Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Survey STD (Sexually Transmitted Disease) tahun 2016 menunjukkan

angka kejadian infeksi menular seksual 44% kasus umur 15-24 tahun di

negara Eropa. Di Amerika prevalensi infeksi vagina terjadi 13-8%

sedangkan angka kejadian kasus prevalensi kandidiasis vulvovaginalis 36% di

Nigeria, 14,7% terinfeksi kandidiasis vaginalis di RSUP Kandou

Manado.1,2,3,4 Wanita hamil memiliki tingkat prevalensi infeksi yang hampir

sama dengan wanita tidak hamil, sekitar 40-45% populasi wanita dapat

mengalami kekambuhan infeksi kandidiasis vulvovaginalis satu kali dalam

hidupnya.5 Penyebab utama keputihan pada vagina, baik wanita hamil

maupun tidak hamil adalah Jamur C.albicans yang bertanggung jawab atas

75% kasus kandidiasis vulvovaginal dan penggunaan antibiotik. 2,12

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban

tinggi sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai tanaman dan

mikroorganisme dengan baik. Salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh

dengan baik di indonesia adalah jamur. Kondisi kulit yang mudah berkeringat

dan lembab, kebersihan diri yang tidak terjaga dan kurangnya pengetahuan

tentang kesehatan merupakan faktor yang memungkinkan bagi tumbuhnya

jamur penyebab infeksi yang diklasifikasi menjadi infeksi superfisial,

subkutan, dan sistemik.1,7 Candida albicans adalah patogen jamur pada

manusia paling umum menyebabkan sekitar 400.000 infeksi di seluruh dunia

1
dengan angka kematian 40%.8 Infeksi pada mukosa vagina dan vulva wanita

disebut kandidiasis vulvovaginalis yang merupakan jenis vaginitis akut paling

umum di negara tropis.7,9

Penyebab keputihan tersering karena jamur Candida albicans di RSUP

Dr. Kariadi Semarang tahun 2015 menunjukkan (43,33%) pemeriksaan

pada secret vagina pasien keputihan.10 Candida albicans dikenal sebagai

jamur yang mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap

pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37ᵒ C dan

merupakan flora normal pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian

atas dan mukosa genital pada mamalia.11 Patogenitas Candida albicans

dipengaruhi beberapa faktor antara lain daya tahan tubuh menurun,

penggunaan antibiotic jangka panjang, wanita hamil, penyakit diabetes

mellitus dan HIV/AIDS.12 Infeksi patogen ini juga dapat menyebar ke aliran

darah atau disebut candidemia dan menyerang organ seperti ginjal, limpa,

jantung, dan otak.13

Gangguan pada organ reproduksi wanita yang disebabkan oleh jamur

Candida albicans disebut kandidiasis vulvavaginalis (KVV). Kandidiasis

menimbulkan gejala yang asimtomatik (20-50% wanita), tetapi juga

menyebabkan rasa panas, sekret berwarna keputihan, kadang berbau masam

atau asam, iritasi pada vulva, rasa gatal, disuria, dispareuni.14,15 Keputihan

patologis yang berlangung terus menerus akan mengganggu fungsi organ

reproduksi wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat

menyebabkan infertilitas.16 Vaginitis candidiasis merupakan salah satu

2
penyebab infeksi vagina pada kehamilan yang berisiko pada usia kehamilan

trimester ketiga termasuk oleh infeksi bakteri vaginosis dan trichominiasis

yang dikaitkan dengan ketidaknyamanan, persalinan prematur, berat lahir

rendah, peningkatan kematian janin dalam kandungan, kelainan kongenital

dan juga predisposisi terhadap HIV/AIDS.2,17 Menurut WHO Sekitar 830

wanita meninggal di tahun 2015 serta resiko mortalitas meningkat 33 kali

lebih tinggi karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak yang salah

satunya disebabkan oleh infeksi yang sudah ada sebelumnya banyak terjadi

di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.18

Riset kesehatan dasar menunjukkan 63,5% memilih pengobatan sendiri

dengan menggunakan obat kimia dan sebanyak 15,7% memilih untuk

menggunakan obat tradisional dengan pengobatan menggunakan tumbuh-

tumbuhan.19 Penggunaan obat antifungi dengan Flukonazol untuk pengobatan

penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur sekarang umum dilakukan oleh

masyarakat untuk mengobati keputihan. Timbul masalah pada pengobatan

sendiri tersebut yaitu terjadinya efek samping bagi penggunanya, seperti

diare, alergi, hingga bahaya toksik lainnya, serta biaya perawatan yang tinggi.

Banyaknya kasus infeksi akibat jamur, pengobatan sendiri secara tradisional,

efek samping penggunaan obat kimia, dan biaya perawatan yang tinggi

menunjukkan perlunya dilakukan penelitian untuk mengembangkan antifungi

yang aman dari bahan alam.9,20

Pemanfaatan tumbuhan obat herbal sebagai obat tradisional

merupakan salah satu upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.19

3
Alasan masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional ramuan

adalah untuk menjaga kesehatan (52,7%), lebih manjur (18,4%), karena

tradisi kepercayaan (12,3%), lebih murah (6,8%), dan lebih aman (3,4%).19

Bahan-bahan untuk obat tradisonal dengan mudah diperoleh di alam, lebih

ekonomis, dan kurang memiliki efek samping dibandingkan obat kimia.21

Tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat di bagian daerah

Kalimantan dan Sulawesi adalah Tahongai (Kleinhosvia hospita L.).22

Tanaman obat tahongai bagian daun, batang, dan akar memiliki banyak

manfaat seperti daunnya digunakan secara tradisional untuk mengobati

kudis, jus daun untuk obat radang mata, penyakit dalam, serta daun rebusan

digunakan untuk cebok, di daerah Kalimantan dipercaya sebagai obat

penyakit hati.22,23,24 Senyawa yang terkandung dalam daun tahongai yaitu

flavonoid yang menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel

jamur, alkaloid menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel, dan

saponin menurunkan tegangan permukaan membran sterol yang berperan

dalam sistesis dinding sel C.albicans sehingga daun tahongai dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.25,26,64,94

Peraturan Menteri Kesehatan No.97 tahun 2014 pasal 38

mengamanahkan agar pelayanan kesehatan reproduksi pada ibu hamil terpadu

bertujuan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan melalui upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya preventif dilakukan

screening pada ibu hamil yang mengeluh keputihan dengan cara pemeriksaan

inspekulo dan anjuran membasuh dengan cairan antiseptic pada vagina. 27

4
Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu bahwa ekstrak daun tahongai

positif mengandung senyawa biokatif seperti Flavonoid, Saponin dan

Alkaloid yang berpotensi sebagai antijamur dengan cara menghambat

pertumbuhannya. 25,62

Berbagai fakta tersebut menunjukkan perlunya penelitian guna mencari

zat aktif yang mempunyai efek terapi dari bahan herbal. Salah satunya ialah

dengan penelitian “Potensi Ekstrak Daun Tahongai (Kleinhovia Hospita L.)

Dalam Penanganan Keputihan disebabkan oleh Candida albicans : Studi

Laboratorium”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ekstrak etanol daun tahongai (Kleinhosvia

hospita L.) konsentrasi 0.39%, 0.78%, 1.56%, 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%,

50%, 75%, 100% dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans

hasil isolate pasien keputihan dalam ukuran millimeter dan apakah lama

durasi hambatan setara dengan Flukonazol ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh ekstrak daun tahongai (Kleinhovia hospita L.)

dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans berasal dari pasien

yang menderita keputihan.

5
2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis perbedaan daya hambat konsentrasi ekstrak daun

tahongai (kleinhosvia hospita L.) terhadap jamur Candida albicans.

b. Menganalisis konsentrasi efektif ekstrak daun tahongai (Kleinhovia

hospita L.) dalam menghambat jamur Candida albicans yang

menyebabkan keputihan.

c. Menganalisis ekstrak daun tahongai dapat menghambat pertumbuhan

Candida albicans lebih dari 24 jam.

D. Manfaat Penelitian

Keuntungan yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Untuk Pengembangan Ilmu

Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat selama

mengikuti perkuliahan khususnya bidang kesehatan reproduksi,

mikrobiologi dan metodologi penelitian dalam melakukan penelitian uji

potensi ekstrak daun tahongai sebagai bahan yang dianggap dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada wanita usia subur

dengan kasus keputihan.

2. Untuk Aplikasi Praktis

Ekstrak daun tahongai (kleinhovia hospital linn) diharapkan dapat

dijadikan preparat obat herbal alternatif antifungi terhadap Candida

albicans penyebab keputihan dalam pelayanan kebidanan khususnya

masalah kesehatan reproduksi pada wanita usia subur yang mengalami

keputihan.

6
3. Untuk Penelitian Berikutnya

Dapat mengungkap potensi lain dari kearifan lokal daun tahongai

(kleinhovia hospita linn) sebagai bahan obat herbal alternatif untuk

mengatasi keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans

penyebab keputihan dalam pelayanan kebidanan.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2018.

2. Ruang Lingkup Tempat

Lingkup tempat pada penelitian ini yaitu dilakukan di laboratorium UPT

Lab Terpadu UNDIP Semarang, untuk pembuatan ekstrak daun tahongai,

serta pengujian aktivitas antijamur dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNISSULA Semarang.

3. Ruang Lingkup Materi

Tinjauan Materi dalam penelitian ini yaitu tentang kesehatan reproduksi,

layanan kebidanan pada kasus kesehatan reproduksi, standar pelayanan

dalam mengatasi keputihan, masalah keputihan disebabkan jamur candida

albicans, bahan herbal sebagai alternatif penatalaksanaan pelayanan

kebidanan pada kasus keputihan, proses ekstraksi, dan uji aktivitas

antijamur.

7
F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Penelitian Terdahulu tentang Tahongai yang ditelaah


Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan daun tahongai, dan

Candida albicans.

No Peneliti Judul Metode Hasil

1. Dey et.al Komposisi asam Metode penelitian Menunjukkan nilai


(2017).28 lemak dan eksperimen signifikan. Minimal
aktivitas laboratories the inhibitor
Antibakteri
post test only concentration
minyak daun
Kleinhovia control grup design, minyak daun
hospital Linn ekstrak minyak terhadap gram positif
(Fatty Acid daun Kleinhovia (Bacillus dan
Composition hospital Linn. Bacillus
and licheniformi) (61,75
Antibakterial of
μg / ml dan 60,02
the Leaf oil of
kleinhovia μg / ml) dan gram
hospital Linn). negative
(Escherichia coliand
Acinetobacter junii)
(35.75μg / ml dan
38.04μg / ml).

2. Soekamto, Uji aktivitas Menggunakan Hasil uji aktivitas


dkk antibakteri metode difusi agar antibakteri dan
(2011).26 (Escherichia berlapis untuk antijamur
coli, Shigella
pengujian menunjukkan adanya
boydii,
Staphylococcus bioaktivitas daya korelasi yang
aureus, hambat ekstrak dan signifikan. Aktivitas
Salmonella senyawa hasil isolasi β-sitosterol
thypi, isolasi terhadap dan asam 3-
Streptococcus pertumbuhan
pneumonia, dan hidroksi-12-
bakteri.
Streptococcus oleanen-28-oat
mutan) serta dari kleinhovia
antijamur hospita linn
(Candida
albicans) memberikan
dilakukan pada efektivitas daya
ekstrak dan

8
senyawa dari hambat yang lebih
kleinhovia baik terhadap
hospital dan
pterospernum bakteri dan aktif
subpeltatum terhadap C.
(Sterculiaceae) albicans dengan
diameter hambat
14,0 mm

3. Raflizar Sub Chronic Metode penelitian Hasilnya


(2009).29 Toxicity test ekperimental murni menunjukkan
from alcohol dengan rancangan bahwa dari delapan
extract paliasa acak lengkap. Uji Parameter, Secara
leaves statistic dengan statistik, tidak ada
(Kleinhovia ANOVA perbedaan yang
Hospita Linn) to signifikan antara
hepar/liver and masing-masing
kidney of perlakuan.
experimental Kesimpulannya
mice adalah ekstrak daun
paliasa masih aman
digunakan sebagai
dosis perawatan.

4. Yunita, Phytochemical Dilakukan uji Daun (Kleinhovia


et.al screening for Kualitatif secara hospital L.) positif
(2016)25 Katimaha fitokimia dan uji mengandung alkaloid
Leaves Kuantitatif 2,83%, flavonoid
(Kleinhovia 19,78% dan saponin
hospital L.) 14,23%.
5. Septriana, Perbandingan Metode penelitian Larutan Povidone
et.al Daya Hambat eksperimen iodine dan ekstrak
(2015)30 Larutan laboratorys dengan daun sirih dapat
konsentrasi menghambat
Antiseptik pertumbuhan
5%,10%,20%. Uji
Povidone c.albicans secara
statistic one way
iodine dengan invitro pada
ANOVA
Ekstrak Daun konsentrasi 20%.
Sirih terhadap
Candida
albicans secara
In Vitro
6. Silvia Konsentrasi Penelitian ini Ekstrak daun
Desmara, hambat adalah kemangi (Ocimum
et.al minimum dan eksperimental sanctum L.)

9
(2013)31 konsentrasi laboratoris memiliki pengaruh
bunuh dengan desain terhadap
minimum postest only pertumbuhan C.
ekstrak Daun kontrol group albicans yaitu
kemangi dengan 4 KBM sebesar 25%
(Ocimum kelompok dengan
pengenceran
Sanctum L.) perlakuan
ekstrak etanol,
terhadap (25%,50%75%,10 sedangkan dengan
pertumbuhan 0%), 1 kelompok akuades terdapat
Candida kontrol negatif KHM sebesar 25%
albicans (akuades) dan 1 .
kelompok kontrol
positif (nistatin).
Parameter yang
diamati adalah
jumlah rata-rata
koloni (CFU).
Data dianalisis
dengan one way
ANOVA

Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu yaitu

a. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu ekstrak daun tahongai (Kleinhovia

hospita linn) dengan pelarut etanol sedangkan penelitian sebelumnya Dey et.al

(2017) menggunakan ekstrak daun tahongai (Kleinhovia hospita linn) dengan

pelarut pterolium eter untuk aktivitas antibakteri. Penelitian Yunita, et.al

(2016) melakukan uji skrining fitokimia daun tahongai (kleinhovia hospita

linn) dengan metode kualitatif dan kuantitatif positif mengandung senyawa

flavonoid, alkaloid, dan saponin.

b. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui daya hambat

coloni jamur Candida albicans dari pasien keputihan sedangkan penelitian

sebelumnya dilakukan oleh Soekamto,dkk (2011) menggunakan ekstrak serbuk

10
tanaman Tahongai (kleinhovia hospital linn) untuk Uji aktivitas antijamur

(Candida albicans) dan antibakteri. Penelitian Septriana, et.al meneliti daya

hambat secara invitro pada candida albicans hasil isolate keputihan dengan

larutan antiseptik povidone iodine dengan ekstrak daun sirih.

Penelusuran peneliti sejauh ini pada referensi jurnal online maupun

offline belum ditemukan potensi ekstrak daun tahongai (kleinhovia hospita

linn) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dari pasien keputihan

(studi laboratorium) dan karena daun tahongai sudah digunakan oleh

masyarakat Sulawesi dan Kalimantan secara turun temurun untuk mengobati

berbagai penyakit termasuk digunakan untuk cebok . Sehingga peneliti tertarik

menguji untuk membuktikan kemampuan ekstrak daun tahongai berpotensi

sebagai anticandida penyebab keputihan serta mengacu pada penelitian

sebelumnya (Yunita et.al) terkait uji fitokimia daun Tahongai mengandung

berbagai senyawa metabolit sekunder untuk diuji efektivitasnya terhadap

pertumbuhan candida albicans sebagai bahan herbal alternatif untuk mengatasi

keputihan dalam pelayanan kebidanan. Selain itu juga didukung penelitian

Soekamto (2011) menggunakan kombinasi ekstrak tanaman tahongai dengan

pterospernum subpeltatum menunjukkan hasil sebagai agen antibakteri dan

antijamur.

11

Anda mungkin juga menyukai