KONSEP SERTIPIKAT SEBAGAI SURAT 1. Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA: pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 2. PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah, Pasal 1, angka 20: Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. 3. Permen ATR/Kepala BPN Pasal 1 angka 7: rumusannya sama dengan PP No. 24 Tahun 1997 KONSEP SERTIPIKAT-el SEBAGAI DOKUMEN ELEKTRONIK • Pasal 1, angka 8 Permen ATR/Kepala BPN No.1 Tahun 2021: Sertipikat yang diterbitkan melalui Sistem Elektronik dalam bentuk Dokumen Elektronik.
Perkembangan Hukum Pembuktian memungkinkan Dokumen
Elektronik sebagai alat bukti. Pasal 5 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, Dokumen Elektronik merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. Pasal 147 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja: Tanda bukti hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan, dan hak tanggungan, termasuk akta peralihan hak atas tanah dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan tanah dapat berbentuk elektronik. PROBLEMATIKA DAN ANALISIS Apakah “Sertipikat-el “ dapat dikategorikan sebagai surat-surat seperti yang dimaksud dalam 19 ayat (2) huruf c UUPA, mengingat bahwa yang dimaksud dengan Sertipikat dalam PP tentang Pendaftaran Tanah adalah surat-surat.
Sebagai Dokumen Elekronik yang dapat dijadikan alat bukti sesuai
dengan UU ITE, “Sertipikat-el” merupakan perluasan dari alat bukti yang sah, karena itu tidak dapat dikategorikan sebagai surat. • ALAT BUKTI DALAM HUKUM ACARA PERDATA (HIR/RBG) 1. Surat 2. Saksi 3. Persangkaan 4. Pengakuan 5. Sumpah
• ALAT BUKTI DALAM HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)
1. Keterangan Saksi 2. Keterangan Ahli 3. Surat 4. Petunjuk 5. Keterangan Terdakwa
ALAT BUKTI DALAM PTUN
1. Surat atau tulisan 2. Keterangan Ahli 3. Keterangan Saksi 4. Pengakuan para pihak 5. Pengetahuan Hakim • Dokumen Elektronik sebagai perluasan alat bukti dalam Hukum Acara mempunyai makna, bahwa selain alat-alat bukti yang dirumuskan dalam perundang-undangan Hukum Acara yang berlaku, juga dikenal alat bukti baru yang disebut dokumen elektronik. • Dengan demikian, “Sertipikat-el” sebagai dokumen elektronik tidak termasuk alat bukti Surat.
• Dari berbagai negara yang mengunakan dokumen elektronik untuk
bukti hak atas tanah, Australia tetap menggunakan istilah Sertifikat (certificate). Penggunaan istilah sertifikat (sebagai surat) di Australia, karena selain dilakukan penyimpanan dalam bentuk dokumen elektronik, di Australia juga tetap diterbitkan sertifikat fisik (secure paper).
Indonesia sebenarnya dapat meniru Australia dalam penerbitan
dokumen elektronik di bidang pertanahan. Ini berarti selain penerbitan “Sertipikat-el” juga tetap diterbitkan sertipikat fisik. Apalagi Kementerian ATR/BPN telah bekerjasama dengan Melbourne University dalam mewujudkan pengelolaan risiko terhadap keamanan informasi. SOLUSI • Apabila tetap digunakan istilah Sertipikat Elektronik (Sertipikat-el), maka pemaknaan Sertipikat sebagai surat sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA harus diubah.
• Perubahan makna Sertipikat-el sebagai alat bukti (dari surat menjadi
dokumen elektronik) harus diatur paling tidak dalam PP.
• Penerbitan Sertipikat-el dapat diikuti dengan penerbitan Sertipikat “fisik”,
walaupun hal ini bertentangan dengan UU Cipta Kerja. Di dalam UU Cipta Kerja memang dinyatakan bahwa, keputusan yang yang telah dibuat dalam bentuk elektronik tidak dibuat lagi dalam bentuk tertulis.