P DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: DISRITMIA DI
RUANG ZAAL RSU SYILVANI BINJAI
Disususn Oleh :
Nama : Rizkon Fadilah
Nim : P07520221039
Kelas : 2A Str.Keperawatan
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha esa atas berkat dan karunianya, penulis bisa
menyelasaikan laporan dengan judul “Laporan Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Disritmia Di Ruang Zaal Rsu Syilvani Binjai”. Tidak lupa
kami mengucapkan syukur untuk dosen pembimbing kami Ibu MarlisaS.KepNs,M.Kep . Dan
juga kepada seluruh teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini.
Sekian laporan ini saya susun dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan . oleh karena
itu, semua kritik dan saran sangat perlukan untuk perbaikan dan kesempurnaan laporan ini
menjadi lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gangguan irama jantung atau distrimia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Distrimia atau Aritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Distrimia adalah kelainan
denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Distrimia adalah
gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yangmenuntut
asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia.Sistem kardiovaskuler
mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dankeadaan darah, yang merupakan bagian
tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang menyalurkan O2 serta nutrisi ke
seluruh tubuh. Bila salah satu organtersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan
mengganggu semuasistem tubuh.
Disritmia merupakan salah satu gangguan dari sistem kardiovaskuler.Disritmia adalah
tidak teraturnya irama jantung. Disritmia disebabkan karenaterganggunya mekanisme
pembentukan impuls dan konduksi. Hal ini termasukterganggunya sistem saraf. Perubahan
ditandai dengan denyut atau irama yangmerupakan retensi dalam pengobatan. Sebab cardiac
output dan miokardiaccontractility.
2.1.2 Etiologi
Penyebabdariaritmiajantungbiasanyasatuataugabungandarikelainanberiku
t ini dalamsistem irama-konduksi jantung :
a. Iramaabnormaldaripacujantung.
b. Pergeseranpacujantungdarinodussinuskebagianlaindarijantung.
c. Blokpadatempat-tempat yangberbedasewktumenghantarkanimpulsmelalui jantung.
d. Jalurhantaranimpuls yangabnormalmelaluijantung.
e. Pembentukanyangspontandariimpulsabnormalpadahampersemuabagian jantung.
Etiologiaritmiajantungdalamgarisbesarnyadapatdisebabkanoleh:
a. Peradanganjantung,misalnyademamreumatik,peradanganmiokard(miokarditis
karena infeksi)
b. Gangguansirkulasikoroner(aterosklerosiskoroneratauspasmearterikoroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karenaobat(intoksikasi)antaralainolehdigitalis,quinidindanobat-obatanti
aritmia lainnya
d. Gangguankeseimbanganelektrolit(hiperkalemia,hipokalemia)
e. Gangguanpadapengaturansusunansarafautonomyangmempengaruhikerjadan
irama jantung
f. Ganggguanpsikoneurotikdansusunansarafpusat.
g. Gangguanmetabolik(asidosis,alkalosis)
h. Gangguanendokrin(hipertiroidisme,hipotiroidisme)
i. Gangguaniramajantungkarenakardiomiopatiatautumorjantung
j. Gangguaniramajantungkarenapenyakitdegenerasi(fibrosissistemkonduksi jantung).
2.1.3 Patofisiologi
1. DISRITMIA NODUS SINUS
a. Bradikardi Sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan
tekanan intracranial, atau infark miokard. Bradikardi sinus juga dijumpai pada olahraghawan
berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propanolol,
reserpin, metildopa), pada keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison,
panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah
nodus SA.
Karakteristik :
Frekuensi : 40 sampai 60 denyut per menit
Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
Kompleks QRS : biasanya normal
Hantaran : biasanya normal
Irama : regular
b. Takikardi Sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebablkan oleh demam, kehilangan darah
akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan hipermetabolisme,
kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
Karakteristik :
Frekuensi : 100 sampai 180 denyut per menit
Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam
dalam
gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal
Kompleks QRS : biasanya mempunyai durasi normal
Hantaran : biasanya normsl
Irama : regular
2. DISRITMIA ATRIUM
a. Kontraksi Prematur Atrium
Kontraksi Prematur Atrium (PAC = premature atrium contraction) dapat disebabakan
oleh iritabilitas otot atrium kerana kafein, alcohol, nikotin, miokardium Atrium yang
teregang seperti pada gagal jantung kongestif, stress atu kecemasan, hipokalemia (kadar
kalium rendah), cedera, infark, atau keadaan hipermetabolik.
Karakteristik :
Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit
Gelombang P : biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan
gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium telah menjadi
iritabel (peningkatan otomatisasi) dan melepaskan impuls sebelum nodus SA
melepaskan impuls secara normal. Interval PR dapat berbeda dengan interval PR
impuls yang berasal dari nodus SA.
Kompleks QRS : bisa normal, menyimpang atau tidak ada. Bila ventrikel sudah
menyelesaikan fase rep[olarisasi, mereka dapat merespons stimulus atrium ini dari
awal
Hantaran : biasanya normsl
Irama : regular, kecuali bila terjadi PAC, Gelombang P akan terjadi lebih awal
dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi yang lengkap.
b. Takikardi Atrium Paroksismal
Takikardi Atrium Paoksismal (PAT = paroxysmal atrium tachychardia) adalah
takikardi atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak.
Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik,
atau alcohol. PAT biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic.
Frekuensi yang sangat tinggfi dapat menyebabkan angina akibat pebnurunan pengisian
artei koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung.
Karakteristik :
Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per menit
Gelombang P : ektopik dan mengalami distorsi disbanding gelombang P
normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek
(kurang dari 0,12 detik)
Kompleks QR : biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila
terjadi penyimpangan hantaran
Hantaran : biasanya normal
Irama : regular
c. Flutter Atrium
Fluter atrium terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung
dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali per menit. Karakter penting pada
disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi pada nodus AV, yang mencegah
penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui jantung sebenartnya masih
normal, sehingga komp;leks QRS tak terpengaruh. Inilah tanda penting dari disritmia tipe
ini, karena hantran 1 :1 impuls atrium yang dilepaskan 250 sampai 400 kali per menit
akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel, suatu disritmia yang mengancam jiwa.
Karakteristik :
Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 400 denyut per menit
Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang
dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat.
Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
Kompleks QRS : konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
Gelombang T : ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter
Irama : regular atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (mis., 2:1, 3:1, atau
kombinasinya)
d. Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi)biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit
katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit
jantung congenital.
3. DISRITMIA VENTRIKEL
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi premature ventrikel (PVC = premature ventricular contraction) terjadi
akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC biasa disebabkan oleh toksisitas
digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi
katekolamin.
b. Bigemini Ventrikel
Bigemini Ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri
koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi di mana setiap denyut
adalah premature.
c. Takikardi Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti pada PVC.
Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum
fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai
keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat
cemas.
d. Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi Ventrikel Adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada
disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi.
Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak
ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila
fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
4. ABNORMALITAS HANTARAN
a. Penyekat AV Derajat-Satu
Biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin disebabkan
pleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark miokard dinding
inferior jantung.
b. Penyekat AV Derajat-Dua
Juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, IM, atau intoksikasi digitalis.
Bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan
curah jantung(curah jantung = volume sekuncup x frekuensi jantung).
c. Penyekat AV Derajat-Tiga
Juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI.
frekuensi jantung berkurang drastis, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital.
Seperti otak, jantung, paru, dan kulit.
5. ASISTOLE VENTRIKEL
Tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan
pernafasan. Tanpa penatalaksanaan segera, asistole ventrikel sangat fatal.
2.1.4Manifestasi klinis
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan.
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama Tn.A
Umur 35 Tahun
Alamat Binjai
Pendidikan SMA
Pekerjaan Petani
Agama Kristen
Suku Bangsa Batak
Riwayat Penyakit Bawaan Penyakit jantung iskemik , COPD dan
Hipertensi.
a. Analisa Data
P: Intervensi
dilanjutkan