Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANTAR TEKNOLOGI KELAUTAN

Oleh Kelompok 3:
1. Abdullah Sahid Al Akbar (0422030001)
2. Adhek Bagus Mahendra (0422030003)
3. Akmal Hafizh Rusydi (0422030007)
4. Amhara Dwi Ariyanti (0422030008)
5. Farhan Risq Shubhi (0422030014)
6. Farrell Putera Zhafran (0422030015)
7. Hizkya Suwandi Putra (0422030017)
8. Megananda Herlambang Putra (0422030019)
9. Mirekhel Tyandanuwidiyanto (0422030020)
10. Moh. Alvan Mavaza (0422030022)
11. M. Rizky Primadani (0422030026)
12. Nadryka Dharyatha P. (0422030029)
13. Purysta Puspa Dyah W. (0422030032)

Dosen Pembimbing :
Ir. Indra Tjahja

PROGAM STUDI D3 – TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah
Pengantar Teknologi Kelautan”. Penyusunan makalah ini untuk melengkapi tugas mata kuliah
Pengantar Teknologi Kelautan.
Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman terkait Pengantar
Teknologi Kelautan dalam materi tertentu, sehingga bisa dimanfaatkan dan sekaligus dipelajari
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan do’a
dan dorongan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Indra Tjahja selaku dosen mata kuliah Pengantar Teknologi Kelautan
2. Rekan-rekan kelompok tiga atas bantuan informasi dan kerjasamanya
Akhirnya, semoga apa yang penulis sajikan dalam makalah ini dapat berguna bagi kita
semua.

Surabaya, 18 Juni 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tanggal 27 Desember 2018, Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun 2018 tentang Pengerukan dan
Reklamasi. Peraturan ini mencabut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun
2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 serta mencabut Pasal 14 huruf d
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 23 Tahun 2015. Selain reklamasi dan
pengerukan, dibutuhkan pembangunan pelabuhan yang memakan biaya yang sangat besar.
Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak untuk
memutuskan pembangunan suatu pelabuhan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
didalam pembangunan suatu pelabuhan adalah kebutuhan akan pelabuhan dan
pertimbangan ekonomi, volume perdagangan melalui laut, dan adanya hubungan dengan
daerah pedalaman baik melalui darat maupun air.
Perencanaan pelabuhan harus memperhatikan berbagai faktor yang akan
berpengaruh pada bangunan-bangunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh. Ada
beberapa faktor yang harus diperhitungkan seperti ekologi pantai, faktor angin, faktor
kedalaman air, faktor pasang surut, faktor arus, faktor gelombang, karakteristik kapal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Pantai dan Pelabuhan


Banyak faktor yang harus diperhitungkan dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan pelabuhan agar dapat dibuat dengan efektif dan efisien. Dalam perhitungannya
nanti ditentuykan sesuai dengan peraturan muatan Indonesia. Dan terutama sekali yang harus
di beri perhatian pada persimpangan arus-arus dijalur pelayaran dan pada jalur masuk, gempa
bumi, ombak, dalam mendisain pelabuhan dan fasilitas-fasilitasnya pengaruh gempa harus
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga fasilitas-fasilitas tersebut akan dapat menahan/
mencegah gempa dengan sempurna. Demikian juga halnya pada Meteorology, Thopografhy,
Oceanografhy, Geologhy, Geomorphology dan Hidraulik dan yang paling penting adalah gaya-
gaya kapal, dimensi kapal yang sangat berpengaruh dalam desain pelabuhan.
1. Faktor Angin Dan Pengaruhnya
Pengertian Angin
Angin adalah perpindahan arus udara dari tempat dengan tekanan udara tinggi
ketempat-tempat dengan tekanan udara yang lebih rendah. Sirkulasi udara yang kira-kira
sejajar dengan permukaan bumi kita ketahui sebagai angin. Pada umumnya perbedaan
tekanan udara disebabkan karena tidak meratanya temperatur atau suhu. Gerakan udara ini
disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer yaitu bila udara panas, kepadatannya
(density) menjadi berkurang, udara bergerak naik dan kemudiaan digantikan oleh udara
yang lebih dingin demikian seterusnya. Adapun jenis – jenis angin yaitu angin darat, angin
laut, angin gunung, angin lembah, angin lereng, angin kompensasi, angin musim.
Pengaruh angin dalam perencanaan pelabuhan
Arah angin menentukan arah dan letak penangkis gelombang dan juga arah dan
letak pintu pelabuhan. Hal ini dikarenakan angin berpengaruh pada gerakan atau manuver
kapal dalam pelayaran khususnya disekitar pelabuhan terutama pendekatan kapal pada
mulut pelabuhan. Disamping itu angin adalah salah satu penyebab adanya gelombang,
dimana gelombang ini juga akan mengganggu baik pada konstruksi bangunan maupun
kapalnya. sifat-sifat angin yang perlu diketahui untuk perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan pelabuhan adalah :
a. Arah angin (wind direction)
dalam menentukan arah angin dapat dilakukan dengan kantong angin atau panah

b. Kecepatan Angin (wind speed)


Pada suatu daerah, besaran angin diukur berdasarkan kecepatan (itensitas) dan
jumlah banyaknya pada suatu periode tertentu (frekuensi). Intensitas/ kecepatan angin
diukur dengan dimensi meter per detik atau Km per jam ataupun mil per jam. kecepatan
angin dapat dihitung dengan anemometer yang terdiri dari 4 mangkok dan dipasang pada
4 batang.

c. Kekuatan Angin,
Sedangkan kekuatan angin sebanding dengan kecepatan angin

d. Lamanya angin bertiup (duration).


Penggambaran Windroose
Tabel Prosentase arah angin yang bertiup menurut mata angin dalam satu tahun.
Arah Angin Prosentase
Timur Tenggara Selatan Barat daya Barat Barat Laut Utara Timur Laut kecepatan
Kec. Angin (m/det)
0- 1 3 4 2 6 6 5 6 4 36%
1- 3 1 1 3 1 3 4 1 1 15%
4- 7 1 1 1 3 5 3 3 2 19%
8 - 12 0 2 1 2 3 2 3 2 15%
13 - 18 0 0 1 4 2 1 1 1 10%
19 - 24 0 0 1 1 2 1 0 0 5%
>24 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
…%arah 5 8 9 17 21 16 14 10 100%
2. Faktor Kedalaman Air Laut
Untuk mengetahui Kedalaman air laut di daerah pelabuhan dilihat dari kondisi
konturnya. Kapal terbesar menentukan berapa besar kedalaman yang dibutuhkan.
kedalaman air laut yang dibutuhkan harus mampu menerima kapal terbesar yang
menggunakan fasilitas pelabuhan. Sedangkan luas wilayah dengan kedalaman yang
dibutuhkan tersebut harus mampu pula melayani manuver kapal yang akan membelok
ataupun sebagai penampungan/ parkir sementara, menunggu giliran untuk melakukan
kegiatan bongkar muat. Dalam pengukuranya dilakukan pada waktu surut terendah. Untuk
mengetahui kedalaman air laut ini diperlukan obsevasi atau penyelidikan lapangan
kedalaman laut dengan menggunakan peralatan, kemudian menghitung atau mengevaluasi
data yang diperoleh. Tujuan dari survey kedalaman laut ini adalah untuk mendapatkan
gambaran peta kedalaman laut (kontur) di lokasi pengamatan. Pemetaan Menyangkut:

1. Penentuan titik-titik yang dibutuhkan di lokasi pemetaan, agar situasi dari pelabuhan
dapat digambarkan dalam peta.
2. Pengamatan fluktuasi muka air laut untuk menentukan tinggi muka air laut di lokasi
pemetaan pada saat tertentu.
3. Pendugaan kedalaman laut, untuk menentukan kedalaman laut di lokasi pemetaan, agar
dapat digambarkan kondisi kontur pada daerah yang dipetakan.
Hasil rekaman sounding (pendugaan kedalaman laut) yang didapatkan berupa grafik
kedalaman laut dilokasi pemetaan pada saat tertentu.
3. Faktor Pasang Surut
Pengertian
Pasang surut penting dalam penentuan dimensi bangunan pelabuhan. Elevesi
puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang, sedang kedalaman alur dan perairan
pelabuhan dirancang berdasar muka air surut.
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu akibat dari
adanya tarik menarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air
laut di bumi. Meski massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, pengaruh gaya
tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari karena
jaraknya terhadap bumi yang jauh lebih dekat.
Tipe pasang surut
Pada lokasi berbeda mempunyai tipe pasang surut yang berbeda / tidak sama.
Dalam satu hari dapat terjadi satu atau dua kali pasang surut. Secara umum ada empat
tipe pasamg surut yaitu:
• Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang
surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

• Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)


Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang
surut adalah 24 jam 50 menit.

• Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing


semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda.

• Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
Pengaruh pasang surut dalam perencanaan pelabuhan

Pengetahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam perencanaan pelabuhan.


Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) serta perbedaan pasang surut sangat
penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan. Seperti misalnya, peil dari
pada dermaga harus cukup aman terhadap keadaan pasang tertinggi, elevasi puncak
bangunan pemecah gelombang dan sebagainya ditentukan oleh elevasi muka air pasang,
sementara keadaan alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Demikian juga
halnya dalam pelaksanaan pembangunan pelabuhan data-data pasang surut sangat penting
sekali seperti misalnya kapan sebaiknya melaksanakan pengecoran selimut beton untuk
melindungi tiang-tiang baja yang sering digunakan dalam mendukung dermaga-dermaga
pier, demikian juga misalnya apabila diperlukan pengurugan-pengurugan dan pemancangan-
pemancangan. Data-data pasang surut sangat penting untuk menentukan dimensi bangunan-
bangunan dilaut dan juga untuk memudahkan serta memperlancar pelaksanaan
pembangunan di laut.

Mengingat perubahan elevasi muka air laut setiap saat, maka diperlukan suatu
elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasut sebagai pedoman dalam perencanaan suatu
pelabuhan. Beberapa definisi elevasi tersebut adalah sebagai berikut:
• Muka air tinggi/high water level (HWL) : muka air tertinggi saat air pasang dalam satu
siklus pasut.
• Muka Air Rendah/low water level (LWL) : kedudukan air terendah saat air surut
• Muka air tinggi rerata/mean high water level (MHWL) : rerata dari muka air tinggi selama
periode 19 tahun. Digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang,
dermaga, panjang rantai penampung penambat.
• Muka air rendah rerata/ mean low water level (MLWL) : rerata dari muka air rendah
selama periode 19 tahun
• Muka air laut rerata/ mean sea level ( MSL) : muka air rerata antara muka air tinggi rerata
dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di
daratan.
• Muka air tinggi tertinggi/highest high water level (HHWL) : air tertinggi saat pasang surut
purnama atau bulan mati.
• Air rendah terendah /lowest low water level (LLWL) : air terendah saat pasang surut
purnama atau bulan mati. Digunakan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan
kolam pelabuhan.
• Higher high water level : air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam
pasang surut tipe campuran.
• Lower low water level : air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Pengamatan Pasang Surut
Pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan data elevasi muka air tertinggi dan
terendah. Pengamatan ini dilakukan terus menerus 24 jam dalam 2 minggu. Alat yang
digunakan bernama automatic water level recorded berfungsi untuk mencatat elevasi muka
air. Tujuan pengamatan digunakan untuk menentukan :
1. Pasang tertinggi
2. Surut terendah
3. Beda pasang surut

B. Teknik Reklamasi dan Pengerukan


Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar perairan untuk mencapai kedalaman
dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material dasar perairan yang dipergunakan
untuk keperluan tertentu.
Kegiatan kerja keruk meliputi pembangunan dan pemeliharaan alur pelayaran, kolam
pelabuhan, pembangunan pelabuhan, pembangunan penahan gelombang, penambangan,
pembangunan terminal, terminal khusus, dan/atau terminal untuk kepentingan sendiri.
Pelaksanaan dari kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
• Keselamatan dan keamanan berlayar, yaitu:
desain, lebar alur, luas kolam, dan kedalaman sesuai dengan ukuran kapal yang
akan melewati alur;
lokasi pembuangan hasil pengerukan (dumping area) baik di laut (kedalaman lebih
dari 20 meter low water spring dan/atau jarak dari garis pantai lebih dari 12 NM)
dan/atau di darat; dan
memperhatikan daerah kabel laut, pipa instalasi bawah air, bangunan lepas pantai,
pengangkatan kerangka kapal, lokasi alih muat antarkapal, bagan pemisah lalu
lintas, area labuh jangkar dan daerah ranjau.
• Kelestarian lingkungan, berupa studi kelayakan lingkungan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
• Tata ruang perairan, yaitu:
memperoleh persetujuan dari Menteri Perhubungan terkait kesesuaian dengan
rencana zonasi kawasan strategis nasional/kawasan strategis nasional tertentu; atau
memperoleh persetujuan dari gubernur dan/atau bupati/walikota terkait kesesuaian
dengan rencana tata ruang wilayah atau rencana zonasi pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil.
Tata pengairan khusus untuk pekerjaan di sungai dan danau.
Kegiatan kerja keruk harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang, yaitu:
• Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut:
untuk kegiatan kerja keruk di alur pelayaran dan wilayah perairan pelabuhan utama,
pelabuhan pengumpul, dan terminal khusus; dan
untuk kegiatan kerja keruk di alur pelayaran dan wilayah perairan pelabuhan
pengumpan yang sumber pendanaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (“APBN”).
Untuk dapat memperoleh persetujuan, pemohon harus mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Apabila permohonan
diterima, Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut akan
menerbitkan persetujuan kegiatan kerja keruk tersebut. Persetujuan tersebut
berlaku paling lama 4 tahun berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan yang
disampaikan pemohon. Apabila pekerjaan pengerukan belum selesai maka pemilik
kegiatan dapat mengajukan permohonan perpanjangan persetujuan kegiatan kerja
keruk kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Perpanjangan tersebut hanya
dapat diberikan untuk 1 kali perpanjangan. Pemegang persetujuan kegiatan kerja
keruk dilarang untuk memindahtangankan dan/atau mengalihkan persetujuan
tersebut kepada pihak lain.
• Gubernur
Untuk kegiatan kerja keruk di wilayah perairan pelabuhan laut pengumpan regional
yang sumber pendanaannya tidak berasal dari APBN.
• Bupati/Walikota
Untuk kegiatan kerja keruk di wilayah perairan pelabuhan laut pengumpan lokal
dan pelabuhan sungai dan danau yang sumber pendanaannya tidak berasal dari
APBN.
• Penyelenggara
Untuk kegiatan kerja keruk dengan volume pengerukan ≤ 100.000 m3 di dalam
daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan. Untuk
memperoleh persetujuan pemohon harus mengajukan permohonan kepada
penyelenggara pelabuhan. Persetujuan berlaku untuk jangka waktu paling lama 4
tahun berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan yang disampaikan pemohon.
Apabila pekerjaan pengerukan belum selesai maka pemilik kegiatan dapat
mengajukan permohonan perpanjangan persetujuan kegiatan kerja keruk kepada
penyelenggara pelabuhan. Perpanjangan tersebut hanya dapat diberikan untuk 1
kali perpanjangan. Pemegang persetujuan kegiatan kerja keruk dilarang untuk
memindahtangankan dan/atau mengalihkan persetujuan tersebut kepada pihak lain
Reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai
dan/atau kontur kedalaman perairan.
Kegiatan kerja reklamasi meliputi pembangunan pelabuhan laut, terminal, terminal untuk
kepentingan sendiri, terminal khusus, dan/atau kegiatan lainnya di bidang kepelabuhan.
Pelaksanaan dari kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
kesesuaian dengan rencana induk pelabuhan bagi kegiatan kerja reklamasi yang lokasinya
berada di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan
atau rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota setempat bagi kegiatan
pembangunan terminal yang berada di luar daerah lingkungan kerja atau daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan atau terminal khusus;
keselamatan dan keamanan berlayar;
kelestarian lingkungan; dan
desain teknis.

Kegiatan kerja reklamasi harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang sesuai
dengan wilayah kegiatan kerja reklamasi, yaitu:

• Menteri Perhubungan, dalam hal:


kegiatan kerja reklamasi berada di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan di wilayah perairan pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul,
maka permohonan diajukan kepada Menteri Perhubungan melalui penyelenggara
pelabuhan dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut;
kegiatan kerja reklamasi berada di wilayah perairan terminal yang berada di luar daerah
lingkungan kerja atau daerah lingkungan kepentingan pelabuhan atau terminal khusus,
maka permohonan diajukan kepada Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut; dan
kegiatan kerja reklamasi menggunakan dana yang berasal dari APBN, maka permohonan
diajukan kepada Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Untuk memperoleh persetujuan, pemohon harus mengajukan permohonan


kepada Menteri Perhubungan. Apabila permohonan diterima, Menteri
Perhubungan akan menerbitkan persetujuan kegiatan kerja reklamasi tersebut.
Persetujuan berlaku untuk jangka waktu paling lama 4 tahun berdasarkan jadwal
pelaksanaan kegiatan yang disampaikan pemohon. Apabila pekerjaan reklamasi
belum selesai maka pemilik kegiatan dapat mengajukan permohonan perpanjangan
persetujuan kegiatan kerja reklamasi kepada Menteri Perhubungan melalui
Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Perpanjangan tersebut hanya dapat diberikan
untuk 1 kali perpanjangan. Pemegang persetujuan kegiatan kerja reklamasi dilarang
untuk memindahtangankan dan/atau mengalihkan persetujuan tersebut kepada
pihak lain.
• Gubernur
untuk kegiatan kerja reklamasi di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan di wilayah perairan pelabuhan laut pengumpan regional.
• Bupati/Walikota
untuk kegiatan kerja reklamasi di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan di wilayah perairan pelabuhan laut pengumpan lokal dan pelabuhan
sungai dan danau.

Sementara dalam hal kegiatan kerja meliputi kegiatan kerja keruk di alur
pelayaran dan wilayah perairan pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, serta
terminal yang berada di luar daerah lingkungan kerja atau daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan dan terminal khusus, serta kegiatan kerja keruk yang
sumber dananya berasal dari APBN dan lokasi pembungan hasil pengerukan yang
digunakan untuk kegiatan kerja reklamasi, maka persetujuan kegiatan kerja keruk
dan reklamasi diajukan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Laut. Persetujuan tersebut berlaku untuk jangka waktu paling lama 4 tahun
berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan yang disampaikan pemohon.

Izin Usaha Pengerukan dan Reklamasi


Pelaksana pengerukan dan reklamasi harus memiliki izin usaha pengerukan dan reklamasi.
Izin usaha tersebut diberikan oleh Menteri Perhubungan kepada pemohon dengan mengajukan
permohonan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Adapun pemohon harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

• berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum
indonesia;
• melampirkan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar serta pengesahan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam permohonan;
• memiliki tempat usaha atau kantor yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan;
• surat keterangan domisili perusahaan yang masih berlaku;
• laporan keuangan perusahaan minimal 1 tahun terakhir yang diaudit oleh kantor
akuntan public terdaftar;
• memiliki paling sedikit 1 unit kapal keruk yang laik laut berbendera Indonesia;
• memiliki paling sedikit 5 orang tenaga ahli warga negara Indonesia yang memiliki
kualifikasi pendidikan sebagai berikut:
i. Ahli Nautika Tingkat I;
ii. Ahli Teknika Tingkat I;
iii. Teknik Sipil;
iv. Teknik Geodesi; dan
v. Teknik Kelautan
• melampirkan berita acara peninjauan lapangan oleh tim teknis terpadu kantor pusat
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dengan melibatkan Sekretariat Jenderal
Perhubungan Laut; dan
• bagi perusahaan pengerukan dan reklamasi berbentuk badan usaha patungan (joint
venture) yang dibuktikan dengan surat perjanjian kerjasama (joint venture) wajib
memiliki paling sedikit 1 unit kapal keruk jenis trailling suction hopper dredger
yang laik laut dengan ukuran hopper paling sedikit 5000 m3.
Izin usaha pengerukan dan reklamasi berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan
usahanya dan harus dievaluasi setiap 2 tahun sekali oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut dengan melibatkan Sekretariat Jenderal Perhubungan Laut. Izin usaha tersebut
dilarang untuk dipindahtangankan dan/atau dialihkan kepada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai