNCI JAWABAN
Jawaban tes Formatif
Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3 Formatif 4
1 D 1 D 1 A 1 C
2 B 2 D 2 B 2 B
3 B 3 B 3 D 3 C
4 A 4 C 4 C 4 D
5 D 5 A 5 C 5 C
Bagian A
SUMATIF
1 B 6 A 11 D 16 A
2 A 7 D 12 D 17 D
3 D 8 A 13 D 18 C
4 B 9 C 14 C 19 C
5 A 10 D 15 A 20 B
Bagian B
Jawab soal 1:
Menjaga kelestarian hutan dan kelautan. Ayat al-Qur’an yang bicara tentang alam ini
adalah: Dan Dialah Allah yang menjadikan bagimu dari yang diciptakan-Nya keteduhan,
dan dari gunung-gunung Ia menjadikan bagimu tempat berlindung, dan Ia menjadikan
bagimu pakaian yang melindungi dari kekerasan. Demikianlah ia lengkapkan nikmat –
Nya bagimu supaya kamu tunduk pada kehendak-Nya dalam Islam. (QS. an-Nahl: 81).
Contoh ayat yang berkaitan dengan kelautan adalah: Dialah yang menundukkan lautan,
supaya dari situ kamu dapat memakan daging yang segar dan lembut, dan dapat kamu
keluarkan dari dalamnya perhiasan guna dipakai, dan kamu lihat kapal berlayar melelui
ombak supaya kamu mencari karunia Allah dan kamu bersyukur (QS. An-Nahl: 14).
Jawab soal 2:
Al-Qur’an surat al-‘Ashr, ayat 1-3 yang menyebutkan: Demi waktu, Sungguh manusia
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Jawaban Soal 3:
Memberi tugas dan diminta untuk resume; mempresentasikan di hadapan orang tua
tentang mata pelajaran yang ditentukan dengan disertai catatan/laporan singkat; diminta
membuat pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan isi bacaan.
Jawab soal 4:
Biasakan melakukan pembelajaran aktif dengan materi yang terkait dengan kehidupan
riil; biasakan untuk saling mengkritisi pendapat temannya yang lain. Jawab: usahakan
memberikan contoh yang pernah dilakukan orang-orang terkenal, seperti nabi. Misalnya,
ada hadis Nabi Muhammad yang menceritakan bahwa beliau suka menjahit atau
menambal pakaiannya yang sobek. Untuk menjelaskan hadis ini, seorang guru, misalnya,
tidak menjelaskan dari sudut kerendahan hati nabi atau dari kerajinan nabi, akan tetapi
dijelaskan bahwa Nabi tidak suka menyuruh seseorang untuk menolongnya, selama Nabi
masih mampu melakukan pekerjaan itu dengan sendiri.
Jawab soal 5:
Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah: Pertama: syirik
merendahkan eksistensi kemanusiaan. Syirik menghinakan kemuliaan, menurunkan
derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di
muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkan seluruh nama-nama, lalu
menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya. Allah telah
menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak
mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk
Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak
dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang.
(Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui
bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan”. (Al-Hajj: 20-21)
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”.
(AlHajj: 31)
Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan Dalam sebuah masyarakat
yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun, tukang nujum, ahli
nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang
sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah.
Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap
hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil
selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan
terhadap diri sendiri
Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan Orang yang
akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak
obyek yang anggap tuhan. Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali
mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”.
(Ali-Imran: 151)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam.. Ringkasan Ihya Ulumuddin terj. Zeid Husein Al-Hamid. Jakarta: Pustaka
Amani 2007
Akbar S. Ahmed, Living Islam, From Samarkand to Stornoway, New York: Fact on File Inc.,
1994.
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1995.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas X, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas XII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga
Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Masan AF., Aqidah Akhlak, Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah, Kls. 1, Semarang: Toha
Putra, 2004.
Mu’ti, Mahyan Imam. Et.al.. Akidah akhlak 1. Jakarta: Departemen gama RI 2001
Rahmad, Jalaluddin et.al,. Petualangan Spiritualitas Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan
Abadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008
Shihab, quraish,. Islam Yang Saya Pahami, Tanggerang: Lentera Hati 2018
GLOSARIUM
Akhlak : adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
madzmumah merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia
Akhlak mahmudah : adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan
dari sifat-sifat yang terpuji pula”.
Disiplin : diartikan melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan, petunjuk,
kesepakatan atau jadual
Hablu minallah : Hubungan manusia dengan Allah
Hablu minannas : Hubungan manusia dengan sesamanya
Hedonisme : sebuah aliran klasik dari Yunani yang menyatakan bahwa ukuran
tindakan kebaikan adalah done, yakni kenikmatan dan kepuasan
rasa
Humanisme, : yaitu aliran yang berpandangan bahwa baik dan buruknya sesuatu
itu adalah sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, atau
kemanusiaannya
Khamer : minuman yang memabukkan dan menghilangkan kesadaran dalam
semua jenisnya.
musawah : persamaan seluruh manusia dalam hak dan kewajiban tanpa ada
pemisahan atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan kelas
aliran kelompok keturunan pangkat atau harta dan hal-hal lainnya
religiosisme : aliran yang mengatakan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai
dengan kehendak Tuhan
Sosialisme : yaitu aliran yang berpendapat bahwa baik nya sesuatu ditentukan
oleh masyarakat
Syirik : menyekutukan Allah secara zat, sifat, perbuatan, dan ibadah
Toleransi : kelapangan dada dalam arti suka rukun kepada siapapun
membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain
Utilitarisme, : yaitu aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang
berguna
Ukhuwah : adalah persaudaraan kerukunan persatuan dan solidaritas yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
ukhuwah Islamiyah : Persaudaraan yang didasarkan pada kesamaan agama Islam
ukhuwah : berarti persaudaraan kebangsaan.
wathaniyah
ukhuwah insaniyah : diartikan sebagai persaudaraan sesame manusia atau kadang
disebut juga dengan ukhuwah Basyariyah
Vatalisme : yaitu aliran yang berpandangan bahwa ukuran perbuatan baik itu
adalah kekuatan dan kekuasaan
Zina : adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan (dalam persetubuhan) yang haram menurut zat
perbuatannya, bukan karena subhat dan perempuan itu
mendatangkan syahwat
Penulis:
Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I., M.S.I.
1
DAFTAR ISI MODUL 3: SIFAT-SIFAT BAGI ALLAH (AL-ASMA> AL-
H}USNA>)
PENDAHULUAN Hal
..……………………………………………………...
Rasional dan Deskripsi Singkat………………………………………. 4
Relevansi ……..………………………………………………………. 4
Petunjuk Belajar………………………………………………………. 5
KEGIATAN BELAJAR 1: Sifat-Sifat Bagi Allah Swt (Wajib, 6
Mustahil, dan Jaiz)
………………………………………………………………….
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 6
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 6
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 6
Uraian Materi………………………………………………………… 7
Rangkuman…………………………………………………………… 18
Tugas…………………………………………………………………. 18
Tes Formatif 1……………………………………………………….. 19
KEGIATAN BELAJAR 2: Al-Asma> Al-H}usna> (al-‘Azi>z, 21
alGaffa>r, al-Ba>sit}, an-Na>fi’, ar-Ra’u>f, al-Barr, al-Fatta>h},
al‘Adl, dan al-Qayyu>m)..
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 21
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 21
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 21
Uraian Materi…………………………………………………………. 22
Rangkuman…………………………………………………………… 34
Tugas………………………………………………………………….. 36
Tes Formatif 2……………………………………………………….. 37
KEGIATAN BELAJAR 3: Al-Asma> Al-H}usna> (al-Kari>m, 39
alMu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-
A>khir)…………………
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 39
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 39
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 39
Uraian Materi………………………………………………………… 40
Rangkuman…………………………………………………………… 48
Tugas…………………………………………………………………. 49
Tes Formatif 3……………………………………………………….. 50
KEGIATAN BELAJAR 4: Al-Asma> Al-H}usna> (ar-Razza>q, 53
alMa>lik, al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-
H}aki>m)……………………………….
2
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 53
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 53
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 53
Uraian Materi…………………………………………………………. 54
Rangkuman…………………………………………………………… 64
Tugas…………………………………………………………………. 66
Tes Formatif 4……………………………………………………….. 67
TUGAS AKHIR 68
…………………………………………………………
TES SUMATIF 69
………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 76
GLOSARIUM………………………………………………………… 78
…
3
PENDAHULUAN
Dalam Modul 3 ini Anda kami ajak untuk mempelajari tentang sifat-sifat
bagi Allah yang meliputi sifat wajib, mustahil, jaiz serta al-Asma> al-H}usna>.
Modul ini bertujuan agar Anda memiliki kompetensi yang berkaitan dengan
meneladani sifat-sifat bagi Allah, khususnya sifat wajib yang termasuk dari
alAsma> al-H}usna>. Secara rinci setelah mempelajari materi dalam modul ini,
diharapkan Anda dapat:
1. Menghayati dan mengimani sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma> al-H}usna>)
2. Menampilkan perilaku mengimani sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>
alH}usna>)
3. Mengindentifikasi sifat-sifat wajib Allah beserta bukti/dalil Naqli dan Aqlinya,
sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah Swt.
4. Menyajikan contoh fenomena-fenomena kehidupan yang meneladani sifat-sifat
wajib bagi Allah Swt (al-Asma> al-H}usna>) dalam kehidupan sehari-hari.
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari sifat-sifat wajib, mustahil, dan
jaiz bagi Allah merupakan perkara penting, karena ini berkaitan tentang keimanan
dan ketauhidan kepada Allah Swt. Kajian sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi
Allah bertujuan untuk memberikan gambaran biografi Allah sebagai Pencipta
manusia dan alam semesta. Semakin memahami sifat-sifat Allah diharapkan
meningkatkan keimanan seseorang.
Kajian tentang sifat-sifat Allah perlu didasarkan pada dalil-dalil Naqli yang
bersumberkan pada Al-Qur’an dan Hadis serta dalil Aqli yang bersumberkan pada
rasionalistas akal manusia. Kedua sumber ini penting agar kajian sifat-sifat Allah
tidak hanya terjebak pada kajian normatif tanpa dibuktikan dengan bukti-bukti
rasional. Karena itu, penting dalam kajian ini diberikan contoh-contoh kehidupan
yang relevan dengan sifat-sifat Allah sehingga memberikan dampak secara langsung
terhadap peserta didik.
4
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi sifat-sifat wajib bagi Allah, dengan beri tanda-tanda khusus
pada bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
5
KEGIATAN BELAJAR 1: SIFAT-SIFAT BAGI ALLAH
POKOK-POKOK MATERI
6
URAIAN MATERI
A. Sifat-Sifat Wajib bagi Allah Swt.
1. Pengertian
Sifat wajib bagi Allah Swt adalah sifat-sifat yang pasti (wajib) dimiliki oleh
Allah Swt. yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai Pencipta alam
seisinya. Pada dasarnya, Allah memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas,
karena DIA Maha Segala-galanya. Akan tetapi, dalam ideologi Ahli Sunnah
Waljamaah (Aswaja) menjelaskan bahwa setiap umat Islam wajib
mengimani 20 sifat wajib bagi Allah, sebagai berikut:
Tabel.1 Sifat Wajib bagi
Allah Swt.
7
2. Dalil Naqli Sifat Wajib bagi Allah Swt
Dalil Naqli adalah dalil (hujah) yang bersumberkan pada Al-Qur’an
dan Hadis yang menjelaskan secara normatif tentang sifat-sifat Allah.
Sedangkan dalil Aqli adalah dalil (hujah) yang bersumberkan pada akal
manusia yang mencoba memahami fenomena-fenomena alam semesta
yang berkaitan atau membuktikan sifat-sifat Allah. Akan tetapi, perlu
dicatat di sini bahwa urusan mengimani sifat-sifat Allah adalah wilayah
intuitif (hati) atau keyakinan yang didasarkan pada teks Al-Qur’an dan
Hadis. Sedangkan fungsi dalil Aqli hanya memperkuat keimanan seseorang
tentang sifat-sifat Allah Swt. Berikut ini penjelasan tentang dalil-dalil Naqli
dan Aqli tentang sifat-sifat wajib bagi Allah Swt:
a. Wuju>d berarti “ada”. Firman Allah yang menjelaskan tentang
keberadaan (eksistensi) Allah adalah Q.S. Ali Imran [3]: 2: ٢ أ
ُّ اح أ ل ۡق
ايو ُم ُّ ۡ هل ُّلَ ال ِاالَٰ اه ِاه ل ُه او أ ل
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang
terusmenerus mengurus (makhluk-Nya)
8
b. Qida>m berarti Terdahulu. Allah adalah Yang Awal dan juga Yang
Akhir. Tiada yang mendahuluinya. Firman Allah Swt yang terkait
dengan sifat wajib Qida>m terdapat dalam Q.S. Al-Hadid [57]: 3
Keberadaan alam semesta ini baru karena ada yang mengatur dan
menciptakan. Sesuatu yang baru pasti ada yang menciptakan dan
mendahului, dan Allah Yang Awal dan Yang Akhir.
c. Baqa>’ berarti kekal. Firman Allah Swt yang menjelaskan tentang
sifat kekal Allah Swt dalam Q.S Ar-Rahman [55]: 27
َّٰ أ
َ َۡ ىََ َو أجهُ َربكَّ َِ ذُو ٱ ل َج َّل ِلََ َوٱأ ِل
٢٧ أكر ِام َّ َّٰ َويأبَق
“tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap
kekal”
أ أ
١١ ير ِ هوَُ ٱلس َِّمي ُع ٱ
ُ ََلبص َ ش أي ُء َو
َ َِ س ك َِم ثل ِهۦ
َ َ… ألي
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha
Mendengar, Maha Melihat.
أ أ
٦ َع ِن ٱ ل َّعََ ََّٰ ِلمََ ين ِ َُو َمن جَََّ ََّٰهدَََ فإَنِ َّمََ ا ي َجَُ َََ ََّٰ ِهد
َ َِ لن فَ ِس ِهۦَٓٓ َ ِإ َّن ٱللََََّ ََ لغَََ ني
Dan barangsiapa berjihad, maka se-sungguhnya jihadnya itu untuk
dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (ti-dak memerlukan
sesuatu) dari seluruh alam
f. Wah}da>niyah berarti esa. Dalil Naqli tentang ke-esa-an Allah salah
satunya terdapat dalam Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1
9
Sifat wajib tentang ke-esa-an Allah Swt dapat dibuktikan dalam
keteraturan alam semesta sebagai wujud ciptaan Allah Swt.
Seandainya Allah Swt tidak esa, maka akan terjadi kerusakan dan
ketidakteraturan alam, karena ada dua pencipta. Hal ini diperkuat oleh
firman Allah dalam Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 22
ُ َٓ س ََدَتا
َفس ََأب َّح ََ ََّٰن َ َل َأو َكانَ فيِ ِه َما ٓ َءال ِهةََ إ ِل َََ ََ ٱل َّلَ َََُ لف
أ
٢٢ َفون ُ ََ يص ِ ع َّما
َ أرشِ ب ٱ ل َع ِ ٱل َّلَ ََ َِ َر
« Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan
selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang
memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan »
٢٠ أيء قد ََِي ر
ٖ شَ ى ََ ُك ِل
َّ َّٰ عل
َ ََ ََ َإن ََ ٱل َّل
ِ …
“…Sungguh, Allah Maha-kuasa atas segala sesuatu.”
h. Ira>dah berarti berkehendak. Allah Maha Berkehendak (Muri>dan).
Ketika Allah Swt berkehendak, maka apapun terwujud, karena DIA
Maha Segala-galanya. Allah Swt. mempunyai kemauan dan kehendak
sendiri dalam menciptakan alam semesta. Dia tidak akan pernah
diperintah dan diatur pihak lain. Firman Allah yang menjelaskan
tentang kehendak Allah Swt yaitu Q.S. Yasin [36]: 82 sebagai berikut:
10
Swt yang menjelaskan tentang sifat Allah Maha Mengetahui dalam
Q.S. al-H|ujura>t [49]: 16
١ ع لي ِ م َ َ ََ َإن ََ ٱل َّل
َ س ِميع ِ …
“…Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”
l. Bas}ar berarti melihat. Sifat Allah Maha Melihat disebut dengan
Bas}i>ran. Firman Allah Swt yang menjelaskan sifat ini terdapat
dalam Q.S Al-Isra>’ [17]: 1
أ
١ ير
ُ ََ لبص
ِ س ِمي ُع ٱ َ ُ… إنِهَّۥ
َّ هوَُ ٱل
11
“…Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
m. Kala>m berarti berfirman. Sifat Allah Maha Berfirman disebut
dengan Mutakalliman. Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril a.s adalah Al-Qur’an.
AlQur’an menjadi mukjizat sepanjang masa atas kerasulan
Muhammad
Saw. dan sebagai bukti keberadaan firman Allah Swt. Selain Al-
Qur’an sebagai bukti firman Allah, Allah juga berfirman (berbicara)
secara langsung dengan para rasul dan nabi-Nya, sebagaimana Q.S.
An-Nisa>’ [4]: 164.
َّ َّٰ س
١٦٤ ى ت أ َكل ِي ٗما َ … َو َكل َّم ََ ٱل َّلَ ََ ُ ُمو
“…Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung”
Dalam ayat ini, Allah berfirman (bicara) secara langsung kepada Nabi
Musa a.s, sehingga Nabi Musa a.s dijuluki dengan Kali>mulla>h.
3. Pembagian Sifat Wajib bagi Allah
Dua puluh sifat sifat wajib bagi Allah Swt di atas jika
dikelompokkan (kategori) menjadi 4, yaitu: a. Nafsiyah ()نفس ية
Sifat Nafsiyah berkaitan dengan diri (Zat) Allah Swt. Semata. Sifat
Nafsiyah Allah hanya satu, yaitu Wuju>d (ada).
b. Salbiyah ()سلبية
Sifat salbiyah adalah sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak
layak (tidak patut) bagi Allah Swt, sebab Allah Maha Sempurna dan
tidak memiliki kekurangan. Sifat salbiyah ini hanya dimilki oleh
Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat salbiyah ada lima,
yaitu: Qida>m, Baqa>’, Mukha>lafatu Lil-H}awa>dis}i,
Qiya>muhu bi-Nafsihi, dan Wah}da>niyah.
c. Ma’a>ni ()معاين
Sifat Ma’ani, yaitu sifat yang terdapat dalam zat Allah sesuai dengan
kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat Allah yang masuk dalam kategori sifat
12
ma’an>i ada tujuh, yaitu: Qudrat, Ira>dah, ‘Ilmun, Haya>t, Sama’,
Bas{ar, dan Kala>m. Sifat-sifat ma’ani juga dimiliki oleh
makhlukNya. Bedanya, jika sifat ini melekat dalam diri Allah maka
maknanya tidak tebatas, sedangkan jika yang memiliki makhluk,
maka terbatas. Contohnya: Allah Maha hidup artinya selamanya dan
tidak akan mati.
Sedangkan makhluk-Nya juga hidup, tapi suatu saat akan mati.
d. Ma’nawiyah ()معنوية
Sifat Ma’nawiyah merupakan sifat yang selalu tetap ada pada zat
Allah dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat
demikian. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat
ma’a>ni, yaitu: Qa>diran, Muri>dan, ‘A>liman, H}ayyan,
Sami>’an, Bas}i>ran, dan Mutakalliman. Sifat-sifat ini sebagai
penguat dari sifat-sifat Ma’a>ni Allah. Sifat Ma’a>ni Allah dan
Ma’nawiyah-Nya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, sebab
setiap ada sifat Ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah. Sifat
Ma’anawiyah Allah menggambarkan keberadaan dan Zat Allah yang
terus menerus memiliki sifat Ma’ani. Jika Allah bersifat Qudrah
(Kuasa), maka secara otomatis Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa
dan akan tetap seperti itu tanpa ada batasnya.
Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah Swt di atas, jika disimpulkan
dalam bentuk table berikut ini:
Tabel. 2
Pembagian Sifat Wajib bagi Allah Swt.
13
7 Kala>m Mutakalliman
14
17 H}ayyan ()حيا Maha Hidup Mayyitan ()ميتا Yang mati
18 Sami>’an ()سميعا Maha As}ammu ( )أصم Yang tuli
Mendengar
19 Bas}i>ran ()بصيرا Maha A’ma ()أعْم Yang buta
Melihat
20 Mutakalliman Maha Abkam ()أبْكم Yang bisu
)(متكلما Berfirman
Sifat mustahil bagi Allah Swt tidak mungkin dimiliki-Nya, karena Allah
Swt Maha Kuasa. Sifat mustahil hanya dimiliki oleh makhluk-Nya yang
memiliki kelemahan dan kekurangan.
C. Sifat Jaiz bagi Allah Swt
Sifat jaiz Allah Swt. berarti sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan
tidak terikat oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib
mengimani sifat jaiz bagi Allah Swt. Sifat jaiz bagi Allah Swt hanya satu,
yaitu: ِف ْع ُل ِ ِِك َُ ُم ْم ِك ٍن اا ْو ْاتر ُك ُه
(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala
sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya.
Sifat jaiz bagi Allah Swt dijelaskan dalam salah satu firman-Nya,
Q.S. al-Qashash [28]: 68
أ
ُ ٓير ََة ِ يش ََا ُٓء َوي أخَتا َ ُرَُ َ َما َكانَ ل َه ُمَُ ٱ
َ لخ َ َلقَُ َما ُ َو َرب َك ي أخ
٦٨ َش ِر ُكون ُ ع َّما ي أ َّ َّٰ سأب َّح ََ ََّٰنَ ٱل َّلَ ََ ِ َو ت َع َََ ََ ََّٰل
َ ََ ى ُ
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi
mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia
dari apa yang mereka persekutukan.”
Sifat Jaiz bagi Allah Swt menekankan kebebasan Allah Swt dalam
berkehendak atau tidak berkehendak. DIA bebas dan tidak ada yang bisa
15
mengatur karena Allah Swt Maha Mengatur (Rabb) alam semesta.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Fatihah [1]: 2
أ أ
٢ َب ٱ ل َّع ََ ََّٰ ِلم ََين
ِ ٱ ل َح أمدُ ِل َّلَ ََ َِ َر
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”1 (Q.S. Al-Fatihah [1]: 2)
Ibn Katsir memaknai “Rabb” sebagai Raja yang berkuasa atau tuan
yang berkuasa untuk melakukan perbaikan. Sedangkan “al-‘Alamin” bentuk
jamak dari ‘Alam yang berarti semua yang ada selain Allah. Ibn Katsir
mengutip al-Fara’ dan Abu ‘Ubaid bahwa ‘Alam adalah ungkapan untuk
makhluk yang berakal, yaitu manusia, jin, malaikat, setan, dan tidak
digunakan untuk binatang.” Zaid bin Aslam dan Abu Muhaishin bahwa
‘Alam adalah semua yang memiliki ruh. Az-Zujaj berkata, “’Alam itu
adalah semua yang Allah ciptakan di dunia dan Akhirat.” Hal ini diperkuat
dalam firman Allah, Q.S. Asy-Syu’ara [26]: 23-24 sebagai berikut:2
أ
قا َ َل َر ب٣ َأون َو َما َر ب ٱ ل َّع ََ ََّٰ ِلم ََي ن ُ َ قا َ َل ف ِأر
ع
ٓ
ِ ُ ض َو َما بأ َين َه َمَُ ا
٢٤ َإن ُكنت ُم موقنِ ِين ِ أر ۡ ت َو
َ ٱأل ِ ََّٰ ََ س َّم ََ ََّٰ َّو
َّ ٱل
Fir’aun bertanya, ‘Siapa Rabb semesta alam itu? Musa menjawab, Rabb
Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (itulah
Rabbmu). Jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya.”
1
Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA),
Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat, (Wonosobo: Yayasan AlAsy’ariyah,
2014), hlm. 1.
2
Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz: 1, [terj.] oleh Arif Rahman Hakim, dkk, (Surakarta:
Insan Kamil, 2015), hlm.370-372.
16
untuk kemaslahatan semua makhluk. Allah tidak menciptakan alam semesta
kemudian membiarkannya saja tapi diatur, dipelihara untuk kemaslahatan.3
Dengan menegaskan bahwa Allah adalah Rabb al’Alamin menjelaskan
bahwa segalanya telah dipersiapkan Allah. Tidak ada satu pun kebutuhan
makhluk dalam rangka mencapai tujuan hidupnya yang tidak disediakan oleh
Allah karena Dia adalah Pendidik dan Pemelihara seluruh alam. 4 Dalam
ideologi Wahabi yang didirikan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab
(17031791), keyakinan kepada Allah sebagai Dzat yang mengatur alam
semesta ini disebut dengan tauhid rububiyah, selain itu ada tauhid al-asma’
wa alshifat, dan (3) tauhid al-ilahiyyah. Ketiganya menjadi doktrin utama
dalam ajaran Wahabi.5
Penjelasan bahwa Allah sebagai pengatur alam semesta dapat
dimaknai bahwa alam ini di bawah kendali Allah, baik alam manusia, hewan,
tumbuhan, malaikat, jin, dan lain sebagainya. Allah Maha kuasa atas segala
pengaturan ciptaan-Nya di langit dan bumi. Kuasa Allah Swt tiada terbatas
dan DIA bebas mengaturnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Ali
Imran [3]: 26
أ أ أ أ
تش ََا ُٓء
َ لك َمن َ لك ََ ٱ ل ُم ل ِك ت أؤُتي ِ ٱ ل ُم ِ ََّٰ ََ ق ِلَُ ٱلل َّه َّمَُ َّم
أ أ
تش ََا ُٓء َوتذَُِ ل َمن
َ تعَُ ز َمن ِ وَ ء
ُ ٓ اََ تش
َ ن م
َّ م
ِ لك
َ َوتن َِزعُ ٱ ل ُم
أ
َ ى ََ ُك ِل
ش أي ٖء قد ََِي َّ َّٰ عل
َ ََ َأيرَُ َ إنِ َّك ُ تش ََا ُءَُٓ َ ب ِيد ََِ َك ٱ لخ َ
ر
٢٦
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan
kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut
kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa
pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau
3
Anwar al-Baz, Al-Tafsir al-Tarbawy Lil-Qur’an al-Karim, Jilid 1, (Mesir: Dar al-Nasyr
LilJami’at, 2007), hlm. 1-2.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1, Ed.
Revisi, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2017), hlm. 38.
5
John L. Esposito (ed.), “Wahha>biyya>h” on The Oxford Encyclopedia of the Modern
Islamic World, volume 4, (New York: Oxford University Press, 1995), 307 atau John. L. Esposito,
17
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu.
RANGKUMAN
A. Sifat wajib bagi Allah Swt adalah sifat yang pasti (wajib) dimiliki oleh Allah
Swt. Dalam akidah Ahli Sunnah Waljamaah (Aswaja), setiap muslim minimal
mengimani 20 sifat wajib bagi Allah Swt. Sifat wajib ini dibagi menjadi empat
kategori, yaitu:
1. Nafsiyah, yaitu sifat Wuju>d
2. Salbiyah ada lima sifat, yaitu: Qida>m, Baqa>’, Mukha>lafatu
LilH}awa>dis}i, Qiya>muhu bi-Nafsihi, dan Wah}da>niyah.
“Wahabi” dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid 6, (terj.) oleh Eva, Y.N, dkk, (Ed. Ahmad
Baiquni, dkk), cet.ke-2, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 144.
3. Ma’ani ada tujuh sifat, yaitu: Qudrat, Ira>dah, ‘Ilmun, Haya>t, Sama’,
Bas{ar, dan Kala>m.
4. Ma’nawiyah ada tujuh sifat, yaitu: Qa>diran, Muri>dan, ‘A>liman,
H}ayyan, Sami>’an, Bas}i>ran, dan Mutakalliman.
B. Sifat-sifat Mustahil bagi Allah Swt adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki
oleh Allah Swt. Sifat mustahil bagi Allah Swt ada 20 yang merupakan kebalikan
(antonym) dari sifat wajib bagi Allah Swt, yang meliputi sifat: Adam, Hudu>s,
Fana>’, Muma>s|alatu Lil-Hawa>disi, Ih}tiya>ju Li-Gairihi,
Ta’adud, ‘Ajzun, Kara>hah, Jahlun, Mautun, Shummun, ‘Umyun, Bukmun,
‘A>jizan, Mukrahan, Ja>hilan, Mayyitan, As}ammu, A’ma, Abkam,
18
C. Sifat-Sifat Jaiz bagi Allah Swt. adalah sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak
terikat oleh apapun dan siapapun. Sifat Jaiz bagi Allah Swt ada satu, yaitu:
“(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu
yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya.”
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang sifat-sifat bagi Allah
Swt. agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar
1, buatlah peta konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1
sehingga lebih mudah dipahami.
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Banyak ilmuwan yang meragukan atas keberadaan Allah sebagai pencipta
alam semesta, padahal Allah Swt memiliki sifat Wujud. Allah itu wujud
merupakan sifat…
a. Salbiyah
b. Nafsiyah
c. Ma’ani
d. Ma’nawiyah
2. (“ ِف ْع ُل ِ ِِك َُ ُم ْم ِك ٍن أ ْو ْاتر ُك ُهAllah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan
(berbuat) segala sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa
penuh) untuk meninggalkannya.”. Hal ini merupakan sifat…
a. Wajib
b. Mustahil
c. Jaiz
d. Ma’nawiyah
3. Allah Swt memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk-Nya karena Allah Swt
adalah Pencipta segalanya. Ibarat seorang tukang kayu pembuat kursi, maka
kursi buatannya pasti berbeda sifatnya dengan tukang kayu. Sifat wajib bagi
19
Allah yang berbeda dengan makhluk-Nya disebut dengan… a.
Qiya>muhu bi-Nafsihi
b. Mukha>lafatu Lil-Hawadis|i
c. Muma>s|alatu Lil-Hawa>disi
d. Ih}tiya>ju Li-Gairihi
adalah:
a. مسع
b. معي
َِ َِص
c.
d.
َِ َِصأ
َّ َّٰ َويأبَق
5. Firman Allah Swt. dalam Q.S Ar-Rahman [55]: 27 yang berbunyi: ىََ َو
ُأجه
َّٰ
َ َۡ َربكَّ َِ ذُو ٱأل َج َّل ِلََ َوٱأ ِلmenjelaskan tentang sifat wajib bagi Allah…
٢٧ أكر ِام
a. Baqa>’
b. Qudrah
c. Ira>dah
d. Qida>m
20
< 70% = kurang
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
21
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
A. Definisi al-Asma> al-H}usna>.
plural dari kata H}asan ( )حسنyang berarti “terbaik”. Jadi, arti dari al-Asma>
oleh Allah Swt, sebagaimana dalil-dalil di bawah ini: ٨ ََ ٱل َّلَ ََ ُ َٓل
ََّّٰ س َما ُٓء ٱأل ُح أسن
ََ ى ۡ ََُهوَُ َُ َ له
َ ٱأل أ َ ََ َََ إ ِل ََ ََّٰ َه ََ إ ِل
22
“(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang
terbaik. » (Q.S T}a>ha> [20] : 8)
َعو هُ ب ِهاََُ َ َوذَ ُرواْ ٱل ِذ ََين ََّّٰ س َما ُٓء ٱأل ُح أسن
ُ ى ََ فٱَأد َ ٱأل أ ۡ ِ ََ ََو ِل َّل
أ
َع َم ُلونَ انواْ ي أُ سي أ ُجزَ أونَ َما َك َ َ َ ي لُ ِحدُونَ ف ٓي ِ أ أ
س َّم ََ ََّٰ َٓئ ِه َِ َٓ ۦ
١٨٠
Dan Allah memiliki al-Asma> al-H}usna> (nama-nama yang terbaik), maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya al-Asma> al-H}usna> itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka
kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S.
al-
A’ra>f [7]: 180
ْ اعي مب احه داثانا أ ُبو ال ِ ِِزان ِد
اعن ال َْ ْع ار ْ امان أخْ ا اابن ُش
ِ اح هداثانا أ ُبو ال ْاي
هللَ اص ه َّل ا هل ُّلَ عااليْ ِه او اس ها َّلِ ارسو ال ا ْ اعن أ ِبَ َِ ُه
ُ اري ارا ة أ هن ْ ِج
ْ قاا ال ا هن ه ِل ِلَ تِ ْس اع ًة اوتِ ْسع ِ اين ا ْ ًمسا ِمائا ًة ا هل اوا ِحدً ا
امن أ ْح اصا اها اد اخ ال
ِ ِ
ال ا ْجنه ا ة)أ ْح اص ْيناا ُه ( اح ِف ْظناا ُه
(BUKHARI - 6843): Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib telah menceritakan kepada kami Abuz
Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang
satu, siapa yang meng-ihsha'nya, maka ia masuk surga." Dan makna
mengihsha' adalah menjaga sebagaimana firman Allah: 'Ahshainaa (Kami
menjaganya (Ya>sin [36]: 12) ' (Sumber: Lidwa Pustaka i-software-Kitab 9
Imam Hadist)
ع ْن َ ع َم َر َج ِمي عا ُ ِ ب َوا ْب ُن أبَي ٍ هي َْ ُر ب ُْن َح ْر َ ع ْمرو الناَّقدَُِ َو ُز َ َ َحدَّ ثَنا
الزنا َ ِد َ ََ َيي َْنة
ِ ِ ع ْن أبَي َ عُ س ْفيا َ ُن ب ُْن
ُ َ لع ََ ْم ٍرو َحدَّثنَا
ِ ظ ُ ََ اللف
ْ س ْفياَنَ َو ُ
عل ْي ََ ِهَ َََُ َى ال َّل َ َِ ِ ع ْن النبَّي
َّ صل َ َ هرَُ ي َْر ة َ ِ ع ْن أبَي َ ج ِ ال َۡع ََْ َر
ْ ع ْن َ
فظ َها َ دَ َخ َل
ِ اس ما َم ْن َح ْ َعون ُ َْ تس ِ عة َو َ َْ تسِ َِ ََ َسل َّم ََ قا َ َل ِل َّلَ َو
ِ ت َر َوفي ِ ِر َواي ِة ََ اب ِْن أ َبي ْ يحَُ ب ْال ِو ِ إن ََ ال َّلَ ََ ََ ِوتْر ِ ْال َجنةَّ ََ َو
َ صاها َ ََ ع َم َر َم ْن أ ْح ُ
(MUSLIM - 4835): Telah menceritakan kepada kami 'Amr An Naqid dan
Zuhair bin Harb dan Ibnu Abu 'Umar semuanya dari Sufyan - dan lafadh ini
milik 'Amr-; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Abu Az
23
Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau telah bersabda: "Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala
memiliki sembilan puluh sembilan nama. Maka barang siapa dapat
menjaganya, niscaya ia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Ganjil dan
Dia sangat menyukai bilangan yang Ganjil." Di dalam riwayat Ibnu Abu Umar
disebutkan dengan lafazh; 'Barang siapa yang menghitung-hitungnya.'
(Sumber: Lidwa Pustaka i-software-Kitab 9 Imam Hadist)
1. Al-‘Azi>z ()العزيز
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 11,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 110-111.
7
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, terj. oleh Syamsuddin TU dan Hasan Suadi,
(Jakarta: Qisthi, 2004), hlm.71
24
mampu (tidak bisa) diukur oleh manusia ataupun makhluk lainnya. Adapun
dalil-dalil yang menunjukkan sifat Al-‘Azi>z adalah:
25
أ أ أ
َ إنِ َّك ََ ِلم ََنَ ٱ ل ُم أر٢ ان ٱ ل َح ِك ِيم
٣ َسليِن ِ أر َء
ُ َو ٱ لق١ يس ٓ
أ
٥ ٱلر ِح ِيم
َّ يز ِ ِ َ تن َِزي َل ٱ٤ ص َّر ََ ََّٰ ٖط م أستقَ ِي ٖم
ز ع ل َّ َّٰ عل
ِ ََ ى َ
Yasi>n (1), Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah (2), sungguh, engkau
(Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul (3), (yang berada) di
atas jalan yang lurus, (4) (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah)
Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang (5). (Q.S. Yasi>n [36]: 1-5)
َ ٱأل َع ََ ز ِمأنها ۡ يقَ ُو ُلو نَ لئ َ ِن َّر َج أعنا َٓ إ ِلى ٱأل َمدِين ةِ ََ لي أ ُخ ِر َج َّن
َ َ
أ أ
أؤمن ِينَ َو َّٰلَّ ِك ََ َّن
ِ َ َول ِل ُم ُ ََ ٱألذَ ََ َّٓل َو ِل َّلَ ََ ِ ٱ ل ِع َّزة ُ َو ِلر
سول ِه ِۦ ۡ
أ
٨ َعل ُم ََون َ ٱ ل ُم َّٰنَّفَ ِقيِنَ َّل ََ ي أ
Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari
perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-
orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah,
RasulNya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu
tidak mengetahui
8
Ibid., hlm. 71. 9
hlm. 94.
Ibid.,
26
2. Al-Gaffa>r ()الغفِار
Al-Gaffa>r berarti Allah Maha Pengampun. Kata al-Gaffa>r serta
alGaffu>r menunjuk kepada Zat Allah Swt yang sempurna ampunan-Nya
dan banyak mengampuni.9 Al-Ghaffa>r adalah nama Allah Swt yang
menunjukkan sifat-Nya Maha Pengampun yang akan memberikan
ampunan pada hamba-Nya. Allah Swt sangat senang kepada hambahamba-
Nya yang meminta pengampunan (istigfa>r). Adapun dalil-dalil yang
menunjukkan sifat al-Gaffa>r sebagai berikut:
أ
ُ ي١٠ إن هَّۥُ َكانَ غَفا َّ ٗرا
أر ِس ِل ِ بكَُ أم ِ فقَ لُتُ ٱ أست أغ
َّ َفرَُ و اْ َر
َوي أ ُمدِأد ُكم ب ِأ أ َم َّو ََ ََّٰ ٖل َوبنَ ِينَ َوي١١ أدر ٗارا َ عأليَ ُكم ِم َ س َما َٓء
َّ ٱل
١٢ لك ََأم أأنَ َّٰ َّه َر َٗا ُّ ت ََ َوي أ َج َعل ٖ َّلك ََأم َج َّٰن
ُّ علَ أ َج
“maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada
Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, (10) niscaya Dia akan
menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, (11) dan Dia
memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun
untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (12) (Q.S. Nuh
[71]:10-12)
Ibid.,
27
َُفر ََواْ ث َّم
ُ فر ََواْ ث َّمَُ َءا َمن ُواْ ث َّمَُ َك
ُ نواْ ث َّمَُ َك
ُ إن ََ ٱل ِذ ََينَ َءا َمِ
أ
ِ َفر ََ ل َهأ ُم َو َّل ََ لي
ِ يكَُ ِن ٱل َّلَ ََ ُ لي ِ أغ َ ٱ أزدَادُو اْ كُ ف ٗرا أل َّم
ا
١٣٧ ََ سبي ِ َل َ أ َهدِي َهأ ُم
Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman
(lagi), kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah tidak
akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) menunjukkan kepada mereka
jalan (yang lurus). (Q.S. an-Nisa>’ [4]: 137)
Semua hamba dapat meraih ampunan dan maaf dari Allah Swt dengan cara,
yaitu (1) memohon ampunan-Nya dan meraih rahmat-Nya (Q.S. A>li
Imra>n [3]: 135, Q.S. An-Nisa> [4]: 110, (2) beriman kepada Allah Swt
(Q.S. T}a>ha> [20]: 73, Q.S. al-Ah}qa>f [46]: 31, dan (3) beramal saleh
أ ُ س
َيش ََا ُٓء َوي قَد ُِٓر إ ِنهَّ ۥُ َكان
َ ٱلر أزقَ ِلم ََن ِ ط َّ إن ََ َر
ُ َبك ََ يأب ِ
أ
َو َّل ََ ت قَتلُ ُٓواْ أ َأو َّٰلَّدَ ََ ُكأم َخ٣٠ بص ََ ٗيرا َ ِ بع َِبا َِۦد ِه خَبي
ِ ارا ِ
9
hlm. 95.
10
hlm. 357-358.
Ibid.,
28
َّٰ
َإن ََ ق أت َل َهأ ُم َكان
ِ أم َ أشيةَ ََ إ ِأملَّ ٖق َََُ َ ن أ َّح ُن ن
ٓ أر ُزق ُهأ ُم َوإيِا َّ ُك
أ
٣١ خ طا َكب ِي ٗرا ِ
Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki
dan membatasi (menyempitkannya); sungguh, Dia Maha Mengetahui,
Maha Melihat hamba-hamba-Nya, (30) Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang
besar. (31). (Q.S. Al-Isra>’ [17] : 30-31)
Ayat ini menunjukkan bahwa rezeki yang disediakan oleh Allah Swt untuk
setiap hamba-Nya mencukupi masing-masing yang bersangkutan. Dari
satu sisi, manusia hanya dituntut untuk berusaha maksimal mungkin guna
memerolehnya, kemudian menerimanya dengan rasa puas disertai dengan
keyakinan bahwa itulah yang terbaik untuknya masa kini dan masa
mendatang. Dari sisi lain, dia harus yakin bahwa apa yang gagal
diperolehnya setelah usaha maksimal itu hendaknya dia yakini bahwa hal
tersebut adalah yang terbaik untuk masa kini dan masa mendatang. Karena
itu, dia tidak perlu melakukan kegiatan yang bertentangan dengan tuntunan
Allah Swt untuk memeroleh rezeki karena apa yang diperolehnya melalui
Ibid.,
29
jalan yang tidak direstui Allah pasti akan merugikannya, kalau bukan
sekarang di dunia ini maka di akhirat kelak.11
4. An-Na>fi’ ()النافع
An-Na>fi’ berarti Allah Maha Pemberi Manfaat (Keuntungan). Allah Swt
telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidaklah sia-sia,
memiliki manfaat, dan tujuan yang jelas. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt dalam Q.S. A>li Imra>n [3]: 190-191
ۡ ت َو أ
ََ فِ ََّٰ ََ ض َوٱ أخت ِل ِ أر َ ٱأل ِ ََّٰ ََ س َّم ََ ََّٰ َّو َّ ق ٱل
ِ إن ََ في ِ َخ ل ِ
ۡأ
َ ٱل ِذ ََي ن١٩٠ ََ ب ِ َّٱأل لَ َّٰب ِ ت ََ ِل َۡ ْوَُ لي ٖ َّٱأليَّ ِل َو ٱلن َّها َ ِر َٓل َۡ َّٰي
أ
نوب ِه َِأم ُ ى ََ ُجََّّٰ علَ ي ذَ ُك ُرونَ ٱل َّلَ ََ َ قي ِ ََ ََّٰ َم َٗا َوق ُعَُ ودٗ ا َو
ۡ َّٰ َّٰ أ
ض َرب َّنا َ َما ِ أر َ ٱأل و َ ت
ِ َ ََ و
َّ َ َ
َ م
َّ س
َّ ٱل ِ َويتَفَ َّك ََ ُرونَ في ِ َخ
ق ل
أ
١٩١ اب ٱلنا َّ ِر َ َعذ َ َ نك ََ فقَنِا َ ََّٰ ََ سأب َّح ُ ََ ت َّٰ َّهذَ ََا َّٰبَّ ِط ََ ٗلَ َخَل ق
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(190) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka. (191)
Dalam ayat ََ َربنَّا َ َما خَألقَتَ َّٰ َّهذَََ ا َّٰبَّطِ ََ ٗلmengisyaratkan bahwa semua yang
diciptakan oleh Allah Swt tidaklah sia-sia, memiliki manfaat serta tujuan
yang jelas. Untuk memahami kebermanfaatan alam ini maka diperlukan
upaya zikir dan pikir. Menurut M. Quraish Shihab bahwa Q.S. A>li Imra>n
[3]: 191 terlihat objek zikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah
makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 76.
30
Allah lebih banyak didasarkan pada kalbu, sedang pengenalan alam raya
oleh penggunaan akal, yaitu berpikir. Akal memiliki kebebasan
seluasluasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki
keterbatas dalam memikirkan Zat Allah. Karena itu, dapat dipahami sabda
Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,
“Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah”.12
Dalil al-Qur’an yang menjelaskan sifat An-Na>fi’ yaitu Allah Swt dapat
menghendaki keuntungan bahkan bencana bagi orang-orang yang
dikehendaki-Nya adalah Q.S. al-Fath} [48]: 11
5. Ar-Ra’u>f ()الرؤف
Ar-Ra’u>f berarti Allah Maha Penyantun. Umar Sulaiman al-Asyqar
mengutip pendapat Khatabi bahwa ar-Ra’u>f berarti Yang Maha Pengasih
dan Ramah kepada hamba-hamba-Nya, yang menurut sebagian ulama,
perasaan kasih yang paling dalam. Namun sebagian pendapat mengatakan
bahwa kata ar-Ra’fah (keramahan) lebih kuat tekanannya daripada kata ar-
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
2, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 373.
31
Rah}mat (kasih). 13
Dalil yang menunjukkan sifat Ar-Ra’u>f Allah Swt adalah Q.S. al-Taubah
821
ت أم
ِ عن
َ عأل يَ ِه َما َ َفسَُ ُكأم
َ ع ِزيز ِ سو ل ِم أن أنُ ]ل َقأدَ َجا َٓء ُكأم َر9[:
أ
ِ عأل َي ُكم ب ِٱ ل ُم
١٢٨ أؤمن ِينَ َر ُءو ف َّر ِحي م َ َح ِريص
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman.
ِ ت ََ ليٖ ََّٰ ََ َعأبِۦد ِٓه َءا َّٰيَّا ت ََِ ب يَ ِن َّ َّٰ عل
َ ََ ى َ هوَُ ٱل ِذ ََي ينُ َّز َِ ُل
َ
ِ َ ََ َإن ََ ٱل َّل
بكَُ أم ِ ور َو
ٓ ِ ى ٱلن َ ت إ ِلِ َََُّٰ ََ أ ُخ ِر َج ُكم ِمنَ ٱل ظل َّم
٩ لر ََ ُءو ف َّر ِحي م َ
Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an) kepada
hambaNya (Muhammad) untuk mengeluarkan ka-mu dari kegelapan
13
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 286.
14
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 302-303. 16 Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-
Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 287. 17 Ibi.,…hlm. 271.
32
kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha
Penyayang.
Kata al-Barr atau Maha Luas Kebijikan-Nya yang diucapkan oleh penghuni
surge itu mengisyaratkan kesadaran mereka tentang betapa anugerah yang
mereka nikmati benar-benar hanyalah kemurahan Allah. Mereka tahu
amal-amal baik mereka sedikit dan tidak pantas diberi ganjaran jika
berdasar amalan tersebut. Namun, Allah al-Barr, mereka memerolehnya.
Penggandengan sifat al-Barr dengan ar-Rahi>m dalam ucapan orang
beriman di atas bertujuan mengisyaratkan bahwa aneka anugerah yang
33
mereka nikmati itu diberikan oleh Allah semata-mata berkat kasih
sayangNya, bukan didorong oleh tujuan apa pun.15
Ayat ini mengacu kepada pengumpulan manusia kelak di hari Kiamat untuk
diberikan keputusan dengan benar (adil). Disertakan Al-Fatta>h dengan al-
‘Ali>m untuk menunjukkan bahwa Allah memberi keputusan berdasarkan
pengetahuan-Nya yang mencakup segala sesuatu, karena Dia Maha
Mengetahui hakikat segala sesuatu. 17 Allah Swt pemberi keputusan yang
paling adil, karena Dia adalah hakim yang paling adil, sebagaimana firman
15
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 141-142.
16
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
10, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 612.
17
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 116-117.
34
Allah Swt dalam Q.S. at}-T}i>n [95]: 8 َ َأأل َي
٨ س ٱ ل َّلَ َََُ ب ِأ أ َح َك ِم
أ
َٱ ل َّح ََ ََّٰ ِك ِمين
“Bukankah Allah hakim yang paling adil?”
8. Al-‘Adl ()العدل
Al-‘Adl berarti Allah Maha Adil. Dalil yang menunjukkan bahwa Allah
Maha Adil adalah Q.S. al-Ma>idah [5]: 8
ٓ
شهدَ ََآ َء ُ ِ ََ َقو َََ ََ ََّٰ ِمينَ ِل َّل َّ ْونوا
ُ نواْ ُك َ َ َّٰيَّأ
ُ ي ها َ ٱل ِذ ََي نَ َءا َم
أ
َٓ ََ ى َّ َّٰ علَ ش نَا َ ُن ق َأو ٍم َ نكَُ أم َّ ب ِٱ لقأ ِس ِطَُ َ َو َّل ََ ي أ َج ِر َم
أ أ
ْىَُ َ َو ٱت َّق ُو ا َّ َّٰ ب ل ِلت قَّ َو ُ هوَُ أ قَ َر َ ِْلو اُ ِلوآْ ٱ أعد َ أ َّل َََ ََ ت أ
ُ عد
ا َّ
٨ َع َم ُلون َ إن ََ ٱل َّلَ ََ َ َخ بي ِ ُر ِبم ََا ت أ ِ َ ََ َ ٓٱلل
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa adil lebih dekat dengan takwa, karena
keadilan merupakan substansi ajaran Islam. Adil adalah menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya. Jika seseorang memerlukan kasih, dengan
berlaku adil Anda dapat mencurahkan kasih kepadanya. Jika seseorang
melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat, ketika itu
kasih tidak boleh berperananan karena ia dapat menghambat jatuhnya
ketetapan hukum atasnya. Ketika itu, yang dituntut adalah adil, yakni
menjatuhkan hukuman setimpal atasnya.18
9. Al-Qayyu>m (م
لقيو
ِ )ا
18
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
3, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 50.
35
Al-Qayyu>m berarti Allah Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya.
Al-Qayyu>m artinya “yang selalu mengelola dan tidak pernah alpa”.
AlQayyu>m juga bisa diartikan “yang mengurus diri-Nya sendiri dan yang
lain. Allah mengurus semua makhluk, tanpa Dia membutuhkan mereka,
tapi mereka membutuhkan-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
Q.S. Adz-Dza>riya>t [51]: -:58 19
Dalil yang menunjukkan sifat Al-Qayyu>m Allah Swt terdapat dalam Q.S.
al-Baqarah [2]: 255 atau dikenal dengan ayat al-Kursiy.
أ أ
ََ لقي و ُٓم َّل َ هوَُ ٱ ل َح ي ٱ َ ََ َََ ٱل َّلَ ََ ُ َٓل ََ إ ِل ََ ََّٰ َه ََ إ ِل
أ
ِ ت َو َما في َّ ت أ َ ُخذُه ۥُ ِسن ة َ َو َّل ََ ن َأو ٓم لهَّ ۥُ َم ا في ِ ٱل
ِ ََّٰ ََ س َّم ََ ََّٰ َّو
ََ َََ ضَُ َ َمن ذَا ٱل ِذ ََي ي أشَف ُع ََ ِعن ۥدَ ٓه ُ إ ِل ِ أر َ ٱأل ۡ
أ أ
ََ عل ُم ََ َما بأ يَنَ أأيَدِي ِهأم َو َما َخ لف َهأ ُمَُ َ َو َّل َ بإِ ِذنۦ ِه َِ ََٓ ي أ
أ
ع ِلمۦ ِٓه إ ِل َََ ََ ِبم ََا شَا َٓء ََٓ َو ِس َع ِ أيء ِم أن ٖ ََ بش ِ َيطو ن ُ َُيح ِ
ُضَُ َ َو َّل ََ ي َوَُ دُه ۥ َ أرَ ٱألۡ ت َو ِ ََّٰ ََ س َّم ََ ََّٰ َّو
َّ أرس ي هُ ٱل ِ ُك
أ أ ٓ أ
٢٥٥ هوَُ ٱ ل َعل ي ِ ٱ ل َع ِظي ُم َ َو ا َُ م
َ ه ُ فظ ح
ِ
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat
memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di
hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia
19
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 246-247.
36
kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
أ
dilanjutkan dengan penggalan berikutnya ( ََ َّل ََ ت أ َ ُخذُه ۥُ ِسن ة َ َو َّل
“ )ن َأو ٓمDia tidak dapat dikalahkan oleh kantuk dan tidur”, tidak seperti
manusia yang tidak kuasa menahan kantuk dan tidak dapat mengelak
selama-lamanya dari tidur.20
RANGKUMAN
juga menunjukkan sifat keperkasaan Allah Swt. yang tidak mampu (tidak bisa)
diukur oleh manusia ataupun makhluk lainnya. Allah Swt menyeru kepada
siapa saja yang menginginkan kekuasaan agar memohon-Nya.
2. Al-Gaffa>r ( )الغ ِفارberarti Allah Maha Pengampun. Kata al-Gaffa>r serta al-
Gaffu>r menunjuk kepada Zat Allah Swt yang sempurna ampunan-Nya dan
banyak mengampuni. Allah Swt Maha Pengampun atas semua dosa
hambahamba-Nya, kecuali dosa syirik (menyekutukan Allah) dan kufur.
Semua hamba dapat meraih ampunan dan maaf dari Allah Swt dengan cara,
yaitu (a) memohon ampunan-Nya dan meraih rahmat-Nya (b) beriman kepada
Allah Swt, dan (c) beramal saleh.
20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.665.
37
3. Al-Ba>sit} ( )الباسطberarti Allah Maha Melapangkan (meluaskan) Rezeki bagi
siapa saja yang dikehendaki-Nya. Antonim dari sifat ini adalah al-Qa>bidh
( )القابضyang artinya Allah Swt menyempitkan rezeki bagi siapa saja yang
Swt telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidaklah sia-sia,
alam ini maka diperlukan upaya zikir kepada Zat Allah Swt dan pikir terhadap
38
7. Al-Fatta>h} ( )الف ِتِاحberarti Allah Maha Pemberi Keputusan yaitu keputusan
hukum bagi hamba-hamba-Nya, dan Allah adalah Hakim yang paling adil di
Akhirat kelak.
makhlukNya.
9. Al-Qayyu>m (م
لقيو
ِ )اberarti Allah Yang terus-menerus mengurus makhluk-
Nya
dan tidak pernah alpa. Al-Qayyu>m juga bisa diartikan “yang mengurus
diriNya sendiri dan yang lain tanpa Dia membutuhkan bantuan orang lain.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Mengidentifikasi
sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat (al-‘Azi>z, al-
Gaffa>r, al-Ba>sit}, an-Na>fi’, ar-Ra’u>f, al-Barr, al-Fatta>h}, al-‘Adl,
alQayyu>m). Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan
Belajar 2, buatlah tabel yang membedakan antara beberapa al-Asma>’ al-H}usna
tersebut disertai dalil dan contoh sifat Allah Swt dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini contoh tabelnya:
39
2 al-Gaffa>r Q.S. Nuh Allah Swt Maha Pengampun atas
(Allah Maha [71]:1012 dosa-dosa dan kesalahan manusia,
Pengampun) oleh karena itu, manusia dianjurkan
banyak memohon ampunan kepada
Allah Swt. Tapi, ada dua dosa yang
tidak diampuni oleh Allah Swt
kecuali harus bertobat dengan
sungguh-sungguh, yaitu dosa syirik
dan kufur.
3 dan
seterusnya…
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari beragam suku, ras
agama dan budaya. Dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai muslim
hendaknya mengedepankan sikap lemah lembut dan santun terdadap sesama
manusia walaupun beda agama, suku atau ras. Sikap ini mencerminkan
bentuk dari perilaku meneladani salah satu sifat Allah, yaitu… a. Al-
‘Azi>z
b. Ar-Ra’u>f
c. Al-Hafiz}
d. Al-Gaffa>r
2. Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidaklah sia-sia dan memiliki
manfaat serta tujuan masing-masing. Manusia ditugaskan untuk memikirkan
ciptaan Allah Swt daripada memikirkan Zat Allah Swt, serta mengambilkan
40
hikmah setiap ciptaan Allah Swt untuk kehidupan manusia. Hal ini
merupakan wujud dari sifat Allah Swt… a. An-Na>fi’
b. Al-‘Adl
c. Al-Barr
d. Al-Qayyu>mayat
a. Al-Qa>bih}
b. Al-Qa>bidh
c. Ar-Razza>q
d. Al-Wa>si’
4. Salah satu bentuk meneladani sifat Allah Swt “Al-Fatta>h}” dalam kehidupan
sehari-hari adalah…
a. Berlaku adil dalam kehidupan sehari-hari
b. Bersikap santun dan lemah lembut kepada semua orang serta tidak
membeda-bedakan ras, agama, dan suku.
c. Seorang hakim ketika memutuskan sebuah perkara berdasarkan pada
keadilan dan hukum yang berlaku.
d. Seorang Presiden selalu menjaga keamanan warganya dari ancaman
terorisme dan radikalisme.
5. Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 255 atau dikenal dengan ayat
alKursiy menjelaskan al-asma> al-h}usna>… a. Al-‘Azi>z
b. Al-Ba>sit}
c. Al-Fatta>h}
d. Al-Qayyu>m
41
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
42
Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-A>khir)
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
1. Al-Kari>m ()الكرمي
Al-Kari>m berarti Allah Yang Maha Mulia. Allah Swt adalah Zat Yang
Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya. Dia terbebas dari perbuatan
negatif dari makhluk-makhluk-Nya. Dalil al-Qur’an yang menunjukkan
43
أ أ
ََ َََ لكَُ ٱ ل َح ُق َٓل ََ إ ِل ََ ََّٰ َه ََ إ ِل َ ََّٰ ََ َََ فت َ َع
ِ لى ٱ ل َّلَ َََُ ٱ ل َم
أ أ
أرش ٱ ل َك ِر ِيم
ِ ه َوَُ َر ب ٱ ل َع
“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.”
أ أ
٣ قر أ َو َرب َك ٱأ ۡل أ َك َر ُم
َ ٱ:[3
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia”
Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Imam Ghazali bahwa al-Kari>m
adalah bila berkuasa akan mengampuni, yang bila berjanji akan menepati,
yang bila memberi akan memberi lebih dari yang diminta. Yang tidak
pernah berhitung berapa dan kepada siapa yang diberi. 21
21
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm.182-183.
44
sehingga anugerah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu berbarengan
serta bertujuan perbaikan dan pemeliharaan.22
2. Al-Mu’min ()املؤمن
Al-Mu’min berarti Allah Maha Memberi Keamanan. Allah Swt adalah Zat
yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan. Mukmin yang sejati adalah
mukmin yang hanya mengharapkan keamanan dari Allah Swt, bukan
dengan yang lainnya. Firman Allah Swt yang menunjukkan sifat AlMu’min
adalah Q.S. al-Hasyr [59]: 23
أ أ
لكَُ ٱ لقِ هوَُ ٱ ل َم َ ََ َََ هوَُ ٱل َّلَ ََ ُ ٱل ِذ ََي َٓل ََ إ ِل ََ ََّٰ َه ََ إ ِل َ
أ ُ أ أ أ أ َّٰ دُوس ٱل
َ يز ٱ ل َجبا َّ ُر ٱ ل ُم
تك ََب ِ سلَّ ُم ََ ٱ ل ُم
أؤم ُن ٱ ل ُمهأ يَ ِم ُن ٱ ل َع ِز َّ ُ
٢٣ َش ِر ُكون ُ ع َّما ي أ َ َِ ََ َسأب َّح ََ ََّٰنَ ٱ ل َّل ُ ََٓ َُِر
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang
Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang
Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan,
Maha-suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 462.
23
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 564-565.
-Qur’an, Volume
45
Ama>n (keamanan). Allah al-Mu’min berarti Allah sebagai pemberi rasa
aman kepada hamba-Nya yang beriman atau orang yang merasa aman
hanyalah orang yang diberi rasa aman oleh Allah Swt. Lawan kata dari rasa
aman adalah al-Khauf (rasa takut). Allah Swt berfirman dalam Q.S.
Quraisy [106]: 4
َ أ
٤ اف
ِ وع َو َءا َمن َه ُم ِم أن َخ أو
ٖ ج
ُ نمِ م
ُ همَ ع
َ ط ي أ
ٓ ََ ٱل ِذ
“yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar
dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”
3. Al-Waki>l ()الوكيل
24
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm.62-67.
25
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al
2, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 339-340.
-Qur’an, Volume
46
Allah Swt melindungi dan memelihara semua makhluk-Nya dan sebaikbaik
pelindung. Dalil yang menujukkan sifat Al-Waki>l adalah Q.S. alAh}za>b
[33]: 48:
أ أ
لب نَ ٓي ِ إ أ ِس َّر ََ ََّٰ َٓ ِءي َل َ َّ سى ٱ ل ِك َّٰت
ِ ب ََ َو َج َع ل َّٰنَّهََُ هد َُٗى َ َو َءاتأ َينا َ ُمو
٢ ََ أ َّل َََ ََ تت َِخ ََذُواْ ِم ن دُوني ِ َو ِكي ٗل
Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kamu mengambil
(pelindung) selain Aku.
Atas dasar ini, Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang beriman agar
bertawakal hanya kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.
Ibrahim [14]: 12 26
بر ََ َّن
ِ ص ُ َ لى ٱل َّلَ ََ ِ َوقأدَ هدَ ََ َّٰىَّنا
َ سبلُنَا َٓ َولنَ أ َ عَ َو َما لنَا َٓ أ َّل َََ ََ نت ََو ََ َّك َل
أ أ
١٢ َتو ََ ِك ُلون َ لى ٱل َّلَ ََ ِ ف َليت ََو ََ َّك ِل ٱ ل ُم َ عَ ى ََ َم آ َءاذَأيت ُمَُ ونا َٓ َو َّ َّٰ عل
َ
Dan mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia
telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh, akan tetap
bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya
kepada Allah saja orang yang bertawakal berserah diri.”
26
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 223-224.
-Qur’an, Volume
47
Ucapan para Rasul َ لى ٱللََََّ ِ فأ َليت ََوََ َّك ِل ٱأل ُم
َتوََ ِك ُلون َ عَ َوmengandung
makna penyerahan segara urusan kepada Allah Swt. karena demikian sifat
orangorang mukmin – apalagi pembimbing mereka yang para Rasul. Semua
manusia memiliki keterbatasan dan seringkali pasrah, satu-satunya yang
wajar diandalkan untuk diserahkan kepada-Nya segala urusan hanya Allah
Swt. Karena, hanya Dia Yang Mahakuasa lagi Maha Mengetahui.27 Dalam
bertawakal kepada Allah, bukan berarti lepas tangan tidak mau berbuat atau
berusaha. Tawakal kepada Allah Swt dilakukan setelah ada usaha maksimal
dari manusia untuk melakukan sesuatu.
27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al
6, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 344.
-Qur’an, Volume
48
Al-Mati>n berarti Allah Yang Maha Kokoh. Allah Swt adalah Zat yang
mempunyai kekuatan sempurna dan terbebas dari kelemahan. Kekuatan
Allah Swt tidak bisa digoyahkan oleh perbuatan makhluk-Nya dan tidak
ada yang membantu dalam kekuatan Allah Swt. Dalil yang menunjukkan
5. Al-Ja>mi’ ()اجلامع
28
Umar Sulaiman al-Asyqar,
Al-Asma>’ al-H}usna>,
49
[45]: 26
َّ َّٰ ق ِلَُ ٱ ل َّلَ َََُ ي أ ُحي ِي ُكأم ث َّمَُ ِيمَُ يتكُ َُ أم ث َّمَُ ي أ َج َمعُكُ أم إ ِل
ََ ى
أ
أيب ف ِي ِه َو َّٰلَّ ِك ََ َّن
َ ي َأو ِم ٱ لقي ِ ََ ََّٰ َم ََةِ َّل ََ َر
ثر ََ ٱلنا َّ ِس َّل ََ ي
َ أ أ َك
٢٦ َعل ُم ََون َ أ
… hlm. 231.
Katakanlah, “Allah yang menghidupkan kemudian mematikan kamu,
setelah itu mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak diragukan
lagi; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
29
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 12, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 369.
Al-Asma>’ al-H}usna>,
50
sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Saba’ [34]: 26. 30
َ أ أ
َُهوو ق
َ َ ِ ح
َ ل ٱ
ِ ب ا ن
َ ن ي
َ بأ َ
َ ح
ُ ت َ ف ق أ ُل ي أ َج َم ُع بأيَننَا َ َرب نا َ ث َّمَُ ي
أ أ
٢٦ ٱ لفتَا َّ ُح ٱ ل َعل ِي ُم
Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia
memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi
keputusan, Maha Mengetahui.”
6. Al-H}a>fiz} ()احلافظ
30
Umar Sulaiman al-Asyqar, … hlm. 327-328.
31
Umar Sulaiman al-Asyqar, … hlm. 173
Al-Asma>’ al-H}usna>,
51
bahwa Allah Swt selalu mengurus, menjaga, dan memelihara semua
makhluk-Nya tanpa mengantuk dan tidak tidur. Karena mengantuk dan
tidur adalah sifat manusia, bukan sifat Allah Swt Yang Maha Pemelihara
dan Penjaga.
أ أ
ََ لقي و ُٓم َّلَ هوَُ ٱ ل َح ي ٱ َ ََ َََ ٱل َّلَ ََ ُ َٓل ََ إ ِل ََ ََّٰ َه ََ إ ِل
أ
ِ ت َو َما في َّ ت أ َ ُخذُه ۥُ ِسن ة َ َو َّل ََ ن َأو ٓم لهَّ ۥُ َم ا في ِ ٱل
ِ ََّٰ ََ س َّم ََ ََّٰ َّو
أ ۡ
نضَُ َ َمن ذَا ٱل ِذ ََي ي أشَف ُع ََ ِعندَ ۥ ُٓه إ ِل َََ ََ بإِ ِذ ۦ ِ أر َ ٱأل
أ
عل ُم ََ َما بأ يَنَ أأيَدِي ِهأم َو َما َخ لف َهأ ُمَُ َ َو َّل ََ ي َ ِه َِ ََٓ ي أ
أ
ع ِلم ِۦٓه إ ِل َََ ََ ِبم ََا شَا َٓء ََٓ َو ِس َع ِ أيء ِم أن ٖ ََ بش ِ َيطو ن ُ َُح ِ
ُ ضَُ َ َو َّل ََ ي َوَُ دُۥه َ أر ۡ
َ ت َو ٱأل َّٰ َّٰ َّ كُ أر ِسي هُ ٱل
ِ َََ س َّم َََ َّو
أ أ أ
٢٥٥ هوَُ ٱ ل َعل ي ِ ٱ ل َع ِظي ُم َ ح فظ ُه َمَُ آ َو ِ
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi
syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan
mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.
Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
7. Al-A>khir ()اخلر
Al-A>khir berarti Allah Maha Akhir (Kekal). Akhir bagi Allah Swt tidak
ada ujung dan tanpa batas. Setelah semua makhluk musnah, Allah Swt tetap
Al-Asma>’ al-H}usna>,
52
ada dan tidak mengalami kepunahan. Semua makhluk hidup akan
mengalami kematian (kepunahan). Dalil yang menunjukkan sifat Al-
A>khir adalah Q.S. al-H}adi>d [57]:
أ َّ َّٰ ٱأل َّو ََ ُل َو ٱأ ۡ ٓل ِخ ُر َو
ۡ َُهو
بكَُ ِل َ ٱلظ ِه ََ ُر َوٱ لبا َ ِط ُنَُ َ َو
ِ َُهو َ 3
٣ عل ِيم َ ٍش أيءَ
“Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Al-A>khir berarti yang terakhir yang tidak ada sesuatu pun setelahnya,
karena memang Dia itu sejak zaman azali dan selamanya, tidak akan tiada
dan binasa, sementara yang lain hanyalah makhluk yang diciptakan oleh
Allah Swt dari tiada kemudian menjadi tiada lagi. Antonim dari sifat
alA>khir adalah al-Awwal yang berarti yang tidak didahului oleh apapun.
Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Khatabi bahwa al-Awwal berarti
mendahului segala sesuatu, yang ada dan sudah ada sebelum adanya
makhluk. Sedangkan al-A<khir berarti sesuatu yang tersisa setelah
kebinasaan makhluk. Menurut Baihaqi, Al-Awwal berarti yang
keberadaanya tidak ada permulaan, sedangkan al-A>khir yang
keberadaanya tidak ada akhirnya. 32
M. Quraish Shihab mengutip pendapat Sayyidina> Ali, beliau pernah
melukiskan makna kedua sifat ini (Awwal-A>khir), yaitu bahwa Dia Yang
Awwal yang bagi-Nya tiada sebelum sehingga mustahil ada sesuatu
sebelum-Nya. Dia Yang A>khir yang bagi-Nya tiada sesudah sehingga
mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. Dia tidak berada di satu tempat
sehingga mustahil Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. 33
RANGKUMAN
1. Al-Kari>m ( )الكرميberarti Allah Yang Maha Mulia. Allah Swt adalah Zat Yang
32
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 266-267
33
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 403.
53
Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya. Di samping menyandang sifat alKari>m
(Yang Mulia), Allah Swt juga memiliki sifat Al-Akram (Yang Sangat Mulia) yang
tidak ada yang lebih mulia dari-Nya.
Zat yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan. Kata al-Mu’min
mengandung dua makna, yaitu: (1) Al-Ama>n (keamanan). Allah al-Mu’min
berarti Allah pemberi rasa aman kepada hamba-Nya yang beriman atau orang
yang merasa aman hanyalah orang yang diberi rasa aman oleh Allah Swt, (2)
pembenaran terhadap Allah, para rasul, nabi, pengikutnya, dan hamba-Nya
yang beriman pada hari Kiamat.
sempurna dan terbebas dari kelemahan. Al-Mati>n berarti Zat yang Maha Kuat
manusia yang berserakan lalu dibangkitkan kembali dari alam kubur untuk
semua makhluk-Nya atas apa yang mereka lakukan, baik maupun buruk. Allah
Swt mengurus, menjaga, dan memelihara semua makhluk-Nya terus menerus
tanpa mengantuk dan tidur.
54
7. Al-A>khir ( )اخلرberarti Allah Maha Akhir (Kekal). Akhir bagi Allah Swt tidak
ada ujung dan tanpa batas. Setelah semua makhluk musnah, Allah Swt tetap
ada dan tidak mengalami kepunahan. Semua makhluk hidup akan mengalami
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Mengidentifikasi
sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat (al-Kari>m, al-
Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-A>khir). Agar
Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah
tabel yang menjelaskan bagaimana cara Anda membuktikan keimanan terhadap
sifat-sifat Allah Swt tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh
tabelnya:
TABEL. 5 AL-ASMA>’ AL-H}USNA
No al-Asma>’ Dalil Cara mengimani sifat-sifat Allah
alH}usna Swt tersebut
1 Al-Kari>m Q.S. al- Menyakini bahwa Allah adalah Zat
(Yang Maha Mu’minu>n [23]: Yang Paling Mulia, sehingga kita
Mulia) 116 tidak boleh terlalu memuliakan
Al-Akram Q.S. Al-‘Alaq manusia melebihi kemuliaan Allah
(Yang Sangat [96]: 3] Swt.
Mulia)
2 Al-Mu’min Q.S. al-Hasyr Menyakini bahwa Allah Swt Yang
(Allah Maha [59]: 23 Maha Memberikan Keamanan,
Memberi Q.S. Quraisy maka hanya kepada Allah Swt kita
Keamanan) [106]: 4 memohon keamanan dari segala
mara bahaya yang ditimbulkan dari
para makhluk-Nya.
3 dan
seterusnya…
55
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada Abu Musa al-Asy’ari agar selalu
membaca ل حول ول قوة الا ابهلل. Perilaku ini sebagai bentuk menyakini sifat Allah
2. Allah Swt akan membangkitkan semua manusia dari alam kubur kemudian
dikumpulkan di hari Kiamat kelak untuk dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatan mereka selama hidup di dunia. Hal ini merupakan wujud dari sifat
Allah Swt…
a. Al-Mu’min
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-Ja>mi’ayat
َ أ
اف
ِ وع َو َءا َمن َه ُم ِم أن َخ أو
ٖ ج
ُ نمِ م
ُ ه م
َ ع
َ ط يأ
ٓ ََ ٱل ِذini menjelaskan tentang
.3 ٤
sifat Allah Swt (al-Asma> al-H}usna>) …
a. Al-Mu’min
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-Ja>mi’
4. Salah satu bentuk meneladani sifat Allah Swt “Al-Waki>l” dalam kehidupan
sehari-hari adalah…
a. Beriman kepada Allah, rasul, kitab, malaikat, qadla dan qadar-Nya
b. Bertawakal kepada Allah Swt setelah berusaha semaksimal mungkin agar
dikabulkan keinginan (permohonan).
c. Memperbanyak membaca Laa h}aula wa la> quwwata illa> billa>h.
56
d. Berdoa kepada Allah Swt agar diberikan rasa aman dan terhindar dari
musibah.
5. Semua makhluk hidup di alam ini akan punah dan hancur, tidak ada yang
kekal. Makhluk diciptakan oleh Allah Swt dari tiada menjadi tiada lagi, hanya
Allah Swt yang memiliki sifat Al-Awwal dan Al-Akhi>r. Berikut ini dalil Al-
Qur’an yang menjelaskan sifat Al-Awwal dan Al-Akhi>r adalah… a.
Q.S. al-H}adi>d [57]: 3
b. Q.S. al-Baqarah [2]: 255
c. Q.S. Yusuf [12]: 64
d. Q.S. Saba’ [34]: 26
57
KEGIATAN BELAJAR 4: AL-ASMA>’ AL-H}USNA> > (ar-Razza>q, al-
Malik, al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-H}aki>m)
POKOK-POKOK MATERI
58
URAIAN MATERI
1. Ar-Razza>q (زاق
)ال ِر
Ar-Razza>q berarti Allah Maha Pemberi Rezeki. Rezeki berasal dari kata
rizq yang pada mulanya ditulis oleh Ibn Faris (dikutip oleh M. Quraish
Shihab), berarti pemberian untuk waktu tertentu. Namun demikian, arti asal
ini berkembang sehingga rezeki diartikan sebagai pangan, pemenuhan
kebutuhan, gaji, hujan, dan lain-lain, bahkan anugerah kenabian pun
dinamai rezeki. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Hu>d [11]: 88
sebagai berikut:34
َّ َّٰ عل
ى ََ بيَ ِن ََ ٖة ِمن َّر بي ِ َو َرزَ قنَي ِ ِمأنهُ ِر أزق ا َ ُإن ُكنت َ قا َ َل َّٰيَّقَ َأو ِم
ِ أر ََ َءأيتأ ُم
… ٓ س ٗناَ َح
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki
yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)?...
أ أ
َّ ٱلر َّزا ُق ذُو ٱ
٥٨ لقوَُ ِة ٱ ل َمت ِي ُن َ َ ََ َإن ََ ٱل َّل
َّ َُهو ِ
“Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh.” (Q.S. Az}-Z}a>riya>t [51]: 58)
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 5,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 552.
35
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 107
59
لى ٱل َّلَ ََ ِ ِر أزق ُها َ َوي َ عَ ََ َََ ض إ ِل ِ أر
َ ٱأل ۡ ِ َو َما ِمن دَآ ٖبة ََ في
٦ ب ََ مب ِي ٖن ٖ َّ عها َٓ كُ ل في ِ ِك َّٰت
َ َعل ُم ََ ُم أستقَ َّر ََها َ َو ُم أست َأود
َ أ
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan
semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya
dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata
(Lauh} al-Mah}fuz}) (Q.S. Hu>d [11]: 6)
ُ ض ذَ ُلو ٗل ََ ف ٱ َ أم
ِ شو اْ ف ي َ أر ۡ لكَُ ُم
َ ٱأل َ هوَُ ٱل ِذ ََي َج َع َل َ
١٥ ور ُ ش َمنا َ ِكب ِها َ َو ُك ُلواْ ِمن ِر أز ۦ
ُ ق ِه ََُِ َ َو ِإأل َي ِه ٱلن
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Selain itu, manusia juga diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal dan
selalu mensyukuri-Nya, karena sebenarnya jika manusia menghitung
nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya, maka tak
seorang pun yang mampu menghitung nikmat atau rezeki-Nya. Allah Swt
berfirman dalam Q.S. An-Nah}l [16]: 18
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 13,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.114
60
ََ إن ُ إن ت ُع ََ دواْ ن أ ِع َمةَ ٱل َّلَ ََ ِ َّل ََ ت أ ُح
ِ َٓ َ ََُصوها ِ َو
١٨ فو ر َّر ِحي م ُ َََ ٱل َّلَ ََ َ لغ
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang. »
2. Al-Malik ()املكل
Al-Malik berarti Allah Maha Pemilik dan Maha Raja. Khairunnas Jamal
dan Kadarusman mengutip Abu al-Qasim al-Qusyairi bahwa kata Malik
( )ملكterdiri dari tiga huruf, yaitu mim, lam, dan kaf yang memiliki arti
kuat dan sehat. Dari akar kata tersebut terbentuk kata kerja malakayamliku
yang artinya kewenangan untuk memiliki sesuatu. Jadi, al-Malik
bermakna seseorang yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan
sesuatu dan melarang sesuatu dalam pemerintahan. Al-Malik berarti setiap
orang yang memiliki kemampuan di bidang politik dan pemerintahan.37
Dalam Al-Qur’an ada perbedaan makna antara kata Malik dengan Ma>lik.
Contohnya kata Malik dalam Q.S. an-Na>s [114]: 2 dengan kata Ma>lik
37
Khairunnas Jamal dan Kadarusman, “Terminologi Pemimpin Dalam Al-Qur’an (Studi
Analisis Makna Ulil Amri dalam Kajian Tafsir Tematik)” Jurnal Pemikiran Islam UIN Suska Riau,
39 (1) Januari-Juni 2014: 124-125. Alamat website: http://ejournal.uin-suska.ac.id/
index.php/Anida/ article/view/869/825 hlm. 125
61
ini tidak dibaca Maalik dengan memanjangkan huruf mim ()م mim,
أ أ أ أ
تش ََا ُٓء
َ لك َمن َ لك ت أؤُتي ِ ٱ ل ُم ِ لك ََ ٱ ل ُمِ ََّٰ ََ ق ِلَُ ٱلل َّه َّمَُ َّم
أ أ
تش ََا ُٓء َوتذَُِ ل َمن
َ تعَُ ز َمن ِ َو ء
ُ ٓ ا َ
َ تش
َ ن مَّ م
ِ لك
َ َوتن َِزعُ ٱ ل ُم
أ
أيء قد ََِيٖ شَ ى ََ ُك ِل ََّّٰ عل
َ ََ َأيرَُ َ إنِ َّك ُ تش ََا ُءَُٓ َ بيِد ََِ َك ٱ لخ َ
٢٦ ر
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang Pemilik kerajaan. Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imran [3]: 26)
38
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 15,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.753-754.
39
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 1,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 49-50.
62
3. Al-H}a>sib ()احلاسب
َّ َّٰ … َو َكف
٣٩ ى ََ بٱِل َّلَ ََ ِ َحسِيبٗ ا
“…Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (Q.S. al-Ah}za>b
[33]: 39)
أ
١٧٣ … َوقا َ ُلواْ َح أسبنُا َ ٱ ل َّلَ َََُ َون أ ِع َم ٱ َلو ِكي ُل
“…dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami
dan Dia sebaik-baik pelindung.” (Q.S. A>li Imra>n [3]: 173)
Kata “H}asi>ban” terdiri dari huruf “h}a”, “sin”, dan “ba” mempunyai
empat kisaran makna,yakni menghitung, mencukupkan, bantal kecil, dan
penyakit yang menimpa kulit sehingga memutih. Tentu saja makna ketiga
dan keempat mustahil disandang oleh Allah Swt. M. Quraish Shihab
pendapat Imam Ghazali bahwa “al-H}a>sib” berarti Dia yang mencukupi
siapa yang mengandalkannya. Sifat ini tidak dapat disandang kecuali Allah
sendiri karena hanya Allah yang dapat mencukupi lagi diandalkan oleh
setiap makhluk. Allah sendiri yang dapat mencukupi semua makhluk,
40
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 178.
63
mewujudkan kebutuhan mereka, melanggengkan bahkan
menyempurnakannya.41
Kalau kata “al-H}a>sib” dipahami dalam arti “menghitung”, artinya Allah
yang melakukan perhitungan menyangkut amal-amal baik dan buruk
manusia secara amat teliti lagi amat cepat. Dalam konteks ini Allah Swt
berfirman dalam Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 47.42
41
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al 10,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 490-491.
42
Ibid., hlm. 491.
-Qur’an, Volume
64
disambar petir sebagai azab yang menghinakan disebabkan apa yang te-lah
mereka kerjakan.”
Kedua, hidayah yang hanya diberikan Allah Swt. Hidayah ini hanya Allah
Swt yang mampu memberikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia
kehendaki. Semua manusia tidak mampu memberikan hidayah ini, bahkan
Rasulullah Saw pun tidak mampu memberikan hidayah kepada orangorang
yang beliau kasihi. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S.
AlQas}s}a>s} [28]: 56. 43
M. Quraish Shihab mengutip pendapat Thahir Ibn ‘Asyur bahwa ayat ke-6
di atas dapat dipahami dalam arti sebagai permohonan agar kiranya Allah
Swt menganugerahkan kepada si pemohon – melalui naluri, pancaindera,
akal, dan agama – kemampuan untuk menggapai jalan lurus lagi luas itu.
Sehingga As}-S}ira>t}al al-Mustaqi>m tidak saja dirasakan di dalam
nakuri atau dilihat, dicium, didengar, dan diraba oleh panca indera, tetapi
43
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 308-309.
65
juga dibenarkan oleh akal, serta dari saat ke saat memeroleh bimbingan dan
pengetahuan yang bersumber dari Allah Swt. kemudian diberi pula
kemampuan untuk melaksanakannya.44
5. Al-Kha>liq ()اخلالق
44
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al 10,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 78-79.
45
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 83. 49
Ibid., hlm. 83-84.
-Qur’an, Volume
66
sudah ada. Sedangkan kata Al-Fa>t}ir berarti Al-Kha>liq, yaitu yang
menciptakan. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Fa>t{ir [35]: 1 49
ِ ََّٰ ََ َّذ
َ ََ َََ لكَُ ُم ٱ ل َّلَ َََُ َرب ُكأ ُم َٓل ََ إ ِل ََ ََّٰ َه ََ إ ِل
َ َُ َُهو
ُ
َ ى ََ ُك ِل
ش َّ َّٰ ع ل َ أيء ف ٱ َ أعبدَُُ و ٓه َو
َ َُهو ٖ ش َ قَُ ُك ِل ِ َّخ ََ ََّٰل
١٠٢ أيء َو ِكي ل ٖ
« Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu. » (Q.S.
al-An’a>m [6]: 102)
46
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
3, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 582.
67
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.”
Berdasarkan ayat di atas, tujuan Allah Swt menciptakan Jin dan manusia
adalah untuk beribadah. Menurut M. Quraish Shihab, hakikat ibadah
mencakup dua hal pokok, yaitu: pertama, kemantapan makna
penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Kemantapan
perasaan bahwa ada hamba dan ada Tuhan, hamba yang patuh dan Tuhan
yang disembah (dipatuhi). Tidak selainnya. Tidak ada dalam wujud ini
kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua,
mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap
anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuannya hanya mengarah
kepada Allah secara tulus. Melepaskan diri dari segala perasaan yang lain
dan dari segala makna selain makna pengambaan diri kepada Allah.47
6. Al-H}aki>m ()احلكمي
47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al 13,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 112.
-Qur’an, Volume
68
Segala Sesuatu. Dia yang mengatur semua firman dan tindakan-Nya,
sehingga benar dan teliti. Ketelitian-Nya berupa ketepatan dalam
meletakkan segala sesuatu di tempatnya. Dia mengatur semua
makhlukNya dengan baik dan menciptakan semua makhluk-Nya dalam
bentuk paling baik. Kedua, Allah adalah hukum itu sendiri dan yang
mengadili di antara hamba-hamba-Nya. Allah Swt adalah hakim dengan
sebaik-baik Pemberi keputusan dan Pengadil yang seadil-adilnya. Firman-
Nya: 48
أ
٨ َس ٱل َّلَ ََ ُ ب ِأ أ َح َك ِم ٱ ل َّح ََ ََّٰ ِك ِمي ن
َ َأأل َي
Bukankah Allah hakim yang paling adil? (Q.S. At-Ti>n [95]: 8)
M. Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas bahwa Bukahkah Allah yang
telah mencipta manusia dalam bentuk sebaik-baiknya dan mengutus para
nabi untuk menunjuki mereka jalan lurus dan bukahkah Dia
sebijaksanabijaksana dan seadil-adil Hakim Pemutus Perkara dan
Pengatur segala sesuatu dalam bentuk dan cara terbaik? Benar. Dia adalah
sebaik-baik
Hakim.49
RANGKUMAN
1. Ar-Razza>q (زاق
)ال ِر berarti Allah Maha Pemberi Rezeki. Ar-Razza>q
berarti
Dia yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang mencari rezeki serta Dia
pula yang mengantar rezeki itu kepada mereka dan menciptakan sebab-sebab
perolehannya sehingga makhluk dapat menikmati rezeki itu. Allah Swt telah
48
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 141-142.
49
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 445.
69
menjamin rezeki semua makhluk-Nya. Tapi, manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki yang halal dan selalu mensyukuri-Nya
2. Al-Malik ( )املكلberarti Allah Maha Pemilik dan Maha Raja. al-Malik
sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan menciptakan sesuatu tanpa contoh
70
terlebih dahulu. Perintah beribadah (menyembah) adalah konsekuensi dari
di atas, yaitu tidak ada Tuhan selain Dia karena Dia yang menciptakan segala
sesuatu dan, jika demikian, tidak ada yang bersekutu dengan-Nya dalam
ketuhanan dan penciptaan dan karena itu pula ibadah dan ketundukan
sematamata hanya tertuju kepada-Nya.
menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempat dan waktunya yang tepat.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Mengidentifikasi
sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat (ar-Razza>q,
71
alMalik, al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-H}aki>m). Agar Anda dapat
lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 4, buatlah tabel yang
menjelaskan bagaimana cara Anda meneladani sifat-sifat Allah Swt tersebut dalam
kehidupuan sehari-hari. Berikut ini contoh tabelnya:
TABEL. 6 AL-ASMA>’ AL-H}USNA
No al-Asma>’ Dalil Cara meneladani sifat-sifat Allah
alH}usna Swt dalam kehidupan sehari-hari
1 Ar-Razza>q Q.S. Hu>d [11]: Dalam mencari rezeki harus
(Allah Maha 88 berusaha secara maksimal dan halal.
Pemberi (Q.S. Az}- Kemudian menggunakan rezeki
Rezeki) Z}a>riya>t [51]: tersebut untuk maslahat bukan
58) maksiat kepada Allah Swt.
2 Al-Malik Q.S. an-Naas Ketika mendapatkan jabatan atau
(Allah Maha [114]: 2 kekuasaan tidak boleh sombong dan
Pemilik dan Q.S. Al-Fatihah menyombongkan diri bahwa jabatan
Maha Raja) [1]: 4 tersebut ia peroleh karena usahanya
saja, karena Alllahlah pemilik
kekuasaan dan Maha Raja yang
mampu menaik-turunkan derajat
manusia di dunia maupun Akhirat.
3 dan
seterusnya…
TES FORMATIF 4
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Islam mengajarkan kepada manusia untuk selalu bermuhasabah diri selama
hidup di dunia, apakah hidupnya sudah lurus di jalan yang diridloi oleh Allah
Swt. atau bahkan tersesat karena mengikuti nafsunya. Perilaku ini sebagai
72
bentuk menyakini sifat Allah Swt (al-Asma> al-H}usna>), yaitu… a. Ar-
Razza>q
b. Al-Ha>di>
c. Al-H}a>sib
d. Al-H}aki>m
2. Allah Swt adalah pemberi dan penjamin rezeki semua makhluk-Nya, tak
terkecuali manusia. Di samping itu, Allah juga menganjurkan manusia untuk
berusaha mencari rezeki yang halal dan dengan cara-cara yang diridloi-Nya.
Hal ini merupakan wujud dari sifat Allah Swt… a.
Ar-Razza>q
b. Al-Ha>di
c. Al-H}a>sib
d. Al-H}aki>m
73
5. Allah menciptakan semua makhluk tidak lain adalah untuk beribadah
(mengabdi) kepada-Nya. Ibadah kepada Allah Swt adalah wujud
penghambaan makhluk kepada Kha>liq, Allah Yang Maha Mencipta, tak
terkecuali tujuan pencipataan Jin dan manusia yang paling pokok adalah
beribadah kepada Allah Swt. Berikut ini dalil Al-Qur’an yang menjelaskan
kewajiban ibadah Jin dan manusia adalah… a. Q.S. Az}-Z}a>riya>t [51]: 30
b. Q.S. az}-Z}a>riya>t [51]: 56
c. Q.S. Al-Qas}s}a>s} [28]: 56.
d. Q.S. al-An’a>m [6]: 102
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah
peta konsep dari materi al-Asma> al-H}usna> disertai dalil-dalilnya dan cara
meneladani sifat-sifat Allah Swt tersebut dalam kehidupan sehari-hari!
74
TES SUMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Allah Swt memiliki sifat-sifat wajib seperti Qida>m, Baqa>’,
Mukha>lafatu Lil-H}awa>dis}i, Qiya>muhu bi-Nafsihi, dan
Wah}da>niyah. Sifat-sifat ini masuk kategori sifat… a. Salbiyah
b. Nafsiyah
c. Ma’ani
d. Ma’nawiyah
2. Allah Swt pernah berfirman secara langsung dengan salah satu Rasul-Nya,
sehingga dia dijuluki sebagai Kali>mulla>h. Siapa nabi tersebut? a.
Muhammad Saw
b. Musa as
c. Ibrahim as
d. Isa as
3. Allah Swt mempunyai sifat wajib Baqa>’ yang artinya kekal. Sifat mustahil
dari Baqa>’ adalah… a. Adam
b. Ta’addud
c. ‘Ajzun
d. Fana>’
َيش ََا ُٓء َوي أخَتا َ ُرَُ َ َما َكان ُ َو َرب َك ي أخ,
َ َلقَُ َما )Dan Tuhanmu
أ
.4 ُ ٓير ََة
َ لخ
ِ ل َه ُمَُ ٱ
menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia)
tidak ada pilihan…). Ayat ini menjelaskan tentang…
75
d. Sifat Sunnah bagi Allah Swt
5. Dalam Q.S. Yasin [36]: 82: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah! Maka jadilah
sesuatu itu” Aya ini menjelaskan tentang sifat wajib bagi Allah Swt… a.
Qudrah
b. Wah}da>niyah
c. Qiya>muhu bi-Nafsihi
d. Muri>dan
6. Sifat Allah Swt yang memiliki pengertian kekuatan, hegemoni, ketinggian,
dan mengendalikan adalah… a. An-Na>fi’
b. Al-‘Adl
c. Al-‘Azi>z
d. Al-Qayyu>m
7. Allah Swt memiliki sifat an-Na>fi’. Untuk meneladani sifat an-Na>fi’ dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi… a.
Pemaaf dan tidak mudah dendam
b. Dermawan yang suka berbagi rezeki bagi orang-
orang yang membutuhkan
c. Berlaku adil dalam mengambil keputusan dan bertindak
d. Orang yang bermanfaat bagi orang lain
76
c. Allah Swt Maha Baik dalam memberikan nikmat-Nya
d. Kebaikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya adalah nikmat iman dan
Islam.
9. Orang Islam wajib memberikan rasa aman bagi orang lain. Bahkan, jangan
sampai lisan dan tangannya membuat orang lain merasa terancam dan tidak
nyaman. Perilaku ini meneladani sifat wajib Allah Swt… a. Al-H}a>fiz}
b. Al-Waki>l
c. Al-Kari>m
d. Al-Mu’min
10. Allah Swt adalah Maha Menjaga dan Maha Memelihara semua makhluk-
Nya atas apa yang mereka lakukan, baik maupun buruk. Allah Maha
Menjaga disebut…
a. Al-Ja>mi’
b. Al-Waki>l
c. Al-H}a>fiz
d. Al-A>khir
11. Semua makhluk-Nya juga tidak akan mampu menimbulkan mara bahaya
jika tidak dikehendaki oleh Allah, karena Allah Maha Kuasa (Kokoh) atas
semua kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Hal ini
menggambarkan sifat Allah Swt… a. Al-Ja>mi’
b. Al-Mati>n
c. Al-H}a>fiz
d. Al-Awwal
12. Allah Swt adalah Maha Pemberi Rezeki kepada semua makhluk-Nya. Dalil
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sifat Ar-Razza>q adalah… a.
Q.S. Al-Mulk [67]: 15
b. (Q.S. A>li Imra>n [3]: 173)
c. Q.S An-Naas [114]: 2
d. Q.S. Al-Fatihah [1]: 4
13. Salah satu bentuk meneladani sifat Allah Swt “Al-Malik” adalah berikut ini,
kecuali…
77
a. Menyakini bahwa Allah Swt adalah Maha Raja Yang Menguasai alam
semesta
b. Menyakini bahwa Allah Swt yang pada dasarnya yang mengangkat
seseorang menjadi penguasa dan Allah Swt juga yang dapat menurunkan
kekuasaan tersebut.
c. Menyakini bahwa Allah Swt adalah pemilik alam semesta.
d. Menyakini bahwa Allah Swt yang mengelola alam semesta dengan
bijaksana untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai kholifah di muka
bumi.
14. Allah Swt Maha Pengampun atas dosa-dosa dan kesalahan manusia, oleh
karena itu, manusia dianjurkan banyak memohon ampunan kepada Allah
Swt. Tetapi ada dosa yang tidak bisa diampuni kecuali dengan Tobat yang
bersungguh-sungguh (Taubatan Nasuha) adalah… a. Syirik dan menghardik
orangtua
b. Syirik dan Kufur
c. Zina dan Kufur
d. Meninggalkan sholat dan Syirik
15. Menyakini bahwa Allah adalah Zat Yang Paling Mulia, sehingga kita tidak
boleh terlalu memuliakan manusia melebihi kemuliaan Allah Swt. Adalah
meneladani sifat Allah Swt… a. Al-Mu’min
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-‘Azi>z
78
KUNCI JAWABAN
79
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF
1. A
2. B
3. D
4. C
5. D
6. C
7. D
8. A
9. D
10. C
11. B
12. A
13. D
14. B
15. D
80
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asy’ari, Abdurrahman, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode
Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan
Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014.
al-Asyqar, Umar Sulaiman, Al-Asma>’ al-H}usna>, terj. oleh Syamsuddin TU dan
Hasan Suadi, (Jakarta: Qisthi, 2004).
81
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 12, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
82
GLOSARIUM
Naqli Dalil yang bersumberkan pada Al-Qur’a>n dan al-
Hadis
Aqli Dalil yang bersumberkan pada akal pikiran manusia
Wajib Sifat-sifat yang pasti (wajib) dimiliki oleh Allah Swt.
yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai Pencipta
alam seisinya
Ma’nawiyah Sifat yang selalu tetap ada pada zat Allah dan tidak
mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat
demikian
83
No. Kode: ....../2018
Penulis:
Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I., M.S.I.
1
DAFTAR ISI MODUL 4: KISAH-KISAH TELADAN
2
Uraian Materi…………………………………………………………. 47
Rangkuman………………………………………………………… 66
Tugas……………………………………………………………… 68
Tes Formatif 4………………………………………………………… 69
TUGAS AKHIR 71
…………………………………………………………..
TES SUMATIF …………………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 77
GLOSARIUM…………………………………………………………… 78
3
PENDAHULUAN
Dalam Modul 4 ini Anda kami ajak untuk mempelajari tentang kisah-kisah
teladan seperti kisah Nabi Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus as, Nabi Ayub
as, dan kisah Khulafaur Rosyidin. Secara rinci setelah mempelajari materi dalam
modul ini, diharapkan Anda dapat:
1. Menghayati kisah-kisah teladan (Nabi Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus
as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur Rosyidin)
2. Mencontoh perilaku yang dapat diteladani dalam kisah-kisah teladan (Nabi
Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur
Rosyidin)
3. Menganalisis dan mengambil hikmah dari kisah-kisah teladan (Nabi Sulaiman
as, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur Rosyidin)
4. Menceritakan kembali kisah-kisah teladan (Nabi Sulaiman as, Ashabul Kahfi,
Nabi Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur Rosyidin).
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari kisah-kisah teladan (Nabi
Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur
Rosyidin) merupakan perkara penting, karena ini berkaitan tentang akhlak
(perilaku) yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh yang
dibahas dianalisis kemudian diambil hikmahnya untuk kehidupan saat ini, karena
sejarah akan terulang-ulang. Inti mempelajari sejarah dan kisah teladan adalah
mengambil hikmah dan mencontoh dari perilaku-perilaku yang baik. Apalagi
kisahkisah tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun Hadis, bukan dongeng
belaka.
4
Kajian tentang kisah-kisah teladan (Nabi Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi
Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur Rosyidin) diambil dari sumbersumber
(referensi) yang dapat dipertanggungjawabkan seperti dalil-dalil Naqli dari Al-
Qur’an dan Hadis serta buku-buku yang ditulis oleh orang-orang yang professional
di bidangnya. Sebab, kisah-kisah teladan yang dibahas ini benar-benar kisah yang
terjadi secara nyata, bukan sekedar dongeng belaka. Oleh karena itu, referensi
utama dari Al-Qur’an yang ditafsirkan oleh para mufasir dan tokoh-tokoh muslim,
sehingga kisah ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari dan hayati kisah-kisah teladan.
3. Cermati materi kisah-kisah teladan, dengan beri tanda-tanda khusus pada
bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila
menemukan istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
5
KEGIATAN BELAJAR 1: KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN AS.
DAN UMATNYA
POKOK-POKOK MATERI
6
URAIAN MATERI
A. Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an
Kisah Nabi Sulaiman a.s banyak disebut dalam Al-Qur’an. Kisah Nabi
Sulaiman a.s dikenal dengan kerajaan dan kemampuannya dalam
mengendalikan angin, berbicara dengan binatang, bahkan memiliki bala tentara
dari dari golongan jin dan manusia, serta binatang. Selain itu, kisah Nabi
Sulaiman a.s dan Ratu Bilqis (Negeri Saba’) juga memberikan pengalaman
yang menarik untuk dicontoh agar manusia tidak menyombongkan jabatan
(kekuasaan) yang diberikan oleh Allah Swt dan menggunakan kenikmatan
tersebut untuk menyembah-Nya.
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menjelaskan bahwa kisah Nabi
Sulaiman a.s disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali yang tersebar dalam
tujuh surat, yaitu (1) Q.S. al-Baqarah [2]: 102, (2) Q.S. an-Nisa> [4]: 163, Q.S.
Al-An’a>m [6]: 84, Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 78-82, Q.S. An-Naml [27]: 15-44,
Q.S. Saba’ [34]: 12, dan Q.S. S}a>d [38]: 30-40. 50 Berdasarkan sumber-
sumber
Naqli dari al-Qur’an ini dapat disimpulkan bahwa kisah Nabi Sulaiman a.s
adalah benar-benar nyata dari diberitakan secara langsung oleh Allah Swt,
bukan sekedar dongeng.
B. Biografi Nabi Sulaiman a.s
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menceritakan biografi Nabi
Sulaiman a.s berdasarkan dari ayat-ayat al-Qur’an berikut ini: 2
1. Nabi Sulaiman a.s putra Nabi Dawud a.s
Nabi Sulaiman a.s. adalah anak dari nabi Allah Swt. Dawud a.s.
sebagaimana yang dijelaskan Allah Swt. di dalam firman-Nya,
50
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi 2 Menabur Kasih Sayang di
Bumi, (terj.) oleh Fadhilah Ulfa & Ismail Jalili, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007), hlm. 211. 2
Ibid., hlm. 211-214.
7
ِ نع َۡ َم ۡٱل َع ۡب د
إن هَّ ۥ َّأو ََاب ِ َََ َسلي ََ َم ََ ََّٰن
ۡ َهب َۡنا َ لد ََِا ۥو د
َ َو َو
٣٠
Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia
adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah). (Q.S.
S}a>d [38]: 30)
2. Nabi Sulaiman a.s seorang Nabi yang disucikan sejarah kehidupannya oleh
Allah Swt.
Allah Swt telah mensucikan sejarah kehidupan Nabi Sulaiman a.s dan
mensucikan namanya. Beliau beriman kepada Allah Swt bukan termasuk
golongan orang kafir yang mengajarkan tentang sihir. Kemampuannya
merupakan anugerah (mukjizat) yang diberikan oleh Allah Swt. kepadanya.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.
ۡ لى ََ ۡمل ِك س
ََّٰ ََ لي ََ َم َ ش َّٰ َي ِط ََي ن
َ َّٰ ع َّ تت َۡل و ا ٱل َ عو ا َما َ ََّوٱتب
عل َ ش َّٰيَ ِط ََينَ َكف َرو ا يَّ سلي ََ َم ََ ََّٰ ن َو َّٰلَ ِك ََ َّن ٱل
ۡ َ نَ َو َما َك
ََ فر
… س ٱلس ِۡح َر َ َّ ِمونَ ٱلنا
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang
kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia… (Q.S Al-Baqarah: [2]:
102).
وح َو ٱلنبَّ ِۧي ِ َّن َِ ِم ۢن ٖ ى ََ ن َ َّٰ إنِا َّ ۡأو ََ َح ۡينا َ إ ِل ۡي ََ َك َك َما ۡأو ََ َح ۡينا َ إ ِل
إس َۡ َم ََ ََّٰ ِعي َلِ يم َو َ ب َۡ َر ََ ََّٰ ِه ِ ى ََ إ َ َّٰ ب َع َِۡۦد ِه َََ َو ۡأو ََ َح ۡينا َ إ ِل
وب َوي َ ََ ي ُّ ى َوأ َ ٱل ۡس ََبا َ ِط َو ِعي
َ َّٰ س ۡ وب َو َ إس َۡ َح ََ ََّٰقَ َوي َع َۡق ِ َو
وراٗ اتي َۡ نا َ دَا و ۥدَ زَ ب َ سلي ََ َم ََ ََّٰ نَ َََ َو َء ۡ س َو َّٰهَ َرونَ َو َ ون
١٦٣
Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana
Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami
telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak
8
cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah
memberikan Kitab Zabur kepada Dawud. (QS An-Nisa: [4]: 163).
Kerajaan Nabi Sulaiman a.s tidak da seorangpun (setelah dia) yang bisa
menandinginya. Allah berfirman:
Kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Sulaiman a.s
tidak membuatnya sombong, tapi beliau mensyukurinya. Sebagaimana doa
yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. berikut ini:
ت
َ ع ۡم َ ََ ٱلت ي ِ ۡأن
َّ ََ تك َ نع َۡ َم
ِ كرَ َۡ أش َ ََ ب ۡأو ََ ِز ۡعن ي ِ ۡأن ِ … َر
ض َّٰ َىه
َ َۡ تر ِ ََّٰ ََ ص
َ لح َٗا َ أع ََ َم َل ۡ ََ ي َو ۡأن َّ ََِ لى ََ َو ََ ََّٰلد
َ َّٰ ع
َ ي ََ َو
َّ عل
َ
َلح َِينِ ََّٰ ََ ٱلص
َّ َ تك ََ في ِ ِعباَد
ِك ِ بر ََ ۡح َم ِ ِ َوأ ۡد ََ ِخ ۡلني
51
Nabi Sulaiman a.s. menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Dawud a.s. serta mewarisi
ilmu pengetahuan dan Kitab Zabur yang diturunkan kepadanya. (Abdurrahman Al-Asy’ari,
AlQur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul,
Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014), hlm. 378.
9
١٩
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri
nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua
orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu
yang saleh.” (QS An-Naml: [27]: 19).
ِ ََ ى ۡٱل ۡر
ض َ اصفةَ َٗ ت َج َۡ ِري بأ ِۡم ََ ِرۦ ِه إ ِل
ِ ع ِ َلي ََ َم ََ ََّٰن
َ ٱلري َح ۡ َول ِس
٨١ َع ََ ََّٰ ِلم َِين َ ٍٱل تَّي ِ َّٰبَ َر ََ ۡكنا َ فيِها َ َََ َو كنا َّ ب ِك ِل ش َۡيء
Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri
berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
َد
ِ علم َِنا َ َم
َنطق ۡ سلي ََ َم ََ ََّٰ ن دَا و ۥ َوقا َ َل َّٰيَأَيَ ُّها َ ٱلنا َّ س
ۡ َ َو َو ِر
ث
ۡ فض َۡ ل
ٱل َ إن ََ َّٰ َهذَ ََا لهَ َو ۡٱل ِ ٍكل ش َۡي ءِ ٱلطي ََ ِر َوأ وتي ِ نا َ ِمن
ۡ
١٦ مبي ِ ن
10
Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai
manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
َ لت َۡ ۡنم ََلةََ َّٰ َيأ َ َي ُّها َ َ ٱلنم ََ ِل قاۡ لى ََ َوا ِد َ ى ََ إذ ََِا أت ََو َۡ ا
َ َّٰ ع ََّٰ َحت
ََّٰ ََ سلي ََ َم ۡ س ََ ََّٰ ِكن َك ۡم َّل ََ ي َح َۡ ِط َمن َّك ۡم َ ٱلنم ََ ل ٱ ۡد خل و ا َم ۡ
اح ٗكا ِمن ِ ض َ س ََ َم َّ َ فتَب١٨ َيش َۡ ع رون َ ََ ن َو جن و ده ۥ َوه ۡم َّل
ِ ٱلت ي َّ ََ تك َ نع َۡ َم ِ كر َ َۡ أش َ ََ ب ۡأو ََ ِز ۡعن ي ِ ۡأن ِ ۡقو ََل ِها َ َوقا َ َل َر
لح َٗا ِ ََّٰ ََ ص َ أع ََ َم َل ۡ ََ ي َو ۡأن َّ ََِ لى ََ َو ََ ََّٰلد َ َّٰ ع
َ ي ََ َوَّ عل
َ ت َ ع ۡم َ ََ ۡأن
١٩ َلح َِين ِ ََّٰ ََ لص َّ ِك ٱ َ تك ََ في ِ ِعباَدِ بر ََ ۡح َم ِ ِ خ ۡلني ِ ََ ض َّٰ َىه َوأ ۡد
َ َۡ تر َ
Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut,
“Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu
tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari.” (18) Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena
(mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku,
anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku
mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam go-longan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (19)
3. Memiliki tentara dari golongan Jin dan umatnya yang berilmu tinggi Dari
sekian banyak pasukan tentara Sulaiman a.s., ada juga pasukan tentara yang
berasal dari golongan jin. Allah berfirman:
Bahkan, ada salah satu umat Nabi Sulaiman a.s yaitu orang yang
mempunyai ilmu dari Kitab dapat membawa singgasana Ratu Bilqis
sebelum mata berkedip. Sebelumnya Jin ‘Ifrit juga menyampaikan kepada
Nabi Sulaiman a.s bahwa dia dapat membawa istana Ratu Bilqis sebelum
11
Nabi Sulaiman a.s berdiri dari tempat duduk. Kisah ini terekam dalam Q.S.
an-Naml [27]: 38-41.
4
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 56
mengetahui siapa yang hadir dan yang tidak hadir. Contohnya dalam kisah
Nabi Sulaiman a.s dengan burung Hud-Hud yang terlambat hadir di barisan
karena sedang mencari informasi tentang kondisi kerajaan Ratu Saba’ (Q.S.
An-Naml [27]: 20-30)52
52
Baca Ahmad Djalaluddin, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan Insaniyah (Seri Integrasi), (Malang: UIN-Maliki Press, 2014), hlm.42-49.
12
RANGKUMAN
1. Kisah Nabi Sulaiman a.s disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali yang
tersebar dalam tujuh surat, yaitu (1) Q.S. al-Baqarah [2]: 102, (2) Q.S. an-
Nisa> [4]: 163, Q.S. Al-An’a>m [6]: 84, Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 78-82, Q.S.
An-Naml [27]: 15-44, Q.S. Saba’ [34]: 12, dan Q.S. S}a>d [38]: 30-40.
2. Kisah Nabi Sulaiman a.s dikenal dengan kerajaan dan kemampuannya dalam
mengendalikan angin, berbicara dengan binatang, memiliki bala tentara dari
dari golongan jin dan manusia, serta binatang. Selain itu, kisah Nabi Sulaiman
a.s dan Ratu Bilqis (Negeri Saba’) juga memberikan pengalaman yang
menarik untuk dicontoh agar manusia tidak menyombongkan jabatan
(kekuasaan) yang diberikan oleh Allah Swt dan menggunakan kenikmatan
tersebut untuk menyembah-Nya.
3. Nabi Sulaiman a.s putra Nabi Dawud a.s. Nabi Sulaiman a.s. adalah anak dari
nabi Allah Swt. Dawud a.s. sebagaimana yang dijelaskan Allah Swt. di dalam
firman-Nya, (Q.S. S}a>d [38]: 30)\\
4. Nabi Sulaiman a.s seorang Nabi yang disucikan sejarah kehidupannya oleh
Allah Swt. Beliau beriman kepada Allah Swt dan tidaklah kafir. Kemampuan
yang dimilikinya bagian dari anugerah (mukjizat) yang diberikan oleh Allah
Swt. kepadanya. (Q.S Al-Baqarah: [2]: 102).
5. Nabi Sulaiman a.s adalah Nabi Allah Swt yang diturunkan wahyu kepadanya,
sebagaimana Allah Swt menurunkan wahyu kepada nabi-nabi selain dirinya.
(QS An-Nisa: [4]: 163).
13
6. Nabi Sulaiman a.s adalah seorang Raja yang mewarisi kerajaan yang megah
dari ayahandanya, Dawud a.s. (Q.S. an-Naml [27]: 16
7. Mukjizat (Kelebihan) Nabi Sulaiman a.s adalah (a) dapat menundukkan angin
kencang (Q.S. al-Anbiya>’ [21]: 81), (b) memahami bahasa hewan (Q.S.
anNaml [27]: 16, 18, dan 19), (c) memiliki tentara dari golongan Jin dan
umatnya yang berilmu tinggi. (Q.S. Saba’ [34]: 12) dan Q.S. an-Naml [27]:
38-41
8. Hikmah dan keteladanan Nabi Sulaiman as dan umatnya, yaitu: (a) mau
berdialog dengan rakyat kecil. (Q.S. an-Naml [27]: 16, 18, dan 19), (b) beliau
pandai bersyukur atas nikmat Allah Swt. (QS An-Naml: [27]: 19), (c) menjadi
pemimpin yang perhatian dan menerapkan hukum yang jelas terhadap anak
buahnya. (Q.S. An-Naml [27]: 20-30)
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Kisah Keteladanan
Nabi Sulaiman a.s dan umatnya. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang
terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah
(pelajaran) dari kisah Nabi Sulaiman a.s disertai dalilnya Sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah
yang dapat dipetik dari kisah Nabi Sulaiman a.s tersebut. Berikut ini contohnya:
TABEL. 1
HIKMAH KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S DAN
UMATNYA
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Nabi Sulaiman Q.S. An-Naml Tidak menyombongkan jabatan
dengan Ratu [27]: 42-44 (kekuasaan) yang diberikan oleh
Bilqis Allah Swt dan menggunakan
kenikmatan tersebut untuk
menyembah-Nya
2
14
3
4
5
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Nabi Sulaiman a.s. mewarisi kerajaan yang megah dari ayahandanya. Siapakah
nama ayahanda Nabi Sulaiman as tersebut?
a. Nabi Ilyas as
b. Nabi Ilyasa’ as
c. Nabi Musa as
d. Nabi Dawud as
2. Berikut ini beberapa mukjizat (kelebihan) yang diberikan Allah SWT kepada
Nabi Sulaiman as, kecuali…
a. Dapat menundukkan angin kencang
b. Dapat memahami bahasa binatang
c. Dapat membelah bulan
d. Memiliki tantara dari golongan jin dan umatnya yang berilmu tinggi
3. Contoh kisah yang menjelaskan sikap tegas Nabi Sulaiman as terhadap
penerapan hukum terhadap anak buahnya adalah…
a. Kisah Nabi Sulaiman a.s dengan burung Hud-Hud yang terlambat hadir di
barisan karena sedang mencari informasi tentang kondisi kerajaan Ratu
Saba’
b. Kisah Nabi Sulaiman as bertemu dengan gerombolan semut
c. Kisah Nabi Sulaiman as dengan Ratu Bilqis
15
d. Kisah Nabi Sulaiman as yang memerintahkan tentaranya untuk memindah
kerajaan Ratu Bilqis
4. Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Ratu Bilqis memberikan hikmah (pelajaran)
kepada para pemimpin (raja/presiden) agar…
a. menyombongkan jabatan kepada masyarakat
b. berbuat semena-mena dengan jabatan yang dimiliki
c. menggunakan jabatannya untuk mendekatkan diri (menyembah) kepada
Allah Swt
و ِمنd. menggunakan jabatannya untuk berperang
َأ ِجل َۡ ِن من يع َۡم ُل بَ َۡ َۡ يدَي ِه َۡ ِب َِ َِ ۡذ ِن ر ِب ِه ۖۦ ومن يز ِغ َۡ ِم ۡن َۡ ۡم َُ ع ۡن أ ۡم ِرن
ِ ن ِذ َُقۡ ُه ِم ۡن عذَ ِاب أ َّلس ِع
.5 ري
Ayat ini menjelaskan tentang kisah Nabi Sulaiman yang memiliki mukjizat…
a. Dapat menundukkan angin kencang
b. Dapat memahami bahasa binatang
c. Dapat membelah bulan
d. Memiliki tantara dari golongan jin dan umatnya yang berilmu tinggi
16
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
POKOK-POKOK MATERI
17
URAIAN MATERI
53
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 221-223.
18
berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania perkampungan Al-Rajab atau
dalam Al-Quran di sebut Al-
Raqim, 54 yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman-
Yordania. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk
mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama
“Masjid Ashabul Kahfi”. Nama nama pemuda Ashabul Kahfi adalah
Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika
adapun anjingnya bernama Qit}mi>r. Allah berirman dalam surah al-Kahfi
[18]: 13-14:55
ق َََ إنِهَّ ۡم ف ت َِۡيةََ َءا َمن و ِ لي ََ َك نبَأَهَ م بٱ ِۡل َح ۡ ع َ ص ُّ َنح ََ ن نق ۡ
َ لى ََ ق ل وب ِه َِ ۡم إذ َِۡ قا َ َو َرب١٣ بر ََب ِه َِ ۡم َو ِز ۡد َّٰنَهَ ۡم ه دٗى
َ َ ط َۡنا
َ َّٰ ع ِ ا
َ ََّۡ ض لنَ ند
عو ا ِ ََ ت َو ۡٱل ۡر ِ ََّٰ ََ س َم ََ ََّٰ َو
َّ مو ا فقَاَل و ا َر بُّنا َ َربُّ ٱل
َ َ إ ِل ََ ََّٰ ٗه ََ ا لقَّدَ َۡ ق ۡلنا َ إذ َِٗا شَط
١٤ ً طا ِمن دون ِه ِۦ
Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka (13) Dan Kami
teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri 56 lalu mereka berkata, “Tuhan
kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia.
Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah me-ngucapkan
perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
54
Ar-Raqi>m berarti tulisan, yakni tulisan-tulisan yang memuat nama-nama pemuda itu.
Al-Biqa’i memahaminya dalam arti desa atau gunung tempat mereka berada. Ada juga yang
memahami nama anjing mereka. Ada lagi yang memahami dalam arti kelompok yang berbeda
dengan Ashabul Kahfi. (Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an, Volume 7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 224
55
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 109.
56
Bangun dan menghadap Raja Dikyanus yang zalim dan sombong. (Abdurrahman AlAsy’ari,
Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata,
19
Dikyanus kemudian di seret ke alun-alun untuk dipenggal. Dikyanus adalah
manusia berhati batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga
korban dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi
mengabarkan bahwa dia sangat senang dengan kepemimpinan Dikyanus,
Dikyanus segera menggelar pesta besar.
Suatu hari Dikyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Dia
mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk
diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari
yang dinanti nanti itu pun tiba. Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang
dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi
bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian
muncullah Dikyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan
sorak tepuk tangan. Dikyanus kemudian duduk dengan khusyuk di hadapan
berhala yang berada di tengah-tengah istana. Suasana menjadi senyap.
Dikyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu
kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Dia kemudian duduk
dalam singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih
berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Dikyanus terlihat gugup dan gelisah,
dan berkata: “Menteri, mana Martius dan Nairawis? Tanpa mereka sadari
Martius dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal. Martus dan
Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martius pulang
ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah
Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014), hlm.
294.
10
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa…, hlm. 109-111.
padam. Martius segera menghindar namun ayahnya menarik ke arah bajunya
dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada
di istana. Martius kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis
tersedusedu. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh
ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang
menteri dari Dikyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri
20
kepercayaan Dikyanus yaitu Kaludius. Sementara itu, di rumah Maksalmina,
seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan
pemerintahan Dikyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan
pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martius, sahabat yang sepaham dengannya.
Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka
berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari
peristiwa tragis itu. Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali
diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus ialah
seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidakadilan oleh para
pedagang besar orang-orang Romawi. Mereka berempat terlibat dalam
pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari
kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan.
Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Dikyanus tewas
terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut
Nabi Isa As. Ia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Dikyanus. Ketika
sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Dikyanus mengatakan kepada
Dikyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martius dan
Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol
menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang
sesat kerena menyembah berhala. Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam
dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan
dari jabatan terhormat ini” Mendengar perkataan ini, Dikyanus geram. “Pergi
dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil
menangkapnya! Di antara para pejabat Dikyanus, ada yang simpati terhadap
nasib Martius dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martius.
Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim. Di
sinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka
kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Mereka tidak henti-hentinya meminta
perlindungan kepada Allah Swt. Allah Swt., menjadikan gua ini tampak
menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan terbesit
21
ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan seeokor anjing
ini akhirnya tertidur selama 309 tahun dengan izin Allah Swt. sebagaimana
firman Allah Swt dalam QS. al-KahfI [18]: 25: ٢٥ ث و ا في ِ َكهۡ ف ِه َِ ۡم
ِ ََولب
ِ ث ََ ِما ٖئة ََ ِسن ِينَ َو ۡٱزدَا د و ا
تس َۡعٗ ا َ ََّٰ ََ ث َل
« Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan
tahun. «
300 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya
ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan.
Negeri Syam kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa as yang
memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah Swt. dan menghancurkan
berhala. Dia juga berlaku adil dan sangat bijaksan. Negeri Syam kini menjadi
negeri yang makmur dan rakyatnya terhindar dari kemiskinan.57
D. Kisah Ashabul Kahfi dalam Tafsir Al-Misbah
Pengarang tafsir al-Muntakhab terdiri dari sekelompok ulama dan
pakar Mesir berusaha mengungkap tempat dan waktunya melalui isyaratisyarat
al-Qur’an. Berangkat dari sana, mereka menyatakan bahwa Ashha>b al-Kahf
adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah Swt. yang tengah
mengalami penindasan agama sehingga mereka mengasingkan diri ke dalam
gua yang tersembunyi. Sementara itu, sejarah kuno mencatat adanya beberapa
masa penindasan agama di kawasan Timur kuno yang terjadi dalam kurun
waktu yang berbeda. Dari beberapa peristiwa penindasan agama itu hanya ada
dua masa yang mereka anggap penting, dan yang salah satunya mereka nilai
dapat mempunyai kaitan dengan kisah Penghuni Gua ini.
Peristiwa pertama, terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Saluqi saat
kerajaan itu diperintah oleh Raja Antiogos IV yang bergelar Nabivanes (tahun
176-84 SM). Pada saat penaklukan singgasana Suriah, Antiogos yang juga
dikenal sangat fanatik terhadap kebudayaan dan peradaban Yunani Kuno
mewajibkan kepada seluruh penganut Yahudi di Palestina, yang telah masuk
dalam wilayah kekuasaan Suriah sejak 198 SM., untuk meninggalkan agama
57
Ibid., hlm. 111.
22
Yahudi dan menganut agama Yunani Kuno. Antiogos mengotori tempat
peribadatan Yahudi dengan meletakkan patung Zeus, tuhan Yunani terbesar, di
atas sebuah altar dan pada waktu-waktu tertentu mempersembahkan kurban
berupa babi bagi Zeus. Terakhir, Antiogos membakar habis naskah Taurat
tanpa ada yang tersisa. Berdasarkan bukti historis ini, dapat disimpulkan bahwa
pemuda-pemuda itu adalah penganut agama Yahudi yang bertempat tinggal di
Palestina, atau tepatnya di kota Yerusalem. Dapat diperkirakan pula bahwa
peristiwa bangunnya mereka dari tidur panjang itu terjadi pada 126 M. setelah
Romawi menguasai wilayah Timur, atau 445 tahun sebelum masa kelahiran
Rasulullah Saw. tahun 571 M.
Peristiwa kedua terjadi pada zaman imperium Romawi saat Kaisar
Hadrianus berkuasa (tahun 117-138 M.) Kaisar itu memperlakukan orangorang
Yahudi sama persis seperti apa yang pernah dilakukan oleh Antiogos. Pada 132
M., para pembesar Yahudi mengeluarkan ultimatum bahwa seluruh rakyat
Yahudi akan berontak melawan kekaisaran Romawi. Mereka memukul mundur
garnisun-garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerusalem.
Peristiwa bersejarah ini diabadikan oleh orang-orang yahudi dalam mata uang
resmi mereka. Selama tiga tahun penuh mereka dapat bertahan. Terakhir,
Hadrianus bergerak bersama pasukannya menumpas
pemberontakpemberontak Yahudi. Palestina jatuh dan Yerusalem dapat direbut
kembali. Etnis Yahudi pun dibasmi dan para pemimpin mereka dibunuh.
Orang-orang Yahudi yang masih hidup dijual di pasar-pasar sebagai budak.
Simbol-simbol agama Yahudi dihancurkan, ajaran dan hukum Yahudi dihapus.
Dari penuturan sejarah ini, didapati kesimpulan yang sama bahwa para pemuda
itu adalah penganut ajaran Yahudi. Tempat tinggal mereka bisa jadi berada di
kawasan Timur Kuno atau di Yerusalem sendiri. Masih mengikuti alur sejarah
ini, mereka diperkirakan bangun dari tidur panjang itu kurang lebih pada 435
M., 30 tahun menjelang kelahiran Rasulullah saw. tampaknya, peristiwa
pertama lebih mempunyai kaitan dengan kisah Ashha>b al-Kahf karena
penindasan mereka lebih sadis. Adapun penindasan umat Kristiani tidak sesuai
dengan kelahiran Nabi Muhammad saw. demikian dalam tafsir al-Muntakhab.
23
Thabathaba’i menyebut lima tempat di mana terdapat gua yang diduga
orang sebagai Gua Ashha>b al-Kahf. Pertama di Episus atau Epsus, satu kota
tua di Turki sekitar 73 km dari kota Izmir dan berapa di suatu gunung di desa
Ayasuluk. Gua ini berukuran sekitar satu kilometre. Ini popular sebagai gua
Ashha>b al-Kahf di kalangan umat Nasrani dan sebagian umat Islam. Tetapi,
tidak ada bekas masjid atau rumah peribadatan sekitarnya, padahal al-Qur’an
menjelaskan bahwa sebuah masjid di bangun di lokasi itu. Arahnya pun tidak
sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh al-Qur’an. Al-Qur’an melukiskan
bahwa matahari bersinar pada saat terbitnya di arah kanan gua dan ketika
terbenam di arah kirinya, dan ini berarti pintu gua harus berada di arah selatan,
padahal pintu gua tersebut tidak demikian. Kedua, gua di Qasium dekat kota
ash-Shalihiyyah di Damaskus. Ketiga, Gua al-Batra’ di Palestina. Keempat,
gua yang katanya ditemukan di salah satu wilayah di Skandinavia. Konon,
disana ditemukan tujuh mayat manusia yang tidak rusak bercirikan orangorang
Romawi dan diduga merekalah Ashha>b al-Kahf. Kelima, Gua Rajib, yang
berlokasi sekitar delapan kilometer dari kota ‘Amman ibu kota dari kerjaan
Jordania, di satu desa bernama Rajib. Gua itu berada di suatu bukit, di mana
ditemukan satu batu besar yang berlubang pada puncak selata bukit itu.
pinggirnya dibagian timur dan barat terbuka sehingga cahaya matahari dapat
masuk ke dalam gua. Pintu gua berhadapan dengan arah selatan. Di dalam gua
terdapat batu sebagai peti mayat yang digunakan orang Nasrani dengan ciri
masa Byantium, jumlahya delapan atau tujuh buah. Juga terdapat gambar
berwarna merah dari seekor anjing serta beberapa gambar lainnya. Di atas gua
itu terdapat runah peribaatan ala Byzantium dan mata uang serta
peningglanpeninggalan yang menunjukan bahwa tempat itu dibajun pada masa
Justiunus (418-427 M.) dan beberapa peninggalan lain. Tempat peribadatan
itu diubah dan dialihkan menjadi masjid dengan menara dan mihrab ketika
kaum muslimin menguasai daerah itu. Di lokasi depan pintu gua, ada juga
bekasbekas bangunan masjid yang kelihatanya dibangun oleh kaum muslimin
pada awal Islam, dan yang terus menerus dipelihara dan direnovasi dari saat ke
24
saat. Masjid ini dibangun di atas puling-puing gereja Romawi, sebagaimana
halnya masjid yang berada di atas gua.
Gua ini ditemukan pada 1963. Peneliti dan pakar purbakala, Rafi>q
Wafa> ad-Da>ja>ni, menulis hasil penelitiannya dalam sebuah buku yang ia
namai “Iktisya>f Kahf Ashha>b al-Kahf/Penemuan Gua Ashh}a>b al-Kahf”
yang terbit pada 1964, di mana ia menguraikan jerih payah yang dideritanya
dalam rangka penelitian itu serta ciri-ciri gua tersebut dan
peninggalanpeninggalan yang ditemukan di sana. Semua itu mengantar kepada
keyakinan bahwa gua itulah Gua Ashha>b al-Kahf yang disebut dalam al-
Qur’an. Gua itulah yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebut dalam al-Qur’an,
bukan yang terdapat di Epsus, atau Skandinavia, atau tempat-tempat lain.
Penindasan yang dilakukan oleh penguasa zaman pemuda-pemuda itu
diperkirakan terjadi pada masa Tarajan (98-117 M), dan penguasa yang
memerintah pada saat pemuda-pemuda itu bangun dari tidurnya adalah
Theodosius (408-450 M) yang disepakati oleh pakar-pakar sejarah, baik
muslim maupun Kristen, sebagai raja yang bijaksana. Nah, kalau kita
menjadikan pertengahan masa pemerintahan Theodosius sebagai akhir masa
tidur Penghuni Gua itu, katakanlah pada 421 M., dan dikurangi 309 tahun, yaitu
masa tertidur pemuda-pemuda itu, itu berarti mereka mulai tertidur sekitar
tahun 112 M., yaitu sekitar pertengahan masa pemerintahan Taraja>n yang
pada tahun yang sama menetapkan bahwa setiap orang Kristen yang menolak
menyembah dewa-dewa, dinilai sebagai penghianat dan diancam hukuman
mati. Demikian kesimpulan Thabathaba>’i.
Sekali lagi, penulis menggarisbawahi tahun dan tempat serta namanama
Penghuni Gua tidak sepenting mengetahui serta menarik pelajaran dari
peristiwa ini. Pakar dan sejarahwan dipersilakan mengemukakan aneka
pendapat. Namun yang pasti, peristiwa tersebut pernah terjadi, dan dari
peristiwa itu kita harus mengambil pelajaran berharga, antara lain tentang
betapa kuasa Allah menghidupkan yang telah mati. Bukankah “tidur”
saudaranya “mati”? Sayyid Quthub menulis bahwa banyak sekali riwayat dan
banyak pula pendapat menyangkut kisah ini. Dalam buku-buku lama
25
ditemukan uraian, demikian juga dalam mitos yang beraneka ragam. Kita
hendaknya berhenti pada uraian al-Qur’an karena kitab suci ini yang
merupakan sumber keyakinan. Kita hendaknya mengabaikan riwayat-riwayat
dan mitos-mitos yang masuk dalam aneka tafsir al-Qur’an tanpa di dukung satu
pun sanad dan dalil yang kuat. Lebih-lebih karena al-Qur’an al-Karim telah
melarang untuk bertanya tentang hal ini selain kepada wahyu al-Qur’an dan
juga melarang berdiskusi dan bertengkar atau menerka-nerka.58
RANGKUMAN
1. Kisah Ashabul Kahfi ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi.
Menurut M. Quraish Shihab, surah ini dinamakan “al-Kahf” yang berarti
“Gua”. Surah ini juga dinamakan dengan As}h}a>bul Kahfi artinya
“Penghuni-penghuni Gua”, diambil dari kisah Q.S. Al-Kahfi [18]: 9-26.
58
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.245-247.
26
2. Kisah Ashabul Kahfi menjelaskan sekelompok pemuda yang beriman kepada
Allah Swt yang telah mengalami penindasan agama sehingga mereka
mengasingkan diri ke dalam gua tersembunyi selama, lalu tertidur di dalam
gua selama tiga ratus tahun lebih. Nama tersebut dikenal sejak masa Rasul
saw, bahkan beliau sendiri menamai demikian. Beliau bersabda, “Siapa yang
menghafal sepuluh ayat dari awal surah al-Kahfi maka dia terpelihara dari
fitnah ad-Dajjal” (HR Muslim dan Abu Daud melalui Abu ad-Darda’)
3. Kisah Ashabul Kahfi mengandung hikmah, antara lain tentang betapa kuasa
Allah menghidupkan yang telah mati. Bukankah “tidur” saudaranya “mati”?
Oleh karena itu, setiap orang beriman wajib menyakini kekuasaan Allah
untuk menghidupkan kembali makhluk-Nya yang telah mati untuk dimintai
pertanggungjawaban kelak di Akhirat.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Kisah Keteladanan
Ashabul Kahfi. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 2, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari
Keteladanan Ashabul Kahfi disertai dalilnya sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah yang
dapat dipetik dari Keteladanan Ashabul Kahfi tersebut. Berikut ini contohnya:
TABEL. 2 HIKMAH KISAH KETELADANAN ASHABUL KAHFI
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Ashabul Kahfi Q.S. Al-Kahfi Menjaga keimanan kepada Allah
[18]: 9-26 Swt dalam kondisi apapun
2
3
4
5
27
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Kisah Ashabul Kahfi diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi [18]: 926
yang menjelaskan tentang sekelompok pemuda beriman kepada Allah Swt.
yang tengah mengalami penindasan agama. Apakah makna dari Ashabul Kahfi
itu sendiri?
a. Pemuda yang tinggal di gua
b. Penghuni-penghuni gua
c. Gua Persembunyian
d. Pemuda beriman yang menghuni gua
2. Berapa tahun Ashabul Kahfi tinggal di gua untuk bersembunyi dari Raja yang
zalim dan menindas orang-orang yang tidak taat padanya?
a. 200 tahun
b. 300 tahun
c. 209 tahun
d. 309 tahun
3. Hikmah yang dapat diambil dari kisah Ashabul Kahfi adalah…
a. Mengorbankan keimanan kepada Allah Swt karena mengikuti perintah
raja untuk menyembah berhala.
b. Melarikan diri dari tanggungjawab
c. Mempertahankan keimanan kepada Allah Swt walaupun dalam kondisi
pemerintahan yang zalim
d. Bersembunyi dari kejaran raja yang zalim
4. Raja zalim yang memaksa rakyatnya untuk menyembang berhala pada masa
Ashabul Kahfi bernama: a. Dikyanus
b. Firaun
c. Ramses
d. Namrud
28
5. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal
surah al-Kahfi maka dia terpelihara dari fitnah ad-Dajjal”. Hadis tersebut
diriwayatkan oleh?
a. H.R. Bukhari-Muslim
b. H.R. Bukhari dan Abu Daud
c. HR Muslim dan Abu Daud
d. H.R. Abu Daud dan Nasa’i
29
KEGIATAN BELAJAR 3: KISAH KETELADANAN NABI YUNUS A.S
DAN AYYUB A.S
POKOK-POKOK MATERI
A. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s dalam Al-
Qur’an
B. Biografi Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s
C. Hikmah dan Keteladanan kisah Nabi Yunus a.s dan
Nabi Ayyub a.s
URAIAN MATERI
30
A. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s dalam Al-Qur’an
Nama Nabi Yunus a.s disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali, dan
disebutkan dengan nama gelarnya dua kali. Lihat pada Q.S An-Nisa>’ [4]: 163,
Q.S Al-An’am [6]: 86, Q.S Yunus [10]: 98, Q.S Al-Anbiya>’ [21]: 87-88, Q.S
Ash-S}affa>t [37]: 139-148, dan Q.S Al-Qalam [68]: 48-50. Sedangkan Nabi
Ayyub a.s diceritakan dalam Q.S An-Nisa>’ [4]: 163, Q.S. Al-An’am [6]: 84,
Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87-88, dan Q.S. S}a>d [38]: 41-44.59
59
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi 1 Membuka Pintu Kehadiran Ilahi,
(Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007), hlm. 271 dan hlm. 279
60
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 60.
61
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 511.
31
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menceritakan biografi Nabi Yunus
a.s dan Nabi Ayyub a.s didasarkan yang dikisahkan oleh Al-Qur’an sebagai
berikut:
Di dalam hadis, Nabi Yunus a.s disebutkan nama dan nasab (garis
keturunan) melalui sabda Rasulullah Saw., ‘Tidak dibenarkan seorang hamba
mengatakan: ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta’. Allah Swt. Telah
menjadikan Nabi Yunus a.s. sebagai salah seorang dari Rasul-rasul-Nya,
sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah Swt., “Sesungguhnya Yunus
benar-benar salah seorang rasul” (Q.S As}-S}affa>t [37]: 139). Al-Qur’an
mengenalkan Yunus a.s dengan dua gelar: Pertama, S}a>hib al-H}u>t, “Maka
bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan
janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika
dia berdoa dengan hati sedih.” (QS Al-Qalam [68]: 48). Kedua, Zun Nun,
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan
marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia
berdoa dalam keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain Engkau,
Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim. » (Q.S.
Al-Anbiya>’ [21]: 87).62
Nabi Ayyub as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub a.s
adalah seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak, hartanya
melimpah ruah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Dia hidup makmur dan
sejahtera. Walau demikian dia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan
kesenangan yang dikaruniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada
Allah. Dia gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita
terlebih dari golongan fakir miskin.63
62
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi 1…, hlm. 271-272.
63
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 62.
32
Nabi Ayyub a.s berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. sebagaimana
yang diisyaratkan Al-Qur’an di dalam firman-Nya yang berbunyi, « …dan
kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman,
Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun…” (QS Al-An’am: [6]: 84). Makna dari kata
Nabi Ayyub a.s adalah Syadi>d al-U>b yang berarti banyak bertasbih kepada
Allah Swt sebagaimana panggilan Allah Swt pada gunung-gunung “…Ya>
Jiba>lu Awwibi> Ma’ahu… “(Wahai gunung-gunung dan burung-burung!
Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud…,) (Q.S. As-Saba’ [34]: 10).
Nabi Ayyub a.s termasuk sebaik-baik hamba, firman-Nya “…Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (Q.S. S}ad [38]: 44.64
C. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya 1. Kisah Nabi Yunus
a.s
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain dalam bukunya Madrasatul
Anbiya’: Ibar wal Adhwa’ kisah Nabi Yunus a.s berikut ini: 19
Allah Swt. Mengutus Nabi Yunus a.s. kepada penduduk Nainawa
yang terletak di bumi Irak. Disebutkan di dalam Sirah Nabawiyah (Sejarah
Nabi) bahwa Rasulullah di hari ketika beliau hijrah ke Thaif dan diusir oleh
penduduknya. Beliau berteduh di bawah sebuah pohon milik dua orang
anak Rabi’ah. Keduanya pun mengirim Rasul sepiring anggur, melalui
pekerja mereka berdua yang bernama ‘Udas’. Terjadilah percakapan antara
Rasulullah Saw. dengan Udas, kamu berasal dari negeri mana?” Tanya
Rasul. “Dari Nainawa” jawab Udas. Rasulullah Saw. bertanya kembali,
“Dari negeri seorang laki-laki shaleh yang bernama Yunus bin Matta?”
Udas menjawab, “Apakah engkau mengetahui tentang Yunus bin Matta?”
Rasul menjawab, “Ia adalah seorang Nabi, dan aku pun seorang Nabi.”
Akhirnya Udas pun masuk Islam.
64
Ibid., hlm. 279-280. 19
Ibid. hlm. 273-277.
33
Nabi Yunus a.s bin Matta pergi menemui penduduk Nainawa.
Mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan hikmah serta
nasihat yang baik. Namun mereka mendustainya, memberontak, dan tetap
bersikeras kepada kekafiran mereka. Beliau mengingatkan mereka akan
neraka yang menyala-nyala, serta mengancam mereka dengan azab jika
mereka tetap tidak mau beriman, lalu beliau pergi meninggalkan kaumnya
dalam keadaan marah, “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia
pergi dalam keadaan marah…,” (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87). Kepergian
beliau dari Nainawa adalah salah satu pelarian dari kewajiban (berdakwah),
putus asa dengan jawaban kaumnya. “(Ingatlah) ketika dia lari,65 ke kapal
yang penuh muatan…,” (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 140).
Setelah Nabi Yunus a.s. meninggalkan Nainawa dalam keadaan
marah, Allah Swt. membersitkan di dalam hati kaumnya untuk kembali dan
bertobat kepada Allah Swt. Mereka pun menyesali perbuatan mereka yang
telah mendustai Nabi Yunus a.s. Mereka memakai pakaian karung goni,
memisahkan hewan ternak dengan anaknya, kemudian mereka menjeritjerit
sambal menangis dan bersujud kepada Allah Swt., Para wanita dan laki-
laki menangis terisak-isak, hewan berlari kocar-kacir dengan suara yang
meninggi. Ini merupakan pemandangan yag menengangkan lagi maha
dahsyat.
Dengan rahmat-Nya Allah Swt. pun menghilangkan azab tersebut
dari mereka, dan memberikan mereka kenikamatan sampai pada batas
waktu tertentu. Allah Swt. berfirman, “Maka mengapa tidak ada
(penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman,
Kami hilangkan dari mereka azab yang meng-hinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”
(Q.S. Yunus [10]: 98).
65
Pergi meninggalkan kewajiban (Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan
Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum
Tajwid, dan Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014), hlm. 451.
34
Tapi, sayangnya Nabi Yunus a.s. tidak mengetahui apa yang terjadi
pada kaumnya, yakni mereka taat dan tunduk kepada Allah Swt., serta
rahmat dan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Nabi Yunus a.s tetap
melanjutkan perjalanannya, menumpang di salah satu kapal, firman Allah
Swt., « Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul
(139), (ingatlah) ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.” (140). (Q.S.
As}-S}affa>t [37]: 139-140).
Saat beliau berada di tengah-tengah para penumpang, tiba-tiba
ombak lautan mengganas. Kapal pun menjadi oleh dan terombang ambing
dengan penumpang di dalamnya. Muatan kapal pun menjadi semakin berat.
Para penumpang telah sepakat untuk mengurangi muatan kapal, dengan
melempar sebagian penumpangnya ke dalam air demi keselamatan
penumpang lainnya. Lalu diundilah nama-nama yang akan dilemparkan ke
laut, keluarlah nama lelaki shaleh ini, Nabi Yunus a.s, “kemudian dia ikut
diundi66 ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).”
(Q.S. As}-S}affa>t [37]: 141). Telah menjadi nasib bahwa dia akan
dilempar ke laut. Para penumpang pun merasa heran yang keluar namanya
dari undian tersebut adalah orang shaleh seperti Nabi Yunus a.s.
Nabi Yunus a.s. sama sekali tidak merasa ragu dengan hasil undian,
dengan cepat dia melepaskan pakaian, dan menceburkan tubuhnya ke dasar
laut. Allah Swt. mengirimkan seekor ikan Paus yang menelan beliau tanpa
memakan. Allah Swt. mewahyukan kepada ikan Paus untuk tidak memakan
dan tidak meremukan tulang-tulang Nabi Yunus a.s. “Maka dia ditelan
oleh ikan besar dalam keadaan tercela.67 (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 142).
Karena kisah inilah Nabi Yunus a.s dikenal dengan gelar S}ahib al-H}ut
66
Undian diadakan karena muatan kapal sangat penuh. Kalau tidak dikurangi mungkin
akan tenggelam. Oleh sebab itu diadakan undian. Siapa yang kalah dalam undian itu dilemparkan
ke laut. Nabi Yunus a.s. termasuk orang-orang yang kalah dalam undian tersebut sehingga dia
dilemparkan ke laut. (Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, hlm. 451.
67
Tercela karena dia lari meninggalkan kaumnya. (Ibid., hlm. 451)
35
(orang yang berada dalam perut ikan Paus).68 “… janganlah engkau seperti
(Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan
hati sedih.” (QS Al-Qalam [68]: 48)
Ikan Paus ini berkeliling menjelajahi dasar lautan dengan Nabi
Yunus a.s di dalam perutnya. Nabi Yunus a.s pun mendengar ikan Paus
bertasbih dan memuji Ar-Rahman (Yang Mahapengasih). Dia juga
mendengar tasbih batu-batu karang untuk sang Pencipta bumi, serta
mendengar tetesan air yang mengagungkan Sang Pencipta Langit. Allah
berfiman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepa-da Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh,
Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. » (Q.S. Al-Isra>’: [17]: 44). Hati
Yunus pun tersentuh, dia pun turut bertasbih dengan mereka yang
bertasbih, “Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir
(bertasbih) kepada Allah.” (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 143)
Nabi Yunus a.s menetap di dalam perut ikan beberapa hari lamanya,
beliau berkata: “Wahai Tuhan, aku membuatkan masjid untukmu di tempat
di mana tidak ada seorang pun yang menyembah engkau di tempat seperti
ini.” Dia pun menyeru dalam kegelapan laut dan kedalaman dasarnya,
mengakui bahwa dia telah menzalimi dirinya sendiri. Dia pun meminta
Allah Swt. untuk menyelamatkannya dari kesusahan yang dideritanya,
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan
marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka
dia ber-doa dalam keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain
Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang
zalim.” (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87)
Dengan izin Allah Swt., malaikat pun mendengar suara tasbih
beliau, dan berkata, “Wahai Tuhan. kami mendengar suara yang
68
M. Quraish Shibab mengartikan “al-H}u>t” dengan “ikan Hiu”( M. Quraish Shihab,
Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 11, Edisi 2017, (Tangerang:
PT Lentera Hati, 2017), hlm. 304.
36
samarsamar datang dari sebuah tempat yang asing.” Allah Swt. berfirman,
“Ini adalah hamba-Ku Yunus, dia berlari (meninggalkan kaumnya) maka
Aku pun mengurungnya di dalam kegelapan” Dengan izin Tuhan, Malaikat
pun memberikan syafaatnya kepada Yunus, Allah Swt. pun mengabulkan
doa nabi Yunus a.s. 69 Akhirnya, dia diselamatkan dari kesusahan yang
dideritanya, “Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak
berzikir (bertasbih) kepada Allah (143) niscaya dia akan tetap tinggal di
perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit.” (144). (Q.S. As}-S}affa>t [37]:
143-144).
Allah Swt. lalu mewahyukan kepada ikan Paus untuk memuntahkan
apa yang ada di dalam perutnya ke daratan tandus, “Kemudian Kami
lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit.”
(Q.S. As}-S}affa>t [37]: 145). Yunus keluar dari perut ikan dalam keadaan
sakit. Allah Swt. menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu,
agar dia bisa berteduh di bawah kerindangan tangkainya, “Kemudian untuk
dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.” (Q.S. As}-S}affa>t
[37]: 146). Pohon labu memiliki ciri khas yakni daun pohonnya yang sangat
rimbun, banyak, dan sangat lebat. Tidak satu pun lalat atau hewan melata
lainnya yang mendekati atau memakan buahnya sejak dari awal tumbuh
sampai ia masak dan matang di dalam batang pohonnya. Semua sifat dari
pohon ini adalah nikmat dari Allah Swt. di mana Nabi Yunus a.s dapat
berteduh di bawah pohonnya dari sengatan matahari, “Sekiranya dia tidak
segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke
tanah tandus dalam keadaan tercela.” (Q.S. Al-Qalam [69]: 49).
Setelah Allah Swt. menyelamatkannya dari kesulitan. Dia pun
mencobanya dan menjadikannya termasuk diantara orang-orang yang
69
Nabi Yunus a.s bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah. Dia bertasbih selama
40 hari dengan berkata: “Lāilāha illa Anta, Subhanaka, innī kuntu min ad ̣ dạ̄ limīn (Tiada tuhan
melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat zalim).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014),
hlm. 61
37
saleh. Allah Swt. mengutusnya kepada sebuah umat untuk melaksanakan
kewajiban dakwah, “Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya
termasuk orang yang saleh.” (Q.S. Al-Qalam [69]: 50). “Dan Kami utus
dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih.” (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 147).
Nabi Yunus a.s. melaksanakan kewajibannya menyampaikan risalah. Allah
Swt. memuliakannya dengan menjadikan semua umatnya beriman kepada
Allah Swt. “Sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan
kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.” (Q.S.
As}S}affa>t [37]: 148)
2. Kisah Nabi Ayyub a.s.
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain dalam bukunya Madrasatul
Anbiya’: Ibar wal Adhwa’ kisah Nabi Ayyub a.s berikut ini: 70
Nabi Ayyub a.s. adalah sosok laki-laki yang banyak harta. Beliau
memiliki banyak hewan-hewan ternak, menguasai tanah yang luas serta
anak-anak dan keluarga yang besar. Dalam waktu singkat hartanya menjadi
ludes, anak-anaknya meninggal dunia, dan tanamannya rusak. Semua itu
terjadi ketika Allah Swt. memberikan penyakit kepada anak-anaknya
hingga mereka pun meninggal satu demi satu dan mengirimkan hama pada
ladang dan tanamannya hingga rusak semua. Sedangkan Nabi Ayyub a.s.
setiap kali datang musibah, beliau tidak henti-hentinya bertasbih, bertahmid
dan bersabar atas cobaan yang menimpanya.
Cobaan Nabi Ayyub a.s tidak berhenti sampai disitu, Allah Swt. pun
mendatangkan penyakit ke atas tubuhnya, hingga tubuhnya menjadi lemah.
Tidak da seorang pun yang berada di sampingnya kecuali istrinya yang
salehah. Setelah dia jatuh miskin, mereka pun menjauhinya dan lidah
mereka pun tidak akan pernah lagi menyebutnya.
Penyakit Nabi Ayyub a.s. tidak lekas sembuh, hingga kondisi
keuangan dang istri pun melemah. hartanya pun semakin sedikit, istrinya
datang ke rumah-rumah kaumnya untuk bekerja dan gajinya dia gunakan
70
Ibid. hlm. 280-284.
38
untuk memenuhi kebutuhan suami dan dirinya sendiri. Dia sadar dan
menerima keadaan suaminya yang dahulu kaya sekarang miskin, yang
dahulu sehat sekarang sakit, yang dahulu kuat sekarang terbaring lemah.
Dia tidak berkata hal lain selain, inna> lilla>hi wa inna> ilaihi ra>ji’un
(Sesungguhnya kami ini milik Allah Swt. dan kepada-Nya kami kembali)”.
Suatu hari dia berkata kepada suaminya, “Wahai Nabi Ayyub a.s. andai
engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan meringankan bebanmu”
Nabi Ayyub a.s. menjawab, “Aku hidup sehat dan bahagia selama 70 tahun
lamanya, apakah sedikit bagi Allah Swt. jika aku bersabar untuk-Nya
selama 70 tahun?”
Keadaan semakin lama semakin sulit bagi istri Nabi Ayyub a.s.
Orang-orang menutup pintu mereka di hadapannya. Tidak mau
menerimanya bekerja lagi dengan mereka, mereka beranggapan dia akan
menularkan penyakit yang ada pada suaminya ke dalam rumah mereka.
Karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan, sang istri pun menggunting
habis rambutnya, dan menjual rambut tersebut dengan beberapa potong
makanan. Namun dia terlambat dari waktu yang dia biasanya memberikan
obat untuk sang suami, sang suami pun marah dan berjanji akan
memukulnya. Sang istri pulang, dengan membawa beberapa potong
makanan, dia bertanya kepadanya, “Dari mana engkau mendapatkan semua
ini” Sang istri pun membuka penutup kepalanya, hati Nabi Ayyub a.s. pun
tersentuh melihat pengorbanan dan kesetiaan sang istri.
Nabi Ayyub a.s. pun berdoa kepada Allah Swt. supaya dia
dibebaskan dari bala’nya ini. “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa
kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit,
padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang
penyayang.” (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]:83. Dalam daoanya ini ia
menisbahkan penyakitnya ini kepada setan, sebagaimana firman Allah
Swt., “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru
39
Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan engan penderitaan dan
bencana.” (Q.S S}ad [38]: 41)
40
Anbiya>’ [21]: 84) «Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai
rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.
(Q.S S}ad [38]: 43).
D. Hikmah dan Keteladanan Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s
1. Bersikap sabar dan tidak mudah putus asa dalam berdakwah untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada manusia. (Kisah Nabi Yunus a.s)
2. Menyegerakan tobat dan meminta ampunan kepada Allah Swt ketika
melakukan dosa. (Kisah Nabi Yunus a.s)
3. Bersikap Sabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari Allah Swt.
(Kisah Nabi Ayyub a.s)
4. Tetap istikamah taat kepada Allah Swt walaupun dalam kondisi sakit atau
mendapatkan ujian (musibah). (Kisah Nabi Ayyub a.s)
RANGKUMAN
1. Nabi Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim. Yunus Ibn Matta lahir di Gats Aifar, Palestina. Allah Swt.
Mengutus Nabi Yunus a.s. kepada penduduk Nainawa yang terletak di bumi
Irak.
2. Nabi Yunus a.s bin Matta pergi menemui penduduk Nainawa untuk
mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Swt. Namun mereka
mendustainya, memberontak, dan tetap bersikeras kepada kekafiran.
Dengan rahmat-Nya Allah Swt. mereka taat dan tunduk kepada Allah Swt
(Q.S. Yunus [10]: 98). Tapi, sayangnya Nabi Yunus a.s. tidak mengetahui
apa yang terjadi pada kaumnya, yakni mereka taat dan tunduk kepada Allah
Swt. (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 139-140).
3. Nabi Yunus a.s berada di kapal yang terombang ambing. Para penumpang
telah sepakat untuk mengurangi muatan kapal, dengan melempar sebagian
penumpangnya ke dalam air demi keselamatan penumpang lain. Lalu
diundilah nama-nama yang akan dilemparkan ke laut, keluarlah nama Nabi
41
Yunus a.s (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 141). Allah Swt. mengirimkan ikan Paus
yang menelan beliau tanpa memakannya. (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 142),
sehingga Nabi Yunus dikenal dengan S}ahib al-H}ut (orang yang berada
dalam perut ikan Paus).” (QS Al-Qalam [68]: 48)
4. Nabi Yunus a.s bertasbih kepada Allah Swt sebagai bentuk pertobatannya.
(Q.S. As}-S}affa>t [37]: 143) dan (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87). Dengan izin
Tuhan, Malaikat pun memberikan syafaatnya kepada Yunus, Allah Swt. pun
mengabulkan doa nabi Yunus a.s. (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 143-144).
Kemudian Allah Swt. lalu mewahyukan kepada ikan Paus untuk
memuntahkan Nabi Yunus a.s (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 145) dan (Q.S.
As}S}affa>t [37]: 146). Akhirnya, Nabi Yunus a.s. melaksanakan
kewajibannya menyampaikan risalah dan Allah Swt. memuliakannya
dengan menjadikan semua umatnya beriman kepada Allah Swt. (Q.S.
As}S}affa>t [37]: 148)
5. Ayyub a.s diceritakan dalam Q.S An-Nisa>’ [4]: 163, Q.S. Al-An’am [6]:
84, Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87-88, dan Q.S. S}a>d [38]: 41-44. Nabi Ayyub
as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub a.s. Nabi Ayyub a.s
berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. (QS Al-An’am: [6]: 84). Makna
dari kata Nabi Ayyub a.s adalah Syadi>d al-U>b yang berarti banyak
bertasbih kepada Allah dan sebaik-baik hamba-Nya.
6. Nabi Ayyub a.s. adalah nabi yang kaya raya dan memiliki keluarga besar.
Dalam waktu singkat, Allah Swt mengujinya dengan ludes hartanya,
anakanaknya meninggal dunia, dan tanamannya rusak. Akan tetapi, Nabi
Ayyub a.s. tetap bertasbih kepada Allah Swt setiap kali datang musibah.
Cobaan yang lain, Allah Swt. mendatangkan penyakit ke tubuhnya dan tidak
seorang pun yang berada di sampingnya kecuali istrinya yang salehah. Suatu
hari, istrinya berkata, “Wahai Nabi Ayyub a.s. andai engkau berdoa kepada
Tuhanmu, niscaya Dia akan meringankan bebanmu” Nabi Ayyub a.s.
menjawab, “Aku hidup sehat dan bahagia selama 70 tahun lamanya, apakah
sedikit bagi Allah Swt. jika aku bersabar untuk-Nya selama 70 tahun?”
Akhirnya, Nabi Ayyub a.s. pun berdoa kepada Allah Swt. supaya
42
dibebaskan dari musibah. (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]:83. Nabi Ayyub a.s
menisbahkan penyakitnya kepada setan (Q.S S}ad [38]: 41)
7. Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Ayyub a.s (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 84)
dan memberikan kesembuhan padany dengan cara menghentakkan kaki
serta minum dan mandi dengan air yang sejuk (Q.S S}ad [38]: 42).
8. Allah Swt. mengajarkan Nabi Ayyub a.s., untuk membebaskannya sumpah
istrinya dengan memukul tanpa menyakiti. (Q.S S}ad [38]: 44). Kemudian
Allah Swt. mengganti keluarga yang lebih baik dari keluarganya telah
meninggal dulu dan melipatgandakan hartanya. (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 84)
dan (Q.S S}ad [38]: 43).
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Kisah Keteladanan
Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya. Agar Anda dapat lebih
memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel yang
menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s
dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah yang dapat
dipetik dari Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya
tersebut. Berikut ini contohnya:
TABEL. 3
HIKMAH KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S DAN
UMATNYA
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Nabi Ayyub a.s Q.S An-Nisa>’ Ketika mendapatkan musibah atau
[4]: 163, Q.S. ujian dari Allah Swt, kita tepat
Al-An’am [6]: bertasbih dan beribadah kepada
84, Q.S. Allah Swt serta memohon
AlAnbiya>’ [21]: kepadaNya agar diberikan
87-88, dan Q.S. pertolongan.
S}a>d [38]: 41-
43
44
2
3
4
5
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Nabi Yunus bin Matta adalah keturunan dari Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq
bin Ibrahim dan lahir di Gats Aifar. Gats Aifar terletak di negara…
a. Madinah
b. Palestina
c. Turki
d. Mesir
2. Nabi Yunus a.s dijuluki sebagai S}a>hib al-H}u>t yang artinya…
a. Nabi yang marah dan meninggalkan umatnya
b. Nabi yang sabar dalam mendakwahi umatnya
c. Nabi yang berada dalam (perut) ikan
d. Nabi yang banyak bertasbih dan memohon ampunan kepada Allah Swt
3. Nabi Ayyub dijuluki dengan Syadi>d al-U>b yang berarti…
a. Nabi yang banyak memohon ampunan kepada Allah Swt
b. Nabi yang sabar atas cobaan yang diberikan Allah Swt
c. Nabi yang banyak bertasbih kepada Allah Swt
d. Nabi yang banyak bersyukur atas nikmat-nikmat Allah Swt
4. Nabi Yunus a.s diutus oleh Allah Swt untuk berdakwah kepada masyarakat…
a. Yahudi
b. Quraisy
44
c. Nainawa
d. Maenawa
5. Hikmah yang dapat diambil teladan dari kisah Nabi Ayyus a.s adalah…
a. Menyegerakan tobat dan meminta ampunan kepada Allah Swt ketika
melakukan dosa
b. Bersikap sabar dan tidak mudah putus asa dalam berdakwah untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada manusia
c. Bertanggungjawab untuk menyampaikan dakwah kepada umat
d. Bersikap sabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari Allah Swt
45
KEGIATAN BELAJAR 4: KISAH KETELADANAN KHULAFAUR
ROSYIDIN
46
A. Definisi Khulafaur Rosyidin
B. Kisah Keteladan Abu Bakar Shidiq
C. Kisah Keteladan Umar bin Khottob
D. Kisah Keteladan Utsman bin Affan
E. Kisah Keteladan Ali bin Abi Tholib
URAIAN MATERI
dua kali, yaitu dalam Al-Baqarah [2]: 30 dan Shad [38]: 26. Ada dua bentuk
plural yang digunakan oleh Al-Qur’an, yaitu (a) Khalaif yang terulang
sebanyak empat kali (Q.S. Al-An’am [6]: 165, Yunus [10]: 14, 73, dan Fathir
[35]: 39 dan (b) Khulafa’ terulang sebanyak tiga kali (Q.S. Al-A’raf [7]: 69, 74
71
Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam,(Yogyakarta: Noktah, 2017), hlm.
61
72
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), hlm. 361-363.
47
dan Al-Naml [27]: 62. Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata Khulafa’
yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini, kata Khali>fah seringkali
َِۡ َوإذBerikut ini dua ayat Al-Qur’an yang menyebut kata Khali>fah, yaitu:
ض خَليِف ة ََٗ قاَل و ِ ََ بكَُ ل ِل َۡ َم َّٰلَئ َ ِك ََةِ إنِي ِ َجا ِعل في ِ ۡٱل ۡر
َّ قا َ َل َر
ٱلد َما َء َون َح َۡ ن ن
ِ يس َۡف ِك َ ع ل ف ِيها َ َمن ي ۡف ِس د ف ِيها َ َو َ َۡ ا أت َ َج
ۡ ِ إن ي
ََ أع ََل َم َما َّل ِ ِك َون قد ََِ س ل َك ََ قا َ َل َ بح ََ ۡمد
ِ ح ِ سب َ
٣٠ َت َع َۡل َمون
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”
Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
َ ض ف ٱ َ ۡح كم
َبي َۡن ِ ََ َّٰيَدَ ََا ۥو د إنِا َّ َج َع ۡل َّٰنَ َك ََ خَل ِيف ة ََٗ في ِ ۡٱل ۡر
َِ َََ سب ِي ِل ٱل َل
َ عنَ ََ لكَّ ضِ فيَ ى َ ق َو َّل ََ تتَب َِّع َِ ۡٱل
َ َّٰ ََ هو ِ ٱلنا َّ ِس بٱ ِۡل َح
شدِي ۢد َ عذَاب َ سبيِ ِل ٱ ل َّلَ َِ لهَ ۡم َ عن َ َيض ََلُّون ِ َإن ََ ٱل ِذ ََين ِ
٢٦ ب ِ سا َ يو َۡ َم ۡٱل ِحَ سو ا َ ب ِم ََا ن
(Allah berfirman), “Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan
khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
73
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakarat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014), hlm. 243-244.
74
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 1,
Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.173.
48
manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena
akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad [38]: 26)
75
A. Djalaluddin, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam Kehidupan
Insaniyah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2014), hlm. 258.
76
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…,hlm.245-246.
77
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad Saw. The Super Leader Super Manager, (Jakarta:
ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009), hlm.17.
49
Asal kata Khali>fah adalah Khulafa’ yang artinya “pengganti atau
penerus” yaitu menggantikan posisi yang ditinggalkan orang lain. Dari
kata inilah Khali>fah ditafsirkan sebagai pengganti atau successor. Ada
tiga penafsiran terhadap kata ini oleh para Mufassir awal, yaitu: (a) sebagai
“penghuni”, (b) “penerus” atau “pengganti”, dan (c) sebagai “wakil” Allah
di bumi.78
78
Mulyadhi Kertanegara, Lentera Kehidupan Panduan Memahami Tuhan, Alam, dan Manusia,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2017), hlm. 180.
79
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, hlm. 245-246.
80
Toto Tasmara, Spiritual Centered Leadership (Kepemimpinan Berbasis Spiritual), (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), hlm. xiii.
50
Khulafaur Rasyidin tidak ada pola baku pengangkatan khalifah. Abu Bakar
ra dipilih menjadi Khalifah dengan cara ditunjuk karena pernah menjadi
imam shalat menggantikan rasul saat sedang sakit, Umar bin Khattab ra.
dipilih karena wasiat tanpa musyawarah terbuka, Ali bin Abi
Thalib ra. ditunjuk, sedangkan Usman bin Affan ra. dipilih dengan cara
tidak langsung melalui dewan formatur. Pergantian khalifah karena
wafat.81
Atas dasar ini, tidak ada sistem baku dalam pemilihan khalifah pada
masa Khulafaur Rosyidin. Menurut Abu Yasid, terjadinya dinamika
pemerintahan pada masa Khulafaur Rosyidin sesungguhnya merupakan
keniscayaan dan dapat dimaklumi. Sebab, sistem pemerintahan dalam
Islam masuk kategori wasilah (sarana), bukan ghayah (tujuan). Setiap
perkara yang masuk ghayah mengharuskan ditegakkannya keadilan di
tengah-tengah rakyat secara merata, sehingga dapat hidup sejahtera. Oleh
karena itu menjadi logis jika dalam teks wahyu, bentuk negara dan sistem
pemerintahan tidak disebutkan secara tersurat dan terperinci.82
81
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara ajaran, sejarah, dan pemikiran, edisi 5, (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993
82
Abu Yasid dalam kata pengantarnya buku Afifuddin Muhajir, Fiqh Tata Negara, (Yogyakarta:
iRCiSod, 2017), hlm. 15
51
‘Uzza. Setelah masuk Islam berganti nama menjadi ‘Abdullah bin
‘Utsaman. ‘Utsman adalah nama ayahnya yang lebih dikenal dengan Abu
Quhafah. Abu Bakar dikenal sebagai “Al-‘Atiq” (orang yang ganteng)
karena bagusnya wajah beliau di kala jahiliyyah, terambil dari kata “Al-
Itaqah” yang artinya bagus pada setiap perkara. Setelah masuk Islam,
beliau dikenal “Al-‘Atiq” (orang yang terbebas) karena beliau adalah orang
pertama yang diberi kabar gembira berupa dibebaskan dari siksa neraka.
Beliau tidak pernah merasa lebih tinggi derajatnya daripada orang
lain baik ketika masa jahiliyyah maupun setelah Islam. Jika ada yang
memujinya, maka pujian itu akan menjadikannya semakin tawadhu’ dan
beliau mengatakan, “Ya Allah, sungguh Engkau adalah lebih mengetahui
tentang diriku daripada diriku sendiri.” (Lihat Tarikh al-Khulafa’
irRasyidin. Hal.8 Diterbitkan Mamlakah al-Arabiyyah).83
2. Keteladan Abu Bakar Ash-Shidiq
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. adalah tidak asing lagi bagi
sekalian umat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang
dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Saw.
Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta
benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah
umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya
ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah
sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh
sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah
Saw. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah Saw. pernah
mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan
Abu Bakar.
Berikut ini keteladanan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq
83
Mubasysyiroh-Al-Atsariyah, Keutamaan Khulafa’ ur Rasyidin, Arief Mustaqim, (ed.),
(Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2017), hlm. 9-10
52
a. Teguh iman. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika ditimbang iman Abu
Bakar Ash-Shiddiq dengan iman sekalian umat maka lebih berat iman
Abu Bakar”. Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena
beliau tidak mencintai dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya
melebihi apapun. Dan yang kedua adalah karena rasa takutnya pada
yaumul Hisab atau pengadilan Allah Swt: suatu ketika beliau berkata:
alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya seperti selembar daun
yang tidak dihisab pada hari kiamat nanti. Dua keadaan inilah yang
menyebabkan Nabi bersabda bahwa imannya adalah paling berat
dibanding iman umat Islam semuanya.
b. Suka berinfaq dan memerdekakan budak. Setelah masuk Islam, Abu
Bakar telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan
sadaqah dan memerdekakan budak. Dalam perang Tabuk Rasulullah
saw. telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin agar
mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu
Bakar ra. membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di
antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa
oleh sahabat Abu Bakar ra. bagi tujuan jihad itu, maka Rasulullah saw.
menjadi terkejut lalu berkata kepadanya: “Hai sahabatku yang
budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi
yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?” Pertanyaan
Rasulullah saw. itu dijawab oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dengan tenang
sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan
Rasul-Nya.”
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata,
“Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk bersedekah, saat itu aku
memiliki harta maka aku berkata, “Pada hari inilah aku akan
mengungguli Abu Bakar, semoga aku mengunggulinya pada hari ini”.
Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah Saw.
bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku
menjawab: Sejumlah yang aku sadaqahkan (50 %)”. Lalu Abu Bakar
datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah Saw.
bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk
53
keluargamu? Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya.
Lalu Umar berkata: Demi Allah aku tidak bisa mengungguli Abu Bakar
dalam kebaikan untuk selamanya”. [Sunan At-Tirmdzi No: 3675)
54
Aku pun berkata, “Wahai utusan Allah, andaikata sebagian mereka
menengok ke bawah, niscaya mereka melihat kita.’Mendengar
kecemasan sahabatnya ini beliau Muhammad menghiburnya,
‘Tenanglah wahai Abu Bakar. Apakah kamu mengira kita hanya berdua
padahal ada Allah yang ketiganya.” (HR. Bukhari, No. 3992 dan
Muslim, No. 2381).
55
Islam. ‘Aisyah bertutur, “Rasulullah berkata kepadaku ketika sedang
sakit, ‘Panggilkan untukku Abu Bakar, ayahmu dan saudara
lakilakimu, ‘Abdurrahman. Aku ingin menulis sebuah wasiat, khawatir
ada orang yang nanti berharap-harap dan berseru, ‘Aku lebih berhak’,
padahal Allah dan kaum mukminin hanya menghendaki Abu Bakar.’”
(HR. Bukhari, No. 5666 dan Muslim, No. 2387).
i. Cepat melakukan kebaikan. Rasulullah Saw. suatu hari seusai shalat
subuh bertanya, “Siapakah yang pagi ini melakukan ibadah puasa?’
Abu Bakar menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah, tadi malam saya
membisikan (meniatkan) pada diriku untuk melakukan puasa pada pagi
ini. Lalu aku pun berpuasa.’ Kemudian Rasulullah bertanya, ‘Siapakah
yang pada hari ini telah menjenguk orang sakit?’ Umar menjawab,
‘Sesungguhnya kita baru saja shalat subuh dan belum meninggalkan
(masjid ini), lantas bagaimana kita bisa menjenguk orang sakit? Abu
bakar menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah, orang-orang mengabarka
kepadaku bahwa saudaraku ‘Abdurrahman bin’Auf sendang menderita
sakit. Lalu saya sengaja melewati rumahnya dan bertanya tentang
keadaanya, dalam keadaan saya menuju masjid.’ Kemudian Rasulullah
bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang sudah mengeluarkan
sedekah?’ Umar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami masih bersama
Anda sejak semenjak shalat, lantas bagaimana mungkin kami
bersedekah?’ Abu Bakar menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah, ketika
saya masuk masjid ada seorang yang meminta sedekah. Sedangkan
anaknya ‘Abdurrahman bin Abu Bakar (cucu Abu Bakar) membaw
sepotong roti. Lalu saya pun mengambilnya dan kuberikan kepada
pengemis itu.’ Nabi pun kemudia bersabda dalam keadaan wajahnya
berseri-seri karena bahagia, ‘Wahai Abu Bakar bergembiralah dengan
surga!” (HR. Muslim, no. 1027)
Al-Imam asy-Sya’bi berkata, “Allah memberikan kekhususan kepada
Abu Bakar dengan empath al yang tidak dimiliki oleh seorang pun: (a)
Dia ash-Shiddiq dan sebelumnya belum ada orang yang bernama
56
demikian, (b) Dia adalah sahabat Rasulullah di dalam gua, (c) Dia
adalah teman Rasulullah saat melakukan hijrah, (d) Rasulullah
memerintahkannya untuk menjadi imam shalat saat Rasulullah masih
hidup.”
Pada masa jahiliyyah beliau ditunjuk sebagai juru bicara. Bila kaum
Quraisy mendapati adanya sengketa di antara kabilah-kabilah sendiri atau
57
mendapati peperangan dengan kabilah yang lain, Umar diutus sebagai juru
bicara. Berbicara atas nama mereka dan menyampaikan kehendak mereka.
Perjuangan Umar bin Khattab setelah masuk Islam adalah (a)
mengumumkan keislamannya di hadapan kaum Quraisy, (b) mengajak
Rasulullah Saw. untuk berdakwah secara terang-terangan, (c) mendatangi
tokoh-tokoh Quraisy untuk masuk Islam, dan (d) mencurahkan seluruh
hidupnya untuk membela Rasulullah Saw.
2. Keteladanan dan Keutamaan Umar bin Khattab
a. Hidup sederhana. Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. diangkat menjadi
Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah
diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar ra. Pada suatu
saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh
Muhajirin seperti Usman, Ali, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta
menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah
baiknya jika kita mengusulkan kepada Umar agar tunjangan hidup untuk
beliau dinaikkan. Jika Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan
tunjangan hidup beliau.” Ali kemudian berkata, “Alangkah bagusnya
jika usulan seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah
lalu.”Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah Umar. Namun,
Utsman menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan
langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat
lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, Umar
akan murka kepada kita.” Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut
kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada Umar, yakni
tentang bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan
usulan mengenai penambahan tunjangan bagi Khalifah Umar. “Apabila
beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya untuk
menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak
menyebutkan nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka.
Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada Umar, beliau murka seraya
berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”
58
Hafshah menjawab, “Saya tidak akan memberitahukan nama mereka
sebelum ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan itu”.
Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah swt, andaikata aku tahu siapa
orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah
orang itu.” Setelah itu, Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi
Saw., “Demi Allah swt, ketika Rasulullah saw. masih hidup,
bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?”
Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua
pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk
dipakai sehari-hari.” Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang
dimiliki oleh Rasulullah?” Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan
dengan roti yang kasar dan minyak samin.” Umar kembali bertanya,
“Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?” Hafshah
menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang
dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba,
separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan
sebagai alas tidur.” Umar kemudian melanjutkan perkataannya,
“Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw. selalu
hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada
mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku gunakan mengikuti jejak
beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abu
Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di
antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkan yang kedua
menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun
mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua
kawannya yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan
kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung
dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia
menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua
kawannya itu di akhirat.” (Sumber: Tarikh ath-Thabari, jilid I, hlm. 164)
b. Dijamin masuk surga. Rasulullah bersabda, “Abu Bakar di surga,
59
Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubai
di surga,
Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin Waqqash di surga, Sa’id bin
Zaid di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. Abu Dwaud:
4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al-
Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash- Shabhir: 4010)
c. Sahabat yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad setelah Abu Bakar.
‘Amr bin al-Ash menceritakan bahwa Nabi Muhammad mengutusnya
bersama pasukan (dalam perang Dzatus Salasi). Amr’ bertutur, “Aku
datang menemui beliau, lalu bertanya, ‘Aku datang menemui beliau, lalu
bertanya,’Siapakah orang yang paling engkau cintai?’ beliau menjawab
‘Aisyah.’ AKu bertanya lagi ‘Yang dari kaum laki-laki?’ Beliau
menjawab, ‘Ayahnya’ AKu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, “Umar bin al-Khaththab.’ Setelah itu dia menyebut
nama beberapa orang lagi.” (HR. Bukhari, no. 3662 dan muslim, no.
2384).
d. Kepemimpinannya dipuji dan diridhai oleh kaum muslimin. Abdullah
bin Umar berkata, “Kami diperintahkan memilih orang-orang di zaman
Rasulullah, lalu kami memilih Abu Bakar, lalu kami mamilih Umar,
kemudian Utsman.” (HR. Bukhari no 3655)
e. Sahabat yang pendapatnya sering disepakati dan disetejui oleh Allah.
Umar bin Khaththab menyarankan, “Ada tiga sikapku yang bertepatan
dengan ketetapan Rabbku. Pertama, aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah
bagaimana jika kita menjadikan Maqam Ibrahim (tempat Nabi Ibrahim
berdiri ketika membangun Ka’bah) sebagai tempat shalat? Maka
turunlah ayat yang artinya, “…Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu
tempat shalat…” (QS. Al-Baqarah: 125). Kedua, ayat hijab. Aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah bagaimana jika engkau memerintahkan
istriistri engkau untuk berhijab? Karea orang yang baik dan orang yang
jahat berbicara dengan mereka. ‘Maka turunlah ayat yang artinya
60
“…Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka
(istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka…” (QS. Al-Ahzab:
53). Ketiga, ketika istri-istri Nabi berkumpul karena cemburu terhadap
beliau, aku berkata, ‘Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabbnya
akan memberikan ganti dengan istr-istri yang lebih baik dari kalian.’
Maka turunlah ayat yang artinya: “Jika dia (Nabi) menceraikan kamu
boleh jadi Rabb akan meberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang
lebih baik dari kamu…” (QS. At-Tahrim: 5). (HR. Bukhari no. 402 dan
Muslim no. 2399).
Selain itu, berikut ini Keteladanan Umar bin Khattab, yaitu: (a) berani
dan rela berkorban dalam membela kebenaran, (b) bersikap adil dalam
memutuskan perkara hukum, (c) berjiwa besar dan dapat menghormati
hak orang lain, (d) tegas dalam menentukan perkara yang hak dan batil,
(e) sayang terhadap semua rakyatnya, dan (f) rendah hati dan
mengutamakan aspek kesederhanaan dalam hidup, dan (g) bersikap
jujur dan amanah
D. Kisah Keteladanan Utsman bin Affan 1. Biografi Ustman bin Affan
Beliau adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin
Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi
pada kakek ke empat yaitu Abdu Manaf. Di mana jahiliyyah beliau
dipanggil Abu Amr, namun tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti
Rasulullah terlahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah beliau
pun berganti menjadi Abu Abdillah. Beliau masyur dengan julukan
dzunnurain (pemilik dua cahaya).
Beliau lahir di kota Thaif lima tahun setelah Rasulullah lahir. Beliau tumbuh
di tengah keluarga yang mendapat kelapangan hidup (kaya raya). Ayah
beliau dalah saudagar besar. Kafilah dagangannya senantiasa pulang dan
pergi dari negeri Arab ke negeri Syam. Ketika ayahnya meninggal Utsman
kemudian mengembangkan peninggalan perdagangan milik ayahnya yang
banyak. Hingga harta itu semakin berkembang dan bertambah banyak, yang
61
pada suatu saat akan menjadi bekalnya dalam berjihad dan melakukan
sekian amalan kebajikan.
62
Tentu saja ia berhak mendapatkan balasan yang mulia itu karena ia
terbiasa membebaskan seorang budak setiap Jumat. Suatu hari Thalhah
menyusul Usman sekeluarnya dari masjid. Thalhah berkata, “Aku sudah
punya lima puluh ribu dirham yang kupinjam darimu. Aku akan
mengutus seseorang untuk menyerahkannya kepadamu.” Usman
menjawab, “Biarlah semua itu kuberikan kepadamu, karena kebaikan
akhlakmu.”
Dikisahkan bahwa sebelum Nabi datang ke Madinah, di sana ada sumur
yang disebut sumur Rawmah. Air sumur itu sangat segar. Setiap orang
yang ingin minum dari sumur itu harus membelinya. Sumur itu milik
seorang Yahudi. Ketika umat Islam semakin berat dihimpit kesulitan,
Rasulullah menyerukan tawaran, “Barang siapa membeli sumur
Rawmah, baginya surga.”
Mendengar pernyataan itu, Usman bergegas ingin mendapatkan surga.
Ia memberanikan diri membeli sumur itu seharga 35.000 dirham. Ia
menggratiskan siapa saja untuk memanfaatkan air sumur itu, baik yang
kaya, miskin, atau pun para musafir. Ini terjadi ada masa pemerintahan
Al-Faruq, di mana kaum muslim dilanda paceklik. Karena beratnya
kehidupan yang harus dihadapi, tahun itu disebut tahun kelabu. Ketika
nestapa semakin memuncak, orang-orang menghadap Umar ra. dan
berkata, “Wahai Khalifah, langit tak menurunkan hujan dan enggan
menumbuhkan tanaman. Kita hampir binasa. Apa yang harus kita
lakukan?” Umar memandangi mereka dengan wajah pilu. Ia berkata,
“Sabar dan bertahanlah. Aku berharap Allah swt memberikan jalan
keluar dari keadaan ini sebelum malam tiba.” Sore harinya terdengar
kabar bahwa kafilah dagang Usman bin Affan telah kembali dari Syria
dan akan tiba di Madinah esok pagi. Usai shalat Subuh, orang-orang
menyambut kafilah itu. Seribu unta membawa gandum, minyak samin,
dan kismis. Seluruh rombongan kafilah dan kendaraannya berkumpul di
depan rumah Usman bin Affan ra. Ketika para buruh sibuk menurunkan
63
barang dagangan, para pedagang bergegas menemui Usman. Mereka
berkata, “Kami akan membeli semua yang engkau bawa, wahai Abu
Amr.” Usman menjawab, “Dengan senang hati dan aku merasa
terhormat. Tetapi, berapa kalian akan memberiku keuntungan?”
Mereka berkata, “Untuk satu dirham yang engkau beli, kami
memberimu dua dirham.” “Aku bisa mendapat lebih dari itu”, jawab
Usman. Lalu mereka kembali menaikkan harga. Usman berkata, “Aku
masih bisa mendapat lebih dari yang kalian tawarkan.” Mereka
menaikkan harga lagi. Usman berkata, “Aku masih bisa mendapatkan
lebih dari itu.” Mereka berkata, “Wahai Abu Amr, siapakah yang berani
memberimu keuntungan lebih dari tawaran kami?” Usman menjawab:
“Allah swt. memberiku keuntungan sepuluh kali lipat dari setiap dirham
yang kubelanjakan. Adakah diantara kalian yang berani memberiku
keuntungan lebih dari itu?” “Tidak, wahai Abu Amr.”
“Aku bersaksi kepada Allah swt, semua yang dibawa kafilah ini
kusedekahkan kepada fakir miskin di kalangan umat Islam. Aku tidak
mengharapkan bayaran sepeser pun. Kulakukan semua itu semata-mata
mengharapkan pahala dan keridhoan Allah swt”. Inilah karakter
Usman bin Affan yang termaktub dalam firman Allah swt: “Dan mereka
mendahulukan kepentingan orang lain (rakyat) di atas kepentingan
mereka sendiri. Dan barang siapa yang terjaga dari kekikiran dirinya,
maka dialah orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Hasyr: 9)
c. Dijamin masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda (artinya), “Abu Bakar
di surga, Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di
surga, Zubai di surga, Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin
Waqqash di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di
surga.” (HR. Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134,
Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash-
Shaghir: 4010)
64
d. Meninggal dalam keadaan syahid. Anas bin Malik menuturkan
bahwasanya Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman naik ke atas gunung uhud.
Tiba-tiba tanah di gunung Uhud itu bergetar. Kemudian Nabi
Muhammad bersabda (artinya), “Tenanglah wahai Uhud!
Sesungguhnya, diastasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq, dan dua
orang syahid. “(HR. Bukhari no. 3675 dan Muslim no. 2417).
e. Menggunakan hartanya untuk kepentingan di jalan Allah. Rasulullah
Saw. bersabda (artinya), “Barang siapa memberli sumur dan
menjadikan gayung meiliknya bersama dengan gayung milik kaum
muslimin maka kelak ia disurga.” (HR. Tirmidzi no. 3703). Imam
Ahmad berkata, “Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah
Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah
Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui
tentang hala dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal Al-
Qur’an adalah Ubai bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit adalah yang paling
mengetahui ilmu waris. Setiap umat mempunyai seorang yang
terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu
Ubaidah al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, 3/184).
E. Kisah Keteladanan Ali bin Abi Tholib 1. Biografi Ali bin Abi Thalib
Beliau dijuluki Abul Hasan al-Quraisy al-Hasyimi. Namanya sendiri adalah
Ali. Anak dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf,
Amirul Mukminin penutup khulafa’ur-rasyidin. Ali adalah sepupu dan
sekaligus menantu Nabi, menikahi putri beliau, Fathimah binti Rasulullah.
Beliau adalah salah satu sahabat yang diberi kabar gembira dengan surga.
Ibu beliau adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi manaf
alHasyimiyyah. Fathimah adalah putri paman Abu Thalib (berarti Fathimah
adalah sepupu Abu Thalib), baliau meninggal dunia tatkala Nabi masih
hidup.
65
Beliau lahir sepuluh tahun sebelum kenabian. Ayahnya adalah Abu Thalib,
seorang yang sedikit hartanya sedangkan keluarga yang ditanggungnya
berjumlah besar. Nabi Muhammad berkeinginan meringankan beban yang
ditanggungnya. Nabi Muhammad meminta kepada pamanya untuk
menyerahkan Ali agar dididik dirumahnya. Abu Thalib meluluskan
permintaan Nabi, sehingga Ali semenjak kecil tumbuh di bawah
pengawasan dan perhatian Nabi, Ali senantiasa mengambil contoh, arahan,
dan akhlak Nabi, serta beradab dengan adab-adabnya. Beliau memiliki
kecintaan yang sangat kepada Rasulullah dan senantias mengaguminya.
Berkata Urwah, “Ali masuk Islam sedang ia baru berumur delapan tahun.”
(LIhat Siyaru A’lam an-Nubala’). Berkata Imam Syafi’I, “Para sahabat dan
orang-orang yang mengikutinya telah berijma’ tentang keutamaan Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan kemudian Ali.” (LIhat Fat-hul Bari 7/17)
66
Saw. bersabda (artinya), “Ali adalah bagian dariku dan aku bagian dari
dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 3719)
c. Berilmu luas. Beliau adalah salah satu –selain Abu Bakar, Umar, dan
Usman, di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga sebagaimana
sabda Rasulullah saw. Beliau adalah lulusan terbaik dari madrasah
nubuwwah, yang dididik semenjak kecil oleh Rasulullah saw. Di antara
keistimewaan beliau adalah Allah swt menganugerahkan kecerdasan di
atas rata-rata. Sampai-sampai Rasulullah bersabda “aku adalah kotanya
ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya”.
Di antara kisahnya adalah perselisihan beberapa sahabat tentang ilmu
berhitung. Dua orang sehabat melakukan perjalanan bersama. Di suatu
tempat, mereka berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah
masing-masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga
potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti.
Ketika keduanya telah siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang
musafir yang baru datang dan duduk bersama mereka.
“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,” kata salah
seorang dari dua orang tadi. “Aduh…saya tidak membawa bekal,”
jawab musafir itu. Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti
bersama-sama. Selesai makan, musafir tadi meletakkan uang delapan
dirham di hadapan dua orang tersebut seraya berkata: “Biarkan uang ini
sebagai pengganti roti yang aku makan tadi.” Belum lagi mendapat
jawaban dari pemilik roti itu, si musafir telah minta diri untuk
melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.
Sepeninggal si musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi
uang yang diberikan. “Baiklah, uang ini kita bagi saja,” kata si empunya
lima roti. “Aku setuju” jawab sahabatnya. “Karena aku membawa lima
roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga
dirham. “Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan
apa-apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat dirham.” “Itu tidak
adil. Aku membawa roti lebih banyak, maka aku mendapat bagian lebih
banyak.”
67
pendapat. Di hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah
yang mereka hadapi. Imam Ali mendengarkannya dengan seksama.
Setelah orang itu selesai berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada
orang yang mempunyai tiga roti: “Terima sajalah pemberian sahabatmu
yang tiga dirham itu!” “Tidak! Aku tak mau menerimanya. Aku ingin
mendapat penyelesaian yang seadiladilnya,” Jawab orang itu. “Kalau
engkau bermaksud membaginya secara benar, maka bagianmu hanya
satu dirham!” kata Imam Ali lagi. “Hah…? Bagaimana engkau ini,
kiranya. Sahabatku ini akan memberikan tiga dirham dan aku
menolaknya. Tetapi kini engkau berkata bahwa hak-ku hanya satu
dirham?” “Bukankah engkau menginginkan penyelesaian yang adil dan
benar? Kalau begitu, bagianmu adalah satu dirham!”. “Bagaimana bisa
begitu?” Orang itu bertanya.
Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak
sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut. Sejenak kemudian mereka
berkata: “Benar, kami mengerti.” “Nah, uang yang diberikan oleh di
musafir adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya
lima roti sebab si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu
dirham untuk si empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu
potong roti dari milik orang itu”. “Alhamdulillah…Allahu Akbar,”
kedua orang itu berucap hampir bersamaan. Mereka sangat mengagumi
68
cara Imam Ali menyelesaikan masalah tersebut, sekaligus mengagumi
dan mengakui keluasan ilmunya.
“Demi Allah swt, kini aku puas dan rela. Aku tidak akan mengambil
lebih dari hak-ku, yakni satu dirham,” kata orang yang mengadukan hal
tersebut, yakni si empunya tiga roti. Kedua orang yang mengadu itu pun
sama-sama merasa puas. Mereka berbahagia, karena mereka berhasil
mendapatkan pemecahan secara benar, dan mendapat tambahan ilmu
yang sangat berharga dari Imam Ali bin Abi Thalib ra.
Abu Sa’id berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran
karena tangisannya. Tatkala Rasulullah Saw. memberitakan ada seorang
hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang
diberikan tawaran itu adalah Rasulullah Saw. Memang, Abu Bakar
adalah orang yang paling berilmu di antara kami.” Kemudian Rasulullah
Saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku
dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar.
Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil (kekasih terdekat)
selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku.
Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar ikatan persaudaraan
dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu
69
yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” Hadis ini
juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab
Fadha’il ashShahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8).
RANGKUMAN
1. Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah. Anak dari ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr
bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin
Fihr. Fihr ini tidak lain adalah Quraisyi. Bapak beliau, ‘Utsman bin ‘Amir,
akrab dipanggil Abu Quhafah. Ibu beliau adalah Ummul Khair yaitu Salman
binti Shahr bin ‘Amir. Berarti sang ibu adalah putri pamannya alias sepupu dari
garis bapak. Abu Bakar dikenal sebagai “Al-‘Atiq” (orang yang ganteng)
karena bagusnya wajah beliau di kala jahiliyyah, terambil dari kata “AlItawah”
yang artinya bagus pada setiap perkara. Setelah masuk Islam, beliau dikenal
“Al-‘Atiq” (orang yang terbebas) karena beliau adalah orang pertama yang
diberi kabar gembira berupa dibebaskan dari siksa neraka.
2. Keteladanan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai berikut: (a) teguh
iman, (b) suka berinfaq dan memerdekakan budak, (c) Ilmu yang mendalam,
(d) Dijamin masuk surge, (e) setia menemani rasulullah saat hijrah, (f) paling
dicintai oleh rasulullah, (g) pernah menjadi imam masjid untuk menggantikan
Nabi, (g) menjadi khalifah pertama yang dikehendaki Allah, rasul, dan umat
Islam, dan (h) cepat melakukan kebaikan.
3. Umar bin Khattab lahir pada tahun 581 M ayahnya bernama Khattab bin Nufail
dan ibunya bernama Khantamah binti Hasyim. Nama lengkapnya adalah Umar
bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdullah bin Qurt bin
Rizzah bin Adi bin Ka’ab. Umar bin Kattab masuk Islam pada tahun 608 M
dalam usia 27 tahun. Masa pemerintahan Umar bin Khattab disebut Futuhut
Islamiyah. Umar bin Khattab meninggal pada 1 Muharram 232 H karena di
70
bunuh oleh Abu Lu’luah (budak dari Persia). Menjadi khalifah pada tahun 13
H–23 H (634 M-644 M). Julukannya adalah: (a) Abu Faiz (orang yang
memiliki kecerdasan), (b) Abu Hafaas (tegas dalam pendirian), (c) Singa gurun
pasir (The Lion of The Dessert) / Asadullah, dan (d) Al-Faruq (pembeda).
Beliau digelari “Al-Faruq” karena beliaulah yang berani menunjukkan
keislamannya saat masih di Makkah, dan dengannya Allah menampakkan
secara jelas antara kekufuran dan kebathilan. Sahabat Ibnu Abbas mengatakan
Islam di Makkah adalah Umar bin Khaththab.
4. Keteladanan dan keutamaan Umar bin Khattab berupa (a) hidup sederhana, (b)
dijamin masuk surge, (c) sahabat yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad
setelah Abu Bakar, (d) Kepemimpinannya dipuji dan diridhai oleh kaum
muslimin, (e) sahabat yang pendapatnya sering disepakati dan disetejui oleh
Allah, (e) berani dan rela berkorban dalam membela kebenaran, (f) bersikap
adil dalam memutuskan perkara hukum, (g) berjiwa besar dan dapat
menghormati hak orang lain, (h) tegas dalam menentukan perkara yang hak dan
batil, (i) sayang terhadap semua rakyatnya, dan (j) rendah hati dan
mengutamakan aspek kesederhanaan dalam hidup, dan (k) bersikap jujur dan
amanah.
5. Nama lengkap Ustman bin Affan adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin
al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu
dengan nasab Nabi pada kakek ke empat yaitu Abdu Manaf. Di mana jahiliyyah
beliau dipanggil Abu Amr, namun tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti
Rasulullah terlahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah beliau
pun berganti menjadi Abu Abdillah. Beliau masyur dengan julukan dzunnurain
(pemilik dua cahaya).
6. Keteladanan dan keutamaan Ustman bin Affan meliputi: (a) berakhlak mulia,
(b) dermawan (suka memberi), (c) Dijamin masuk surga, (d) meninggal dalam
keadaan syahid, dan (e) menggunakan hartanya untuk kepentingan di jalan
Allah.
7. Ali bin Abi Thalib dijuluki Abul Hasan al-Quraisy al-Hasyimi. Namanya
sendiri adalah Ali. Anak dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin
71
Abdi Manaf, Amirul Mukminin penutup khulafa’ur-rasyidin. Ali adalah
sepupu dan sekaligus menantu Nabi, menikahi putri beliau, Fathimah binti
Rasulullah. Beliau adalah salah satu sahabat yang diberi kabar gembira dengan
surge.
8. Keteladanan dan keutamaan Ali bin Abi Thalib meliputi: (a) dijamin masuk
surga, (b) Sahabat yang merupakan bagian dari Nabi Muhammad, dan (c)
Berilmu luas.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Kisah Keteladanan
Khulafaur Rosyidin. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 4, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari
Kisah Keteladanan Khulafaur Rosyidin. a.s disertai dalilnya Sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh
lima hikmah yang dapat dipetik dari Keteladanan Khulafaur Rosyidin. tersebut.
Berikut ini contohnya:
72
TES FORMATIF 4
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Abu Bakar Ash-Shidiq dijuluki dengan “Al-‘Atiq” (orang yang terbebas)
artinya…
a. Abu Bakar Ash-Shidiq terbebas dari hutang
b. Abu Bakar Ash-Shidiq terbebas dari siksa neraka dan dijamin masuk
surga
c. Abu Bakar Ash-Shidiq bebas untuk berbuat apapun
d. Abu Bakar Ash-Shidiq bebas untuk dijadikan khalifah
2. Keteladanan perilaku Abu Bakar ash-Shidiq yang dapat dicontoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah…kecuali
a. Kemuliaan akhlaknya
b. Kemurahan hatinya
c. Kehidupannya menjadi mertua Nabi Muhammad Saw
d. Pengorbanan harta bendanya untuk membantu dakwah Nabi Muhammad
Saw
3. Rasulullah saw. bersabda, “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua
harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-
anak dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah saw. tersebut ditujukan kepada
sahabatnya yang bernama? a. Abu Bakar ash-Shidiq
b. Umar bin Khattab
c. Ustman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
4. Salah satu istri Nabi Muhammad Saw adalah bernama Hafshah. Beliau
merupakan anak dari sahabat Nabi Muhammad Saw yang bernama… a. Abu
Bakar ash-Shidiq
b. Umar bin Khattab
c. Ustman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
73
5. Salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw pernah berkata: “aku (berkenan)
menjadi pelayan pada orang yang mengajarku walaupun hanya satu huruf”.
Siapakah Nabi sahabat Nabi Muhammad Saw tersebut?
a. Abu Bakar ash-Shidiq
b. Umar bin Khattab
c. Ustman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
TUGAS AKHIR
74
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah
peta konsep dari materi Kisah-Kisah Teladan disertai cara meneladani hikmah dari
kisah-kisah teladan tersebut dalam kehidupan sehari-hari!
TES SUMATIF
4. Kisah Ashabul Kahfi ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi.
Menurut M. Quraish Shihab, surah ini dinamakan “al-Kahf” yang berarti…
a. Penghuni
75
b. Gua
c. Pemuda
d. Raja
5. « Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun. « (QS. al-Kahfi [18]: 25). Siapakah yang dimaksud dalam
ayat tersebut?
a. Nabi Sulaiman as
b. Ashabul Kahfi
c. Nabi Muhammad Saw
d. Nabi Musa as
6. Salah satu hikmah kisah Ashabul Kahfi adalah…
a. Melarikan diri dari tanggungjawab keluarga dan sembunyi di Gua
b. Menentang raja yang zalim yang memaksakan kehendak
c. Tunduk terhadap perintah raja untuk menjalankan misi
d. Mempertahankan keimanan walaupun dalam ancaman penguasa zalim
7. Nabi Yunus bin Matta merupakan keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq
bin Ibrahim. Nabi Yunus lahir di negara… a. Palestina
b. Mesir
c. Pakistan
d. Madinah
8. Nabi Yunus a.s memiliki dua gelar, yaitu S}a>hib al-H}u>t dan Zun Nun.
Apa arti dari S}a>hib al-H}u>t?
a. Orang yang banyak bertasbih kepada Allah dan sebaik-baik hamba-Nya.
b. Orang yang berada dalam perut ikan Paus
c. Orang yang banyak beribadah
d. Orang yang banyak bersedekah
9. “Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu
dan janganlah engkau melanggar sumpah…” (Q.S S}ad [38]: 44). Ayat ini
menjelaskan kisah tentang?
a. Nabi Sulaiman as dengan Ratu Bilqis
b. Nabi Yunus as dengan umatnya
76
c. Nabi Ayyub as dengan istrinya
d. Nabi Dawud as dengan Nabi Sulaiman As
10. Siapakah Sahabat Nabi yang dipilih menjadi Kholifah dengan cara ditunjuk
karena pernah menggantikan Nabi Muhammad Saw menjadi imam sholat…
a. Abu Bakar Ash-Shidiq ra
b. Umar bin Khattab ra
c. Ali bin Abi Thalib ra
d. Usman bin Affan ra
11. Umar bin Khattan diberikah gelar “Al-Faruq” karena…
a. Berbeda dengan para sahabat lainnya
b. Berani menunjukkan keislamannya saat masih di Makkah
c. Berani dalam melawan musuh-musuh Nabi Muhamad Saw
d. Menjadi mertua Rasulullah
12. Usman bin Affan diberikan gelar sebagai dzun-nurain (pemilik dua cahaya)
dikarenakan…
a. Sahabat Nabi yang terkenal banyak sedekah dan pemalu
b. Sahabat Nabi yang menikah dua putri Rasulullah
c. Sahabat Nabi yang menjadi Khalifah setelah Umar bin Khattab
d. Sahabat Nabi yang banyak melakukan kebaikan dan meninggalkan
keburukan
13. Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barang siapa membeli sumur Rawmah,
baginya surga.” Siapakah Sahabat Rasul yang dapat membeli sumur
tersebut?
a. Abu Bakar Ash-Shidiq ra
b. Umar bin Khattab ra
c. Ali bin Abi Thalib ra
d. Usman bin Affan ra
14. Sahabat Rasul yang merupakah bagian dari Nabi Muhammad Saw dan
dikenal memiliki ilmu yang luas adalah… a. Abu Bakar Ash-Shidiq ra
b. Umar bin Khattab ra
c. Ali bin Abi Thalib ra
77
a. Usman bin Affan ra
15. Apa arti dari Khulafaur Rosyidin?
a. Para khalifah yang sukses
b. Para Khalifah yang arif bijaksana
c. Para Khalifah yang dijamin masuk surga
d. Para Khalifah yang diridloi Allah
78
KUNCI JAWABAN
79
1. C
2. B
3. D
4. B
5. B
6. D
7. A
8. B
9. C
10. A
11. B
12. B
13. D
14. C
15. D
DAFTAR PUSTAKA
80
Al-Asy’ari, Abdurrahman, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz
(QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks
Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014).
Al-Azizi, Abdul Syukur, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam,(Yogyakarta:
Noktah, 2017)
Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad Saw. The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009).
Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi, Sekolah Para Nabi 1 Membuka Pintu
Kehadiran Ilahi, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007)
Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi, Sekolah Para Nabi 2 Menabur Kasih Sayang
di Bumi, (terj.) oleh Fadhilah Ulfa & Ismail Jalili, (Yogyakarta: Pustaka
Marwa, 2007).
Djalaluddin, Ahmad, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan Insaniyah (Seri Integrasi), (Malang: UIN-Maliki Press, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta:
Kementerian Agama, 2014)
Kertanegara, Mulyadhi, Lentera Kehidupan Panduan Memahami Tuhan, Alam, dan
Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2017).
Mubasysyiroh-Al-Atsariyah, Keutamaan Khulafa’ ur Rasyidin, Arief Mustaqim,
(ed.), (Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2017)
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997).
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakarat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 11, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara ajaran, sejarah, dan pemikiran, edisi 5,
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993
Tasmara, Toto, Spiritual Centered Leadership (Kepemimpinan Berbasis Spiritual),
(Jakarta: Gema Insani Press, 2006).
Yasid, Abu dalam kata pengantarnya buku Afifuddin Muhajir, Fiqh Tata Negara,
81
(Yogyakarta: iRCiSod, 2017)
GLOSARIUM
As}h}a>bul Kahfi Penghuni-penghuni Gua
S}a>hib al-H}u>t Nabi yang berada dalam (perut) ikan
Syadi>d al-U>b Nabi yang banyak bertasbih kepada Allah Swt
Al-‘Atiq” Orang yang terbebas dari siksa Neraka
Khulafaur Rosyidin Para Khalifah yang Arif Bijaksana
Dzun-Nurain Pemilik dua cahaya
82
No. Kode: ....../2018
Penulis:
Dr. Sangkot Sirait, M.Ag
1
PENDAHULUAN ..……………………………………………………... Hal
Rasional dan Deskripsi Singkat………………………………………. 3
Relevansi ……..………………………………………………………. 3
Petunjuk Belajar………………………………………………………. 3
KEGIATAN BELAJAR 1: Akidah Islam………………………………. 5
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 5
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 5
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 5
Uraian Materi………………………………………………………… 6
Rangkuman…………………………………………………………… 11
Tugas…………………………………………………………………. 11
Tes Formatif 1……………………………………………………….. 12
KEGIATAN BELAJAR 2: Tauhid……………………………………… 14
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 14
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 14
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 14
Uraian Materi…………………………………………………………. 14
Rangkuman…………………………………………………………… 25
Tugas………………………………………………………………….. 26
Tes Formatif 2……………………………………………………….. 27
KEGIATAN BELAJAR 3: Ilmu Kalam………………………………… 29
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 29
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 29
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 29
Uraian Materi………………………………………………………… 30
Rangkuman…………………………………………………………… 38
Tugas…………………………………………………………………. 39
Tes Formatif 3……………………………………………………….. 40
KEGIATAN BELAJAR 4: Aliran-Aliran Ilmu Kalam…………………. 42
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 42
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 42
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 42
Uraian Materi…………………………………………………………. 43
Rangkuman…………………………………………………………… 51
Tugas…………………………………………………………………. 52
Tes Formatif 4……………………………………………………….. 53
TUGAS AKHIR ………………………………………………………… 56
TES SUMATIF …………………………………………………………. 56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 62
GLOSARIUM…………………………………………………………… 63
2
PENDAHULUAN
Dalam Modul 5 ini Anda kami ajak untuk mempelajari tentang Ilmu Kalam
meliputi Akidah Islam, Tauhid, Ilmu Kalam, dan Aliran-Aliran dalam Ilmu Kalam.
Modul ini bertujuan agar Anda memiliki kompetensi yang berkaitan dengan Ilmu
Kalam dan ilmu-ilmu yang terkait, khususnya tentang aliran-aliran dalam kajian
ilmu kalam, diharapkan Anda dapat:
1. Menghayati dan mengimani (bertauhid) kepada Allah Swt
2. Menampilkan perilaku mengimani (bertauhid) kepada Allah.
3. Mengindentifikasi aliran-aliran yang berkembang dalam kajian ilmu kalam.
4. Menyajikan contoh masalah kalam (tauhid) yang diperdebatkan oleh aliranaliran
ilmu kalam
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, ilmu kalam merupakan perkara penting,
karena ini berkaitan tentang keimanan dan ketauhidan kepada Allah Swt. Kajian
ilmu kalam dalam modul ini meliputi akidah Islam, tauhid, ilmu kalam, dan
aliranaliran yang berkembang dalam ilmu kalam.
Kajian tentang ilmu kalam akan memberikan pandangan tentang perbedaan
dalam aliran-aliran ilmu kalam tentang Tuhan, karena pada dasarnya pusat kajian
akidah akhlak adalah Tuhan itu sendiri. Pada modul ini fosus mengkaji konsep
akidah Islam, bertauhid kepada Allah, ilmu kalam, serta aliran-aliran yang
berkembang, seperti Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, dan lain sebagainya.
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3
3. Cermati materi ilmu kalam, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian yang
menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
4
KEGIATAN BELAJAR 1: AKIDAH ISLAM
POKOK-POKOK MATERI
A. Akidah Islam
1. Definisi Akidah Islam
2. Sumber Akidah Islam
B. Iman, Islam, dan Ihsan
1. Definisi Iman, Islam, dan Ihsan
2. Perbedaan antara Iman, Islam, dan Ihsan
3. Integrasi Iman (akidah) dan Islam (syari’ah) dengan Ihsan
(akhlak)
5
URAIAN MATERI A. AKIDAH ISLAM
1. Pengertian Akidah Islam
Akidah secara etimologi berasal dari kata ‘aqd yang berarti ikatan.”
Ungkapan kalimat ”اعتقدت كذاArtinya saya ber-i’tiqad begini. Maksudnya,
saya mempercayai dan meyakini kebenaran ajaran-ajaran agama ini dengan
sepenuh hati saya. Kata ‘aqd menurut Raghib al-Asfahani adalah mengikat
dua ujung dari sesuatu dengan kuat dan tidak mudah lepas. Berbeda dengan
kata ربطyg juga berarti ikatan, karena ربطadalah ikatan yg mudah lepas,
seperti ikatan sepatu sedangkan akidah adalah ikatan yang kuat.
Akidah secara terminologi adalah suatu kepercayaan yang diyakini
kebenarannya oleh seseorang yang mempengaruhi (mengikat) cara ia
berfikir, berucap dan berbuat dan merupakan perbuatan hati. Oleh karena
itu muslim yang berakidah berarti orang Islam yang telah mengikatkan
keyakinan hatinya dengan ajaran-ajaran Islam dengan kuat tanpa ada
keraguan sedikitpun sehingga cara ia berfikir, berucap dan bertindaknya
selalu diwarnai oleh ajaran-ajaran islam sesuai dengan tingkat kedalaman
kepercayaan itu sendiri.
Menurut Yusuf Qardawi, akidah adalah suatu kepercayaan yang
meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan
keraguan serta menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan
seharihari. Jika kata Akidah diikuti dengan kata Islam, maka berarti ikatan
keyakinan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut sama dengan kata
iman (keyakinan) yang terpatri kuat dalam hati seseorang muslim.
Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan
dan merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan
perintah Allah swt. Oleh sebab itu, seseorang yang berakidah islamiyah
yang benar adalah seseorang yang keterkaitan antara hati, ucapan dan
perbuatannya secara kuat dan padu terhadap ajaran islam sehingga
melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah atau terhadap sesama
makhluk.
6
2. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad (dengan
kemampuan akal yang sehat), sehingga mayoritas ulama berpendapat bahwa
rukun iman berjumlah enam. Lima dijelaskan oleh Allah dalam QS al-
Baqarah [2]: 177
❑◆❑➔ ▪ ▪
☺ ⧫ ❑
⬧◆ ☺◆
⧫◆ ⧫ ▪
❑◆◆
⧫◆ ◼☺◆
◆
Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…
7
umumnya membangun logika seperti ini: Jika seorang siswa bertanya: apakah
yang menjadi bukti adanya Tuhan itu, maka seorang guru mungkin menjawab
dengan mengatakan: “ya, adanya dunia ciptaan yang kita lihat ini”. Kemudian,
jika ada siswa yang lebih kritis, mungkin dia akan bertanya lagi dengan
mengatakan: “seandainya Tuhan tidak menciptakan dunia yang kita lihat ini,
apakah Tuhan juga tidak ada?” Ini salah satu contoh saja untuk menunjukkan
bahwa akan ditemukan berbagai kesulitan ketika pendekatan nalar (logika)
digunakan untuk membuktikan adanya Tuhan itu. Kesulitan besar akan
ditemukan lagi, yakni ketika siswa secara kritis melihat dan menemukan bahwa
banyak sekali kejahatan di dunia ciptaan Tuhan ini. Di kepala siswa akan
menumpuk seribu satu pertanyaan tentang fenomena yang demikian. Misalnya
mereka akan bertanya, mengapa hal itu bisa terjadi, mengapa Tuhan
membiarkan hal itu terjadi, mengapa Tuhan tidak menghukum mereka yang
berbuat kejahatan itu. Demikian pula orang-orang yang banyak berbuat
kebajikan, tetapi justru mereka hidup dalam kesulitan atau penindasan.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran iman terhadap siswa,
pendekatan kesadaran kehadiran Tuhan dalam diri seseorang mungkin salah
salah satu cara yang lebih tepat daripada hanya menekankan doktrin bahwa
Tuhan itu ada dan wajib kita imani. Penekanan pendekatan ini secara terus
menerus akan menjadikan siswa merasa bahwa Tuhan selalu hadir dan
memperhatikan apa saja yang mereka lakukan, bahkan apa saja yang tergerak
dalam hati dan pikitan mereka. Dengan demikian, seorang guru, secara tidak
langsung telah mengajarkan konsep ihsan84 kepada siswa bersamaan dengan
konsep iman.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-isla>m-sala>m atau sala>mah,
yaitu tunduk kepada kehendak Allah Swt. agar mencapai sala>m/sala>mah
(keselamatan atau kedamaian) di dunia dan Akhirat. Prosesnya disebut Islam
84
Sembahlah Tuhan seolah-olah engkau melihat Dia (Allah). Jika engkau tidak melihat Dia
(Allah), tetapi Dia (Allah) senantiasa melihatmu.
8
dan pelakunya disebut muslim. Jadi, Isla>m adalah proses bukan tujuan. 85
Makna yang sama disampaikan oleh Maulana Muhammad Ali yang dikutip
Abuddin Nata, kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima, yang
berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian secara harfiah
Isla>m dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk
86
mencapai keselamatan. Isla>m, menurut Harun Nasution adalah
menyerahkan diri sebulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan
diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larangan-larangan Tuhanlah,
orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan.87
Kata ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ahsana, yahsinu, ihasanan,
yang artinya berbuat puncak ke baikan atau puncak berbuat kebajikan. Kata
ihsan dalam al-Qur’an diulang sebanyak 12 kali, dengan arti yang beraneka
ragam. Di antaranya ada yang berarti puncak berbuat baik atau puncak
perbuatan baik (karena itu kata ihsan lebih luas maknanya dari sekedar
“memberi nikmat atau nafkah pada pihak lain” maknanya lebih luas dan lebih
dalam dari pada kandungan makna “adil” karena adil adalah” memperlakukan
orang lain sama dengan mereka memperlakuan mereka kepada anda”
sedang ihsan. Adalah memperlakukan orang lain lebih baik dari pada
perlakuannya kepada anda”. Adil adalah mengambil semua hak anda dan
atau memberi hak semua orang lain, sedangkan ihsan adalah memberi lebih
banyak daripada yang anda berikan dan mengambil lebih sedikit dari pada yang
seharusnya anda ambil”. Terhadap hamba, ihsan tercapai saat seseorang
memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia memberi untuknya apa
85
Yudian Wahyudi, Islam dan Nasionalisme Sebuah Pendekatan Maqashid Syari’ah,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm.7. Menurut Yudian Wahyudi, ada tiga kehendak
Allah yang jika diikuti akan menghantarkan manusia pada keselamatan dan kedamaian dari dunia
sampai Akhirat, yaitu pertama, kehendak Allah yang terdapat dalam ayat Qur’aniah (Al-Qur’an dan
Hadis), kedua, kehendak Allah yang terdapat dalam ayat Kauniah, dan ketiga, kehendak Allah yang
terdapat dalam ayat Insaniah. (hlm. 7-10).
86
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cetakan
keempat, hlm.290. Atau dibaca dalam Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (terj.) R.
Kaelan dan HM Bachrun, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980).
87
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press), 1985, cetakan kelima, hlm.16
9
yang seharusnya dia beri untuk dirinya; sedang ihsan antara hamba dengan
Allah adalah leburnya diri sehingga dia hanya” melihat” Allah karena itu pula,
ihsan antara hamba dengan sesama manusia wujud, ketika dia tidak melihat
lagi dirinya dan hanya melihat orang lain itu. Siapa yang melihat dirinya pada
posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada saat beribadah
kepada Allah maka dia itulah yang berhak menyandang sifat ihsan dan ketika
itu pula dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya. Firman Allah dalam
QS. An-Nahl [16]: 90, Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan…” dan Q.S. al-Baqarah [2]: 83 “Dan (ingatlah) ketika kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah Allah,
dan berbuat baiklah kepada ibu bapak…”
Pada ayat-ayat tersebut kata ihsan selalu diartikan berbuat baik dan
dihubungkan dengan berbagai masalah sosial, yaitu berbuat baik dalam bentuk
mau memaafkan kesalahan orang lain, dalam memimpin masyarakat atau
memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan dalam hubungannya dengan
kedua orang tua. Dengan demikian kata ihsan lebih menunjukkan pada akhlak
yang mulia. Sedangkan arti ihsan sebagaimana digunakan dalam arti istilah
Muraqabah adalah merasa diperhatikan oleh Allah, sehingga ia tidak berani
melakukan pelanggaran atau meninggalkan perintah Tuhan.
Menurut M. Quraish Shihab, iman (akidah) dan Islam (Syariah) tidak
boleh pisah dengan ihsan (akhlak). Hal ini didasarkan oleh hadis Rasulullah
10
RANGKUMAN
5
M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita: Akhlak, (Tangerang: Lentera Hati, 2016), hlm.
104-106
1. Akidah secara bahasa (etimologi) berarti suatu kepercayaan yang diyakini
kebenarannya oleh seseorang yang mempengaruhi (mengikat) cara ia berfikir,
berucap dan berbuat.
2. Akidah Islam berarti ketertundukan hati yang melahirkan dan merefleksikan,
kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah Swt.
Orang yang berakidah Islam adalah yang terikat hati, ucapan, dan perbuatannya
dengan ajaran Islam sehingga melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap
Allah maupun sesama makhluk.
3. Sumber akidah Islam adalah al-Qur’an, al-Hadis, dan ijtihad dengan benar.
4. Iman artinya percaya dengan sepenuh hati. Rukun iman artinya dasar iman atau
tiang iman.
5. Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-isla>m-sala>m atau sala>mah, yaitu
tunduk kepada kehendak Allah Swt. agar mencapai sala>m/sala>mah
(keselamatan atau kedamaian) di dunia dan Akhirat. Prosesnya disebut Islam
dan pelakunya disebut muslim.
6. Ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ahsana, yahsinu, ihasanan, yang artinya
berbuat puncak ke baikan atau puncak berbuat kebajikan.
7. Iman (akidah-tauhid) dan Islam (syariah) selalu terintegrasi dengan Ihsan
(akhlak), sehingga dapat diartikan bahwa orang yang beriman dan beragama
Islam adalah orang-orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Allah,
kepada sesama manusia, maupun makhluk lain. Manusia menjadi rahmatan lil
‘alamin.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 Akidah Islam. Agar Anda
dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta
11
konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih mudah
dipahami.
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Di antara prinsip-prinsip Akidah Islam adalah keyakinan bahwa Allah Swt.
adalah maha adil. Prinsip ini mengandung makna....
a. Keyakinan seperti ini akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang
dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah swt.
b. Keimanan kepada allah dan kewajiban seorang hanya menyembah kepada
allah
c. Keyakinan bahwa para nabi adalah utusan Allah swt. sangat penting
d. Keyakinan seperti ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia
bukanlah akhir dari segalanya
2. Kesadaran manusia bahwa dia selalu diawasi (dilihat) oleh Allah merupakan
bentuk sikap seorang… a. Muslim
b. Mukmin
c. Muttakin
d. Muhsin
3. Beriman kepada hari kiamat akan melahirkan sifat tidak mudah putus asa.
Tidak mudah putus asa merupakan sifat… a.
Optimisme yang tinggi
b. Kebanggan terhadap diri sendiri
c. Percaya diri yang berlebihan
d. Mengakui kehebatan diri sendiri
4. Kisah teladan yang menceritakan tentang para pemuda yang mempertahankan
keimanan kepada Allah Swt dari pemerintahan yang zalim adalah…
a. Nabi Musa as. dengan Fir’aun
b. Nabi Ibrahim dengan raja Namrud
c. Ashabul Uhud
12
d. Ashabul Kahfi
5. Berikut ini merupakan cerminan perilaku seseorang yang mengimani kitab
Allah adalah …
a. Memahami, menghayati, menjiwai dan mengamalkan Al-Qur’an
b. Mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an
c. Merenungkan kandungan Al-Qur’an
d. Membaca Al-Qur’an hingga khatam
13
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
Menjelaskan tentang konsep tauhid dan mengidentifikasi perilaku syirik yang dapat
membatalkan tauhid (pengesaan) kepada Allah Swt.
SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
1. Menjelaskan tentang konsep tauhid (pengesaan) kepada Allah Swt.
2. Menyajikan contoh-contoh perilaku syirik yang dapat membatalkan tauhid
(pengesaan) kepada Allah Swt.
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
A. Definisi Tauhid
Tauhid artinya mengesakan Tuhan. Tauhid adalah pemurnian ibadah
kepada Allah. Artinya, menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni
dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
laranganNya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi
para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut di atas,
mulai dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad
SAW. (Lihat QS. an-Nahl [16]: 36, QS. al-Anbiya’ [21]: 25, QS. al-A’raf [7]:
59, 65, 73, dan 85, dan lain-lain).
Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan
pertama. Allah berfirman,
14
ي ُۡا َ وبَ ِٱ ۡل َٰ َولَ ُش تش ُۡ ِركُو اَب ِه ُِ َۦُ ٱعبد ُُُو اَٱل َل َُُ َ و َل ۡ ۞ َو
ٱل م ۡ مى َُ َو َ َٰ َى َُ َُ َو ۡٱلي َٰت ۡ
َ َٰ س نا َ وبذ ُِِيَٱلق ُر ُۡب َ َٰ ُۡ إحِ َُ َُ د ِۡي ِن
ُُ َُ ب ِ جار َُ َۡٱل ُجنِ ۡ ى َُ َ َو
ٱل َ َٰ قر ُۡب ُ جار َُ ذِي َۡٱل ِ ۡ ين َُ َ َو
ٱل َ َٰ
ِ س ِك
سب ِي ِل َُ َُ و ما مل كتَ ُۡ أ ۡي َ ب َُ َُ َو ۡٱب ِن َُ َُ ٱل ۢ ب َُ َُ َبٱ ِۡل
ِ جن ِ اح ِ صَ َوٱل
َُ ب من كا ن ُم ۡخت ا َل ُّ ُُ يح
ِ َُ إن َُ َُ ٱل َل َُ َُُ َل ِ َُ ُۡ َٰ َمنكَ ُُ ُُ َم
ً ف ُخ
َ َُ ٣٦َ ورا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
(An-Nisa: [4]: 36).
Dalam ayat ini Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Hal
pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak
menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada
orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika
seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak
menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepadaNya
semata.
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan
manusia, maka wajib bagi setiap muslim mempelajarinya. Tauhid bukan
sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah;
bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan) Nya, dan wahdaniyah(keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar
mengenal Asma’ dan Sifat-Nya. Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah
Allah; bahkan mengakui keesaan dan kemaha-kuasaan Allah dengan meminta
kepada Allah melalui Asma’ dan Sifat-Nya. Kaum jahiliyah kuno yang
dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur,
Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. (Lihat Al Qur’an: QS.
Sad [38]: 82, QS. Luqman [31]: 25, QS. Al-Mu’minun [23]: 84-89). Namun,
15
kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat muslim, yang beriman kepada Allah.
B. Kedudukan Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini.
Pada bahasan ini akan disampaikan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah
(ibadah), karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka
yang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim namun pada kenyataannya
mereka menujukkan sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Allah.
1. Tauhid adalah Tujuan Penciptaan Manusia
Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyat [51]: 56 tentang tujuan
١٦ ع َُبي ِ َن َٰ
ِ ض َُ و ما َ ب ۡين هُ ما َل َ ٱل ُۡ ۡرۡ ٱلس ما َء َُُ َو َ َ و ما َ خل ۡقن ا
َخ َُ ذ
ِ َ ردن ا َ أ َن نتۡ ل َو َُ ُۡ أ
ۡ
ِ َُُ َ ل ۡه وا لَّتَ َخذ َٰ َن َه ُُ َُ ِمن لد َُُنا
َ َٰ َُ َ إن كُنا
َ َُ ١٧ف ِعلي ِ َن
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat
sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami
menghendaki berbuat demikian.” (QS al-Anbiya’ [21]: 16-17)
16
أ ف حس ِۡبتمۡ َُ ُُ أ ن َما َ خل ۡق َٰ َن كُمۡ عب ثا وأ نكُ َُمۡ َُ إ ِل ۡين ا
َ َُ ١١٥َل َُت ُر ُۡ جعُو َن
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al-Mu’minun [23]: 115)
ولkepada Allah Swt. rasul kepada umat manusia adalah untuk menyembah
ۡ َُ سو ًل َُ َُأ ِن
َ َُُ ٱعبد ُُُو اَٱل َل ُ عثن اَفي ِ ك ُِل َُأ َم ُُ ٖة َُ َر ۡ ق د َُۡ َُب
Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh
sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk
mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun.
3. Perilaku Bertauhid
Mengenai perilaku orang bertauhid (mengesakan
17
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa (1), Allah tempat
meminta segala sesuatu (2), (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, (3) Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS
AlIkhlash [112]: 1-4).
18
ض َُ َُ و َل َُفي ِ َُأ ِ ٱل ُۡ ۡرۡ َُ ِ َماَأ صا ب ِمن ُّم ِصيب ٖة َُفي
إن َُ َٰذَل
ِ َ نب َُ رأ ه ا ۡ ب ِمنَق ۡب ِل َُ أ ن ٖ َنفس ُُكُمۡ َُإ ِل َُ َُ َُفي ِ ِك َٰت
ِ
َ َٰ سو ا عل
ى ۡ َُل ِك ۡي َل َُ ت ۡأ٢٢ ُٞ ير َ سِ ى ٱل َل َُ َُُ ُِ ي َ ِك َُ عل
َُ ۡما َ ف ات كُم
ب ُك َل ُم ۡخت ٖال ِ و َل َُت ۡف ر ُحو ا َ ب ِما ءات َٰىَكُ مۡ َُ َوٱل َل َُُ ُُ َل
ُّ ُُ يح
َُ ٢٣َُ ور ٍ ف ُخ
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami
mewujudkan-nya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah (22) Agar
kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan
pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
(23)
" Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling bermanfaat magi
manusia lainnya” (HR. Thabrani)
19
Ibrahim [14] 35). يش ُۡ ر ُ فر ُُ َُأ نِ إن َُ َُ َُٱل َل َُُ َ َل َُي ۡغ
ِ
َ فر ُُ ما دُو ن َٰذَل ِك ل ِمنَي شا ُء َُ و
من ِ َكبۦ ِه ُِ َُ َُ وي ۡغ
ۡ
َ َُ ٤٨َ عظي ًما
ِ َ يش ُۡ ِر ۡك َُبَٱِل َل َُُ ُِ َُف ق د َُِ ٱفت
رى َُ َُُٰ َُإث ُِۡ ًما ُ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS. an-Nisa [4]: 48)
20
Jadi syirik terbagi menjadi dua macam; yaitu syirik akbar (besar):
memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal
yang merupakan hak khusus baginya. Syirik asghor (kecil: perbuatan yang
disebutkan didalam Al Qur’an dan Hadis sebagai suatu kesyirikan tetapi
belum sampai ke tingkat syirik akbar.
Adapun perbedaan di antara keduanya: Syirik akbar (besar(
menghapus semua/seluruh amal kebajikan, sedangkan syirik ashghar (kecil)
hanya menghapuskan amalan yang disertainya saja. Syirik akbar
mengakibatkan pelakunya kekal di dalam Neraka, sedangkan syirik ashghor
tidak sampai demikian. Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari
Islam, sedangkan syirik ashghor tidak menyebabkan pelakunya keluar dari
Islam. Syirik ashghor ini adalah perbuatan dosa yang paling dikhawatirkan
oleh Rosululloh sholAllahu alaihi wa sallam terhadap para shahabatnya,
padahal mereka itu adalah orang-orang sholih.
Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk
ciptaan Allah Swt. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik
kepada Allah sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa
meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk neraka
jahannam, sekalipun banyak sekali peribadatan yang telah ia kerjakan.
Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk
dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan dari perbuatan menyembah
berhala. Nabi Ibrahim mengambil pelajaran dari keadaan sebagian besar
manusia, yaitu: bahwa mereka itu adalah sebagaimana kata beliau:
21
2. Bahaya Syirik
Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah:
Pertama: syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan. Syirik menghinakan
kemuliaan, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan
manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya,
mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di
langit dan di bumi semuanya. Allah telah menjadikan manusia sebagai
penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan
martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai
Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya. Allah
Swtberfirman: ُ ُ َما في ِ َُ ب
ۡط ُون ِه ُِم هر َُ َُ ب ِه ُِ َۦ
ُ ُۡ يص
ُ
ُ و ۡٱل ُج٢٠
َُ َُُ لود َ َٰ ُ َُ ول هُم َم٢١
َ َُ ق ِم ُع ِم ۡن َُ حد ِٖيد َ َ َُ
“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat
sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang.
(Berhalaberhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak
mengetahui bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan”. (QS.
Al-Hajj: [22]: 20-21)
22
keras. Sebab mereka mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya
mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya
kecuali Allah.
َ ٱلر ۡع
ۡ ب َُ ب ِما َ أ
ش ُّ َ ب َُ ٱلذ َُِي َن َُ كف ُرو ا ِ سن ُل ُۡقي ِ َُ في ِ َُ قلُ ُو
َُ َُ ركُو ا َ بَٱِل َل َُُ ُِ ما ل مۡ َُ ينُ ِز ۡل ب ِۦه
َ َٰ مث وىَٱل
ۡ وبئ ُۡ س ۡ َ َ َٰ س ۡل
َ َُ ١٥١َُ ظلَ ِم ُِي َن ِ َُُ َُ ط نا و مأ و َٰىَه ُم َُٱلنا َ ُر ُ
Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, karena
mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka ialah
neraka. Dan (itulah) seburuk-buruk tempat ting-gal (bagi) orang-orang
zalim.
(QS. Ali-Imran [3]: 151)
23
Al-Maidah [5]: 72
ُ صل َٰ َوةَ َُ و َل َُ ت ك
ُونو َ ُمن ِيبي ِ َن إ ِل ۡي ِه َُ وٱتقَ ُوهَ َُ ُُ وأ ق ِي ُمو ا َ ٱل
قو ا دِين هُمۡ َُ وُ َُ ِم َن َُٱلذ َُِي َن َُف َر٣١ َُ ا ِم َن ۡٱل ُم ۡش ِر ِكي َن
ب َُب ِما ل ۡدي ِهمۡ َُف ِر ُحو َن ِ ۢ شي عا ُك ُّل ِح ۡز ِ كانو اُ
َ َُ ٣٢
dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta
laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah (31) yaitu orang-orang yang memecah belah
agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (32). (QS. Ar
Ruum
[30]: 31-32)
24
orang-orang dengan bantuan jin atau setan, peramalan, dukun dan tenung,
bernazar kepada selain Allah.
3. Sebab-sebab Syirik
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu
kebodohan, lemahnya iman, dan taklid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Kebodohan adalah sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat
sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab,
mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi
yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik.
Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan
berbuat syirik semakin kuat.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah lemahnya iman. Seorang
yang imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada
Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan
oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Sebab yang ketiga adalah
taklid. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena
mengikuti jejak nenek moyang mereka.
ن ز َلَل َل َُُ ُُ وإ ِل ى ماَأَ َٰ وإ ِذاَقي ِ ل ل هُمۡ َُت عال ۡو اَإ ِل
عل ۡي ِه ءاب ا ءن جدن ا ۡ حسب ُن ا ما َ و
ۡ َ الو ا
ُ سو ِل َُ َُق ُ َُ ٱلر
َ َى
ي ُۡا َ و َل َُيَ ش اؤهُمۡ َُ َل ي ۡعل ُمو ن ُ ا أ ول ۡو كا ن ءاب
ۡهت دُو َن
25
َُ ١٠٤
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang
diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah
bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).”
Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk? (QS. Al-Maidah [5]: 104).
RANGKUMAN
1. Tauhid artinya mengesakan Tuhan (Allah Swt). Tauhid adalah pemurnian
ibadah kepada Allah Swt. menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni
dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
laranganNya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-
Nya.
2. Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam, yaitu: (1) tujuan penciptaan manusia
untuk beribadah (bertauhid) hanya kepada Allah Swt, (2) tujuan diutusnya para
rasul untuk mengajak umat manusia beribadah (bertauhid) kepada Allah Swt,
dan (3) perilaku orang bertauhid adalah selalu mengesakan Allah Swt dan tidak
bergantung kecuali kepada Allah Swt.
3. Perilaku syirik merupakan perusak tauhid dan perbuatan yang tidak diampuni
oleh Allah Swt kecuali dengan tobat secara sungguh-sungguh. Syirik berarti
menyekutukan Allah secara zat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik
secara dzat adalah dengan meyakini bahwa zat Allah seperti zat makhluk-Nya.
4. Bahaya syirik meliputi: (1) merendahkan eksistensi kemanusiaan, (2) sarang
khurafat dan kebatilan, (3) kedhaliman yang paling besar, (4) sumber dari segala
ketakutan dan kecemasan, (5) membuat orang malas melakukan pekerjaan yang
bermanfaat, dan (6) pelakunya kekal dalam Neraka (kecuali di dunia sudah
tobat dengan sungguh-sungguh), dan (7) syirik dapat memecah belah umat.
TUGAS
26
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang tauhid dan perusak
tauhid kepada Allah Swt, yaitu perilaku syirik. Agar Anda dapat lebih memahami
materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 2, buatlah tabel yang membedakan
antara perbuatan yang menguatkan tauhid kepada Allah Swt dan perubahan syirik
yang merusak tauhid kepada Allah Swt. Berikut ini contoh tabelnya:
TABEL. 1
Perilaku Bertauhid dan Syirik kepada Allah Swt
No Perilaku Bertauhid Perilaku Syirik
1 Berdoa kepada Allah Meminta pertolongan kepada dukun
2 Sholat Menyembah pohon atau patung
3 dan seterusnya…
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Hubungan ilmu kalam dengan ilmu tauhid sangat erat, karena kedua disiplin
ilmu tersebut mempunyai kesamaan objek kajian, yaitu masalah .... a.
Pendekatan yang berorientasi pada keyakinan
b. Metodologi dengan dialektika dan rasional
c. Sumber rujukan seperti Al-Qur’an dan Hadis
d. Ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya
2. Seseorang yang mengakui bahwa Allah adalah Maha Pencipta segala sesuatu,
termasuk kategori tauhid… a. uluhiyah
b. rububiyyah
c. Ilmiyah
d. Sifat
3. Tauhid dapat diartikan…
a. Menyatukan
b. Menduakan
c. Menetapkan
27
d. Menentuka
4. “Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut itu’… (QS. an-Nahl
[16]: 36). Ayat ini menjelaskan bahwa tugas utama diutusnya para rasul
adalah…
a. Menyampaikan wahyu kepada umat manusia
b. Menyerukan agar manusia bertauhid kepada Allah Swt
c. Menjadi wakil Tuhan di muka bumi
d. Mengajak manusia agar memperbanyak berbuat baik
28
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 2, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
29
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
A. Ilmu Kalam
Nama lain dari Ilmu Kalam adalah Ilmu ‘Aqa>id (ilmu akidah-akidah),
Ilmu Tauhid (Ilmu tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu
pokok-pokok agama). Disebut juga 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'=
ilmu. Berarti ilmu tentang keTuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan
ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib.
Menurut Ibnu Khaldun dalam kitab “Muqadimah” mengatakan ilmu
kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan
kepercayaankeprcayaan iman dengan menggunakan dalil fikiran dan juga
berisi tentang bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai
kepercayaankepercayaan menyimpang. Ilmu berarti “pengetahuan”, sedangkan
30
Kalam berarti “pembicaraan.” Ilmu Kalam adalah pengetahuan tentang
pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan persoalan terpenting yang di
bicarakan pada awal Islam adalah tentang Kalam Allah (Al-Qur'an); apakah
azali atau non azali. Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil pikiran (dalil ‘aqli).
Dalil Naqli (Al-Qur'an dan Hadis) baru dipakai sesudah ditetapkan kebenaran
persolan menurut akal fikiran.
Ilmu kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah
tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga
lainnya ialah disiplin-disiplin keilmuan Fikih, Tasawuf, dan Falsafah. Jika Ilmu
Fikih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan
orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal lahiriah, dan Ilmu Tasawuf
membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan keagamaan yang lebih
bersifat pribadi, sehingga tekanan orientasinya pun sangat esoteristik,
mengenai hal-hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah membidangi hal-hal yang
bersifat perenungan spekulatif tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-
luasnya, maka Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi
mengenai Tuhan dan berbagai derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan
sebagai Teologia, sekalipun sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan
pengertian Teologia dalam agama Kristen, misalnya, karena itu sebagian
kalangan ahli yang menghendaki pengertian yang lebih persis akan
menerjemahkan Ilmu Kalam sebagai Teologia dialektis atau Teologia
Rasional, dan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang sangat khas
Islam.
Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai
Tuhan dan berbagai derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai
Teologia. Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran keislaman. Ilmu Kalam
menempati posisi yang cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum Muslim.
Ini terbukti dari jenis-jenis penyebutan lain ilmu itu, yaitu sebutan sebagai Ilmu
Aqa>’id (Ilmu Akidah-akidah, yakni, Simpul-simpul [Kepercayaan]), Ilmu
Tauhid (Ilmu tentang Kemaha-Esaan [Tuhan]), dan Ilmu Ushul al-Din
(Ushuluddin, yakni, Ilmu Pokok-pokok Agama).
31
Di Indonesia, terutama seperti yang terdapat dalam sistem pengajaran
madrasah dan pesantren, kajian tentang Ilmu Kalam merupakan suatu kegiatan
yang tidak mungkin ditinggalkan. Ditunjukkan oleh namanya sendiri dalam
sebutan-sebutan lain tersebut di atas. Ilmu Kalam menjadi tumpuan
pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu
simpul-simpul kepercayaan, masalah Kemaha-Esaan Tuhan, dan pokok-pokok
ajaran
32
Tabel. 2
Perbedaan Penemuan Kebenaran Antara Ilmu Kalam, Tasawuf, dan
Filsafat
33
zaman Rasulullah akhlak terpuji terwujud tanpa ilmu ilmu Akhlak dan tasawuf,
sekarang ada ilmu-ilmu akhlak dan tasawwuf tapi “miskin” akhlak terpuji”
Umat Islam terus mengisi ruang sejarah yang terus berjalan hingga
sejarah itu sendiri melahirkan beberapa persoalan yang muncul kemudian yang
harus dihadapi umat Islam, termasuk dengan munculnya persoalan-persoalan
dalam masalah teologi.
1. Masalah Status dan Nasib Pelaku Dosa Besar
Ketika Nabi Muhammad saw, masih hidup, semua persoalan agama
dapat ditanyakan kepada beliau secara langsung. Jawaban dari persoalan
tersebut dapat diperoleh secara langsung dari Rasulullah saw. Para sahabat
dan kaum muslimin percaya dengan sepenuh hati, bahwa apa yang diterima
dan disampaikan oleh Nabi adalah berdasarkan wahyu Allah. Dengan
demikian, tak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya.
Dalam masalah akidah atau teologi, umat Islam pada masa Nabi saw,
tidak terjadi perpecahan atau pengelompokan. Mereka semua bersatu dalam
masalah akidah sampai pada masa dua kepemimpinan khulafaur rasyidin,
yakni pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakur As-Siddiq dan Khalifah
Umar bin Khattab. Karena pada masa setelahnya umat Islam telah terusik
nafsunya untuk mengambil pemahaman secara sepihak menurut versi
kelompoknya dalam masalah agama termasuk persoalan akidah atau teologi
yang dalam agama Islam merupakan ajaran yang pokok.
Persoalan teologi dalam umat Islam memang bukan merupakan
persoalan yang muncul sebagai persolan teologis. Namun persoalan-pesoalan
teologi dalam umat Islam muncul dikarenakan isu persoalan politik yang
melahirkan persistiwa pembunuhan Usman bin Affan sebagai khalifah umat
Islam yang sah pada watu itu. Dalam peristiwa pembunuhan tersebut yang
terlibat langsung adalah umat Islam. Ternyata, persoalan pertama yang
muncul dalam Islam justru persoalan politik yang kemudian melahirkan
persoalan teologi, jadi persoalan teologi lahirnya dibidani oleh persoalan
politik.
34
Ketika Nabi saw. wafat, yang terpikir didalam kalangan umat (para
sahabat) adalah siapa pengganti Rasulullah saw.? kemudian berlanjut sampai
khalifah Usman yang terbunuh merupakan titik awal lahirnya permasalahan
teologi yang dipertentangkan. Dari peristiwa pembunuhan Usman yang
menjadi permaslahan adalah dosa apa yang telah diperbuat olehnya, sahabat
usman memimpin umat selama 12 tahun. Pada 6 tahun pertama situasi
ekonomi umat cukup stabil, dan 6 tahun kedua terjadilah instabilitas ekonomi
umat islam pada saat itu sehingga sahabat Usman mengeluarkan kebijakan
untuk mengangkat para pejabat negaranya yang berlatar belakang praktisi
ekonomi (saudagar) dengan harapan agar rekaperi ekonomi umat dapat segera
diwujudkan, ketepatan saja para saudagar yang diangkat Usman tersebut
adalah masih kerabat Usman, beliau berharap (berijtihad) dengan diangkatnya
saudaranya, Usman dengan mudah komunikasi dan kerja sama untuk
mengatasi kemelut ekonomi pada saat itu, namun sayang memang ijtihad
yang dilakukan oleh Usman meleset bahkan banyak banyak sekali aset negara
yang dipribadikan sehingga lawan politiknya menuding Usman telah
mengambil kebijakan politik ”Nepotisme” sehingga keadaan ini memicu
munculnya demontrasi yang sangat besar dan masif yang berakhir dengan
terbunuhnya beliau. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana dosa bagi
orang-orang yang membunuh beliau? Peristiwa pembunuhan itu sebenarnya
merupakan peristiwa politik, yakni sebagai tanggapan terhadap kebijaksanaan
pemerintahan yang dijalankan pada waktu itu.
Pembicaraan masalah dosa tersebut semakin meningkat ketika terjadi
perebutan kekuasaan antara Ali dan Muawiyah dengan keputusan akhir
adanya arbitrase (tahkim) mereka yang setuju terhadap tahkim
berpendirian bahwa baik kelompok Ali atau kelompok muawiyah
keduanya adalah keluarga besar Islam oleh karena itu mereka menggunakan
ayat tahkim “apabila terjadi perselisihan kedua bela pihak yang sulit
diselesaikan maka kedua belah fihak hendaklah menunjuk juru runding”
sementara Kelompok yang tidak setuju (Khawarij) adanya arbitrase,
berpendirian bahwa orang terlibat dalam persolan arbitrase, seperti Ali bin
35
Ali Thalib, Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al Asy’ary dan lain-lain,
dianggap kafir, karena telah mengambil hukum yang tidak berdasarkan Al-
Qur’an.
Khawarij menyikapi Muawiyah dan kelompoknya adalah kaum
bughat (kelompok pembangkang terhadap otoritas Khalifah). Oleh karena itu
untuk menyikapi kelompok ini harusnya menggunakan dalil QS. al-Hujurat
[49]: 9, jika tidak berarti mereka tidak berhukum dengan menggunakan
hukum Allah, karena Allah berfirman di dalam QS. Al-Maidah [5]: 44,
ٓ
ِ … َو َمن ۡلم ََ ي َح َۡ ُكم ِبم ََآ أنَزَ َل ٱل َّل ُ فأ َ ُو َّٰلئ َ ِك ََ ه ُمَُ ۡٱل َّٰ َك
٤٤ َفرَُ و ن
Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir. (QS. Al-Maidah [5]: 44)
36
ucapan la hukma illa lillah (Tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau
barang siapa yang tidak memakai hukum Allah adalah kafir.
2. Persoalan Kafir dalam Aliran Teologi Islam
Pengertian kafir semakin berkembang tidak hanya pada orang yang
tidak menentukan hukum berdasarkan Al-Qur’an tetapi juga kepada orang
yang berbuat dosa besar. Persoalan dosa besar mempunyai pengaruh besar
dalam pertumbuhan teologi selanjutnya. Persoalan ini berdampak negatif
terhadap persaudaraan dan persatuan umat islam, hal ini menimbulkan tiga
aliran teologi dalam Islam.
Pertama, aliran Khawarij tokoh utama aliran ini adalah Abdullah al
Rasibi atau Abdullah ar Rasyidi, berpendapat bahwa orang yang berdosa
besar adalah kafir. Artinya keluar dari Islam (murtad) karena itu ia wajib
dibunuh. Kedua, aliran Murji’ah tokoh aliran ini adalah Aabdullah bin umar,
Abu Hurairah dan lain-lain yang menegaskan bahwa orang yang berdosa
besar tetap mukmin, bukan kafir. Adapun dosa yang dilakukannya terserah
kepada Allah untuk diampuni atau tidak.
Ketiga, aliran Mu’tazilah tokoh aliran ini adalah Washil bin atho,
kaum ini tidak setuju dengan pendapat-pendapat diatas. Baginya orang yang
berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin. Orang yang melakukan
dosa besar mengambil posisi antara mukmin dan kafirakan tetapi fasiq.
Dalam teologi Mu’tazilah terkenal dengan paham/istilah Manzilah baina al
Manzilataini. Fasiq adalah gelar yang pantas diberikan kepada pendosa atau
bagi penikmat dosa yang tersebut dalam al Qur an, karena gelar al-Mukmin
adalah salah satu nama-nama indah milik Allah yang pantas hanya diberikan
kepada orang-orang terpuji saja yang sudah benci pada perbuatan dosa seperti
ia benci apabila dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi ia juga tidak boleh
diberi gelar kafir karena pendosa itu masih percaya kepada kebenaran ajaran
yang dibawa oleh Rasulullah seperti ia masih bersyahadat atau shalat.
Keempat, aliran ‘Asy’ariah tokoh pendiri aliran ini adalah Abu
Hasan al-‘Asy’ari dan Maturidiyah tokoh pendiri aliran ini adalah Abu
Manshur al-Maturidi, berpendapat apabila perbuatan dosa itu berkaitan
37
dengan keyakinan seperti mereka berpendapat bahwa Allah tidak ada, atau
malaikat tidak ada, surga tidak ada, shalat tidak wajib dan lain-lain maka
berakibat bagi pelakunya rneyandang gelar kafir, tapi apabila perbuatan dosa
tersebut berkaitan dengan perbuatan seperti meninggalkan solat, zakat dan
lain-lain maka berakibat bagi pelakunya menyandang gelar “Mukmin ‘Ashi”
menurut ‘Asy’ariah dan bergelar “Mukmin Fasiq” bagi Maturidiyah. (lebih
lanjut pembahasan ini lebih detail dikaji dalam aliran-aliran ilmu Kalam)
RANGKUMAN
1. Ilmu Kalam disebut juga ilmu ‘Aqa>id (ilmu akidah-akidah), ilmu Tauhid (Ilmu
tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok agama).
Ilmu Kalam juga disebut 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'= ilmu. Berarti
ilmu tentang keTuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam
termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib.
2. Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) kebenaran sejati
(Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati
beberapa jalan yaitu: maqa>ma>t, ha>l (state) kemudian fana'.
3. Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa kebenaran ajaran agama melalui
penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis)
4. Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada
(wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperimen.
Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal,
integral, dan universal.
5. Teologi Islam atau ilmu kalam sebagai disiplin ilmu pengetahuan, baru muncul
sekitar abad ke-3 Hijrah. Hal ini sama sekali bukan berarti aspek akidah atau
teologi tidak mendapat perhatian dalam ajaran Islam atau ilmu-ilmu keIslaman,
bahkan sebaliknya dalam agama Islam aspek akidah merupakan inti ajarannya
38
6. Khawarij tokoh utama aliran ini adalah Abdullah al Rasibi atau Abdullah ar
Rasyidi, berpendapat bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, artinya
keluar dari Islam (murtad) karena itu ia wajib dibunuh
7. Murji’ah tokoh aliran ini adalah Abdullah bin umar, Abu Hurairah dan lainlain
yang menegaskan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin, bukan kafir.
Adapun dosa yang dilakukannya diserahkan kepada Allah untuk diampuni atau
tidak.
8. Mu’tazilah tokoh aliran ini adalah Washil bin Atho, berpendapat bahwa orang
yang berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin. Orang yang
melakukan dosa besar mengambil posisi antara mukmin dan kafir akan tetapi
fasiq (Manzilah baina Manzilatain).
9. Asy’ariah tokoh pendiri adalah Abu Hasan al-‘Asy’ari dan Maturidiyah tokoh
pendiri adalah Abu Manshur al-Maturidi, berpendapat apabila perbuatan dosa
itu berkaitan dengan keyakinan maka kafir, tapi apabila perbuatan dosa tersebut
berkaitan dengan perbuatan seperti meninggalkan solat, zakat dan lain-lain
maka berakibat bagi pelakunya menyandang gelar “Mukmin ‘Ashi” menurut
‘Asy’ariah dan bergelar “Mukmin Fasiq” bagi Maturidiyah.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Ilmu Kalam,
hubungan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf, dan filsafat khususnya tentang
penemuan kebenaran, dan sejarah munculnya ilmu kalam. Agar Anda dapat lebih
memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel yang
menjelaskan tentang perbedaan pendapat tentang dosa besar yang disampaikan oleh
Asy’ariyah, Maturidiyah, Mu’tazilah, dan Khawarij.
39
TABEL. 3 PELAKU DOSA BESAR
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Ilmu yang membahas masalah ketuhanan dengan menggunakan dalil-dalil naqli
dan dalil-dalil aqli/ logika (filsafat) adalah pengertian.... a. ilmu kalam
b. ilmu tauhid
c. ilmu tasawuf
d. ilmu makrifat
2. Hubungan ilmu kalam dengan ilmu tauhid sangat erat, karena kedua disiplin
ilmu tersebut mempunyai kesamaan objek kajian, yaitu masalah .... a.
Pendekatan yang berorientasi pada keyakinan
b. Metodologi dengan dialektika dan rasional
c. Sumber rujukan seperti Al-Qur’an dan Hadis
d. Ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya
3. Persoalan yang pertama muncul dalam sejarah aliran-aliran dalam ilmu kalam
adalah…
a. Agama
b. Persoalan politik
c. Penafsiran
d. Peperangan
40
4. Pandangan bahwa orang yang melakukan dosa besar dikategorikan sebagai
kafir dikemukakan oleh … a. Khawarij
b. Mu’tazilah
c. Asy’ariah
d. Jabbariah
5. Kebenaran yang diperoleh melalui mata hati (intuisi) bahkan sampai pada level
tersingkapnya tirai ketuhanan merupakan kebenaran ilmu… a. Kalam
b. Filsafat
c. Tasawuf
d. Fikih
41
KEGIATAN BELAJAR 4: ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM
42
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
43
berbagai Aliran-Aliran teologi lainnya. Dan dalam perkembangannya telah
banyak melahirkan berbagai Aliran teologi yang masing-masing mempunyai
latar belakang dan sejarah perkembangan yang berbeda-beda.Berikut ini akan
dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan Aliran tersebut berikut
pokok-pokok pikiran nya masing-masing.
1. Aliran Khawarij
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakan
Aliran pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar
Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang
yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para jema’ah, baik ia
keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara
baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja”
yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari
barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah
yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk Allah di samping
itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata
harura, nama suatu tempat dekat Kufah, yang merupakan tempat mereka
menumpahkan rasa penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib yang mau
berdamai dengan Mu’awiyah.
Kelompok khawarij merupakan bagian dari kelompok pendukung
Ali bin Abi Thalib yang memisahkan diri, karena sikap Ali bin abi Thalib
yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan
perselisihan dan konfliknya dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan, gubernur
Syam, pada waktu perang Siffin.
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu
merupakan penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-
Qur’an, tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak
Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir. Dengan demikian, orang
yang melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini
selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh
44
pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi
Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat
membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang
berhasil terbunuh ditangan mereka.
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah: (1) Abdullah
bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di
Harura (pimpinan Khawarij pertama), (2) Urwah bin Hudair, (3) Mustarid
bin sa’ad, (4) Hausarah al-Asadi, (5) Quraib bin Maruah, (6) Nafi’ bin
alazraq (pimpinan al-Azariqah), (7) Abdullah bin Basyir, (8) Zubair bin Ali,
(9) Qathari bin Fujaah, (10) Abd al-Rabih, (11) Abd al Karim bin ajrad, (12)
Zaid bin Asfar, (13) Abdullah bin ibad. Sedangkan sekte-sekte yang
berkembang pada aliran Khawarij adalah: (1) Al-Muhakkimah, (2)
AlAzariqah, (3) Al-Najdat, (4) Al-baihasyiah, (5) Al-Ajaridah, (6) Al-
Sa’Alibah, (7) Al-Ibadiah, (8) Al Sufriyah.
45
g. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim
(Arbitrase).
2. Aliran Murji’ah
Ajaran-ajaran dalam Murji’ah sebagai berikut:
a. Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati
b. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir.
c. Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat
syahadat.
d. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat.
3. Aliran Mu’tazilah
Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata i’tizal” yang artinya
“memisahkan diri”, pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar
Mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin Atha’, tidak sependapat dan
memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan
selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di
gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.
Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan
kedua hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun
sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah
yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri atau besikap
netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya
perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat
yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk
menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Di sisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah di
atas tidaklah sama dan tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir
akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua muncul karena didorong oleh
persoalan aqidah. Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil
bin Atha’ lah yang menjadi salah satu aliran teologi dalam islam.
Di antara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mu’tazilah yaitu:
46
(1) Washil bin Atha’, (2) Abu Huzail al-Allaf, (3) Al Nazzam, dan (4) Al-
Jubba’i. Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang dirumuskan oleh
Abu Huzail al-Allaf :
a. Tauhid (keesaan Allah)
b. Al-‘Adl (keadilan Tuhan)
c. al-Wa’d wa al-Wa’id (janji dan ancaman)
d. al-Manzilah baina al-Manzilatain (posisi di antara posisi)
e. Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar.
4. Ahlussunah Wal-Jamaah
Ahlussunnah berarti pengikut sunnah Nabi Muhammad Saw. dan
Jamaah berarti sahabat Nabi. Jadi Ahlussunnah wal Jama’ah mengandung
arti “penganut sunnah Nabi dan para sahabatnya. Ahlussunnah sering juga
disebut dengan Sunni. Aliran Sunni dibedakan menjadi dua pengertian,
yaitu khusus dan umum. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan
kelompok Syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah, Asy’ariyah,
Maturudiyah masuk kategori Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah
mazhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan
Mu’tazilah.
Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah
munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang
menentang ajaranajaran Mu’tazilah. Tokoh utama yang juga merupakan
pendiri mazhab ini adalah Abu al Hasan al Asy’ari dan Abu Mansur al
Maturidi.
Adapun ajaran Abu al Hasan al Asy’ari (aliran ‘Asy’ariyah) sebagai
berikut:
a. Sifat-sifat Tuhan. Tuhan memiliki sifat-sifat sebagaiman disebut
AlQur’an, seperti sifat azali, Qadim, dan berdiri di atas zat Tuhan.
Sifatsifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
b. Al-Quran adalah Qadim dan bukan makhluk yang diciptakan Allah
c. Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di Akhirat kelak.
47
d. Perbuatan Manusia diciptakan Tuhan, bukan diciptakan oleh manusia
itu sendiri.
e. Antrophomorphisme
f. Keadlian Tuhan, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di Akhirat. Sebab semua itu marupakan
kehendak mutlak Tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas segalanya.
g. Muslim yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat di akhir hidupnya
tidaklah kafir dan tetap mukmin.
Adapun pokok ajaran Abu Manshur Al-Maturidi (aliran
Maturudiyah) sebagai berikut:
a. Maturudiyah sependapat dengan ‘Asy’ariyah tentang sifat-sifat Tuhan
b. Perbuatan manusia sebenarnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri,
dan bukan merupakan perbuatan Tuhan.
c. Maturudiyah sependapat dengan ‘Asy’ariyah tentang Al Quran
d. Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
e. Maturudiyah sependapat dengan ‘Asy’ariyah tentang muslim yang
berbuat dosa.
f. Janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu merupakan janji Tuhan yang
tidak mungkin diingkari.
g. Antrophomorphisme.
48
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan para mutakallimin ini
kemudian terbentuk aliran-aliran/paham dalam persoalan teologi. Aliran-aliran
teologi yang muncul berangkat dari latar belakang persoalan-persoalan tersebut
sebagaimana uraian berikut.
1. Jabariyah
Aliran Jabariyah memahami bahwa manusia tidak berkuasa atas
perbuatannya. Hanya Allah sajalah yang menentukan dan memutuskan
segala amal perbuatan manusia. Semua amal perbuatan itu adalah atas
qudrat dan iradat-Nya. Manusia tidak mempunyai otoritas sama sekali
dalam mewujudkan perbuatannya (Ijbari).
Dalam paham jabariyah, perbuatan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan sering digambarkan bagai bulu ayam yang diikat dengan tali
dan digantungkan di udara. Kemana angin bertiup kesanalah bulu ayam itu
terbang. Ia tidak mampu menentukan dirinya sendiri, tetapi terserah angin.
Apabila perbuatan manusia diumpamakan sebagai bulu ayam, maka angin
itu adalah Tuhan yang menentukan ke arah mana dan bagaimana perbuatan
manusia itu dilakukan. Bagi Jabariyah hanya satu hakikat wujud perbuatan
itu, kalau ada dua perbuatan dalam tingkat hakikat berarti ada dua hakikat
perbuatan, dan menurut Jabariyah, hal ini akan berakibat pada perbuatan
syirik. Jabariyah berpendapat bahwa hakikat wujud perbuatan manusia
adalah perbutan Allah.
Dalam aliran Jabariyah, manusia sering diumpamakan seperti
wayang yang tidak berdaya. Mau bergerak seperti apa pun terserah dalang.
Dalang bagi manusia adalah “Tuhan”. Paham Jabariyah adalah paham
yang dikemukakan oleh Jahm bin Shafwan, tokoh utama Jabariyah. Aliran
ini kadang disebut dengan Jahamiyah. Paham ini sebenarnya hanya cocok
bagi kelompok minoritas manusia yang sudah dalam tingkat “Haqq
alYaqin” yang sudah terbuka hijab tabir Tuhan, dan bisa salah paham bila
dipahami oleh masyarakat awam.
2. Qadariyah dan Mu’tazilah
Kelompok aliran Qodariah dan Mu tazilah berpendapat bahwa
49
Allah swt. telah membekali manusia sejak lahir dengan qudrat dan
iradatNya, yaitu kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya sendiri
dengan akal dan ajaran agama sebagai pedoman. Manusia dan jin adalah
makhluk Allah yang diberi kebebasan untuk menentukan perbuatannya.
Karena manusia bebas, merdeka, dan memiliki kemampuan mewujudkan
perbuatannya, maka harus mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut
di hadapan Allah swt. Jika melakukan yang baik, maka akan mendapat
balasan berupa nikmat dan karunia yang besar. Sebaliknya, jika banyak
berbuat jahat maka akan disiksa. Karena perbuatan itu diciptakan dan
diwujudkan oleh manusia sendiri, wajar dan adil kalau Tuhan menyiksa
atau member pahala.
50
Jabariyah dan Qadariyah (Mu’tazilah). Asy’aryah menggunakan teori
“alKasb” dalam menggambarkan perbuatan manusia dalam kaitannya
dengan perbuatan Tuhan. Menurut Asy’ariyah, perbuatan manusia adalah
proses sintesa (perpaduan) antara energi sebagai ciptaan dan wujud
kehendak Allah dengan kehendak manusia dalam mewujudkan
perbuatannya.
C. Sifat-Sifat Tuhan
Persoalan lain yang muncul dalam toelogi Islam adalah tentang sifat
Tuhan. Para Mutakallimin (ahli Ilmu Kalam) dalam membahas persoalan ini
terbagi menjadi dua golongan berlawanan, yaitu Mu’tazilah dan ‘Asy’ariyah.
1. Mu’tazilah
Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Allah
Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Mengetahui, dan lain sebagainya itu
bukanlah sifat Allah akan tetapi Zat Allah. Mu’tazilah berargumen bahwa
jika Tuhan mempunyai sifat dan Zat Tuhan berarti Allah tersusun, jika
demikian maka yang bersifat kekal bukan satu, tetapi banyak. Jika Tuhan
itu mempunyai sifat-sifat maka akan menyebabkan paham “banyak yang
kekal” (ta’adud al-qudama’) yang dapat melahirkan paham syirik
(polytheisme).
Menurut Mu’tazilah, Tuhan itu Esa, tidak mempunyai sifat-sifat
sebagaimana pendapat aliran lain. Apa yang dipandang sebagai sifat dalam
pendapat aliran lain, bagi Mu’tazilah tidak lain adalah Zat Allah sendiri.
Untuk menyucikan keesaan Tuhan, aliran Mu’tazilah menafikan sifat-sifat
bagi Tuhan. Dengan cara demikian, golongan Mu’tazilah mengklaim
dirinya sebagai golongan Ahlut Tauhid wal’Adil. Allah itu benar-benar Esa
tanpa ditambah apa-apa.
51
2. ‘Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah membahas masalah sifat-sifat Tuhan dengan
mengambil sikap berlawanan dengan pendapat Mu’tazilah. Aliran
Asy’ariyah sependapat dengan Maturidiyah bahwa Tuhan mempunyai
sifatsifat. Sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan yang terdapat dalam
esensi Tuhan. Sifat-sifat Allah tak terhingga jumlahlah. Ibarat matahari
dengan sinarnya, sinar matahari bukanlah matahari akan tetapi sinar tersebut
tidak di luar matahari. Antara Zat dan sifat Tuhan merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan.
RANGKUMAN
1. Khawarij berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar, yaitu keluar dari
barisan Ali bin Abi Thalib karena menerima tahkim (arbitrase) dalam
penyelesaian konfliknya dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan pada waktu perang
Siffin. Doktrin-doktrin Khawarij adalah (1) Muslim melakukan dosa besar
adalah kafir dan harus dibunuh, (2) Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat
dan tidak harus keturunan Arab, (3) Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi
masa khalifah Usman r.a dianggap telah menyeleweng, dan Khalifah Ali juga
dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim, dan lain-lain.
2. Doktrin-doktrin Murji’ah adalah (1) iman hanya membenarkan di dalam hati,
(2) Muslim yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir, (3) Muslim
tetap mukmin selama mengakui dua kalimat syahadat, dan (4) hukum terhadap
perbuatan manusia ditangguhkan hingga hari Kiamat.
3. Mu’tazilah berasal dari kata i’tizal” yang artinya “memisahkan diri”, yaitu
Washil bin Atha’ (pendiri Mu’tazilah) tidak sependapat dan memisahkan diri
dari gurunya, Hasan al-Bashri. Doktrin utama Mu’tazilah adalah (1) tauhid, (2)
52
Keadilan Tuhan, (3) Janji dan Ancaman, (4) al-Manzilah baina al-Manzilatain,
dan (5) Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
4. Ahlussunnah berarti pengikut sunnah Nabi Muhammad Saw. dan Jamaah
berarti sahabat Nabi. Jadi Ahlussunnah wal Jama’ah mengandung arti
“penganut sunnah Nabi dan para sahabatnya. Ahlussunnah sering juga disebut
dengan Sunni. Asy’ariyah dan Maturudiyah masuk kategori Sunni.
5. Aliran Jabariyah memahami bahwa manusia tidak berkuasa atas perbuatannya.
Hanya Allah sajalah yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan
manusia. Semua amal perbuatan itu adalah atas qudrat dan iradat-Nya. Manusia
tidak mempunyai otoritas sama sekali dalam mewujudkan perbuatannya
(Ijbari).
6. Aliran Qodariah dan Mu tazilah berpendapat bahwa Allah swt. telah membekali
manusia sejak lahir dengan qudrat dan iradat-Nya, yaitu kemampuan untuk
mewujudkan perbuatannya sendiri dengan akal dan ajaran agama sebagai
pedoman.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang mengidentifikasi
aliran-aliran dalam Ilmu Kalam (Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, ‘Asy’ariyah,
Maturudiyah) serta pandangan Jabariyah dan Qadariyah terhadap perbuatan
manusia. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan
Belajar 4, buatlah tabel yang menjelaskan perbedaan antara aliran-aliran dalam Ilmu
Kalam dalam menghukum dosa besar dan perbuatan manusia:
TABEL. 4 Aliran-Aliran dalam Ilmu Kalam
No al-Asma>’ Dosa Besar Perbuatan Manusia
alH}usna
1 Khawarij
2 Mu’tazilah
3 Murji’ah
4 ‘Asy’ariyah
5 Maturudiyah
53
TES FORMATIF 4
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam Al-Qur’an, kemudian
sifatsifat itu bukanlah zat Tuhan dan bukan pula lain dari zatnya. Pendapat ini
dikemukakan oleh: a. Khawarij
b. Murji’ah
c. Mu’tazilah
d. ‘Asy’ariyah
2. Khawarij dapat dipandang sebagai cikal bakal aliran ... dalam agama Islam.
a. Radikal
b. Moderat
c. Rasional
d. Islami
3. Arif seorang siswa kelas III MAN yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian
Nasional (UN), sehingga dia semakin rajin dalam belajar dan berdoa kepada
54
Allah SWT. Sikap Ahmad tersebut mencerminkan ajaran… a.
Pasrah
b. Takdir
c. Ikhtiar
d. Jabariyah
4. Khawarij pada awalnya merupakan komunitas setia Ali bin Abi Thalib, tetapi
belakangan meninggalkan Ali, karena…
a. ‘Ali kalah dalam perang Shiffien
b. ‘Ali menerima putusan bahwa dia dicopot dari jabatannya sebagai
khalifah serta Mu’awiyah tetap menjawab sebagai Gubernur.
c. ‘Ali mengusir mereka
d. Semua benar
5. Antrophomorphisme artinya…
a. Menyerupakan manusia dengan Tuhan
b. Menyerupakan Tuhan dengan manusia
c. Mensejajarkan Tuhan dengan makhluknya
d. Paham/ajaran untuk mengikuti manusia
55
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 3, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah peta
konsep dari materi Ilmu Kalam yang meliputi tema Akidah Islam, Ilmu Tauhid, Ilmu
Kalam, dan Aliran-Aliran dalam Ilmu Kalam disertai konsep-konsep kunci dalam
materi Ilmu Kalam.
TES SUMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Yang bukan termasuk ruang lingkup kajian Akidah dan Akhlak adalah…
a. Syariah
b. Kisah-kisah teladan
c. Tasawuf
d. Akhlak tercela
2. Keyakinan yang menyatakan bahwa semua perbuatan manusia akan
mendapatkan balasan dari Allah. Hal ini menunjukkan salah satu prinsip akidah
islam yaitu…..
a. Allah Maha Bijaksana
56
b. Allah Maha Adil
c. Allah Maha Pengampun
d. Allah maha pengasih
3. Akidah Akhlak juga terkait dengan disiplin ilmu lain diantaranya sejarah, hal
ini tampak dalam pembahasan materi akidah akhlak terkait dengan ilmu.. a.
Tauhid
b. Fikih
c. Filsafat
d. Kalam
57
a. Ajarannya hanya tepat untuk masyarakat yang berpikirnya sederhana
b. Ajarannya lebih banyak menggunakan tradisi
c. Ajarannya didasarkan kepada al-Qur’an dan Hadis kemudian diperkuat
dengan akal
d. Asya’ari tidak menggunakan logika dalam agama.
8. Pendapat Asy‘ariah mengenai pelaku dosa adalah.…
a. Bila berkaitan dengan keyakinan maka ia menjadi kafir tapi bila berkaitan
dengan perbuatan atau ucapan ia tetap mukmin ‘ashi
b. Ia tetap menjadi mukmin fasiq.
c. Ia bukan mukmin dan bukan kafir
d. Ia tetap mukmin dan muslim
9. Pendapat Mu’tazilah terhadap pelaku dosa adalah ia berhak menyandang
gelar.…
a. Mukmin Fasiq
b. Mukmin Ashi
c. Kafir
d. Fasiq [ tidak mu’min dan tidak kafir]
10. Pandangan yang menyatakan bahwa seluruh perbuatan manusia adalah
perbuatan Tuhan dikemukakan oleh aliran… a. Jabariah
b. Qadariah
c. Asy’ariah dan Maturidiah
d. Syi’ah
11. Pendekatan rasional filosofis dapat digunakan dalam pembelajaran Akidah
Akhlak khususnya dalam pembahasan masalah…. a.
Akhlak
b. Kisah kisah teladan
c. Ilmu kalam
d. Asmaul husna
12. Keadilan Tuhan merupakan salah satu prinsip ajaran dari teologi…
a. Mu’tazilah
58
b. Maturidiyah
c. Khawarij
d. Asy’ariyah
13. Kontak senjata antara pasukan Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Muawiyah
berhenti setelah adanya tahkim. Dari peristiwa tahkim ini muncullah tiga aliran
besar dalam teologi Islam yaitu:
a. Jabariyah-mu’tazilah-syi’ah
b. Syi’ah-khawarij-murji’ah
c. Khawarij-Murji’ah-Mu’tazilah
d. Mu’tazilah-khawarij-Jabariyah
14. Penggagas formula sifat wajib Allah yang berjumlah 20 adalah:
a. Abu Hasan Al-Asy’ari
b. Al-Mu’tazily
c. Ma’bad Al-Juhany
d. Imam Hambali
15. Aliran Mu’tazilah dikenal sebagai aliran rasional dalam ilmu kalam, artinya
Mu’tazilah…
a. banyak menggunakan akal ketika bicara
b. meninggalkan ayat-ayat al-Qur’an
c. selalu menggunakan logika dalam mempertahankan keyakinan agama.
d. melarang pengikutnya untuk menjadikan al-Qur’an sebagai sumber
kebenaran
59
KUNCI JAWABAN
60
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF
1. A
2. B
3. D
4. C
5. A
6. D
7. C
8. A
9. D
10. A
11. C
12. A
13. B
14. A
15. C
DAFTAR PUSTAKA
61
Abdullah, M. Amin, Studi Agama; Normativisme dan Historisitas, (Yokyakarta,
Pustaka Pelajar, 1996)
Al-Asy’ari, Abdurrahman, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz
(QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat,
Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014.
Ali, Maulana Muhammad, Islamologi (Dinul Islam), (terj.) R. Kaelan dan HM
Bachrun, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980.
Azhari, Kautsar Noer, Tasawuf Perenial, (Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2002)
Hamka, Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas,
1994)
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI UMY-Pustaka Pelajar, 2006)
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang,
1998)
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press), 1985.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000),
Shihab, M. Quraish, Yang Hilang dari Kita: Akhlak, (Tangerang: Lentera Hati,
2016)
Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2004)
Wahyudi, Yudian, Islam dan Nasionalisme Sebuah Pendekatan Maqashid
Syari’ah, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006)
62
GLOSARIUM
Akidah Kepercayaan yang diyakini kebenarannya oleh seseorang yang
mempengaruhi (mengikat) cara ia berfikir, berucap dan berbuat
Iman Percaya dengan sepenuh hati
Islam Aslama-yuslimu-isla>m-sala>m atau sala>mah, yaitu tunduk
kepada kehendak Allah Swt. agar mencapai sala>m/sala>mah
(keselamatan atau kedamaian) di dunia dan Akhirat. Prosesnya
disebut Islam dan pelakunya disebut muslim.
Ihsan Ahsana, yahsinu, ihasanan, berarti berbuat puncak kebaikan atau
puncak berbuat kebajikan
Tauhid Mengesakan Tuhan (Allah Swt).
Syirik Menyekutukan Allah secara zat, sifat, perbuatan, dan ibadah
Ilmu Kalam 'Theos'= Tuhan; 'Logos'= ilmu. Ilmu Kalam berarti ilmu tentang
(Teologi ketuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam
Islam) termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib
Khawarij “Kharaja” yang berarti keluar, yaitu keluar dari barisan Ali bin
Abi Thalib karena menerima tahkim (arbitrase) dalam
penyelesaian konfliknya dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan
pada waktu perang Siffin.
Mu’tazilah Kata i’tizal” yang artinya “memisahkan diri”, yaitu Washil bin
Atha’ (pendiri Mu’tazilah) tidak sependapat dan memisahkan
diri dari gurunya, Hasan al-Bashri
Ahlussunnah Ahlussunnah berarti pengikut sunnah Nabi Muhammad Saw.
Wal Jamaah dan Jamaah berarti sahabat Nabi. Jadi Ahlussunnah wal Jama’ah
mengandung arti “penganut sunnah Nabi dan para sahabatnya
63
No. Kode: ....../2018
Penulis:
Dr. Sangkot Sirait, M.Ag
1
DAFTAR ISI
MODUL 6: ILMU TASAWUF
PENDAHULUAN Hal
..……………………………………………………...
Rasional dan Deskripsi Singkat………………………………………. 3
Relevansi ……..………………………………………………………. 3
Petunjuk Belajar………………………………………………………. 4
KEGIATAN BELAJAR 1: Akhlak 5
Islam……………………………….
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 5
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 5
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 5
Uraian Materi………………………………………………………… 6
Rangkuman…………………………………………………………… 21
Tugas…………………………………………………………………. 22
Tes Formatif 1……………………………………………………….. 22
KEGIATAN BELAJAR 2: Ilmu 24
Tasawuf………………………………
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 24
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 24
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 24
Uraian Materi…………………………………………………………. 25
Rangkuman…………………………………………………………… 36
Tugas………………………………………………………………….. 37
Tes Formatif 2……………………………………………………….. 38
KEGIATAN BELAJAR 3: Aliran dalam Ilmu 40
Tasawuf………………
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 40
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 40
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 40
Uraian Materi………………………………………………………… 41
Rangkuman…………………………………………………………… 49
Tugas…………………………………………………………………. 50
Tes Formatif 3……………………………………………………….. 51
KEGIATAN BELAJAR 4: Tarekat dalam 53
Tasawuf…………………….
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 53
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 53
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 53
Uraian Materi…………………………………………………………. 54
[Type here]
Rangkuman…………………………………………………………… 59
Tugas…………………………………………………………………. 60
Tes Formatif 4……………………………………………………….. 61
TUGAS AKHIR 63
…………………………………………………………
TES SUMATIF 63
………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 69
GLOSARIUM………………………………………………………… 71
…
PENDAHULUAN
Dalam Modul 6 ini Anda kami ajak untuk mempelajari tentang Ilmu
Tasawuf yang meliputi beberapa tema, yaitu Akhlak Islam, Ilmu Tasawuf,
Aliranaliran dalam Ilmu Tasawuf, dan Tarekat dalam Tasawuf. Modul ini bertujuan
agar Anda memiliki kompetensi yang berkaitan dengan Ilmu Tasawuf sebagai
bagian penting dari Akidah Akhlak. Tasawuf masuk wilayah kajian akhlak karena
ilmu ini lebih menekankan pembentukan akhlak kepada Allah, sesama manusia, dan
alam sekitarnya. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda dapat:
1. Menghayati keyakinan dan akhlak kepada Allah Swt
2. Menampilkan perilaku yang menunjukkan akhlak kepada Allah Swt.
3. Mengindentifikasi aliran-aliran yang berkembang dalam kajian ilmu tasawuf.
4. Mengidentifikasi aliran-aliran tarekat yang berkembang dalam kajian tasawuf
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, ilmu Tasawuf merupakan perkara penting,
karena ini berkaitan tentang bagaimana berakhlak kepada Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Kajian ilmu tasawuf dalam modul ini meliputi konsep akhlak Islam,
ilmu Tasawuf, aliran-aliran dalam ilmu Tasawuf, dan Tarekat dalam kajian ilmu
tasawuf.
3
Kajian tentang ilmu Tasawuf akan memberikan pandangan tentang
bagaimana berakhlak kepada Allah Swt, yang akhirnya berdampak pada akhlak
kepada manusia dan semua makhluk di alam ini. Fokus kajian ilmu tasawuf
bagaimana seseorang dapat menghayati Tuhannya dalam tahap-tahap (maqa>mat
dan ahwa<l untuk memperoleh pengalaman beragama yang semakin dekat dengan
Allah, bahkan makrifatullah. Selain itu, dalam modul ini juga akan dikaji
aliranaliran dalam Ilmu Tasawuf, seperti tasawuf akhlaqi, salafi, dan falsafi, serta
aliranaliran dalam tarekat, yaitu Naqsyabandiyah, Naqsyabandiyah-Khalidiyah,
Syadzaliyah, Qadiriyah, dan Qadiriyah-Naqsyabandiyah.
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi ilmu tasawuf, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian yang
menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
[Type here]
KEGIATAN BELAJAR 1: AKHLAK ISLAM
5
POKOK-POKOK MATERI
A. Akhlak Islam
1. Definisi Akhlak dalam Islam
2. Pembagian Akhlak dalam Islam
B. Ilmu Akhlak
1. Definisi Ilmu Akhlak
2. Faedah Mempelajari Ilmu Akhlak
[Type here]
Pendidikan akhlak dimaksudkan untuk peningkatan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan.
Secara etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab,
jama’ dari bentuk mufradnya khuluqun ) (خلقyang berarti: budi pekerti,
perangai, tingkah laku,karakter atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan”Khalkun”)(خلق yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” ) (خالقyang berarti
pencipta dan “Makhluk” ) (مخلوقyang berarti diciptakan.
Pola bentuk definisi “Akhlak” diatas muncul sebagai mediator yang
menjembatani komunikasi antar Khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang
diciptakan) secara timbal balik yang kemudian disebut sebagai hablun
minallah. Dari produk hablun minallah yang benar, biasanya lahirlah pola
hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablun minannas
(pola hubungan antar sesame makhluk).
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan
sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak
adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang
diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk
kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak
maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian.
Kemudian komentar dari Ibnu Athir dalam bukunya An-Nihayah
menerangkan, “Hakikat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia
7
(yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqu merupakan gambaran bentuk
luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan sikap dan perbuatan hamba)”. Menurut
Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa: “Bilamana orang mengatakan
si A itu baik khalqunya dan khuluqnya, berarti si A baik sifa-sifat lahirnya
dan sifat-sifat batinnya.
Jadi, berdasarkan sudut pandang kebahasaan defenisi akhlak dalam
pengertian sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti”, kesusilaan, sopan
santun, tata karma dan karakter (versi bahasa Indonesia) sedang dalam
Bahasa Inggrisnya disamakan dengan istilah moral atau etic. Begitupun
dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau
ethikos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti “Etika
adalah bahasa indonesia untuk menakai akal budi dan daya pikirnya dalam
memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi
baik”. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.
◆❑➔ ☺⚫⬧
[Type here]
◆❑⬧◆
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya”.
b. Imam Al-
اخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة وGhazali
يسر من غري حاجة إىل فكر و روية
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dulu).
c. Ahmad Amin
عرف بعضهم اخللق أبنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة إذا اعتادت شيئا
فعاندهتا هي املسماة ابخللق
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan (karakter). Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
9
umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan
kendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.
Betapapun semua definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi
sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, bahkan artinya berdekatan satu
dengan yang lain. Sehingga Prof. K.H. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan
tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: “Kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, M.
Abdullah Darroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,
kekuatan dan kehendak yang berkombinasi membawa
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak
yang baik) atau pilihan yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.
[Type here]
b. Utilitarisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah
yang berguna. Karena ini jika berbuatan itu dilakukan atas diri sendiri
maka itu disebut individual, dan jika terhadap kepentingan orang
banyak disebut sosial.
c. Vitalisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa ukuran perbuatan
baik itu adalah kekuatan dan kekuasaan. Bahwa yang baik adalah
mencermikan kekuatan dalam hidup manusia.
d. Sosialisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa baik nya sesuatu
ditentukan oleh masyarakat. Jadi, masyarakatlah yang menentukan
baik dan buruknya tindakan seseorang bagi anggotanya.
e. religiosisme, aliran yang mengatakan bahwa baik dan buruk itu adalah
sesuai dengan kehendak Tuhan. Lantas, manakah yang menjadi
kehendak Tuhan itu? Ini adalah tugas para theolog dalam memberikan
gambaran.
f. Humanisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa baik dan
buruknya sesuatu itu adalah sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri,
atau kemanusiaannya.
Dari sejumlah aliran dalam mengukur baik buruknya sesuatu di atas,
bagi Islam tentu saja memiliki sikap tersendiri. Islam berpandangan bahwa
baik dan buruk itu adalah sesuai dengan kehendak Allah. Meski demikian,
tidak mudah menjawabnya, jika muncul pertanyaan yang manakah yang
dikehendaki Tuhan? Sebagai antaran awal, guna menjawab pertanyaan ini,
bahwa kehendak Tuhan tentu saja adalah apa-apa yang difirmankan di
dalam al-Qur’an dan ajaran praktis para utusan-utusan-Nya, khususnya
terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Lebih dari itu,
pemahaman tentang kebaikan dan keburukan, atau yang dikehendaki oleh
Allah dan yang tidak dikehendaki-Nya dapat pula diperoleh melalui akal,
jiwa dan hati yang jernih.
2. Pembagian Akhlak dalam Islam
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
menurut sudut pandang Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi
11
objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji)
atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak
madzmumah.
a. Akhlak Mahmudah (Terpuji)
Akhlak mahmudah (Kari>mah) adalah tingkah laku terpuji
yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau
akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”. Akhlak
terpuji adalah perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang terdapat
dalam al-Qur’an. Demikian juga akhlak terpuji merupakan akhlak yang
baik dan susuai dengan norma masyarakat secara umum.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada
Allah, cinta kepda rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha
Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas
segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas
karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah
kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai
orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka
bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan
bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian
alam.
Selain itu terdapat pula sikap untuk menilai orang lain yang
disebut dengan husnuzzan. Husnuzan artinya berprasangka baik.
Sedangkan huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu
berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap
hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang
hamba berprasangka buruk (su’uzzan) kepada Allah SWT maka
buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka
hamban kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang
tersebut.
[Type here]
b. Akhlak Madzmumah (Tercela)
Akhlak Madzmumah (Raz|i>lah) adalah tingkah laku yang
tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan
menjatuhkan martabat manusia. Akhlak tercela dapat diartikan sebagi
sikap dan perbuatan yang buruk menurut pandangan agama dan buruk
menurut masyarakat pada umumnya. Penilaian suatu perbuatan harus
didasarkan dua kekuatan tersebut
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang
bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik,
munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut,
kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan,
dan merusak alam.
B. ILMU AKHLAK
1. Definisi Ilmu Akhlak
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan
manusia. Baik atau buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua
itu ditetapkan dengan mempergunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.
Ahmad Amin lebih mempertegas lagi dalam kitabnya Al-Akhlak dengan
menyatakan: ،اخلي و الرش و يبني معامةل الناس بعضهم بعضا
ْ ع مل يوحض معىن
و يرشح الغاية الَت . ينبغي أأن يقصدها ما ىف أأعامهلم و يبني
السبيل لعمل ما ينبغي
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang
harus diperbuat oleh sebagian manusia terhdapap sesamanya dan
menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dan perbuatan
mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus diperbuat”.
13
a. Menjelaskan pengertian baik dan buruk,
b. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta
bagaimana cara kita bersikap terhadap sesama,
c. Menjelaskan mana yang patut kita perbuat, dan
d. Menunjukkan mana jalan lurus yang harus dilalui.
Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu
akhlak, maka dapat dipahami bahwa objek (lapangan/sasaran)
pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan seseorang yang
dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang
termasuk dalam kategori perbuatan akhlak. Dalam hubungan ini, Ahmad
Amin mengatakan bahwa “etika itu menyelidiki segala perbuatan
manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk”. J.H. Muirhead
meyebutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) etika adalah
penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia. Muhammad
AlGhazali mengatakan bahwa daerah pembahasan ilmu akhlak meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)
maupun kelompok (masyarakat).
Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat
dibagi dalam tiga macam perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk
perbuatan akhlak dan ada yang tidak masuk perbuatan akhlak.
a. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat
dan disengaja. Jelas, perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa
baik atau buruk, tergantung pada sifat perbuatannya.
b. Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak
sadar diwaktu dia berbuat, tetapi perbuatan itu diluar
kemampuannya dan dia tidak bisa mencegahnya. Perbuatan
demikian bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua macam:
1) Reflex action, al-a’maalu-mun’akiyah
Misalnya, seseorang keluar dari tempat gelap ketempat terang,
matanya berkedip-kedip. Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada
hukumnya, walupun dia berhadap-hadapan dengan seseorang
[Type here]
yang seakan-akan dikedipi. Atau seseorang karena digigit
nyamuk, dia menamparkan pada yang digigit nyamuk tersebut.
2) Automatic action, al-a’maalul’aliyah
Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan
sebagainya.
Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions
adalah perbuatan diluar kemampuan seseorang, sehingga tidak
termasuk perbatan akhlak.
c. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat.
Yang dimaksud samar-samar/tengah-tengah, mungkin suatu
perbuatan dapat dimasukkan perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak.
Pada lahirnya bukan perbuatan akhlak, tapi mungkin perbuatan
tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga berlaku hukum akhlak
baginya, yaitu bahwa perbuatan itu baik atau buruk.
Perbuatanperbuatan yang termasuk samar-samar, umpamanya lupa,
khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya. Terhadap
perbuatan-perbuatan tersebut ada hadis-hadis rasul yang
menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan lupa, khilaf, dipaksa,
perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya, tidak termasuk perbuatan
akhak.
Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul
dengan kehendak dan disengaja hingga dapat dinilai baik apa buruk
ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan: (1) situasi dalam
keadaan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja dan (2)
pelaku tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik
buruknya. Oleh sebab itu, suatu perbuatan dapat dikatakan baik
buruknya manakala memenuhi syarat-syarat diatas. Kesengajaan
merupakan dasar penilaian terhadap tindakan seseorang. Sebagai
contoh, seorang prajurit yang membunuh musuh dimedan perang
tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa oleh situasi
perang. Seorang anak kecil yang main api didalam rumah hingga
15
berakibat rumah itu terbakar, tidak dapat dikatakan bersalah, karena
ia tidak tahu akibat perbuatannya itu. Dalam Islam factor
kesengajaan merupakan penentu dalam penetapan nilai tingkah
laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa karena
melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut
hukum Islam.
Erat kaitannya dengan permasalahan diatas Rasulullah saw.
telah memberikan penjelasan bahwa kalaulah suatu tindakan itu
dilakukan oleh seseorang yang didasari karena kelalaian (diluar
kontrol akal normal) atau karena dipaksa, betapapun ada ukuran
baik/buruknya, tidak dihukumi sebagai berdosa. Ini berarti diluar
objek ilmu akhlak. Dalam hubungannya dengan problem di atas
Rasulullah saw. Telah mengeluarkan sabdanya yang diriwatkan oleh
Ahmad, Abu Daud dan Hukum dari Umar bahwa Rasulullah saw.
berdabda:
رفع القل عن اجملنون املغلوب عىل عقهل حَت يربأأ و عن النامئ حَت يستيقظ و
.عن الصيب حيت حيتل
“Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila
hingga sembuh dari gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun
dan (3) seorang anak hingga ia dewasa”.
[Type here]
a. Apabila perbuatan itu sudah dapat diketahui akibatnya atau patut
diketahui akibat-akibatnya, atau bisa juga diikhtiarkan untuk
terjadi atau tidak terjadinya. Oleh karena itu, perbuatan
mutasyabih demikian disebut perbuatan ikhtiari atau ghair
ta’adzur, sehingga dimasukkan perbuatan akhlak. Umpamanya,
kalau kita tahu bahwa dikhawatirkan kalau tidur akan berbuat
yang tidak diinginkan, maka hendaknya sebelum tidur kita harus
menjauhkan benda-benda yang membahayakan, senjata harus
diamankan, api dipadamkan, pintu-pintu dikunci dan sebagainya.
b. Apabila perbuatan ini tidak kita ketahui sama sekali dan diluar
kemampuan manusia, walaupun sudah diikhtiarkan sebelumya,
tapi toh terjadi juga, perbuatan demikain disebut ta’adzury (diluar
kemampuan manusia). Perbuatan demikian tidak termasuk
perbuatan akhlak. Sebagaimana Rasulullah saw. Telah
mengisyaraktkan sebagai berikut: . ان ا هل ِل تعاىل حتاوز ىل و
عن امَت اخلطأأ و النس اين و ما اس تكرهوا عليه
“Sesungguhnya Allah memberi maaf bagiku dari umatku yang
khilaf, lupa dan terpaksa”.
17
ث ُم٤ س ِن تقَ َۡ ِو ٖيم َ ََ أح ۡ ِ نس ََ ََّٰنَ ف ٓيَ َۡ َۡ لقَدَ َۡ خَلقَ َۡنا َ ٱ ِل
ْع ِم ُلوا
َ نواْ َو
ُ إ ِل ََ ٱل ذِينَ َءا َم٥ َس ََ ََّٰف ِل ِين َ ََ أس ََف َل ۡ َََُردَ ۡد َّٰنَه
ُ أج ََر غ َۡي ُر َم ۡم
٦ نو ٖن ۡ َۡ ت فلَ َه ُم
ِ ََّٰ ََ ََ لح
ِ ص َ َّٰ ٱل
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaikbaiknya, (4) kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendahrendahnya, (5) kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak
ada putusputusnya. (6)
[Type here]
ada peringatan menjadi hukum besi sejarah (sunnatullah), yaitu firman
Allah dalam QS. Al-Araf [7]: 182
❑ ⧫◆
⧫⧫
◆⧫⧫
⧫❑☺◼➔⧫
“(dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, akan kami lalaikan
mereka dengan kesenangan-kesenangan dari jurusan yang mereka tidak
sadari dan mengetahui)”.
19
mengarahkannya kepada hal yang positif dengan menguatkan unsure
iradah.
d. Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab
melakukan atau tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia
akan memilih pekerjaan atau perbuatan yang nilai kebaikannya lebih
besar.
e. Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan
menghadapi perbuatan itu dengan penuh minat dan kemauan.
f. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis
perilaku orang banyak dan tidak akan mengekor dan mengikuti
sesuatu tanpa pertimbangan yang matang lebih dulu.
Sebenarnya dengan memahami ilmu akhlak itu bukanlah menjadi
jaminan bahwa setiap yang mempelajarinya secara otomatis menjadi
orang yang berakhlak mulai, bersih dari berbagai sifat tercelah. Ilmu
akhlak ibarat dokter yang hanya memberikan penjelasan penyakit yang
diderita pasien dan memberikan obat-obat yang diperlukan untuk
mengobatinya. Dokter menjelaskan apa dan bagaimana memelihara
kesehatan agar ia sembuh dari penyakitnya; memberikan saran-saran dan
peringatan bahaya-bahaya penyakit yang diderita pasiennya agar ia lebih
berhati-hati menjaga dirinya.
Jadi, tugas dokter bukan untuk menyembuhkan pasien, tetapi dia
menjelaskan dengan sesempurna mungkin mengenai penyakit dan gejala-
gejala penyakit bila si pasien tidak menghentikan merokok atau tidak
meninggalkan minuman-minuman keras, misalnya, jadi, kesempuhan
suatu penyakit sangat tergantung kepada si pasien apakah setelah ia
mendapat keterangan dari dokter maukah dia menurutinya atau tidak.
Jika dituruti, insya Allah dia ada harapan terhindar dari penyakit atau
penyakit yang sedang diderita itu akan berangsur-angsur hilang dan dia
menjadi sehat. Dengan demikian, faedah ilmu akhlak dapat dipahami
bahwa sesungguhnya ilmu akhlak tidak memberi jaminan seseorang
[Type here]
menjadi baik dan sopan. Ilmu akhlak membuka mata hati seseorang
untuk mengetahui suatu perbuatan dapat dikatan baik atau buruk. Selain
itu juga memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik da apa
pula bahayanya jika berlaku jahat
RANGKUMAN
1. Secara etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jama’ dari
bentuk mufradnya khuluqun ) ( خلقyang artinya: budi pekerti, perangai,
tingkah laku,karakter atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan”Khalkun” ) ( خلقyang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan “Khaliq” ) ( خالقyang berarti pencipta dan “Makhluk” )
(مخلوقyang berarti diciptakan.
2. Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula”. Akhlak terpuji adalah perilaku yang sesuai dengan
ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an. Demikian juga akhlak terpuji
merupakan akhlak yang baik dan sesuai dengan norma masyarakat secara
umum.
3. Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Akhlak
tercela dapat diartikan sebagi sikap dan perbuatan yang buruk menurut
pandangan agama dan buruk menurut masyarakat pada umumnya. Penilaian
suatu perbuatan harus didasarkan dua kekuatan tersebut.
4. Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia. Baik atau
buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu ditetapkan dengan
mempergunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.
21
5. Faedah ilmu akhlak dapat dipahami bahwa sesungguhnya ilmu akhlak tidak
memberi jaminan seseorang menjadi baik dan sopan. Ilmu akhlak membuka
mata hati seseorang untuk mengetahui suatu perbuatan dapat dikatan baik atau
buruk. Selain itu juga memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik
da apa pula bahayanya jika berlaku jahat
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 Akhlak Islam. Agar Anda
dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta
konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih mudah
dipahami.
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Ahmad setiap hari Jum’at menggratiskan sotonya bagi orang-orang miskin
sebagai bentuk sedekah. Perilaku sedekah merupakan bentuk akhlak terpuji
untuk…
a. Syukur atas nikmat Allah
b. Tobat kepada Allah
c. Ikhlas atas takdir Allah
d. Tawadlu’ kepada orang-orang miskin
2. Salah satu kisah penuh hikmah adalah kisah Tsa’labah. Terdapat akhlak tercela
yang harus kita hindari dari kisah Tsa’labah ialah: a. Sibuk dengan ternaknya
lupa sholat jama’ah
b. Pemalas dan kikir
c. Egois
d. Menyerobot hak orang lain
[Type here]
3. Munculnya akhlak tidak terpuji (Madzmumah) di kalangan remaja Muslim
disebabkan antara lain… a. Tidak paham agama
b. Tidak berfungsinya hukum secara baik
c. Karena pengaruh lingkungan
d. Semua jawab benar
4. Rasulullah saw. diutus Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak mulia. Hal
ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi…
a. ا أخلالق ّه صفات الانسان الادابية
b. غي َْ فكر و روية
ْ حال للنفس داعية لها اىل أأف ْعالها ْمن
c. و ان مهوا ذهبت اخالقهم ذهبوا،و امنا الامم الاخالق ما بقيت
d. اهنام بعثت ألمتم ماكرم ا أخلالق
5. Berikut ini adalah istilah lain dari Akhlak madzmumah adalah akhlak.…
a. karimah
b. fadilah
c. radzilah
d. hasanah
23
< 70% = kurang
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
POKOK-POKOK MATERI
A. Ilmu Tasawuf
1. Definisi Tasawuf secara Bahasa
2. Definisi Tasawuf secara Istilah
B. Maqa>ma>t dan Ahwa>l
1. Struktur Maqa>ma>t
2. Struktur Ahwa>l
[Type here]
URAIAN MATERI
A. ILMU TASAWUF (SUFISME)
Sufisme merupakan istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan
mistisisme dalam Islam. Tujuan dari mistisisme, baik yang di dalam maupun
yang di luar Islam ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan
Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.
Intisari dari mistisisme, termasuk didalamnya tasawuf adalah kesadaran akan
adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan
mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran itu selanjutnya mengambil
bentuk rasa dekat sekali dengan Tuhan dalam arti bersatu dengan Tuhan yang
dalam istilah Arab disebut ittihad dan istilah Inggris mystical union.88
1. Pengertian Tasawuf secara Bahasa
Beberapa orang mengatakan: “Para Sufi dinamakan demikian hanya
karena kemurnian (shafa) hati dan kebersihan tindakan mereka (atsar).
Bisyr ibn al-Harits mengatakan: “Sufi adalah orang yang hatinya tulus
(shafa) terhadap Tuhan.” Yang lain mengatakan: “Sufi adalah orang yang
tulus terhadap Tuhan dan mendapat rahmat tulus dari Tuhan.” Sebagian
mereka telah mengatakan: “Mereka dinamakan sebagai para sufi karena
berada pada baris pertama (shaff) di depan Tuhan, karena besarnya
keinginan mereka akan Dia, kecenderungan hati mereka terhadap-Nya dan
tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka di hadapan-Nya.” Yang
lain-lain telah mengatakan: “Mereka dinamakan sufi karena sifat-sifat
mereka menyamai sifat-sifat orang-orang yang tinggal di serambi masjid
(Shuffah), yang hidup pada masa Nabi saw. Yang lain-lain lagi telah
88
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1986), cetakan
keenam, hlm.71
25
mengatakan: “Mereka dinamakan Sufi hanya karena kebiasaan mereka
mengenakan baju dari bulu domba (shuf).89
Tasawuf ( )التصوفberasal dari kata sufi ()صوفى. Menurut sejarah,
orang yang pertama memakai kata sufi adalah seorang zahid atau ascetic
bernama Abu Hasyim Al-Kufi di Irak (w. 150 H).90 Secara etimologi, istilah
Tasawuf memiliki banyak pengertian. M. Solihin dan Rosihon Anwar
merangkum ada tujuh asal kata Tawasuf, yaitu: (1) “Ahlu suffah” ()أهل الصفة:
Sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan
banyak berdiam diri di serambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah. (2) “Shafa” ()صفاء: Nama bagi
orang-orang yang “bersih” dan “suci”. (3) “Shaf” ()صف: Makna yang
dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf
paling depan. (4) Tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari Bani
Shuffah. (5) “saufi” ( )سوفdari bahasa Grik (Yunani) yang disamakan
maknanya dengan “hikmah” ()حكمة, yang berarti kebijaksanaan. (6)
“Shaufanah”: Sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak
sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi itu
berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaanya, dan (7) “Shuf”
()صوف: bulu, domba atau wol. 91
Menurut Harun Nasution, beberapa teori telah dimajukan tentang
asal-usul kata al-tasawwuf dan al-sufi. Teori yang banyak diterima ialah
bahwa istilah itu berasal dari kata suf yaitu wol. Yang dimaksud bukanlah
wol dalam arti modern, wol yang dipakai orang-orang kaya, tetapi wol
primitif dan kasar yang dipakai di zaman dahulu oleh orang-orang miskin di
Timur Tengah. Di zaman itu pakaian kemewahan ialah sutra. Orang sufi
89
Ibn Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim ibn Ya’qub al-Bukhari al-Kalabadzi, Al-Ta’aruf
liMadzabi Ahl Al-Tashawwuf, Ajaran Kaum Sufi, (terj). oleh Rahmani Astuti, (Bandung: Mizan,
1993, cetakan III), hlm. 25
90
Harun Nasution, Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
cetakan kedua, hlm.56-57
91
M. Solihin dan Rosihon Anwar, M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 11-12
[Type here]
ingin hidup sederhana dan menjauhi hidup keduniawian dan kesenangan
jasmani, dan untuk itu mereka hidup sebagai orang-orang miskin dengan
memakai wol kasar tersebut.92
Sedangkan yang dimaksud dengan Sufi adalah ahli ibadah yang
selalu mencari keridaan Allah serta mengharapkan kebahagiaan yang kekal
di Akhirat kelak.93 Sufi kata Abu al-Hasan al-Nuri, seorang murid Junayd
adalah orang-orang yang jiwanya telah bersih dari ketakmurnian sifat
manusia (di dalam aspek kejasmaniannya). Mereka adalah orang-orang
yang telah murni dari kejelekan nafsu badani dan bebas dari keinginan
sehingga mereka merasa tentram berada di depan dan tempat yang tinggi
bersama Tuhan. Mereka menjauh dari semua yang bukan Dia.9495
Jadi, istilah Tasawuf ini dimaksudkan upaya pendekatan diri kepada
Allah melalui hidup sederhana, menjauhi kesenangan duniawi, maupun
melakukan amalan-amalan ruhaniyah (riyad}ah) secara sungguh-sungguh
melawan hawa nafsu (muja>hadah) agar dapat mencapai maqam dan hal
yang paling tinggi. Orang yang melakukan kegiatan Tasawuf disebut
dengan Sufi.
2. Pengertian Tasawuf secara istilah
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan
dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Dalam kaitannya dengan manusia,
tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya.
Dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat
ketimbang kehidupan dunia yang fana.
Tasawuf secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan
kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara
92
Harun Nasution, Islam Ditinjau …hlm. 71-72
93
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2011), cetakan kedua, hlm.71
94
Sayyid Husein Nasr, Tasauf Dulu Dan Sekarang, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hlm.
95
-81
27
manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syariat
Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan-Nya.96
Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin mendefinisikan tasawuf
adalah ilmu yang membahas cara-cara seseorang mendekatkan diri kepada
Allah swt. Menurut Asy-Syibli bahwa tasawuf ialah mengabdikan diri
kepada Allah swt. tanpa keluh kesah. Ada juga ulama yang mendefinisikan
tasawuf bahwa manusia merasa tidak memiliki sesuatu di dunia ini dan
makhluk didunia ini hanya milik Allah.
Al-Juarairi mendefinisikan tasawuf sebagai landasan perilaku
dengan akhlak yang tinggi dan meninggalkan perilaku keji. Tasawuf adalah
ketekunan dalam ibadah, hubungan langsung dengan Allah, menjauhkan diri
dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang diburu orang
banyak. Ibnu Kaldun dalam buku Munajat Sufi mengatakan bahwa tasawuf
adalah sebagian ilmu dari ajaran Islam yang bertujuan agar seseorang tekun
beribadah dan memutuskan hubungan selain Allah hanya menghadap Allah
semata, menolak hiasan-hiasan duniawi, serta membenci sesuatu yang
memperdaya manusia.
Kesimpulan dari beberapa pengertian tasawuf di atas, bahwa tasawuf
merupakan sebagian ilmu ajaran Islam yang membahas cara-cara seseorang
mendekatkan diri kepada Allah. Misalnya, berakhlak yang tinggi (mulia),
tekun dalam beribadah tanpa keluh kesah, memutuskan hubungan selain
Allah karena manusia merasa tidak memiliki suatu apapun di dunia ini,
menolak hiasan-hiasan duniawi seperti kelezatan dari harta benda yang
biasa memperdaya manusia, dan selalu menghamba (beribadah) kepada
Allah.
B. MAQA>MA>T DAN AHWA>L DALAM TRADISI TASAWUF
Dalam tradisi Tasawuf, banyak teori yang menyebut karakter-karakter
keluhuran yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Karakter-karakter tersebut
tergambar dalam konsep Tasawuf tentang Maqa>ma>t (tahapan-tahapan
96
Baca Tohir, Moenir Nahrowi, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf Meniti Jalan Menuju Tuhan,
Jakarta: PT As-Salam Sejahtera, 2012
[Type here]
atau stations), ah}wa>l (state), ittih}ad (unity), wah}dat al-wuju>d (kesatuan
wujud), wah}dat al-syuhu>d (kesatuan penyaksian), wah{dat al-din
(kesatuan agama), dan lain-lain. Dalam konteks perilaku (takhaluq),
mengimplikasikan kesempurnaan, perasaan menyatu dengan Tuhan,
kesetaraan, keadilan, keindahan, keutuhan, keserasian, keserderhanaan, dan
sifat-sifat kebaikan lainnya. Namun literature-literatur tidak semuanya
seragam dalam merumuskan susunan dari karakter-karakter Maqa>ma>t dan
ah}wa>l. 97
Maqa>ma>t adalah suatu konsep dalam ilmu Tasawuf yang
digunakan oleh peserta Tasawuf (al-Mutas}awwif) untuk mengukur
keberadaan tingkat spiritualnya dari satu maqam kepada maqam yang lebih
tinggi tingkatannya. Istilah maqa>ma>t dan ah}wa>l tidak pernah ditemukan
dalam kegiatan Tasawuf pada masa sufi Salaf, tetapi inti ajarannya sudah
diamalkan oleh Sufi Sahabat sejak masa Rasulullah. Istilah tersebut, baru
dikenal namanya pada masa perkembangan Tasawuf abad III H, yang
sebagian Ahli Tasawuf mengatakan, bahwa istilah itu mulai dipopulerkan
oleh Dhu> al-Nu>n al-Mis}ri sebagai Sufi Sunni yang hidup 156-240 H.98
1. Perbedaan Istilah Maqam dan H}al dalam Tradisi Tasawuf
Istilah maqa>m (jamak: maqa>ma>t), bermakna kedudukan seorang
jalan spiritual di hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras
(muja>hadah), dan latihan-latihan keruhanian (riya>d}ah) sehingga
mencapai keluhuruan budi-pekerti (a>da>b) yang memampukannya untuk
memiliki persyaratan-persyaratan dan melakukan upaya-upaya untuk
menjalankan berbagai kewajiban (dengan sebaik-baiknya) demi mencapai
kesempurnaan. Sedangkan h}a>l (jamak: ah}wa>l) adalah suasana atau
keadaan yang menyelimuti kalbu, yang diciptakan (sebagai “hak prerogatif”)
97
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf Meniti Jalan Menuju Tuhan, (Jakarta:
PT As-Salam Sejahtera, 2012), hlm. 93
98
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II Pencarian Ma’rifah Bagi Sufi Klasik Dan Penemuan
Kebahagiaan Batin Bagi Sufi Kontemporer, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), cetakan kedua, hlm. 217 11
Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf, (Bandung: Mizan, 2006), cetakan kedua, hlm.132
29
Allah dalam hati manusia, tanpa sang sufi mampu menolak keadaan itu
apabila datang atau mempertahankannya apabila pergi.11
Menurut Abu Nashr Al-Sarraj Ath-Thusi, maqam adalah kedudukan
seorang hamba di hadapan Allah Azza wa Jalla dari hasil ibadah,
muja>hadah (perjuangan spiritual), riyad}ah (latihan spiritual) dan
konsentrasi diri untuk mencurahkan segala-galanya hanya untuk Allah Swt.
yang semuanya senantiasa ia lakukan. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Ibrahim [14]: 14:99
َ لك ََ ِلم ََ ۡن خ
َ َاف َمقا َ ِمي َوخ
١٤ َاف َو ِعي ِد ِ ََّٰ ََ َ…ذ
…Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (menghadap)
ke hadirat-Ku dan takut akan ancaman-Ku.”
Sedangkan h}al adalah suatu dari kejernihan zikir yang bertempat dalam
hati, atau hati berada dalam kejernihan zikir tersebut. Menurut Al-
Junaid bahwa h}al ialah sesuatu yang terjadi secara mendadak yang
bertempat pada hati nurani dan tidak bisa lama (terus-menerus). H}al tidak
bisa diperoleh lewat cara perjuangan spiritual, ibadah, pelatihan spiritual
sebagaimana biasa dilakukan dalam maqa>ma>t. Contoh h}al:
mura>qabah, qurbah, mah}abbah, khauf, raja’, syauq, uns, t}uma’ninah,
musyahadah, yaqin, dan lain-lain.100
Hal senada disampaikan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziah dalam
Mada>rikus Sa>likin, bahwa maqam itu diperoleh atas usaha manusia,
sedang hal diperoleh sebagai anugrah dari Allah. Di antara ulama Tasawuf
ada yang mengatakan bahwa hal diperoleh sebagai hasil dari maqam,
sedang maqam merupakan hasil dari amal, maka setiap orang yang lebih
bagus dan lebih tinggi maqam-nya maka hal-nya juga lebih tinggi. 101
99
Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi, Al-Luma’: Rujukan Lengkap Ilmu Tasawuf, (terj.) oleh
Wasmukan dan Samson Rahman, (Surabaya: Risalah Gusti, 2002), hlm. 87
100
Ibid., hlm. 88
101
Ibnul Qayyim Al-Jauziah, Madarijus Salikin, Jenjang Spiritual Para Penempuh Jalan
Ruhani, (Jakarta: Robbani Press, 1998), hlm. 198-199
[Type here]
Mahjuddin mengutip pendapat As’ad al-Sahmara>ni, bahwa perolehan
maqam melalui usaha maksimal manusia (al-maka>sib bi bad}li
alMajhu>d),sedangkan hal merupakan pemberian tanpa didahului oleh
muja<hadah dan riya>dah, yang disebut al-mawa>hibu al-fa>idat ‘ala>
al-‘abdi min rabbihi (kemurahan pemberian Allah kepada hamba-Nya.102
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
maqam merupakan tingkatan yang diperoleh seorang salik/murid/sufi
melalui muja>hadah melawan hawa nafsu dan riya>dah dengan
amalanamalan rohaniyah sedangkan hal merupakan kondisi atau keadaan
spiritual seseorang karena karunia Allah.
2. Perbedaan Struktur Maqa>ma>t dan H}al dalam Tradisi Tasawuf
Di kalangan kaum sufi, urutan maqa>m ini berbeda-beda. Sebagian
mereka merumuskan maqa>m dengan sederhana, seperti rangkaian qana’ah
berikut. Tanpa qana’ah, tawakal tidak akan tercapai, tanpa tawakal, taslim
tidak akan ada, sebagaimana tanpa tobat, ina>bah tidak akan ada; tanpa
wara’, zuhud tidak akan nada.103 Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziah, dalam
tata urutan maqam itu bukan berarti salik (penempuh jalan ruhani untuk
mendekatkan diri kepada Allah) itu meninggalkan maqam yang telah
dilewatinya dan berpindah ke maqam kedua, seperti posisi-posisi perjalanan
inderawi (lahiriyah). Begitu juga dengan tobat, merupakan maqam pertama
dan juga merupakan maqam terakhir, bahkan dalam setiap maqam tentu ada
tobat. Karena itulah, Allah menjadikan tobat sebagai maqam terakhir yang
istimewa. Firman-Nya:104
102
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II…hlm. 225
103
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu…hlm. 76
104
Ibnul Qayyim Al-Jauziah, Madarijus Salikin…hlm. 196
18
Ibid., hlm. 197
31
َ َٱل َۡن
ۡ ج ََ ِري نَ َو ۡ
ار ٱل ِ ص ِ لى ٱلن ب ي ِ َو ٱل ُم َّٰ َه َ ع َ ُ اب ٱ لل
َ ل قدَ ت
ب ِ َع ِة ۡٱلعُ ۡس َرةِ ِم ۢن ب َع َۡ ِد َما َكاد
ُ يز ََي ُغ قلُ ُو َ سا َ ِ ذِينَ ٱت ب َعَُ وه ُ في
ِ لي ََ ِه ۡم ََۡ إ ِن ه ۥُ ب ِه َِ ۡم َر ُءوف
رحيم ۡ ع
َ ب ۡ يق
َ َ منه ُم َۡ ث ُم تا ٖ ََ فر
ِ
١١٧
“Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan
orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada
mereka. (QS at-Taubah [9]: 117)
Jadi, tobat merupakan tujuan akhir setiap penempuh jalan ruhani dan
setiap wali Allah, ia merupakan tujuan yang terus diupayakan
pencapaiannya oleh orang-orang yang mengenal (‘arif) Allah dan
18
‘ubudiyah-nya dan tahu pula yang seharusnya bagi Allah. Firman-
ََ ٱل َۡ ۡر ۡ ت َو ِ ََّٰ ََ سم ََ ََّٰ َو
َ لى ٱل َ ع َ َ َٱل َۡ َم ََانةۡ َ ضن اۡ ع َر َ إن ا ِ Nya.
َ أش َۡفقَ َۡنَ ِم ۡنها َ َو َح َمل َها َ ي َۡنَ أنَ ي َح َۡ ِم ۡلن َها َ َو َ َض َو ٱل ِجبا َ ِل فأَب
ۡ ِ
ُ ب ٱ لل َ ل ي َعَُ ذ٧٢ ََ هو ٗل ُ إن ه ۥُ َكانَ ظلَ ُو ٗما َج ِ نس ََ ََّٰ ُن َ َۡ َۡ ٱ ِل
بَ ت َويت َُو ِ ََّٰ ََ ق ََ ََّٰت ََِ َو ۡٱل ُم ۡش ِر ِكينَ َو ٱ ۡل ُم ۡش ِر َك ِ َۡٱل ُم َّٰنَفَ ِق ِينَ َو ۡٱل ُم َّٰنَف
ِ لى ۡٱل ُم ۡؤ ِمن ِينَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِم َّٰنَ ت ََِ َو َكانَ ٱ ل ُّل غَف ُو ٗرا
رحي ۢ َما َ ع َ ٱ ل ُّل
٧٣
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
bodoh (72) sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki
dan perem-puan, orang-orang musyrik, laki-laki dan perempuan ; dan Allah
akan menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (73) (QS. al-Ahzab [33]: 72-73)
Al-Kalabadzi menyebutkan adanya 10 maqa>m (stasiun) yang
(harus) dilalui oleh para pejalan spiritual sebagai berikut: al-taubah (tobat),
al-zuhd (zuhud), al-shabr (sabar), al-faqr (kemiskinan), al-tawa>dhu’
(kerendahhatian), al-Taqwa> (takwa), al-tawakkul (tawakal), al-ridha>
(rela), al-mahabbah (cinta), dan al-ma’rifah (pengetahuan tentang Tuhan
dan hakikat segala sesuatu. Al-Ghazali meski mempertahankan urut-urutan
di atas, menyebutkan lebih sedikit stasiun sebagai berikut: al-taubah,
[Type here]
alshabr, al-faqr, al-tawakkul, al-mah}abbah, al-ma’rifah, dan al-ridha>.
105
3. Struktur Maqa>ma>t
Dalam studi Tasawuf masalah Ma’rifat termasuk Tasawuf Sunni,
sedang Ittih}ad, h}ulu>l, dan Wah}datul wuju>d masuk dalam pembahasan
Tasawuf Falsafi. Karena itu, Ma’rifat bisa berkembangan ke wilayah
filsafat, yang kemudian disebut Ma’rifat Iluminasi atau Ma’rifat Isyraqiyah
atau Filsafat Isyraqiyah. Menurut Ibrahim Hilal, epistemology iluminasi
yang mula-mula digagas oleh Abu Nashr al-Farabi (w.339 H/950 M), filosof
iluminasionis muslim pertama, merupakan titik temu utama antara para
filosof muslim dan kaum sufi. Teori iluminasi ini selanjutnya dianut oleh
para filosof muslim dan juga kalangan sufi pasca al-Farabi. 107108
Al-Farabi berpendapat bahwa puncak Ma’rifat adalah kemampuan
seseorang untuk mendayagunakan akal actual (al-‘Aql al-Fa’al). Akal
aktual dalah Jibril yang bertugas membawa wahyu, yang dalam dirinya
tersimpan seluruh jenis ilmu dan pengetahuan yang gaib. Manusia bisa saja
105
Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf, (Bandung: Mizan, 2006), cetakan kedua, hlm.
134135. Dalam bukunya at-Ta’aruf li-Madzahabi Ahl al-Thashawwuf, Al-Kalabadzi bahkan
menyebutkan lebih dari sepuluh maqa>ma>t dalam tradisi Tasawuf.
106
Lihat Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi, Al-Luma’: Rujukan…,hlm. 90-144.
107
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta: Kencana,
108
), hlm.96
33
mencapai akal aktual itu melalui perjuangan spiritual (al-muja>hadah),
latihan rohani (al-riya>d}ah) dan penyucian jiwa (tas}fiyah an-Nafs). 109
109
Ibid., hlm.97
110
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta: Kencana, 2004),
hlm.82-83
[Type here]
dengan Mahabbah. Menurut dia, Ma’rifat dan Mahabbah merupakan
kembar yang selalu disebut bersama. 111 Tetapi bagi al-Ghazali (w.505 H/
1111 M), Ma’rifat terlebih dahulu dalam tertib dari Mahabbah, karena
Mahabbah timbul dari Ma’rifat. Dan Mahabbah baginya bukan Mahabbah
sebagai yang diucapkan oleh Rabi’ah al-Adawiyah (w.185 H/ 801 M), tetapi
Mahabbah dalam bentuk cinta seseorang kepada yang berbuat baik
kepadanya, cinta yang timbul dari kasih dan rahmat Tuhan kepada manusia
yang memberi manusia kehidupan yang memberi manusia kehidupan,
rezeki, kesenangan, dan lain-lain. Menurut al-Ghazali, Ma’rifat dan
Mahabbah inilah setinggi-tingginya tingkat yang dicapai seorang sufi.
Pengetahuan yang diperoleh dari Ma’rifat lebih tinggi mutunya dari
pengetahuan yang diperoleh dengan akal. 112
Al-Ghazali kadang-kadang menyebut Ma’rifat berbarengan dengan
ilmu, karena ilmu merupakan jalan menuju Ma’rifat. Sedang Muhyiddin
Ibnu ‘Arabi (w.638 H/1240 M), kadang menyebut ilmu dan Ma’rifat untuk
makna yang sama, dan kadang pula dia menyebut kedua istilah itu untuk
makna yang berbeda. Ilmu dan Ma’rifat disebut untuk makna yang sama,
yaitu keduanya mengandung makna pengetahuan. Tetapi, ada perbedaan
kedua istilah itu. Ilmu berarti pengetahuan lahiriah, sedang Ma’rifat berarti
ilmu batiniah (spiritual). 113
111
Ibid., hlm.86
112
Harun Nasution, Falsafat Dan Mistisisme…hlm.78
113
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik…, hlm.86-87
35
RANGKUMAN
1. Sufisme merupakan istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan
mistisisme dalam Islam. Tujuan dari mistisisme, baik yang di dalam maupun
yang di luar Islam ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan
Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.
2. Tasawuf ( )التصوفberasal dari kata sufi ()صوفى. Secara etimologi, istilah
Tasawuf memiliki banyak pengertian. M. Solihin dan Rosihon Anwar
merangkum ada tujuh asal kata Tawasuf, yaitu: (1) “Ahlu suffah” ()أهل الصفة:
Sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak
berdiam diri di serambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya
untuk beribadah kepada Allah. (2) “Shafa” ()صفاء: Nama bagi orang-orang
yang “bersih” dan “suci”. (3) “Shaf” ()صف: Makna yang dinisbahkan kepada
orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf paling depan. (4) Tasawuf
dinisbahkan kepada orang-orang dari Bani Shuffah. (5) “saufi” ( )سوفdari
bahasa Grik (Yunani) yang disamakan maknanya dengan “hikmah” ()حكمة,
yang berarti kebijaksanaan. (6) “Shaufanah”: Sebangsa buah-buahan kecil yang
berbulu-bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan
pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam
kesederhanaanya, dan (7) “Shuf” ()صوف: bulu, domba atau wol.
3. Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau
aspek spiritual dalam Islam. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih
menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Dalam kaitannya
dengan kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang
kehidupan dunia yang fana.
4. Maqa>ma>t adalah suatu konsep dalam ilmu Tasawuf yang digunakan oleh
peserta Tasawuf (al-Mutas}awwif) untuk mengukur keberadaan tingkat
spiritualnya dari satu maqam kepada maqam yang lebih tinggi tingkatannya.
[Type here]
5. Maqa>m (jamak: maqa>ma>t), bermakna kedudukan seorang jalan spiritual
di hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras (muja>hadah), dan
latihan-latihan keruhanian (riya>d}ah) sehingga mencapai keluhuruan
budipekerti (a>da>b) yang memampukannya untuk memiliki
persyaratanpersyaratan dan melakukan upaya-upaya untuk menjalankan
berbagai kewajiban (dengan sebaik-baiknya) demi mencapai kesempurnaan.
6. H}a>l (jamak: ah}wa>l) adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti kalbu,
yang diciptakan (sebagai “hak prerogatif”) Allah dalam hati manusia, tanpa
sang sufi mampu menolak keadaan itu apabila datang atau mempertahankannya
apabila pergi..
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Ilmu Tasawuf. Agar
Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 2, buatlah
tabel yang membedakan antara struktur Maqa>ma>t dan Ahwa>l dalam Tradisi
Tasawuf (Sufisme). Berikut ini contoh tabelnya:
TABEL. 1
Perbedaan Struktur antara Maqa>ma>t dan Ahwa>l
No Struktur Maqa>ma>t Struktur Ahwa>l
1
2
3
4
5
37
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Yang bukan termasuk ruang lingkup kajian Akidah dan Akhlak adalah…
a. Syariah
b. Kisah-kisah teladan
c. Tasawuf
d. Akhlak tercela
2. Tasawuf sebagai bagian Akidah Akhlak, dalam prakteknya mengambil dasar
dari al-Quran atau hadis, namun tidak jarang juga berdasarkan spiritual
experience dari pelakunya, karena itu pengalaman tasawuf berdasarkan
spiritual experience cenderung… a. Objektif
b. Rasional
c. Subjektif
d. Tekstual
3. Sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup
sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana,
merupakan pengertian dari.... a. tarekat
b. tasawuf
c. maqamat
d. riyadhah
4. Tahapan-tahapan atau stasioner yang harus dilalui oleh seorang sufi saat
menempuh proses kesufian dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah
dalam terminologi tasawuf disebut …. a. Maqam/Maqamat
b. Ibadah
c. Riyadah
d. Mujahadah
5. Seorang sufi tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sosial, karena manusia
pada dasarnya diciptakan oleh Allah juga sebagai makhluk sosial. Yang
termasuk perilaku sosial yang dianjurkan dalam tasawuf adalah….
[Type here]
a. Umat Islam harus mementingkan kesalihan ritual daripada kesalihan
sosial
b. Umat Islam harus mementingkan kesalihan sosial dan intelektual
c. Tidak perlu mementingkan kesalihan spiritual dan intelektual dalam social
d. Kesalihan ritual hendaklah diikuti dengan kesalihan intelektual dan sosial
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 2.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
39
SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
1. Mengidentifikasi perbedaan aliran-aliran dalam Ilmu Tasawuf seperti
Akhla>qi, Falsafi, ‘Irfa>ni, Salafi, dan Amali)
2. Menyajikan perbedaan tokoh-tokoh dalam aliran-aliran dalam Ilmu Tasawuf
serta konsep sufisme yang berkembang dalam aliran tersebut
POKOK-POKOK MATERI
[Type here]
URAIAN MATERI
114
A. Bachrun Rifa’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010),
hlm. 87-192.
115
Husein Muhammad, “Memahami Sejarah Ahlussunnah wal Jama’ah yang Toleran dan
anti Kekerasan” dalam Kontroversi Aswaja Aula Perdebatan dan Reinterpretasi, (ed.) Imam
Baehaqi,cet. ke-3, (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 48-49.
41
golongan sufi yang juga filosof ini ialah Ibnu Taimiah (wafat pada tahun
728 H).
Selama abad kelima Hijriah, aliran tasawuf akhlaki terus tumbuh dan
berkembang. Sebaliknya, aliran tasawuf falsafi mulai tenggelam dan
muncul kembali dalam bentuk lain pada pribadi-pribadi sufi yang juga
filosof pada abad keenam hijriah dan seterusnya. Tenggelamnya aliran
kedua ini pada dasarnya merupakan imbas kejayaan aliran teologi ahlu
sunnah wal jama’ah di atas aliran-aliran lainnya. Dia antara kritik keras,
teologi ahlu sunnah wal jama’ah dialamatkan pada keekstriman tasawuf
Abu Yazid Al-Busthami, Al-Hallaj, para sufi lain yang
ungkapanungkapannya terkenal ganjil, termasuk kecamannya terhadap
semua bentuk berbagai penyimpangan lainnya yang mulai timbul di
kalangan tasawuf. Kejayaan tasawuf akhlaqi merupakan hasil kepiawaian
Abu Hasan Al-
Asy’ari (wafat 324 H) dalam menggagas pemikiran akhlaki yang berbasis
ilmu kalam.
Oleh karena itu, pada abad kelima hijriah cenderung mengalami
pembaharuan, yakni dengan mengembalikannya pada landasan Al-Qur’an
dan sunah. Al-Qusyairi dan Al-Harrawi dipandang sebagai tokoh sufi paling
menonjol pada abad ini yang memberi bentuk tasawuf akhlaqi. Kitab
ArRisalah Al-Qusyairiah memperlihatkan dengan jelas bagaiman Al-
Qusyairi mengembalikan landasan tasawuf pada doktrin ahlu sunnah.
Dalam penilaiannya, ia menegaskan bahwa para tokoh sufi aliran ini
membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar sehingga
doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan. Selain itu mereka lebih
dekat dengan tauhid kaum salaf maupun ahlu sunnah.
Tokoh lainnya yang seirama dengan Al-Qusyairi adalah Abu Ismail
Al-Anshari, yang sering disebut dengan Al-Harawi. Ia mendasrakan
tasawufnya pada doktrin ahlu sunnah. Ia diapandang sebagai penggagas
aliran pembaharuan dalam tasawuf dan penentang para sufi yang terkenal
[Type here]
dengan keganjilan ungkapan-ungkapannya, seperti Abu Yazid Al-Busthami
dan Al-Hallaj.
Al-Ghazali dipandang sebagai pembela tasawuf Sunni. Pandangan
tasawufnya seiring dengan para sufi aliran pertama, para sufi abad ketiga
dan keempat Hijriah. Disampng itu, pandangan-pandangannya seiring
dengan Al-Qusyairi dan Al-Harawi. Namun, dari segi-segi kepribadian,
keluasan pengetahuan, dan kedalaman tasawufnya, Al-Ghazali memiliki
kelebihan dibandingkan dengan semua tokoh di atas. Ia sering diklaim
sebagai seorang sufi terbesar dan terkuat pengaruhnya dalam khazanah
ketasawufan di dunia Islam.
Dengan demikian, abad kelima Hijriah merupakan tonggak yang
menentukan kejayaan tasawuf akhlaki. Pada abad tersebut, tasawuf ini
tersebar luas dikalangan dunia Islam. Fondasinya begitu dalam terpancang
untuk jangka lama pada berbagai lapisan masyarakat Islam.116
2. Tasawuf Falsafi
Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
ajaranajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya, yang berasal
dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para
tokohnya. Metode pendekatan tasawuf falsafi sangat berbeda dengan
tasawuf akhlaqi. Kalau tasawuf akhlaqi lebih mengutamakan persoalan
praktik tanda dasar filsafat, maka tasawuf falsafi menonjol kepada segi
teoritis ( )النطريsehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih
mengedepankan asas rasio dengan pendekatan-pendekatan filosofis yang
kadang sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi
orang awam.
116
Abu Al-Wafa’ Al-Ghamini al-Taftazani, hlm. 192
43
Allah. Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan
makhluknya, setidaknya terdapat beberapa terma yang telah masyhur
beserta para tokohnya yaitu; hulul, wahdah al~wujud, insan kamil, wujud
mutlak, dan lain-lain.
Hulul merupakan salah satu konsep di dalam tasawuf falsafi yang
meyakini terjadinya kesatuan antara khaliq dengan makhluk. Paham hulul
ini disusun oleh Al-hallaj. Kata hulul berimplikasi kepada bahwa tuhan akan
menyatu dengan manusia jika manusianya menghilangkan sifat-sifat tercela
melalui meniadakan alam duniawi menuju kesadaran ketuhanan.
Wahdah al-wujud adalah paham yang mengatakan bahwa manusia
dapat bersatu padu dengan tuhan, akan tetapi tuhan di sini bukanlah tuhan
berupa zat, tetap sifat-sifat tuhan yang memancar pada manusia ketika
manusia sudah melakukan proses fana’, yaitu menghilangkan sifat-sifat
tercela melalui meniadakan alam duniawi menuju kesadaran ketuhanan.
Sedangkan ittihad sebagaimana diungkapkan Abu Yazid
Albusthami bahwa manusia adalah pancaran Nur Ilahi. Oleh karena itu,
manusia yang telah menemukan hakikatnya sebagai manusia maka pada
dasarnya ia telah menemukan asal mula yang sebenarnya, yaitu nur ilahi
atau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan.
Corak dari pada tasawwuf falsafi tentunya sangat berbeda dengan
tasawwuf yang pernah diamalkan oleh masa sahabat dan tabi’in, karena
tasawwuf ini muncul karena pengaruh filasafat Neo-Platonisme.
Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucian
batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah. Adanya pemaduan
antara filsafat dengan tasawuf pertama kali di motori oleh para filsuf muslim
yang pada saat itu mengalami helenisme pengetahuan. Misalnya filsuf
muslim yang terkenal yang membahas tentang Tuhan dengan menggunakan
konsep-konsep neo-plotinus ialah Al-Kindi. Dalam filsafat emanasi Plotinus
roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama
dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh masuk ke dalam tubuh
manusia juga kotor, dan tak dapat lagi kembali ke Tuhan. Selama masih
[Type here]
kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha. dari sini di tarik ke dalam
ranah konsep tasawuf yang berkeyakinan bahwa penciptaan alam semesta
adalah pernyataan cinta kasih Tuhan yang direfleksikan dalam bentuk
empirik atau sebagai Sifat madzohir dari sifat tuhan.
Namun istilah tasawuf falsafi belum terkenal pada waktu itu, setelah
itu baru tokoh-tokoh sufi falsafi yang populer. Abu Yazid al-Bustami, Ibn
Masarrah (w.381 H) dari Andalusia dan sekaligus sebagai perintisnya.
Orang kedua yang mengombinasikan antara teori filsafat dan tasawuf ialah
Suhrawardi al-Maqtul yang berkembang di Persia atau Iran. Masih banyak
tokoh tasawwuf falsafi yang berkembang di Persia ini sepeti al-Halaj dengan
konsep al-Hulul yakni perpaduan antara Mansusia dengan sifat-sifat tuhan.
Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
ajaranajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya, yang berasal
dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para
tokohnya. Karakteristik dari ajaran tasawuf ini adalah:
b) ajarannya lebih mengarah pada teori-teori yang rumit dan memerlukan
pemahaman yang lebih mendalam;
c) Mengedepankan akal mereka;
d) Ajarannya memadukan antara visi mistis dan rasional.
3. Tasawuf Amali
Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya
mendekatkan diri kepada Tuhan. Untuk mencapai hubungan yang dekat
dengan Tuhan, seseorang harus mentaati dan melaksanakan syariat atau
ketentuan ketentuan agama. Ketaatan pada ketentuan agama harus diikuti
dengan amalan amalan lahir maupun batin yang disebut tariqah. Dalam
45
amalan-amalan lahir batin itu orang akan mengalami tahap demi tahap
perkembangan ruhani. Ketaatan pada syariah dan amalan-amalan lahir-batin
akan mengantarkan seseorang pada kebenaran hakiki (haqiqah) sebagai inti
syariat dan akhir tariqah. Kemampuan orang mengetahui haqiqah akan
mengantarkan pada makrifah, yakni mengetahui dan merasakan kedekatan
dengan Tuhan melalui qalb. Pengalaman ini begitu jelas, sehingga jiwanya
merasa satu dengan yang diketahuinya itu.
Tasawuf Amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana
cara mendekatkan diri kepada Allah. Terdapat beberapa istilah praktis
dalam Tasawuf ‘Amali, yakni syariat, thariqat, dan marifat. Secara umum
syariat adalah segala ketentuan agama yang sudah ditetapkan oleh Allah
untuk hambanya. Bagi orang-orang sufi, syariat itu ialah amal ibadah lahir
dan urusan muamalat mengenai hubungan antara manusia dengan manusia.
Definisi lain mengatakan bahwa syariat adalah kualitas amal lahir dan
formal yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui al-Qur’an dan sunah.
Sebab itu, dapat dikatakan bahwa syariat adalah ilmu ibadah yang
cenderung hanya menyentuh aspek lahir manusia dan tidak menyentuh
aspek batin manusia.
Ath-Thusi dalam Al-Luma’ mengatakan bahwa syariat adalah suatu
ilmu yang mengandung dua pengertian, yaitu riwayah dan dirayah yang
berisikan amalan-amalan lahir dan batin. Selanjutnya yang perlu dipahami
adalah bahwa apabila syariat diartikan sebagai ilmu yang riwayah adalah
segala macam hukum teoritis yang termaktub dan terurai dalam ilmu fikih
yakni ilmu-ilmu teoritis yang bersifat lahiriah. Sebaliknya, apabila syariat
diartikan sebagai ilmu yang dirayah maka makna dari syariat itu adalah
makna batiniah dari ilmu lahiriah atau dapat disebut dengan makna hakikat
dari ilmu fikih itu sendiri. Sehingga, bila dikaitkan dengan para fuqaha dan
sufi yang memiliki perbedaan pandangan, syariat yang bersifat riwayah
adalah macam ilmu yang disebut dengan fikih, yakni ilmu yang menyentuh
aspek lahiriah saja. Sedangkan syariat yang berkonotasi dirayah adalah ilmu
[Type here]
yang sekarang ini dikenal dengan ilmu tasawuf yakni ilmu yang cenderung
menyentuh aspek batiniah.
Mengenai syariat ini para ahli sufi lebih menekankan pada aspek
hakekat atau makna batiniah dari dari ilmu lahiriah (syariat) ketimbang para
ahli fikih yang hanya menekankan pada aspek lahiriyah saja. Memang pada
dasarnya syariat adalah simbol hukum yang mengatur kehidupan agama
yang bersifat lahiriyah. Namun menurut para sufi hal ini tidak berkaitan
dengan kenyataan batin. Kenyataan batin dan iman itu diluar jangkauan dari
syariat (ilmu yang bersifat lahiriah) dan hal ini hanya dapat dilihat dan
dimengerti dengan jalan sufi. Menurut keyakinan sufi, seseorang akan
mencapai hakikat suatu ibadah apabila mereka telah menempuh jalan yang
menuju pada hakikat tersebut, yakni thariqat.
Thariqat menurut istilah tasawuf adalah jalan yang harus ditempuh
oleh seorang sufi dalam mencapai tujuan berada sedekat mungkin dengan
tuhan. Thariqat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan digambarkan
sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syara’,
sedangkan anak jalan disebut dengan thariq. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa thariqat adalah cabang dari syariat yang merupakan
pangkal dari suatu ibadah. Hal ini dapat pula digambarkan bahwa tidak
mungkin adanya suatu ibadah yang dilakukan tanpa adanya perintah yang
mengikat. Sehingga untuk menempuh anak jalan yang menuntun kepada
hakikat tujuan ibadah harus mengerti terlebih dahulu akar atau pangkal dari
jalan tersebut, yaitu syariat (landasan hukum). Sehingga dapat digambarkan
bahwa jalan-jalan tersebut terbagi kedalam tiga batasan antara manusia dan
teologis, yakni syariat, thariqat dan hakikat. Dalam hal ini, terdapat pepatah
sufi yang mengatakan “untuk mencapai haqiqah (inti) anda harus mampu
menghancurkan kulit”. Yakni, makna essensial melebihi makna-makna
yang bersifat eksotoris.
47
RANGKUMAN
1. Tasawuf akhla>qi merupakan tasawuf yang didasarkan pada teori perilaku,
akhlak, dan budi pekerti atau tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan
akhlak
2. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori tasawuf
dan filsafat
3. tasawuf ‘irfa>ni adalah penyingkapan hakikat kebenaran atau ma’rifah kepada
Allah tidak diperoleh melalui logika tetapi melalui hati yang bersih (suci)
4. Tasawuf Salafi memahami tasawuf sebagai cara hidup yang sejalan dengan apa
yang telah dikemukakan al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw., secara skripturalis
dan anti takwil dalam wacana Kalam. Tokoh dalam tasawuf ini adalah alHarawi
al-Anshari (w.1089 M), Ibn Taymiyah (w.1327 M), dan muridnya Ibnu Qayyim
al-Jawziyah (w. 1350 M)
5. Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatkan
diri kepada Tuhan. Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan,
seseorang harus mentaati dan melaksanakan syariat atau ketentuan ketentuan
agama
[Type here]
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Aliran-Aliran dalam
Tasawuf (Mistisisme), yaitu Akhlaqi, Falsafi, Amali, Irfani, dan Salafi. Agar Anda
dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel
yang menjelaskan tentang perbedaan aliran-aliran tersebut.
49
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Praktif sufisme yang menggabungkan antara teori tasawuf dengan filsafat
disebut dengan tasawuf …
a. Akhlaqi
b. Falsafi
c. Salafi
d. Amali
2. Menurut Ali Sami Nasyar bahwa Ibn Taymiyah (w.1327 M), dan muridnya
Ibnu Qayyim al-Jawziyah (w. 1350 M) merupakan tokoh Tasawuf… a.
Akhlaqi
b. Falsafi
c. Salafi
d. Amali
3. Hulul merupakan salah satu konsep di dalam tasawuf falsafi yang meyakini
terjadinya kesatuan antara khaliq dengan makhluk. Paham hulul ini disusun
oleh…
a. Abu Yazid al-Bustami
b. Syaikh Abdul Qadir Jailani
c. Syikh Ibn ‘Araby
d. Al-Hallaj
4. Jalan yang ditempuh para sufi dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal
dari syariat, disebut dengan… a. Thariqat
b. Hakikat
c. Syariat
d. Fana’
[Type here]
Tasawuf…
a. Akhlaqi
b. Falsafi
c. Salafi
d. ‘Irfani
51
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
Mengidentifikasi aliran-aliran tarekat dalam ilmu Tasawuf (Naqsyabandiyah,
Naqsyabandiyah-Khalidiyah, Syadzaliyah, Qadiriyah, dan
QadiriyahNaqsyabandiyah.
SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
1. Menjelaskan konsep tarekat dalam ilmu tasawuf
2. Mengidentifikasi aliran-aliran tarekat dalam ilmu Tasawuf (Naqsyabandiyah,
Naqsyabandiyah-Khalidiyah, Syadzaliyah, Qadiriyah, dan
QadiriyahNaqsyabandiyah
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
[Type here]
A. TAREKAT DALAM TASAWUF
Wawan Hernawan mengutip Louis Makluf, istilah tarekat berasal dari
Bahasa Arab, “thariqat” jamaknya “tara>iq” secara harfiyah berarti “jalan”
atau “metode”.117 Ahmad Khoirul Fata mengutip Jean Louis Michon, tarekat
secara istilah berarti: (1) Pengembaraan mistik pada umumnya, yaitu gabungan
seluruh ajaran dan aturan praktis yang diambil dari al-Qur’an, sunnah Nabi
Saw, dan pengalaman guru spiritual; dan (2). persaudaraan sufi yang biasanya
dinamai sesuai dengan nama pendirinya.118
Agus Riyadi mengutip Abd al-Wahhabal-Sya’raniy bahwa tarekat yang
pada awalnya hanyalah dimaksudkan sebagai metode, cara, dan jalan yang
ditempuh seorang sufi menuju pencapaian spiritual tertinggi, pensucian diri
atau jiwa, yaitu dalam bentuk intensifikasi dzikrullah, berkembang secara
sosiologis menjadi sebuah institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan
keanggotaan yang sangat kuat. Esensi dari institusi tersebut misalnya berupa
interaksi guru-murid, interaksi antar murid atau anggota tarekat, dan norma
atau kaidah kehidupan religius yang melandasi pola persahabatan di antara
119
mereka. Secara manajerial, tarekat adalah suatu organisasi dengan pola
dinamika dan otoritas yang top-down, yang sangat tergantung pada
kepemimpinan mursyid tarekat.120
117
Wawan Hermawan, “Analisis Historis Pertumbuhan dan Pengaruh Takekat di Dunia
Islam”, Wawasan Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 36, No. 1, Bandung: Januari-Juni
2013: 44.
118
Ahmad Khoirul Fata, “TAREKAT”, Jurnal Al- Ulum, Volume. 11, Nomor 2, Desember 2011:
374-375
119
Agus Riyadi, “TAREKAT SEBAGAI ORGANISASI TASAWUF (Melacak Peran
Tarekat Dalam Perkembangan Dakwah Islamiyah)” Jurnal at-Taqaddum, Volume 6, Nomor 2,
Nopember 2014: 359-360.
120
Ibid., hlm. 360.
53
alMu’tabarah an-Nahd}iyah yang berdiri secara resmi pada bulan Rajab 1399
H.
Organisasi ini mengakui 43 aliran tarekat yang mu’tabarah menurut NU dan boleh
diikuti, yaitu: tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, QadiriyahNaqsyabandiyah,
Syadziliyyah, Khalidiyah wa Naqsyabandiyah, dan lain sebagainya.121
1. Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah
Tarekat Naqsyabandiyah adalah tarekat yang didirikan oleh
Khwa>jah Baha’al-Di>n Muh}ammad Naqsyaband (717-791 H/13171389
M). Pada abad ke-10 H/16 M, tarekat ini menyebar ke India dan tahap baru
aktivitas spiritual dimulai di bawah kepemimpinan Syaikh Ah}mad
Sirhindi> (972-1033 H/1605-1624 M). Sepanjang sejarah, tarekat
Naqsyabandiyah memiliki dua karakteristik, yaitu: (1) ketaatan yang ketat
dan kuat pada hukum Islam (syariat) dan sunnah nabi, dan (2) upaya tekun
untuk mempengaruhi kehidupan dan pemikiran penguasa (pemerintah)
serta mendekatkan negara pada agama Islam. Ciri khas yang lain dari para
syaikh Naqsyabandi adalah “kesadaran akan misi” bahwa mereka
ditakdirkan untuk memainkan peran dalam sejarah.122
Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Khwajah Baha> al-Din
Muh}ammad Naqsband (717-791 H/1317-1389 M) dari Bukhara.
Karakteristik tarekat terletak pada ketaatan ketat dan kuat pada hukum
Islam (syariat) dan sunnah Nabi dan upaya tekun untuk mempengaruhi
kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekatkan negara
pada agama.123
Ciri khas tarekat Naqsyabandiyah yang lain adalah berpegang
teguh pada aqi>dah ahl al-sunnah, meninggalkan rukhsah (dispensasi),
memilih hukum-hukum azi>mah (hukum yang baku), mura>qabah
121
Agus Ahmad Kafabihi, dkk, Jejak Sufi Membangun Moral Berbasis Spiritual, cet. ke-4,
(Kediri: Pustaka Turats, 2014), hlm. 165– 179.
122
Seyyed Hossen Nasr (ed.), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Buku 2, (terj.) oleh Tim
Penerjemah Mizan, cet. ke-1, (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 219-221.
123
Seyyed Hossen Nasr, (ed.), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Buku 2, (terj.) oleh Tim
Penerjemah Mizan, cet. ke-1, Bandung: Mizan, 2003), hlm. 219-220
[Type here]
(merasa selalu diawasi Allah), selalu berhadapan Allah, berpaling dari
kemegahan dunia, berzikir khafi, dan lain sebagainya. Naqsyabandiyah-
Khalidiyah didirikan oleh Mawlana Kha>lid al-Baghda>di (w. 1827 M).
Ciri khas tarekat Khalidiyah adalah terpusat, disiplin dan konsep ra>bitah
(pertautan dengan syaikh) sebelum menjalankan zikir. 124
Ahmad Khoirul Fata mengutip Rabbani mengenai silsilah
Naqshabandiyah. Dinamai dengan nama Bahau al-Din Naqshaband. Dia
adalah khalifah Amir Syed Kalal, khalifah Muhammad Samasi, khalifah
Ali Ramatani, khalifah Mahmud Abu Khayr Faghnavi, khalifah Arif
Regviri, khalifah Abd al-Khaliq Ghayidwani, khalifah Yusuf Hamdani,
khalifah Ali farmadi, khalifah Abu al-Qasim Gorgani, yang berjaring ke
atas dengan Junayd al-Baghdadi dengan 3 jaringan di antaranya. Abu
alQasim juga berjaringan ke atas dengan Abu Bakar melalui Abu al-Hasan
Khargani, Abu Yazid al-Bistami, dan Ja’far Shiddiq. 125
2. Tarekat Syadzaliyah
Menurut Martin, tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu al-Hasan
al-Syadzili, sufi Afrika Utara, wafat pada tahun 1258. 126 Dari nama
alSyadzili inilah tarekat ini dinamakan tarekat Syadziliyah. Tarekat
Syadzaliyyah merupakan tarekat yang silsilahnya sambung-menyambung
sampai kepada Hasan anak Ali bin Abi Thalib, melalui Ali bin Abi Thalib
sampai kepada Nabi Muhammad Saw. 127
Sri Mulyati dkk, menyimpulkan tujuh pokok-pokok pemikiran
dalam tarekat al-Syadziliyah, yaitu: (1) tidak menganjurkan muridnya
meninggalkan profesi dunia, (2) tidak mengabaikan dalam menjalankan
124
John L. Esposito (ed.), “Naqshandi>yah” on The Oxford Encyclopedia of the Modern
Islamic World, volume 3, (New York: Oxford University Press, 1995), hlm. 227. atau lihat Heri MS
Faridy, Rahmat Hidayat, Ika Prasasti Wijayanti, (eds.), Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung:
Angkasa, 2008), hlm. 934
125
Ahmad Khoirul Fata, “TAREKAT”, hlm. 381.
126
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, (Yogyakarta: Gading
Publishing, 2012), hlm. 226.
127
Aboebakar Atjeh, Tarekat dalam Tasawuf, (Bandung: Sega Arsy, 2017), hlm.53
55
syariat Islam, (3) zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada
dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan, (4) tidak ada
larangan menjadi orang kaya, (5) berusaha merespons apa yang sedang
mengancam kehidupan umat, (6) tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam
rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah, dan
(7) ma’rifah adalah salah satu tujuan ahli tarekat (tasawuf).128
128
Moh. Ardani dalam Sri Mulyati, (et.al) Mengenal & Memahami Tarekat-tarekat
Muktabarah di Indonesia, cet. ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 73-75
129
https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Qodiriyah [dikutip 17 Desember 2018]
43
Aboebakar Atjeh, Tarekat dalam…, hlm. 55
130
Ahmad Khoirul Fata, “TAREKAT”, hlm. 380-381.
[Type here]
Kalimantan Barat. Menurut Syaikh Naquib al-‘Attas yang dikutip Sri
Mulyati, TQN merupakan tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah
Syaikh dari kedua tarekat tersebut dan mengajarkan dalam satu versi
dengan cara mengajarkan dua jenis zikir, yaitu zikir yang dibaca dengan
keras (jahr) dalam tarekat Qadiriyah dan zikir dalam hati (kha>fi) dalam
131
tarekat Naqsyabandiyah. Sebagai sebuah tarekat gabungan antara
Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, TQN memiliki tujuan utama, yaitu: (1)
mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Alla>h), (2) menuju jalan
yang diridhai Allah (mard}a>t Alla>h), (3) mengenal Allah (ma’rifah
Alla>h), dan (4) mencintai Allah (mah}abah Alla>h ). 132
131
Sri Mulyati, (et.al) Mengenal & Memahami…, hlm.253.
132
Lihat Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam, cet. ke-2, (Bandung:
PT Rosdakarya, 2014), hlm. 96
57
RANGKUMAN
1. Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Khwajah Baha> al-Din Muh}ammad
Naqsband (717-791 H/1317-1389 M) dari Bukhara. Tarekat Naqsyabandiyah
yang lain adalah berpegang teguh pada aqi>dah ahl al-sunnah, meninggalkan
rukhsah (dispensasi), memilih hukum-hukum azi>mah (hukum yang baku),
mura>qabah (merasa selalu diawasi Allah), selalu berhadapan Allah, berpaling
dari kemegahan dunia, berzikir khafi, dan lain sebagainya.
2. Naqsyabandiyah-Khalidiyah didirikan oleh Mawlana Kha>lid al-Baghda>di
(w. 1827 M). Ciri khas tarekat Khalidiyah adalah terpusat dan displin dan
konsep ra>bitah (pertautan dengan syaikh) sebelum menjalankan zikir.
3. Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu al-Hasan al-Syadzili, sufi Afrika Utara,
wafat pada tahun 1258. Dari nama al-Syadzili inilah tarekat ini dinamakan
tarekat Syadziliyah. Tarekat Syadzaliyyah merupakan tarekat yang silsilahnya
sambung-menyambung sampai kepada Hasan anak Ali bin Abi Thalib, melalui
Ali bin Abi Thalib sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
4. Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin
Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi QS.
5. TQN Merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat
Naqsyabandiyah (TQN). TQN didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas
(1802-1872).
6. TQN memiliki tujuan utama, yaitu: (1) mendekatkan diri kepada Allah
(taqarrub ila Alla>h), (2) menuju jalan yang diridhai Allah (mard}a>t
Alla>h), (3) mengenal Allah (ma’rifah Alla>h), dan (4) mencintai Allah
(mah}abah Alla>h ).
[Type here]
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang mengidentifikasi
tarekat dalam tasawuf serta serta tipologi tarekat yang berkembang di dunia
Sufisme, seperti Naqsyabandiyah, Naqsyabandiyah-Khalidiyah, Syadziliyah,
Qadiriyah, dan Qadiriyah-Naqsyandiyah. Agar Anda dapat lebih memahami materi
yang terdapat pada Kegiatan Belajar 4, buatlah tabel yang menjelaskan perbedaan
antara tipologi tarekat-tarekat dalam Tasawuf serta ajaran-ajaran pokoknya:
59
TES FORMATIF 4
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Ketaatan yang ketat dan kuat pada hukum Islam (syariat) dan sunnah nabi,
dan upaya tekun untuk mempengaruhi kehidupan dan pemikiran penguasa
(pemerintah) serta mendekatkan negara pada agama Islam, merupakan ajaran
pokok dalam tarekat…
a. Naqsyabandiyah
b. Syadzaliyah
c. Qadiriyah
d. Qadiriyah-Naqsyabandiyah
2. Mursyid tarekat yang dikenal sebagai qutubul aqtab adalah...
a. Abu al-Hasan al-Syadzili
b. Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi QS
c. Syaikh Ahmad Khatib Sambas
d. Khwajah Baha> al-Din Muh}ammad Naqsband
3. Mursyid yang menggabungkan dua tarekat yang dikenal dengan Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah adalah… a.
Abu al-Hasan al-Syadzil
b. Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi QS
c. Syaikh Ahmad Khatib Sambas
d. Khwajah Baha> al-Din Muh}ammad Naqsband
4. Mawlana Kha>lid al-Baghda>di adalah mursyid yang mendirikan tarekat…
a. Naqsyabandiyah
b. Naqsyabandiyah-Khalidiyah
c. Qadiriyah
d. Qadiriyah Naqsyabandiyah\
[Type here]
5. Tarekat yang tidak menganjurkan muridnya meninggalkan profesi dunia
adalah tarekat…
a. Naqsyabandiyah
b. Khalidiyah
c. Syadzaliyah
d. Qadiriyah
61
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah
peta konsep dari materi Ilmu Tasawuf yang meliputi tema Akhlak Islam, Ilmu
Tasawuf, Aliran dalam Ilmu Tasawuf, Tarekat dalam Tasawuf disertai
konsepkonsep kunci dalam Ilmu Tasawuf.
TES SUMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Akhlak adalah bentuk jamak dari…
a. Khuluqun
b. Khaliqun
c. Khalaka
d. Khalaqun
2. Maqa>ma>t berarti:
a. Kuburan
b. Perjalanan
c. Situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah
d. Jenjang atau terminal menuju kedekatan dengan Tuhan
3. Al-Ahwa>l adalah:
a. Terminal
b. Persinggahan
c. Situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah
d. Jenjang atau terminal menuju kedekatan dengan Tuhan
4. ا أخلالق ّه صفات الانسان الادابية. Definisi akhlak yang disampaikan oleh Abd.
Hamid Yunus berarti…
a. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya”.
b. “Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”
[Type here]
c. Keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)
d. “Bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka memiliki akhlak. Bila
akhlak telah lenyap dari mereka, merekapun akan lenyap pula”.
5. Aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang berguna disebut
dengan…
a. Hedonisme
b. Vitalisme
c. Sosialisme
d. Utilitarisme
6. Kata Tawasuf juga berasal dari “Ahlu suffah” ( )أهل الصفةyang artinya…
a. Para Sahabat Nabi Muhammad Saw yang tekun beribadah
b. Sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan
banyak berdiam diri di serambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah
c. Orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf paling depan
d. Sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak sekali
tumbuh di padang pasir di tanah Arab
7. “Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan
orangorang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada
mereka. » (QS at-Taubah [9]: 117). Atas dasar ayat ini, menurut Ibnul Qayyim
Al-Jauziah bahwa Maqam paling puncak (akhir) dalam Tasawuf adalah… a.
Ridla
b. Makrifat
c. Sabar
d. Tobat
63
8. Tokoh yang berpendapat bahwa “Makrifat” sebagai maqam puncak dalam
Sufisme adalah…
a. Rabiah al-Adawiyah
b. Al-Halaj
c. Abu Bakar al-Kalabadzi
d. Ibnu Arabi
9. Aliran tasawuf yang memiliki cara hidup sejalan dengan apa yang telah
dikemukakan al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw., secara skripturalis dan anti
a. Akhlaqi
b. Falsafi
c. Amali
d. Salafi
10. Beberapa terma yang masyhur beserta para tokohnya yaitu; hulul, wahdah
al~wujud, insan kamil, wujud mutlak, dan lain-lain. Terma ini ada dalam tradisi
Tasawuf…
a. Falsafi
b. Akhlaqi
c. Amali
d. Salafi
11. Berikut ini salah satu tokoh Tasawuf yang mengembangkan Tasawuf Falsafi
adalah…
a. Imam al-Ghazali
b. Ibn Taymiyah
c. Abu Hasan Al-Asy’ari
d. Suhrawardi al-Maqtul
[Type here]
12. Definisi dari tasawuf ‘irfa>ni adalah…
a. Penyingkapan hakikat kebenaran atau ma’rifah kepada Allah tidak
diperoleh melalui logika tetapi melalui hati yang bersih (suci)
b. Tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori tasawuf dan filsafat
c. Tasawuf yang didasarkan pada teori perilaku, akhlak, dan budi pekerti atau
tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak
d. Tasawuf sebagai cara hidup yang sejalan dengan apa yang telah
dikemukakan al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw an
13. Tarekat yang mengajarkan sikap zuhud dengan tidak harus menjauhi dunia, tapi
a. Naqsyabandiyah
b. Syadziliyah
c. Khalidiyah
d. Qadiriyah
14. Tarekat yang mengajarkan dua cara berzikir, yaitu zikir yang dibaca dengan
keras (jahr) dan zikir dalam hati (kha>fi) disebut tarekat: a. Naqsyabandiyah-
Khalidiyah
b. Qadiriyah
c. Qadiriyah-Naqsyabandiyah
d. Syadzaliyah
15. Mursyid yang mengajarkan tarekat dengan terpusat, displin dan konsep
ra>bitah (pertautan dengan syaikh) sebelum menjalankan zikir adalah… a.
Mawlana Kha>lid al-Baghda>di
b. Abu al-Hasan al-Syadzili
c. Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi QS
d. Syaikh Ahmad Khatib Sambas
65
KUNCI JAWABAN
[Type here]
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF
1. A
2. D
3. C
4. B
5. D
6. B
7. D
8. C
9. D
10. A
11. D
12. A
13. B
14. C
15. A
67
DAFTAR PUSTAKA
[Type here]
Hamka, Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas,
1994)
Hermawan, Wawan, “Analisis Historis Pertumbuhan dan Pengaruh Takekat di
Dunia Islam”, Wawasan Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 36,
No. 1, Bandung: Januari-Juni 2013
https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Qodiriyah [dikutip 17 Desember 2018]
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta, LPPI UMY-Pustaka Pelajar, 2006)
Kafabihi, Agus Ahmad, dkk, Jejak Sufi Membangun Moral Berbasis Spiritual, cet.
ke-4, (Kediri: Pustaka Turats, 2014).
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2011),
Muhammad, Husein, “Memahami Sejarah Ahlussunnah wal Jama’ah yang Toleran
dan anti Kekerasan” dalam Kontroversi Aswaja Aula Perdebatan dan
Reinterpretasi, (ed.) Imam Baehaqi,cet. ke-3, (Yogyakarta: LKiS, 2010)
Nasr, Seyyed Hossen, Tasauf Dulu Dan Sekarang, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996)
Nasr, Seyyed Hossen, (ed.), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Buku 2, (terj.)
oleh Tim Penerjemah Mizan, cet. ke-1, (Bandung: Mizan, 2003).
Nasution, Harun, Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1978), cetakan kedua.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1986),
cetakan keenam
Poedjawiyatna, Etika; Filsafat tingkah Laku, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996)
Rifa’i, A. Bachrun dan Mud’is, Hasan, Filsafat Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010)
Riyadi, Agus, “TAREKAT SEBAGAI ORGANISASI TASAWUF (Melacak Peran
Tarekat Dalam Perkembangan Dakwah Islamiyah)” Jurnal at-Taqaddum,
Volume 6, Nomor 2, Nopember 2014
Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2004)
Solihin, M dan Anwar, Rosihon, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008)
Tebba, Sudirman, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta:
Kencana, 2004)
Tohir, Moenir Nahrowi, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf Meniti Jalan Menuju
Tuhan, (Jakarta: PT As-Salam Sejahtera, 2012)
69
GLOSARIUM
Akhlak Berasal dari bahasa Arab, jama’ dari bentuk mufradnya
khuluqun ) (خلقyang artinya: budi pekerti, perangai, tingkah
laku, karakter atau tabiat.
Ilmu Akhlak Ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia. Baik atau
buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal.
[Type here]
Akhlaqi Tasawuf yang didasarkan pada teori perilaku, akhlak, dan
budi pekerti atau tasawuf yang berkonsentrasi pada
perbaikan akhlak
Salafi Tasawuf sebagai cara hidup yang sejalan dengan apa yang
telah dikemukakan al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw., secara
skripturalis dan anti takwil dalam wacana Kalam
71
[Type here]