Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH

Problema Audit Jiwasraya

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntasi I)


Dosen Pengampu : Mega Arum,S.E.,M.Ak.

Disusun oleh : 1. Mustaanah Apriyanti (22020006)


2. Nurhayati (22020014)
Kelas : A2RIA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BANTEN
2023
KATA PENDAHULUAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "Problema Audit Jiwasraya".  Dalam
penyusunan karya ilmiah, penulis tak lepas dari pihak-pihak yang telah membantu dari awal
hingga karya ilmiah dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Bu Mega Arum,S.E.,M.Ak.

Kami berharap semoga karya ilmiah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Serang, Mei 2023

Penulis

i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti salah satu kasus manipulasi laporan keuangan atau
kecurangan yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu PT. Asuransi Jiwasraya (Persero). Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dimana penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang
menghasilkan data dan/atau hasil secara deskriptif yang dimana berupa kata-kata secara tertulis atau
dalam bentuk lisan dari yang diamatinya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) terbukti melakukan kecurangan dengan memenuhi beberapa aspek seperti
kategori kecurangan, hasil analisis dari lokasi geografis atau industri terjadinya kecurangan, profil
korban dan pelaku kecurangan, motivasi dari pelaku kecurangan, dampak dari kecurangan, serta
strategi dalam mendeteksi terjadinya kecurangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kecurangan dapat melibatkan dan merugikan banyak pihak, sehingga penelitian ini diharapkan dapat
memotivasi perusahaan dalam meningkatkan pengendalian internal perusahaan terhadap kecurangan
yang rentan terjadi.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

1
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Auditing
 Sukrisno Agoes (2004)
Menurut Sukrisno Agoes, audit merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
independen secara kritis dan sistematis terhadap laporan keuangan, catatan keuangan, serta
bukti pendukungnya yang disusun oleh anggota manajemen perusahaan dalam rangka
memberikan pendapat atas kelayakan suatu laporan keuangan.
 Arens dan Loebbecke (2003)
Kegiatan audit menurut Arens dan Loebbecke merupakan suatu proses pengumpulan
sekaligus evaluasi terhadap bukti informasi terukur pada suatu entitas ekonomi secara
kompeten dan independen dalam menentukan dan melaporkan bahwa informasi yang tersedia
telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 
 Mulyadi (2002)
Menurut Mulyadi, audit adalah proses memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
dan sistematis atas tuduhan kegiatan ekonomi dalam menetapkan tingkat kesesuaian antara
laporan yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang selanjutnya akan disampaikan
hasilnya kepada pengguna yang bersangkutan.
Berdasarkan definisi audit diatas, dapat disimpulkan bahwa audit sebagai sebuah proses
yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan
aserasi tentang tindakan serta kejadian ekonomi.
2.2 Jenis-jenis Audit

Pada dasarnya jenis-jenis audit bisa dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu :

 Audit laporan keuangan (financial statement audit). Audit laporan keuangan adalah audit
yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan
pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor,
pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.
 Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang
diperiksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan undang-undang tertentu . Kriteria- kriteria
yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya
ia mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur pengendalian

2
internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena oleh pegawai
perusahaan.
 Audit operasional (operational audit). Audit operasional merupakan penelaahan secara
sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam
audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang
komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

2.3 Budgeting

2.4 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

3
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

3.1 Pembahasan
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di
Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif
Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar
Rp32,89 triliun untuk kembali sehat. Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es
yang baru mencuat. Jika dirunut, permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an.
Berikut kronologi kasus Jiwasraya:
2006: Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya
tercatat negatif Rp3,29 triliun.
2008: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer (tidak menyatakan
pendapat) untuk laporan keuangan 2006-2007 lantaran penyajian informasi cadangan tidak
dapat diyakini kebenarannya. Defisit perseroan semakin lebar, yakni Rp5,7 triliun pada 2008
dan Rp6,3 triliun pada 2009.
2010-2012: Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan mencatatkan surplus sebesar Rp1,3
triliun pada akhir 2011. Namun, Kepala Biro Perasuransian Isa Rachmatawarta menyatakan
metode reasuransi merupakan penyelesaian sementara terhadap seluruh masalah. Sebab,
keuntungan operasi dari reasuransi cuma mencerminkan keuntungan semu dan tidak memiliki
keuntungan ekonomis. Karenanya, pada Mei 2012, Isa menolak permohonan perpanjangan
reasuransi. Laporan keuangan Jiwasraya 2011 disebut tidak mencerminkan angka yang wajar
Pada 2012, Bapepam-LK memberikan izin produk JS Proteksi Plan pada 18 Desember 2012.
JS Proteksi Plan dipasarkan melalui kerja sama dengan bank (bancassurance). Produk ini ikut
menambah sakit perseroan lantaran menawarkan bunga tinggi, yakni 9 persen hingga 13
persen.
2014: Di tengah permasalahan keuangan, Jiwasraya menggelontorkan sponsor untuk klub
sepak bola Manchester City.
2017: Kondisi keuangan Jiwasraya tampak membaik. Laporan keuangan Jiwasraya pada
2017 positif dengan raihan pendapatan premi dari produk JS Saving Plan mencapai Rp21
triliun. Selain itu, perseroan meraup laba Rp2,4 triliun naik 37,64 persen dari tahun 2016.
Perlu diketahui, sepanjang 2013-2017, pendapatan premi Jiwasraya meningkat karena
penjualan produk JS Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun.
2018: Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan surat pengesahan
cadangan premi 2016 sebesar Rp10,9 triliun. Pada bulan yang sama, Direktur Utama
Jiwasraya Hendrisman Rahim dan Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo dicopot.
Nasabah mulai mencairkan JS Saving Plan karena mencium kebobrokan direksi lama Mei
2018, pemegang saham menunjuk Asmawi Syam sebagai direktur utama Jiwasraya. Di
bawah kepemimpinannya, direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan laporan keuangan
kepada Kementerian BUMN. Indikasi kejanggalan itu betul, karena hasil audit Kantor
Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan keuangan 2017

4
mengoreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp2,4 triliun menjadi hanya Rp428
miliar.
Agustus 2018, Menteri BUMN Rini Soemarno mengumpulkan direksi untuk mendalami
potensi gagal bayar perseroan. Ia juga meminta BPK dan BPKP untuk melakukan audit
investigasi terhadap Jiwasraya.
Oktober-November 2018, masalah tekanan likuiditas Jiwasraya mulai tercium publik.
Perseroan mengumumkan tidak dapat membayar klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving
Plan sebesar Rp802 miliar.
Pada November, pemegang saham menunjuk Hexana Tri Sasongko sebagai Direktur Utama
menggantikan Asmawi Syam. Hexana mengungkap Jiwasraya membutuhkan dana sebesar
Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas (RBC) 120 persen. Tak hanya itu, aset
perusahaan tercatat hanya sebesar Rp23,26 triliun, sedangkan kewajibannya mencapai
Rp50,5 triliun.Akibatnya, ekuitas Jiwasraya negatif sebesar Rp27,24 triliun. Sementara itu,
liabilitas dari produk JS Saving Plan yang bermasalah tercatat sebesar Rp15,75 triliun.
November 2019, Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir mengaku
melaporkan indikasi kecurangan di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Hal itu
dilakukan setelah pemerintah melihat secara rinci laporan keuangan perusahaan yang dinilai
tidak transparan. Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di
saham-saham gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar klaim
Asuransi Jiwasraya. Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta juga menaikkan
status pemeriksaan dari penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus dugaan korupsi.
Desember 2019: Penyidikan Kejagung terhadap kasus dugaan korupsi Jiwasraya menyebut
ada pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Jaksa Agung ST Burhanuddin
bahkan mengatakan Jiwasraya banyak menempatkan 95 dana investasi pada aset-aset berisiko
Imbasnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut memantau perkembangan
penanganan perkara kasus dugaan korupsi di balik defisit anggaran Jiwasraya Selain itu,
Kejagung meminta Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM
mencekal 10 nama yang diduga bertanggung jawab atas kasus Jiwasraya, yaitu: HH, BT, AS,
GLA, ERN, MZ, DW, HR, HP, dan DYA. Pada Rabu (8/1), Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) mengumumkan pernyataan resmi terkait skandal Jiwasraya. Salah satunya, laba
perseroan sejak 2006 disebut semu karena melakukan rekayasa akuntansi (window dressing).
Hasil pemeriksaan BPK akan menjadi dasar bagi Kejagung mengambil putusan terhadap
orang-orang yang bertanggung jawab atas kondisi Jiwasraya.
3.2 Penyelesaian Masalah

Beberapa cara yang dilakukan pemerintah untuk meyelesaikan permasalahan ini. Berikut
rinciannya:

1. Reformasi Industri Asuransi oleh OJK


Otoritas Jasa Keuangan berencana melakukan reformasi pada industri asuransi. Hal ini
berkaca pada keberhasilan reformasi perbankan, maka reformasi pada industri keuangan non
perbankan pun dinilai perlu dilakukan.

5
2. Restrukturisasi
Upaya penyelesaian yang kedua adalah dengan melakukan restrukturisasi pada keuangan
perseroan. Rencananya upaya restrukturisasi Jiwasraya ini akan dilakukan pada akhir bulan
ini atau paling lambat Februari 2020.

Adapun restrukturisasi Jiwasraya dengan melakukan penerbitan utang oleh anak usaha
Jiwasraya Putra. Dana restrukturisasi ini akan digunakan membayar polis nasabah Jiwasraya.

3. OJK Bentuk Lembaga Penjamin Polis


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana untuk membentuk Lembaga Penjamin Polis (LPS).
Pembentukan lembaga berkaca dari kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya yang kemudian
memunculkan banyak temuan baru.

Sebenarnya pembentukan Lembaga Penjamin Polis ini juga sudah lebih dahulu dilakukan di
perbankan melalu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Tujuan lembaga ini untuk menjamin
agar uang nasabah bisa dikembalikan jika terjadi masalah pada perusahaan.

Meskipun begitu, pembentukan lembaga penjaminan polis ini memerlukan koordinasi dengan
semua pihak terutama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di mana pada undang-
undang (UU) asuransi diperbolehkan membentuk lembaga penjaminan polis dengan adanya
persetujuan DPR.

4. Pembentukan Holding BUMN Asuransi


Langkah selanjutnya yang sedang diupayakan pemerintah adalah dengan mewacanakan
pembentukan holding BUMN Asuransi. Apalagi, hal tersebut juga sudah mendapatkan restu
dari Presiden Joko Widodo.

Lewat holding ini nantinya perusahaan akan mendapatkan cashflow sekitar Rp1,5 sampai
Rp2 triliun. Pembentukan holding BUMN asuransi ini jika ditarik waktu dengan tempo 4
tahun maka bisa mendapatkan RP8 triliun.

Pasalnya, saaat ini saja, ada aset-aset saham yang hari ini sudah ada dideteksi dan valuasinya
bisa sampai Rp2 triliun sampai Rp3 triliun.

5. Pembentukan Pansus oleh DPR


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berencana untuk membentuk panitia khusus (pansus) untuk
menyelesaikan permasalahan Jiwasraya.

6
Pembentukan pansus ini seiring dengan sudah banyaknya laporan dari maayarakat yang
mengadukan soal kasus dugaan korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ke Komisi VI
yang salah satu mitra kerjanya adalah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
seluruh BUMN

Bahkan,ada masyarakat yang datang langsung ke komisi yang membidangi masalah investasi,
industri dan persaingan usaha itu untuk mengadukan soal kasus yang diduga merugikan
negara Rp13,7 triliun

6. Melepas Aset Jiwasraya


Salah satu cara yang akan dilakukan lagi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) adalah upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan melepaskan aset-aset
Jiwasraya sehingga menambah keuangan perseroan. Meskipun hingga saat ini belum
dijelaskan aset apa yang berpotensi untuk dilepas.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kasus yang terjadi pada PT. Asuransi Jiwasraya pada dasarnya mencakup tindak
pidana pasar modal, tindak pidana pencucian uang serta tindak pidana korupsi. Di dalam
tindak pidana pasar modal, PT. Asuransi Jiwasraya diduga melakukan Investasi dengan
Skema Ponzi. Investasi Ponzi adalah suatu investasi palsu yang menggunakan cara
memberikan keuntungan pada investor dari uang yang di dapat dari milik investor yang sama
atau dari uang investasi yang dilakukan investor yang lain, sehingga pembayaran keuntungan
investasi bukan berasal dari keuntungan yang diperoleh dalam menjalankan kegiatan usaha
yang dilakukan oleh lembaga yang dimaksud. Dalam hal laporan keuangan, perusahaan yang
melakukan skema investasi ponzi ini melakukan window dressing yang bertujuan untuk
menunjukan performa yang terlihat bagus dengan cara memasukan premi sebagai pendapatan
bukan sebagai utang. Selain tindak pidana pasar modal, dalam kasus ini juga ada tindak
pidana pencucian uang yang di lakukan oleh PT. Asuransi Jiwasraya melakukan transaksi
jual beli saham oleh pihak-pihak terafiliasi dan diduga melakukan rekayasa harga dan juga
Tindak Pidana Korupsi yang dibuktikan pada Putusan Pengadilan Nomor
30/Pid.SusTPK/2020/PN Jkt.Pst. Dalam Penegakan hukumnya, terkhusus pada Putusan
Pengadilan Nomor 30/Pid.Sus-TPK/2020/PN Jkt.Pst, Badan Pemeriksaan Keuangan
melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti berupa data-data yang cukup yang diperoleh
dari Penyidik dan melakukan konfirmasi atau klarifikasi kepada pihakpihak terkait secara
langsung, proses pemeriksaan dilakukan secara obyektif independen dan profesional untuk
dapat mengambil kesimpulan ada tidaknya kerugian negara. Hasil pemeriksaan tersebut
menjelaskan bahwa negara mengalami dampak kerugian dikarenakan kejahatan yang
dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwasraya, sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
Korupsi secara bersama sama dan melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
telah dijelaskan di dalam Putusan Pengadilan tersebut.

4.5 Saran

8
9
DAFTAR PUSTAKA

https://maglearning.id/2022/01/02/jenis-jenis-audit-dan-pengertian-auditing/. Diakses pada


tanggal 10 Mei 2023 pukul 15.18

https://www.gramedia.com/literasi/audit/. Diakses pada 10 Mei 2023 pukul 16.28

https://economy.okezone.com/read/2020/01/16/320/2153876/6-langkah-penyelesaian-kasus-
jiwasraya. Diakses pada 11 Mei 2023 pukul 13.26

10

Anda mungkin juga menyukai