Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN TERPADU IPE

DESA Salukanan KECAMATAN Baraka KABUPATEN ENREKANG


TAHUN 2021

Takdir, SP, Kepala Desa Salukanan, Kecamatan Baraka


Khiki Purnawati Kasim, SST., M.Kes, Jurusan Kesehatan Lingkungan,
Muhammad Fahmi AS, Jurusan Kesehatan Lingkungan
St. Khadijah Djawad, Jurusan Kesehatan Lingkungan
Khaerani Kamil, Jurusan Fisioterapi
Johanis Arnold Loginsi, Jurusan Fisioterapi
Husnul Khatimah Sidang, Jurusan Fisioterapi
Fitri Rustam, Jurusan Kebidanan
Reski Amaliyah. N, Jurusan Kebidanan
Putri Ayu Jauhary, Jurusan Kebidanan
Nur Resky Ramadhani, Jurusan Keperawatan Gigi
Illa Kurnia, Jurusan Keperawatan Gigi
Nur Indah, Jurusan Analis Kesehatan
Iin Inda Sari, Jurusan Gizi
Andi Humaerah Aldillah, Jurusan Gizi
Afifah Evi Safrianti, Jurusan Keperawatan Gigi
Dini Putri Wulandari, Jurusan Kesehatan Lingkungan
Madinatul Munawarah Gizi

Abstrak
PKL Terpadu IPE yang berfokus pada pencegahan stunting dan covid-19 ini mengutamakan
praktek kolaborasi yang dilandasi oleh kompetensi interprofesional agar dapat belajar mengenai
profesi lain dan membangun kerjasama yang efektif dengan menerapkan ilmu yang dipelajari
sekaligus belajar berinteraksi dan berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal. Tujuan yang dicapai yaitu optimalisasi
interversi IPE pada sasaran strategis pencegahan stunting dengan pendekatan keluarga dan
komunitas.. Hasil yang diperoleh dari penentuan KK prioritas yaitu : KK 1 dengan presentase
rata – rata masalah 13,4%, KK 2 dengan presentase rata – rata masalah 13,1125%, KK 3 dengan
presentase rata – rata masalah 11,5%, dan KK 4 dengan presentase rata – rata masalah 9,275%.
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di Desa Salukanan, Kecamatan Baraka,
Kabupaten Enrekang telah dilakukan intervesnsi 4 KK prioritas dengan berbagai masalah yang
ditemukan maka dilakukan berbagai metode penyuluhan atau edukasi dan demonstrasi.
Kata kunci :COVID – 19, intervensi, stunting.

LATAR BELAKANG
Tingginya tuntutan terhadap keterpaduan intervensi pelayanan kesehatan dalam sistem kesehatan
nasional membutuhkan kemampuan institusi pendidikan tenaga kesehatan, salah satu upaya yang
dilakukan Poltekkes Kemenkes Makassar adalah dengan mengembangkan strategi pelaksanaan
PKL dari intraprofesional menadi interprofesional. Strategi PKL interprofesional merupakan
salah satu bentuk implementasi dari strategi pendidikan interprofesional atau Interprofessional
Education (IPE) yaitu suatu model proses pendidikan yang melibatkan dua atau lebih jenis
profesi. Pendidikan interprofesional mengandung makna “learning about, from, with, each other”
atau belajar tentang, dari, dengan satu sama lain untuk menciptakan kolaborasi efektif
sehinggadiharapkan dapat meningkatkan outcome kesehatan.
Strategi model PKL Terpadu IPE yang berfokus pada pencegahan stunting dan covid-19 ini
mengutamakan praktek kolaborasi yang dilandasi oleh kompetensi interprofesional agar dapat
belajar mengenai profesi lain dan membangun kerjasama yang efektif dengan menerapkan ilmu
yang dipelajari sekaligus belajar berinteraksi dan berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal.
Melalui pengalaman belajar secara langsung dilapangan diharapkanmahasiswa dapat
mengimplementasikan proses bekerja secara tim dalam mengidentifikasi masalah, menetapkan
skala prioritas masalah, menyusun rencana intervensi, serta melakukan monitoring dan evaluasi
sebagai alternatif solusi pemecahan masalah kesehatan pada stunting dan masalah kesehatan
lainnya di masyarakat.
Prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar didunia. Data riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi stunting dalam lingkup
sebesar 37,2 persen. Stunting dianggap pada rentang 30-39 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan masyarakat yang berat dalam kasus balita
stunting .
Adapun riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting turun
6,4% dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% namun hal itu tetap menjadi masalah
kesehatan karena Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi
didunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37% balita Indonesia mengalami stunting (Widya
karya Nasional Pangan dan Gizi, 2018).
Covid 19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan
upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang dilakukan secara komprehensif. Perlindungan
kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan dalam skala luas yang dapat
menimbulkan beban besar terhadap fasilitas kesehatan. Tingkat penularan COVID-19 di
masyarakat dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus dilakukan
untuk semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukum
serta komponen masyarakat lainnya.
Diharapkan konsep PKL Terpadu IPE yang berfokus pada pencegahan stunting dan covid-19 ini
dapat meningkatkan kesadaran diri mahasiswa untuk lebih memahami dan menghargai peran
masing-masing profesi kesehatan agar tidak terjadi tumpang tindih ataupun ketidakselarasan
dalam memberikan pelayanan kesehatan, sehingga dapat memacu motivasi mahasiswa untuk
mengabdi secara lebih berkualitas di seluruh pelosok atau daerah terpencil di Indonesia sehingga
dapat menunjang pencapaian pembangunan bidang kesehatan.

GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Demografi
a. Sejarah Desa Salukanan
Pada zaman dahulu, yaitu pada tahun 1940 Desa Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang resmi terbentuk. Pada saat itu Desa Salukanan memiliki wilayah yang sangat luas dan
yang menjabat sebagai kepala Desa Dawa, hingga akhir tahun 1970.
Pada awal tahun 2000 Desa Salukanan dimekarkan menjadi 3 Desa yakni Desa Salukanan, Desa
Pepandungan, dan Desa Kendenan. Desa Salukanan memiliki wilayah yang paling luas diantara
3 desa tersebut. Umumnya, masyarakat Desa Salukanan adalah petani. Yakni 95% dan sisanya
adalah pegawai dan pedagang. Wilayah desa Salukanan terdiri dari 4 Dusun dan 8 RK. Dan
sebagian besar dijadikan lahan kebun dan persawahan.

b. Luas Wilayah
Desa Salukanan memiliki luas wilayah 17,16 km2.

c. Batas Wilayah
Desa Salukanan terletak 54 KM dari ibukota kabupaten Enrekang atau 5 KM dari ibu Kota
Kecamatan Baraka dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rante Mario
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rante Bontongan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kendenan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tirowali

d. Jumlah Penduduk
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk
NO NAMA DUSUN JUMLAH JIWA
1. MATARIN 408
2. GANDENG 501
3. PIAWAN 419
4. TANTIDO 383
JUMLAH 1711

e. Tingkat Pendidikan
Tabel 1.2 Tingkat Pendidikan
TIDAK TAMAT SD SD SMP SLTA SARJANA
354 jiwa 620 jiwa 102 jiwa 43 jiwa121 jiwa

f. Mata Pencaharian
Tabel 1.3 Mata Pencaharian
PETANI/TAMBAK PEDAGANG PNS BURUH
189 jiwa 14 orang 14 orang 10 orang

B. Gambaran Geografis
Kondisi geografis di Desa Salukanan terdiri dari:
a. Musim hujan, musim kemarau, dan musim pancaroba, dimana musim hujan biasanya
terjadi antara bulan Januari-April.
b. Musim kemarau antara bulan Juli-November, sedangkan musim pancaroba antara bulan
Mei-Juni.
C. Gambaran Fasilitas Sarana Dan Prasarana Umum
a) Sarana Ibadah terdiri dari 8 masjid
b) 1 Kantor Desa dan 1 Balai Desa
c) 2 Polindes
d) 1 Puskemas Pembantu
e) 2 Lapangan
f) Sarana pendidikan berupa 4 Sekolah Dasar (SD), 1 Madrasah Tsanawiyah, 1 Madrasah
Aliyah, 3 Taman Kanak-kanak.

TUJUAN
Tujuan Umum
Optimalisasi intervensi IPE pada sasaran strategis pencegahan stunting dengan pendekatan
keluarga dan komunitas
Tujuan Khusus
1. Mengetahui masalah sasaran strategis pencegahan stunting di Desa/Kelurahan Salukanan ,
Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang
2. Mengetahui intervensi IPE pada KK Prioritas pencegahan stunting
3. Mengetahui solusi masalah intervensi pada KK Prioritas Pencegahan stunting

METODE
PKL ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang pada tanggal 17 Maret-1 April 2021 (Gelombang
I) dan tanggal 25 Maret - 9 April (Gelombang II) dengan menggunakan metode IPE dengan
pendekatan keluarga dan komunitas. Pada pendekatan keluarga dikoordinasikan dengan aparat
desa untuk menentukan KK prioritas berdasarkan % masalah dari hasil kuesioner. Sedangkan
komunitas mengacu pada hasil observasi dan koordinasi dengan aparat desa. Kegiatan PKL ini
melibatkan 8 Jurusan, yaitu Jurusan Analis Kesehatan, Fisioterapi, Farmasi, Gizi, Keperawatan,
Kebidanan, Keperawatan Gigi, dan Kesehatan Lingkungan.

HASIL
1. Sasaran Strategis
Table 1. Sasaran Strategis

NO SASARAN n %
1 Ibu Hamil 3 9.7
2 Ibu Nifas 0 0.0
3 Ibu Menyusui 3 9.7
4 Bayi Baru Lahir 0 0.0
5 Baduta 11 35.5
3 Balita 34 109.7
4 Remaja Putri 0 0.0
5 Rumah Tangga 31 100.0

Tabel 2. Kelompok Sasaran Prioritas

% TOTAL % RATA-RATA
NO KEPALA KELUARGA
MASALAH MASALAH
1 Kepala Keluarga 1 107.2 13.4
2 Kepala Keluarga 2 104.9 13.1125
3 Kepala Keluarga 3 92 11.5
4 Kepala Keluarga 4 74.2 9.275

2. Kelompok Sasaran Komunitas


a. Rumah Tahfiz Desa Salukanan
Santri/santriwati kurang pemahaman mengenai cara gosok gigi yang baik dan benar,
mengalami permasalahan gigi berlubang, kurang pemahaman mengenai PHBS, cara CTPS
yang baik dan benar, serta bahaya rokok dan menstruasi pada remaja
b. Kelompok Masyarakat Desa Salukanan
Ibu-ibu yang kurang informasi tentang pemanfaatan bahan pangan lokal bagi ibu rumah
tangga yang cocok dijadikan PMT bagi balita, serta anak-anak, dan remaja yang belum
pernah mendapatkan senam otak di sekolah.

3. Intervensi
Intervensi 4 KK Prioritas
a. Intervensi 4 KK Prioritas
1) KK 1
a) Sasaran Intervensi
- Ibu menyusui
- Baduta
- Balita
- Rumah Tangga
b) Bentuk Intervensi
Gizi : edukasi PMBA, posisi menyusui,dan ASI ekslusif, edukasi sanitasi makanan, edukasi
sumber vitamin dan mineral, antropometri.
AK : edukasi pentingnya pemeriksaan kecacingan, dan edukasi tanda bahaya rokok.
Keb : edukasi perawatan payudara,cara menyimpan ASI dengan benar, personal
hygiene,KB,Imunasi dasar lengkap dan lanjutan, manfaat Vit.A, MTBS,bahaya rokok bagi
ibu dan anak.
KG : edukasi pencegahan gigi berlubang, kesehtan gigi dan mulut pada ibu menyusui.
Fisioterapi : massage pada bayi.
KL : edukasi pencegahan diare, bahaya rokok, dan penntingnya tempat pembuangan sampah.
c) Tujuan
- Mendapatkan informasi mengenai perawatan payudara.
- Cepat mengatasi permasalahan gigi berlubang
- Mengetahui cara pencegahan diare
- Mengetahui pentingnya periksa kecacingan
- Mendapatkan suplementasi vit. B kompleks
- Mendaftarkan anak di PAUD jika cukup umur
- Mengetahui bahaya rokok
- Memiliki tempat pembuangan sampah
d) Metode
- Penyuluhan
- Demonstrasi
e) Waktu dan Tempat
22-03-2021, 09.00-11.00 WITA, Desa Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
f) Profesi yang Terlibat
- Kebidanan
- Kesehatan gigi
- Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Fisioterapi
- Analis Kesehatan
2) KK 2
a) Sasaran Intervensi
- Ibu menyusui
- Baduta
- Balita
- Rumah Tangga
b) Bentuk Intervensi
Gizi : Konseling MPASI, edukasi higiene sanitasi makanan dan melakukan antropometeri.
AK : Edukasi pentingnya pemeriksaan kecacingan, gejala klinis penyebab dan cara
pencegahan DBD, serta tanda bahaya rokok.
Keb : edukasi Imunasi dasar lengkap dan lanjutan, manfaat Vit.A, MTBS,bahaya rokok bagi
ibu dan anak.
KG : edukasi pencegahan gigi berlubang, ksehatan gigi dan mulut pada anak, demonstrasi
menyikat gigi dengan baik dan benar.
Fisioterapi : Massage pada bayi.
KL : edukasi pencegahan diare,DBD,bahaya rokok, pentingnya tempat pembuangan sampah
dan SPAL.
c) Tujuan
- Melakukan pengobatan
- Anak baduta berhenti minum susu kaleng
- Melakukan pemeriksaan kecacingan
- Menerapkan PHBS
- Mengetahui pencegahan masalah gigi dan mulut
- Melakukan pencegahan dan pemberantasan
- Mengetahui bahaya rokok
- Memiliki tempat pembuangan sampah
- Mengusahakan untuk memiliki SPAL
d) Metode
- Penyuluhan
- Demonstrasi
e) Waktu dan Tempat
22-03-2021, 08.00-10.00 WITA, Desa Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
f) Profesi yang Terlibat
- Kebidanan
- Kesehatan gigi
- Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Fisioterapi
- Analis Kesehatan
3) KK 3
a) Sasaran Intervensi
- Balita
- Rumah Tangga
b) Bentuk Intervensi
Gizi : edukasi higiene sanitasi makanan dan gizi seimbang, melakukan antropometri.
AK : edukasi pentingnya pemeriksaan kecacingan dan tanda bahaya rokok.
Keb : edukasi Imunasi dasar lengkap dan lanjutan, MTBS,bahaya rokok bagi ibu dan anak.
KG : edukasi PHBS.
KL : edukasi pencegahan diare, bahaya rokok dan pentingnya tempat pembuangan sampah..
c) Tujuan
- Mendapatkan suplemen Vit.B Kompleks
- Mendaftarkan anak di PAUD jika cukup umur
- Melakukan pemeriksaan kecacingan
- Menerapkan PHBS
- Agar mengikuti bina keluarga
- Mendapatkan penyuluhan PHBS
- Mengetahui bahaya rokok
- Memiliki tempat pembuangan sampah
- Memanfaatkan pekarangan untuk TOGA
d) Metode
- Penyuluhan
- Demonstrasi
e) Waktu dan Tempat
22-03-2021, 16.00-17.00 WITA, Desa Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
f) Profesi yang Terlibat
- Kebidanan
- Kesehatan gigi
- Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Analis Kesehatan
4) KK 3
1) Sasaran Intervensi
- Ibu Hamil
- Rumah Tangga
2) Bentuk Intervensi
Gizi : pemberian MPASI,antropometri.
AK : edukasi pentingnya pemeriksaan lab.
Keb : edukasi perubahan psikologi dan fisiologi pada trimester 2 dan 3, tanda bahaya
kehamilan, P4K, personal hygiene, KB, imunisasi dasar lanjutan, stunting, MTBS.
KG : edukasi pencegahan gigi berlubang, kesehatan gigi dan mulu pada ibu hamil,
pemeliharaan gigi tiruan.
Fisioterapi : edukasi postural pada ibu hamil, posisi bangun tidur,posisi jongkok ke berdiri,
dan pumping exercise.
KL : edukasi pentingnya tempat pembuangan sampah dan SPAL.
3) Tujuan
- Agar mengikuti kelas Ibu hamil
- Agar melakukan pemeriksaan darah
- Memiliki tempat pembuangan sampah
- Mengusahakan memiliki SPAL
4) Metode
- Penyuluhan
- Demonstrasi
5) Waktu dan Tempat
23-03-2021, 08.00-10.45 WITA, Desa Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
6) Profesi yang Terlibat
- Kebidanan
- Kesehatan gigi
- Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Fisioterapi
- Analis Kesehatan

Intervensi Sasaran Komunitas


Intervensi Sasaran Komunitas
1) Sasaran Intervensi
a) Rumah Tahfiz Desa Salukanan (Santri/santriwati)
b) Kelompok Masyarakat Desa Salukanan (Ibu-ibu, anak-anak, dan remaja)
2) Bentuk Intervensi
a) Rumah Tahfiz
Melakukan edukasi mengenai pencegahan gigi berlubang, PHBS, CTPS dengan baik dan
benar, pentingnya sarapan pagi, bahaya rokok dan menstruasi pada remaja. melakukan
demonstrasi cara menggosok gigi dengan baik dan benar, melakukan demonstrasi cara CTPS
dengan baik dan benar, melakukan edukasi tentang sarapan dan jajanan sehat. melakukan
kerja bakti dengan membersihkan sarana fasilitas ibadah masjid.
b) Kelompok Masyarakat
Melakukan senam otak untuk melatih konsentrasi dan kinerja otak. melakukan demonstrasi
masak pemanfaatan bahan pangan lokal bagi Ibu Rumah Tangga yang cocok dijadikan PMT
bagi balita.
3) Tujuan
a) Rumah Tahfiz
- Melakukan demonstrasi cara gosok gigi yang baik dan benar
- Melakukan edukasi mengenai pentingnya pencegahan gigi berlubang
- Melakukan promosi kesehatan terkait dengan PHBS
- Melakukan promosi kesehatan dan demonstrasi cara CTPS yang baik dan benar
- Melakukan promosi kesehatan terkait pentingnya sarapan pagi
- Melakukan promkes bahaya rokok dan menstruasi pada remaja
- Melakukan edukasi tentang sarapan pagi dan jajanan sehat
b) Kelompok Masyarakat
- Melakukan senam otak untuk melatih konsentrasi dan kinerja otak
- Melakukan demonstrasi masak pemanfaatan bahan pangan lokal bagi ibu rumah tangga
yang cocok dijadikan PMT bagi balita
4) Metode
- Penyuluhan
- Demonstrasi
- Konseling
5) Waktu dan Tempat
a) Rumah Tahfiz
25-03-2021, 16.00- 20.00 WITA edukasi demonstrasi, 07.00-08.00 WITA kerja bakti, Desa
Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
b) Kelompok Masyarakat
26-03-2021, 16.00-18.00 WITA, Desa Salukanan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
6) Profesi yang Terlibat
- Kebidanan
- Kesehatan gigi
- Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Fisioterapi
- Analis Kesehatan

4. Faktor Penghambat dan Solusi


Penghambat
1) Responden KK yang telah terpilih tidak berada di rumah pada saat akan dilakukan
intervensi
2) Kurangnya sarana transportasi

Solusi
1) KK yang telah terpilih sebagai KK prioritas sebaiknya dikonfirmasi sehari sebelum
dilakukan intervensi
2) Dimaksimalkan sarana transportasi untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara responden dengan pengisian kuisioner
yang telah dilakukan di desa Salukanan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, yaitu
didapatkan data dari sasaran strategis seluruh jumlah 16 Kepala Keluarga (KK). Ibu Hamil
berjumlah 3 orang dengan persentase 42,9%, ibu Nifas berjumlah 0, Ibu Menyusui berjumlah 3
orang dengan persentase 42,9%, bayi baru lahir berjumlah 0, Baduta berjumlah 11 orang dengan
persentase 110 %, Balita berjumlah 34 orang dengan persentase 309,4%, remaja putri berjumlah
0, dan rumah tangga berjumlah 31 orang dengan persentase 344,2%.
16 KK responden yang dilakukan wawancara didapatkan 4 KK prioritas yang dimana KK I
memiliki 4 sasaran masalah, yaitu ibu menyusui, anak Balita, anak Baduta dan rumah tangga
dengan intervensi kegiatan Edukasi tentang PMBA, posisi dan pelekatan saat menyusui, ASI
Eksklusif, Edukasi hygiene dan sanitasi makanan, edukasi sumber vitamin dan mineral,
melakukan pengukuran antropometri, edukasi tentang pentingnya pemeriksaan cacingan, edukasi
tanda bahaya rokok, edukasi perawatan payudara, cara menyimpan ASI dengan benar, personal
hygiene, KB, Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan, manfaat Vitamin A, SDIDTK (Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang), edukasi pencegahan gigi berlubang, kesehatann gigi
dan mulut pada ibu menyusui, massage pada bayi, edukasi pencegahan diare dan pentingnya
tempat pembuangan sampah.
KK II memiliki 4 sasaran masalah yaitu Ibu menyusui, Balita, Baduta dan rumah tangga dengan
intervensi kegiatan Konseling MP ASI, edukasi hygiene dan sanitasi makanan, melakukan
pengukuran antropmotri, edukasi pentingnya pemeriksaan cacingan, penyebab dan cara
pencegahan DBD, tanda bahaya rokok, edukasi imunisasi dasar lengkap dan lanjutan, manfaat
vitamin A, SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang), edukasi pencegahan
gigi berlubang, kesehatann gigi dan mulut pada anak, demonstrasi menyikat gigi dengan baik
dan benar, massage pada bayi, edukasi pencegahan diare, pentingnya tempat pembuangan
sampah dan SPAL.
KK III memiliki 2 sasaran masalah yaitu balita dan rumah tangga dengan intervensi kegiatan
edukasi hygiene dan sanitasi makanan, gizi seimbang, pengukuran antropometri, edukasi
pentingnya pemeriksaan cacingan, tanda bahaya rokok, edukasi imunisasi dasar lengkap dan
lanjutan, manfaat vitamin A, SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang),
edukasi PHBS, edukasi pencegahan diare dan pentingnya tempat pembuangan sampah.
KK IV memiliki 3 sasaran masalah yaitu ibu hamil, balita dan rumah tangga dengan intervensi
kegiatan edukasi tentang PMT ibu Hamil, IMD, ASI Eksklusif, pengukuran antropometri,
edukasi perubahan psikologi dan fisiologi pada trimester II dan III, tanda bahaya kehamilan,
P4K, personal hygiene, KB, imunisasi dasar lanjutan, stunting, SDIDTK (Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang), edukasi pencegahan gigi berlubang, kesehatan gigi dan
mulut pada ibu hamil, pemeliharaan gigi tiruan, edukasi postural pada ibu hamil, posisi bangun
tidur, posisi jongkok ke berdiri, cara mengangkat beban yang benar, cara mengatasi nyeri
pinggang, pumping execise, edukasi pentingnya tempat pembuangan sampah dan SPAL.
Dari KK prioritas ini dilakukan intervensi dengan beberapa metode seperti penyuluhan,
demonstrasi, edukasi dan lain sebagainya yang melibatkan seluruh profesi yang terdiri dari 6
jurusan yang ada di POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR yang bergabung dalam kegiatan
PKL Terpadu dengan tema “Intervensi PKL Terpadu IPE pada Sasaran Strategis Pencegahan
Stunting dan Covid-19 di Kabupaten Enrekang dengan Pendekatan Keluarga dan Komunitas”.
Pada sasaran komunitas jumlah komunitas yang dilakukan intervensi yaitu sebanyak 2 komunitas
yang terdiri dari komunitas kelompok masyarakat desa Salukanan dan komunitas rumah tahfidz.
Adapun target masalah dari komunitas kelompok masyarakat desa Salukanan yaitu belum pernah
mendapatkan senam otak bagi anak di sekolah dan kurangnya informasi tentang pemanfaatan
bahan pangan lokal bagi ibu rumah tangga yang cocok dijadikan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) bagi balita. Kemudian target masalah pada komunitas rumah tahfidz yaitu kurangnya
pemahaman mengenai cara gosok gigi yang baik dan benar, mengalami permasalahan gigi
berlubang, kurang pemahaman mengenai PHBS, kurang pemahaman mengenai cara CTPS yang
baik dan benar, kurang pemahaman mengenai bahaya rokok dan menstruasi serta kurangnya
pemahaman tentang sarapan pagi dan jajanan sehat.
Faktor penghambat dalam kegiatan PKL ini yaitu adanya responden yang tidak berada di rumah
dikarenakan pekerjaan masyarakat mendominasi di kebun dan sawah sehingga pada saat ingin
melakukan wawancara, responden tidak berada dirumahnya. Oleh karena itu kami mengatur
ulang jadwal wawancara dengan responden. Kemudian jarak tempuh rumah responden yang
menjadi KK prioritas cukup jauh dari posko serta kurangnya sarana transportasi.
Adapun solusinya yaitu mengonfirmasi sehari sebelum intervensi pada KK yang terpilih dan
menyediakan sarana transportasi sebagai salah satu penunjang pada kegiatan PKL.

KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara responden dengan pengisian
kuisioner yang telah dilakukan di Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang
yaitu didapatkan data darisasaran strategi seluruh jumlah 16 Kepala Keluarga (KK).Ibu
Hamil berjumlah 3 orang dengan presentase 42,9%, Ibu Nifas berjumlah 0, Ibu Menyusui 3
orang dengan presentase 42,9%, Bayi Baru Lahir berjumlah 0, Baduta sejumlah 11 orang
dengan presentasi 110%, Balita sejumlah 34 orang dengan presentase 309,4%, Remaja putrid
sejumlah 0, dan Rumah tangga sejumlah 31 orang dengan presentase 344,2%.
2. Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di Desa Salukanan, Kecamatan
Baraka, Kabupaten Enrekang telah dilakukan intervensi 4 KK prioritas dengan berbagai
masalah yang ditemukan maka dilakukan berbagai metode kegiatan yang melibatkan
berbagai profesi untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti profesi Gizi, Keperawatan
Gigi, Kebidanan, Kesehatan Lingkungan, Fisioterapi dan Analis Kesehatan dengan
menggunakan metode penyuluhan atau edukasi dan demonstrasi.
3. Adapun faktor penghambat dalam kegiatan intervensi yaitu KK yang telah terpilih tidak ada
pada saat akan dilakukan intervensi, jarak yang jauh, kurangnya sarana transportasi dan
sulitnya bertemu dengan responden KK yang menjadi target intervansi karena kesibukan
yang bersangkutan
Sehingga upaya yang dilakukan berupa KK yang telah terpilih sebaiknya dikonfirmasi
terlebih dahulu sehari sebelum intervensi, kunjungan menyesuaikan dengan waktu dan
kesempatan dari KK yang menjadi target sasaran, dan berkoordinasi dengan kepala desa
untuk mendapatkan bantuan sarana transportasi transportasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang, 2018. Kecamatan Baraka Dalam Angka 2018.
BPS-Kabupaten Enrekang: Enrekang.
2. Kemenkes RI, 2020, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(Covid-19), Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging, Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan RI.
3. Kementerian Kesehatan, 2018, Riset Kesehatan Dasar
4. LIPI, 2018, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2018, Fokus Percepatan Penurunan
Angka Stunting.
5. Poltekkes Kemenkes Makassar.(2021).Buku Panduan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Terpadu Interprofessional (IPE). Makassar:Pusat Pengembangan Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai