Anda di halaman 1dari 10

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT-el

SEBAGAI ALAT BUKTI

Dr. BAMBANG WINARNO, SH.SU.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA


KONSEP SERTIPIKAT SEBAGAI SURAT
1. Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA: pemberian surat-surat tanda bukti
hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
2. PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah, Pasal 1, angka
20: Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan
hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan.
3. Permen ATR/Kepala BPN Pasal 1 angka 7: rumusannya sama dengan
PP No. 24 Tahun 1997
KONSEP SERTIPIKAT-el SEBAGAI DOKUMEN
ELEKTRONIK
• Pasal 1, angka 8 Permen ATR/Kepala BPN No.1 Tahun 2021:
Sertipikat yang diterbitkan melalui Sistem Elektronik dalam bentuk
Dokumen Elektronik.

Perkembangan Hukum Pembuktian memungkinkan Dokumen


Elektronik sebagai alat bukti.
Pasal 5 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, Dokumen Elektronik
merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
Acara yang berlaku di Indonesia.
Pasal 147 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:
Tanda bukti hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun, hak
pengelolaan, dan hak tanggungan, termasuk akta peralihan hak atas
tanah dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan tanah dapat
berbentuk elektronik.
PROBLEMATIKA DAN ANALISIS
Apakah “Sertipikat-el “ dapat dikategorikan sebagai surat-surat seperti
yang dimaksud dalam 19 ayat (2) huruf c UUPA, mengingat bahwa yang
dimaksud dengan Sertipikat dalam PP tentang Pendaftaran Tanah
adalah surat-surat.

Sebagai Dokumen Elekronik yang dapat dijadikan alat bukti sesuai


dengan UU ITE, “Sertipikat-el” merupakan perluasan dari alat bukti
yang sah, karena itu tidak dapat dikategorikan sebagai surat.
• ALAT BUKTI DALAM HUKUM ACARA PERDATA (HIR/RBG)
1. Surat
2. Saksi
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah

• ALAT BUKTI DALAM HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)


1. Keterangan Saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa

ALAT BUKTI DALAM PTUN


1. Surat atau tulisan
2. Keterangan Ahli
3. Keterangan Saksi
4. Pengakuan para pihak
5. Pengetahuan Hakim
• Dokumen Elektronik sebagai perluasan alat bukti dalam Hukum
Acara mempunyai makna, bahwa selain alat-alat bukti yang
dirumuskan dalam perundang-undangan Hukum Acara yang
berlaku, juga dikenal alat bukti baru yang disebut dokumen
elektronik.
• Dengan demikian, “Sertipikat-el” sebagai dokumen elektronik tidak
termasuk alat bukti Surat.

• Dari berbagai negara yang mengunakan dokumen elektronik untuk


bukti hak atas tanah, Australia tetap menggunakan istilah Sertifikat
(certificate).
Penggunaan istilah sertifikat (sebagai surat) di Australia, karena selain
dilakukan penyimpanan dalam bentuk dokumen elektronik, di Australia
juga tetap diterbitkan sertifikat fisik (secure paper).

Indonesia sebenarnya dapat meniru Australia dalam penerbitan


dokumen elektronik di bidang pertanahan. Ini berarti selain penerbitan
“Sertipikat-el” juga tetap diterbitkan sertipikat fisik. Apalagi
Kementerian ATR/BPN telah bekerjasama dengan Melbourne University
dalam mewujudkan pengelolaan risiko terhadap keamanan informasi.
SOLUSI
• Apabila tetap digunakan istilah Sertipikat Elektronik (Sertipikat-el), maka
pemaknaan Sertipikat sebagai surat sebagaimana diatur dalam Pasal 19
ayat (2) huruf c UUPA harus diubah.

• Perubahan makna Sertipikat-el sebagai alat bukti (dari surat menjadi


dokumen elektronik) harus diatur paling tidak dalam PP.

• Penerbitan Sertipikat-el dapat diikuti dengan penerbitan Sertipikat “fisik”,


walaupun hal ini bertentangan dengan UU Cipta Kerja. Di dalam UU Cipta
Kerja memang dinyatakan bahwa, keputusan yang yang telah dibuat dalam
bentuk elektronik tidak dibuat lagi dalam bentuk tertulis.

Anda mungkin juga menyukai