LP Askep Kep Anak
LP Askep Kep Anak
MAKALAH
SEMESTER 4B
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hida
yah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan Diagnosa
BRONKOPNEUMONIA” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas p
ada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada An. H Dengan Diagnosa BRONKOPNEUMONIA” bagi para pembaca dan j
uga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eleni Kenanga P., M.Kep.,
Sp.Kep., An selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai de
ngan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempur
na. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi k
esempurnaan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ISPA ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia salah satu penyakit pernapasan pada balita yang
menjadi penyebab kematian tertinggi dikalangan anak-anak (Purnamawati &
Fajri, 2020). Bronkopneumonia termasuk kedalam salah satu jenis pneumonia
dan disebut juga pneumonia lobularis yang ditandai dengan adanya bercak-
bercak infiltrat yang mengelilingi dan melibatkan bronkus, yang sering
disebabkan oleh bakteri. Bakteri-bakteri ini mampu menyebar dalam jarak
dekat melalui percikan ludah saat penderita bersin atau batuk, yang kemudian
terhirup oleh orang disekitarnya. Inilah sebabnya lingkungan menjadi salah
satu faktor risiko berkembangnya bronkopneumonia (Alaydrus, 2018).
Bronkopneumonia ditandai dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnea,
napas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering (Amelia et al., 2018).
Proses peradangan dari penyakit bronkopneumonia menimbulkan manifestasi
klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah, salah satunya bersihan
jalan napas tidak efektif yaitu ketidak mampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif bila tidak ditangani secara
cepat dapat menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan
mengalami sesak yang hebat dan bisa menimbulkan kematian (PPNI, 2018).
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronkopneumonia juga merupakan penyebab tingginya angka kesakitan serta
kematian pada anak terutama pada negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia. Proses peradangan penyakit bronkopneumonia
mengakibatkan produksi sputum meningkat sampai menimbulkan manifestasi
klinis yang ada sehingga muncul masah. Salah satu masalah tersebut adalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
merupakan masalah utama yang selalu timbul pada pasien dengan
bronkopneumonia karena pada umumnya pasien mengalami keluhan batuk
(Nuzul Mubarokah, 2017). Bronkopneumonia berdampak pada peradangan
yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukosa
purulen untuk membentuk bercak konsolidasi pada lobus – lobus yang berada
didekatnya. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang,
salah satunya yaitu Bronchopneumonia, Bronchopneumonia terjadi karena
rongga alveoli paru- paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influeza, Eschericia coli dan
Pneumocytis jirovenci (Yulianti,2018).
Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Karena
keluarga merupakan unit paling dekat dengan pasien, dan merupakan perawat
utama bagi pasien. Keluarga memiliki peran dalam menentukan bagaimana
perawatan yang diperlukan pasien saat berada di rumah. Walaupun perawatan
di rumah sakit berhasil, tapi jika perawatan di rumah tidak diteruskan maka
keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia sehingga akan
mengakibatkan pasien akan mengalami kekambuhan. Peran serta keluarga
mulai dari awal perawatan akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat
pasien sehingga memungkinkan pasien tidak kambuh atau dapat dicegah
(Padila, 2019; Isnaniny. et al, 2020).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari penyakit BRONKOPNEUMONIA ?
2. Sebutkan etiologi dari penyakit BRONKOPNEUMONIA ?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit BRONKOPNEUMONIA ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit BRONKOPNEUMONIA ?
5. Sebutkan pemeriksaan penunjang dari penyakit
BRONKOPNEUMONIA ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit BRONKOPNEUMONIA ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit BRONKOPNEUMONIA ?
C. TUJUAN
a. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit BRONKOPNEUMONIA
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit BRONKOPNEUMONIA
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit
BRONKOPNEUMONIA
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit
BRONKOPNEUMONIA
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit
BRONKOPNEUMONIA
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit
BRONKOPNEUMONIA
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit
BRONKOPNEUMONIA
D. MANFAAT
a. Manfaat secara teoritis
Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian - penelitian selanjutnya
yang berhubungan di asuhan keperawatan dengan BRONKOPNEUMONI
serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
b. Manfaat secara Praktis
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami BRONKOPNEUMONIA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus yang ditandai dengan bercak-bercak yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme (Rukmi et al., 2018).
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian
bawah. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan
beberapa komplikasi bahkan kematian. Bronkopneumonia merupakan
salah satu bagian dari penyakit pneumonia. Bronkopneumonia adalah
peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukosa purulen. (M. Raffi Ardian, 2019).
Bronkopneumonia adalah radang pada paru – paru yang
mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam area atau lebih yang
berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru, yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, atapun benda asing. Ditandai dengan gejala
panas yang tinggi, gelisah, dispneu, nafas cepat dan dangkal, muntah,
diare serta batuk kering dan produktif (Nuryati, 2019).
Jadi kesimpulannya Bronkopneumonia adalah peradangan
parenkim paru yang mempunyai penyebaran langsung melalui saluran
pernapasan melalui hematogen sampai ke bronkus, di tandai dengan gejala
panas tinggi gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta
batuk kering dan produktif.
B. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari
beberapa faktor.
Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus
influenza dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini.
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan
hidrokarbon(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
C. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan
sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah
itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan
yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobusmasih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga
terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016).
D. PATHYWAY
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah.
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan
tidak ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam.
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Foto thoraks Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak
infiltrat pad asatu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3
dengan pergeseran kekir.
c. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan
atautanpa retensi CO2
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3.
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.
(Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016).
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi Berat, disritmia Distensi vena
leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan
penyakit jantung. Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane
mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat
menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, Nafsu makan buruk / anoreksia (emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk, Berkeringat Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise. Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur,
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, gelisah/ insomnia, kelemahan umum / kehilangan masa
otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor lingkungan,
adanya infeksi berulang.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, anorexia, distensi abdomen
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari- hari.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka bersihan jalan napas
dapat mampu membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten, pertukaran gas dalam oksigenasi
atau eliminasi karbohidioksida pada membrane alveolus kapiler dalam
batas normal.
Kriteria hasil : dispnea menurun, gelisah menurun, frekuensi pernapasan
membaik, pola napas membaik.
Intervensi :
1) Manajemen jalan nafas.
Rasional : pemantauan respirasi.
1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas).
2) Monitor bunyi napas tambahan (misalnya gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering).
3) Monitor sputum (jumlah, wama, aroma).
4) Posisikan semi-Fowler atau Fowler.
5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 menit.
6) Berikan oksigen jika perlu.
7) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Amelia, S., Oktorina, R., & Astuti, N. (2018). Aromaterapi Peppermint Terhadap
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Anak Dengan
Bronkopneumonia. REAL in Nursing Journal
Padila. (2019). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Yogjakarta: Nuh
a Medika.
PPNI. ( 2018 ). SDKI, Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi I Cetakan III . Jaka
rta : PPNI
PPNI. ( 2018 ). SIKI, Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II . Jak
arta : PPNI
PPNI. ( 2018 ). SLKI , Definisi dan Kriteria Hasil . Edisi I Cetakan II . Jakarta : P
PNI
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2 Yog
yakarta : Graha Ilmu.