Definisi
Arteritis kranial atau arteritis temporalis adalah Giant Cell Arteritis (GCA) suatu vaskulitis
sistemik yang paling umum terjadi pada orang yang berusia 50 tahun ke atas (insidensi
3,5/100.000/tahun). Selain mempengaruhi arteri kranial bisa juga aorta dan arteri di tempat
lain misal anggota gerak.
Etiologi
GCA tidak diketahui. Karena kejadian bervariasi secara musiman, dan lebih tinggi di
conurbations besar, telah disarankan bahwa faktor lingkungan dapat menjadi pemicu
Gejala
Gejala khas dari GCA
Sakit kepala hebat di pelipis dan di belakang kepala
Pembuluh darah tampak membengkak dan bergelombang
Nyeri kulit kepala
Gangguan penglihatan
Gejala sistemik ( demam dan penurunan berat badan)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium (tingakat sedimentasi eritrosit, protein C-reaktif)
Radiologi (sonografi, MRI)
Biopsi
Diagnosis
GCA didiagnosis berdasarkan kombinasi gejala, temuan klinis, hasil laboraturium dan
gambaran diagnostik. Kriteria diagnosis bisa di tegakan bila terdapat salah satu berikut ini :
Arteri temporalis superfisial yang bengkak dan nyeri tekan, laju endapan darah meningkat,
nyeri kepala menghilang dalam 48jam sejak terapi steroid diberikan.
Referinsi : Deutsches Arzteblatt International, The Diagnosis and Treatment of Giant Cell
Arteritis, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3679627/
Definisi
Gerak dihasilkan oleh interaksi antara sistem piramidal (sentral dan perifer), sistem
ekstrapiramidal , dan serebelum. Gerak diinisiasi dari sistem pyramidal, diperhalus dengan
proses fasilititasi dan inhibisi oleh sistem ekstrapiramidal, dan koordinasi oleh serebelum.
Dalam kegiatan motorik kita sehari-hari dikenal berbagai macam gerak, yaitu:
1. Gerak otomatik : gerak yang sudah terbiasa yang dilakukan tanpa sadar, misalnya
berjalan, berbicara.
2. Gerak voluntar : gerak yang direncanakan dan diinisiasi sendiri sesua dengan
keinginan, atau dengan pemicu dari luar, misalnya memakai baju, menendang bola.
3. Gerak involuntar : gerak yang tidak dapat ditahan, misalnya tremor, mioklonus.
4. Gerak semivoluntar : gerak yang dicetuskan oleh rangsangan sensori internal, untuk
menekan rasa tak menyenangkan, misalnya tics, akathisia, restless leg
syndrome(RLS).
Gangguan gerak timbul apabila ada kelainan pada salah satu atau beberapa dari sistem yang
mengatur gerak. Yang dimaksud dengan gangguan gerak adalah yang terkait dengan kelainan
pada sistem ekstrapiramidal , yang menimbulkan gerakan involuntar. Gangguan gerak tidak
terkait dengan kelumpuhan atau spastisitas otot.
Klasifikasi
Gangguan gerak akibat dari disfungsi sistem ekstrapiramidal terdiri dari 2 jenis, yaitu
hipokinesia, akibat dari gangguan fungsi fasilitasi gerakan dan hiperkinesia (involuntar
movement), akibat terganggunya fungsi supresi gerak.
Hipokinesia
Rigiditas (meningkatnya tonus otot pada seluruh arah gerakan, fleksor lebih kaku dari
pada ekstensor, fenomena “lead pipe”/”plastik”)
Hiperkinesia
Ballism (gerakan choreic beramplitudo besar pada bagian proksimal anggota gerak.
Mioklonus (gerak involuntar mendadak, singkat, shock like dari kontaksi otot)
Tics (gerak abnormal , bunyi abnormal, atau keduanya (sindrom tourette), mendadak,
singkat)
Akathisia (rasa tak tenang di dalam yang menimbulkan gerak stereotip yang akan
mengurangi rasa tersebut)
Stereotipi (gerak terkoordinasi yang berulang-ulang dan identik, timbul pada tardive
dyskinesia)
Restless leg syndrome (rasa mendesak untuk menggerakan tungkai dengan rasa tak
nyaman)
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Mengetahui gerakan tersebut berdiri sendiri (isolated) atau disertai gejal neurologik
lain
Pemeriksaan penunjang
Referensi :PERDOSSI. 2013. Buku Panduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan Gangguan
Gerak Lainnya.
Nama Penyakit : Sklerosis multipel
Definisi
Multiple sclerosis adalah penyakit neurodegeneratif kompleks yang kronis, merusak sistem
saraf pusat dan secara luas bersifat autoimun. Lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada
laki-laki dan lebih banyak pad usia 20 -40 tahun.
Gejala
Pasien yang menderita MS menunjukkan berbagai gejala neurologis yang berasal dari
susunan saraf pusat. Gejala tersebut bisa sendiri atau kombinasi. Umumnya pasien
mengalami gangguan sensorik, disfungsi kandung kemih, defisit kognitif, kehilangan
pengelihatan yang unilateral tanpa rasa sakit, penglihatan ganda, kelemahan tungkai, ataxia,
kelelahan dan masalah usus.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
MRI otak dan tulang belakang menggunakan gadolinium sebagai agen kontras untuk
menyoroti plak aktif
Definisi
Perdarahan vitreous adalah ekstravasasi darah ke salah satu dari beberapa ruang yang
terbentuk di dalam vitreous.kondisi ini dapat terjadi secara langsung dari robekan retina atau
neouvaskularisasi retina.
Etiologi
Biasanya terjadi karena iskemik pad penyakit seperti diabetik retinopati, retinopati sel
sabit. Retina mengalami pemasokan oksigen yang kurang, vascular endotel growth
factor dan faktor kemotaktik. Faktor predopsisi terjadinya perdarahan spontan adalah
terjadi pembentukan pembulu darah baru dan komponen berserat yang sering
menekan pada bembuluh darah baru sehingga mudah rapuh.
Pecahnya pembuluh darah normal diakibtkan karena kekuatan mekanik yang tinggi.
Hal ini bisa terjadi dengan robekanya retina atau ablasio.
Keada patologis yang berdekatan dengan vitreus juga dapat menyebabkan perdarahan.
Gejala
Pasien datang dengan keluhan mata kabur atau berasap, ada helai rambut atau garis (floaters),
fotopsia, tidak ada rasa sakit yang terkait dengan perdarahan vitreus.
Diagnosis
Definisi
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus menerus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Epitel kulit
yang berada pada tempat yang salah. Epitel kulit liang telingan merupakan suatu daerah cul-
de-sac I sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama,
maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap
sehingga membentuk kolesteatoma.
Klasifikasi
1. Kolesteatoma kongenital
2. Kolesteatoma akuisital
Gejala
Gejala khas kolesteatoma adalah otorrhea tanpa rasa nyeri, yang terus meneurs atau
sering berulang. Ketika kolesteatoma terinfeksi, kemungkinan besar infeksi tersebut
sulit dihilangkan. Karena kolesteatoma tidak memiliki pembuluh darah. Gangguan
pendengaran juga merupakan gejala yang umum pada kolesteatoma.
Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sebuah kanalis akustikus eksternus yang
penuh terisi pus mukopurulen dan jaringan granulasi. Pada pemeriksaan penunjang
yang dilakukan adalah CT-Scan, defek yang dapat dideteksi dengan menggunakan CT
scan adalah :
1. Erosi skutum
2. Fistula labirin
3. Cacat di tegmen
5. Anomali
Etmoiditis adalah infeksi dar sinus-sinus etmoiditis, yang berbentuk seperti sarang lebah
terdiri dari sel-sel udara yang berkumpul antara kavum nasal dan obirta. Etmoiditis akut
biasanya timbul dari penyebaran infeksi dari sinus-sinus lain.
Eriologi
Etmoiditis sering terjadi karena adanya infeksi saluran nafas atas dan infeksi pada gigi juga.
Sering terjadi pada anak-anak usia 1- 5 tahun dan 10-15 tahun dengan riwayat
rhinopharyngitis.
Gejala
4. Demam
6. Hidung tersumbat
Pemeriksaan penunjang
1. Nasal endoskopi, pemeriksaan melalui kavum nasi posterior menggunakan alat yang
kecil untuk melihat keadaan sinus etmoid
4. Pemeriksaan darah : leukosit dan hitung jenis untuk menentukan stadium penyakit.
Definisi
Etiologi
Displasia bronkopulmoner terjadi pada 27% bayi hampir aterm yang menderita penyakit paru
yang berat misalnya, sindrom distres pernapasan, aspirasi mekonium, pneumonia, sepsis, dan
50 % pada bayi yang menderita hipoplasia pulmoner.
1. Takipnea
2. Retraksi
3. Mengi
4. Ronki
Pemeriksaan penunjang
1. Gambaran radiologis
Dengan pemeriksaan foto rotgen toraks, gambaran yang ditemukan adalah adanya
kerapatan linear, kasar, tidak beraturan, seperti tali, lucent fokus seperti kista.
2. Gambaran laboraturium
Pemeriksaan darah kadar asam laktat dalam darah meningkat bila kadar lebih dari 45
mg% prognosis memburuk, kadar bilirubin meningkat, kadar PaO2 menurun
disebabkan berkurangnya oksigen didalam paru-paru.
Definisi
Infrak adalah kematian suatu jaringan tubuh. Hal ini dapat disebabkan berkurangnya pasokan
darah yang menuju jaringan tubuh tersebut. Infark paru adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fokus nekrosis lokal pada jaringan parenkim paru yang ddiakibatkanya oleh
penyumbatan vaskular.
Etiologi
Infark paru sering disebabkan oleh adanya embolus pada paru. Emboli dapat terjadi
dikarenakan tromboemboli vena (venous thromboembolism). Hal ini dapat berhubungan
dengan adanya trauma, post operasi dan kelahiran.Tiga faktor predisposisi yang dapat
menimbulkan trombus sesuai trias virchow adalah :
1. Endotel cedera
2. Statis aliran darah
3. Darah hiperkoagulabilita
Anamnesis
Dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya gejala-gejala yang menjurus pada
kasus infark paru. Tanyakan riwayat penyakit yang dapat menerangkan faktor risiko
terjadinya infark paru. Serta tanyakan gejala-gejala yang terjadi yang dapat menunjang
penegakan diagnosis
Pemeriksaan fisik Dari inspeksi lihat tanda-tanda adanya trombosis vena dalam biasanya
pada daerah ekstremitas bawah. Adakah terjadinya fraktur femur, tirah baring yang lama,
tanda-tanda infark miokard lainnya. Dari auskultasi dapat didengan suara gesekan pleura
pada bagian yang terkena obstruksi.
Pemeriksaan penunjang
Radiologis
Densitas paru yang sesuai dengan infark paru didapatkan sekitar 25-30% kasus, dengan
tampak sebagai kesuraman pada sudut kosto frenik. Atau sebagai densitas bulat dengan batas
tidak jelas diatas
diafragma, yang disebut Hampton’s hump yang berben
tuk kerucut dengan dengan basis pada pleura dan puncak menuju hilus tetapi gambaran ini
jarang ditemukan.
Sidikan Paru Perfusi dan Ventilasi
Pemeriksaan sidikan perfusi paru dengan menggunakan albumin yang ditanda dengan Te
99m. Bahan kontras radioaktif tadi disuntikkan intravena. Beberapa saat kemudian perfusinya
dibaca dengan kamera gamma. Efek sidikan paru (cold nodule) menentukan kemungkinan
letak infark paru. Namun hal ini perlu dikombinasikan dengan sidikan ventilasi paru dengan
gas Xenon yang diinhalasi oleh pasien, hasilnya akan dibaca pada kamera gamma.
CT – Scan
Jika terdapat sarana penunjang yang tepat seperti
CT – Scan ,dapat dengan mudah menilai adanya infark paru tanpa memberikan intervensi
dengan pemberian kontras seperti sidikan dan angiografi. Namun, sering terkendala pada
sarana dan harganya yang mahal. Gambaran infark paru pada CT –Scan
Referensi :
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2007. Jakarta :
EGC.
Sudoyo, Aru W.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid I. Jakarta : Interna
Publishing.
Definisi
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus,
yang terjadi secara tiba-tiba. Emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa
juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara,
yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
1. Dispnea
4. Diaforesis
5. Takipnea
6. Ronkhi basah
7. Takikardi
8. Demam
Pemeriksaan Penunjang
Chest X-Ray : sering normal, tetapi dapat menunjukan bayangan bekuan, klep pembuluh
darah kasr, peninggian diafragmatik pada sisi yang sakit, efusi pleural, infiltrasi/konsolidasi.
Refernsi
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2007. Jakarta :
EGC.
Sudoyo, Aru W.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid I. Jakarta : Interna
Publishing
SISTEM KARDIOVASKUlER
Definisi
Arteri emboli terjadi ketika terdapat massa jaringan atau benda asingpada perjalanan melalui
vaskular, pada akhirnya mengendap di arteri distal serta menghalangi aliran darah.Obstruksi
ini menyebabkan iskemia, disfungsi organ dan berpotensi infark. Manifestasi kompleks
penyakit ini termasuk darurat medis dan bedah seperti stroke, iskemia ekstremitas akut,
iskemia mesenterika dan gagal ginjal.
Gejala klinis yang terjadi terganting dari target organ yang terkena. seperti pada Iskemia
Mesenterika Akut (AMI) gejala paling umum dari AMI terkait dengan arteripenyakit
tromboemboli adalah serangan tiba-tiba dari perutrasa sakit. Karena kurangnya aliran
kolateral ke organ visceral,penyajian AMI lebih dramatis dan berat, seringdengan deteriorasi
klinis yang cepat. Mual, muntah, diare,mengosongkan gejala, dan distensi juga bisa terjadi.
Secara klasik,rasa sakit tidak sebanding dengan temuan fisikpemeriksaan. Awalnya, suara
usus bersifat hiperaktif sebagaikegagalan untuk mengendurkan otot polos usus menyebabkan
pengosongangejala. Suara usus biasanya berkurang di kemudian haritahapan. Perut perut dan
kelembutan rebound adalahabsen pada tahap awal AMI; Namun, seperti usus iskemia tanda-
tanda ini menjadi lebihjelas. Mereka biasanya terlambat menemukan, jadi merekatidak boleh
menunda diagnosis dan pengobatan AMI. Gejala lain termasuk demam, oliguria, dehidrasi,
kebingungan,takikardia, dan syok. Kelainan metabolik bisatermasuk leukositosis, asidosis
metabolik, hyperamylasemia,peningkatan nilai fungsi hati, dan asidemia laktik.
Bila emboli pada aorta iskemia organ maksimal saat timbulnya gejala. Atheroemboli di
tangan lainnya adalah kristal kolesterol dari inti lipid plak arteri. Mereka adalah partikel yang
lebih kecil yang cenderung dilepaskan dalam “hujan” berulang. "Atheroemboli menyimpang
arteriol yang lebih kecil (biasanya di bawah 200 mikrometer di diameter) dan memicu proses
matory inflamasi itu bisa hadir sebagai demam dan malaise. “Blue Toe Syndrome” adalah
contoh klasik dari fenomena atheroembolic.Secara umum, presentasi tromboemboli
cenderung menjadi mendadak dan sepihak, saat presentasi atheroembolism cenderung
subakut, bilateral dan distal. Entah jenis emboli arteri-arteri dapat terjadi secara spontan;
Namun, kejadian embolik mungkin juga dipicu oleh trauma, operasi atau intravaskular
prosedur.
Referensi
Kronzon I, Tunick PA. Atheromatous disease of the thoracic aorta: Pathologic and clinical
implications. Ann Intern Med 1997;126:629-37.
KronzonI, Tunick PA. Aortic atherosclerotic disease and stroke. Circulation 2006;114:63-75.
Definisi
Aterosklerosis adalah penyakit akibat respon peradangan pada pembuluh darah, bersifat
progesif, yang ditandai dengan deposit massa kolagen, lemak, kolesterol, produk buangan sel
dan kalsium, disertai proliferasi miosit yang menimbulkan penebalan dan pengerasan dinding
arteri, sehingga mengakibatkan kekakuan dan keapuhan ateri.
Etiologi
Aterosklerosi bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darh ke
dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak.pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam ateri. Penebalan aterosklerosi di sebut plak. Sehingga arteri yang
terkena akan kehilangan kelenturannya dan ateroma erus tumbuh maka arteri akan
menyempit. Lama- lama menjadi rapuh dan mudah pecah.
Faktor risiko
2. Hipertensi
3. DM
4. Faktor usia
Gejala dan tanda
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada
saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis
timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga
berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika
sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis yaitu
dengan cara:
1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki
dan lengan,
2. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena ,
3. skening ultrasonik duplex,
4. CT scan di daerah yang terkena,
5. arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,
6. IVUS (intravascular ultrasound).
Referensi :
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2007. Jakarta :
EGC.
Sudoyo, Aru W.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid I. Jakarta : Interna
Publishing
Nama Penyakit : subclavian steal syndrome
Definisi
Subclavian steal syndrome (SSS) merupakan sindrom yang disebabkan pentempitan atau
penyumbatan arteri subclavia. Penyebab paling sering adalah aterosklerosis.
Etiologi
Adanya sumbatan (plak atherosclerosis) ?stenosis pada bagian arteri subclavia
Pemeriksaan Penunjang
USG melihat sumbatan pada arteri
Referensi
a. Bayat I. Subclavian steal syndrome. dari :
http://emedicine.medscape.com/article/462036
b. Potter BJ. Pinto DS. Subclavian Steal Syndrome. 2014. Circulation; 129:2320-2323
c. Amini R, Gornik HL. Gilbert L. Whitelaw S. Shishehbor M. Case report : Bilateral
Subclavian Steal Syndrome. 2011. Case reports in cardiology Vol 2011, article DI
146267
Etiologi
Penyebab ruptur esofagus umunya disebabkan oleh trauma tajam/tembus antara lain:
Referensi :Soreide, Arne Jon. Viste, Asgaut. Esophageal perforation: diagnostic work-up and
clinical decision-making in the first 24 haour.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3219576/
Sindrom reye adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan ensefalopati noninflamasi
akut dan gagal hati
Etiologi
Penyebab sindroma reye belum diketahui, sindroma ini sering terjadi setelah infeksi virus,
umunya infeksi saluran nafas atas, varisella, dan berhubungan dengan penggunaan aspirin
selama sakit
Pemeriksaan penunjang
Tes fungsi hati akan didapatkan peningkatan kadar ammonia 1,5 x diatas normal
Ct scan kepala dapata menunjukan edema cerebral tapi dapat juga normal
Penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri yerisinia pestis . pes
disebut juga penyaki sampar, plague atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan
pengerat terutama tikus melaluo perantara kutu.
Diagnosis
Dalam rangka mendiagnosis wabah idealya konfirmasi melalui identifikasi Y. Pesti.
Onfirmasi infeksi dapat dilakukan dengan memeriksa serum yang diambil tahap awal dan
akhir infeksi
Ginjal tapal kuda merupakan jenis yang paling umum dari fusi anomali ginjal. Ginjal tapal
kuda adalah penyatuan kutu-kutb ginjal baiasnya bawah .
Etiologi
Ginjal tapal kuda terbentuk selama organogenesis ketika kutub inferior dari sentuhan ginjal
awa, menggabungkan di garis tengah lebih rendah
Diagnosis
1. laboratorium
urin dengan kultur urin harus dilakukan. Serum kimia dan kreatin dianjurkan untuk
menetukan fungsi ginjal
2. radiologi
IVP dan CT-Scan
Referensi:
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2007. Jakarta :
EGC.
Nama Penyakit : Seminoma testis
Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang erat
kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain maldesensus testis, trauma
testis, atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.
Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya
tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi
insidens tumor sedikit, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus merupakan suatu
ekspresi disgenesia gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas. Penggunaan
hormon dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini
meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
Klasifikasi
Seminoma - khas
- spermatositik
- anaplastik
- teratokarsinoma
Koriokarsinoma
Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri, namun 30%
mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut
pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada massa di perut sebelah atas
(10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher dan 5% pasien
mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar ß
HCG didalam sirkulasi sistemik yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi dan tidak
menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau
epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen, benjolan kelenjar
supraklavikuler, ataupun ginekomasti.
Diagnosis
Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan histologik sediaan biopsi. Setiap benjolan testis
yang tidak menyurut dan hilang setelah pengobatan adekuat dalam waktu dua minggu harus
dicurigai dan dibiopsi. Biopsi harus dilakukan dari tetis yang didekati melalui sayatan
inguinal. Testis diinspeksi dan dibuat biopsi insisi setelah funikulus ditutup dengan jepitan
klem untuk mencegah penyebaran limfogen atau hematogen. Tidak boleh diadakan biopsi
langsung melalui kulit skrotum karena bahaya pencemaran luka bedah dengan sel tumor
dengan implantasi lokal atau penyebaran ke regio inguinal. Bila ternyata ganas dilakukan
orkidektomi, yang disusuli pemeriksaan luas untuk menentukan jenis tumor, derajat
keganasan dan luasnya penyebaran.
Jika diagnosis tumor sel embrional telah ditetapkan, perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
penetapan stadium. Ini berarti di samping pemeriksaan fisik lengkap juga pemeriksaan
pencitraan terdiri atas CT-scan toraks dan abdomen. Pemeriksaan ini tergantung pada
simtomatologinya.
Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk membantu diagnosis,
penentuan stadium tumor, monitoring respons pengobatan dan sebagai indikator prognosis
tumor testis. Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah :
o µFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh karsinoma
embrional, teratokarsinoma atau tumor yolk sac, tetapi tidak diproduksi oleh koriokarsinoma
murni dan seminoma murni. Penanda tumor ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada keadaan
o
normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini meningkat pada semua pasien
koriokarsioma, pada 40%-60% pasien karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien seminoma
murni. HCG mempunyai waktu paruh 24-36 jam.
Pemeriksa ultrasonografi yang berpengalaman dapat membedakan dengan jelas lesi intra atau
ekstratestikuler dan masa padat atau kistik, namun ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan
tunika albuginea, sehingga tidak dapat dipakai untuk menentukan penderajatan tumor testis.
Berbeda halnya dengan ultrasonografi, MRI dapat mengenali tunika albuginea secara
terperinci sehingga dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi tumor testis. Pemakaian
CT scan berguna untuk menentukan ada tidaknya metastasis pada retroperitoneum.
Sayangnya pemeriksaan CT tidak mampu mendeteksi mikrometastasis pada kelenjar limfe
retroperitoneal.
Semula stadium perluasan tumor sel embrional didasarkan atas lokalisasi metastasis, jika
tidak dapat ditunjukkan metastasis dan zat-zat penanda tumor HCG dan AFP tidak dapat
ditunjukkan dalam serum atau menjadi normal setelah orkidektomi, maka dikatakan
stadiumnya adalah stadium I. Pada stadium II dapat ditetapkan adanya metastasis kelenjar
limfe retroperitoneal, pada stadium III metastasis kelenjar limfe di atas diafragma, pada
stadium IV metastasis di paru, hepar, otak atau tulang.
Referensi : . Sjamsjulhidayat R., Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Tumor Ganas Testis,
Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1997.
Etiologi
Teratoma sebagai tumor atau neoplasma yang tersusun oleh jaringan multipel yang bersifat
asing bagi tempat dimana tumor itu tumbuh. Tumor ini tersusun dari ketiga lapisan
embrionik. Biasanya jinak, tetapi dapat mengandung element ganas.
Penyebabnya belum pasti, tetapi insiden yang terbanyak pada pria berusia 20-40 tahun.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboraturium: peningkatan serum alpha-fetoprotein (AFP) dan beta human chorionic
gonadotropin (HCG)
2. Radiologi : sebagian besar radiografi, dan gambarnya hampir sama
3. Histologi: dinding kista dilapisi oleh epitel bronkial atau gastrointestinal. Reaksi
giant-cell dapat dilihat diberbagai tumor dan mungkin, dalam kasuas teratoma
intraperitoneal, menyebabkan pembentukan adhesi yang luas jika isi tumor pecah.
Referensi : . Sjamsjulhidayat R., Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Tumor Ganas Testis,
Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1997.
SISTEM REPRODUKSI
Diagnosis
Gold standar untuk mendiagnosis adalah pemeriksaan histologi dapat menetukan keparahan
penyakit dan memperlihatkan organ-organ.
Etiologi
Secara nyata berhubungan dengan fibroadenoma dalam bebrap kasus , karena pasien dapat
memiliki kedua lesi dan gambaran histologi kedua lesi sama
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi : pada mammogram akan memiliki tepi yang bebatas tegas dan radio
oppak. Baik mammogram atau USG
Referenis:
Jong de wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.2004. Jakarta : EGC.
Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6.
2000. Jakarta : EGC
Gambar 2.4 Mammogram pasien MPD yang disertai massa pada payudara. Tampak densitas yang
heterogen, massa yang cukup besar, dan mikrokalsifikasi dengan penebalan kulit.
Tampak pula retraksi puting susu dan pembesaran kelenjar limfe aksila
b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat dipertimbangkan jika hasil mammografi negatif namun
gejala klinis mendukung adanya underlying carcinoma. Pada USG didapatkan
jaringan parenkim yang tampak heterogen, area hipoekoik, massa diskreta,
penebalan kulit dan pelebaran duktus .
Gambar 2.6 Sel Paget (panah) di antara sel skuamous epidermis. Sel tampak lebih besar dan
nucleus yang hiperkromatik
Sel Paget dapat berdiri sendiri atau berkelompok membentuk struktur seperti
kelenjar. Sel ini dapat menginfiltrasi epidermis, namun sebagian besar sel
terkonsentrasi pada lapisan bawah di sekitar kelenjar pilosebaseus.
Penyebarannya pada kelenjar keringat juga menyebabkan ambiguitas apakah
karsinoma berasal dari epidermis atau merupakan penyebaran dari kelenjar
apokrin
Refernsi :
Aissa, Kaddour, Fatnassi, Chefai, dan Alouini. 2012. Update on Paget Disease of the Breast.
Open Access Scientific Reports (1) : 1-6
Cheng, SY. 2003. Paget’s Disease of the Nipple. H.K. Dermatology and Venerology Bulletin
(11) : 26-29.
De Jong, Wim dan Sjamsuhidajat. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
SISTEM ENDROKIN
Nama penyakit: difesiensi hormon pertumbuhan
Etiologi
Penyebab kongenital berkaitan dengan abnormalitas pada kelenjar hipofisis. Sedangkan GHD
bisa disebebkan oleh adnya trauma, infeksi, radiasi pada kepala dan penyakit lain. Beberapa
kasus GHD tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik.
Gejala tanda
1. Tinggi badan dibawah persentil 3 atau -2SD
2. Kecepatan tumbuh dibawah persentil
3. Bone age terlambat lebih dari 2 tahun
4. Kadar GH<7 ng/ml dengan uji provokasi
5. IGF-I rendah
6. Tidak ada kelainan dismorfik, tulang, dan sindroma tertentu
Pemeriksaan penujang
a. Tes fungsi tiroid
b. IGF-I dan IGFBP
Etiologi
Gejala klinis
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan
dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi
hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium
fosfat dalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (rena
calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
Pemeriksaan Diagnostik
5) Foto Rontgen:
o Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
o Cystic-cystic dalam tulang
o Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
Referensi : Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2007.
Jakarta : EGC.
Etiologi
- Imunologi
Disebabkan oleh kerusakan perlahan dari korteks adrenal, lapisan luar dari
kelenjar adrenal oleh sistim imun tubuh sendiri. Sekitar 70 % kasus penyakit
Addison disebabkan oleh kelainan autoimun dengan membuat antibodi yang
menyerang jaringan atau organ tubuh secara perlahan. System imun ini bagian
dari PGA (polyglandular autoimun), yang berkaitan dengan defisiensi
polyendocrine :
o PGA type I
o PGA type II
- Tuberculosis (TB),
- Sebab lain
Gejala klinis
- Nyeri menembus yang tiba-tiba pada punggung bawah, perut, atau kaki-kaki
- Dehidrasi berat
- Pemeriksaan Khusus
Ketika respon pada tes ACTH adalah abnormal, tes stimulasi CRH
diperlukan untuk menentukan penyebab dari insufisiensi adrenal. Pada tes
ini, CRH sintetik disuntikan secara intravena dan cortisol darah diukur
sebelum dan 30, 60, 90, dan 120 menit setelah suntikan. Pasien dengan
insufisiensi adrenal primer mempunyai ACTH yang tinggi namun tidak
mempunyai respon terhadap produksi cortisol. Pasien dengan insufisiensi
adrenal sekunder mempunyai respon terhadap kekurangan kortisol namun
tidak ada atau terlambatnya ACTH yang menstimulus produksi kortisol.
Tidak adanya respon ACTH menunjukkan pituitary sebagai penyebabnya;
terlambatnya respon ACTH menunjukkan hypothalamus sebagai
penyebabnya.
Pemeriksaan lain
Saat diagnosis insufisiensi adrenal primer telah ditegakkan, pemeriksaan BNO
abdomen dapat dilakukan untuk mengetahui adanya endapan kalsium. Endapan
kalsium mungkin mengindikasikan TB. Tes kulit tuberculin juga mungkin digunakan.
Referensi :
1. Stephen JM, Maxine AP, and Lawrence MT. Current Medical Diagnosis and
Treatment, in Chronic Adrenocortical Insufficiency (Addison’s Disease). 47th Ed.
USA: The McGraw-Hill Companies. 2008:1003-1005.
2. Piliang S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th Ed. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fak Kedok Univ Indonesia. 2007:1984-1986.
Tumor yang berkembang di kelenjar timus, yaitu organ kecil yang terletak di
belakang tulang dada dan di antara paru-paru. Organ ini mengeluarkan hormon yang bernama
timosin. Hormon tersebut penting dalam mengembangkan T-limfosit atau T-sel yang
merupakan bagian krusial dari sistem kekebalan tubuh. Sel tersebut membantu tubuh
melawan patogen mematikan.
Timoma adalah jenis kanker langka. Biasanya berkembang dengan lambat dan jarang
menyebar ke bagian tubuh lain. Sehingga, timoma bisa dianggap tidak agresif. Prognosis dari
kondisi ini juga baik. Jika terdeteksi dini, kanker ini dapat disembuhkan dengan pengobatan
kanker standar.
Gejala
Pada tahap awal, timoma tidak menimbulkan gejala. Karenanya, banyak kasus tahap awal
ditemukan secara tidak sengaja saat pasien menjalani pemeriksaan dada (rontgen dada) untuk
kondisi medis yang tidak terkait.
Seiring pertumbuhan tumor, gejala akan mulai terlihat. Yang paling umum adalah batuk yang
tidak kunjung hilang. Selain itu, gejala lainnya mencakup masalah pernapasan dan nyeri
dada. Penting untuk dicatat bahwa gejala ini tidak spesifik untuk timoma. Ini berarti bahwa
gejala yang sama juga bisa disebabkan oleh masalah pernapasan lainnya. Seperti, infeksi
asma dan paru-paru. Pasien dengan gejala seperti itu disarankan untuk menemui dokter
mereka untuk diagnosis dan perawatan
Dianognis
Tes yang pertama biasanya adalah pemeriksaan fisik dimana dokter mencari tanda-tanda,
seperti benjolan di daerah dada. Riwayat medis pasien juga ditinjau. Dokter ingin mengetahui
apakah pasien memiliki riwayat penyakit autoimun tertentu.
Jika dokter menemukan adanya kelainan, ia akan meminta pasien menjalani rontgen dada.
Tes ini menghasilkan gambar paru. Ini adalah tes standar yang digunakan pada pasien dengan
nyeri dada, batuk terus-menerus, dan sesak napas.
Jika gambar rontgen menunjukkan benjolan atau tumor, dokter akan memerintahkan tes
pencitraan yang lebih sensitif, seperti MRI, PET, dan CT. Tes tersebut memberikan rincian
lebih lanjut yang tidak dapat diberikan rontgen dada.
Kemudian, dokter akan memastikan apakah tumor itu jinak atau ganas melalui biopsi. Pada
tes ini, sepotong kecil tumor akan diambil untuk penelitian lebih lanjut. Biopsi dapat
dilakukan selama operasi terbuka atau juga bisa dilakukan dengan menggunakan jarum halus.
Biopsi dapat menentukan apakah tumor itu bersifat kanker atau tidak. Ini juga bisa
mengonfirmasi jenis sel yang menyerang dan stadium kanker.
Pengobatan standar untuk timoma tahap awal adalah operasi yang dilakukan dengan teknik
konvensional. Pada teknik ini, dokter bedah perlu membuat sayatan yang membuka tulang
dada. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan dokter bedah untuk mengakses rongga dada
anterior. Kemudian, ia akan mengangkat tumor dan jaringan yang mengelilinginya.
Pasien dengan tumor kecil stadium awal mungkin juga memenuhi syarat untuk jenis
pengobatan yang kurang invasif yang menggunakan sayatan kecil dan laparoskop. Prosedur
ini meminimalkan banyak risiko dan komplikasi pembedahan. Pasien juga dapat pulih dengan
lebih cepat.
Timoma stadium lanjut juga diobati dengan operasi. Tujuannya adalah untuk mengangkat
tumor sebanyak mungkin. Hal ini bisa meredakan gejala, tapi tidak menyembuhkan penyakit.
Operasi dilanjutkan dengan radioterapi. Perawatan ini menggunakan sinar-x berenergi tinggi
atau partikel lainnya untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa di dalam tubuh.
Radioterapi juga bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. Perawatan ini menggunakan obat
yang dirancang untuk menghancurkan sel kanker. Kedua terapi tersebut bekerja dengan
mencegah sel kanker berkembang dan membelah. Obat ini bisa disuntikkan langsung ke
pembuluh darah atau juga diminum seperti biasa.
Pengobatan lain disebut terapi target. Terapi ini bekerja dengan menargetkan protein spesifik,
gen, atau jaringan jaringan kanker. Ini bisa mencegah pertumbuhan dan penyebaran sel
kanker sekaligus mencegah kerusakan sel sehat.
Setiap metode pengobatan membawa risiko dan komplikasi. Misalnya, operasi yang
menghilangkan tumor membuat pasien berisiko mengalami perdarahan dan infeksi parah.
Sementara, kemoterapi bisa menyebabkan mual, muntah, dan rambut rontok. Sedangkan,
efek samping terapi radiasi adalah kelelahan, buang air besar encer, dan kesulitan menelan.
Risiko ini dijelaskan secara hati-hati oleh dokter kepada pasien sebelum pengobatan dimulai.
Namun, dokter hanya menyarangkan perawatan jika manfaatnya jauh lebih besar daripada
risikonya.
Pasien yang menjalani kemoterapi atau radioterapi dipantau secara hati-hati. Selain itu,
pasien juga menjalani tes pencitraan untuk melihat bagaimana tubuh mereka merespons
pengobatan. Dokter mungkin perlu melakukan penyesuaian dari waktu ke waktu untuk
mencapai hasil pengobatan yang lebih baik.
Tidak ada pengobatan kanker yang bisa memberikan jaminan bahwa kanker tidak akan
muncul lagi. Kanker bisa berkembang agi di tempat asalnya atau di bagian tubuh yang lain.
Dengan demikian, pasien dijadwalkan untuk konsultasi rutin untuk memastikan bahwa tidak
ada tumor baru yang tumbuh di dalam tubuh mereka. Jika ada, melalui konsultasi yang
dijalani diharapkan tumor dapat terdeteksi dini dan dapat diobati dengan mudah.
Referensi:
Van Geffen WH, Sietsma J, Roelofs PM, Hiltermann TJ. A malignant retroperitoneal
mass–a rare presentation of recurrent thymoma. BMJ Case Rep. 2011 Dec 1;2011. pii:
bcr0920114737
Mitchell, Richard Sheppard; Kumar, Vinay; Robbins, Stanley L.; Abbas, Abul K.;
Fausto, Nelson (2007). Robbins basic pathology. Saunders/Elsevier.
Multiple myeloma adalah jenis kanker yang menyerang sel plasma, yaitu salah satu jenis sel
darah putih, pada sumsum tulang penderita. Secara umum, sel plasma berfungsi untuk
memproduksi antibodi guna mengatasi infeksi dalam tubuh. Namun pada multiple myeloma,
sel plasma justru memproduksi protein yang tidak normal secara berlebihan yang akhirnya
dapat merusak berbagai organ tubuh, seperti ginjal dan tulang.
Gejala multiple myeloma yang dirasakan setiap penderita umumnya berbeda. Pada perjalanan
awal penyakit, penderita sering tidak merasakan gejala apa pun. Berikut ini adalah beberapa
gejala umum dari multiple myeloma:
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang berisiko terkena multiple myeloma,
di antaranya:
Jenis kelamin. Kasus multiple myeloma lebih banyak ditemukan pada laki-laki
daripada perempuan.
Usia. Sebagian besar multiple myeloma didiagnosis pada usia pertengahan 60 tahun.
Risiko seseorang menderita penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia.
Ras. Multiple myeloma lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan
dengan yang orang kulit putih atau orang asia.
Menderita MGUS.
Riwayat kesehatan keluarga. Seseorang lebih berisiko terkena multiple myeloma
jika ada anggota keluarganya yang menderita penyakit ini.
Mengalami obesitas.
Tes darah yang dilakukan seperti pemeriksaan hitung darah lengkap, fungsi ginjal, kadar
kalsium, LDH (lactate dehydrogenase), albumin dan globulin. Hal yang ditemukan adalah
penurunan kadar Hb anemia dan albumin, penurunan jumlah trombosit trombositopenia, serta
peningkatan kadar kalsium dan globulin.
Selain itu untuk mendeteksi protein abnormal dalam darah dapat dilakukan pemeriksaan yang
dinamakan serum protein electrophoresis (SPEP), imunofiksasi, free light chain (FLC) assay,
dan beta-2 microglobulin. LDH dan beta-2 microglobulin digunakan untuk mengetahui
stadium dari multiple myeloma.
Pemeriksaan urine
Sama dengan darah, sampel urine juga dapat diperiksa untuk mengetahui keberadaaan protein
abnormal. Pemeriksaan yang dilakukan adalah urine protein electrophoresis, imunofiksasi,
dan free light chain (FLC) assay. Selain itu dilakukan pengumpulan urine 24 jam untuk
mendeteksi jumlah protein abnormal yang dinamakan protein Bence Jones.
Sampel darah dan jaringan dari Aspirasi sumsum tulang belakang yang diambil dari tulang
panggul dekat daerah bokong, dilakukan untuk melihat gambaran pertumbuhan dari sel
plasma. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum yang lebih besar dan panjang,
namun tetap dilakukan dengan bius lokal.
Pemindaian
Pemindaian seperti foto Rontgen (pemeriksaan bone survey), MRI, CT scan, atau PET scan
(positron emission tomography). Pemindaian berguna untuk mendeteksi kelainan pada tulang
yang berkaitan dengan multiple myeloma. Pemindaian dilakukan pada bagian kepala, tulang
belakang, lengan, panggul, dan tungkai untuk mengetahui adanya kerusakan pada bagian
tersebut.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, dokter dapat menentukan stadium dari multiple myeloma.
Multiple myeloma dibagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, stadium II, dan stadium II.
Stadium ini dibagi berdasarkan agresivitas dari penyakit. Semakin tinggi stadiumnya,
semakin agresif penyakitnya.
Reverensi:
Gerecke, c. et. al. (2016). The Diagnosis and Treatment of Multiple Myeloma. Dtsch Arztebl
Int. 113(27-28), pp. 470-476.
Rajkumar, S. Kumar, S. (2016). Multiple Myeloma : Diagnosis and Treatment. Mayo Clin
Proc. 91(1), pp. 101-119.
Cancer.org (2018). Multiple Myeloma. NHS Choices UK (2015). Health A-Z. Multiple
Myeloma. .
Nama Penyakit: Poliarteritis nodisa
Etiologi CPAN tidak diketahui. Poliarteritis nodosa kulit mungkin dianggap sebagai
penyakit yang dimediasi oleh kompleks kekebalan tubuh. Direct immunofluorescence (DIF)
sering menunjukkan deposit IgM dan C3 mempengaruhi dinding arteri. Prevalensi 77,8%
IgM antiphosphatidylserine–prothrombin complex pada pasien dengan CPAN membentuk
hipotesis bahwa protrombin terikat sel endotel apoptosis menginduksi respon kekebalan,
sehingga mengarah dan berkembang menjadi kompleks antibodi anti-phosphatidylserine–
prothrombin. Imunoglobulin ini mungkin mengaktifkan komplemen jalur klasik
menyebabkan CPAN.
Gejala Glinis Cutaneous poliarteritis nodosa biasanya muncul tampilan pertama sebagai
livedo reticularis, nodul subkutan atau ulserasi kulit. Temuan lainnya termasuk petechiae,
purpura, kulit nekrosis, autoamputations dan manifestasi extracutaneous lokal. Hal ini paling
sering terjadi pada area kaki. Keterlibatan kaki sekitar 97%, diikuti oleh lengan 33%, leher
8%. Keterlibatan tambahan dari kepala dan leher dijumpai sekitar 9 dari 23 pasien (39%)
dengan CPAN.Tanda khas berupa ''burst'' pola yang tidak teratur berbentuk livedo reticularis
mengelilingi disekitar ulcer diduga kuat merupakan CPAN.
Gambar Pola Livedo reticularis luas kaki pada kasus poliarteritis nodusa kulit, sebagai
berikut dibawah ini:
Nodul kecil lembut lebih mudah teraba daripada divisualisasikan merupakan temuan yang
paling umum. Nodul ini dengan atau tanpa livedo reticularis, biasanya manifestasi pertama
dari penyakit ini dan didahului ulserasi dijumpai sekitar 50% kasus. Contoh gambar beberapa
nodul subkutan yang nyeri pada jari seorang wanita berusia 57 tahun adalah sebagai berikut:
PAN merupakan penyakit multisistem dengan keluhan demam, berkeringat, penurunan berat
badan, nyeri otot yang parah dan sakit sendi. PAN dapat berkembang menjadi subakut,
selama beberapa minggu atau bulan. Pasien mungkin memiliki keluhan spesifik seperti
demam, malaise, penurunan berat badan, anoreksia dan sakit perut. Penyakit ini dapat
mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh, tetapi memiliki kecenderungan mengenai
organ-organ seperti kulit, ginjal, saraf dan saluran pencernaan. Banyak pasien dengan PAN
memiliki tekanan darah tinggi dan peningkatan laju endap darah (LED). Presentasi dari PAN
juga dapat mencakup kelainan kulit (ruam,nodul) dan neuropati perifer (nyeri, sensasi
terbakar, kesemutan, atau mati rasa, atau kelemahan di tangan atau kaki). Kecendrungan
penyakit ini mengenai organ tertentu dijelaskan di bawah ini:
a) Saraf
1. Neuropati perifer yang sangat umum 50-70%. Termasuk kesemutan, mati rasa dan
/atau nyeri di tangan, lengan, dan kaki.
2. Lesi sistem saraf pusat (SSP) dapat terjadi 2-3 tahun setelah timbulnya PAN dan
dapat menyebabkan disfungsi kognitif, penurunan kesadaran, kejang dan defisit
neurologis.
b) Kulit
1. Kelainan kulit sangat umum ditemui pada penderita PAN dan termasuk kelainannya
berupa purpura, livedo reticularis, bisul, nodul atau gangren.
2. Keterlibatan kulit terjadi paling sering pada kaki dan sangat menyakitkan
c) Ginjal
1. Vaskulitis arteri ginjal dapat menyebabkan protein dalam urin, gangguan fungsi
ginjal, dan hipertensi.
2. Persentase kecil pasien memerlukan dialisis.
d) Traktus Gastrointestinal
1. Nyeri perut, perdarahan gastrointestinal (kadang keliru inflammatory bowel disease)
2. Perdarahan, infark usus, dan perforasi jarang terjadi, tapi sangat serius.
e) Jantung
1. Keterlibatan klinis jantung biasanya tidak menimbulkan gejala.
2. Namun, beberapa pasien berkembang menjadi infark miokard (serangan jantung) atau
gagal jantung kongestif.
f) Mata Scleritis atau peradangan pada sklera.
g) Kelamin Infark testis
Diagnosis
Pada tahun 1990, American College of Rheumatology (ACR) memudahkan kriteria untuk
membedakan PAN dari bentuk-bentuk vaskulitis lain. Dipilih 10 fitur penyakit PAN. PAN
mudah didiagnosis setidaknya terdapat 3 dari 10 kriteria ACR didukung diagnosis vaskulitis
berdasarkan radiografi atau patologis. Adapun kriterianya sebagai berikut:
Tes laboratorium rutin dapat memberikan petunjuk penting untuk PAN, tetapi tidak ada
pemeriksaan tes darah tunggal yang merupakan diagnostik penyakit ini. Kebanyakan pasien
dengan PAN memiliki ESRs yang tinggi. Proteinuria umum pada orang-orang dengan
keterlibatan ginjal. Jika terdapat keterlibatan kulit atau otot saraf, biopsi kulit atau otot saraf
bisa sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pasti dari PAN. Studi konduksi saraf
adalah cara non-invasif untuk mengidentifikasi saraf yang terlibat dengan peradangan. (Saraf
ini kemudian dapat dibiopsi untuk mengkonfirmasikan diagnosis). Diagnosis dikonfirmasi
oleh biopsi menunjukkan perubahan patologis di arteri berukuran sedang. Tempat biopsi
dapat bervariasi. Kebanyakan biopsi yang diambil dari kulit, saraf atau otot. Angiogram dari
pembuluh darah perut mungkin juga sangat membantu dalam mendiagnosis PAN. Aneurisma
paling sering mempengaruhi arteri yang menuju ke ginjal, hati atau saluran pencernaan.
Referensi :
3. Khoo BP, Ng SK. Cutaneous polyarteritis nodosa: a case report and literature
review. Ann Acad Med Singapore 1998; 27: 868–872
SISTEM INTEGENUM
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah keganasan yang
terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya berlokasi di kulit tetapi juga
ditemukan di mata, telinga, traktus GI, leptomeninges, dan oral dan membran mukus
genitalia. Karena sebagian besar sel melanoma masih menghasilakn melanin, maka melanoma
seringkali berwarna coklat atau hitam.
Etiologi
Pada laki-laki, melanoma mengenai 1 dari 53 orang di Amerika Serikat, dan mengenai
1 diantara 78 perempuan. Sedangkan di Dunia, perbandingan antara laki-laki dan perempuan
yang terkena melanoma yaitu 0,97:1. Namun, kematian akibat melanoma lebih banyak terjadi
pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 1,2:1.
Usia juga menentukan epidemiologi dari melanoma. Dikatakan bahwa insiden kanker
kulit, baik melanoma maupun non melanoma, meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Emedicine.com menyatakan bahwa diagnosis melanoma ditegakkan rata-rata pada usia 53
tahun. Namun, faktor usia tersebut tidaklah mutlak karena insiden melanoma tergantung juga
pada faktor-faktor lainnya.
Faktor Resiko
1. Tahi lalat
2. Faktor keluarga
3. Fenotip
Diagnosis
Diagnosis melanoma ditegakkan dengan identifikasi klinik dengan konfirmasi
histologi. Identifikasi klinik dimulai dengan riwayat penyakit sekarang pasien, riwayat
penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fisik terhadap lesi yang dicurigai. ,
1. Anamnesa
Dari anamnesa yang dilakukan, diharapkan diketahui informasi tentang
keluhan umum pasien, dan riwayat perjalanan keluhan umum tersebut. Perubahan
sifat dari nevus merupakan keluhan umum yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan melanoma, dan hal ini merupakan peringatan awal melanoma. Perubahan
tersebut diantaranya peningkatan dalam hal diameter, tinggi atau batas yang asimetris
pada suatu lesi berpigmen memberikan data 80% pada pasien saat melanoma
ditegakkan.Dari perjalanan penyakit tersebut juga ditanyakan awal mulanya lesi pada
kulit tersebut muncul, dan kapan terjadi perubahan pada lesi tersebut. Tentang tanda
dan gejala melanoma, seperti adanya perdarahan, gatal, ulserasi dan nyeri pada lesi.
Pada anamnesa tersebut juga ditanyakan tentang adanya faktor-faktor resiko pada
pasien.,
2. Pemeriksaan fisik
Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik ini yaitu memperhatikan lebih
detail dengan inspeksi, palpasi dan bila perlu inspeksi dengan bantuan kaca pembesar.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, warna dan tekstur dari nevus
tersangka dan mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap
kelenjar limfe yang berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya
pembengkakan atau biasa disebut dengan limfadenopati menunjukkan kemungkinan
adanya penyebaran melanoma.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tak ada pemeriksaan tertentu yang khusus untuk melanoma, baik yang belum
bermetastase maupun yang telah bermetastase, tetapi kadangkala tingginya angka
LDH (Lactaet Dehydrogenase) dianggap membantu. Kadar LDH yang tinggi
dalam darah merupakan suatu kemungkinan adanya metastase melanoma pada
hati. Adanya peningkatan LDH ini juga dihubungkan dengan lebih buruknya
kemungkinan untuk hidup pada kelompok tersebut. Pemeriksaan LDH akan
bermakna pada melanoma stage IB/III atau dengan pemeriksaan berkala setiap 3-
12 bulan.
Selain LDH, kadar serum S-100 mungkin juga berguna sebagai penanda tumor
pada pasien dengan melanoma yang telah bermetastase.
b. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasound Scan, pemeriksaan ini menggunakan frekuensi gelombang suara untuk
menghasilkan gambaran spesifik dari bagian tubuh. Sebagian besar untuk
memeriksa kelenjar limfe di leher, axilla, dan pelipatan paha. Kadang digunakan
pada biopsy kelenjar limfe agar semakin akurat (Ultrasound guided fine needle
aspiration). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memakan waktu
yang lama, tidak menimbulkan bahaya radiasi dan aman digunakan pada
kehamilan.
Gambar 18. Ultrasound of lymph node
c. Pemeriksaan Histopatologi
Kriteria standar untuk diagnosa melanoma maligna adalah dengan pemeriksaan
histopatologi dengan cara biopsi dari lesi kulit tersangka. Macam-macam tehnik
biopsi itu sendiri ada 3 macam, yaitu shave biopsy, punch biopsy dan incisional
and excisional biopsies. Biopsi secara eksisi merupakan pilihan cara biopsi yang
direkomendasikan untuk pemeriksaan melanoma maligna. Pada tehnik ini, tumor
diambil secara keseluruhan untuk kemudian sebagian sampel digunakan untuk
pemeriksaan histologi.
Biopsi secara eksisi dengan batas yang kecil dari batas tumor dipilih untuk
memastikan informasi tentang ketebalan tumor, adanya ulserasi, tahap invasi
tumor secara antomis, adanya mitosis, adanya regresi, adanya invasi terhadap
pembuluh limfe dan pembuluh darah, dan untuk melihat respon host terhadap
tumor itu sendiri. Pada umumnya batas kulit yang diambil yaitu sekitar 1-3 mm
sekitar lesi untuk memperakurat diagnosis dan histologic mikrostaging. Kecuali
pada melanoma jenis lentigo, biopsi lebih mendalam diperlukan untuk
memperkecil terjadinya misdiagnosa.
Hasil yang dapat ditemukan pada pemeriksaan histologi ini bergantung pada jenis
melanoma. Superficial Spreading melanoma memiliki fase pertumbuhan secara
radial atau fase in situ yang digambarkan dengan peningkatan jumlah melanosit
intraepitel yang bersifat (1) atipik dan besar, (2) tersusun tidak teratur di dermal-
epidermal junction, (3) adanya migrasi ke atas (pagetoid), (4) kurang memiliki
potensi biologi sel untuk bermetastasis. Lentigo melanoma dan acral lentiginous
melanoma memiliki gambaran yang mirip, dengan dominasi pertumbuhan secara
in situ pad dermal-epidermal juntion dan dengan tendensi yang kecil untuk
pertumbuhan sel secara pagetoid.
2. Patel SR, Benjamin RS. 2008. SOFT Tissue and Bone Sarcomas and Bone
Metastase. Dalam: Kasper DL et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17 th
ed. USA : McGRAW-HILL
Etiologi
Meskipun pasien dengan fibrous dysplasiadapat terjadi pada semua usia, tetapi
secara khusus adalah pada usia muda dekade 1 dan 2. Tujuhpuluh lima persen dari pasien
muncul sebelum usia 30 tahun. Pasien-pasien dengan Fibrous dysplasiayang kecil dan
monostotik dapat asimptomatik, dengan abnormalitas tulang teridentifikasi indental saat
pemeriksaan radiologis untuk indikasi yang tak berhubungan. Ketika gejala-gejala tampak
maka akan tidak spesifik antara lain nyeri, bengkak yang dapat juga muncul pada beberapa
penyakit tulang yang lainnya
Diagnosis
Referensi
Etiologi
Gambaran Radiologi
Gambaran radiologik menunjang diagnosis yaitu ditemukannya basis kranium yang
kecil, kepala relatif lebih lebar dari wajah dengan penonjolan frontal dan hipoplasia
mandibula, pemendekan tulang-tulang panjang dan pelvis yang sempit. Riwayat adanya
akondroplasia dalam keluarga semakin memperkuat diagnosis ini.
1. Foto Polos X-Ray
a. Vertebra
Roentgenogram menampakkan diameter anteroposterior dari korpus vertebra pendek,
tetapi tinggi dari tulang vertebra tidak berkurang secara signifikan.Pada regio torakolumbal
(vertebra torakalis bawah atau vertebra lumbalis atas), satu atau dua dari korpus vertebra
dapat tampak seperti baji anterior atau menonjol seperti moncong peluru (bullet-
nosed).Korpus vertebra torakolumbal mungkin mirip seperti yang ditemukan pada sindrom
Hurler. Lekuk-lekuk dari bagian posterior tulang vertebra dapat terlihat, utamanya vertebra
lumbalis.
Gambar 1.Stenosis
spinalis.Korpus
vertebra posterior
berlekuk-lekuk di
antara daerah distal, di
atas teka yang opak.
Gambar 2
Penyempitan progresif
dari kanalis vertebralis
daerah lumbal, bullet-
nose vertebra, dan
lordosis lumbalis.
Gambar 1Gambar 2
Kanalis spinalis pada daerah lumbal meruncing ke arah kaudal sehingga jarak
interpedinkulus berkurang dari L1 sampai L5 (pedikel tampak pendek), berlawanan dengan
pelebaran kaudal pada normalnya. Ini merupakan tanda yang membedakan akondroplasia,
walaupun tidak tampak pada bayi baru lahir. Ruang diskus bertambah karena pada
penampakan lateral akan menunjukkan pengecilan dari kanalis spinalis. Gejala yang berat
dari protrusi diskus intervertebralis kemungkinan besar akan berkembang pada masa
mendatang. Stenosis spinalis pada regio lumbosakral merupakan faktor predisposisi yang
penting dan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan radikulografi, CT atau MRI.
b. Pelvis
Pelvis menjadi pendek, kecil dan diameternya berkurang. Sayap iliaka menjadi lebih
lebar dan sedikit memberikan gambaran batu nisan (tombstone appereance). Asetabulum
letak posterior dan atap asetebulum menjadi horizontal.L5 letak lebih dalam dan kemiringan
pelvis berlebihan menyebabkan penonjolan dari gluteus dan bentuk punggung
lordosis.Lekukan sakroiskiadika yang sempit dan dalam (champagne glass appereance).
Gambar 3.
c. Tulang-tulang Panjang
Tulang panjang, panjangnya berkurang, terutama pada segmen tungkai proksimal,
tampak agak lebar dan pendek gemuk.Pemendekan paling besar pada falang.Tubulus tulang
memendek, tampak melebar dan memiliki insersi otot yang jelas.Humerus dan femur lebih
dipengaruhi dibandingkan dengan tulang-tulang distal (rhizomelia).Fibula memanjang dan
membengkok.Celah sendi mengalami pelebaran ke arah proksimal epifisis dan metafisis dan
dapat tampak berbentuk V (tanda sirkumfleksi). Keterlambatan proses osifikasi dan
pengurangan diameter anteroposterior menyebabkan ujung tulang femur, misalnya pada bayi
menampakkan densitas radiolusen. Defek yang terjadi pada anak yang lebih tua berada di
epifisis dari tuberkulum tibia karena kelebihan kartilago yang tidak terkalsifikasi pada usia
ini.
Gambar 5. Gambar 6
e. Dada
Diameter anteroposterior dada berkurang disertai pemendekan iga anterior.Gambaran
radiologis akondroplasia serupa dengan pseudoakondroplasia, tapi pada pseudoakondroplasia
kelainannya di epifisis, sedangkan akondroplasia terletak di metafisis. Dengan foto lateral
tulang belakang pada pseudoakondroplasia terlihat penonjolan di pusat vertebra yang berasal
dari permukaan depan, sedang pada akondroplasia kelainan pada arkus bagian belakang.
Tulang-tulang iga menjadi pendek, ujung anterior costa melebar, sternum pendek dan
lebar/besar. Skapula memiliki bentuk ganjil/aneh, di mana skapula akan
Gambar 8
kehilangan sudutnya yang tajam. Fossa glenoid kecil dalam hubungannya dengan kaput
humerus.
Gambar 9.
3. MRI
Pada kanalis spinalis, kelainan yang menyertai akondroplasia seperti
syringomyelia dan perubahan myelomalacia dapat dicitrakan dengan baik oleh MRI.
Pada syringomyelia, MRI akan memperlihatkan cairan sentral yang mengisi kavitas.
Pada stenosis spinalis, MRI juga dapat mendemonstrasikan protrusi diskus
intervertebralis dan osteofit yang menyebabkan penekanan tulang belakang serta
hidrosefalus.MRI merupakan teknik nonivasif yang ideal untuk anak-anak karena
tidak menggunakan radiasi ionisasi. MRI memiliki keuntungan lebih daripada CT-
scan untuk menampilkan secara mendetail mengenai sumsum tulang bagian fossa
kranialis posterior.
Pemeriksaan klinis dan MRI yang lebih dini perlu dilakukan untuk menentukan
apakah bayi dengan akondroplasia mengalami kompresi medula bagian servikal.
Dengan diagnosis yang lebih cepat, dekompresi sedang pun dapat ditangani dengan
baik untuk menghindari komplikasi serius yang sering menyertai kompresi ini,
termasuk kematian mendadak.
CT menggambarkan secara mendetail tentang tulang dan tingkatan stenosis
spinalis lebih baik dibandingkan dengan MRI.
Gambar 10.
Referensi :