KEKAYAAN
Disusun oleh :
Miqdad Panji (NIM 1200202055)
Rahmawati (NIM 1200202060)
Zilan salsabilla (NIM 1200202062)
Nur Haqilah (NIM 1200202063)
Ni’maturrodiyah (NIM 1200202065)
Indramayu, 15 Desember
2022
ii
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iii
Tabel 1.1 Penelitian yang Relevan.........................................................3
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1......................................................................................50
Gambar 3.2......................................................................................51
Gambar 3.3......................................................................................52
Gambar 3.4......................................................................................53
Gambar 3.5......................................................................................54
Gambar 3.6......................................................................................55
Gambar 3.7......................................................................................56
Gambar 3.8......................................................................................59
Gambar 3.9......................................................................................60
Gambar 3.10.....................................................................................61
Gambar 3.11.....................................................................................62
Gambar 3.12.....................................................................................63
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Selain dimensi sosial, dalam zakat terdapat juga unsur kebudayaan karena zakat
sendiri merupakan peraturan yang telah diatur dalam al-Qur’an dalam pelaksanaanya,
sehingga menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam. Zakat ditunaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh jumhur para ulama yaitu
telah mencapai haul dan telah mencapai nisabnya pada harta umat muslim yang akan
dikeluarkan hartannya. Zakat merupakan intrumen finansial yang dapat dimanfaatkan
untuk menanggulangi masalah ekonomi, terutama pada kefakiran, kemiskinan.
7
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui secara umum tentang zakat
2. Untuk mengetahui secara umum tentang pajak
3. Untuk mengetahui bagaimana zakat dan pajak dijadikan sebagai instrumen
pengelola kekayaan
8
- Lain yang ada di Wonosobo, retribusi
Pendapatan daerah, dan penerimaan lain-lain
Daerah yang Sah pendapatan daerah yang sah.
Terhadap Keterbatasan dalam penelitian ini
Pendapatan Asli yaitu ruang lingkup penelitian hanya
Daerah masih sebatas di Kabupaten
Kabupaten Wonosobo.
Wonosobo
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
2. Madzhab Maliki, mendefinisikan zakat dengan “mengeluarkan bagian yang
khusus dari harta khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas
yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl (setahun),
bukan barang tambang dan bukan pertanian”.
3. Madzhab Syafi’i, mendefinisikan zakat adalah sebuah ungkapan untuk
mengeluarkan harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus.
4. Madzhab Hambali, mendefinisikan zakat ialah hak wajib (dikeluarkan dari
harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula). Yang dimaksudkan
dengan kelompok khusus adalah delapan kelompok yang di isyaratkan
oleh Allah SWT.
ُّمبِْي ٌن
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh,
setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 168)
b. Harta kekayaan hendaklah menjadi sarana menuju kebaikan hidup di akhirat.
11
ٰ ِ ُّ ك ِم َن ِ َالدار ااْل ٰ ِخرَة واَل َت ْنس ن ٰ
ُس َن اللّه
َ الد ْنيَا َواَ ْحس ْن َك َمٓا اَ ْح َ َص ْيب َ َ َ َ َّ ُىك اللّه َ َو ْابتَ ِغ فِ ْي َمٓا ٰا ٰت
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan
berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qasas (28): 77)
c. Allah melarang orang menimbun emas dan perak tanpa mempergunakannya
untuk kepentingan Agama dan Masyarakat.
ِ ِ الرْهب ِ ِ ِ
ُ ََّاس بِالْبَاط ِل َوي
ص ُّد ْو َن ِ ال الن َ ان لَيَْأ ُكلُ ْو َن اَ ْم َو َ ُّ ٰيٓاَُّي َها الَّذيْ َن ٰا َم ُن ْٓوا ا َّن َكث ْي ًرا ِّم َن ااْل َ ْحبَا ِر َو
ِّ َضةَ َواَل ُي ْن ِف ُق ْوَن َها فِ ْي َسبِْي ِل ال ٰلّ ِهۙ َفب
ش ْرُه ْم َّ ب َوال ِْف َّ َع ْن َسبِْي ِل ال ٰلّ ِه ۗ َوالَّ ِذيْ َن يَ ْكنِ ُزْو َن
َ الذ َه
اب اَلِْي ۙ ٍم
ٍ بِ َع َذ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang
alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan
yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di
jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) azab yang pedih.” (Q.S. At-Taubah (9): 34)
12
ِ ٰت اِ ٰلٓى اَ ْهلِ َه ۙا َواِذَا َح َك ْمتُ ْم َب ْي َن الن
َّاس اَ ْن تَ ْح ُك ُم ْوا ِ اِ َّن ال ٰلّهَ يْأمرُكم اَ ْن تَُؤ دُّوا ااْل َ ٰمن
ْ ُُ َ
ِ بِالْع ْد ِل ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ نِِع َّما ي ِعظُ ُكم بِهٖ ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ َكا َن س ِم ْيع ۢا ب
ص ْي ًرا َ ً َ ْ َ َ
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik
yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisa (4): 58)
f. Allah menggembirakan (hati) orang yang suka mendermakan hartanya di
jalan Allah dan memberikan pahala berlipat ganda di dunia dan akhirat.
ُص ۖط
ُۣ ض َوَي ْب ٰ
ْ َض ِع َفهٗ لَهٗٓ ا
ُ ِض َعافًا َكثِْي َرًة ۗ َواللّهُ َي ْقب ٰ ُسنًا َفي ٰ من َذا الَّ ِذي ي ْق ِر
َ ضا َح
ً ض اللّهَ َق ْر
ُ ُْ َْ
13
memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah
Mahakaya, Maha Terpuji.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 267)
h. Adanya perintah mendirikan shalat serta menunaikan zakat sebagai bentuk
ketaatan kita terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya.
ِ
ِ ض يْأمرو َن بِالْمعرو
ف َوَي ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ ٍ ۘ ض ُه ْم اَ ْوليَاۤءُ َب ْع ُ َوال ُْمْؤ ِم ُن ْو َن َوال ُْمْؤ ِمن
ُ ٰت َب ْع
ٰ ِ ٰ ۤ ٰ
َ الزٰكوَة َويُ ِط ْيعُ ْو َن اللّهَ َوَر ُس ْولَهٗ ۗاُوٰل ِٕى
َك َسَي ْر َح ُم ُه ُم اللّهُ ۗا َّن اللّه َّ َويُِق ْي ُم ْو َن
َّ الص ٰلوَة َوُيْؤ ُت ْو َن
14
Salah satu kewajiban umat muslim adalah membayarkan zakat fitrah yang
dibayarkan setiap bulan Ramadan. Zakat dibayarkan dengan 3,5liter makanan pokok
dari daerah tempat Anda tinggal, dalam hal ini di Indonesia adalah beras. Selain zakat
fitrah, ternyata masih banyak macam-macam zakat yang ada.
Adapun jenis atau macam-macam zakat, diantaranya:
1) Zakat Fitrah
Jenis zakat yang wajib dibayarkan umat muslim ketika bulan Ramadan
atau hari raya Idulfitri datang. Selanjutnya, zakat fitrah dapat dibayar dengan
3,5-liter makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Di Indonesia biasanya
orang akan memberikan beras.
Ada juga yang memberikan biji-bijian, gandum, hingga kurma kering untuk
diberikan sebagai zakat fitrah. Fungsi zakat fitrah bertujuan mensucikan orang
yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan dosa. Hal ini dilakukan dengan
cara memberikan makan kepada fakir miskin dengan cara membantu mencukupi
kebutuhan fakir miskin.
2) Zakat Maal
Zakat penghasilan, selanjutnya, ada beberapa jenis zakat penghasilan
yaitu zakat hasil pertambangan, hasil pertanian, hasil laut, hasil ternak, perak,
dan ternak. Masing-masing jenis zakat memiliki ketentuan dan perhitungannya
sendiri.
Pengelolaaan zakat bahkan sudah diatur dalam undang-undang, lho. Pengelolaan
zakat diatur dalam Undang-undang (UU) pengelolaan zakat nomor 38 tahun
1998
“Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang
dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.”
Selanjutnya, UU tersebut juga menjelaskan tentang pengelolaan zakat, fungsi
zakat dan siapa yang berhak mengatur zakat.
3) Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam galian yang berharga dan merupakan
karunia Allah. Barang siapa memiliki satu nisab emas dan perak selama satu
tahun penuh, maka ia berkewajiban mengeluarkan zakatnya bila syarat-syarat
yang lain telah terpenuhi artinya bila ditengah-tengah tahun yang satu nisab
tidak dimiliki lagi atau berkurang tidak mencapai satu nisab lagi karena dijual
atau sebab lain, berarti kepemilikan satu tahun itu terputus.
Berdasarkan pendapat mayoritas ulama, seperti Imam Maliki, Imam
Syafi‟i, dan Imam Hambali berpendapat bahwa nisab emas adalah 20 mitsqal =
90gram (BAZIS) dan perak 200 dirham = 600 gram (jumhur). Besar zakatnya
adalah 2,5% setelah tersimpan selama setahun hijriyah penuh.
4) Binatang Ternak
15
Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dikembangbiakkan
agar menjadi tambah banyak. Pada binatang ternak diberlakukan nishab dan
haul. Menurut dalil yang ada bahwa binatang ternak yang dizakati itu hanya tiga
jenis, yaitu unta, sapi, dan kambing. Adapun selain dari tiga macam tersebut
baru ditunaikan zakatnya bila dijadikan barang tijarah.
Zakat unta ketentuannya sebagai berikut:
1) 5 ekor-9 ekor 1 ekor kambing
2) 10 ekor-14 ekor 2 ekor kambing
3) 15 ekor-19 ekor 3 ekor kambing
4) 20 ekor-24 ekor 4 ekor kambing
5) 5 ekor-35 ekor 1 ekor unta bintu makhad
6) 31 ekor-45 ekor 1 ekor unta bintu labun
7) 45 ekor-60 ekor 1 ekor unta hiqah
8) 61 ekor-75 ekor 1 ekor unta jadz‟ah
9) 76 ekor-90 ekor 2 ekor unta bintu labun
10) 91 ekor-120 ekor 2 ekor unta hiqah
Keterangan:
a) Tabi‟ adalah sapi jantan atau betina yang telah berusia satu tahun
dan telah memasuki tahun kedua.
16
b) Musinnah adalah sapi betina yang telah berusia dua tahun dan
telah masuk tahun ketiga.
c) Makhad adalah unta betina yang telah berusia satu tahun dan telah
masuk tahun kedua.
d) Labun adalah unta betina yang telah berusia dua tahun dan telah
masuk tahun ketiga.
e) Hiqah adalah unta betina yang telah berusia tiga tahun dan telah
masuk tahun keempat.
f) Jadz‟ah adalah unta betina yang telah berusia empat tahun dan
telah masuk tahun kelima.
Berdasarkan jumlah tersebut, dalam ternak unta jika jumlah
tersebut bertambah 40 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor
bintu labun, dan setiap jumlah tersebut berjumlah 50 ekor maka
zakatnya bertambah 1 ekor hiqah. Dalam ternak sapi, setiap jumlah
itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi‟ dan jika
setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor
musinnah.Pada ternak kambing, setiap berjumlah 100 ekor
zakatnya bertambah 1 ekor.
4) Zakat perdagangan atau perniagaan
Adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang
diperuntukkan untuk jual beli. Zakat ini dikenakan kepada perniagaan
yang diusahakan baik secara perseorangan maupun perserikatan seperti
CV, PT, dan koperasi.
Segala macam jenis harta atau barang yang diperdagangkan
orang, baik yang termasuk dalam jenis harta yang wajib dizakati seperti:
bahan makanan dan ternak, maupun harta yang tidak wajib dizakati
seperti: tekstil, hasil kerajinan, kelapa, tebu, pisang, tanah, mebel, dan
sebagainya semuanya itu wajib dizakati jika telah memenuhi syarat-
syaratnya.
17
Nishab zakat perdagangan adalah senilai 90 gram emas setelah
berlalu satu tahun. Cara mengeluarkan zakatnya, pada awal tahun
dihitung nilai barang dagangannya. Jika sudah mencapai nishab, pada
akhir tahun dihitung kembali apakah telah mencapai nishab atau belum.
Jika telah mencapai nishab, harus dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
اب َوالْ ٰغ ِرِمْي َن ِّ ت لِ ْل ُف َق َراِۤء َوال َْم ٰس ِك ْي ِن َوالْ ٰع ِملِ ْي َن َعلَْي َها َوال ُْمَؤ لََّف ِة ُقلُ ْوُب ُه ْم َوفِى
ِ َالرق َّ اِنَّ َما
ُ الص َد ٰق
ضةً ِّم َن ال ٰلّ ِه ۗ َوال ٰلّهُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم َّ َوفِ ْي َسبِْي ِل ال ٰلّ ِه َوابْ ِن
َ ْالسبِْي ۗ ِل فَ ِري
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya,
untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana.” (Departemen Agama)
Sebaliknya yang tidak berhak menerima zakat adalah kelompok orang berikut:
a) Keturunan Nabi Muhammad S.A. W., berdasarkan hadits Nabi sendiri.
“Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah
(zakat).” (HR. Muslim).
b) Kelompok orang kaya.
“Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang
yang mempunyai kekuatan tenaga.” (HR Bukhari).
c) Keluarga Muzakki, yakni keluarga orang-orang yang wajib mengeluarkan
zakat.
d) Orang yang sibuk beribadah sunnah untuk kepentingan dirinya sendiri
sehingga melupakan kewajiban mencari nafkah untuk diri dan keluarga
serta orang-orang yang ditanggungnya.
18
e) Orang yang tidak mengakui adanya Tuhan dan menolak ajaran agama
(atheis).
19
b) Menyegerakan. Artinya, apabila sudah sampai waktunya untuk membayar
zakat maka segeralah dilaksanakan, karena dengan menyegerakan
membayar zakat berarti juga menghindarkan diri dari penghalang, yang
menghalangi untuk berbuat kebajikan manusia tidak pernah akan tahu
kejadian yang tidak
Mengenai tata cara menunaikan zakat bagi yang wajib berzakat, secara
sederhana dapat penulis uraikan sebagai berikut:
b. Zakat perak yang harus dikeluarkan adalah perak yang telah dimiliki
selama satu tahun (haul) dan jumlahnya (nisab) sudah mencapai 200
20
Dirham atau setara dengan 672 gram perak mumi (Departemen
Agama, 1978), degan kadar zakat Perak yang harus dikeluarkan
adalah sebesar 2.5% e. Lang, baik ang ginal maupun uang chartal
setelah dimiliki selam satu tahun (ha) dan sudah mencapai jumlahnya
(nisab) senilai atau setara dengan 96 gram emas (Departemen Agama
1978), dengan kadar rakat uang yang harus dikeluarkan adalah
sebesar 1.5%
c. Kerbau dan Kada, yang nisub dan kadarnya adalah sama dengan zakat
sapi.
21
3. Tumbuh-tumbuhan (Hasil Bumi) Padi
d. Tanaman hias (anggrek, dan segala jenis bunga), yang haul nisab, dan
kadar zalcatnya adalah sama dengan zakat padi. Rumput-rumputan
(serei, bambu, tehu, dan sejenisnya), yang haul, nisab, dan kadar
zakatnya adalah sama dengan zakat padi Daun-daunan (teh.
tembakau, vanili dan sejenisnya), yang haul, nisab, dan kadar
zakatnya adalah sama dengan zakat padi.
22
sudah senilai setara dengan 96 gram emas murni, maka kadar
zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5%
23
(haul) dan nisabnya wadah senilai/setara dengan 96 gram emas
murni, maka kadar zakat yang harus dikeluarkan. sebesar 2,5%
5. Zakat Fitrah.
Tata cara perhitungan zakat fitrah bergantung pada jenis makinan pokok
suatu daerah, jumlahaya (nisab) melebihi kebutuhan (yang wajar) untuk
keluarga pada hari raya idul fitri. haulnya tiap akhir ramadhan kadarnya
2.5 kg atau 3,5 liter makanan pokok atau boleh juga dalam ben makanan
pokok tersebut.
24
satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi para warganya yang merupakan
sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional;
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam UU No. 7/1983
dan diperbarui oleh UU No. 17/2000.
Dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
telah diatur mengenai kewajiban perpajakan sehubungan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh Subyek Pajak perseorangan maupun badan
guna mewujudkan semangat kegotong-royongan nasional dalam pembiayaan
Negara dan pelaksanaan pembangunan.
3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan yang diatur
oleh UU No. 8/1983 dan diganti menjadi UU No. 18/2000.
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
4. Undang-undang penagihan pajak dan surat paksa yang diatur dalam UU No.
19/1997 dan diganti menjadi UU No. 19/2000.
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
5. Undang-Undang Pengadilan Pajak yang diatur dalam UU N0. 14/2002.
Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus
Sengketa Pajak. (2) Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa
dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Unsur-unsur Pajak
Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.
Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang
menyatakan, “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dalam undang-undang.
25
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan
orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib
pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan.
C. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi anggaran (budgetair)
Fungsi ini terletak pada sector fublik, yaitu mengumpulkan uang pajak
sebanyak-banyaknya, sesuai dengan undang-undang yang berlaku untuk
membiayai pengeluaran Negara. Sebagai suber pendapatan Negara pajak,
berfungsi untuk membiayai pengeluaran Negara.untuk menjalankan tugas-
tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan. Digunakan untuk
pembiayaan rutin, seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan,
dan segainya.
b. Fungsi mengatur (regulered)
Fungsi mengatur berarti pajak di jadikan alat bagi pemerintah untuk
mencapai tujuan tertentu, baik dalam bidang ekonomi moneter, social,
kultural, maupun dalam bidang politik.
Selain dua fungsi di atas, pajak juga memiliki fungsi lain yaitu:
26
mengatur peredaran uang yang beredar di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
27
Pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat dan di gunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Atas Penjualan Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan Dan Beamatrai.
2) Pajak Daerah
Pajak yang di pungut oleh pemerintah daerah dan di gunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
a) Pajak provinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor.
b) Pajak kabupaten/kota, contoh: pajak hotel pajak restoran pajak
hiburan.
E. Zakat dan Pajak sebagai Instrumen Pengelola Kekayaan
Zakat dan pajak memiliki tujuan yang selaras yaitu untuk
menyejahterakan masyarakat dan meningkatkan kemakmuran atau kekayaan
setiap individu masyarakat. Dalam konteks pemenuhan kewajiban membayar
zakat dan pajak sebelumnya banyak yang memperdebatkan bahwa zakat dan
pajak adalah sama, sehingga dapat dikatakan bahwa zakat dapat mengurangi
pajak. Namun, jika dikaji lebih dalam pajak dan zakat memiliki kedudukan dan
hukum yang berbeda. Zakat itu adalah sebagian harta yang harus dikeluarkan
atas kewajiban manusia terhadap Tuhannya. Berbeda dengan pajak, Sebagian
harta yang dikeluarkan itu untuk memenuhi kewajiban manusia terhadap negara
(umum).
Meskipun berbeda pajak dan zakat memiliki keselarasan tujuan sosial dan
ekonomi. Dalam tujuan sosial zakat dan pajak dapat memberikan bantuan atas
kesejahteraan masyarakat, hanya saja dalam zakat ada delapan golongan
khusus yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sedangkan pajak diperuntukkan untuk kesejahteraan umum, yang
belum tentu semua dapat merasakan secara langsung hasil dari pembayaran
pajak. Karena pajak diutamakan untuk membantu pemerintah dalam pengaturan
28
negaranya, baik dalam segi pembangunan atau pun program-program yang
menunjang kemajuan suatu negara.
Menurut Quraish Shihab, dalam penjelasannya mengenai membayar pajak
itu adalah suatu kewajiban agama melalui negara yang harus kita penuhi,
sedangkan zakat kewajiban agama melalui tuntunan Al-Qur’an. Jika kita kaitkan
pada zaman Nabi, ada yang namanya Jizyah atau pemasukan kas negara dari
warga non-muslim sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan oleh suatu
negara untuk menjamin kehidupan mereka atau menjaga keamanan. Oleh
karena itu, sebetulnya membayar pajak pun adalah salah satu perintah agama.
Namun, semakin berkembangnya zaman pajak yang dapat kita rasakan
tidak hanya sebatas menjaga keamanan namun untuk meningkatkan kekayaan
atau kesejahteraan suatu negara. Dengan adanya pajak, dapat digunakan untuk
perbaikan jalan sehingga kita dapat menikmati perjalanan denga aman, adanya
pembangunan suatu usaha untuk memperluas lapangan pekerjaan, hingga
terbantunya para pengusaha mikro demi meningkatkan perekonomian suatu
negara.
Jika pajak dan zakat dapat dipenuhi oleh setiap individu atau perusahaan
dengan baik, maka hasil dana keduanya dapat memenuhi instrumen pengelola
kekayaan yang cukup besar. Namun, Lembaga pengelola pajak dan zakat juga
harus mampu mengelola dana yang diperoleh demi kepentingan masyarakat
umum bukan hanya sebagai pemenuhan untuk kekayaan pemerintah.
Pajak dan zakat dapat dikatakan sebagai instrumen pengelola kekayaan
jika Lembaga yang menaungi dapat memberikan hukum tegas terhadap
pemenuhan kewajiban setiap individunya untuk dapat membayar pajak dan
zakat. Kemudian, dari Lembaga pajak dan zakat dapat mengelola dana zakat dan
pajak yang terkumpul dengan baik, sehingga hasil kekayaan yang terkumpul
dapat dirasakan oleh semua masyarakat secara adil dan merata.
29
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Zakat, yang merupakan rukun Islam yang ketiga ini, disebut dalam Al-Qur'an
sebanyak 82 ayat, dalam kitab-kitab hadits, dan dikembangkan melalui ijtihad
manusia dalam berbagai aliran (mazhab) hukum Islam. Zakat berasal dari
bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh
berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan
(Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5).
Afrida, Yenti, ‘Analisis Pembiayaan’, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam (JEBI) ,
Volume 1.Nomor 2 (2016), Hlm. 157
Chasanah Novambar Andiyansari, ‘Akad Mudharabah Dalam Perspektif Fikih
Dan Perbankan Syariah’, SALIHA: Jurnal Pendidikan & Agama Islam, 3.2
(2020), 42–54 <https://doi.org/10.54396/saliha.v3i2.80>
Djohar Arifin, ‘Subtansi Akad Dalam Transaksi Syariah’, Jurnal Kajian
Ekonomi Dan Perbankan Syari’ah, 6.1 (2014), 170
<https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/amwal/article/view
/254>
Hadi, Imam Abdul, ‘Wakalah Dalam Aplikasi Perbankan’, Jurnal Ekonomi Dan
Hukum Islam, 3.2 (2013), 94–116
Hendi Suhendi, ‘Fiqh Muamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h.1
1’, 2008, pp. 1–15
Izza, Diana, and Siti fatimah Zahro, ‘Jurnal Keadaban’, Jurnal Keadaban, 3.2
(2021), 36–45
Kamal Zubair dan Abdul Hamid Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,
Muhammad, Kata Kunci, and Keuangan Syariah, ‘Eksistensi Akad Dalam
Transaksi Keuangan Syariah’, 2015
Lutfi, Mohammad, ‘Penerapan Akad Wadiah Di Perbankan Syariah’, Madani
Syariah, 3.2 (2020), 132–46
Ppn, ‘Bab 4 Gambaran Umum Transaksi Pembiayaan’, 2010, pp. 41–93
Santoso, Harun, and Anik Anik, ‘Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan
Syariah’, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1.02 (2017), 106–16
<https://doi.org/10.29040/jiei.v1i02.33>
Semmawi, Ramli, ‘Urgensi Akad Dalam Hukum Ekonomi Islam’, Jurnal Ilmiah
Al-Syir’ah, 8.2 (2010), 498–517 <https://doi.org/10.30984/as.v8i2.23>
31
Sukma, Febri Annisa, Refki Kurniadi Akbar, Nuri Nur Azizah, and Giri Putri
Juliani, ‘Konsep Dan Implementasi Akad Qardhul Hasan Pada Perbankan
Syariah Dan Manfaatnya’, Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan
Syariah, 3.2 (2019) <https://doi.org/10.29313/amwaluna.v3i2.4296>
32