Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HERBAL DALAM KEBIDANAN

KELOMPOK 3 (JURNAL PERADANGAN VAGINA)


NAMA :
 ITA SURYANI
 JULIA ASTUTI
 JUWENI
 MARYANI OKTAVIA
 MASYITHA SAID
 MEGA YULIANTI

JURNAL 1
Judul Artikel : Rebusan Sirih Merah Mengurangi Flour Albus
pada Remaja Putri
Nama Penulis : Desi Hidayanti, Riana Pacawati
Nama Jurnal : Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Tahun dan Halaman : Vol. 13 No. 1 Mei 2021
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap
kejadian flour albus pada remaja.
Hipotesis : Sekitar 90% wanita berpotensi menagalami
keputihan di Indonesia, karena merupakan daerah
yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah
berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus
keputihan. Gejala keputihan juga dialami oleh
wanita yang belum kawin atau remaja putri yang
berumur 15 – 24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini
menunjukkan remaja lebih beresiko terjadi
keputihan. Larutan daun sirih merah sebagai herbal
alami dapat digunakan sebagai terapi keputihan
pada remaja putri.
Kerangka Penelitian : Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil, Pembahasan,
Simpulan, Ucapan Terimakasih, Daftar Rujukan.
Kerangka Pemikiran : Salah satu masalah pada masa pubertas yang
dialami remaja putri adalah keputihan. Sebesar
31,% remaja putri berumur 15-24 tahun dapat
mengalami gejala keputihan. Ini menunjukkan
remaja putri lebih berisiko mengalami fluor albus,
yang dapat menjadi pencetus terjadinya infeksi atau
fluor albus patologi. Masalah keputihan tidak bisa
diremehkan, jika fluor albus-nya sudah dalam
kondisi patologis, maka dapat berakibat sangat fatal
bila terlambat ditangani, misalnya dapat
menimbulkan kemandulan dan radang panggul.
Salah satu penanganan yang dilakukan adalah
dengan menggunakan daun sirih yang mengandung
antiseptik dan antibiotik alami.
Populasi dan Sampel : Semua remaja putri di Pondok Pesantren Al Ittifaq
Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik consecutive sampling yang memenuhi
kriteria inklusi antara lain : remaja putri dan
mengalami keputihan, tidak menggunakan cairan
antiseptik apapun, tidak menggunakan panty liner
atau pembalut dan memiliki personal hygiene yang
baik.
Metode Pengambilan Sampel : Metode consecutive sampling.
Metode Penelitian : Menggunakan pendekatan metode kuantitatif
dengan desain Quasi Experiment dengan teknik
One Group Pre and Post Test Design.
Isi dan Pembahasan : Seluruh responden sebelum menggunakan larutan
sirih merah mengalami keputihan. Setelah tujuh
hari menggunakan larutan sirih merah, responden
mengalami penurunan keluhan, sebanyak 5 orang
(17%) tidak mengalami keputihan lagi dan 80%
responden keputihannya berkurang. Selain itu 22
responden (73%) merasa lebih nyaman setelah
menggunakan larutan sirih merah. Penelitian ini
membuktikan ada pengaruh penggunaan larutan
sirih merah terhadap penurunan keluhan keputihan
pada remaja putri. Terjadinya penurunan gejala-
gejala keputihan patologis pada wanita,
dikarenakan kandungan sirih merah yang sudah
teruji secara klinis untuk mengatasi keputihan.
Seperti yang dikatakan Werdiyani, air rebusan sirih
merah mengandung karvakrol yang bersifat
desinfektan dan anti jamur sehingga bisa digunakan
sebagai obat antiseptik untuk mencegah fluor albus
yang abnormal.
Kesimpulan : Rebusan daun sirih merah yang diberikan sebagai
cebokan terbukti dapat mengurangi keluhan fluor
albus fisiologis pada remaja putri. Terbukti dengan
adanya penurunan jumlah bakteri setelah
menggunakan cebokan daun sirih merah selama
tujuh hari. Daun sirih merah terbukti mengandung
antiseptik dan antibiotik alami, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri.
Dengan demikian larutan daun sirih merah, sebagai
herbal alami dapat digunakan sebagai terapi fluor
albus pada remaja putri.
Keunggulan : Daun sirih merah ini dapat digunakan dengan
mudah oleh masyarakat, selama bahan bakunya
tersedia di lingkungan sekitarnya.
Kekurangan : Masyarakat akan kesulitan dalam menggunakan
herbal ini jika di daerah tersebut tidak tersedia
bahan baku untuk membuat rebusan daun sirih
merah dan kurang praktis dalam penggunaannya
karena harus merebus terlebih dahulu dengan suhu
titik didih air 98°-101°C selama 30 menit serta
harus ditunggu sampai dingin.

JURNAL 2
Judul Artikel : Konsumsi Biji Pinang dengan Kejadian Keputihan
pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Rum Kota Tidore Kepulauan
Nama Penulis : Nurdiana Lante, Richa Novyana Hardiyanti
Nama Jurnal : Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
Tahun dan Halaman : Vol. 5 No. 12 Desember 2022
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsumsi
biji pinang dengan kejadian keputihan pada wanita
usia subur di wilayah kerja Puskesmas Rum Kota
Tidore Kepulauan.
Hipotesis : Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal
pada wanita. Keputihan yang berlebihan dan tidak
normal bisa merupakan gejala awal dari kanker
serviks. Keputihan abnormal dapat diterapi dengan
penggunaan herbal atau sediaan yang berfungsi
sebagai anti fungi yang efektif. Buah Pinang banyak
dimanfaatkan masyarakat di wilayah Puskesmas
Rum sebagai pengobatan herbal, biji pinang
dikonsumsi sebagai obat tradisional misalnya untuk
keputihan, mengecilkan rahim setelah melahirkan
atau untuk mengatasi masalah haid.
Kerangka Penelitian : Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil, Pembahasan,
Keterbatasan Penelitian, Kesimpulan, Saran, Daftar
Pustaka.
Kerangka Pemikiran : Di Puskesmas Rum Kota Tidore Kepulauan
diperoleh data kejadian candidiasis vulvovaginalis
cukup tinggi berdasarkan data dari bulan Januari-
Desember 2019 yaitu ditemukan sebanyak 198
kasus candidiasis. Hal ini menunjukkan bahwa
wanita sangat rentan untuk terkena candidiasis
vulvovaginal. Penelitian pinang terkait dengan
kesehatan telah dilakukan diantaranya dari hasil
penelitian Haisiyah, et al (2014) tentang kajian
etnobotani untuk perawatan kesehatan wanita oleh
masyarakat di Kabupaten Bondowoso didapatkan
hasil bahwa pinang digunakan untuk jamu galian
rapet. Kandungan senyawa dalam pinang selain
dapat membantu pencernaan dapat juga digunakan
untuk menyembuhkan keputihan. Pada penelitian
ini peneliti ingin mengetahui pengaruh frekuensi
konsumsi biji pinang dengan kejadian keputihan
pada wanita usia subur.
Populasi dan Sampel : Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia
subur, adapun sampel adalah wanita usia subur
yang rutin mengkonsumsi biji pinang sehari-hari
dalam 1 tahun terakhir.
Metode Pengambilan Sampel : Teknik pengambilan sampling secara Purposive
Sampling dan dianalisis menggunakan uji Chi –
Square.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain
potong lintang (cross-sectional), metode yang
digunakan adalah observasional analitik yang
diarahkan untuk mengetahui kejadian keputihan
selama mengkonsumsi biji pinang dengan
mengamati dalam satu siklus haid.
Isi dan Pembahasan : Hasil analisis Chi Square Test pada WUS yang
mengonsumsi biji pinang lebih dari sehari dan yang
mengonsumsi biji pinang hanya sekali sehari adalah
0,006 < dari α (0,05). hal ini dapat diinterpretasi
bahwa ada perbedaan antara WUS yang
mengonsumsi biji pinang lebih dari sekali dan yang
hanya sekali dalam sehari terhadap gejala
keputihan. hal tersebut terlihat dari hasil rekapan
bahwa hampir sebagian besar kelompok yang
mengonsumsi biji pinang lebih dari sekali dalam
sehari gejala keputihannya normal sedangkan yang
mengonsumsi biji pinang hanya sekali sebagian
besar gejala keputihannya tidak normal
Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan
antara wanita usia subur yang mengonsumsi biji
pinang lebih dari sekali sehari dan yang hanya
sekali dalam sehari dengan gejala keputihan. hasil
analisis Chi Square Test di dapatkan hasil 0,006.
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan frekuensi konsumsi biji pinang dengan
gejala keputihan.
Keunggulan : Biji pinang merupakan tanaman herbal yang mudah
didapatkan dan praktis untuk dikonsumsi.
Kekurangan : Peneliti perlu mengembangkan metode penelitian
dengan menggunakan beberapa variabel yang
kemungkinan berhubungan dengan kejadian
keputihan patologis dan perlu dilakukan deteksi
fluor albus/keputihan patologis secara spesifik dan
terukur seperti menggunakan uji labolatorium
sehingga diagnosis lebih objektif.

Anda mungkin juga menyukai