Oleh:
HIKMATUN TRI SAEFI ISMAIL
NIM. 1803002
TEKNIK PEMBUATAN GARMEN
Oleh:
HIKMATUN TRI SAEFI ISMAIL
NIM. 1803002
TEKNIK PEMBUATAN GARMEN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
BAB IV PENUTUP...............................................................................23
4.1 Kesimpulan.........................................................................23
4.2 Saran...................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................25
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
Tujuan pelaksanaan praktik industri adalah :
1. Mahasiswa memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai dunia
kerja.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan praktik mata kuliah di industri.
3. Mahasiswa mampu mengenal, mengetahui, dan menganalisis kondisi
lingkungan dunia kerja.
Agar praktik industri ini lebih jelas dan terarah, maka perlu membatasi
masalah yang akan dibahas terfokus pada praktik pembuatan pola manual,
praktik pemotongan bahan, praktik operasi perakitan garmen, dan praktik
pengujian garmen.
2
2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
3
Pada praktik pembuatan pola manual terdapat pada departemen sampel.
Departemen sampel adalah mini produksi dari keseluruhan proses sewing,
terdapat beberapa bagian yang ada di departemen sampel diantaranya adalah :
2. ADM Sample
ADM sample ( Administrasi sample ) merupakan suatu bagian
manajemen yang melakukan pencatatan data dan mengeluarkan surat izin untuk
melakukan suatu produksi. Setelah dikeluarkan surat jalan untuk produksi
barulah dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu ke Departemen pattern.
3. Pattern
a. Pola manual
Pola manual dibuat khusus untuk pola baju yang rumit dan tidak bisa
dikerjakan oleh komputer atau pola CAD ( Computer Aided Design ), pola
manual di PT. Ameya LivingStyle Indonesia digunakan khusus untuk brand asli
yaitu ALSI ( Ameya LivingStyle Indonesia ). Alat-alat yang biasa digunakan untuk
membuat pola manual adalah pensil, penghapus, alat ukur seperti penggaris dan
meteran, dan kertas pola.
4
sulit maka operator akan mendigit terlebih dahulu pola manual yang sudah dibuat
dengan bantuan alat khusus yang kemudian akan dicetak di mesin plotter.
4. Plotter
Plotter adalah printer grafis yang menggambar dengan menggunakan
pena-pena tinta, plotter juga merupakan perangkat output pertama yang mampu
mencetak gambar yang dibuat oleh mesin CAD. Mesin plotter akan mencetak
pola yang sudah diprogam dikomputer yang selanjutnya akan dibuat marker
untuk proses produksi.
6. Cutting
Pada proses cutting terdapat beberapa urutan proses diantaranya adalah
:
a. Spreading fabric / penggelaran kain
b. Cutting
c. Numbering
d. Bundling
e. Loading
7. ADM Loading
ADM loading menyediakan seluruh bahan yang dibutuhkan pada saat
proses sewing dari mulai komponen-komponen jahit sampai aksesoris jahit.
8. Sewing
5
Pada proses sewing, kain yang sudah dicutting akan menjadi panel-panel
yang kemudian akan dijahit oleh operator sesuai dengan model yang sudah
ditentukan. Berbeda dengan sewing production, pada sewing di sample room
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :
a. Production Sample
Memproduksi dalam jumlah kecil, biasanya hanya memproduksi 50 pcs saja.
b. SMS ( Salesman Sample )
Pada bagian ini hanya memproduksi untuk di promosikan oleh buyer kepada
customer. Biasanya salesman sample hanya memproduksi 160 pcs saja.
9. QC Before Finishing
Pada proses ini sebelum memasuki tahap finishing, pakaian yang sudah
jadi akan di cek terlebih dahulu sesuai standar yang sudah ditentukan.
10. Finishing
Pada proses finishing before wash ada beberapa proses finishing,
diantaranya adalah :
11. Washing
Washing ada 2 macam yaitu inhouse washing dan outhouse washing.
a. Inhouse Washing
6
Inhouse washing yaitu washing yang dilakukan di dalam PT. Ameya
LivingStyle Indonesia. Terdapat beberapa jenis inhouse washing diantaranya
adalah :
1. Enzyme
2. Softener
3. Rinse wash
4. Tumble dry
b. Outhouse Washing
Outside washing adalah washing yang dilakukan diluar PT. Ameya
LivingStyle Indonesia, biasanya dilakukan di Bogor dan Semarang. Terdapat
beberapa jenis outhouse washing diantaranya dalah :
1. CPD (cold Pigment Dye )
2. Deepdye
3. Bleach
4. Acid
7
spreading repening
cutting numbering bundling loading
fabric fusing
8
f. Check kerataan pinggir spreading
g. Check splices/sambungan
h. Check tension
i. Check posisi pin
j. Check base paper ( alas meja & per lot )
k. Check repeat dan kelurusan motif
l. Check penempatan marker ( arahnya )
m. Check fabric deffect
n. Ok
2. Cutting
Cutting adalah proses pemotongan bahan setelah proses spreading
sesuai dengan pola marker yang sudah tersedia sehingga diperoleh hasil
pemotongan sesuai ukuran busana yang telah direncanakan. Setelah semua
bahan sudah dicutting, tahap selanjutnya adalah mengecek, dengan cara :
3. Pinning
Pinning adalah suatu proses matchingnes motif ( menyamakan motif ).
Fungsi pinning adalah untuk mensejajarkan motif agar pada saat proses
cutting mendapatkan hasil potongan yang sama. Metode yang dilakukan saat
pinning adalah dengan menggunakan “Matchingnes motif”.
9
4. Fusing
Fusing adalah proses merekatkan ( memanaskan dan mengepress )
komponen-komponen kecil pada pakaian seperti collar, cuff, centre line, dan
sebagainya. Dengan material atau bahan pelapis
( interfacing ) yang berfungsi sebagai pembentuk untuk membuat pakaian lebih
kaku, kuat, dan mengokohkan bagian-bagian tertentu.
Fungsi interlining :
a. Memperbaiki bentuk pada busana seperti collar, pocket, neck line
b. Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana
c. Menstabilkan dan memberi bentuk pada bagian tertentu seperti ujung dan
detail pada busana
d. Memperkuat dan mencegah bahan renggang
Yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah suhu dan pressure yang
harus disesusaikan dengan jenis fabric itu sendiri. Interlining juga bisa di
aplikasikan pada panel block, seperti pada top collar dan collar band. Panel block
ini selanjutnya akan di potong secara terpisah dari panel lain yaitu dengan
menggunakan band knife.
5. Numbering
Numbering adalah proses dimana panel yang sudah di potong diberi
nomor sesuai dengan urutannya. Tujuan dari numbering adalah untuk
10
menghindari shading pada saat sewing production. Pada saat proses ini, yang
harus diperhatikan adalah :
a. Cek random 10 %
b. Cek posisi penempatan sticker
c. Cek random urutan numbering atas, tengah, dan bawah
d. Cek dan samakan numbering antar panel
e. Cek kode size dan lot
6. Bundling
Bundling adalah proses dimana panel-panel yang sudah dicutting dan
dinumbering akan diikat menjadi satu, biasanya panel-panel tersebut akan
dipisahkan masing-masing 20 pcs dan diberi bundle list, tujuannya adalah untuk
memudahkan pada saat sewing production. Pada bundle list terdapat
keterangan sebagai berikut :
a. Style
b. P.O number ( purcase order )
c. Part
d. Color
e. Rol
f. Size
g. Cutting number
h. Panel number
i. Bundle number
j. Total
7. Loading
Loading adalah proses terakhir dari cutting production, pada proses ini
panel yang sudah dibundling akan dikirimkan ke sewing production untuk
selanjutnya di jahit sesuai dengan model atau artikel yang sudah ditentukan.
11
Sewing department adalah proses dalam menyatukan bagian-bagian kain
yang telah digunting berdasarkan pola. Teknik menjahit yang digunakan harus
sesuai dengan desain dan bahan karena jika tekniknya tidak tepat maka hasil
yang diperoleh pun tidak akan memuaskan.
d. Layout
Layout adalah tata letak atau maping urutan jahit berdasarkan artikel atau
tingkat kesulitan dari style pakaian itu sendiri.
Setelah semua proses disetujui pada saat PPM langkah selanjutnya adalah
menata layout untuk jalannya suatu produksi. Layout dilakukan oleh mekanik
mesin yang sekaligus mengatur mesin atas arahan dari supervisor. Setelah
semua layout dan pengaturan mesin selesai, proses selanjutnya adalah proses
produksi sewing secara masal.
12
e. Output
Tahap ini adalah proses terakhir dari sewing department. Setelah pakaian
jadi akan dicek terlebih dahulu oleh QC sebelum masuk ke proses finishing.
Pada proses output harus sesuai dengan detail sampel dan detail pada saat
PPM. Proses selanjutnya adalah trial speck yang bertujuan untuk mengontrol
kualitas pakaian.
1. FRONT BODY
2. BACK BODY
Pada artikel H&M Truffle color white tidak terdapat proses penggabungan
apapun pada bagian back body, dikarenakan artikel yang menggunakan style
reglan sleeve sehingga sleeve langsung digabungkan dengan badan depan dan
belakang dan tidak dibutuhkan join shoulder dan proses lainnya.
3. SLEEVE
13
b. Gathering sleeve : membuat efek kerut pada sleeve dengan menggunakan
mesin jahit yang sebelumnya sudah diatur sehingga terjadi efek kerut
tersebut.
c. Join cuff : menggabungkan cuff dengan sleeve yang sudah di gathering
terlebih dahulu dengan cara menjahit dibagian centre cuff.
4. ASSEMBLING
14
Pengujian garment adalah suatu pengamatan dan penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat pada fabric yang akan
diolah.
Ada berbagai macam cara pengujian garment diantaranya :
1. Gramasi test
Langkah-langkah pengujian :
a. Potong kain yang akan diuji berbentuk lingkaran sempurna dengan luas 100
cm dengan menggunakan alat khusus yaitu Pneumatic sample cutter atau
disebut juga Grammasi Sirkular.
b. Timbang kain yang telah dipotong, amati angka yang ditunjukkan pada alat
timbang.
c. Cara menghitung :
hasil rata−rata
x100%
standar
Berikut adalah gambar alat yang digunakan dalam proses gramasi test,
dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2 :
15
Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia
16
2. Crocking Test
Crocking test adalah kecenderungan kain untuk mengetahui robek atau
tidaknya pada saat permukaan kain terkena gesekan, dan juga untuk
mengetahui tingkat kelunturan suatu kain pada saat kering maupun basah. Alat
yang digunakan dalam crocking test adalah digi crock.
Berikut ini adalah gambar alat uji digi rock yang terdapat pada gambar 3.3
:
3. Presparation test
Presparation Test adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelunturan suatu kain. Alat yang digunakan dalam presparation test adalah digi
wash.
4 jenis presperation tes adalah sebagai berikut :
a. Presperation to washing
b. Presperation to water
c. Presperation to acid
d. Presparation to alkali
17
Cara pengujianya dengan menggunakan 6 jenis kain multi fiber :
a. Acitate (AE)
b. Cotton (C)
c. Nylon (N)
d. Polyester (P)
e. Acrylic (AC)
f. Wool (W)
b
Berikut ini adalah gambar alat uji presparation test yang terdapat pada
gambar 3.4 :
4. Shringkage Test
Shringkage Test adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui susut suatu
kain setelah dicuci. Untuk menilai stabilitas dimensi suatu kain secara langsung
dalam persentase penyusutan atau peregangan.
18
Untuk kain yang jenis cotton dan poliester shrinkage yang didapatkan ± 3 %
sedangkan untuk kain jenis viskosa dan rayon shringkage yang didapatkan ± 5
%.
before−after
x 100 %
after
7. Garment Test
Garment test dilakukan setelah pakaian jadi seutuhnya. Biasanya
dilakukan setelah pakaian melalui proses sewing. Cara mengujinya dengan cara
memasukkan baju kedalam mesin cuci khusus selama 1 jam dengan suhu 400C.
Detergent yang digunakanpun berbeda yaitu dengan detergent khusus color dan
non color tergantung jenis kain yang akan dicuci.
19
Berikut ini adalah gambar alat uji garment test yang terdapat pada
gambar 3.5 dan 3.6 :
20
Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia
21
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
22
4.2.1. Bagi Progam Studi Teknik Pembuatan Garmen
DAFTAR PUSTAKA
23
PT. Ameya LivingStyle Indonesia, website resmi, www.ameyaindo.com
24