Sub BWP Nilai Urban Heritage Langgam Landmark Adat
Historis Arsitektur Kota Istiadat Sub BWP I Terdapat Masjid Al- furqon. Sub BWP Terdapat Terdapat 2 II peninggalan vihara sejarah yang Terdapat merupakan masjid bukti tertua di dahsyatnya Lampung letusan Terdapat Gunung mercusuat Krakatau di Taman tahun 1983 Dipangga Sub BWP Terdapat Terdapat situs Atap rumah Terdapat Masyarakat III situs cagar budaya berbentuk gapura Lampung peninggalan limas selamat adat berupa datang di Saibatin rumah adat Kelurahan Kebandaran Negeri Olok Marga Balak Gading yang Lampung kental Pesisir dengan adat Lampung yaitu adanya siger Sub BWP IV
Analisa Nilai Historis
Gunung Krakatau meletus tahun 1883 dan memiliki efek tsunami yang menghantam Lampung dan sekitarnya. Semua bangunan dan pepohonan tersapu air bah. Akibat dahsyatnya tsunami tersebut sebuah kapal pernah terseret sampai ke daerah Teluk Betung Selatan. Dari sanalah dibuat monumen peringatan Letusan Krakatau dengan lampu kapal di ujung monumennya. Oleh karena itu pada Sub BWP II Kini lokasi tersebut menjadi bukti dahsyatnya efek tsunami dari letusan Gunung Krakatau berdampak hinggan kawasan Teluk Betung. Selain itu pada Sub BWP III terdapat Kelurahan Negeri Olok Gading yang juga merupakan salah satu Kampung Tua yang ada di Provinsi Lampung hal ini dibuktikan dengan masih adanya Rumah Adat kebandaran Marga Balak. Rumah adat tersebut terletak di Jalan Dr Setia Budi Nomor 45, Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Barat. Rumah Adat Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir berdiri pada 1881. Rumah adat itu pertama kali ditempati Pangeran Igama Ratu Khatu, yang menjadi pangeran pertama. Saat itu, pangeran pertama menyeimbangi 12 tiyuh (desa) dan lima marga balak pesisir Telukbetung, yaitu Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Marga Ketibung, Marga Lamban Balak, dan Marga Balak.
Analisa Urban Heritage
Terdapat dua vihara, masjid tertua di lampung, dan mercusuar di Taman dipangga pada Sub BWP II. Vihara yang dimaksud yaitu Vihara Thay Hin Bio dan Vihara Bodhisattva. Vihara Thay Hin Bio merupakan salah satu vihara tertua di Provinsi Lampung. Vihara ini masih sangat kental dengan nuansa kebudayaan Tiongkok Klasik. Lokasi vihara ini cukup strategis berada di pinggir jalan dekat dengan pusat perdagangan dan bisnis di Kawasan Teluk Betung Selatan serta dikelilingi kawasan perdagangan kuliner. Sedangkan untuk Vihara Bodhisattva selain untuk tempat beribadah terdapat juga TK dan SD untuk anak-anak yang beragama budha. Kemudian terdapat Masjid Jami Al-Anwar dikenal sebagai masjid tertua di Provinsi Lampung , masjid ini berdiri sejak tahun 1839 hingga saat ini. Masjid ini masih mempertahankan enam tiang yang menggambarkan rukun iman. Selain itu juga masjid ini masih mempertahankan meriam Belanda yang berada di depan Masjid, karena meriam ini digunakan untuk peringatan buka puasa pada zaman dahulu. Lalu ada beduk kecil dari tahun 1998 yang merupakan hasil dari MTQ Nasional di Way Halim, Bandar Lampung. Masjid ini juga menyimpan kitab-kitab kuno peninggalan sejak dahulu dari berbagai bahasa seperti Arab, Belanda, Portugis, dan beberapa bahasa lainnya yang tersimpan di perpusatakaan masjid.Kemudia pada Sub BWP II juga terdapat mercusuar peninggalan letusan Gunung Krakatau yang berada di Taman Dipangga. Monumen tersebut dibangun dengan lampu kapal di ujungnya yang merupakan bekas lampu kapal yang terseret hingga Taman Dipangga. Dibagian bawah terdapat sejenis relief yang berisi gambaran masyarakat di Lampung, sebelum dan sesudah Tsunami. Pada Sub BWP III terdapat rumah adat Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir berdiri pada 188. Tingkat keaslian rumah adat tersebut sekitar 70%. Sebab, Rumah Adat Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir telah tiga kali mengalami renovasi, yakni pada 1998, 2014, dan 2015. Renovasi hanya di bagian atap dan dinding. Kayu yang menjadi dinding rumah adat itu dilapisi semen karena khawatir lapuk dan hancur dalam waktu dekat. Analisa Langgam Arsitektur Pada sub BWP III ditemukan bangunan yang memiliki ornamen khas Lampung dan atap rumahnya berbentuk limas. Hal tersebut dikarenakan pada Sub BWP III ini pada Kelurahan Negeri Olok Gading terdapat rumah adat Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir.
Analisa Landmark Kota
Pada Sub BWP I terdapat Masjid Al-Furqon yang menjadi Landmark Kota. Masjid ini merupakan yang terbesar di Bandar Lampung. Terdapat menara setinggi 114 meter yang dapat melihat pemandangan Kota Bandar Lampung. Selain bentuknya yang megah, keunikan bangunan ada pada relief Wali Songo pada sisi kiri taman. Selain itu pada Sub BWP III terdapat gapura selamat datang di Kelurahan Negeri Olok Gading yang kental dengan adat Lampung yaitu adanya siger dan aksara lampung.
Analisa Adat Istiadat
Mayoritas masyarakat pada Sub BWP III yaitu masyarakat Lampung adat Saibatin. Dikarenakan pada zaman dahulu wilayah tersebut terdapat kerajaan Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir. Namun saat ini masyarakat adat saibatin dapat hidup berdampingan dengan masyarakat suku lainnya.
Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
Sub BWP Struktur Ekonomi Pola Persebaran Potensi Ekonomi
Sub BWP I Terdapat pertokoan Pola persebarannya Terdapat Masjid Al- dengan skala yaitu sepanjang furqon sehingga kecamatan jalan arteri sekunder dapat dijadikan objek wisata. Selain itu terdapat kantor pemerintah kota. Sub BWP II Terdapat 1 mall Pola persebarannya Terdapat 2 vihara, skala pelayanan yaitu tersebar di Pulau Pasaran yang kecamatan dan sepanjang jalan dapat dijadikan terdapat 2 pasar kolektor primer dan potensi wisata dengan skala jalan lokal pelayanan kecamatan, serta terdapat pertokoan Sub BWP III Sub BWP IV Terdapat 1 pasar Pola persebarannya Terdapat Pantai skala pelayanan yait di jalan kolektor yang dapat dijadikan kecamatan dan 1 TPI primer objek pariwisata. Lempasing skala pelayanan kota
Analisa Struktur Ekonomi
Setiap Sub BWP memiliki struktur ekonomi yaitu perdagangan dan jasa, dimana perdagangan dan jasa ini berupa pusat perbelanjaan seperti mall, pasar, dan pertokoan. Dengan adanya aktivitas perdagangan dan jasa maka perekonomian dapat berlangsung dengan baik di Sub BWP tersebut. Pada sub BWP I terdapat pertokoan yang dapat berfungsi sebagai penggerak ekonomi disekitar wilayah tersebut. Pada Sub BWP II terdapat 1 mall, 2 pasar, dan pertokoan dengan skala kecamatan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya. Pada Sub BWP IV juga terdapat 1 pasar dan 1 TPI dimana dapat meningkatkan perekonomian kawasan tersebut.
Analisa Pola Persebaran
Pola persebaran ekonomi yang ada pada Sub BWP I berada di jalan arteri sekunder, yang mana aktivitas ekonomi yang berada pada sekitar jalan arteri sekunder akan mempermudah pergerakan dalam kegiatan perdagangan dan jasa. Dengan mudahnya pergerakan dalam kegiatan perdagangan dan jasa maka perekonomian akan terus berjalan dengan baik. Perdagangan dan jasa yang ada di Sub BWP II dan IV berada di jalan kolektor primer dan lokal dimana dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat sekitar.
Analisa Potensi Ekonomi
Pada setiap Sub BWPmemiliki potensinya masing-masing dengan adanya potensi ekonomi tersebut maka akan meningkatkan kesejahteraan serta pendapatan di wilayah tersebut. Dimana pada Sub BWP I, II, dan IV terdapat potensi pariwisata yang dapat dikembangkan sehingga banyak wisatawan yang berdatangan dan dapat menggerakkan perekonomian kawasan sekitarnya. Selain potensi pariwisata di Sub BWP I dekat dengan kantor pemerintahan kota sehingga banyak pegawai kantor tersebut yang dapat berbelanja dan meningkatkan perekonomian.