Dalail Khairat merupakan kitab berisi sholawat kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh
Imam Muhammad bin Sulaiman al Jazuli ash Shadhili (wafat Tahun 1465). Dala’il al-Khayrat
( )دالئل الخیراتatau Dalaail u’l Khayraat Wa Shawaariq u’l Anwaar Fee Zikri Salaat Alan Nabiyyi’l
Mukhtaar (( )دالئل الخیرات وسوارق االنوار في ذكر الصالة علی النبي المختارartinya Tanda-Tanda Kebaikan dan
Cahaya Cemerlang dalam Mengingat Sholawat pada Sang Nabi Pilihan) adalah kumpulan
doa yang terkenal untuk Rasulullah, Muhammad SAW.
Seni membaca dala-il khairat serta zikir yang dibacakan sering dilaksanakan dengan
menyesuaikan irama dan rentak kolaborasi dengan irama lagu-lagu yang disampaikan,
Dalailu al-khairat ini populer di beberapa bagian dunia Islam di kalangan Muslim tradisional –
khususnya Afrika Utara, Levant, Turki, Kaukasus, Asia Selatan, dan di Nusantara sendiri. Syair
dan pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam pembacaan dala-il itu juga bisa
menjadi bahan renungan bagi pendengar. Dala’il al-Khayrat adalah kitab pertama dalam
sejarah Islam yang mengumpulkan doa-doa dan berkah bagi Muhammad SAW, sekaligus
memohon kepada Tuhan untuk memberkatinya.
Selain keduanya, murid al-Jukjawi adalah Kiai Wahid Hasyim (ayah Gus Dur), Kiai As’ad
Syamsul Arifin, Kiai Zubair Dahlan (ayah Kiai Maimoen Zubair), Kiai Imam Khalil (ayah Kiai Faqih
Imam Sarang), Kiai Mahfudz al-Hajini (ayah Kiai Sahal Mahfudz), dan lain-lain. Dalâilu al-
Khairât sangat erat dengan riyadhahnya, tirakat, seperti berpuasa dan membaca kitab Dalâilu
al-Khairât al-Imam Muhammad ibn Sulaiman al-Jazuli (w. 870 H) yang berisikan salawat-
salawat atau pujian-pujian atas baginda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh Yasin al-Fadani meriwayatkan sanad Dalâilu al-Khairât dari banyak ulama Haramain,
salah satunya adalah Syaikh Baqir al-Jukjawi. Sedangkan Kiai Yasin al-Barengi
meriwayatkannya dari Kiai Amir al-Pekalongi. Keduanya, yakni al-Jukjawi dan al-Pekalongi
meriwayatkan dari Syaikh Mahfudz al-Termasi. Al-Termasi ini adalah guru dari para ulama
besar di Nusantara, seperti halnya Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan, Kiai Wahab
Hasbullah, Kiai Mas Manshur, Kiai Abbas Buntet, dan lain-lain.