Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam keluarbiasaan dan contohnya

1. Mukjizat
Kata "mukjizat" berasal dari bahasa Arab “akjaza-yukjizu-mukjizat” yang
artinya, sesuatu yang melemahkan atau mengalah. Secara istilah, mukjizat bermakna
sesuatu yang terjadi pada diri Nabi atau Rasul Allah SWT dan bersifat istimewa atau
berada di luar batas akal manusia.
Mukjizat diberikan kepada Nabi atau Rasul bertujuan untuk membuktikan
bahwa dirinya merupakan utusan Allah SWT. Mukjizat merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditiru oleh siapapun. Dikutip dari buku Akidah Akhlak oleh Yusuf Hasyim
(2020:32), mukjizat memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mukjizat hanya diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi atau Rasulnya
2) Mukjizat adalah kejadian di luar batas kemampuan manusia
3) Mukjizat merupakan bukti atas kekuasaan Allah SWT
4) Mukjizat adalah bukti kenabian maupun kerasulan
5) Mujizat bertujuan untuk memperlemah orang kafir atau menjadi jalan
keluar permasalahan bagi kaum muslimin.

Mukjizat berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu mukjizat kauniyah dan
mukjizat aqliyah.

 Mukjizat kauniyah adalah mukjizat yang tampak dan dapat diterima panca
indera. Mukjizat jenis tersebut, hanya terjadi sekali dalam satu tempat, seperti
mukijzat Nabi Musa AS dalam menghidupkan orang yang sudah mati dengan
izin dari Allah SWT.
”…Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah..” (Q.S Ali Imran
{3}:49)
 Mukjizat aqliyah adalah mukjizat yang dapat dipahami menggunakan akal dan
pikiran.
Mukjizat jenis tersebut, berlaku sepanjang masa. Contoh dari mukjizat aqliyah
seperti diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman umat. “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti

1
kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an).” (Q.S An-
Nisa {4}:174).

Kemukjizatan dibagi menjadi 2 menurut Prof. Dr. S. Agil Almunawwar, yaitu mukjizat hissi
dan mukjizat ma’nawi.

a. Mukjizat Hissi
Mukjizat ini bisa ditunjukkan kepada manusia biasa. Karena mukjizat ini
dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan,
dirasa oleh lidah, yang lebih tegas dapat dicapai oleh panca indera.
b. Mukjizat Ma’nawi
Mukjizat ini tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indera, tetapi
harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Karena orang
tidak akan mungkin mengenal mukjizat ini melainkan yang berpikir sehat, bermata
hati yang nyalang, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan
pikirannya dengan jernih dan jujur. Contoh dari mukjizat ini adalah Al-Quran.
2. Karomah
Karomah artinya kelebihan, keistimewaan, maupun kejadian luar biasanya
yang dianugerahkan kepada mereka-mereka yang dicintai oleh Allah SWT lantaran
ketaatannya. Beberapa orang yang mendapatkan karomah adalah mereka-mereka
yang terpilih seperti para waliyullah (para kekasih Allah SWT). Adapun beberapa
ciri-ciri karomah sebagai berikut:
a. Karomah diturunkan kepada wali bukan kepada Nabi dan Rasul
b. Karomah dianugerahkan tanpa adanya syarat tertentu seperti berdoa maupun
merapalkan dzikir secara khusus
c. Karomah diberikan kepada orang yang alim dan salih secara sadar maupun tidak
d. Karomah bertujuan sebagai penguat keimanan seorang penerima

Dikutip dari laman UIN Malang, karomah memiliki banyak bentuknya, namun
karomah terbesar yang diberikan oleh Allah SWT, yaitu mendapat pertolongan untuk
selalu taat dan terjaga dari kemaksiatan serta pertentangan.

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak
bersedih hati.” (Q.S Yunus {10}:62)

2
Di dalam kitab Iqaadhul Himami yang merupakan sarah dari al Hikam karya
Ibnu Athaillah dijelaskan, bahwa karomah dibagi menjadi dua berdasarkan jenis, yaitu
karomah hisyam dan karomah ma’nawiyah.Karomah hisyam seperti dapat terbang di
udara dan berjalan di atas air. Sedangkan, karomah ma’nawiyah seperti terbukanya
hijab kelalaian, kasyaf (kesucian hati), dan naik kepada maqam ihsan.

3. Irhas

Irhas adalah keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada calon Rasul
yang belum dinyatakan sebagai Rasul. Beberapa contoh peristiwa irhas seperti
kekalahan pasukan Abrahah dalam menghancurkan ka’bah. Peristiwa tersebut,
bersamaan dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW.

“Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah


bertindak terhadap pasukan bergajah?” (Q.S Al-Fill {105}:1)

Kemudian, peristiwa lainnya seperti kejadian Nabi Ismail ketika masih bayi.
Nabi Ismail menghentakkan kakinya ke tanah sehingga mengeluarkan air yang disebut
dengan air zam-zam.

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di


lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki
dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Q.S Ibrahim {14}:37).

4. Maunah

Maunah artinya keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada seorang
mukmin yang tengah berada dalam masa sulit. Maunah juga dapat dimaknai dengan
pertolongan Allah SWT kepada hambanya. Contoh dari peristiwa maunah seperti
seseorang yang terperangkap dalam rumah yang terbakar, kemudian ia berhasil
membobol tembok yang kokok dan membuatnya dapat selamat.

“Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Maidah {2}:120).

B. Pengertian Kamukjizatan

3
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa diluar akal pikiran manusia. Menurut
beberapa sumber, banyak pengertian tentang definisi mukjizat. Kata mukjizat didalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kejadian (peristiwa) yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia1 . Mukjizat secara bahasa berasal dari kata " ‫ج َز‬Iَ ‫ "اَ ْع‬yang memiliki
arti Melemahkan atau menjadi tidak mampu. Pelaku dari mukjizat disebut dengan mu'jiz dan
bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu
membungkamkan lawan, maka ua dinamai mukjizat (‫)معجزة‬. Tambahan huruf ‫ ة‬pada akhir
katanya mengandung makna mubalaghoh yang berarti sangat2.

Adapun dalam kejadian mukjizat terdapat unsur yang menyertai didalamnya, yaitu
Peristiwa alam. Misalnya yang terlihat sehari- hari, walaupun menakjubkan tidak dinamai
mukjizat, karena karena ia telah merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar
biasa ialah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara
umum hukum- hukumnya. Dengan demikian, hipnotisme atau sihir, misalnya, walaupun
sekilas terlihat ajaib atau luar biasa, namun karena ia dapat dipelajari maka ia tidak termasuk
dalam pengertian "luar biasa" menurut definisi di atas.

Imam Jalaluddin al Sayuti menjelaskan dalam bukunya bahwa pengertian dari mukjizat itu
sendiri yaitu:

‫ سالم من المعارضة‬،‫ مقرون بالتحدى‬، ‫امر خارق للعادة‬

"Suatu hal atau peristiwa luar biasa, yang disertai tantangan dan selamat (tidak ada yang
sanggup) menjawab tantangan tersebut".

Menurut Syaikh Manna Khalil al-Qaththan (seorang ulama terkenal yang juga pernah
menjabat Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan sekarang beliau pengajar di Universitas
Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh Arab Saudi) beliau mengatakan bahwa "i'jaz"
adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian adalah ketidak mampuan
seseorang dalam melakukan sesuatu hal. Yang dimaksud i'jaz dalam permasalahan ini adalah

1
WJS Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka:1976)

2
M Qurais Shihab, Mukjizat Al Qur'an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan pemberitaan Gaib, (Badung:
Mizan, 2007)

4
menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan
menampakkan kelmahan orang Arab dalam melawan mukjizat yang kekal, yakni Al Qur'an3.

C. Segi segi Kemukjizatan Al Qur'an

1) Kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi Kebahasaan


Dalam segi kebahasaan kita bisa merujuk kepada beberapa hal seperti keseimbangan
dalam Al-Qur'an yaitu :
a. Keseimbangan dalam pemakaian kata
Abdul al-Razaq Naufal, meneliti setidaknya ada lima keseimbangan kosa kata
yang ada pada al-Qur’an, yaitu keseimbangan antara jumlah kata dengan
antonimnya, keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya, keseimbangan jumlah
kata dengan yang menunjuk akibatnya, keseimbangan jumlah kata dengan
penyebabnya, dan keseimbangan-keseimbangan khusus.
 Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya.
 Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya.
 Keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjuk pada
akibatnya.
 Keseimbangan antara jumlah kata dengan kata penyebabnya.
 Keseimbangan lain yang bersifat khusus

b. Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya

Syeikh Fakhruddin al-Razi mengungkapkan bahwa kefasihan bahasa,


keindahan susunan kata, dan pola-pola kalimat al-Qur’an sangat luar biasa hingga
sulit digambarkan keindahannya. Sementara itu Qadhi Abu Bakar dalam
mengungkapkan bahwa memahami kemukjizatan al-Qur’an dari sisi keindahan
kebahasaan jika dibandingkan dengan syair dan sastra Arab akan sangat sulit
ditandingi.

Al-Qur’an amat sempurna jika dilihat dari semua segi, sehingga mustahil
menentukan tingkatan keindahan susunannya itu karena tidak ada alat
mengukurnya. Bundar ibn Husein al-Farisi, seorang ilmuwan dan sastrawan besar

3
Manna Al Qattan, Mabahis fii Ulum Al Qur'an, (Kairo. Maktabah Wahbah: 2004)

5
dari Persia mengatakan tingkat kefasihan dan keindahan bahasa al-Qur’an berada
diluar jangkauan kemampuan manusia.

Akan tetapi, bukan tidak mungkin bagi manusia untukmempelajari dan


mendalami sisi-sisi kebahasaan al-Qur’an. Dimulai dari ‘Ijaz, tasybih, majaz, dan
istira’ah. ‘Ijaz adalah penyederhanaan komposisi kalimat tanpa mengurangi arti. Ini
merupakan kekhasan kalimat-kalimat yang ada dalam al-Qur’an, yakni ringkas-
ringkas tetapi bermakna luas.

Sedangkan tasybih diartikan sebagai ungkapan yang memperlihatkan bahwa


sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain dalam satu ataupun berbagai sisi atau
sifat. Yang digunakan sebagai upaya mendekatkan penjelasan ajaran-ajarannya
melalui ilustrasi yang dapat ditangkap oleh indera atau akal manusia.

Kemudian majaz dan isti’arah, majaz terbagi menjadi dua, yaitu majaz aqli
dan majaz lughawi. Dalam penggunaan majaz dalam al-Qur’an ada banyak
perbedaan pendapat diantaranya Daud al-Zahiri, Ibnu al-Qash (dari Syafi’iyah) dan
Ibnu Khuwainy (dari Malikiyah) yang menolak adanya majaz dalam al-Qur’an,
dikarenakan majaz itu memperlihatkan kebohongan-kebohongan redaksional,
padahal al-Qur’an tidak mungkin berdusta. Tetapi, orang-orang yang mendalami
keindahan bahasa dan susunan redaksi al-Qur’an berpendapat bahwa sanggahan di
atas kurang tepat. Justru majaz itu di kikis dari al-Qur’an, kitab suci ini sedikit
banyak akan kehilangan keindahan pola-pola komposisi kalimatnya.

Dari sini kita bisa melihat, dalam segi kebahasaannya di bagian keindahan
bahasa al-Qur’an ada banyak sekali perbedaan pandangan. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa perbedaan inilah yang menjadi kelebihan tersendiri bagi al-
Qur’an karena memang al-Qur’an merupakan kalam Allah yang benar-benar indah
susunannya

2) Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi Ilmiah


Al-Qur’an adalah kitab aqidah dan hidayah. Kemukjizatan ilmiah dalam al-
Qur’an bukanlah terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. Al-
Qur’an mendorong manusia untuk memperhatikan dan memikirkan alam. Berikut ini
contoh ayat yang menjelaskan suatu kejadian ilmiah :

6
Menurut Ahmad Baiquni, al-Qur’an telah memberi isyarat bagaimana proses awal
alam ini diciptakan. Isyarat itu terlihat dalam surah al-Anbiya’/21:30

َ‫ض َكانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰنَهُ َما ۖ َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْٱل َمٓا ِء ُك َّل َش ْى ٍء َح ٍّى ۖ َأفَاَل يُْؤ ِمنُون‬ ِ ‫َأ َولَ ْم يَ َر ٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ۟ا َأ َّن ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah mereka tiada
juga beriman.” ( QS. al-Anbiya’21:30)

Selain seruan untuk orang kafir di ayat ini, Allah juga memperlihatkan awal
dari kejadian alam yang menurut informasi al-Qur’an, langit dan bumi pada mulanya
satu, kemudian dipecah oleh-Nya sehingga menjadi terpisah-pisah. Apa Yang dimaksud
langit, dan apa pula yang dimaksud bumi, dan bagaimana proses pemisahan tersebut??
pertanyaan-pertanyaan inilah yang dapat dikembangkan dari ayat di atas, yang memberi
isyarat untuk berpikir kritis terhadap alam semesta.

Itu adalah satu contoh ayat yang menunjukan kemukjizatan al-Quran dari segi
ilmiah. Kemudian ayat tersebut diteliti dan benar pernyataan yang ada dalam al-Qur’an,
dan berikut hasil penelitiannya: Kata-kata al-sama’(langit) dalam bahasa Arab berarti
sesuatu yang berada di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan ardh(bumi), adalah
sesuatu yang ada di bawah. Jika ditafsirkan ke dalam bahasa ilmu pengetahuan, langit
itu adalah gugusan bintang-bintang yang berada di luar planet bumi, sedangkan bumi
adalah planet tempat tinggal manusia.

Sebenarnya ada banyak bukti-bukti tentang kemukjizatan al-Qur’an dalam


keilmuan. Tidak hanya ilmu alam saja, tapi al-Qur’an bersifat universal. Dapat meliputi
ilmu kesehatan, ilmu agama, fisika, biologi, ilmu pertanian, hidrologi, psikologi,
sosiologi, antropologi, dan masih banyak lagi ilmu yang sudah dibahas di dalam al-
Qur'an. Padahal al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan ribuan tahun yang lalu,
tapi sudah mampu menjelaskan ilmu dengan pasti dan jelas. Dan ini adalah bukti
kemukjizatan al-Qur’an dalam hal keilmuan. Dan memang al-Qur’an adalah kitab yang
diturunkan Allah Tuhan semesta alam yang mempunyai kekuasaan dan ilmu
pengetahuan yang benar-benar luas.

3) Kemukjizatan Al-Quraan Dari Segi Hukum

7
Dalam menetapkan suatu hukum, agama Islam mempunyai kaidah-kaidah
hukum yang begitu sempurna. Mulai dari hukum moral sampai dengan hukum
ketatanegaraan, dari yang terkecil hingga yang terbesar, semuanya sudah diatur di
dalam hukum Islam yang diambil dari Al-Qur’an. Kemukjizatan Al-Qur’an lainnya,
adalah petunjuk yang sulit ditemukan dalam ilmu pengetahuan yang mana telah ada
dalam Al-Qur’an sebelum petunjuk-petunjuk sulit itu ada. Dan Al-Qur’an juga terbukti
tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan mutakhir yang didasarkan pada
penelitian ilmiah sampai saat ini. Mengkaji kemukjizatan al-Quran dari segi ilmu bukan
berarti

Seperti yang kita ketahui bahwa sepanjang sejarah peradaban manusia, mereka
membuat hukum-hukum sebagai landasan dalam bertindak. Tetapi, hukum-hukum yang
dibuat manusia itu bersifat sementara, dapat berubah seiring berjalannya zaman. Hal itu
tidak berlaku terhadap hukum syara’ dalam Al-Qur’an. Hukum-hukum dalam Al-
Qur’an berlaku sepanjang zaman. Kemudian dalam menetapkan suatu hukum syara’
dalam Al-Qur’an terdapat cara-cara sebagai berikut:

Pertama, dilakukan secara mujmal. Cara yang pertama ini dilakukan pada
berbagai macam urusan ‘ubudiyyah dengan menerangkan pokok-pokok hukumnya.
Misalnya tentang hukum mu’amalat badaniyah hanya diungkapkan dengan kaidah-
kaidah secara kuliyyah. Sedangkan secara tafsiily (terperinci) diserahkan pada as-
sunnah dan juga ijtihad pada mujtahid.

Kedua, dilakukan dengan hukum yang jelas dan rinci. misalnya hukum jihad,
undang-undang perang, hubungan umat Islam dengan umat agama lain, hukum tawanan
dan harta rampasan perang. Sebagaimana dicontohkan dalam QS. At-Taubah 9: 41

َ‫ُوا بَِأ ْم ٰ َولِ ُك ْم َوَأنفُ ِس ُك ْم فِى َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ۚ ٰ َذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
۟ ‫ُوا ِخفَافًا َوثِقَااًل َو ٰ َج ِهد‬
۟ ‫ٱنفِر‬

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”( QS. At-Taubah 9:41).

Perumpamaan yang lainnya terdapat dalam surat Ali Imran ayat 159,
bahwasannya Al-Qur’an menerapkan sistem hukum sosial dengan berdasar pada asaz
musyawarah.

8
ۖ ‫اورْ هُ ْم فِى ٱَأْل ْم ِر‬ ۟ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ٱهَّلل ِ ِلنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْٱلقَ ْل‬
ِ ‫ب ٱَلنفَضُّ وا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَٱعْفُ َع ْنهُ ْم َوٱ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
َ‫فَِإ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُمتَ َو ِّكلِين‬

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imron 3 : 159)

Pada ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa sangat dianjurkan untuk
menyelesaikan permasalahan melalui permusyawaratan agar dapat memenuhi keadilan
bersama. Hikmah yang dapat kita petik adalah bagaimana nantinya manusia harus dapat
bertanggung jawab kepada dirinya dan kelompoknya, karena hasil musyawarah adalah
mutlak keputusan bersama, dan dilanjutkan penjelasan ayat berikutnya kalau sudah
adanya kesepakatan bersama maka bersama-sama bertawakkal kepada Allah SWT.

D. Bidang Mukjizat Al Quran

Mukjizat al-Quran terdiri dari berbagai macam segi mukjizat, antara lain :

1. Segi bahasa dan susunan redaksinya ( I'jaz Lughowi)


Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya al-Quran telah
mencapaitingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun yang ada didunia ini,
baik sebelum dansesudah mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah). Mereka
juga telah meramba jalanyang belum pernah diinjak orang lain dalam kesempurnaan
menyampaikan penjelasan (al- bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta
kelancaran logika.Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam
bahasa dan seni sastra,karena sebab itulah al-Quran menantang mereka. Padahal mereka
memiliki kemampuan bahasayang tidak bias dicapai orang lain seperti kemahiran dalam
berpuisi, syi‟ir atau prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang
tidak sampai oleh selain mereka. Namunwalaupun begitu mereka tetap dalam
ketidakberdayaan ketika dihadapkan dengan al-Quran.
2. Segi isyarat ilmiah ( I'jaz Ilmi)
Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi ilmiyyah diantaranya :

9
1) Dorongan serta stimulasi al-Quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras
atas dirinyasendiri dan alam semesta yang mengitarinya.
2) Al-Quran memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan pemikiran ilmu
pengetahuansebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama
lainnya yang malah cenderungrestriktif.
3) Al-Quran dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-ayat
ilmiah,menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang sebagaiannya baru terungkap
pada zaman atom, planetdan penaklukan angkasa luar sekarang ini. Diantaranya
adalah :
a. Isyarat tentang Sejarah Tata Surya .
Allah SWT berfirman : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanyalangit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antarakeduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (QS. Al-Anbiya‟: 30).
b. Isyarat tentang Fungsi Angin dalam Penyerbukan Bunga
Allah SWT berfirman : “Dan Kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu
Kami beri minum kamu dengan air itu, dansekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22)
c. Isyarat tentang Sidik Jari manusia
Allah SWT berfirman : “ Bukan demikian, Sebenarnya kami Kuasa menyusun
(kembali) jari jemarinya dengan sempurna" . (QS Al-Qiyamah 4)

Catatan : Banyak buku yang sudah di tulis mengenai masalah Keajaiban Ilmiah Al-
Quran, adayang menyebutnya dengan Mukjizat Ilmiah, dan ada pula yang membuat bahasan
lain danmenyebutnya dengan Tafsir Ilmiah. Beberapa ulama berbeda pendapat tentang tafsir
Ilmiah,khususnya jika yang terjadi adalah memaksakan ayat-ayat Quran untuk koheren
dengan teori-teori ilmiah hasil penelitian manusia. Rujuk kembali perbedaan seputar ini
dalam kitab :Bagaimana berinteraksi dengan Al-Quran (Kaifa nata'amal ma'al quran) -
Dr.Yusuf Qaradhawi.

3. Segi Sejarah & pemberitaan yang ghaib (I'jaz tarikhiy)


Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak berita tentang hal ghaib. Kapabilitas al-
Qurandalam memberikan informasi-informasi tentang hal-hal yang ghaib seakan

10
menjadi prasyaratutama penopang eksistensinya sebgai kitab mukjizat. Diantara
contohnya adalah:
a. Sejarah / Keghaiban masa lampau.
Al-Quran sangat jelas dan fasih seklai dalam menjelaskan cerita masa lalu seakan-
akan menjadisaksi mata yang langsung mengikuti jalannya cerita. Dan tidak ada
satupun dari kisah-kisahtersebut yang tidak terbukti kebenarannya. Diantaranya
adalah: Kisah nabi Musa & Firaun,Ibrahim, Nabi Yusuf, bahkan percakapan
antara anak-anak Adam as.
b. Kegaiban Masa Kini
Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik di masa rasulullah. Allah SWT
berfirman :Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan
dunia menarik hatimu, dandipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.(QS. Al-Baqoroh: 204)
c. Ramalan kejadian masa mendatang
Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas Persia di awal surat ar-Ruum.
4. Segi petunjuk penetapan hukum ( I'jaz Tasyri'i)

Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari penyebabnya
selain bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari‟at paling ideal
bagi umat manusia,undang-undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-
Quran untuk mengaturkehidupan manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Meskipun memang banyak aturan hukum dari Al-Quran yang secara 'kasat mata'
terlihat tidak adil, kejam dansebagainya, tetapi sesungguhnya di balik itu ada
kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.

Diantara produk hukum Al-Quran yang menakjubkan dan penuh hikmah tersebut
antara lain :

a. Hukuman Hudud bagi pelaku Zina, Pencurian, dsb (QS An-Nuur 2-3)

b. Hukuman Qishos bagi Pembunuhan ( QS Al-Baqoroh 178-180)

c. Hukum Waris yang detil (QS An- Nisa 11-12)

d. Hukum Transaksi Keuangan dan Perdagangan.(QS Al-Baqoroh 282)

e. Hukum Perang & Perdamaian. (QS Al-Anfal 61)

11
E. bentuk mukjizat al-qur’an

Makhluk-makhluk Allah seperti gunung yang menjulang tinggi, samudera yang luas, dan
daratan yang luas, tampak kecil di hadapan manusia yang lemah. Namun, manusia memiliki
keistimewaan yang dianugerahkan oleh Allah, termasuk kekuatan berpikir yang mampu
menguasai unsur-unsur alam dan menggunakannya untuk kepentingan manusia. Allah tidak
akan meninggalkan manusia tanpa memberikan petunjuk yang sesuai dengan pengetahuan
dan pemahaman manusia. Namun, sifat sombong dan angkuh manusia terkadang
membuatnya menolak untuk tunduk pada orang lain kecuali jika orang itu membawa bukti
kemampuan yang di luar kemampuan manusia itu sendiri.

Fungsi dari mukjizat adalah untuk membuktikan dan membenarkan kerasulan rasul
terhadap kaumnya sehingga memudahkan dalam memberikan hidayah bagi yang sadar serta
memecahkan sikap keras kepala orang yang menolaknya dan mengingkarinya. Tujuan
sebenarnya dari kemukjizatan Al-Qur'an bukanlah untuk melemahkan lawan, melainkan
untuk menjelaskan kebenaran dan keotentikan Al-Qur'an serta Rasul yang membawanya.
Kemukjizatan Al-Qur'an juga menandakan bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah
merupakan risalah dari Allah SWT.

Al-Qur'an merupakan bukti nyata bahwa itu berasal dari Allah SWT, dan mukjizat ini
menjadi bukti kebenaran Al-Qur'an bagi seluruh manusia. Semua yang terkandung di dalam
Al-Qur'an adalah kebenaran, dan Al-Qur'an adalah jalan yang lurus yang disebut sirath al-
mustaqiim. Kemukjizatan Al-Qur'an semakin diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang pesat. Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang, dan
untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus.

1. Bentuk Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Sisi Keilmuan Sains


Salah satu topik menarik yang sering dibahas dalam mukjizat Al-Qur'an adalah dari segi
ilmu pengetahuan dan sains. Meskipun zaman semakin maju dan ilmu pengetahuan
semakin berkembang, Al-Qur'an dapat selalu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Terutama dalam kajian ilmu pengetahuan, yang berdasarkan isyarat yang
terdapat dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an tidak akan pernah ketinggalan
zaman dalam hal ilmu pengetahuan pada era modern. Sebagai kitab suci umat Muslim,
Al-Qur'an memiliki kemukjizatan yang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan sains
modern.

12
a. Pembagian Atom

Hingga sampai abad ke sembilan belas, para ahli beranggapan kalau bagian
paling kecil dari unsur adalah atom. Pendapat demikian sebenarnya sudah berlalu
seiring dengan berjalannya waktu hingga sejak berpuluh tahun yang lalu para ahli
mulai memusatkan perhatian terhadap atom. Menurut para ahli bahwa atom terdiri
dari unsur-unsur yang lebih kecil, yaitu Proton, Netron dan Elektron. Atom sendiri
masih bisa terbagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil, sebagaimana yang tertera
dalam surat Yunus ayat 61:

۟ ُ‫وما تَ ُكونُ فِى َشْأ ٍن َوما تَ ْتل‬


ۚ ‫وا ِم ْنهُ ِمن قُرْ َءا ٍن َواَل تَ ْع َملُونَ ِم ْن َع َم ٍل ِإاَّل ُكنَّا َعلَ ْي ُك ْم ُشهُودًا ِإ ْذ تُفِيضُونَ فِي ِه‬ َ َ
ٍ َ‫ض َواَل فِى ٱل َّس َمٓا ِء َوٓاَل َأصْ َغ َر ِمن ٰ َذلِكَ َوٓاَل َأ ْكبَ َر ِإاَّل فِى ِك ٰت‬
‫ب ُّمبِي ٍن‬ ِ ْ‫ك ِمن ِّم ْثقَا ِل َذ َّر ٍة فِى ٱَأْلر‬ َ ِّ‫َو َما يَ ْع ُزبُ عَن َّرب‬

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari
Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi
saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan
Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang
lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.

Kata “yang lebih kecil” dari penjelasan ayat di atas itu menjelaskan bahwa
sebuah atom itu masih bisa dibagi lagi menjadi unsur yang lebih kecil. Dan kata
“ada di langit” menunjukkan bahwasannya ciri-ciri atom yang berada di bumi
sama dengan atom yang ada di matahari, bintang dan planet.

b. Gunung Sebagai Pasak

َ َ‫َو ْال ِجب‬


‫ال اَوْ تَادًا‬

"Dan gunung gunung sebagai pasak" (An-Naba ayat 7)

Ayat diatas menjelaskan bahwa pasaknya bumi yaitu sebuah gununggunung. Struktur
gunung-gunung yang mempunyai akar-akar yang diibaratkan menjadi penyangga
kerak bumi agar tidak terjadi guncangan. Hal ini ada kaitannya dengan ayat dibawah
ini.

Iَ ‫د بِ ُك ْم َوَأ ْن ٰهَرًا َو ُسبُاًل لَّ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد‬Iَ ‫ض َر ٰ َو ِس َى َأن تَ ِمي‬


‫ُون‬ ِ ْ‫َوَأ ْلقَ ٰى فِى ٱَأْلر‬

"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu. ". (An-Nahl ayat 15)

13
c. Kulit Sebagai Panca Indra
Firman Allah surat An-Nisa’ ayat 56:
‫ت ُجلُوْ ُدهُم ب َّد ْل ٰنهُم ُجلُوْ دًا َغ ْيرهَا لي ُذوْ قُوا ْالع َذ ۗ هّٰللا‬
‫َز ْي ًزا َح ِك ْي ًما‬
ِ ‫اب اِ َّن َ َكانَ ع‬
َ َ َِ َ ْ َ ْ ِ َ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا بِ ٰا ٰيتِنَا َسوْ فَ نُصْ لِ ْي ِه ْم نَار ًۗا ُكلَّ َما ن‬
ْ ‫ض َج‬
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kulit mereka hangus, Kami ganti
mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. "

Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah SWT akan mengganti kulit


orang-orang yang di siksa di neraka dengan kulit yang baru. Karena kulit dan bagian
bagiannya itu adalah bagian yang mampu merasakan. Demikian Allah SWT
menjelaskan hal tersebut agar orang - orang kafir tersebut merasakan siksa.

2. Bentuk Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kebahasaan

Abdu al-Razak Naufal menemukan keseimbangan dalam bilangan kata yang


dipergunakan dalam Al-Qur'an, sementara Rasyad Khalifah menemukan konsistensi
dalam jumlah huruf pembuka surah dalam surah yang bersangkutan. Di sisi lain, al-
Rumani, al-Baqilani, dan Rasyid Ridho melihat keindahan bahasa Al-Qur'an yang jauh
melampaui keindahan sastra Arab.

Di sini ada beberapa keseimbangan dalam al-Qur’an yaitu:

a. Keseimbangan dalam pemakaian kata

Abdul al-Razaq Naufal, menemukan setidaknya lima bentuk keseimbangan


kosa kata dalam al-Qur’an, yaitu keseimbangan antara jumlah kata dengan
antonimnya, keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya, keseimbangan jumlah
kata dengan yang menunjuk akibatnya, keseimbangan jumlah kata dengan
penyebabnya, dan keseimbangan-keseimbangan khusus.

1) Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya.


 Al-hayy (hidup) dan al-mawl (mati) masing-masing sebanyak 145 kali;
 An-naf (manfaat) dan al-madharah (madharat), masing-masing sebanyak
50 kali;
 Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing sebanyak 4 kali;

14
 Ash-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan) masing-masing
sebanyak 167 kali;
 Al-rabh (cemas/takut) dan raghbah (harap/ingin) masing-masing
sebanyak 8 kali.
2) Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya.
 Al-harst dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing sebanyak 14
kali;
 Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing
sebanyak 27 kali;
 Al-dhalim dan mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing
sebanyak 17 kali;
 Al-Qur’an, al-wahy dan al-islam (al-Qur’an, wahyu dan Islam) masing-
masing sebanyak 70 kali;
 Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing sebanyak 49 kali;
 Al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata), masing-masing sebanyak 16 kali.
3) Keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjuk pada
akibatnya.
 Al-infaq (infak) dengan al-ridho (kerrelaan), masing-masing sebanyak 73
kali;
 Al-bukhl (kekikiran) dan al-khasarah (penyesalan), masing-masing
sebanyak 12 kali;
 Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq
(nerraka/pembakaran), masing-masing sebanyak 154 kali;
 Al-zakah (zakat/penyucian) dengan barakah (kebajikan), masing-masing
sebanyak 32 kali;
 Al-fasyah (kekejian) dengan al-ghadab (murka), masing-masing
sebanyak 26 kali
4) Keseimbangan antara jumlah kata dengan kata penyebabnya.
 Al-isyraf (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-
masing sebanyak 23 kali;
 Al-maw ‘izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing
sebanyak 25 kali;

15
 Al-isra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing sebanyak 6
kali;
 As-salam (kedamaian) dengan al-thayyibah (kebajikan), masing-masing
sebanyak 60 kali.
5) Selain keseimbangan-keseimbangan di atas, terdapat keseimbangan-
keseimbangan lain yang bersifat khusus, yaitu:
 Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal ada sebanyak 365, sesuai dengan
jumlah hari dalam setahun. Sedangkan kata ayyam (hari dalam bentuk
jamak), atau yawmayni (bentuk mutsanna), jumlah pemakaiannya hanya
30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti
“bulan” (syahr) hanya terdapat sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah
bulan dalam setahun.
 Kata-kata yang menunjuk pada utusan Tuhan, yakni rasul, nabiy, basyir,
nadzir, keseluruhannya berjumlah 518. Jumlah ini seimbang dengan
jumlah penyebutan nama-nama nabi-rasul pembawa berita ajaran
keagamaan, yakni sebanyak 518.
b. Konsistensi pemakaian huruf yang menjadi pembuka surah

Hasil penelitian Rasyad Khalifah memperlihatkan keajaiban al-Qur’an


sekaligus memperlihatkan otentitasnya, yaitu konsitensi pemakaian huruf yang
digunakan sebagai pembuka surah. Dalam surah-surah yang dimulai dengan huruf,
jumlah huruf dalam surah itu selalu habis dibagi 19, yang mmerupakan jumlah huruf
dalam basmalah. Bahkan semua kata dalam al-Qur’an yang terrhimpun dalm
basmalah juga habis bila di Sebagai contoh, huruf qaf yang merupakan pembuka
surat ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali, yakni 3 x 19. Huruf min yang
merupakan pembuka surah al-Qalam terulang sebanyak 133 kali, yakni 7 x 19, huruf
ya’ dan sin pembuka surah yaasin ditemukan terulang sebanyak 285 kali, yakni 15 x
19. Demikian pula dengan huruf-huruf yang dipakai sebagai pembuka pada surah-
surah lain.

c. Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya

Syeikh Fakhruddin al-Razi, penulis tafsir al-Qur’an berjudul mafatih al-Ghaib,


menyatakan bahwa kefasihan bahasa, keindahan susunan kata, dan pola-pola kalimat
al-Qur’an amat luar biasa hingga sulit digambarkan keindahannya.

16
Sementara itu Qadhi Abu Bakar dalam ‘Ijaz al-Qur’an menyatakan bahwa
memahami kemu’jizatan al-Qur’an dari sisi keindahan kebahasaanya jika
dibandingkan dengan syair dan sastra Arab, amat sukar ditandingi.

Abu Hasan Hazim al-Quthajani menyatakan bahwa keluarbiasaan al-Qur’an


antara lain terlihat dalam konsistensi, kefasihan bahasanya, dan keindahan susunan
kalimatnya. Bahkan al-Qur’an amat sempurna dilihat dari semua segi, sehingga tidak
mungkin menentukan tingkatan keindahan susunannya itu karena tidak ada alat
mengukurnya.

Bundar ibn Husein al-Farisi, seorang ilmuwan dan sastrawan besar dari Persia
menyatakan bahwa tingkat kefasihan dan keindahan bahasa al-Qur’an berada diluar
jangkauan kemampuan manusia. Kalau mereka mencoba, bisa-bisa malah sesat.

Walaupun begitu, bukan mustahil bagi manusia mempelajari dan mendalami


sisi-sisi kebahasaan al-Qur’an. Mulai dari ‘Ijaz, tasybih, majaz, dan istira’ah. ‘Ijaz
merupakan penyederhanaan komposisi kalimat tanpa mengurangi arti. Ini
merupakan kekhasan kalimat-kalimat yang terdapat dalam al-Qur’an, yakni ringkas-
ringkas tetapi bermakna luas.

Sedangkan tasybih, yang dalam ilmu balaghah biasa diartikan sebagai ungkapan
yang memperlihatkan bahwa sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain dalam satu
atau beberapa sisi atau sifat. Yang digunakan sebagai upaya mendekatkan penjelasan
ajaran-ajarannya melalui ilustrasi yang mampu ditangkap indra atau akal manusia.

Kemudian majaz dan isti’arah, dalam ilmu Balaghah, majaz antara lain terbagi
dua, yaitu majaz aqli dan majaz lughawi. Dalam penggunaan majaz dalam al-Qur’an
banyak perbedaan pendapat diantaranya Daud al-Zahiri, Ibnu al-Qash (dari
Syafi’iyah) dan Ibnu Khuwainy (dari Malikiyah) menolak adanya majaz dalam al-
Qur’an, karena majaz itu memperlihatkan kebohongan-kebohongan redaksional,
padahal al-Qur’an tidak mungkin berdusta.

Tetapi, orang-orang yang mendalami keindahan bahasa dan susunan redaksi al-
Qur’an berpandangan bahwa sanggahan di atas kurang tepat. Justru kalau majaz itu
di kikis dari al-Qur’an, kitab suci ini sedikit banyak akan kehilangan keindahan
pola-pola komposisi kalimatnya.

17
Jadi, dalam segi kebahasaannya di bagian keindahan bahasa al-Qur’an banyak
sekali perbedaan pandangan. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa perbedaan ini
menjadi kelebihan tersendiri bagi al-Qur’an karena memang al-Qur’an merupakan
kalam Alloh yang benar-benar indah susunannya.

3. Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Sisi Tasyri’ (Hukum)

Manusia memiliki berbagai gharizah (naluri dan insting) yang aktif dalam jiwa
dan mempengaruhi kecenderungan hidupnya. Meskipun akal sehat dapat menjaga
pemiliknya dari kesalahan, kecenderungan nafsu yang menyimpang dapat mengalahkan
kekuasaan akal. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan khusus untuk mengembangkan
dan membimbing manusia ke arah kebaikan dan kejayaan dengan menjaga gharizah-
gharizahnya agar selalu lurus.

Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Kerja sama antarsesama manusia diperlukan oleh peradaban manusia.
Namun, manusia seringkali berlaku aniaya terhadap sesamanya karena pengaruh ego dan
rasa ingin berkuasa. Oleh karena itu, diperlukan sistem yang mengatur kendalinya dan
dapat mewujudkan keadilan di antara individu-individunya agar urusan mereka tidak
menjadi kacau.

Pendidikan individu dan kebaikan kelompok saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Kebaikan individu tercapai karena kebaikan kelompok dan kebaikan
kelompok pun terpenuhi karena kebaikan individu. Meskipun manusia telah mengenal
berbagai doktrin, pandangan hidup, sistem, dan perundang-undangan untuk membangun
hakikat kebahagiaan individu di dalam masyarakat, tidak ada yang sehebat Al-Qur'an
dalam kemukjizatan tasyri'-nya.

Dikutip dari kitab Fi Zhilali Al-Qur'an, dengan sedikit perubahan redaksi. Bahwa
Al-Qur'an memulai dengan pendidikan individu karena individu merupakan batu-bata
sosial. Pendidikan individu tersebut didasarkan pada kemerdekaan jiwa dan rasa
tanggung jawab, yang ditopang oleh akidah tauhid yang memerdekakan jiwa seorang
Muslim dari khurafat, kepalsuan, hawa nafsu, dan syahwat. Dengan akidah ini, seorang
Muslim menjadi hamba Allah yang ikhlas, hanya tunduk kepada-Nya, menanamkan rasa
tinggi hati kepada selain Dia, dan tidak membutuhkan makhluk. Alam adalah makhluk

18
yang fana dan pasti akan kembali kepada-Nya, sebagaimana ia ada menurut kehendak-
Nya, inilah akidah paling sempurna bagi akal dan ajaran agama.

Akidah paling sempurna bagi akal dan ajaran agama adalah keyakinan bahwa
alam adalah makhluk Allah yang fana dan pasti akan kembali kepada-Nya, sesuai dengan
kehendak-Nya:

"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlas: 1-4).

"Dialah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu." (Al-Hadid: 3);

"Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan
hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al- Qashash: 88);

"Dialah Allah, Tuhan kamu, tidak ada tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu,
maka sembahlah Dia." (Al-An'am: 102);

"Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Al-Ahzab: 27). "Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Al- Baqarah: 96);

"Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu."(Fushshilat:


54);

"Tidak ada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui." (Asy-Syura: 11); "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan
mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Mahahalus
lagi Maha Mengetahui."(Al-An'am: 103).

Al-Qur'an Al-Karim memberikan argumentasi pasti dan tegas yang didasarkan


pada logika akal sehat untuk memperkuat keesaan Allah, sehingga tidak dapat dibantah
atau diragukan lagi:

"Sekiranya ada di langit dan bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya itu
telah rusak binasa." (Al-Anbiya": 22);

19
"Katakanlah, "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang
mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai
Arasy." (Al-Isra': 42).

Apabila akidah seorang Muslim telah benar, maka ia wajib menerima segala
syari'at Al-Qur'an baik yang menyangkut berbagai kewajiban maupun ibadat. Ibadat
difardhukan dimaksudkan untuk kebaikan individu, di samping erat kaitannya dengan
kebaikan masyarakat. Shalat, misalnya, dapat mencegah dari perbuatan keji dan
munkar. Berjama'ah adalah wajib menurut pendapat yang kuat kecuali karena udzur.
Setiap Muslim yang shalat sendiri juga tidak akan terlepas dari perasaan adanya ikatan
dekat antara dirinya dengan jama'ah Islam di dunia, sebab ia tahu bahwa pada saat itu
sedang menghadap ke satu arah bersama seluruh Muslim di muka bumi. Kehidupannya
berpadu dengan syari'at Allah dan sadar bahwa Pengontrol Tertinggi senantiasa
memperhatikan apa pun yang terjadi di antara satu shalat dengan shalat yang lain.

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan


munkar." (Al-Ankabut: 45).

Ibadah-ibadah fardhu seperti shalat, zakat, haji, dan puasa mengajarkan kepada
umat Islam untuk menyadari tanggung jawab individual dan agamanya sebagaimana
ditetapkan Al-Qur'an. Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, zakat
membantu menghapus akar-akar kekikiran dalam jiwa dan menegakkan interaksi positif
antara yang kaya dengan yang miskin, haji memberikan penghiburan jiwa dan
mempererat solidaritas antara kaum muslimin, dan puasa mengajarkan untuk
menguasai diri dan menahan syahwat. Melalui pelaksanaan ibadah-ibadah fardhu ini,
umat Islam dapat mendidik diri untuk lebih memahami dan memperhatikan tanggung
jawab individual dan agama mereka sebagaimana ditetapkan Al-Qur'an:

 "Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya."(Al-


Mudatstsir: 38);
 "Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (Ath-Thur:21);
 "Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan men- dapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Al-Baqarah: 286).

20
Al-Qur'an menganjurkan untuk memliki sifat-sifat mitsali (ideal) yang dapat
melatih jiwa dan keberagamaan, seperti sabar, jujur, adil, ihsan (kebajikan), santun,
pemaaf dan tawadhu'.

Islam tidak hanya memperhatikan pendidikan individu, tetapi juga


memperhatikan pembinaan keluarga sebagai benih masyarakat. Oleh karena itu, Islam
mensyariatkan perkawinan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan seksual dan
menjaga kelangsungan keturunan yang suci dan bersih. Keluarga dianggap sebagai unit
dasar masyarakat dan Islam sangat menekankan pentingnya peran orangtua dalam
membimbing dan mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai agama yang baik.
Perkawinan dalam Islam dibangun atas dasar cinta kasih, ketenangan jiwa, pergaulan
yang baik, melindungi hak, kewajiban dan karakteristik suami dan istri. Tujuannya
adalah membangun tugas dan fungsi keluarga yang sesuai dengan kondisi keduanya.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah dia menciptakan untukmu istri-


istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya,
dan dijadikan-nya diantara kamu rasa kasih saying." (Ar-Rum: 21);

"Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara ma'ruf." (An-Nisa: 19);

"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain(wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka." (An-Nisa': 34).

Kemudian ada sistem pemerintahan yang mengatur masyarakat Islam. Al-


Qur'an menetapkan prinsip-prinsip dasar pemerintahan Islam ini dalam bentuk yang
paling baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada musyawarah, persamaan
dan larangan berbuat diktator:

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (Ali Imran:159);

"Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka"


(Asy-Syura: 38);

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara."(Al-Hujurat:10);

"Katakanlah, Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dengan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali
Allah dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak

21
(pula)sebagian kita menjadi sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain daripada
Allah." (Ali-Imran: 64).

Ia adalah suatu sistem pemerintahan yang ditegakkan atas dasar keadilan mutlak
yang tidak dipengaruhi rasa cinta diri, cinta kerabat atau kerabat atau faktor-faktor
sosial yang berhubungan dengan kekayaan dan kemiskinan;

"Wahai orang-orang beriman jadilah kamu orang-orang yang benar- benar


penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan." (An-Nisa`: 135). Begitu juga, keadilan tidak boleh dipengaruhi rasa dendam
tehadap musuh yang dibenci:

"Wahai orang-orang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang


selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (Al-Maidah: 8);

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila memutuskan suatu hukum di
antara manusia supaya kamu memutuskan dengan adil." (An-Nisa': 58).

Kekuasaan legislatif dalam sistem pemerintahan Islam tidak diserahkan kepada


kehendak manusia, tetapi kepada Al-Qur'an. Menyimpang dari padanya berarti kafir,
zhalim, dan fasik:

"Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir."(Al-Maidah: 44);

"Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim." (Al-Maidah: 45);

"Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (Al-Maidah: 47);

22
"Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki? Dan hukum siapakah yang
lebih baik baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Al-Maidah: 50).

Al-Qur'an juga telah menetapkan perlindungan terhadap adh. haruriyah al-


khamsah (lima macam kebutuhan primer) bagi kehidupan manusia yaitu; jiwa, agama,
kehormatan, harta benda dan akal. Lalu menerapkan padanya hukuman-hukuman yang
tegas yang dalam Fikih Islam dikenal dengan jinayat dan hudud;

"Dan dalam qishash itu ada kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang
berakal." (Al-Baqarah: 179);

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya itu seratus kali deraan." (An-Nur: 2);

"Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)


dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali deraan." (An-Nur: 4).

Ringkasnya, Al-Qur'an adalah sistem aturan perundang-undangan yang lengkap


dan sempurna yang membangun kehidupan manusia dengan konsep yang paling tinggi
dan mulia. Kemukjizatan Al-Qur'an dalam tasyri', ilmu, dan bahasa tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dan senantiasa eksis bersama. Al-Qur'an telah memberikan
warisan besar yang dapat mengubah wajah sejarah dunia dan tidak ada yang dapat
mengingkarinya.

23

Anda mungkin juga menyukai