Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PENEMUAN OBAT

PADA MASA YUNANI DAN ROMAWI

Disusun oleh:
Kelompok 11
1. Dhia Zulfa Karima (20613070)
2. Verly Putri Novi Ansyah (20613172)
3. Ananda Jamelia Pujakesuma (21613080)
4. Chintya Amanie Fatihah (21613114)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2023
PENDAHULUAN

Manusia zaman dahulu, yaitu yang hidup ribuan tahun yang lalu menjalani kehidupan
yang berkelompok dan selalu berpindah-pindah tempat atau disebut nomaden. Kehidupan yang
berpindah-pindah inilah yang memungkinkan terkena berbagai penyakit yang diderita.
Tumbuhan serta mineral telah ada di dunia ini jauh sebelum adanya manusia, sehingga hasil dari
alam tersebut yang digunakan untuk mengobati penyakit. Manusia mempunyai naluri untuk
bertahan hidup dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Menurut manusia zaman dahulu,
suatu penyakit itu disebabkan oleh gangguan roh jahat dan cara naluri mereka untuk
mengeluarkan roh jahat tersebut yaitu dengan tumbuh-tumbuhan dan membaca mantera.
Memasuki abad ke-16 ditemukan 800 formula obat serta 700 obat-obatan yang berasal
dari tumbuhan, hewan dan mineral yang dinamakan Papyrus Ebers. Papyrus Ebers ditemukan di
Mesir dan diyakini oleh masyarakat Mesir. Seiring berjalannya waktu, pada zaman Bapak Ilmu
Kedokteran (Hippocrates) pada tahun 460 SM - 370 SM ilmu kefarmasian belum dikenal. Pada
zaman tersebut dokter mempunyai banyak peran yang dilakukan sendiri, mulai dari mendiagnosa
suatu penyakit hingga mempersiapkan racikan obat untuk pasien. Hingga pada akhirnya
dikarenakan problematika mengenai obat yang semakin rumit, mulai dari cara membuatnya,
ataupun formulasinya. Pada tahun 1240 SM Kedokteran dan Farmasi resmi dipisahkan
berdasarkan perintah dari Raja Jerman yaitu Frederick. Keputusan perintah tersebut dikenal
dengan Dekrit Two Silices. Sejak saat itu disimpulkan bahwa antara kedokteran dan farmasi itu
mempunyai akar atau sumber yang sama menurut para ahli.
Farmasi yaitu suatu ilmu yang mempelajari cara meracik formulasi obat, mencampur,
mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis, standarisasi atau pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk juga sifat dari obat dan distribusinya dalam tubuh serta mengenai cara
pakai yang aman. Dalam bahasa Yunani Farmasi disebut “farmakon” yang artinya obat/medika,
Ilmu resep merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi
bentuk tertentu sampai siap digunakan atau dikonsumsi sebagai obat yang berkhasiat.

SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI PADA MASA YUNANI

1. Hippocrates (460 – 375 SM)

Hippocrates merupakan seorang dokter Yunani Klasik (Zaman Perikles). Hippocrates


sering disebut dengan Bapak Kedokteran Dunia karena atas kontribusinya dalam bidang
tersebut. Beliau merupakan pendiri Sekolah Kedokteran Hippocratic yang berfokus pada
diagnosis penyakit. Sekolah tersebut terkenal dengan kedisiplinan dan praktiknya yang
ketat. Ia mempunyai prinsip bahwa sebagai manusia yang berprofesi sebagai penyembuh
maka harus merawat dan tidak menimbulkan resiko lain pada pasiennya. Karya tulisnya
disebut dengan Corpus Hippocraticum yang berisi tentang bagaimana cara pengobatan
zaman dahulu dan tentang berbagai penyakit yang pernah ada.
Corpus Hippocraticum berhasil mengubah pandangan masyarakat mengenai takhayul
tentang penyakit. Berikut ini adalah beberapa karya oleh Hippocrates:

Karya Gambar

The Oath
Hippocratic Writings

The Book of Prognostics

Of The Epidemics
On Ancient Medicine

2. Dioscorides (abad ke-1 Setelah Masehi)

Dioscorides adalah seorang dokter Yunani yang juga ahli Botani. Dia merupakan orang yang
pertama kali menggunakan ilmu tumbuhan sebagai Ilmu Farmasi Terapan. Hasil karyanya De
Materia Medika dianggap sebagai awal dari pengembangan botani farmasi, yang kemudian ilmu
bidang ini sekarang dikenal sebagai Farmakognosi. Obat-obat yang berhasil dibuat oleh
Dioscorides antara lain Opium, Ergot, Hyoscyamus, dan Cinnamon.

3. Galen (130 – 200 Setelah Masehi)


Galen adalah seorang dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani yang menciptakan suatu sistem
yang sempurna dari fisiologi, patologi, dan pengobatan. Beliau memulai pembuatan obat-obatan
yang berasal dari tumbuhan dengan mencampur atau melebur masing-masing bahan, yang
sekarang ini disebut sebagai “Farmasi Galenika”.

4. Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus van Hohenheim (1493 – 1541 Setelah


Masehi)

Philipus berprofesi sebagai seorang dokter serta ahli kimia yang berasal dari Swiss beliau
menyebut dirinya sebagai “Paracelsus”. Karena Pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan
dan perkembangan farmasi, yakni menyiapkan bahan obat untuk melawan penyakit dan
memperkenalkan sejumlah besar zat kimia obat secara internal

SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI PADA MASA ROMAWI

Bangsa Romawi mempelajari mengenai ilmu pengobatan dari bangsa Yunani, sebagian besar
dokter Romawi berasal dari Yunani dan banyak bari para dokter yang merupakan keturunan
bangsa Yunani. bangsa Romawi memiliki kepercayaan pada empat cairan tubuh yaitu empedu
hitam, empedu kuning, lendir, dan darah serta metode pengobatan dengan cara pengeluaran
darah. Adapun contoh dokter seperti Galenus yang merupakan seorang Dokter berasal dari
Romawi yang sangat penting. Galenus hidup pada tahun 100-an Masehi serta menulis sebuah
buku tentang pengobatan. Buku Galenus tersebut menjadi buku pengobatan utama yang
digunakan oleh dokter di Eropa. Galenus mengulangi banyak melakukan penelitian Hippocrates
mengenai empat cairan, namun dia juga menambahkan banyak sekali hasil penelitiannya tentang
tubuh manusia. Galenus mempelajari bagian dalam tubuh manusia dengan memeriksanya
langsung. Dengan melakukan pengamatan tubuh prajurit atau gladiator yang sedang terluka. lalu
dia melakukan proses membedah banyak hewan untuk mengetahui cara kerja tubuh mereka.
Galenus sangat mengetahui mengenai berbagai anatomi lebih banyak daripada Hippokrates.
Galenus memahami bahwa darah dialirkan ke seluruh tubuh oleh jantung. Serta dia sudah
mengungkap bahwa saraf mengendalikan gerakan tubuh, dan bahwa manusia berpikir
menggunakan otak. Namun tidak membuat banyak kemajuan dalam metode pengobatan pada
manusia. Dia berpikiran bahwa adanya metode pengeluaran darah adalah cara yang baik.

Roma Kuno merupakan kota berkembang yang dimulai sekitar 800 SM dan ada selama kurang
lebih 1200 tahun . Itu dimulai di Roma, dan tumbuh menjadi salah satu kerajaan terbesar dan
terkuat dalam sejarah kuno. awalnya diperintah oleh raja, kemudian berubah menjadi republik
aristokrat, lalu bergeser menjadi kerajaan yang semakin represif. Kekaisaran menyebar ke
Selatan, Barat dan sebagian Eropa Timur, Asia Kecil, dan Afrika Utara. Dalam banyak hal,
kekaisaran Romawi dan Yunani berbagi sejumlah nilai dan sistem.

Bidang kesehatan khususnya kedokteran seperti praktik diagnosis serta pengobatan di Romawi
sangat dipengaruhi oleh tradisi Yunani kuno, namun pengobatan Romawi masih melibatkan
kepercayaan agama serta sihir. Pengobatan menggunakan cara Romawi merupakan
penggabungan dari berbagai sistem pengobatan Yunani dengan metode baru. Seperti dengan
mengkolaborasikan penemuan Hippocrates dengan penggunaan obat-obatan diet untuk prosedur
bedah. perkembangan penanganan kesehatan seperti diagnosis dan pengobatan di Roma kuno
cenderung lambat serta tidak merata.

Dalam kesehatan, orang Romawi lebih menyukai pencegahan daripada pengobatan. Fasilitas
kesehatan umumnya didorong untuk seluruh penjuru kekaisaran romawi. Pengobatan Romawi
tumbuh dari apa yang dipelajari dan dituntut oleh para dokter militer. Pada mulanya orang
Romawi menentang kegiatan dan teori yang berasal dari Yunani. Pengobatan Romawi tidak
mundur setelah Yunani, ia mengambil arah yang sedikit berbeda. Namun Akhirnya, ilmuwan dan
dokter Romawi, kebanyakan dari Yunani, terus meneliti dan mencoba teori-teori Yunani tentang
penyakit dan gangguan fisik dan mental.

Terdapat dua golongan pada pengobatan masa Romawi kuno yaitu spesialisasi oftalmologi dan
urologi. Kemudian, berbagai prosedur pembedahan dilakukan oleh dokter pada masa tersebut
yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta informasi mengenai tubuh manusia.

Ahli bedah Romawi, sebagian besar mendapatkan pengalaman praktis pada saat berada di medan
perang, membawa peralatan yang berisi ekstraktor perang seperti panah, kateter, pisau bedah,
dan forsep. Mereka biasa mensterilkan peralatan mereka dalam air mendidih sebelum digunakan.
Peninggalan alat-alat bedah merupakan salah satu bukti bahwa adanya pengetahuan yang baik
mengenai bedah pada masa Romawi.
Prosedur pada saat proses pembedahan dilakukan dengan menggunakan opium dan skopolamin
sebagai pereda nyeri, dan cuka asam (asetum) untuk membersihkan luka. Mereka tidak memiliki
apa yang kami anggap sebagai anestesi efektif untuk prosedur pembedahan yang rumit;
diragukan mereka melakukan operasi bedah jauh di dalam tubuh. Bangsa Romawi juga memiliki
instrumen kebidanan, banyak di antaranya tampak agak biadab saat ini. Operasi caesar
dilakukan, tetapi sang ibu tidak akan selamat.

1. Galen (129 M - sekitar 200/216)

Seorang dokter Yunani terkemuka, harus puas dengan membedah hewan untuk melanjutkan
penelitiannya. Galen percaya bahwa monyet yang berjalan seperti manusia, dengan dua kaki,
kemungkinan besar akan memberi para ilmuwan pengetahuan yang dapat diterapkan pada
manusia.

Galen, melakukan perpindahan dari Yunani ke Roma pada tahun 162 M, menjadi ahli anatomi
manusia. Dia adalah seorang dosen yang populer dan segera menjadi dokter yang terkenal dan
dicari. Konsul Flavius ​Boethius, salah satu pasiennya, memperkenalkannya ke istana kekaisaran;
dia segera menjadi dokter pribadi Kaisar Marcus Aurelius.

Galen membedah beberapa mayat - pernah dia membedah penjahat yang digantung, serta
beberapa mayat yang digali di kuburan saat banjir. Meski begitu, dia melakukan beberapa
kesalahan saat menganalisis cara kerja tubuh manusia.

Galen menulis buku medis, di mana dia menunjukkan pengetahuan yang baik mengenai struktur
tulang. Dia menyadari bahwa otak memberitahu otot apa saja yang harus dilakukan ketika dia
memotong sumsum tulang belakang babi dan mengamatinya.

Teori medis terkadang sangat mirip dengan apa yang kita kenal sekarang. Marcus Terentius
Varro (116 SM - 27 SM) percaya bahwa penyakit banyak disebabkan oleh makhluk kecil yang
terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang (bakteri dan virus terlalu kecil untuk dilihat).
Yang lain masih memandang ke langit - Crimes of Massilia yakin bahwa penyakit kami
disebabkan oleh bintang-bintang. Lucius Junius Moderatus Columella (4 M - sekitar 70 M),
seorang penulis pertanian, mengira penyakit berasal dari uap rawa. Namun Banyak dari
kepercayaan ini berlaku sampai beberapa ratus tahun yang lalu.

Dokter Romawi sangat dipengaruhi oleh apa yang dulu dilakukan orang Yunani, dan akan
melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh terhadap pasien. Banyak perawatan mereka juga
dipengaruhi oleh praktik Yunani. Diagnosis Romawi dan perawatan pasien terdiri dari berbagai
kombinasi pengobatan Yunani dan beberapa praktik lokal.

Beberapa dokter Romawi sangat mengesankan dalam klaim mereka. Galen berkata bahwa
dengan mengikuti praktik Yunani dia tidak pernah salah mendiagnosis atau membuat prognosis
yang salah. Kemajuan dalam diagnosis, pengobatan, dan prognosis di Roma Kuno lambat dan
tidak merata dokter cenderung mengembangkan teori mengenai mereka sendiri dan menyimpan
ke beberapa arah yang berbeda.

Bangsa romawi memiliki berbagai macam obat herbal dan pengobatan lainnya:

a. Adas (Foeniculum vulgare) merupakan suatu herba yang banyak digunakan untuk
penderita gangguan saraf. Bangsa Roma percaya bahwa tanaman adas dapat
menenangkan sel saraf. Saat ini, adas digunakan sebagai salah satu komponen dari
pembuatan minyak telon.
b. Wol yang tidak dicuci digunakan untuk membantu penyembuhan luka.
c. Elecampane (Inula helenium) sering disebut sebagai tanaman penyembuhan kuda).
Ramuan akar tanaman ini diberikan kepada pasien dengan masalah pencernaan dengan
cara meningkatkan kinerja lambung serta masalah pernapasan seperti batuk dan TBC.
d. Kuning telur pada masa Romawi diberikan kepada pasien penderita disentri.
e. Sage didefinisikan sebagai tanaman herbal dengan aroma yang kuat. Memiliki nilai
religius, sehingga digunakan oleh masyarakat yang masih mempercayai bahwa dewa
adalah seorang penyembuh.
f. Bawang putih (Allium sativum) memberi pengaruh baik untuk jantung. Bawang putih
akan melancarkan sirkulasi darah sehingga tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dapat
menurun.
g. Hati rebus merupakan salah satu obat yang diberikan kepada pasien yang mengalami
keluhan penyakit pada mata.
h. Fenugreek merupakan suatu ramuan yang seperti daun semanggi. Tanaman yang dikenal
dengan nama kelabat ini sering diberikan kepada pasien dengan penyakit pada paru-paru
khususnya pneumonia.
i. Silphium merupakan suatu tanaman yang tidak teridentifikasi. Pada masa Romawi
digunakan sebagai alat kontrasepsi, demam, batuk, gangguan pencernaan, sakit
tenggorokan, serta kutil. Sejarawan mengatakan bahwa Silphium merupakan tumbuhan
dari genus Ferula yang sudah punah.
j. Willow merupakan sekelompok pohon atau semak. Sering dikenal sebagai dedalu atau
gandarusa. Tanaman ini memiliki fungsi sebagai antiseptik.

2. Pedanius Dioscorides (sekitar 40-90 M)

Dioscorides merupakan seorang ahli botani, farmakolog, dan dokter Yunani yang berpraktik di
Roma ketika Nero menjadi penguasa. Ia menjadi dokter Angkatan Darat Romawi yang terkenal.
Dioscorides menulis ensiklopedia yang terdiri atas lima jilid yaitu berjudul De Materia Medica.
Ensiklopedia ini dapat dikatakan sebagai sebuah farmakope karena di dalamnya tercantum daftar
serta informasi mengenai lebih dari 600 bahan-bahan obat herbal. De Materia Medica digunakan
secara luas oleh para dokter selama 1.500 tahun berikutnya. Banyak dokter Romawi datang dari
Yunani dan sangat percaya dalam mencapai keseimbangan yang tepat dari empat humor dan
memulihkan panas alami pasien. Sejak masa terbitnya, De Materia Medica dinobatkan sebagai
sebuah buku informasi obat (farmakope) terluas penggunaanya serta paling berpengaruh di
Eropa dan Timur Tengah pada Abad Pertengahan.

Beberapa obat-obatan yang berhasil ditemukan oleh Dioscorides diantaranya,

a. Fennel (Foeniculum vulgare) yang berfungsi sebagai pemecah batu ginjal sehingga tidak
terasa nyeri saat berkemih, buang air kecil menjadi lebih lancar, serta dapat melancarkan
air susu ibu (ASI).
b. Rhubarb (Rheum rhabarbarum) berfungsi sebagai obat gangguan dalam terutama pada
bagian perut seperti kembung. Selain itu dapat digunakan sebagai obat linu panggul,
asma, rakitis,serta disentri.
c. Gentian berfungsi sebagai penghangat. Mengandung astringent yang berfungsi sebagai
obat gigitan hewan melata yang berbisa atau beracun, gangguan pada hati, serta inflamasi
atau iritasi pada mata. Inflammation
d. Liquorice di Indonesia sering disebut sebagai tanaman akar manis. Mengonsumsi akar
manis dapat menenangkan gangguan pencernaan, jantung hati, ginjal, dan kandung
kemih.
e. Aloe Vera atau lidah buaya memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah
menyembuhkan luka dan alopesia.
f. Aristolochia merupakan genus tumbuhan yang terdiri lebih dari 500 jenis spesies.
Berfungsi sebagai penawar racun serta membantu dalam persalinan.

3. Gaius Plinius Secundus

Gaius Plinius Secundus atau lebih sering dikenal sebagai Pliny the Elder merupakan seorang
filsuf, jenderal, serta diplomat Romawi. Mengumpulkan informasi berupa pengetahuan ilmiah
merupakan hobi semasa hidupnya. Salah satu karya Pliny adalah sebuah ensiklopedia yang
berjudul Natural History yang terdiri atas 37 volume. Ensiklopedia tersebut membahas seputar
botani, zoologi, astronomi, geologi, dan mineralogi. Pada buku XII dan XVIII mengenai botani,
dijelaskan tentang jenis pohon serta sifat dari kayunya, rempah-rempah contohnya lada serta
jahe, dan nilai obat gula. Sebagian besar dari ensiklopedia ini menjelaskan hal yang terkait
dengan ilmu kesehatan, kedokteran, dan obat-obatan. Terdapat bahasan mengenai jenis-jenis
tanaman yang dapat digunakan sebagai penyembuh suatu penyakit atau menjadi obat yang
bermanfaat.

4. Largus Scribonius

Largus Scribonius merupakan seorang dokter yang berasal dari Romawi. Sekitar tahun 43 M
Largus menulis sebuah buku yang berjudul Compositiones yang merupakan asal-usul lahirnya
buku farmakope. Dalam buku tersebut, dijelaskan mengenai berbagai simplisia serta campuran
dari berbagai simplisia atau disebut dengan compositia. Largus merupakan seorang tabib
Romawi yang bekerja pada istana Kaisar Claudius pada abad ke-1 Masehi. Largus dikenal
sebagai penulis farmakope atau daftar resep obat. Naskah tersebut digunakan di Eropa hingga
abad ke-17. Selain itu, Largus juga menggunakan listrik sebagai sarana pengobatan.

Pada tahun 47 Masehi, Largus menerbitkan karyanya yang sukses dikenal hingga masa kini.
Kumpulan formulasi dan resep obat farmasi serta pengobatan tradisional dijabarkan dalam De
Compositione Medicamentorum Liber. Dalam buku tersebut terdapat 271 formula atau resep obat
dan sebagian besar formula tersebut merupakan penemuannya seorang diri. Formula tersebut
dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu 162 resep mengenai penyakit pada seluruh tubuh
manusia, 37 resep penawar atau antidot dari racun gigitan atau serangan hewan melata yang
berbahaya, bagian ketiga menjabarkan mengenai plester, pembalut, serra salep yang digunakan
oleh ahli bedah.

REFERENSI
Bynum, W.F. 2000. “Sejarah Medis” dalam Kuper, Adam & Kuper (ed), Jesica, (ed). Ensiklopedi
Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan Oleh Haris Munandar dkk. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
C N Trueman (17 March 2015). "Medicine In Ancient Rome". historylearningsite.co.uk. The
History Learning Site. Diakses tanggal 3 December 2015.
Ervianingsih dkk. 2022. Dasar Ilmu Farmasi. CV Tohar Media. Jl Rappocini Raya Lr 11 No 13
Makassar.
Ganiswarna, S., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-228 dan 800-810, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Haeria, 2017. Buku Daras Pengantar Ilmu Farmasi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Nordqvist, Christian (9 August 2012). "What Is Ancient Roman Medicine?". Medical News
Today. MediLexicon International Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-26.
Diakses tanggal 3 December 2015.
Rymer, Eric. Medicine and Health in Ancient Rome. History Link 101. History Source LLC.
Diakses tanggal 3 December 2015.
Scarborough, John 1996. Drugs and Medicine in the Roman World (PDF). University of
Pennsylvania. Diakses tanggal 3 December 2015.

Anda mungkin juga menyukai