Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

di PT AMEYA LIVINGSTYLE INDONESIA


Semester I Tahun Akademik 2018/2019

Oleh:
HIKMATUN TRI SAEFI ISMAIL
NIM. 1803002
TEKNIK PEMBUATAN GARMEN

AKADEMI KOMUNITAS INDUSTRI TEKSTIL DAN


PRODUK TEKSTIL SURAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI
di PT AMEYA LIVINGSTYLE INDONESIA
Semester I Tahun Akademik 2018/2019

Oleh:
HIKMATUN TRI SAEFI ISMAIL
NIM. 1803002
TEKNIK PEMBUATAN GARMEN

AKADEMI KOMUNITAS INDUSTRI TEKSTIL DAN


PRODUK TEKSTIL SURAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Industri yang disusun oleh

Nama : HIKMATUN TRI SAEFI ISMAIL


NIM : 1303002

ini telah disetujui oleh

Ketua Program Studi Pembimbing


Teknik Pembuatan Garmen Pada Tanggal : ……..…………………

( Rita Istikowati, S.T., M.T. ) ( Winarsih, S. Pd. )

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan lancar.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat


menyelesaikan penyusunan laporan praktik kerja industri ini.
2. Bapak Drs. Abdillah Benteng, selaku Direktur AK-Tekstil Solo.
3. Ibu Rita Istikowati, S.T., M.T. selaku Kepala Progam Studi Teknik
Pembuatan Garmen.
4. Ibu Winarsih, S. Pd selaku Pembimbing Laporan Praktik Industri.
5. Ibu/Bapak Dosen AK-Tekstil Solo
6. PT. Ameya LivingStyle Indonesia
7. Pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu kami
dalam melaksanakan Praktik Kerja Industri yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.

Penulis berharap laporan praktik industri di PT. Ameya LivingStyle


Indonesia ini bisa berguna pada tujuan untuk meningkatkan pengetahuan
sekaligus wawasan tentang industri, serta sekaligus dapat memberikan manfaat
pada setiap pembaca.

Surakarta, Februari 2019

Hikmatun Tri Saefi Ismail

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang Praktik Industri.............................................1


1.2 Tujuan Praktik Industri..........................................................2
1.3 Batasan Praktik Industri........................................................2

BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN................................................3

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................3

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI......................................4

3.1 Praktik Pembuatan Pola Manual...............................................4


3.2 Praktik Pemotongan Bahan..................................................8
3.3 Praktik Operasi Perakitan Garmen.....................................12
3.4 Praktik Pengujian Garmen..................................................15

BAB IV PENUTUP...............................................................................23

4.1 Kesimpulan.........................................................................23
4.2 Saran...................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Pneumatic Sample Cutter ...........................................16


Gambar 3.2. Alat Uji Garment Test...................................................17
Gambar 3.3. Alat Uji Digi Rock..........................................................18
Gambar 3.4. Alat Uji Presparation Test.............................................19
Gambar 3.5. Mesin Tumble Dry 1.....................................................21
Gambar 3.6. Mesin Tumble Dry 2.....................................................22

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Industri

Latar belakang pelaksanaan praktik industri adalah untuk mendukung


pemenuhan tenaga kerja industri tekstil dan produk tekstil yang mempunyai
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri maka didirikan Akademi
Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta (AK Tekstil Solo).
Sabagai institusi Pendidikan Tinggi vokasi di bawah Kementerian Perindustrian,
lulusan yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja
Industri TPT.

Salah satu model Pendidikan yang diterapkan agar sistem pengajaran


dapat sesuai dengan kebutuhan Industri adalah sistem ganda (dual system).
Dengan model pembelajaran seperti ini, maka pembelajaran dilakukan di kampus
dan industri. Mata kuliah - mata kuliah praktik diselenggarakan di workshop dan
di industri. Pembelajaran di industri dilakukan terutama agar mahasiswa dapat
melihat penerapan mata kuliah tersebut di Industri. Dengan adanya praktik
industri ini diharapkan dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapat
selama kuliah.

Mahasiswa diwajibkan menjalani program Praktik Industri yang


disesuaikan dengan program dari masing masing program studi. Hal ini sebagai
upaya program studi mempersiapkan diri mahasiswa dalam memasuki dunia
kerja.

1.1. Tujuan Praktik Industri

1
Tujuan pelaksanaan praktik industri adalah :
1. Mahasiswa memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai dunia
kerja.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan praktik mata kuliah di industri.
3. Mahasiswa mampu mengenal, mengetahui, dan menganalisis kondisi
lingkungan dunia kerja.

1.2. Batasan Praktik Industri

Agar praktik industri ini lebih jelas dan terarah, maka perlu membatasi
masalah yang akan dibahas terfokus pada praktik pembuatan pola manual,
praktik pemotongan bahan, praktik operasi perakitan garmen, dan praktik
pengujian garmen.

BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN

2
2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Ameya LivingStyle Indonesia merupakan perusahaan garment


berskala internasional yang telah berkembang sejak tahun 2006. Terletak di
Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Ameya diambil dari Bahasa Jepang yang artinya
“Bountiful” dimana diharapkan Ameya memberi kelimpahan untuk para stake
holder nya.

Ameya group mempunyai visi yaitu :


to build an organization which creates long term success and shares it
with other stake holder atau membangun sebuah organisasi yang sukses jangka
panjang dan berbagi dengan para stakeholder (semua yang terlibat : pemilik,
karyawan, pembeli, pemasok pemerintah, dan lingkungan).

Sedangkan misi Ameya Group adalah :


a. Manusia, infrastruktur dan sistem adalah pondasi dari perusahaan
( people, infrastructure and system are the foundation of the company ).
b. Orientasi yang kuat pada pasar ( strong market orientation ).
c. Hubungan yang kuat dengan pembeli dan pemasok ( strong networking with
the buyer ).
d. Dinamis dan berkembang ( dinamic and envolving ).

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI

3.1. Praktik Pembuatan Pola Manual

3
Pada praktik pembuatan pola manual terdapat pada departemen sampel.
Departemen sampel adalah mini produksi dari keseluruhan proses sewing,
terdapat beberapa bagian yang ada di departemen sampel diantaranya adalah :

1. Merchandiser ( Sample Request Form )


Sebelum buyer melalui beberapa proses sampai menjadi sebuah garment
jadi, langkah pertama adalah mengisi sample request form yang terdapat pada
merchandiser. Dalam proses ini buyer harus memberitahu spesifikasi dari
pakaian yang akan dipesan.

2. ADM Sample
ADM sample ( Administrasi sample ) merupakan suatu bagian
manajemen yang melakukan pencatatan data dan mengeluarkan surat izin untuk
melakukan suatu produksi. Setelah dikeluarkan surat jalan untuk produksi
barulah dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu ke Departemen pattern.

3. Pattern

a. Pola manual
Pola manual dibuat khusus untuk pola baju yang rumit dan tidak bisa
dikerjakan oleh komputer atau pola CAD ( Computer Aided Design ), pola
manual di PT. Ameya LivingStyle Indonesia digunakan khusus untuk brand asli
yaitu ALSI ( Ameya LivingStyle Indonesia ). Alat-alat yang biasa digunakan untuk
membuat pola manual adalah pensil, penghapus, alat ukur seperti penggaris dan
meteran, dan kertas pola.

b. Pola CAD ( Computer Aided Design )


Pola CAD adalah pola yang dibuat dengan menggunakan bantuan
komputer. Pada pola CAD, operator hanya bertugas untuk menyusun pola-pola
dasar yang sudah tersedia di komputer, tetapi apabila terdapat pola-pola yang

4
sulit maka operator akan mendigit terlebih dahulu pola manual yang sudah dibuat
dengan bantuan alat khusus yang kemudian akan dicetak di mesin plotter.

4. Plotter
Plotter adalah printer grafis yang menggambar dengan menggunakan
pena-pena tinta, plotter juga merupakan perangkat output pertama yang mampu
mencetak gambar yang dibuat oleh mesin CAD. Mesin plotter akan mencetak
pola yang sudah diprogam dikomputer yang selanjutnya akan dibuat marker
untuk proses produksi.

5. PPM ( Pre Production Meeting )


Pada tahap ini semua pihak yang berhubungan dengan jalannya produksi
akan berkumpul untuk membahas hal-hal apa saja yang dibutuhkan dan harus
didiskusikan untuk selanjutnya merencanakan jalannya produksi.

6. Cutting
Pada proses cutting terdapat beberapa urutan proses diantaranya adalah
:
a. Spreading fabric / penggelaran kain
b. Cutting
c. Numbering
d. Bundling
e. Loading

7. ADM Loading
ADM loading menyediakan seluruh bahan yang dibutuhkan pada saat
proses sewing dari mulai komponen-komponen jahit sampai aksesoris jahit.

8. Sewing

5
Pada proses sewing, kain yang sudah dicutting akan menjadi panel-panel
yang kemudian akan dijahit oleh operator sesuai dengan model yang sudah
ditentukan. Berbeda dengan sewing production, pada sewing di sample room
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Production Sample
Memproduksi dalam jumlah kecil, biasanya hanya memproduksi 50 pcs saja.
b. SMS ( Salesman Sample )
Pada bagian ini hanya memproduksi untuk di promosikan oleh buyer kepada
customer. Biasanya salesman sample hanya memproduksi 160 pcs saja.

9. QC Before Finishing
Pada proses ini sebelum memasuki tahap finishing, pakaian yang sudah
jadi akan di cek terlebih dahulu sesuai standar yang sudah ditentukan.

10. Finishing
Pada proses finishing before wash ada beberapa proses finishing,
diantaranya adalah :

a. Buttoning, yaitu proses pemasangan kancing pada baju.


b. Button hole, yaitu proses pembuatan lubang kancing pada baju.
c. Bartack, yaitu jahitan yang berfungsi memperkuat jahitan. Contohnya terdapat
pada ujung saku.
d. Steam, yaitu proses dimana biasanya baju disemprot dengan uap panas.

Terdapat 3 standar steam, yaitu :


a. Clean look, yaitu proses steam yang hasil akhirnya harus terlihat rapi.
b. Soft steam ( vivid look ), yaitu proses steam yang hanya menggunakan uap
saja.
c. No iron, yaitu proses dimana tidak terdapat proses steam.
e. Metal plate, yaitu proses pemasangan label yang berbahan dasar logam.

11. Washing
Washing ada 2 macam yaitu inhouse washing dan outhouse washing.
a. Inhouse Washing

6
Inhouse washing yaitu washing yang dilakukan di dalam PT. Ameya
LivingStyle Indonesia. Terdapat beberapa jenis inhouse washing diantaranya
adalah :
1. Enzyme
2. Softener
3. Rinse wash
4. Tumble dry

b. Outhouse Washing
Outside washing adalah washing yang dilakukan diluar PT. Ameya
LivingStyle Indonesia, biasanya dilakukan di Bogor dan Semarang. Terdapat
beberapa jenis outhouse washing diantaranya dalah :
1. CPD (cold Pigment Dye )
2. Deepdye
3. Bleach
4. Acid

12. Qc After Washing


Setelah proses washing dilakukan, perlu adanya pengecekan kembali,
pada proses ini harus dilihat terdapat perubahan atau tidak terhadap garment
yang telah melalui proses washing.

13. QA ( Quality Assurance )


Pengecekan keseluruhan proses produksi yang terlibat dalam produksi
suatu produk.

14. Sending to buyer


Setelah semua tahapan telah dilalui pengiriman sample ke buyer adalah
proses terakhir dari sample room. QA akan mengirimkan sample yang sudah jadi
untuk meminta persetujuan dari buyer.

3.2. Praktik Pemotongan Bahan

Berikut adalah bagan flow process pemotongan bahan

7
spreading repening
cutting numbering bundling loading
fabric fusing

Sumber : Cutting Production PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Uraian flow process pemotongan bahan


1. Spreading fabric
Spreading adalah proses penggelaran kain dengan cara menyusun dan
menumpuk kain diatas meja potong sesuai dengan jumlah tumpukan yang telah
direncanakan sebelumnya.

Spreading dilakukan setelah pembuatan marking/pola. Kain didatangkan


dari warehouse yang sebelumnya sudah di relaksasi terlebih dahulu selama 24
jam, fungsinya adalah untuk mengembalikan serat kain, sehingga mudah untuk
dicutting. Selanjutnya kain yang tidak direlaksasi dalam bentuk rol diangkat dan
diletakkan diatas penyangga yang ada pada meja spreading, kemudian kain siap
digelar. Kain digelar beberapa layer/lapisan disesuaikan dengan kebutuhan,
tergantung dengan jenis fabric yang di gelar. Apabila fabric berbahan tipis, tinggi
tumpukan tidak boleh terlalu banyak. Kain kemudian diratakan dan diatasnya
diletakkan marker. Tetapi apabila terdapat fabric bermotif “check” maka
diperlakukan secara khusus yaitu dengan cara pinning. Perlakuan khusus pada
saat spreading juga terdapat pada kain bermotif tidak lurus atau biasa disebut
bowing.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam spreading adalah :

a. Check perlakuan fabric ( rileks/tidak )


b. Check report atau form spreading ( shringkage atau tingkat mulur kain dan lot
)
c. Check face fabric
d. Check arah fabric ( one way & two way )
e. Check lebar fabric dengan lebar marker

8
f. Check kerataan pinggir spreading
g. Check splices/sambungan
h. Check tension
i. Check posisi pin
j. Check base paper ( alas meja & per lot )
k. Check repeat dan kelurusan motif
l. Check penempatan marker ( arahnya )
m. Check fabric deffect
n. Ok

2. Cutting
Cutting adalah proses pemotongan bahan setelah proses spreading
sesuai dengan pola marker yang sudah tersedia sehingga diperoleh hasil
pemotongan sesuai ukuran busana yang telah direncanakan. Setelah semua
bahan sudah dicutting, tahap selanjutnya adalah mengecek, dengan cara :

a. Check random 10% ( atas, tengah, bawah )


b. Cek keakuratan potongan dengan pola
c. Check notch posisi, matchingnes panel dan keakuratan notch
d. Check balance panel

3. Pinning
Pinning adalah suatu proses matchingnes motif ( menyamakan motif ).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pining :


a. Check penempatan pin
b. Check center line
c. Check matchingnes & balance motif
d. Check keakuratan potongan dengan pola
e. Check notch posisi

Fungsi pinning adalah untuk mensejajarkan motif agar pada saat proses
cutting mendapatkan hasil potongan yang sama. Metode yang dilakukan saat
pinning adalah dengan menggunakan “Matchingnes motif”.

9
4. Fusing
Fusing adalah proses merekatkan ( memanaskan dan mengepress )
komponen-komponen kecil pada pakaian seperti collar, cuff, centre line, dan
sebagainya. Dengan material atau bahan pelapis
( interfacing ) yang berfungsi sebagai pembentuk untuk membuat pakaian lebih
kaku, kuat, dan mengokohkan bagian-bagian tertentu.

Fungsi interlining :
a. Memperbaiki bentuk pada busana seperti collar, pocket, neck line
b. Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana
c. Menstabilkan dan memberi bentuk pada bagian tertentu seperti ujung dan
detail pada busana
d. Memperkuat dan mencegah bahan renggang

Yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah suhu dan pressure yang
harus disesusaikan dengan jenis fabric itu sendiri. Interlining juga bisa di
aplikasikan pada panel block, seperti pada top collar dan collar band. Panel block
ini selanjutnya akan di potong secara terpisah dari panel lain yaitu dengan
menggunakan band knife.

Cara cek fusing adalah :


a. Cek dan buat standar fuse
1. Penempatan interlining dengan fabric
2. Bondstrength atau kekuatan interlining merekat dikain
3. Delimination atau menggelembung
4. Color change atau perubahan warna
5. Strikethrough atau interlining tembus
6. Jenis interlining
b. Buat laporan harian
c. Cek 10 % hasil fuse ( kotor, shading, delimination, strikethrough, dll )

5. Numbering
Numbering adalah proses dimana panel yang sudah di potong diberi
nomor sesuai dengan urutannya. Tujuan dari numbering adalah untuk

10
menghindari shading pada saat sewing production. Pada saat proses ini, yang
harus diperhatikan adalah :

a. Cek random 10 %
b. Cek posisi penempatan sticker
c. Cek random urutan numbering atas, tengah, dan bawah
d. Cek dan samakan numbering antar panel
e. Cek kode size dan lot

6. Bundling
Bundling adalah proses dimana panel-panel yang sudah dicutting dan
dinumbering akan diikat menjadi satu, biasanya panel-panel tersebut akan
dipisahkan masing-masing 20 pcs dan diberi bundle list, tujuannya adalah untuk
memudahkan pada saat sewing production. Pada bundle list terdapat
keterangan sebagai berikut :
a. Style
b. P.O number ( purcase order )
c. Part
d. Color
e. Rol
f. Size
g. Cutting number
h. Panel number
i. Bundle number
j. Total

7. Loading

Loading adalah proses terakhir dari cutting production, pada proses ini
panel yang sudah dibundling akan dikirimkan ke sewing production untuk
selanjutnya di jahit sesuai dengan model atau artikel yang sudah ditentukan.

3.3. Praktik Operasi Perakitan Garmen ( Sewing Department )

11
Sewing department adalah proses dalam menyatukan bagian-bagian kain
yang telah digunting berdasarkan pola. Teknik menjahit yang digunakan harus
sesuai dengan desain dan bahan karena jika tekniknya tidak tepat maka hasil
yang diperoleh pun tidak akan memuaskan.

Pada praktik proses perakitan garmen, terdapat proses masing-masing


bagian panel yang akan dijahit dan ditentukan oleh layout.
Layout adalah tata letak atau maping urutan jahit berdasarkan artikel atau tingkat
kesulitan dari style pakaian itu sendiri.
Dalam sewing department terdapat urutan proses pembuatan pakaian jadi,
yaitu :

1. JSS ( Jumping Size Set )


JSS yaitu proses yang dilakukan oleh supervisor untuk trial atau
percobaan sebelum produksi dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengecek
kesulitan pada saat menjahit dan untuk mengetahui layout pada saat produksi.
Selain itu JSS juga bertujuan untuk mengetahui akan adanya perubahan sampel
atau tidak, shringkage kain, dan konstruksi baju itu sendiri.

c. PPM ( Pre Production Meeting )


Setelah dilakukan JSS untuk trial, tahap selanjutnya adalah PPM. Pada
tahap ini semua pihak yang berhubungan dengan jalannya produksi akan
berkumpul untuk membahas hal-hal apa saja yang dibutuhkan dan harus
didiskusikan untuk selanjutnya merencanakan jalannya produksi.

d. Layout
Layout adalah tata letak atau maping urutan jahit berdasarkan artikel atau
tingkat kesulitan dari style pakaian itu sendiri.
Setelah semua proses disetujui pada saat PPM langkah selanjutnya adalah
menata layout untuk jalannya suatu produksi. Layout dilakukan oleh mekanik
mesin yang sekaligus mengatur mesin atas arahan dari supervisor. Setelah
semua layout dan pengaturan mesin selesai, proses selanjutnya adalah proses
produksi sewing secara masal.

12
e. Output
Tahap ini adalah proses terakhir dari sewing department. Setelah pakaian
jadi akan dicek terlebih dahulu oleh QC sebelum masuk ke proses finishing.
Pada proses output harus sesuai dengan detail sampel dan detail pada saat
PPM. Proses selanjutnya adalah trial speck yang bertujuan untuk mengontrol
kualitas pakaian.

Contoh pembuatan kemeja artikel H&M TRUFFLE adalah sebagai berikut :

1. FRONT BODY

a. Join top placket : menggabungkan piping placket dengan badan depan


dengan cara dimasukkan kedalam corong yang sudah diatur secara
bersamaan.
b. Join under placket : menggabungkan piping placket dengan badan depan
dengan cara dimasukkan kedalam corong yang sudah diatur secara
bersamaan, bedanya dengan top placket adalah bagian under placket
dipasangi dengan button atau kancing baju.
c. Button hole atau lubang kancing : membuat lubang kancing dengan
menggunakan mesin khusus, dengan cara menentukan centre placket dengan
jarak yang telah ditentukan sesuai size masing-masing.

2. BACK BODY

Pada artikel H&M Truffle color white tidak terdapat proses penggabungan
apapun pada bagian back body, dikarenakan artikel yang menggunakan style
reglan sleeve sehingga sleeve langsung digabungkan dengan badan depan dan
belakang dan tidak dibutuhkan join shoulder dan proses lainnya.

3. SLEEVE

a. Sleeve binding : menggabungkan binding dengan sleeve slit menggunakan


corong secara bersamaan.

13
b. Gathering sleeve : membuat efek kerut pada sleeve dengan menggunakan
mesin jahit yang sebelumnya sudah diatur sehingga terjadi efek kerut
tersebut.
c. Join cuff : menggabungkan cuff dengan sleeve yang sudah di gathering
terlebih dahulu dengan cara menjahit dibagian centre cuff.

4. ASSEMBLING

a. Join sleeve menggabungkan sleeve dengan badan depan dan belakang.


b. Gathering neck : membuat efek kerut pada bagian neck dengan
menggunakan mesin jahit yang sudah diatur sebelumnya.
c. Pasang collar : menggabungkan collar dengan bagian neck yang sudah di
gathering sebelumnya, pada tahap ini harus memperhatikan notch yang ada
pada collar yang harus disambungkan ke jahitan tulang.
d. Pasang main lable : menggabungkan main lable dengan back body dibagian
centre.
e. Pasang size lable : menggabungkan size lable dengan back body dibagian
tengah main lable.
f. Pasang hanger loop : memasang hanger loop dibagian centre sleeve.
g. Tutup collar : tutup collar dengan cara jahit dengan ukuran 1/16 inch keliling
dengan memperhatikan jahitan bawah pada saat join collar.
h. Side seam : menggabungkan badan depan dan belakang sampai bagian
sleeve dengan menggunakan mesin obras dan memperhatikan bagian armpit
harus sama.
i. Bottom heming : proses menjahit bagian bawah baju dengan menggunakan
bantuan corong keliling dari mulai badan depan ke badan belakang untuk
menghasilkan lebar jahitan 0,5 cm.
j. Pasang care lable : memasang care lable dengan ketentuan jarak 10 cm dari
bottom heming, dipasang dibagian kiri baju, size yang terdapat di care lable
dan size lable harus sama.

3.4. Praktik Pengujian Garmen

14
Pengujian garment adalah suatu pengamatan dan penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat pada fabric yang akan
diolah.
Ada berbagai macam cara pengujian garment diantaranya :

1. Gramasi test

Gramasi test adalah suatu pengamatan yang dilakukan untuk


mendapatkan berat kain dalam satuan gram setiap luas area 1m2.

Langkah-langkah pengujian :

a. Potong kain yang akan diuji berbentuk lingkaran sempurna dengan luas 100
cm dengan menggunakan alat khusus yaitu Pneumatic sample cutter atau
disebut juga Grammasi Sirkular.
b. Timbang kain yang telah dipotong, amati angka yang ditunjukkan pada alat
timbang.

c. Cara menghitung :

hasil rata−rata
x100%
standar

Berikut adalah gambar alat yang digunakan dalam proses gramasi test,
dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2 :

15
Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Gambar 3.1. Pneumatic Sample Cutter

Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Gambar 3.2. Alat Uji Gramasi Test

16
2. Crocking Test
Crocking test adalah kecenderungan kain untuk mengetahui robek atau
tidaknya pada saat permukaan kain terkena gesekan, dan juga untuk
mengetahui tingkat kelunturan suatu kain pada saat kering maupun basah. Alat
yang digunakan dalam crocking test adalah digi crock.
Berikut ini adalah gambar alat uji digi rock yang terdapat pada gambar 3.3
:

Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Gambar 3.3. Alat Uji Digi Rock

3. Presparation test
Presparation Test adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelunturan suatu kain. Alat yang digunakan dalam presparation test adalah digi
wash.
4 jenis presperation tes adalah sebagai berikut :
a. Presperation to washing
b. Presperation to water
c. Presperation to acid
d. Presparation to alkali

17
Cara pengujianya dengan menggunakan 6 jenis kain multi fiber :
a. Acitate (AE)
b. Cotton (C)
c. Nylon (N)
d. Polyester (P)
e. Acrylic (AC)
f. Wool (W)

b
Berikut ini adalah gambar alat uji presparation test yang terdapat pada
gambar 3.4 :

Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Gambar 3.4. Alat Uji Presparation Test

4. Shringkage Test
Shringkage Test adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui susut suatu
kain setelah dicuci. Untuk menilai stabilitas dimensi suatu kain secara langsung
dalam persentase penyusutan atau peregangan.

18
Untuk kain yang jenis cotton dan poliester shrinkage yang didapatkan ± 3 %
sedangkan untuk kain jenis viskosa dan rayon shringkage yang didapatkan ± 5
%.

Cara menghitung shringkage :

before−after
x 100 %
after

5. Cross Staining Test


Cross Staining Test adalah tes yang bertujuan untuk mengecek aksesoris
dan label yang akan digunakan pada proses produksi seperti benang, care lable,
lable size, name lable, dan multi fiber.

6. Print and Embroidery Test


Print and Embroidery Test adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketahanan embro ( bordir ) dan print ( sablon ). Cara
pengujian Print and Embroidery Test cukup mudah yaitu dengan hanya
mencucinya 5 kali, lalu hasilnya dibandingkan dengan sampel sebelum di cuci.

7. Garment Test
Garment test dilakukan setelah pakaian jadi seutuhnya. Biasanya
dilakukan setelah pakaian melalui proses sewing. Cara mengujinya dengan cara
memasukkan baju kedalam mesin cuci khusus selama 1 jam dengan suhu 400C.
Detergent yang digunakanpun berbeda yaitu dengan detergent khusus color dan
non color tergantung jenis kain yang akan dicuci.

Yang harus diperhatikan dari garment test adalah :


a. Suhu
b. Waktu
c. Detergent yang digunakan

19
Berikut ini adalah gambar alat uji garment test yang terdapat pada
gambar 3.5 dan 3.6 :

Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Gambar 3.5. Mesin Tumble Dry 1

20
Sumber : Laboratorium pengujian garmen PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Gambar 3.6. Mesin Tumble Dry 2

21
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Hasil dari pelaksanaan kegiatan praktik kerja industri yang dilaksanakan


pada tanggal 17 Desember 2018 s/d 31 Januari 2019 di PT. Ameya LivingStyle
Indonesia merupakan kesempatan dan pengalaman yang sangat berharga, ilmu
yang diperoleh tidak didapatkan di lingkungan kampus. Untuk bekal dalam
menghadapi lingkungan kerja yang sesungguhnya. Selain itu dari kegiatan
prakerin ini juga diperoleh banyak manfaat, diantaranya :

a. Pemahaman yang lebih atas penerapan ilmu pengetahuan yang telah


diperoleh selama belajar di Akademi Komunitas Tekstil dan Produk Tekstil
Surakarta.
b. Peningkatan kemampuan dalam bekerja secara individu maupun dalam
sebuah tim.
c. Kemampuan dalam berfikir taktis dan logis dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul dalam sebuah proses produksi garment.
d. Peningkatan rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi
kewajiban.

4.2. Saran

22
4.2.1. Bagi Progam Studi Teknik Pembuatan Garmen

Dalam proses belajar mengajar, sebaiknya lebih meningkatkan


kemampuan komunikasi Mahasiswa dalam berbahasa asing. Proses pengenalan
bahasa garment dalam pembelajaran sehari-hari dan pembelajaran mengenai
produksi garment secara mendetail juga sangatlah membantu Mahasiswa dalam
proses adaptasi di lingkungan kerja.

4.2.2. Bagi PT. Ameya LivingStyle Indonesia

Dengan semakin berkembangnya unit bisnis perusahaan, faktor sumber


daya manusia didalamnya sangatlah penting untuk mendukung tercapainya
tujuan perusahaan. Kegiatan peningkatan kinerja karyawan menjadi hal yang
sangat penting. Agar memperlancar jalannya praktik industri, alangkah baiknya
mahasiwa didampingi pembimbing khusus dalam tahap proses pembelajaran di
industri, mengingat Mahasiswa masih dalam tahap awal belajar mengenai dunia
industri.

4.2.3. Bagi Mahasiswa AK-Tekstil Solo

Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan praktik industri hendaknya


mempersiapkan diri baik dalam segi teori maupun praktiknya. Sebagai
mahasiswa harus aktif bertanya dan kritis terhadap persoalan yang dihadapi
serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mahasiswa juga dituntut untuk hadir
pada setiap mata kuliah praktik industri.

DAFTAR PUSTAKA

23
PT. Ameya LivingStyle Indonesia, website resmi, www.ameyaindo.com

Modul jurusan teknik pembuatan garmen semester I

24

Anda mungkin juga menyukai